You are on page 1of 15

ULTRASONOGRAFI PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIA SELAMA SIKLUS

ESTRUS DAN KEBUNTINGAN AWAL PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE


(PO)
(Ultrasonography of Ovarian Follicular Development During Estrous Cycle and Fetus
Early Pregnancy in Ongole-Crossbred Cows)

Supriyanto1, Pramu2 dan N. Ahadiati3


1,2)
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang
Jl. Magelang-Kopeng Km 7 Purwosari Tegalrejo Magelang 56192
E-mail : stppsupriyanto@gmail.com
3)
Balai Penyuluhan Pertanian Berau Kabupaten Hulu Sungai Tengah
E-mail : nettyachadiati@yahoo.com

Diterima : 4 November 2015 Disetujui : 25 Juni 2016

ABSTRACT

This research has aim to know development of ovarian follicles during estrous cycle
and early pregnancy. A total of twelve Ongole-crossbred cows were synchronized using
protaglandin, then ultrasonographycally examined and bood serum were collected
consecutively on day 19 (proestrus), day 0 (estrus) or at the time of insemination, day 5
(metestrus), day 15 (diestrus), day 19, day 30 and 60 after insemination. Confirmation on
the reproductive status of experimental cows was performed by determination on the
concentration of estrogen and progesterone hormones. Ultrasonography examination
during estrous cycle and early pregnancy showed development images of follicles that on
stage proestrus and estrus showed follicles, stage metestrus,diestrus and early pregnancy
changes become corpus luteum.Estrogen levels (pg / ml) vs. progesterone (ng / ml) showed
that a. 19 days after esrus (8.611 ± 0.126 and 1.422 ± 0.097), b. Estrus (15.844 ± 0.150
and 0.866 ± 0.100), c. Metestrus 5 days after IB (3.667 ± 0.281 vs 2.788 ± 0.153); d.
Diestrus 15 days after IB (4.044 ±0.235 vs 7.076 ± 0.122); e. Pregnant 30 days after IB (
4.272 ± 0.101 vs 8.186 ± 0.120).

Key words: ultrasonography, ovarian follicle, corpus luteum, fetus.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan folikel ovarium selama


siklus estrus dan awal kehamilan. Sebanyak dua belas sapi Ongole-persilangan yang
disinkronisasi menggunakan prostaglandin, kemudian diperiksa melalui ultrasonografi
(USG) dan diambil serum darah berturut-turut pada hari 19 (proestrus), hari 0 (estrus)
atau pada saat inseminasi, hari 5 (metestrus), hari 15 ( diestrus), hari 19, hari 30 dan 60
setelah inseminasi. Penegasan status reproduksi sapi eksperimental dilakukan dengan
penentuan konsentrasi estrogen dan progesteron. Pemeriksaan ultrasonografi selama siklus
estrus dan awal kehamilan menunjukkan gambar perkembangan folikel tahap metestrus,
diestrus dan awal kehamilan perubahan menjadi corpus tingkat luteum.Estrogen (pg / ml)
vs progesteron (ng / ml) menunjukkan bahwa 19 hari setelah esrus (8,611 ± 0,126 dan
1,422 ± 0,097), b. Estrus (15,844 ± 0.150 dan 0,866 ± 0.100), c. Metestrus 5 hari setelah IB

82 Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi
Peranakan Ongole (Po)
(3,667 ± 0,281 vs 2,788 ± 0,153); d. Diestrus 15 hari setelah IB (4,044 ± 0,235 vs 7,076 ±
0,122); e. bunting 30 hari setelah IB (4,272 ± 0,101 vs 8,186 ± 0,120).

Kata kunci: ultrasonografi, folikel ovarium, korpus luteum, janin.

