You are on page 1of 12

HUBUNGAN ANTARA KEPEMILIKAN SIM C DAN KEIKUTSERTAAN DALAM

TES PEMBUATAN SIM DENGAN PENGETAHUAN BERKENDARA DAN


KECELAKAAN LALU LINTAS DI KABUPATEN SIDOARJO

Fadilah Andy Nastiti


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Alamat Korespondensi:
Fadilah Andy Nastiti
Email: dilanastiti@yahoo.co.id

ABSTRACT
Traffic accidents are one of the biggest causes of death in the world. WHO states that 90% of
deaths that caused by traffic accident in the world occur in low and middle income countries. Indonesia
is ranked first with the highest percentage of deaths that caused by traffic accident in Asia. Most traffic
accidents involve motorcyclist with an average age of 15–29 years old. The purpose of this study is to
determine the correlation between ownership of driving license and participation in driving license tests
with driving knowledge and traffic accidents in high school students of Xi grade in Kabupaten Sidoarjo
in 2017. This research was an observational analytic with cross sectional study design. The population
of this study was all senior high school students of XI grade in Kabupaten Sidoarjo in 2017. The number
of respondents was 204 students that drawn from the population by using two stage cluster random
sampling method. Results of analysis using chi square and fisher’s exact test (α = 5%) indicate that the
ownership of driving license (p = 0.259; RR 1.533) and participation in driving license test (p = 1.00; RR
0.586) did not have correlation with traffic accidents in high school students of XI grade in Kabupaten
Sidoarjo in 2017 and the ownership of driving license (p = 1.00; RR 1.008) and participation in driving
license test (p = 1,00; RR 0.983) did not have correlation too with driving knowledge in high school
students of XI grades in Kabupaten Sidoarjo in 2017.

Keywords: traffic accident, high school students, driving knowledge, driving license

ABSTRAK
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. WHO
menyatakan 90% kematian karena kecelakaan lalu lintas di dunia terjadi di negara berpenghasilan rendah
dan menengah. Jika dilihat dari persentase statistik jumlah populasi, Indonesia berada di peringkat
pertama dengan angka kematian akibat kecelakaan tertinggi di Asia. Kecelakaan lalu lintas paling
banyak melibatkan pengendara sepeda motor dengan rata-rata usia 15–29 tahun dimana usia tersebut
merupakan usia produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepemilikan
SIM C dan keikutsertaan dalam tes pembuatan SIM dengan pengetahuan berkendara dan kecelakaan
lalu lintas pada siswa SMA kelas XI di Kabupaten Sidoarjo tahun 2017. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh siswa
SMA kelas XI di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2017. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak
204 siswa yang ditarik dari populasi dengan metode two stage cluster random sampling. Hasil analisis
dengan menggunakan uji chi-square dan fisher’s exact (α = 5%) menunjukkan bahwa kepemilikan SIM C
(p = 0,259; RR 1,533) dan keikutsertaan dalam tes SIM (p = 1,00; RR 0,586) tidak mempunyai hubungan
dengan kecelakaan lalu lintas pada siswa SMA kelas XI di Kabupaten Sidoarjo serta kepemilikan SIM C
(p = 1,00; RR 1,008) dan keikutsertaan dalam tes SIM (p = 1,00; RR 0,983) tidak mempunyai hubungan
pula dengan pengetahuan berkendara pada siswa SMA kelas XI di Kabupaten Sidoarjo.

Kata kunci: kecelakaan lalu lintas, siswa SMA, pengetahuan berkendara, SIM

©2017 FKM_UNAIR All right reserved. license doi: 10.20473/ijph.v12i1.2017.167-178


Received 6 August 2017, received in revised form 10 September 2017, Accepted 12 September 2017, Published online:
31 December 2017
168 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 167–178

PENDAHULUAN Menurut data Publikasi Perhubungan


Salah satu penyebab kematian di Darat dalam Angka pada 2014, jumlah
dunia adalah kecelakaan lalu lintas. Pada kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang
tahun 2015, World Health Organization terlibat kecelakaan lalu lintas didominasi
(WHO) memublikasikan sebuah laporan oleh sepeda motor yakni sebesar 108.883
yakni The Global Report on Road Safety kejadian disusul dengan mobil penumpang
yang didalamnya menyatakan sekitar 1,25 18.147 kejadian, mobil beban 19.242 kejadian,
juta orang di dunia meninggal dunia pada bus 4.808 kejadian, dan kendaraan khusus
tahun 2013 akibat kecelakaan lalu lintas 1.050 kejadian. Dari data tersebut dapat
jalan. Laporan ini juga menyatakan bahwa dilihat bahwa moda transportasi sepeda
90% kematian akibat kecelakaan lalu lintas motor masih merupakan penyumbang
di dunia terjadi di negara berpenghasilan kecelakaan lalu lintas terbesar di jalan raya.
rendah dan menengah yang juga merupakan Tingginya jumlah sepeda motor di Indonesia
negara penyumbang 54% kendaraan di dunia. tidak diimbangi dengan meningkatnya
Menurut The Global Report on Road Safety kesadaran berkendara yang baik dan aman
2015, kecelakaan lalu lintas merupakan sehingga pengguna sepeda motor masih
penyebab utama kematian di kalangan anak berisiko mengalami kecelakaan lalu lintas.
muda dunia berusia 15–29 tahun. Faktor manusia merupakan faktor dominan
Indonesia mer upakan negara penyebab kecelakaan lalu lintas. Menurut
berkembang dan berpenghasilan menengah data kepolisian nasional, penyebab utama
dengan populasi penduduk terbanyak ke kecelakaan adalah human error. Sebagian
empat di dunia. Menurut The Global Report besar kecelakaan terjadi karena diawali
on Road Safety tahun 2015, Indonesia dengan pelanggaran, pelanggaran rambu
menduduki peringkat ketiga se-Asia untuk lalu lintas misalnya. Pelanggaran rambu lalu
jumlah kematian terbanyak akibat kecelakaan lintas dapat terjadi karena memang disengaja,
lalu lintas di bawah Tiongkok dan India ketidaktahuan atau tidak adanya kesadaran
dengan total 38.279 kematian. Faktanya, terhadap arti aturan yang berlaku.
menurut The Global Report on Road Safety Menurut Dirlantas Polda Jatim pada
tahun 2015, jika dilihat dari persentase tahun 2015, Provinsi Jawa Timur menduduki
statistik jumlah populasi, Indonesia peringkat teratas untuk tingginya kejadian
menduduki peringkat pertama dengan kecelakaan lalu lintas di Indonesia dan salah
angka kematian akibat kecelakaan lalu satu kabupaten dengan jumlah kejadian
lintas sebesar 0,015% dari jumlah populasi. kecelakaan terbesar adalah Kabupaten
Populasi penduduk yang banyak menjadikan Sidoarjo.
Indonesia sebagai pengguna kendaraan
bermotor yang tinggi pula, terutama Tabel 1. 5 Kabupaten di Jawa Timur dengan
sepeda motor. Menurut Ketua Asosiasi Kejadian Kecelakaan Tertinggi
Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), tahun 2013
perbandingan antara jumlah masyarakat
Jumlah Kejadian
Indonesia dan jumlah sepeda motor sama Kota/Kabupaten
Kecelakaan
dengan satu banding tiga. Sepeda motor
Kab. Kediri 1045
dipilih masyarakat karena harganya yang
relatif terjangkau daripada moda transportasi Kab. Sidoarjo 1024
lain sehingga kepadatan di jalan didominasi Kab. Jombang 927
oleh sepeda motor. Tingginya jumlah sepeda Kab.Tuban 858
motor di Indonesia menyebabkan tingginya Kota Surabaya 837
kecelakaan lalu lintas yang melibatkan
sepeda motor.
Fadilah Andy Nastiti, Hubungan antara Kepemilikan SIM C… 169

