You are on page 1of 11

FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALU LINTAS PADA SISWA

SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA SAMARINDA

FACTOR CAUSE OF ROAD ACCIDENTS AT SENIOR HIGH SCHOOL


STUDENTS IN SAMARINDA

Dina Lusiana Setyowati, Ade Rahmat Firdaus, Nur Rohmah


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Mulawarman
E-mail: dina.setyowatik3@gmail.com

ABSTRACT
Road accidents were the main causes of mortality at young ages, especially for gentlemen, it can also caused physical
disabilities. Mortality rates which happened at young ages were caused by the low rates of their awareness perception
due to the harm on traffic. This research was conducted to depict the causes of road accidents and safety riding while
using vehicles of senior high school students in Samarinda. This research was conducted in nine senior high school
which were chosen to represent each district. The total respondents were 315, which were taken using proportional
random sampling, each district were represented by one school. The characteristic of respondents in this research was
the students in 10th grade, who ride motorcycles to school. The data were collected using questionnaire, to avoid any
bias, it was helped by enumerators. Each enumerator monitored 10 respondents. The data were analyzed using chi
square with α 0.05%. The results showed that the accidents rate was 30.8%, the rates of using motorcycle due to has
none to accompany were 39,4%, due to the long distance were 11.7%. There was relationship between accident rates
and safety riding. The relationship between accident and rebelling yellow lamp was p = 0.015, calling p = 0.041,
sending SMS p = 0.000, smoking p = 0.01 and riding with more than two p = 0.043. Meanwhile riding with more than
60 km/h speed, listening to the music, out of the street line, disobey the traffic signs have no relationship with road
accidents. Factors that cause accidents are driving behavior called warning lights, using the phone, smoking and more
than two people while driving.

Keywords: accident, high school, riding

ABSTRAK
Kecelakaan di jalan raya merupakan faktor penyebab utama kematian pada usia muda, khususnya laki-laki dan
menyebabkan kecacatan fisik. Tingginya angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada usia muda karena
rendahnya persepsi mereka terhadap risiko bahaya yang ada di jalan raya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi
gambaran tentang penyebab kecelakaan lalu lintas dan perilaku keselamatan berlalu lintas saat berkendara pada siswa
SMA di Kota Samarinda. Penelitian dilakukan di 9 Sekolah Menengah di Kota Samarinda yang telah dipilih untuk
mewakili setiap rayon. Jumlah responden sebanyak 315 orang diambil dengan menggunakan proportional Random
sampling, masing-masing Kecamatan diwakili oleh satu sekolah. Kriteria responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas
X yang mengendarai motor menuju sekolah. Adapun pengumpulan data dengan menggunakan angket, untuk
menghindari bias pengumpulan data dibantu dengan pendampingan enumerator. Setiap enumerator mendampingi 10
orang responden. Analisis data hasil penelitian dengan menggunakan chi square dengan α 0,05%. Hasil penelitian
menunjukkan angka kecelakaan sebesar 30,8%, alasan penggunaan berkendara bermotor ke sekolah dikarenakan tidak
ada yang mengantar sebesar 39,4%, jarak sekolah yang jauh 11,7%. Adapun hubungan antara kejadian kecelakaan
dengan perilaku saat berkendara, menunjukkan adanya hubungan antara kejadian kecelakaan dengan perilaku melanggar
lampu kuning p=0,015, menelepon p=0,041, mengirim SMS p=0,000, merokok p=0,01 dan berkendara lebih dari 2
orang p=0,043. Perilaku berkendaraan lainnya seperti memacu kendaraan lebih dari 60KM/jam, mendengarkan musik,
melanggar marka jalan dan melanggar rambu-rambu Lalu Lintas tidak memiliki hubungan dengan kejadian kecelakaan.
Faktor penyebab kecelakaan Lalu Lintas adalah perilaku saat berkendara yang melanggar peraturan yaitu melanggar
lampu, menggunakan telepon, merokok dan berkendara lebih dari dua orang saat berkendara.

Kata kunci: bermotor, kecelakaan, SMA

©2018 IJOSH. Open access under CC BY NC-SA license doi: 10.20473/ijosh.v7i3.2018.329–338. Received
19 March 2018, received in revised form 02 August 2018, Accepted 03 August 2018, Published: 30 Desember2018
330 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 7, No. 3 September-Desember 2018: 329–
338