PENDAHULUAN diperiksa, serta sampai dengan saat ini


belum ada hasil penelitian ataupun laporan
Teknik ultrasonografi prinsipnya tentang gambaran perkembangan folikel
berdasarkan aplikasi gelombang suara ovarium pada ternak besar, maka kami
frekuensi tinggi (ultrasound) yang ingin mempelajari gambaran perkembangan
dipantulkan dari suatu transducer folikel ovarium pada sapi Peranakan
(transduser, probe atau scanner) dan Ongole (PO) selama siklus estrus dan
diterima kembali oleh transduser tersebut kebuntingan awal.
berdasarkan sifat ekhogenik (memantulkan)
maupun non-ekhogenik (tidak Estrogen
memantulkan) gelombang ultra suara.
Pantulan akan diubah menjadi impuls listrik Estrogen terdiri dari 18 atom karbon
yang ditayangkan sebagai imej noktah- dengan inti steroid cyclopentano perhydro
noktah cerah (bright dots) pada layar phenanthrene, sedangkan atom karbon yang
monitor (Beal, 2003; Faber and Ferre, ke-18 tertaut pada karbon nomor 13 inti
2004). tersebut (Swenson and Reece, 1993). Pada
Dunia kedokteran veteriner aplikasi hewan betina, estrogen disintesa dan
ultrasonografi sudah banyak dilakukan, dibebaskan kedalam sirkulasi darah oleh
termasuk untuk pemeriksaan reproduksi ovarium, plasenta dan korteks adrenalis
hewan besar, seperti pemeriksaan ovaria, (Echternkamp et al., 2004). Pada umumnya,
uterus dan untuk diagnosa kebuntingan. estrogen tidak tertimbun dalam kelenjar
Kelebihan dari teknik ini adalah dapat endokrin. Efek biologis estrogen pada
memberi gambar pencitraan imej langsung umumnya pendek Bagian yang paling
secara akurat pada jaringan atau organ yang penting ovarium yang memproduksi
diperiksa, dimana dapat digunakan untuk estrogen adalah sel-sel teka interna
diagnosa kebuntingan dini, menentukan (Shemesh, 2001).
jenis kelamin fetus (fetal sexing), diagnosa Sintesa estrogen berasal dari asam
kebuntingan kembar, serta diagnosa asetat yang mengalami 11 tahapan reaksi
kematian fetus dini (early embryonic death) untuk menjadi kolesterol. Kolesterol akan
(Fricke, 2002 ; Faber and Ferre, 2004). menjadi progesteron diperlukan 4 tahapan
Di Indonesia teknik ultrasonografi reaksi dan progesteron ke estrogen
pada umumnya dilakukan pada kedokteran diperlukan 3 - 7 tahapan reaksi, dengan
manusia antara lain digunakan pemeriksaan adanya asetil-koA (Austin et al., 2002).
alat reproduksi dan diagnosa kehamilan, Estrogen merupakan hormon steroid yang
sedangkan pada ternak besar sampai saat ini berfungsi untuk menekan pembentukan
hasil penelitian ataupun laporan belum ada. FSH dan merangsang keluarnya LH yang
Mengingat kelebihan teknik ini dapat secara aktif mempertahankan sifat-sifat
memberi gambar pencitraan imej langsung kelamin sekunder hewan betina (Shemesh,
secara akurat pada jaringan atau organ yang 2001).

Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi 83
Peranakan Ongole (Po)
Estrogen dihasilkan oleh sel teka pelepasan gonadotropin, seperti LH
interna folikel de Graaf, dan berfungsi (Kimmins and Maclaren, 2001).
untuk mempertahankan alat kelamin betina Peningkatan sensitivitas hipotalamus
dan sifat-sifat kelamin sekunder, tingkah terhadap umpan balik positif estrogen-17β
laku kelamin dan stimulasi kelenjar susu diduga berkaitan dengan kenaikan LH
(Mondal et al., 2006). Estrogen juga melalui peningkatan pelapasan
berfungsi dalam penyerapan kalsium (Ca) gonadothropin-releasing hormone (Gn-RH)
usus, menyebabkan perubahan sistem (Shemes, 2001). Konsentrasi estradiol-17β
vaskuler, merangsang pertumbuhan oviduk, meningkat selama fase folikel dan ada
berperan dalam deposisi Ca ekstra pada hubungan positif antara konsentrasi
tulang dan mengkontrol sekresi estrogen dengan LH. Hal tersebut berarti,
gonadotropin dalam mekanise umpan balik bahwa tingginya konsentrasi estrogen
(Berisha et al., 2002). Selain itu, estrogen benzoat dapat diakibatkan oleh tingginya
merangsang dalam retribusi dan deposisi konsentrasi LH (Bo et al., 2006). Pada
jaringan lemak tubuh (Olivera et al., 2002). domba dan sapi, reseptor estradiol pada
Swenson and Reece (1993) endometrium mencapai puncaknya saat
menyatakan, bahwa estrogen mempunyai estrus dan awal fase lutea, kemudian
fungsi fisiologis untuk menimbulkan estrus. menurun pada tertengahan sampai akhir
Beberapa peneliti melaporkan, bahwa fase luteal (Schams and Berisha, 2002).
estradiol benzoat bersifat luteolotik Selanjutnya, Bridges and Fortune (2003)
(Allrich, 2001). Selama siklus estrus, pada menyatakan, bahwa kenaikan konsentrasi
saat konsentrasi progesteron menurun estradiol benzoat setelah hari ke 7 tidak
(<1ng/ml) akan menyebabkan estrus menghalangi fungsi uterus.
melalui umpan balik positifnya pada pusat Penurunan fertilitas dipengaruhi oleh
hipothalamus-hipofisis (Robinson et al., tingginya konsentrasi estradiol-17β pada
2001). Estrogen pada uterus berpengaruh alat reproduksi betina yang selanjutnya
dengan ditandai meningkatnya jumlah akan mempengaruhi angka konsepsi karena
massa endometrium dan miometrium. mematikan spermatozoa (Allrich, 2001).
Kenaikan konsentrasi estrogen akan Sekresi estradiol benzoat lebih tinggi
menyebabkan hipertrofi sel-sel normal di awal fase luteal atau selama
endometrium dan miometrium. Estrogen induk bunting dan dianggap
juga bekerja pada uterus untuk kontraksi membahayakan fertilitas sapi selama siklus
melalui pengaruh oksitosin dan estrus normal (Austin et al., 2002).
prostaglandin (FGF2α) (Prange and Duby, Estrogen bekerja secara sinergis
2004). dengan progesteron untuk menstimulasi
Estrogen mengontrol mekanisme sekresi protein endometrium. Estrogen
umpan balik negatif dan positif terhadap terutama menstimulasi proses pertumbuhan,
pelepasan LH dan FSH kelenjar hipofisa. sedangkan progesteron diperlukan untuk
Mekanisme umpan balik negatif terjadi jika menstimulasi deferensiasi jaringan
estrogen dan progesteron menghambat endometrium (Mann, 2003; Wattiaux,
pelepasan gonadotropin (Shemesh, 2001). 2003). Selanjutnya, dilaporkan, bahwa
Sedangkan, umpan balik positif terjadi jika progesteron tidak berpengaruh pada alat
estrogen dan progesteron menstimulasi reproduksi jika diberikan secara sendiri-
sendiri, tetapi berpengaruh nyata jika