Menurut data Badan Pusat Statistik pengendara yang ingin mendapatkan SIM
Provinsi Jawa Timur dalam Publikasi Jawa yang meliputi ujian teori, ujian praktik, dan/
Timur dalam Angka tahun 2015 pada tabel atau ujian keterampilan melalui simulator.
1 di atas, Kabupaten Sidoarjo berada di Ujian ini diharapkan mampu menilai
peringkat kedua untuk kabupaten dengan pengetahuan dan keterampilan berkendara
jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas pengendara.
terbanyak di Provinsi Jawa Timur di bawah Tujuan penelitian ini adalah untuk
Kabupaten Kediri dengan jumlah kecelakaan mengetahui hubungan antara kepemilikan
lalu lintas pada tahun 2013 sebesar 1024 SIM C dan keikutsertaan dalam tes
kejadian. Dari data yang diberikan oleh pembuatan SIM dengan pengetahuan
Polres Sidoarjo, sebagian besar pelaku berkendara dan kejadian kecelakaan lalu
dan korban kecelakaan berada di rentang lintas di Kabupaten Sidoarjo pada tahun
umur produktif, yakni 16-30 tahun dengan 2017.
pelaku kecelakaan berjumlah 473 orang dan
korban kecelakaan berjumlah 689 orang. METODE PENELITIAN
Umur produktif merupakan rentang umur Penelitian ini merupakan penelitian
seseorang dianggap dapat berproduksi atau observasional dimana peneliti hanya
menghasilkan sesuatu sehingga umur ini melakukan pengamatan pada subjek
merupakan umur dimana seseorang berada penelitian (responden) tanpa memberikan
di puncak aktivitasnya dan sedang aktif perlakuan. Tipe penelitian merupakan
sebagai sumber mata pencaharian untuk penelitian analitik yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga. menganalisis risiko kecelakaan lalu
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 lintas berdasarkan kepemilikan SIM dan
tentang lalu lintas dan angkutan jalan pasal pengetahuan berkendara.
77 menyatakan bahwa setiap orang yang Rancang bangun penelitian yang
mengemudikan kendaraan bermotor di digunakan adalah cross sectional karena
jalan wajib memiliki Surat Ijin Mengemudi penelitian ini bertujuan mempelajari korelasi
(SIM) sesuai dengan jenis kendaraan yang antara faktor risiko yakni kepemilikan SIM
dikemudikan. Hal ini menyatakan bahwa dan pengetahuan berkendara dengan efek
setiap orang yang berkendara wajib memiliki yakni kecelakaan lalu lintas dengan cara
Surat Ijin Mengemudi (SIM), namun pada observasi dan pengumpulan data pada
penelitian yang dilakukan oleh Kordelia, dkk suatu saat/waktu yang sama pada subjek
(2014) yang dilakukan di beberapa wilayah penelitian.
di Sumatra Barat menunjukkan bahwa 11% Penelitian dilakukan di SMA di
responden pengguna kendaraan di Padang, wilayah Kabupaten Sidoarjo. Populasi dalam
34% responden pengguna kendaraan di penelitian ini merupakan seluruh siswa
Payakumbuh dan 50% responden pengguna kelas XI dari SMA yang berada di Wilayah
kendaraan di Payakumbuh belum memiliki Kabupaten Sidoarjo yang memenuhi kriteria
SIM C. Menurut data dari Polres Sidoarjo inklusi. Terdapat dua kriteria inklusi populasi
dari 1404 kejadian kecelakaan di Kabupaten penelitian yakni merupakan pengendara
Sidoarjo pada tahun 2016, sebanyak 147 sepeda motor aktif baik di lingkungan
pelaku kecelakaan masih belum memiliki sekolah dan/atau di lingkungan rumah serta
Surat Ijin Mengemudi (SIM). Seperti yang telah berumur 17 tahun ketika penelitian
telah diketahui bahwa untuk mendapatkan dilakukan.
SIM diharuskan memenuhi beberapa Sampel penelitian ditarik secara acak
persyaratan, yaitu usia, administratif, dari populasi inklusi dengan menggunakan
kesehatan dan lulus ujian. Ada persyaratan two stage cluster random sampling.
lulus ujian yang harus dilewati oleh para Penggunaan teknik klaster dilakukan karena
170 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 167–178