PENDAHULUAN kecelakaan mencapai angka 249 kejadian, namun


yang meninggal 67 orang (Jalil, 2013).
Kemacetan lalu lintas merupakan kejadian
rutin di jalan-jalan di seluruh dunia. Ribuan Kecelakaan di jalan raya merupakan faktor
orang kehilangan nyawa mereka di jalan setiap penyebab utama kematian pada usia muda,
hari. Banyak jutaan lainnya mengalami kecacatan khususnya laki-laki dan menyebabkan kecacatan
dalam kehidupannya. Anak-anak dan dewasa fisik. Tingginya angka kematian akibat kecelakaan
muda merupakan usia yang rentan dengan kejadian lalu lintas pada usia muda karena rendahnya
kecelakaan. Setiap jam setiap hari, empat puluh persepsi mereka terhadap risiko bahaya yang ada
remaja meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. di jalan raya. Pengendara berusia muda lebih
Artinya setiap hari ada seribu lainnya keluarga sering menempatkan diri mereka pada situasi
harus mengalami kehilangan orang yang dicintai. berbahaya misalnya dengan mengendarai motor
Kecelakaan yang melibatkan sepeda motor dan dengan kecepatan tinggi, menerobos lampu merah,
kendaraan lainnya terjadi sekitar 50% korban tidak menggunakan alat keselamatan berupa helm
kecelakaan sepeda motor di Amerika Serikat dan sarung tangan.
(Administration, 2008). Mengingat tingkat Hasil penelitian Rahmi didapatkan bahwa
kematian pengendara sepeda motor meningkat dari 84.5% siswa/i berkendaraan sepeda motor ke
tahun 2007 sampai 2011 di Eropa (WHO, Global sekolah dan 56.8% responden memiliki kriteria
Status Report on Road Safety, 2013). tindakan kurang aman dalam berkendaraan roda
dua dan 43.3% kriteria aman diantaranya
World Health Organization (WHO) menyatakan
berkendaraan sambil melakukan komunikasi
bahwa Sekitar 1.25 juta orang meninggal setiap
dengan hand phone 51% (Rahmi, 2009).
tahun akibat kecelakaan Lalu Lintas jalan.
Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama Penelitian lain yang dilakukan Rakhmani (2013)
kematian di kalangan anak muda, berusia 15–29 didapatkan bahwa remaja berpikir bahwa mereka
tahun. 90 % dari kematian di dunia di jalan-jalan cukup dewasa untuk mengendarai sepeda motor di
terjadi pada negara berpenghasilan rendah dan jalan, tetapi dengan pengetahuan tentang mengemudi
menengah, meskipun negara-negara ini memiliki yang dangkal sering menyebabkan kecelakaan
sekitar setengah dari kendaraan di dunia. Separuhnya fatal. Pengetahuan mereka tentang kendaraan
dari mereka yang meninggal di jalan di dunia masih kurang karena masih merupakan hal baru
adalah pengguna jalan yang berisiko seperti: bagi mereka. Kurang pengetahuan dan pengalaman
pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara tersebut membuat pengemudi remaja kurang tanggap
sepeda motor. Jika tanpa tindakan, kecelakaan Lalu terhadap situasi yang membahayakan sehingga
Lintas di jalan diperkirakan akan naik menjadi berpotensi terjadinya kecelakaan di jalan raya
penyebab utama 7 kematian pada tahun 2030 (Rakhmani, 2013).
(WHO, Road Traffic Injuries, 2015). Berdasarkan latar belakang penelitian-penelitian
Angka kecelakaan di Provinsi Kalimantan yang sudah ada maka mengurangi jumlah kecelakaan
Timur tahun 2011 mengalami penurunan. di jalan raya yang dapat menyebabkan kecacatan
sebagaimana dilaporkan dalam data Kepolisian atau kematian harus diprioritaskan oleh pihak
Republik Indonesia jumlah kecelakaan mencapai pemerintah sebagai langkah-langkah pencegahan
kecacatan dan kematian akibat kecelakaan lalu
1.347 kejadian dibandingkan tahun 2010 mencapai
lintas. Pencegahan akibat kecelakaan lalu lintas
1.767 kejadian. Jumlah korban kecelakaan
juga dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap
sebanyak
ancaman kecelakaan lalu lintas yang akan
2.115 orang. 463 orang diantaranya meninggal
diterimanya. Untuk dapat mengurangi jumlah
dunia. 517 orang mengalami luka berat. 1.135
kecelakaan pada siswa SMA di masa yang akan
orang mengalami luka ringan (Dishub, 2013).
datang maka perlu dilakukan identifikasi faktor-
Sepanjang tahun 2013, tercatat 83 orang meninggal
faktor perilaku keselamatan saat berkendara
dunia dalam kecelakaan lalu lintas yang terjadi
sehingga dapat dilakukan upaya promotif dan
di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Meski
preventif berupa program pelatihan safety riding
peristiwa kecelakaan menurun dari tahun 2012,
serta pemilihan duta safety riding bagi siswa SMA
namun jumlah korban nyawa meningkat. Satuan lalu
yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya.
lintas Kepolisian Resor Kota Samarinda mencatat,
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pada tahun 2013 terdapat kecelakaan dengan 83
hubungan perilaku keselamatan berlalu lintas saat
orang meninggal dunia. Sedangkan pada tahun
2012 berkendara dengan METODE
kecelakaan lalu lintas
Penelitian ini
pada siswa SMA di
adalah penelitian
Kota Samarinda.
observasional dengan
desain penelitian ini
Dina Lusiana Setyowati, dkk. Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas.... 331