84 Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi
Peranakan Ongole (Po)
sebelumnya diberikan estrogen (Perry, merangsang perkembangan akhir dan
2004). pematangan folikel (Schams and Berisha,
2002). Selanjutnya, Spencer and Bazer
Progesteron (2002) menyatakan, bahwa progesteron
berfungsi menyiapkan uterus untuk
Progesteron adalah hormon steroid implantasi dan memelihara kebuntingan
yang terdiri 21 atom karbon dan merupakan dengan meningkatkan sekresi glandula
substansi intermedia sintesa androgen, endometrium dan menghambat motilitas
estrogen dan kortison (Gambar 2). uterus.
Progesteron disintesa oleh ovarium, korteks Progesteron memiliki arti penting
kelenjar adrenalis dan plasenta (Swenson dalam siklus estrus, sehingga dapat
and Reece, 1993), serta testis (Parker and digunakan untuk deteksi estrus,
Mathis, 2002). pemeriksaan kebuntingan dan kondisi
Ovarium merupakan tempat produksi patologis, misalnya adanya anestrus, kista
progesteron yang paling banyak, terutama korpus luteum dan abnormalitas fungsi
pada bagian folikel, sel-sel ovarium dan ovarium yang lain (Benvei et al., 2004).
korpus luteum (Parker and Mathis, 2002). Progesteron merupakan hormon yang
Sintesa hormon progesteron berasal asam sangat penting, karena: 1. Kadar
asetat yang mengalami 11 tahapan reaksi progesteron dalam darah dapat
untuk menjadi kolesterol, kolesterol menunjukkan aktivitas ovarium (Alvares et
menjadi progesteron diperlukan 4 tahapan al., 2000), 2. Progesteron mendominasi
reaksi (Austin et al., 2002). Korpus luteum siklus estrus selama 12 - 16 hari (Shemesh,
adalah jaringan ovarium yang paling 2001), 3. Progesteron dapat digunakan
banyak menghasilkan progesteron. Korpus untuk menduga waktu estrus pada sapi,
luteum dipertahankan dan dibawah yaitu jika konsentrasi progesteron turun
pengaruh luteotropic hormone (LTH) sampai konsentrasi yang sangat rendah,
(prolaktin) dari adenohipofisa. Sel-sel lutein maka hewan tersebut akan menunjukkan
menghasilkan progesteron yang sangat gejala estrus (Wattiaux, 2003), 4.
esensial sepanjang masa kebuntingan pada Progesteron dapat digunakan untuk seleksi
sapi (Oliveira et al., 2002). Progesteron atau memisahkan hewan bunting dan tidak
memiliki efek pada perkembangan folikel bunting 17 - 24 hari setelah inseminasi
yang lebih jelas (Berischa et al., 2002). buatan (Shearer, 2003) dan 5. Konsentrasi
Fungsi utama progesteron adalah progesteron dapat digunakan untuk
memelihara kebuntingan dengan jalan mengetahui kondisi patologis, misalnya
menghambat kontraksi uterus dan memacu anestrus, kista korpus luteum dan
perkembangan kelenjar di endometrium abnormalitas fungsi ovarium lainnya
(Spencer and Bazer, 2002). Progesteron (Brooddus, 2006).
berfungsi dalam proses implantasi, Konsentrasi progestetron dalam darah
mempertahankan dan memelihara merupakan penentu ukuran fungsi korpus
kebuntingan, menstimulasi kelenjar susu, luteum dan mencerminkan status
dan mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi hewan betina (Perry, 2004). Jika
perkembangan embrio selama kebuntingan. progesteron rendah dalam waktu yang
Progesteron juga menghambat pelepasan relatif cukup lama dapat mengakibatkan
LH dan FSH. Hormon LH dan FSH akan hipofungsi ovarium (Nosier, 2003).

Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi 85
Peranakan Ongole (Po)
Rendahnya progesteron pada penederita MATERI DAN METODE
hipofungsi ovarium erat hubungannya
dengan inaktifitas ovaria sehingga tidak Materi
terjadi ovulasi dan korpus luteum tidak
terbentuk serta tidak dapat diproduksi Penelitian ini mengunakan dua belas
progesteron (Wathes et al., 2003). (12) ekor sapi Peranakan Ongole (PO)
Kekurangan hormon progesteron akan betina dewasa umur 3 sampai 4 tahun,
menyebabkan folikel persisten (Sato et al., sehat, tidak pernah mempunyai riwayat
2005). gangguan reproduksi sebelumnya, berat
Mekanisme penghambatan kontraksi badan 250–350 kg , mempunyai korpus
uterus oleh progesteron belum diketahui luteum fungsional (saat pemeriksaan
dengan pasti, menurut Echternkamp et al. explorasi rektal sebelum sikronisasi).
(2004) ada 3 macam mekanisme, antara Sapi perlakuan disinkronisasi dengan
lain : 1. Progesteron diduga mempengaruhi sintetik protaglandin (Prostavet C, Virbac
aktivitas kontraksi miometrium melalui Labiratories, 06516 Carros, France)
perubahan potensi membran. Progesteron dengan dosis 2 mg/ekor. Kemudian
akan terikat pada reseptor sitoplasma dan dilakukan ultrasonografi dan dikoleksi
kemudian mengtersebutsiasi sintesis darah dari vena jugularis sebanyak 8 ml
protein spesifik, 2. Progesteron mengontrol dengan venojek (VenojectTM, Bectom
aktivitas kontraksi uterus melalui sistem dickinson, Rutherforrd, NJ, USA) berturut-
pengaktifan katekolamin adenilat dan 3. turut; pada hari ke 2 (proestrus) setelah
Progesteron mempengaruhi aktifitas sinkronisasi, hari saat sapi menunjukan
kontraksi uterus melalui penghambatan gejala estrus dan dilakukan Inseminasi
sintesis dan pelepasan prostaglandin uterus. Buatan (IB) mengunakan semen produksi
Tinggi rendahnya konsentrasi Balai Inseminasi Buatan Ungaran, pada hari
estrogen dan progesteron dalam darah ke 5 setelah IB (stadium metestrus), hari ke
merupakan indikator status ovaria yang 15 setelah IB (stadium diestrus), hari ke 30
dapat memberikan gambaran spesifik setelah IB (stadium kebuntingan) dan ke 60
fungsi ovaria sapi (Noseir, 2003). setelah IB (Hafes,1993).
Selanjutnya, Nogueira et al. (2004) Sampel darah untuk mengetahui
menyatakan, bahwa uji progesteron dapat konsentrasi hormon estrogen dan
digunakan sebagai indikator awal status progesteron dalam serum dengan uji
kebuntingan, yang dapat digunakan sebagai ELISA (enzyme-linked immunosorbont
alat untuk membuat keputusan lebih awal assay) digunakan untuk mendukung
atas pengafkiran dan pengawinan ulang validitas hasil ultrasonografi. Hasil
pada sapi perah. Hasil uji progesteron jika gambaran pekembangan folikel dengan
dikombinasikan dengan praktek ultrasonografi yang diperoleh diolah secara
manajemen peternakan yang bagus, dapat diskriptif sedangkan data konsentrasi
digunakan untuk memprediksi secara cepat hormon estrogen dan progesteron yang
dan akurat status reproduksi ternak. diperoleh diolah dengan uji Anova untuk
mengetahui apakah ada perbedaan yang
signifikan (Snedecor and Cochran, 1980).