populasi terdiri dari kelompok-kelompok Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden


atau klaster. Tahap pertama dalam teknik berdasarkan Jenis Kelamin
ini yakni menentukan sampel daerah
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
dengan menggunakan list cluster berupa
Laki-laki 97 47,5
daftar SMA di Kabupaten Sidoarjo yang
berikutnya dilakukan pemilihan sampel Perempuan 107 52,5
secara acak dengan fraksi sebesar 10%. Jumlah 204 100
Tahap berikutnya yakni menentukan orang-
orang yang ada pada daerah itu dengan fisher exact. Uji fisher exact digunakan
menggunakan jumlah siswa kelas XI yang ketika salah satu syarat uji chi square tidak
memenuhi kriteria inklusi pada tiap sekolah terpenuhi, yakni apabila lebih dari 20%
terpilih yang berikutnya dilakukan pemilihan jumlah sel atau kategori yang ada memiliki
secara acak dengan fraksi sebesar 10%. Total frekuensi harapan kurang dari 5 dan apabila
sekolah yang terpilih sebagai sampel klaster ada sel dengan nilai frekuensi kenyataan
sebanyak tujuh sekolah dan total siswa yang atau actual count sebesar 0 (nol). Hubungan
menjadi responden dalam penelitian ini antar variabel dapat diketahui dengan
sebanyak 204 responden. membandingkan p value dengan α = 0,05.
Variabel dalam penelitian ini terdiri
dari variabel terikat yakni kejadian HASIL
kecelakaan lalu lintas, serta variabel bebas Tabel 2 menunjukkan bahwa
yakni jenis kelamin, kepemilikan SIM C, karakteristik responden menurut jenis
keikutsertaan dalam tes pembuatan SIM dan kelamin sebagian besar responden
pengetahuan berkendara responden yang merupakan siswa perempuan, meskipun
terbagi menjadi pengetahuan akan rambu hampir tidak ada beda antara persentase
lalu lintas, pengetahuan marka jalan, dan laki-laki (47,5%) dan perempuan (52,5%).
pengetahuan akan peraturan lalu lintas. Sebagian besar responden berumur 17 tahun
Pengumpulan data dimulai dari bulan dan hanya tiga responden laki-laki dan tiga
Mei hingga Juli 2017. Pengumpulan data responden perempuan yang telah memasuki
didapat dari hasil jawaban kuesioner yang usia 18 tahun.
diisi mandiri oleh responden. Penentuan
responden yang merupakan pengendara aktif
sepeda motor dan berumur minimal 17 tahun
dilakukan dengan cara wawancara langsung
dengan responden.
19.60%
Statistik deskriptif digunakan untuk
menjelaskan distribusi karakteristik
responden yang terdiri dari jenis kelamin,
status kecelakaan lalu lintas enam bulan 80.40 %
terakhir terhitung ketika penelitian dilakukan,
kepemilikan SIM C, keikutsertaan dalam tes Pernah
pembuatan SIM dan pengetahuan berkendara. Tidak pernahh
Sementara, analisis data dilakukan untuk
melihat hubungan antaran kepemilikan SIM Gambar 1. Dist r ibu si K a r a k ter ist i k
C dan keikutsertaan dalam tes pembuatan Responden berdasarkan Riwayat
SIM dengan pengetahuan berkendara dan Kecelakaan Lalu Lintas
kejadian kecelakaan lalu lintas pada pelajar
SMA kelas XI di Kabupaten Sidoarjo tahun Gambar 1 menunjukkan bahwa hanya
2017 yang terdiri dari uji chi square dan sebagian kecil responden (19,6%) yang
Fadilah Andy Nastiti, Hubungan antara Kepemilikan SIM C… 171

pernah mengalami kecelakaan selama enam Tabel 5. Distribusi Karakteristik Responden


bulan terakhir ketika penelitian dilakukan. berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Para responden yang pernah mengalami Berkendara
kecelakaan mengaku bahwa kejadian
Tingkat Pengetahuan Persentase
kecelakaan paling banyak terjadi ketika Berkendara
Jumlah
(%)
tidak dalam perjalanan berangkat maupun
Baik 200 98
pulang sekolah.
Kurang 4 2
Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden Jumlah 204 100
berdasarkan Kepemilikan SIM C
jika para responden berhasil menjawab ≥ 55%
Kepemilikan Persentase
SIM C
Jumlah
(%)
jawaban yang benar. Hasil analisis hubungan
antara jenis kelamin, kepemilikan SIM C,
Punya 69 33,8
dan keikutsertaan dalam tes pembuatan
Tidak punya 135 66,2 SIM dengan kecelakaan lalu lintas dan
Jumlah 204 100 pengetahuan berkendara dapat dilihat dalam
tabel 6.
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian Tabulasi silang antara jenis kelamin
besar responden masih belum memiliki SIM dengan kejadian kecelakaan lalu lintas
C (66,2%) dan dari 69 responden yang telah menunjukkan bahwa lebih dari setengah
memiliki SIM C sebagian besar merupakan responden merupakan perempuan namun
siswa laki-laki (69,6%). dari data didapatkan persentase kecelakaan
lebih besar pada laki-laki meskipun jumlah
Tabel 4. Distribusi Karakteristik Responden status kecelakaan antara laki-laki dan
berdasarkan Keikutsertaan dalam perempuan sama yakni masing-masing 20
Tes SIM C orang. Sementara tabulasi silang antara jenis
Keikusertaan Persentase kelamin dengan pengetahuan berkendara
Jumlah menunjukkan bahwa antara laki-laki dan
dalam Tes SIM C (%)
Mengikuti tes 58 84,1
perempuan memiliki persentase yang hampir
sama besar untuk pengetahuan berkendara
Tidak mengikuti tes 11 15,9
yang baik namun pada jenis kelamin
Jumlah 69 100 perempuan persentase tingkat pengetahuan
berkendara kategori kurang masih lebih
Tabel 4 menunjukkan sebagian besar tinggi. Uji chi square dengan tabel
responden yang memiliki SIM C mengikuti kontingensi 2 x 2 digunakan untuk melihat
tes dalam pembuatan SIM C (84,1%) dan dari hubungan antara jenis kelamin dengan
58 responden yang mengikuti tes pembuatan kejadian kecelakaan lalu lintas menghasilkan
SIM, beberapa responden (15,5%) hanya p value sebesar 0,865 dimana nilai tersebut
mengikuti tes tulis saja tanpa mengikuti tes lebih besar dari 0,05 (α) yang artinya tidak
praktik. ada hubungan antara jenis kelamin dengan
Tabel 5 menunjukkan bahwa kejadian kecelakaan lalu lintas pada pelajar
sebagian besar responden memiliki tingkat SMA kelas XI di Kabupaten Sidoarjo.
pengetahuan berkendara yang baik (98%). Sementara uji fisher’s exact untuk melihat
Tingkat pengetahuan berkendara para hubungan jenis kelamin dengan pengetahuan
responden ditanyakan dengan kuesioner yang berkendara menghasilkan p value 0,623
berisi pertanyaan mengenai pengetahuan dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (α)
rambu lalu lintas, marka jalan, dan peraturan yang artinya tidak ada hubungan antara jenis
umum lalu lintas. Kategori pengetahuan baik kelamin dengan pengetahuan berkendara
172 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 167–178