menggunakan analisis mengirim Short Tabel 1. Karakteristik orang tua bekerja


dengan pendekatan Message Service Responden swasta dan 1,9%
cross sectional study. (SMS), merokok dan Penelitian di responden
Penelitian dilakukan berkendara lebih dari Kota menyatakan sudah
di Sekolah Menengah 2 orang, memacu Samarinda memiliki surat ijin
Atas (SMA) di Kota kendaraan lebih dari Tahun 2018 mengemudi (SIM).
Samarinda yang 60KM/jam,
terdiri dari 10 mendengarkan Karakteristik Perilaku Berkendara
Kecamatan dengan musik, melanggar Siswa
Pernah mengalami kecelakaan Laludi Jalan Raya
Lintas
jumlah 36 sekolah. marka jalan dan Ya Safety riding
Jumlah responden melanggar rambu- Tidak atau keselamatan
sebanyak 315 orang rambu Lalu Lintas. ber-kendara
Alasan mengendarai sepeda motor
diambil dari 9 SMA Analisis data merupakan hal utama
di Kota Samarinda. menggunakan Tidak Ada yang mengantar
yang harus
Teknik sampling yang perangkat komputer, Jarak rumah Jauh diperhatikan bagi
digunakan adalah untuk mengetahui Agar cepat sampai sekolah pengendara baik
proportional hubungan antara sepeda motor maupun
Tidak ada angkutan umum dari
Random sampling, variabel disajikan ke rumah ke sekolah mobil. Hal utama ini
masing-masing dalam bentuk tabel Lain-lain seringkali diabaikan
kecamatan diwakili tabulasi silang. oleh para pengendara
Jenis Kelamin
oleh satu sekolah. Analisis statistik karena mungkin
Kriteria responden menggunakan uji Laki-laki
banyak dari elemen
dalam penelitian ini Chi-Square dengan α Perempuan safety riding tersebut
adalah siswa kelas X 0,05. Pekerjaan Orang Tua adalah hal-hal kecil
yang mengendarai PNS dan merepotkan.
motor menuju HASIL Swasta Safety riding sangat
sekolah. penting diperhatikan
Karakteristik Wiraswasta
Data primer dalam berkendara
Responden Tidak Bekerja
didapatkan dengan karena banyak
memberikan angket Karakteristik Kepemilikan SIM C kecelakaan lalu lintas
yang telah dilakukan responden dalam Ya di jalan yang
uji validitas dan penelitian ini terdiri Tidak disebabkan oleh
reliabilitas pada 30 dari pengalaman pengendara, seperti
Jumlah
siswa SMA kelas X di kecelakaan lalu lintas, data kecelakaan
Kota Samarinda yang alasan mengendarai kendaraan bermotor
tidak menjadi tempat sepeda motor, jenis 30,8% pernah yang terjadi di jalan
penelitian. kelamin, pekerjaan mengalami raya dari kepolisian
Pengumpulan data orang tua, dan kecelakaan lalu khususnya Kepolisian
dibantu oleh enam kepemilikan Surat Ijin lintas, 39,4% Daerah Metro Jaya
orang enumerator Mengemudi (SIM). menyatakan alasan menyatakan sekitar
yang telah diberikan Tabel 1 menunjukkan mengendarai sepeda 80–85% dari
pelatihan sebelumnya. distribusi responden motor ke sekolah kecelakaan terjadi
Setiap enumerator bahwa 59,7% berjenis karena tidak ada yang karena kelalaian dari
mendampingi 10 kelamin perempuan, mengantar, 38,7% para pengendara.
orang responden. sebanyak
Tabel 2. Perilaku dara
Variabel P
Berkendara
dependen dalam er
Siswa di
penelitian ini adalah il
Jalan Raya
kecelakaan lalu lintas a
di Kota
Sedangkan, variabel k
Samarinda
independen dalam u
Tahun 2018
penelitian ini adalah S
perilaku saat aa
berkendara di jalan t
raya yang meliputi B
perilaku melanggar er
lampu kuning, ke
menelepon, n
332 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 7, No. 3 September-Desember 2018: 329–
338

(n )
Pe n m
ril d (n) (%) e
ak a Pernah m
u r berboncengan a
Sa a sepeda motor c
at lebih dari 2 u
Be orang
rke k
e
S Selalu 84 26,7
n
a d Sering 63 20,0
a Selalu 75 23,8 a Kadang 67 21,3
t r
Sering 82 26,0 Tidak Pernah 101 32,1
Kadang 78 24,8 a
l a
a Tidak Pernah 80 25,4
n
m
p
u Kadang 7
2,2
l Tidak Pernah 173
a 54,9
Pernah
l
menggunakan Pernah melanggar
u
alat komunikasi marka jalan
atau HP untuk Selalu 80
l
menelepon/mener 25,4
i
ima telepon
n Sering 58
sambil
t 18,4
berkendara
a Kadang 73
Selalu
s 23,2
Sering
Tidak Pernah 104
b Kadang 33,0
e Tidak Pernah Pernah melanggar
r
Pernah rambu-rambu lalu
w
menggunakan lintas
a
alat komunikasi Selalu 81
r
atau HP untuk 25,7
n
menulis/membaca Sering
a 57
SMS sambil 18,1
berkendara
k Kadang 70
u Selalu
22,2
n 30,8
Tidak Pernah 107
i Sering
34,0
n 14,3
Pernah berkendara
g Kadang
dengan kecepatan
20,0 lebih dari 60
S Tidak Pernah km/jam
a 34,9
y Selalu 51
Pernah merokok 16,2
a
sambil Sering 100
berkendara
t 31,7
Selalu
e Kadang 105
t 39,7
33,3
a Sering
Tidak Pernah 59
p 3,2
Dina Lusiana Setyowati, dkk. Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas.... 333