86 Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi
Peranakan Ongole (Po)
Metode 1. Cara kerja untuk mengetahui
Pemeriksaan secara ultrasonografi, konsentrasi estrogen : Pertama kali
sapi betina yang akan diperiksa dalam melakukan pengamanan pada
keadaan bersih dan direstrin dengan baik, sumuran-sumuran yang telah dilapisi
kemudian mengeluarkan seluruh kotoran dengan anti-Mouse immunoglobulin
yang ada didalam rektum secara ekplorasi (IgG), kemudian dimasukkan 50 µl
rektal dan membersihkan kembali seluruh serum standart (dilakibrasi 0-6000
permukaan rektum serta alat kelamin pg/ml), kontrol dan sampel kedalam
bagian luar. Alat ultrasonografi (Honda sumuran sesuai dengan tempatnya,
Electronics HS 2000 VET) dipersiapkan serta 100 µl larutan konjugat enzim
sampai dengan layak untuk digunakan, estradiol dimasukkan pada seluruh
serta mengingat keamanan alat dari sumuran kemudian diinkubasi 60
gangguan sapi yang diperiksa apabila ada menit pada suhu kamar. Campuran
hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. larutan dibuang dan dicuci pada
Transduser linier 9.0 MHz digunakan masing-masing sumuran sebanyak 3
dalam pemeriksaan ini, sebelum transduser kali dengan larutan buffer,
digunakan perlu diberi cairan jelly sebagai selanjutnya dimasukkan 150 µl
medium perantara (coupling gel atau horsedish peroksidase (HRP) substrat
couplant) digunakan methyl cellulose jelly, tetramethybenzidine (THB) berwarna
ini sangat penting karena mencegah adanya biru pada masing-masing sumuran
ruang udara yang tersekap antara jaringan dan diinkubasi 10 menit pada suhu
tubuh hewan dan transduser, dimana ruang kamar. Reaksi dihentikan setelah 10
udara dapat juga memantulkan kembali menit dengan mengunakan 50 µl
gelombang suara. larutan 2N HCl hasil reaksi
Secara eksplorasi rektal transduser (absorban) dapat dibaca pada 450 nm
diarahkan pada organ ovarium dimana dengan pembaca mikroplate. Kros
folikel atau korpus luteum berada sampai reaksi pada pengujian tidak ada
dengan gambaran imej baik folikel atau karena pengujian ini hanya mengenali
korpus luteum yang dikehendaki terlihat dan spesifik untuk estradiol-17β,
pada layar monitor. sedangkan reaksi dengan hormon
Uji ELISA, serum dikoleksi melalui yang lain mungkin hadir dalam
vena jugulararis, sampel dibiarkan sampel pasien tidaklah dideteksi,
mengumpal kemudian disentrifuse (5000 dengan tingkat sensitifitas 10 pg/ml.
rpm, 10 menit) dan selanjutnya disimpan 2. Cara kerja untuk mengetahui
pada suhu -80 0C selama 30 menit sebelum konsentrasi hormon progesterone
dianalisis. Untuk mengetahui konsentrasi adalah sebagai berikut : Pertama
hormon estrogen digunakan Etradiol Elisa melakukan pengamanan pada
kit Cat # 920 (Alpha Diognotic sumuran-sumuran yang telah dilapisi
International, San antonio USA) dan untuk dengan anti-Mouse IgG kemudian
hormon progesteron digunakan dimasukkan 10 µl serum standart
progesterone Elisa kit Cat # 1860 (Alpha (dikalibrasi 0-40ng/ml), kontrol dan
Diognotic International, San antonio USA) sampel kedalam sumuran sesuai
dengan prosedur kerja sebagai berikut : dengan tempatnya, dilanjutkan
dengan menambah 50 µl larutan

Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi 87
Peranakan Ongole (Po)
antibodi anti progesteron dan 50 µl dapat dibaca dengan pembaca
larutan konjugat enzim progesteron mikroplate pada 450 nm. Kros reaksi
pada masing-masing sumuran pada pengujian tidak ada karena
kemudian diinkubasi 60 menit pada pengujian ini hanya mengenali dan
suhu kamar. Campuran larutan spesifik untuk progesteron, sedangkan
dibuang kemudian dicuci pada reaksi dengan hormon yang lain
masing-masing sumuran sebanyak 4 mungkin hadir dalam sampel pasien
kali dengan larutan buffer, setelah itu tidaklah dideteksi dengan tingkat
dimasukkan 100 µl of HRP substrate sensitifitas 0,2 ng/ml.
A (buffer dengan hydrogen
peroksidase) dan 100 µl of HRP HASIL DAN PEMBAHASAN
substrate B (tetramethybenzidine)
berwarna biru pada masing-masing Hasil ultrosonografi pada masing-
sumuran, diinkubasi 30 menit pada masing tahap selama siklus estrus dan
suhu kamar. Reaksi dihentikan periode kebuntingan awal dapat dilihat pada
setelah 30 menit dengan mengunakan gambar dibawah :
50 µl larutan 2N HCl absorbennya

Illustrasi 1. Follikel pada stadium proestrus Illustrasi 2. Follikel pada stadium estrus

88 Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi
Peranakan Ongole (Po)
Illustrasi 3. Korpus luteum pada stadium Illustrasi 4. Korpus luteum pada stadium
metestrus (5 hari setelah IB) diestrus (15 hari setelah IB)

Illustrasi 5. Kantong amnion pada hari ke 30 Illustrasi 6. Korpus luteum pada hari ke 30
setelah inseminasi setelah inseminasi

Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi 89
Peranakan Ongole (Po)
Illustrasi 7. Kaki Fetus dalam kantong Illustrasi 8. Korpus luteum 60 hari setelah
amnion 60 hari setelah IB. IB.