Tabel 6. Analisis Hubungan Jenis Kelamin, Kepemilikan SIM C dan Keikutsertaan dalam
Tes SIM dengan Kecelakaan Lalu Lintas dan Pengetahuan Berkendara
Status Kecelakaan
Variabel P value RR CI 95%
Pernah Tidak pernah
Jenis Kelamin
Laki-laki 20 (20,6%) 77 (79,4%)
0,865 1,103 0,633-1,923
Perempuan 20 (18,7%) 87 (81,3%)
Kepemilikan SIM C
Tidak punya 30 (22,2%) 105 (77,8%)
0,259 1,533 0,797-2,950
Punya 10 (14,5%) 59 (85,5%)
Keikutsertaan dalam Tes SIM
Tidak mengikuti 1 (9,1%) 10 (90,9%)
1,00 0,586 0,082-4,171
Mengikuti 9 (15,5%) 49 (84,5%)
Pengetahuan Berkendara
Variabel P value RR CI 95%
Baik Kurang
Jenis Kelamin
Laki-laki 96 (99%) 1 (1%)
0,623 1,018 0,980-1,058
Perempuan 104 (97,2%) 3 (2,8%)
Kepemilikan SIM C
Punya 68 (98,6%) 1 (1,4%)
1,00 1,008 0,970-1,047
Tidak punya 132 (98%) 3 (2,2%)
Keikutsertaan dalam Tes SIM
Mengikuti 57 (98,3%) 1 (1,7%)
1,00 0,983 0,950-1,017
Tidak mengikuti 11 (100%) 0

pada siswa SMA kelas XI di Kabupaten lintas menunjukkan bahwa sebagian besar
Sidoarjo. responden masih banyak yang belum
Nilai Risk Ratio pada variabel jenis memiliki SIM C dan persentase kecelakaan
kelamin dengan kejadian kecelakaan lalu terbesar juga pada yang belum memiliki
lintas adalah 1,103 yang memiliki arti siswa SIM C. Sementara tabulasi silang antara
laki-laki berisiko mengalami kecelakaan lalu kepemilikan SIM C dan pengetahuan
lintas 1,103 kali lebih besar daripada siswa berkendara menunjukkan bahwa baik
perempuan. Nilai 95% Confidence Interval yang memiliki SIM C maupun tidak,
dari Risk Ratio (0,633–1,923) menunjukkan memiliki persentase hampir sama besar
bahwa risiko tersebut tidak bermakna. pada pengetahuan berkendara kategori
Sementara nilai Risk Ratio pada variabel jenis baik namun pada responden yang tidak
kelamin dengan pengetahuan berkendara memiliki SIM C memiliki persentase lebih
adalah 1,018 yang memiliki arti siswa laki- besar pada pengetahuan berkendara kategori
laki berisiko memiliki pengetahuan yang kurang daripada yang telah memiliki SIM
baik 1,018 kali lebih besar daripada siswa C. Uji chi-square digunakan untuk melihat
perempuan. Nilai 95% Confidence Interval hubungan antara kepemilikan SIM C dengan
pada Risk Ratio (0,980–1,058) menunjukkan kejadian kecelakaan lalu lintas menghasilkan
bahwa risiko tersebut juga tidak bermakna. p value sebesar 0,259 dimana nilai tersebut
Tabulasi silang antara kepemilikan lebih besar dari 0,05 (α) yang artinya tidak
SIM C dengan kejadian kecelakaan lalu ada hubungan antara kepemilikan SIM C
Fadilah Andy Nastiti, Hubungan antara Kepemilikan SIM C… 173