18,7 HP/MP3 player Lintas berwarna


Pernah sambil berkendara. kuning, pernah
mendengarkan Hasil penelitian menggunakan alat
musik lewat ini menunjukkan komunikasi atau HP
HP/MP3 bahwa perilaku untuk
player sambil siswa saat menelepon/menerima
berkendara berkendara di telepon sambil
Selalu jalan raya tidak berkendara, pernah
Sering aman atau menggunakan alat
berbahaya. komunikasi atau HP
Kadang
untuk
Tidak Pernah Hubungan menulis/membaca
antara Variabel SMS sambil
Dependen dan berkendara,
Tabel 2 Variabel Merokok sambil
menunjukkan Independen berkendara,
perilaku siswa saat berboncengan
Hasil analisis
berkendara di jalan sepeda motor lebih
uji statistik
raya, diketahui dari 2 orang
menggunakan chi
bahwa responden memiliki hubungan
square P value <
menyatakan yang signifikan
0,05 didapatkan
selalu/sering dengan kecelakaan
bahwa pada
sebanyak 49,8% lalu lintas pada
variabel tetap
menyatakan bahwa siswa SMA. Item
memacu
saat lampu lalu melanggar marka
kendaraan pada
lintas berwarna jalan, melanggar
saat lampu Lalu
kuning tetap rambu-
memacu kendaraan,
45,0% menyatakan
menggunakan alat
komunikasi atau
Hand Phone (HP)
untuk
menelepon/meneri
ma telepon sambil
berkendara, 46,0%
menggunakan alat
komunikasi atau HP
untuk
menulis/membaca
SMS sambil
berkendara, 43,0%
merokok sambil
berkendara, 44,0%
melanggar marka
jalan, 44,0%
melanggar rambu-
rambu lalu lintas,
48,0% berkendara
dengan kecepatan
lebih dari 60
km/jam, 47,0%
selalu
berboncengan
sepeda motor lebih
dari 2 orang, 48,0%
mendengarkan
musik lewat
Tabel 3. Hubungan antara Variabel Dependen dan Variabel Independen di Kota Samarinda Tahun 2018
Variabel Selalu (%) Sering (%) Kadang (%) Tidak pernah (%) p
Tetap memacu kendaraan pada saat lampu lalu lintas berwarna kuning
Mengalami 19.6 17,5 34,0 28,9 ,015**
Tidak mengalami 25,7 29,8 20,6 23,9
Pernah menggunakan alat komunikasi atau HP untuk menelepon/menerima telepon sambil
berkendara
,049*
Mengalami 16,5 20,6 23,7 39,2
Tidak mengalami 31,7 16,5 20,2 31,7
Pernah menggunakan alat komunikasi atau HP untuk menulis/membaca sms sambil
berkendara
,000
Mengalami 14,4 21,6 25,8 38,1%
Tidak mengalami 38,1 11,0 17,4 33,5%
Merokok sambil berkendara
Mengalami 25,8 7,2 3,1 63,9% ,001
Tidak mengalami 45,9 1,4 1,8 50,9%
Melanggar marka jalan
Mengalami 20,6 15,5 24,7 39,2% ,298
Tidak mengalami 27,5 19,7 22,5 30,3%
Melanggar rambu-rambu lalu lintas
Mengalami 18,6 15,5 24,7 41,2% ,116
Tidak mengalami 28,9 19,3 21,1 30,7%
Berkendara dengan kecepatan lebih dari 60 km/jam
Mengalami 17,5 32,0 35,1 15,5% ,782
Tidak mengalami 15,6 31,7 32,6 20,2%
Berboncengan sepeda motor lebih dari 2 orang
Mengalami 22,7 13,4 28,9 35,1% ,044
Tidak mengalami 28,4 22,9 17,9 30,7%
Mendengarkan musik lewat HP/MP3 player sambil berkendara ,492
Mengalami 16,5 26,8 25,8 30,9%
Tidak mengalami 24,3 24,8 22,9 28,0%