Hasil uji Elisa konsentrasi hormon


estrogen dan progesteron dalam serum
darah pada sapi PO selama siklus estrus dan
periode kebuntingan awal dapat dilihat pada
tabel dibawah ini

Tabel.1. Konsentrasi hormon estrogen dan progesteron selama siklus estrus dan
kebuntingan dalam serum darah sapi PO.
Waktu koleksi darah N Estrogen (pg/ml) Progesteron (ng/ml)
19 hari setelah estrus pertama
12 8,611 ± 0,126a 1,422 ± 0,097a
(proestrus)
Estrus kedua dan IB (estrus) 12 15,844 ± 0,150b 0,866 ± 0,100b
c
Hari ke 5 setelah IB (metestrus) 12 3,667 ± 0,281 2,788 ± 0,153c
d
Hari ke 15 setelah IB (diestrus) 12 4,044 ± 0,235 7,076 ± 0,122d
e
Hari ke 30 setelah IB (bunting) 9 4,272 ± 0,101 8,186 ± 0,120e
f
Hari ke 60 setelah IB (bunting) 9 4,455 ± 0,194 8,244 ± 0,142f
a,b,c,d,e,f
superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0,05)

Hasil ultrasonografi pada stadium progesteron (1,422 ± 0,097) ng/ml, karena


proestrus terlihat pada Illustrasi 1. dimana folikel merupakan tempat produksi hormon
terlihat gambaran folikel berwarna bulat estrogen.
hitam yang dibatasi warna abu-abu dengan Menurut Ulberg (1993) stadium
diameter (10,16 ± 0,60) mm, hal ini proestrus lamanya kurang lebih 3,5 hari
didukung dengan analisa hormonal pada adalah tahap pemasakan folikel (diameter
Tabel 1. konsentrasi hormon estrogen 6-12 mm) dengan yang diikuti dengan
sebanyak (8,611 ± 0,126) pg/ml lebih tinggi degenerasi korpus luteum dari siklus
dibandingkan konsentrasi hormon sebelumnya, dimana konsentrasi

90 Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi
Peranakan Ongole (Po)
progesteron menurun memungkinkan turun menjadi (3,667 ± 0,281) pg/ml
pelepasan follikel stimulating hormone sedangkan progesteron meningkat (2,788 ±
(FSH) yang mempengaruhi pertumbuhan 0,153) ng/ml. Menurut Hunter (1992) pada
dan perkembangan folikel, sehingga stadium metestrus ditandai dengan
konsentrasi estrogen meningkat. Folikel penurunnya konsentrasi estrogen dan
tumbuh mengeluarkan hormon estrogen meningkatnya konsentrasi progesteron
sedangkan hormon progesteron dihasilkan dalam darah karena setelah folikel ovulasi
oleh korpus luteum (Allrich, 1994; berubah bentuk dan fungsi menjadi korpus
Andorsen and Mc Day, 1994). luteum, dimana korpus luteum berfungsi
Illustrasi 2. hasil ultrasonografi pada menghasilkan progesteron. Pada stadium
saat sapi estrus menunjukkan gambaran metestrus terdapat korpus luteum diameter
folikel tergambar bulat berwarna hitam ± 8 mm (Hafes, 1993) yang merupakan
yang dikelilingi warna abu-abu dengan kelenjar endokrin terbentuk setelah ovulasi
diameter lebih besar dari pada stadium dari luteinisasi jaringan yang sebelumnya
sebelumnya (21,20 ± 0,57) mm, hal ini membentuk folikel ovaria, yang berfungsi
sesuai dengan hasil analisa hormonal pada untuk mempersiapkan uterus dalam
Tabel 1. saat estrus konsentrasi hormon penerimaan ovum yang terfertilisasi atau
estrogen dalam serum darah semakin embrio serta menghasilkan hormon
meningkat menjadi (15,844 ± 0,150) pg/ml, progesteron (Price et al., 1995).
sedangkan konsentrasi progesteron Stadium diestrus (hari ke 15 setelah
menurun menjadi (0,866 ± 0,100) ng/ml. IB) hasil ultrasonografi terlihat pada
Stadium estrus FSH akan merangsang Illustrasi 4. yang menunjukkan adanya
pertumbuhan awal folikel (diameter 12-20 gambaran korpus luteum dengan bentuk
mm) sementara luteinizing hormone (LH) lonjong berwarna putih abu-abu dengan
diperlukan untuk menuntaskan diameter (23,64 ± 0,37) mm, sedangkan
pertumbuhan folikel tersebut. Folikel analisa hormonal terlihat pada Tabel 1
tumbuh mengeluarkan hormon estrogen, dimana konsentrasi estrogen sedikit
sedangkan folikel yang sudah masak meningkat (4,044 ± 0,235) pg/ml
dinamakan folikel graaf yang menghasilkan sedangkan konsentrasi progesteron
estrogen dalam jumlah yang cukup besar, meningkat menjadi (8,076 ± 0,122) ng/ml.
sedangkan hormon progesteron dihasilkan Stadium diestrus konsentrasi estrogen
oleh korpus luteum (Allrich, 1994; rendah sedangkan konsentrasi progesteron
Andorsen and Mc Day, 1994). Pada saat semakin tinggi karena adanya korpus
estrogen cukup tinggi memmicu pelepasan luteum fungsional dengan diameter (20-25)
LH yang menyebabkan rupturnya dinding mm, ahkir stadium konsentrasi progesteron
folikel dan terjadi ovulasi sekitar 15-18 jam turun estrogen mulai meningkat (korpus
kemudian (Ryan et al., 1995). luteum regresi, folikel berkembang) dan
Pada stadium metestrus (hari ke 5 tingginya konsentrasi progesteron akan
setelah IB) hasil ultrasonografi pada terus dipertahankan bila terjadi kebuntingan
Ilustrasi 3. terlihat gambar korpus luteum (Hunter, 1992; Hafes, 1993). Selajutnya
bulat berwarna putih abu-abu dengan Forsling (1993) menyatakan bahwa pada
diameter (14,96 ± 0,57) mm, sedangkan stadium diestrus konsentrasi progesteron
hasil analisa hormonal pada Tabel 1. akan mencapai puncaknya 6 hari setelah
menunjukkan besarnya konsentrasi estrogen

Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi 91
Peranakan Ongole (Po)
terbentuknya korpus luteum dan akan tetap granulosa dan lapisan luar sel-sel theka,
tinggi selama masa kebuntingan. dengan oosit digantungkan dalam antrum
Illustrasi 5. hasil ultrasonografi pada oleh pita sel-sel granulosa serta dikelilingi
hari ke 30 setelah IB (ternak bunting) oleh jaringan ovaria.
terlihat adanya gambaran kontong amnion Cairan tidak memantulkan kembali
berwarna hitam bulat dan korpus luteum gelombang suara (non-ekhogenik) sehingga
(Illustrasi 6.) lonjong warna putih abu-abu pada layar monitor ultrasonografi akan
dengan diameter (24,34 ± 0,35) mm, hasil tampak gambaran hitam dan dikelilingi
analisa hormonal terlihat pada Tabel 1. putih abu-abu karena adanya jaringan
menunjukkan konsentrasi estrogen rendah ovaria yang ekhogenik/memantulkan
(4,372 ± 0,101) pg/ml sedangkan kembali gelambang suara (Singh et al,
konsentrasi progesteron tinggi (8,186 ± 1998; Beal, 2003). Fricke (2002)
0,120) ng/ml. mengatakan cairan dalam folikel antrum
Hasil ultrasonografi pada hari ke 60 akan memberikan gambaran hitam pada
setelah IB (ternak bunting) terlihat pada layar monitor ultrasonografi, dikelilingi
Illustrasi 7. adanya gambaram bewarna oleh jaringan ovaria yang ekhogenik (putih
hitam (cairan amnion) dengan putih abu- abu-abu), dengan transduser minimum 5
abu yang panjang (kaki fetus) dan Illustrasi MHz folikel ovaria dengan diameter 2-3
8. terlihat gambaran korpus luteum dengan mm dapat ditampilkan pada layar monitor,
bentuk lonjong berwarna putih abu-abu sehingga dengan teknik ultrasonografi
diameter (24,74 ± 0,87) mm dengan batas dapat diikuti dinamika perkembangan
jelas, sedangkan hasil analisa hormonal folikel dari suatu siklus estrus sapi.
terlihat pada Tabel 1. dimana konsentrasi Korpus luteum hasil ultrasonografi
hormon estrogen (4,455 ± 0,194) pg/ml berbentuk lonjong berwarna putih abu-abu
tetap rendah dan hormon progesteron tetap dengan batas yang jelas, korpus luteum
tinggi (8,344 ± 0,142) ng/ml. akan tampak sebagai daerah ekhogenik
Hunter (1985) bahwa hormon yang berbeda di dalam stroma ovaria
progesteron dikenal sebagai hormon (Singh et al., 1998). Jaringan keras seperti
kebuntingan dengan fungsi utama kartilago atau tulang (fetus), akan
implantasi, menghambat kontraksi uterus, memantulkan kembali gelombang suara
memacu perkembangan kelenjar (ekhogenik), sehingga akan tampak putih
endometrium, dan mempengaruhi pada layar monitor, struktur ekhogenik
perkembangan pertumbuhan fetus, memantulkan sebagian besar gelombang
selanjutnya Lamming and Mann (1995) suara, tergantung pada tingkat kepadatan
menyatakan bahwa konsentrasi progesteron atau densitas jaringan, sehingga terlihat
merupakan faktor penting dalam putih abu-abu (Beal, 2003; Fricke, 2003;
menentukan keberhasil atau kegagalan dari Lamb, 2003).
kebuntingan. Kantong amnion hasil ultrasonografi
Folikel hasil ultrasonografi tergambar tergambar bulat berwarna dengan batas
berbentuk bulat berwarna hitam dibatasi warna putih abu-abu dan didalamnya
dengan warna putih abu-abu menurut Hafes terdapat warna hitam, hal ini menunjukkan
(1993) dan Bank (1993) folikel merupakan adanya jaringan keras dan cairan, hal ini
struktur yang berisi cairan (liquor folliculi) sesuai dengan pendapat Partodiharjo (1992)
yang dikelilingi oleh lapisan dalam sel-sel kantong amnion berisi cairan yang

92 Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi
Peranakan Ongole (Po)
konsistesinya kental dan didalamnya awal dan kebuntingan akhir perlu juga
terdapat fetus yang sedang berkembang. diteliti lebih mendetail.