dengan kecelakaan lalu lintas pada siswa antara keikutsertaan dalam tes SIM dengan
SMA kelas XI di Kabupaten Sidoarjo. kecelakaan lalu lintas pada siswa SMA
Sementara uji fisher’s exact untuk melihat kelas XI di Kabupaten Sidoarjo. Sementara
hubungan antara kepemilikan SIM C dengan uji fisher’s exact untuk melihat hubungan
pengetahuan berkendara menghasilkan p antara keikutsertaan dalam tes pembuatan
value sebesar 1,00 dimana nilai tersebut SIM dengan pengetahuan berkendara
lebih besar dari 0,05 (α) yang artinya tidak menghasilkan p value sebesar 1,00 dimana
ada hubungan antara kepemilikan SIM C nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (α)
dengan pengetahuan berkendara pada siswa yang artinya tidak ada hubungan antara
SMA kelas XI di Kabupaten Sidoarjo. keikutsertaan dalam tes pembuatan SIM
Nilai Risk Ratio pada variabel dengan pengetahuan berkendara.
kepemilikan SIM C dengan kecelakaan lalu Nilai Risk Ratio pada variabel
lintas adalah 1,533 yang artinya siswa yang keikutsertaan dalam tes pembuatan SIM
tidak memiliki SIM C berisiko 1,533 kali dengan kejadian kecelakaan lalu lintas
lebih besar mengalami kecelakaan daripada adalah 0,586 yang artinya para siswa yang
siswa yang telah memiliki SIM C. Nilai 95% tidak mengikuti tes pembuatan SIM dalam
Confidence Interval dari Risk Ratio (0,797– mendapatkan SIM C berisiko 0,586 kali
2,950) menunjukkan bahwa risiko tersebut mengalami kecelakaan lalu lintas daripada
tidak bermakna. Sementara nilai Risk Ratio siswa yang mengikuti tes pembuatan SIM
pada variabel kepemilikan SIM C dengan untuk mendapatkan SIM C. Nilai 95%
pengetahuan berkendara adalah 1,008 yang Confidence Interval dari Risk Ratio (0,082–
artinya siswa yang memiliki SIM C berisiko 4,171) menunjukkan bahwa risiko tersebut
memiliki pengetahuan yang baik 1,008 kali tidak bermakna. Sementara nilai Risk
lebih besar daripada yang tidak memiliki Ratio pada variabel keikutsertaan dalam
SIM C. Nilai 95% Confidence Interval pada tes pembuatan SIM dengan pengetahuan
Risk Ratio (0,970–1,047) menunjukkan berkendara adalah 0,983 yang artinya siswa
bahwa risiko tersebut tidak bermakna. yang mengikuti tes SIM untuk mendapatkan
Tabulasi silang antara keikutsertaan SIM C berisiko memiliki pengetahuan
dalam tes pembuatan SIM dengan kejadian berkendara yang baik sebesar 0,983 kali
kecelakaan lalu lintas menunjukkan bahwa daripada siswa yang tidak mengikuti tes
dari 69 siswa yang telah memiliki SIM C, SIM untuk mendapatkan SIM C. Nilai 95%
sebagian besar mengikuti tes pembuatan Confidence Interval pada Risk Ratio (0,950–
SIM sedangkan persentase kecelakaan lebih 1,017) menunjukkan bahwa risiko tersebut
besar pada yang mengikuti tes pembuatan tidak bermakna.
SIM. Sementara tabulasi silang antara
keikutsertaan dalam tes pembuatan SIM PEMBAHASAN
dengan pengetahuan berkendara menunjukkan Gambaran Karakteristik Responden
persentase siswa yang mengikuti tes SIM Dari hasil penelitian ini dapat diketahui
lebih besar pada pengetahuan berkendara bahwa distribusi karakteristik responden
kategori baik namun peserta yang tidak menurut jenis kelamin memiliki persentase
mengikuti tes SIM semuanya berpengetahuan hampir sama besar antara pengendara laki-
berkendara kategori baik. Uji fisher’s exact laki maupun perempuan namun masih lebih
tabel kontingensi 2 x 2 digunakan untuk banyak responden perempuan. Pada jaman
melihat hubungan keikutsertaan dalam tes modern ini tidak hanya laki-laki saja yang
pembuatan SIM dengan kecelakaan lalu banyak di jalan raya, para perempuan telah
lintas menghasilkan p value sebesar 1,00 mempunyai pola hidup baru untuk hidup
dimana nilai ini lebih besar dibanding mandiri dalam berkendara, mereka memilih
0,05 (α) yang artinya tidak ada hubungan bekerja di luar rumah dan memilih kendaraan
174 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 167–178

roda dua sebagai sarana transportasinya. SIM C adalah 17 tahun. Sanksi yang diberikan
Jumlah pelanggaran lalu lintas didominasi bagi pengendara yang tidak memiliki SIM
oleh laki-laki tiap tahunnya, namun juga tidak sedikit. Undang-Undang No. 22
seiring bertambahnya jumlah pengendara tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan
perempuan, pelanggaran lalu lintas juga jalan pasal 281 menyebutkan bahwa sanksi
kerap melibatkan pengendara perempuan. bagi setiap pengendara kendaraan bermotor
(Sarry dan Widodo, 2014) di jalan raya yang tidak memiliki SIM adalah
Baik laki-laki dan perempuan dalam pidana kurungan paling lama empat bulan
berkendara pernah melakukan pelanggaran atau denda paling banyak satu juta rupiah.
lalu lintas di jalan raya yang tidak sedikit Distribusi karakteristik responden
dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas. berdasarkan keikutsertaan dalam tes
Laki-laki secara teknis lebih baik dalam pembuatan SIM menunjukkan bahwa lebih
menguasai kemudi dan jalan namun menurut dari setengah responden mengikuti tes
teori Anderson dkk (Baron, 2012) laki-laki pembuatan SIM. Menurut Undang-Undang
lebih agresif dan dominan serta cenderung No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
berani mengambil risiko. Hal inilah yang angkutan jalan pasal 81 menyebutkan bahwa
dapat membahayakan ketika berkendara di untuk mendapatkan Surat Ijin Mengemudi
jalan raya, sedangkan perempuan secara (SIM) setiap orang harus memenuhi
psikologis lebih mendahulukan emosi persyaratan antara lain persyaratan usia,
daripada logika, lebih mudah cemas dan administratif, kesehatan dan lulus ujian.
marah. Hal inilah yang menjadikan perilaku Syarat lulus ujian yang dimaksud disini
berisiko berkendara perempuan juga tinggi meliputi ujian tulis, ujian praktik, dan/atau
sehingga pelanggaran yang dilakukan oleh ujian keterampilan melalui simulator.
perempuan juga tidak sedikit (Agung, Bagi pemohon SIM yang lolos semua
2014). ujian, pembuatan SIM dapat dilakukan
Distribusi karakteristik responden dalam sehari namun bagi pemohon SIM
menurut riwayat kecelakaan menunjukkan yang mengulang ujian dibutuhkan waktu
hanya sebagian kecil responden yang pernah lebih panjang untuk mendapatkan SIM
mengalami kecelakaan selama enam bulan dan kebanyakan pemohon SIM tidak lolos
terakhir terhitung ketika bulan penelitian ujian SIM dalam satu kali coba. Hal inilah
di lakukan. Distribusi karakteristik yang dirasa memotivasi para pemohon
responden berdasarkan kepemilikan SIM SIM untuk menggunakan jasa calo SIM
C menunjukkan tidak sampai setengah dari demi mendapatkan SIM meskipun harus
total responden memiliki SIM C padahal mengeluarkan uang yang tidak sedikit karena
para siswa yang menjadi responden dalam kemudahan dan cepat tanpa harus melalui
penelitian ini telah berumur minimal 17 serangkaian prosedur pengurusan SIM
tahun dan merupakan pengendara aktif terutama ujian praktik. Selain alasan yang
sepeda motor. Undang-Undang No 22 tahun telah disebutkan sebelumnya, para pemohon
2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan SIM lebih memilih menggunakan calo SIM
pasal 77 menyebutkan bahwa setiap orang karena dorongan emosional antara calon
yang mengemudikan kendaraan bermotor di pemohon SIM dengan calo SIM, dan adanya
jalan raya wajib memiliki SIM sesuai jenis kebiasaan yang turun temurun dari keluarga
kendaraan bermotor yang dikemudikan. atau orang terdekatnya (Laksmita dan
Pada pasal 80 dan 81 UU No. 22 tahun 2009 Wahyudi, 2017). Menurut Undang-Undang
tentang lalu lintas dan angkutan jalan juga No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
menyebutkan bahwa SIM C merupakan SIM angkutan jalan pasal 86 menyebutkan bahwa
yang diperuntukkan bagi pengendara sepeda salah satu fungsi SIM merupakan sebagai
motor dan usia minimal untuk mendapatkan bukti kompetensi mengemudi. Jadi untuk
Fadilah Andy Nastiti, Hubungan antara Kepemilikan SIM C… 175