rambu lalu lintas, berkendara dengan kecepatan jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau
lebih dari 60 km/jam, mendengarkan musik lewat kerugian harta benda (Peraturan Pemerintah No
HP/ MPEG-1 Audio Layer 3 (MP3) player sambil 43 Tahun 1993 Pasal 93). Kecelakaan lalu lintas
berkendara tidak memiliki hubungan signifikan pada umumnya terjadi karena berbagai faktor
dengan kecelakaan Lalu Lintas pada siswa SMA. penyebab secara bersama-sama seperti pelanggaran
Hasil analisis hubungan antara variabel dependen atau tindakan kurang hati-hati para pengguna jalan
dengan variabel independen pada Tabel 3. (pengemudi dan pejalan kaki), kondisi jalan,
kondisi kendaraan, cuaca atau pandangan
PEMBAHASAN terhalang. Secara umum bahwa penyebab
terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah faktor
Kecelakaan Lalu Lintas manusia itu sendiri (human error). Hasil
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku
di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak berkendara pada siswa SMA di Kota Samarinda
disengaja, melibatkan kendaraan dengan atau tidak aman atau berbahaya.
tanpa pemakai
Beberapa negara mengidentifikasi ada tiga lingkungan. Ketiga faktor tersebut ada di Indonesia
penyebab utama kecelakaan lalu lintas yaitu faktor (Soehodho, 2009).
manusia, faktor kendaraan dan faktor jalan atau Faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas
adalah faktor manusia. Manusia banyak melakukan Laki-laki dari usia muda, lebih cenderung
pelanggaran terhadap aturan lalu lintas. mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan daripada
Pelanggaran rambu lalu lintas merupakan salah perempuan. Karena Laki-laki lebih cenderung
satu penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. tidak menaati peraturan yang ada, sedangkan
Pelanggaran tersebut diakibatkan karena perempuan lebih mementingkan peraturan yang
kesengajaan maupun kurangnya kontrol diri pada ada. Menurut data kepolisian faktor pelanggaran
pengemudi terhadap peraturan yang berlaku. yang dilakukan pengemudi yang kurang tertib
Pengendara sepeda motor yang melakukan berlalu lintas ini mencapai lebih dari 80% dari
pelanggaran terjadi karena rendahnya kontrol penyebab kecelakaan lalu lintas (Adinugroho,
diri dari pengemudi. Sama halnya pada faktor 2012).
kepribadian juga dapat memengaruhi pelanggaran Penelitian ini menunjukkan berbagai alasan
sehingga dapat menyebabkan kecelakaan lalu mengapa pelajar mengendarai sepeda motor
lintas (Kusumadewi, 2012). diantaranya tidak ada yang mengantar (39,4%)
Tipe kepribadian terbagi menjadi dua bagian, serta sekolah yang jauh dari rumah (11,7%). Hal
yaitu kepribadian introvert dan kepribadian ini menggambarkan bahwa saat ini sepeda motor
extrovert. Tipe kepribadian introvert cenderung menjadi pilihan praktis dan menjadi kebutuhan
menutup diri dari lingkungan sekitarnya, serta penggunaan sepeda motor di usia remaja menjadi
keputusan yang diambil hanya didasarkan oleh hal penting, karena motor adalah kendaraan yang
perasaan, pemikiran, dan pengalaman dari mampu mencapai tujuan dengan cepat dan
individu. Tipe kepribadian ini akan menimbulkan merupakan bagian dari aktivitas kehidupan ke
sifat ego sentries yaitu sifat yang lebih sekolah untuk para siswa. Pengemudi pemula
mementingkan diri sendiri dan kurang memiliki peluang tiga kali lebih besar terlibat
memperhatikan dan atau kurang menghargai orang dalam kecelakaan dari pada pengemudi yang telah
lain, sehingga dalam berlalu lintas mudah mahir. Lebih dari 27,4% kecelakaan pada tahun
menimbulkan kecelakaan, karena semua yang ada di 2004 melibatkan anak muda dan pengemudi
sekitarnya dianggap hanya untuk kebutuhan dan pemula berusia 16–25 tahun (Marsaid, 2013).
kepentingannya sendiri. Misalnya helm yang tidak Pengemudi pemula tidak di bekali dengan
ditalikan sehingga saat kendaraan dilarikan dalam persiapan yang cukup mengenai keselamatan
kecepatan tinggi, helm tersebut dapat terbang berlalu lintas seperti pengetahuan tentang safety
tertiup angin, hal ini sangat membahayakan riding, perilaku berkendara yang aman, dan
pengendara yang ada di belakangnya; Sementara kemampuan/skill berkendara ditunjukkan dengan
untuk kepribadian extrovert, seorang anak cenderung kepemilikan SIM.
lebih aggressive, sehingga keputusan yang diambil Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah bukti
berdasar dari pengalaman teman sekitarnya registrasi dan identifikasi yang diberikan oleh Polri
(Notoatmojo, 2010). Sifat agresif ini mempunyai kepada seseorang yang telah memenuhi
ciri-cirinya kurang sabar, penuh rasa persaingan, persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani,
mudah menyerang dan menyalahkan orang lain, memahami peraturan lalu lintas dan terampil
sehingga kendaraan yang dikendarai dapat digunakan mengemudikan kendaraan bermotor (Wardani,
sebagai alat untuk melampiaskan nafsu agresifnya 2015). Namun hasil penelitian ini didapatkan
untuk menyerang orang lain, sehingga mudah terjadi bahwa responden yang memiliki SIM hanya 1,9 %
kecelakaan. saja. Hal ini karena untuk untuk mendapatkan SIM
Kazantzis, et al. menyebutkan bahwa insiden salah satu syaratnya adalah usia 17 tahun
kecelakaan lalu lintas pengendara sepeda motor sementara umur responden belum memenuhi syarat
pada remaja yaitu 11%, dan lebih dari 50% korban untuk memilki SIM, dengan kata lain bahwa
kecelakaan lalu lintas mengalami hyperarousal, responden belum mempunyai keterampilan
gangguan ingatan, lebih emosional dan adanya dalam mengemudikan kendaraan sepeda motor