menjalankan fungsi tersebut dibutuhkan dan satunya karena persepsi keselamatan yang
diwajibkan melewati serangkaian persyaratan baik pula.
pembuatan SIM yang salah satunya Salah satu upaya untuk mengurangi
adalah lolos serangkaian ujian yang dapat angka kecelakaan lalu lintas dan berbagai
dijadikan sebagai penilaian pengetahuan dampak akibat kecelakaan lalu lintas di jalan
dan keterampilan berkendara para pemohon raya adalah perilaku safety riding. Penelitian
SIM. yang dilakukan oleh Asdar, dkk (2013)
Distribusi karakteristik responden menunjukkan bahwa responden yang telah
berdasarkan pengetahuan berkendara memiliki SIM sebagian besar berperilaku
menunjukkan bahwa hampir semua responden safety riding baik di jalan dan proporsi untuk
memiliki pengetahuan berkendara yang baik. perilaku safety riding yang baik lebih tinggi
Menurut teori Lawrence Green, pengetahuan pada yang telah memiliki SIM daripada yang
merupakan salah satu faktor predisposisi atau tidak memiliki SIM serta terdapat hubungan
faktor pendorong yang dapat menentukan antara kepemilikan SIM dengan perilaku
perilaku manusia. Menurut penelitian Wesli safety riding sehingga dapat disimpulkan
(2015), pengetahuan berkendara berpengaruh bahwa kepemilikan SIM berpengaruh pada
terhadap perilaku berkendara pengendara sikap atau perilaku safety riding yang baik.
sepeda motor.
Hubungan Keikutsertaan dalam Tes
Hubungan Kepemilikan SIM C dengan Pembuatan SIM dengan Kecelakaan
Kecelakaan Lalu Lintas Lalu Lintas
Hasil analisis penelitian menunjukkan Hasil analisis penelitian menunjukkan
bahwa kepemilikan SIM C tidak memiliki bahwa keikutsertaan dalam tes SIM C
hubungan yang signifikan dengan kejadian tidak memiliki hubungan yang signifikan
kecelakaan lalu lintas. Hal ini sejalan dengan dengan kejadian kecelakaan lalu lintas.
penelitian Fikriyah (2016) yang menyatakan Menurut pasal 86 Undang-Undang No. 22
kepemilikan SIM tidak berhubungan dengan tahun 2009, salah satu fungsi SIM adalah
persepsi keselamatan mengendarai sepeda sebagai bukti kompetensi mengemudi bagi
motor. Persepsi keselamatan berkendara pemegangnya, jadi dengan memiliki SIM,
yang buruk dapat berisiko terjadinya seseorang dianggap telah berkompeten
kecelakaan lalu lintas. Sementara penelitian dalam mengendarai kendaraan karena telah
yang dilakukan oleh Zaman, dkk (2015) melewati beberapa proses dalam pembuatan
menyatakan sebaliknya bahwa kepemilikan SIM dimana ada proses untuk menilai
SIM C berhubungan dengan perilaku pengetahuan berkendara dan kemampuan
keselamatan berkendara sepeda motor. dalam mengendarai kendaraan dengan ujian
Pada penelitian yang dilakukan tulis dan praktik.
oleh Adisasmita, dkk (2013) menyatakan Selandia Baru memperkenalkan
bahwa persentase terbesar untuk kejadian Graduated Driving License Scheme (GDLS)
kecelakaan lalu lintas dari tahun 2010 hingga sebagai upaya mengurangi kecelakaan
2012 di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat lalu lintas pada anak muda dengan cara
melibatkan para pengendara tanpa SIM. membentuk para pengendara baru kendaraan
Menurut penelitian yang dilakukan bermotor dengan pengalaman berkendara dan
oleh Ouimet et al (2007) menyatakan keterampilan secara bertahap di lingkungan
bahwa para remaja yang telah memiliki berisiko rendah. GDLS membuat aturan
SIM cenderung berperilaku safety riding terpisah yang dilakukan secara bertahap
yag baik pada awal kepemilikan SIMnya. untuk driver pemula melalui klasifikasi
Perilaku safety riding yang baik ini salah lisensi. Tahap pertama merupakan tahap
176 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 167–178