gangguan kognitif dan social (Kazantzis, 2012). karena belum mempunyai SIM. Kondisi ini dapat
meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas pada
siswa karena belum dimilikinya keterampilan/skill
berkendara yang aman.
Hasil penelitian Soehodho menyatakan bahwa
pengendara sepeda motor akan lebih agresif dan
ceroboh karena mobilitas nya yang fleksibel, tren
menunjukkan sepeda motor digunakan untuk
perjalanan jarak jauh seperti perjalanan antarkota,
dan penumpang lebih dari kapasitas dari dua Agus menunjukkan bahwa prediksi jumlah korban
orang yang mengendarai sepeda bukanlah hal kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia tidak hanya
yang tidak biasa (Soehodho, 2009). Penelitian dipengaruhi jumlah penduduk dan jumlah kendaraan
bermotor, tetapi juga jumlah kepemilikan SIM dan sehingga perlu untuk mempromosikan informasi
panjang jalan (Agus, 2012). Penelitian Marsaid publik tentang risiko-risiko tersebut di antara
menunjukkan bahwa pengendara tidak terampil orang- orang (Mangiaracina, 2007).
berisiko 0,263 kali menyebabkan kejadian meninggal Hasil penelitian Pamungkas menunjukkan
pada kecelakaan Lalu Lintas dibanding pengendara bahwa karakteristik pengendara dapat berubah
terampil (Marsaid, 2013). secara drastis dan cepat karena penggunaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alkohol, narkotika, rasa sakit, jenuh dan tidak
pekerjaan orang tua responden 44,0% bekerja nyaman dapat secara serius mengurangi efisiensi
sebagai wiraswasta (petani, buruh, pedagang) pengemudi (Pamungkas, 2014).
dan tidak bekerja. Badan Kesehatan Dunia Pencegahan penyalahgunaan zat adiktif di
melaporkan bahwa kematian karena kecelakaan kalangan remaja merupakan usaha yang penting,
lalin dua kali lebih tinggi di negara berpenghasilan dan layak dipertahankan dan ditingkatkan demi
rendah dan menengah dengan penggunaan mengurangi konsekuensi penggunaan zat adiktif dari
sepeda motor dominan, dibandingkan dengan semua perilaku berisiko tinggi termasuk
negara berpenghasilan tinggi di dunia (WHO, kecelakaan kendaraan bermotor. Temuan baru
Global Status Report on Road Safety, 2015). menunjukkan bahwa karakteristik orang tua
Kondisi sosial ekonomi keluarga dengan latar dirasakan sangat kuat pengaruhnya pada
belakang ekonomi yang berisiko tinggi mengemudi berisiko tinggi yaitu pada anak muda
memengaruhi kemungkinan anak atau remaja atau remaja.
meninggal atau terluka dalam kecelakaan lalu
lintas. Hubungan kondisi sosial ekonomi keluarga Hubungan Penggunaan HP dengan Menelepon,
tidak hanya antara penghasilan tinggi dan negara SMS dan Mendengarkan Musik dengan
berpenghasilan rendah. Misalnya, data dari Swedia Kecelakaan Lalu Lintas
dan Inggris menunjukkan bahwa anak-anak dan
orang dewasa muda berisiko mengalami Penelitian yang dilakukan oleh Governors
kecelakaan lalu lintas lebih tinggi jika mereka Highway Safety Association (GHSA) Amerika
berasal dari keluarga kelas sosial yang lebih Serikat, menemukan bahwa menelepon atau
rendah. berSMS pada saat mengemudi merupakan
penyebab terbesar terjadinya kecelakaan di jalan
Hubungan Merokok Saat Berkendara dengan raya. Penelitian Internasional pun mengungkapkan
Kecelakaan Lalu Lintas bahwa penggunaan ponsel saat mengemudi
menyumbangkan satu dari setiap empat kecelakaan
Berdasarkan hasil penelitian ini, kejadian lalu lintas. Bahaya penggunaan ponsel saat
kecelakaan juga diakibatkan karena merokok berkendara bukan pada cara kita menggunakannya
sambil berkendara (p=0,001). Persentase kejadian (termasuk memakai hands free), melainkan lebih
kecelakaan terdapat pada responden dengan perilaku pada topik pembicaraan atau apa yang sedang kita
selalu atau sering merokok saat berkendara sebesar bicarakan saat itu. Jadi bahayanya adalah karena
33,0%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh otak pengemudi dipaksa berpikir hal penting
rokok sebagai zat adiktif dalam berkendara seperti lainnya saat mengemudi, sehingga konsentrasi
penurunan konsentrasi. Penelitian Mangiaracina menjadi terpecah (Polda Jatim, 2018).
menunjukkan bahwa merokok menghasilkan risiko Faktanya adalah menggunakan ponsel saat
luar biasa untuk keselamatan di jalan, lebih dari berkendaraan ternyata jauh lebih berbahaya daripada
penggunaan ponsel. Dalam kondisi kecanduan berkendaraan saat mabuk. SMS saat berkendara 6
menghasilkan gangguan mengemudi yang cukup kali lebih memungkinkan menyebabkan
besar pada perokok, hal ini disebabkan karena kecelakaan dibandingkan berkendara saat
kekurangan oksigen yang ditunjukkan, kehadiran mabuk. Hampir 23% kecelakaan disebabkan
karbon monoksida dan konsentrasi tinggi partikulat oleh menelepon menggunakan ponsel saat
offine di udara bernafas di dalam kendaraan. berkendara. Berkendara sambil menelepon bisa
membuat otak bereaksi (meski masih remaja)
seperti otak para manula yang berusia 70 tahun
(Polda Jatim, 2018).
Penelitian telah menyarankan bahwa
penggunaan ponsel saat mengemudi mengurangi
konsentrasi dikarenakan remaja cenderung
menggunakan ponsel mereka saat mengemudi
(McCartt AT, 2006) (Walsh Sp, 2008). Selain itu, ponsel saat mengemudi (Neyens DM, 2008).
telah ditemukan bahwa pengemudi remaja lebih Penggunaan ponsel pada saat mengemudi
cenderung mengalami cidera berat jika menggunakan mencerminkan tingkat hubungan kognitif dan
perilaku penggunaan ponsel (Gauld CS, 2014). mengendarai sepeda bukanlah hal yang tidak biasa
Studi telah mengungkapkan bahwa remaja yang (Soehodho, 2009).
menggunakan ponsel cenderung menunjukkan
bahwa mereka akan menggunakan ponsel mereka Hubungan Kepatuhan Terhadap Rambu-
dalam beberapa cara saat mengemudi, termasuk Rambu Lalu Lintas dengan Kecelakaan Lalu
mengirim SMS, dan lebih jauh lagi, bahwa mereka Lintas
sengaja menyembunyikan perilaku ini (Gauld CS,
2014) (White KM, 2012). Perangkat pengatur lalu lintas merupakan
Sejalan dengan penelitian ini, tingkat suatu instrumen yang diperlukan untuk mengatur
kecelakaan lebih sering terjadi pada responden kelancaran arus lalu lintas di jalan raya. Selain itu
yang menggunakan ponsel dengan menerima juga dapat berfungsi untuk menurunkan tingkat
telepon atau menelepon saat berkendara 20,6%, kecelakaan dan hambatan lalu lintas.
perilaku penggunaan ponsel dalam berkendara Rambu lalu lintas adalah suatu tanda, simbol,
seperti mengirim SMS 25,8% pernah mengalami isyarat atau semboyan yang bertujuan memberikan
kecelakaan, tetapi pada responden yang tidak informasi atau petunjuk bagi pengguna jalan
mengalami kecelakaan namun menggunakan tentang kondisi jalan dan lingkungannya.
ponsel saat berkendara juga cukup tinggi 31,7%. Kesadaran pengemudi terhadap rambu-rambu
Hal ini menunjukkan perilaku berisiko terjadinya Lalu Lintas di jalan raya perlu ada peningkatan.
kecelakaan saat berkendara. Sehingga diperlukan Terutama pada rambu lalu lintas menunjukkan lampu
upaya pencegahan pada pengemudi remaja untuk kuning. Pada penelitian ini kejadian kecelakaan
berkendara aman di jalan raya dengan terus terjadi pada mereka yang memiliki perilaku selalu
memberikan pendidikan dan sosialisasi aman melanggar lampu kuning 19,9%. Hal ini sejalan
berkendara bagi berbagai pihak seperti orang tua, dengan penelitian Wong (2010), menyatakan
sekolah dan kepolisian. bahwa kesadaran pada kondisi Lalu Lintas dan
rambu-rambu lalu lintas akan bisa menurunkan
Hubungan Berkendara Lebih dari 2 kejadian kecelakaan di jalan raya (Wong, 2010).
Penumpang dengan Kecelakaan Lalu Lintas Lampu lalu lintas merupakan alat pengatur lalu
lintas yang dijalankan dengan listrik atau
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun sejenisnya yang bertujuan untuk mengatur,
2009 tentang Angkutan Jalan telah mencantumkan mengarahkan serta memberikan peringatan
larangan bagi setiap pengendara untuk membawa kepada pengguna kendaraan.
penumpang lebih dari satu orang. Hasil penelitian ini Pada penelitian ini, secara statistik menunjukkan
menunjukkan bahwa 47,0% responden menyatakan hubungan dengan p=0,015 antara pelanggaran
selalu berboncengan sepeda motor lebih dari 2 terhadap lampu lalu lintas seperti melajukan
orang dan kejadian kecelakaan dikarenakan selalu kendaraan di saat lampu lalu lintas dengan angka
membawa penumpang lebih dari 2 sebesar 26,6%. kecelakaan pada responden. Penelitian Handayani
Menurut hasil penelitian Lestari, pelanggaran (2017) menunjukkan bahwa pelanggaran rambu
jenis ini dikarenakan menghemat biaya atau dan lampu Lalu Lintas merupakan faktor yang
menghemat bensin yang digunakan, karena jarak paling berpengaruh terhadap potensi terjadinya
dekat dan serah sehingga meringankan pengemudi kecelakaan Lalu Lintas yaitu sebesar 39,5%.
untuk tidak kembali menjemput penumpangnya Penelitian Marsaid menunjukkan bahwa pengendara
(Lestari, 2015). Penelitian Soehodho menyebutkan tidak tertib berisiko 0,227 kali menyebabkan
bahwa kecelakaan lalu lintas juga disebabkan karena kejadian meninggal pada kecelakaan lalu lintas.
penumpang lebih dari kapasitas dari dua orang Data ini mencerminkan pengendara yang tidak
yang tertib berisiko menyebabkan kecelakaan dengan
korban meninggal dunia (Marsaid, 2013).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebesar 34,0% menunjukkan bahwa responden
kadang-kadang menjalankan kendaraan dengan
kecepatan tinggi pada saat lampu lalu lintas berwarna
kuning. 48,0% responden pernah mengalami
kecelakaan lalu lintas menyatakan selalu/sering Lintas yang ada.
mengendarai sepeda motor dengan kecepatan lebih Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap
dari 60 km/jam, hal ini sesuai dengan hasil pelanggaran perangkat pengatur lalu lintas yaitu
penelitian Poei (2016), berarti gerak cepat untuk pelanggaran terhadap marka jalan, rambu lalu lintas
mengendarai kendaraan untuk mencapai tujuan dan mengendarai kendaraan dengan kecepatan 60
sesegera mungkin adalah fenomena yang terjadi km/jam. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
sekarang, tanpa menghiraukan etika berLalu penelitian Prakarsa (2011) yang menemukan bahwa
kecelakaan lalu lintas terjadi akibat kecepatan yang Perguruan Tinggi atas pemberian dana pada skim
lebih tinggi atau > 60 km/jam. Kecepatan yang Penelitian Produk Terapan tahun anggaran 2017
lebih tinggi atau > 60 km/jam berdampak pada dengan nomer kontrak: 360 / UN17.41 / KL / 2017.
dekatnya jarak antar kendaraan sedemikian
sehingga jarak pandang henti ideal terlampaui dan
kemampuan pengendalian kendaraan berkurang DAFTAR PUSTAKA
(Costa, 2012). Hampir dapat dipastikan akan Adinugroho, L., 2012. Karakteristik Pengemudi
berakibat fatal bagi pengendara sepeda motor dan di Model Peluang Terjadinya Kecelakaan Bus
pejalan kaki di lokasi/ jalan tersebut (Prakarsa, AKAP. Jurnal Rekayasa Sipil, [e-Jurnal] 6(1):
2011). pp.42-54
Administration, N. H., 2008. Traffic Safety Facts
SIMPULAN 2008. A Compilation of Motor Vehicle Crash
Data from the Fatality Analysis Reporting
Faktor penyebab kecelakaan Lalu Lintas pada System and The General Estimates System.
siswa SMA di Kota Samarinda yaitu perilaku saat USA: National Highway Traffic Safety
berkendara yang tidak aman yaitu perilaku Administration