lisensi pelajar dimana pengemudi pemula Undang-Undang No. 22 tahun 2009


harus didampingi supervisor yang harus tentang lalu lintas dan angkutan jalan pasal
dan telah memegang SIM lengkap selama 81 menyebutkan bahwa salah satu fungsi
minimal dua tahun dan pengemudi pada tahap Surat Ijin Mengemudi adalah sebagai bukti
ini tidak diperkenankan mengemudi antara kompetensi mengemudi bagi pemiliknya.
jam 10 malam dan jam 5 pagi, serta batas Jadi memiliki SIM dapat menjadi tolak ukur
konsumsi alkohol legal yang diperbolehkan pengetahuan dan kemampuan berkendara
sangat rendah (efektif nol). Tahap kedua pemilik SIM, sehingga diharapkan dengan
adalah tahapan lisensi terbatas dimana memiliki SIM para pengguna kendaraan
pengemudi diperbolehkan mengemudi bermotor telah memiliki pengetahuan
tanpa pengawasan namun tetap dalam berkendara yang baik karena untuk
kondisi seperti tahapan lisensi pelajar dan memperoleh SIM, para pemohon SIM
tahap ketiga merupakan tahap lisensi penuh diwajibkan untuk lulus tiap tes yang
dimana pengemudi diijinkan mengemudi diujikan.
setiap saat dengan membawa penumpang. Setiap pengendara kendaraan
Sehingga untuk mendapatkan lisensi bermotor yang merupakan pengguna jalan
penuh, sesorang tidak hanya diwajibkan memerlukan pengetahuan akan aspek
untuk melakukan tes tertulis untuk menilai keselamatan berkendara. Pengetahuan akan
pengetahuan berkendara, tetapi juga perlu aspek keselamatan berkendara didapatkan
melewati beberapa tahapan klasifikasi seseorang baik melalui pengalaman pribadi
lisensi untuk mengasah keterampilan dan maupun orang lain dan juga literatur.
pengalaman mengemudi guna menurunkan Pengendara dengan pengetahuan serta
angka kecelakaan lalu lintas. keterampilan dan pengalaman berkendara
dengan aman yang kurang berisiko tinggi
Hubungan Kepemilikan SIM C dengan mengalami kecelakaan dan cedera (Hidayati,
Pengetahuan Berkendara 2015).
Hasil analisis penelitian menunjukkan
bahwa para responden masih banyak yang Hubungan Keikutsertaan dalam Tes
belum memiliki SIM C padahal usia mereka Pembuatan SIM dengan Pengetahuan
merupakan usia minimum untuk dapat Berkendara
memiliki SIM yakni 17 tahun. Hasil analisis Hasil analisis penelitian menunjukkan
juga menyatakan bahwa kepemilikan SIM bahwa keikutsertaan dalam tes pembuatan
C dengan pengetahuan berkendara tidak SIM tidak memiliki hubungan yang
memiliki hubungan yang signifikan. signifikan dengan pengetahuan berkendara.
Pasal 77 ayat 3, Undang-Undang Undang-Undang No. 22 tahun 2009 pasal
No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan 81 menyebutkan bahwa setiap orang
angkutan jalan menyebutkan bahwa seorang harus melalui beberapa persyaratan untuk
pengemudi yang ingin mendapatkan SIM mendapatkan SIM antara lain persyaratan
diharuskan telah memiliki kompetensi usia, administratif, kesehatan dan lulus ujian
dalam mengemudi yang dapat diperoleh yang meliputi ujian tulis, ujian praktik dan/
melalui belajar secara mandiri atau melalui atau ujian keterampilan melalui simulator.
pendidikan dan pelatihan. Kompetensi Dapat disimpulkan bahwa ujian yang
ini nantinya akan diuji ketika ujian untuk wajib dilewati para pemohon SIM untuk
mendapatkan SIM, sehingga diharapkan mendapatkan SIM adalah ujian tulis dan
dengan memiliki SIM, para pengendara praktik. Ujian ini dilakukan untuk menilai
sudah memiliki kompetensi yang baik dalam kompetensi mengemudi seseorang. Seseorang
berkendara. yang mengikuti ujian atau tes pembuatan
Fadilah Andy Nastiti, Hubungan antara Kepemilikan SIM C… 177

SIM dan lulus ujian tulis maupun praktik DAFTAR PUSTAKA


dapat disimpulkan berpengetahuan baik Agung, I.M. 2014. Model Perilaku Pengendara
dalam berkendara. Berisiko pada Remaja.Jurnal Psikologi
Integratif. (Online), Vol. 2, No. 2, (http://
SIMPULAN download.portalgaruda.org/article.php?
Kesimpulan dari penelitian ini adalah article=397686&val=8723&title=Mode
kedua variabel bebas yang diteliti yakni l%20Pengendara%20Berisiko%20Pada
kepemilikan SIM C dan keikutsertaan %20Remaja), 06 Agustus 2017.
dalam tes pembuatan SIM menunjukkan A s d a r, M . , R i s m a y a n t i , S i d i k , D .
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna 2013. Perilaku Safety Riding pada
dengan kejadian kecelakaan lalu lintas Siswa SMA di Kabupaten Pangkep,
maupun pengetahuan berkendara pada siswa (Online), (http://repository.unhas.ac.id/
SMA kelas XI di Kabupaten Sidoarjo tahun bitstream/handle/123456789/4246/
2017 namun meskipun tidak ada hubungan MUHAMMAD%20ASDAR_
yang signifikan antara kepemilikan SIM K11109367.pdf), 06 Agustus 2017.
dan keikutsertaan dalam pembuatan tes Baron, R.A., Byne, D. 2012. Psikologi Sosial
SIM dengan kecelakaan lalu lintas dan jilid 2. Jakarta: Erlangga.
pengetahuan berkendara sebaiknya hal ini BPS Provinsi Jawa Timur. 2015. Jawa
tetap menjadi hal yang patut diperhatikan Timur dalam Angka 2015. Surabaya:
karena pentingnya kepemilikan SIM dan BPS Provinsi Jawa Timur. (http://www.
keikutsertaan dalam tes pembuatan SIM jatim.bps.go.id/4dm!n/pdf_publikasi/
dalam menilai pengetahuan dan keterampilan Jawa-Timur-Dalam-Angka-2015.pdf),
berkendara para pengemudi sehingga dapat 30 Juli 2017.
meningkatkan perilaku safety riding yang Departemen Perhubungan. 2009. Undang-
baik sehingga dapat menurunkan angka Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
kejadian kecelakaan lalu lintas. Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta:
Upaya untuk meminimalisir kejadian ? (http://hubdat.dephub.go.id/uu/288-
kecelakaan lalu lintas pada usia produktif uu-nomor-22-tahun-2009-tentang-lalu-
khususnya siswa SMA dapat dilakukan lintas-dan-angkutan-jalan/download), 30
dengan cara menindak tegas para siswa Juli 2017.
yang belum memiliki SIM dan mengendarai Fikriyah, N. 2016. Faktor-Faktor yang
sepeda motor sendiri ke sekolah. Orang Berhubungan dengan Persepsi
tua juga diharapkan melarang putra/ Keselamatan Mengendarai Sepeda Motor
putrinya untuk mengendarai sepeda motor pada Siswa di Sekolah Menengah Atas
di lingkungan sekitar rumah ketika belum (SMA) Kota Depok Tahun 2016. Skripsi.
memiliki SIM dan memberikan alternatif Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
lain dengan menggunakan jasa transportasi Hidayatullah Jakarta.
umum atau jasa antar jemput. Kepemilikan Hidayati, A. 2015. Hubungan Jenis kelamin
SIM dapat menjadi tolok ukur kompetensi dan Faktor Perilaku Pengendara Sepeda
mengemudi seseorang, sehingga pada saat Motor dengan Kecelakaan Lalu Lintas
pembuatan SIM diwajibkan untuk mengikuti di Kecamatan Wonokromo Surabaya
prosedur dan persyaratan yang ada, termasuk pada Siswa SMP Tahun 2015. Skripsi.
ujian tulis dan praktik. Surabaya: Universitas Airlangga.
178 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 2, Desember 2017: 167–178

Kingham, S., et al . 2008. The Impact of the Prevention. (Online), Vol. 9, No. 1,
Graduated Driver License Scheme on (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
Road Traffic Accident Youth Mortality articles/PMC2739301/#!po=0.480769),
in New Zealand. Journal of Transport 08 Agustus 2017.
Geography. (Online), Vol. 16, (http;// Saputra, R. 2016. Ini Jumlah Sepeda Motor
dannydorling.org/wp-content/files/ di Indonesia. (http://m.viva.co.id/
dannydorling_publication_id0421.pdf), motor/770916-ini-jumlah-sepeda-motor-
06 Agustus 2017. di-Indonesia), 03 Agusus 2017.
Kordelia, C.D., Yossyafra, Kurniati, T. Sarry, Y.P., Widodo, H. 2014. Upaya
2014. Model Kecelakaan Lalu Lintas Polisi Lalu Lintas dalam Meningkatkan
berdasarkan Korelasi Populasi, Tingkat Kedisiplinan Berlalu Lintas Pengendara
Pemahaman Pengguna dan Tingkat Bermotor (Studi Deskriptif terhadap
Pertumbuhan Kendaraan di Kota Besar, Program Kanalisasi Lajur Kiri pada
Sedang dan Kecil Sumatera Barat. Jurnal Satlantas Polrestabes Surabaya). Kajian
Rekayasa Sipil. (Online). Vol. 10, No. 1, Moral dan Kewarganegaraan. (Online),
(http://jrs.ft.unand.ac.id/index.php/jrs/ Vol.2, No. 2, (http://jurnalmahasiswa.
article/download/v10-n1-kordelia/15), 23 unesa.ac.id/article/10597/41/article.pdf)
Agustus 2017. 06 Agustus 2017.
Kurniasari, N.D. 2013. Perbedaan Sikap Wesli. 2015. Pengaruh Pengetahuan Berkendara
Disiplin Berlalu Lintas Ditinjau dari terhadap Perilaku Pengendara Sepeda
Jenis Kelamin, (Online), (eprints. Motor Menggunakan Structural Equation
ums.ac.id/27622/19/02.NASKAH_ Model (SEM). Teras Jurnal. (Online), Vol.
PUBLIKASI.pdf), 05 Agustus 2017. 5, No. 1 (http://repository.unimal.ac.id/id/
Laksmita, A.H.M., Wahyudi, A. 2017. eprint/119), 08 Agustus 2017.
Rasionalitas Pengguna Jasa Calo WHO. 2015. Global Status Report on Road
dalam Pengurusan SIM Baru di Polres Safety 2015. Geneva: Management of
Sidoarjo. Paradigma. (Online), Vol. 5. Noncommunicable Diseases, Disability,
No. 1, (jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/ Violence, and Injury Prevention (NVI).
article/21244/39/article.pdf), 06 Agustus Tersedia di (http://www.who.int/
2017. violence_injury_prevention/road_safety_
Octama, C.I. 2014. Kecelakaan Lalu Lintas, status/2015/GSRRS2015_Summary_
Penyebab Kematian Tertinggi Ketiga di EN_final2.pdf?ua=1), 25 Juli 2016.
Indonesia. (http://www.beritasatu.com/ Zaman, H., Maria, I.L., Ansar, J. 2015.
nasional/206885-kecelakaan-lalu-lintas- Determinan Perilaku Keselamatan
penyebab-kematian-tertinggi-ketiga-di- Berkendara Sepeda Motor pada Remaja
Indonesia.html) , 03 Agustus 2017. di Wilayah Pesisir Kabupaten Pangkep.
Ouimet, M.C., et al .. 2007. Perceived Risk (Online). (http://repository.unhas.ac.id/
and Other Predictors and Correlates handle/123456789/14427), 06 Agustus
of Teenagers Safety Belt Use During 2017.
the First Licensure. Traffic Injury

You might also like