melanggar lampu kuning, menelepon, mengirim Agus, S., 2012. Perbandingan Model Andreassen
SMS, merokok dan berkendara lebih dari 2 orang. dan Model Artifisial Neural Network untuk
Hubungan antara kejadian kecelakaan dengan Prediksi Fatalitas Korban Kecelakaan
perilaku saat berkendara, menunjukkan adanya Lalulintas. Jurnal Transportasi, [e-Jurnal] 12
hubungan antara kejadian kecelakaan dengan (1): pp. 73–82
perilaku melanggar lampu kuning p=0,015, Costa, D. G., 2012. Analisis Risiko Kecelakaan
menelepon p=0,041, mengirim sms p=0,000, Pengguna Sepeda Motor. Simposium XV
merokok p=0,01 dan berkendara lebih dari 2 FSTPT. Bekasi: Sekolah Tinggi Transportasi
orang p=0,043. Perilaku berkendaraan lainnya Darat
seperti memacu kendaraan lebih dari 60 km/jam, Disnas Perhubungan., 2013. Profil dan Kinerja
mendengarkan musik, melanggar marka jalan dan Perhubungan Darat 2013. Jakarta:
melanggar rambu-rambu Lalu Lintas tidak Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
memiliki hubungan dengan kejadian kecelakaan. Rakhmani, F., 2013. Kepatuhan Remaja dalam
Berlalu Lintas. Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri, [e-
UCAPAN TERIMA KASIH Jurnal] 2 (1): pp.1-7
Gauld C. S. L. I . , 2014 . Concealing Their
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Communication: Exploring Psychosocial
Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat, Predictors of Young Drivers’ Intentions and
Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Engagement in Concealed Texting. Accid ent
Teknologi, Kementerian Riset, Teknologi dan Analysis and Prevention, [e-Jurnal] 62:pp. 285-
293
Handayani, D., Rahma O., O., Widi, H., 2017.
Pengaruh Pelanggaran Lalulintas Terhadap
Potensi Kecelakaan Pada Remaja Pengendara
Sepeda Motor.. Matriks Teknik Sipil, [e-Jurnal]
: pp.838-843
Jalil, A., 2014. 2013, 83 Orang Tewas Kecelakaan di
Samarinda. Jakarta: Sindonews.com
Kazantzis., 2012. Predictors of Chronic Trauma
Related Symptoms in A Community Sample of
New Zealand Motor Vehicle Accident
Survivors. Cult Med Psychiatry 36 , 442–464
Kusumadewi, H.P., 2012. The Correlation Between
the Social Support of Peer Group and Self
Control towards the Obedience of The Rule
in The Teenage Girls of the Assalam Modern Subang Jawa Barat). Skripsi. Surakarta:
Islamic Boarding School Sukoharjo. Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta
Ilmiah Psikologi [e-Journal] 1(2): pp.1-10 Mangiaracina G.P.L., 2007. Smoking While Driving
Lestari., 2015. Analisis Pelanggaran Pengendara and Its Consequences on Road Safety. Pub Med,
Motor terhadap Undang-Undang No 22 Tahun 19 (3): pp.253–267
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Marsaid., M.Hidayat, Ahsan., 2013. Faktor Yang
(Studi Kasus Pada Satlantas Kepolisian Resor berhubungan dengan Kejadian Kecelakaan Lalu
Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor di Rahmawati., 1998. Korelasi Surat Ijin Mengemudi
Wilayah Polres Kabupaten Malang. Jurnal (SIM) dengan Kecelakaan yang Terjadi di
Ilmu Keperawatan, [e-Jurnal] 1 (2): pp.98-112 Jalan. Tugas Akhir. Yogyakarta: Program
McCartt A.T.H.L., 2006. Cell Phones and Driving: Sarjana Ekstensi Teknik Sipil Universitas
Reviewing of Research. Traffic Inj. PubMed, Gajah Mada
7:89-106 doi:10.1080/15389580600651103 Rahmi, S., 2009. Analisis Perilaku Siswa SMA di
Neyens D.M.B.L., 2008. The Influence of Driver Kota Samarinda dalam Berkendara Roda Dua
Distraction on The Severity of Injuries terhadap Keselamatan Berlalu Lintas. Refleksi
Sustained by Teenage Drivers and Their Kesehatan, pp. 32–67
Passengers. Accident Analysis & Prevention, Soehodho., 2009. Road Accident in Indonesia.
[e-Journal] 40 (1): pp:254–259 IATSS RESEARCH [e-Journal] 33 (2): pp.122-
doi:10.1016/j.aap.2007.06.005 124
Notoatmojo, S., 2010. Promosi Kesehatan: Teori Walsh Sp, W.K., 2008. Dialling and Driving:
dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Factors Influencing Intentions to Use A Mobile
Pamungkas, N.S., 2014. Mengenal Perilaku Phone while Driving. Accident Analysis &
Pengendara Kendaraan dalam Upaya Mencegah Prevention, [e-Journal] 40(6): pp.1893-
Terjadinya Kecelakaan di Jalan Raya. Teknis, 1900.doi:10.1016/j. aap.2008.07.005
[e-Junal] 9 (1): pp.13–18 Wardani, V.A., 2015. Persepsi Masyarakat
Poei, E.P., 2016. Perilaku Berlalu Lintas Yang Terhadap Citra Polisi Lalu Lintas di Polsek
Mendukung Keselamatan di Jalan Raya. Teknik Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Jom
Sipil, [e-Jurnal] 14 (1): pp.10–19 Fisip, [e-Jurnal] 2 (1): pp.1-15
Polda Jatim, D., 2018 Bahaya Penggunaan White K.M. Shari P Walsh, Melissa K Hyde and
Handphone Saat Mengemudi. Surabaya: Polisi Barry C Watson., 2012. Connection Without
Daerah Jawa Timur Caution? The Role of Mobile Phone
Howard, E., 2011. Keselamatan Jalan, Membangun Involvement in Predicting Young People’s
Kapasitas Kelembagaan, Peran Polisi Lalu Intentions to Use a Mobile Phone While
Lintas, Perspektif Seorang Ahli Keselamatan Driving. Journal of the Australasian College of
Jalan, Sisi Kemanusiaan, Infrastruktur. Jurnal Road Safety, [e-Journal] 23 (1): pp.16–21
Prakarsa Infrastruktur Indonesia, [e-Jurnal] 8: WHO., 2013. Global Status Report on Road Safety.
pp.3-9 Geneva: World Health Organization
WHO., 2015. Global Status Report on Road
Safety. WHO Librar.ed.doi:978 92 4 156506 6.
WHO/ NMH/NVI/15.6
WHO., 2013. Road Traffic Injuries
WHO., 2015. Road Traffic Injuries
Wong., 2010. Determinants Behind Young
Motorcyclist Risky Riding Behavior. Journal
Accident Analysis and Prevention, [e-Journal]
42(1): pp.275–281

You might also like