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan Allrich, R.D. 1994. Endocrine and Neural


Kontrol of Estrous in Dairy Cows.
Hasil ultrasonografi selama siklus J. Dairy Sci. 77:2738-2744.
estrus dan kebuntingan awal sapi PO, Alvarez, P., Spicer, L.J., Chase, C.C.,
menunjukkan adanya perkembangan folikel Payton, M.E., Hamilton, T.D.,
dengan diameter pada stadium proestrus Stewart, R.E., Hammond, A.C.,
Olson, T.A., and Wettemann, R.P.,
(10,16 ± 0,60) mm, stadium estrus (21,20 ±
2000, “Ovarian and endocrine
0,57) mm, stadium metestrus folikel characteristics during an estrous
berubah menjadi korpus luteum dengan cycle in angus, brahman, and
diameter (14,96 ± 0,57) mm, stadium senepol cows in a subtropical
diestrus (23,64 ± 0,37) mm, bunting 30 hari environment”, J. Anim. Sci., 78,
(24,34 ± 0,35) mm ,dan bunting 60 hari 1291 - 1302.
(24,74 ± 0,87) mm. Andorson, L.H., and Mc Day. 1994. Acut
Folikel memberi gambaran bulat Progesterone Adminisstration
berwarna hitam dikelilingi warna putih abu- Regresses Persitent Dominant
abu, korpus luteum berwarna putih abu-abu, Follicless and Improves of Cattle in
Ehich Estrus was synchronized with
dan kantong amnion bulat berwarna hitam
Melengestrol Acetate. J. Anim. Sci.
dikelilingi warna putih abu-abu serta 72:2955-2961.
didalamnya terdapat warna putih abu-abu
Austin, E.J., Mihm, M., Evans, A.C.O.,
(fetus).
Ireland, J.L.H., Ireland, J.J., and
Kadar estrogen (pg/ml) vs Roche, J.F., 2002, “Effects of
progresteron (ng/ml) selama siklus estrus oestradiol and progesterone on
dan kebuntingan awal adalah : a. 19 hari secretion of gonadotrophins and
setelah esrus (8,611 ± 0,126 vs 1,422 ± health of first wave follicles during
0,097), b. Estrus (15,844 ± 0,150 vs 0,866 ± the oestrous cycle of beef heifers”,
Reproduction, 124, 531 - 541.
0,100), c. Metestrus 5 hari setelah IB
(3,667 ± 0,281 vs 2,788 ± 0,153) ; d. Banks, M.J. 1993. Applied Veterinary
Diestrus 15 hari setelah IB (4,044 ± 0,235 Histology. Copyright by Mosby,
Inc., Westline Industrial Drive St.
vs 7,076 ± 0,122) ; e. Bunting awal 30 hari
Louis. Missouri. Pp. 456-465.
setelah IB (4,272 ± 0,101 vs 8,186 ±
0,120). Beal, W. E. 2003. Reproductive
applications of ultrasound in cattle.
Extension Publication. Department
Saran of Animal and Poultry Sciences,
Virginia Tech, USA.
Perlu penelitian lanjutan tentang
Benvei, B., Kulcser, M., Gaspardy, A. and
penggunaan ultrasonografi dalam melihat Pecsi, A., 2004, “ Progesterone
perkembangan folikel baiik primer, profiles and oestrous cycle changes
sekunder dan tersier. Perbandingan kadar following superovulatory treatment
estrogen dan progesteron pada kebuntingan of Holstein-Friessian dairy cows in

Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi 93
Peranakan Ongole (Po)
a tropical environment”, Acta. Vet. Sans LTD.Baffinslone,chichester
Hung., 52, 489 – 499. West Sussex, England. Pp.1-21.
Berisha, B., Pfaffl, M.W., and Schams, D., Fricke, P. M. 2002. Scanning the future –
2002, “Expression of estrogen and Ultrasonography as a reproductive
progesterone receptors in the bovine management tool for dairy cattle. J.
ovary during estrous cycle and of Dairy Sci. 85: 1918-1926.
pregnancy”, Endocrine, 17, 207 - Fricke, P. M. 2003. Practical application
214. of ultrasound for reproductive
Bo, G.A., Baruselli, P.S., Chesta, P.M., and management of dairy cattle.
Martins, C.M., 2006, “The timing of Extension Publication. Department
ovulation and insemination shedules of Dairy Science, University of
in superstimulated cattle”, Wisconsin, Madison, WI, USA.
Theriogenology, 65 (1), 89 - 101. Gong, J.G. and Webb, R., 2003, “Control of
Bridges, P.J., and Fortune, J.E., 2003, Ovarian Follicle Development
“Characteristics of developing Domestic Ruminants: Its
prolonged dominant follicles in Manipulation to Increase Ovulation
cattle”, Domest. Anim. Endoccrinol, Rate and Improve Reproductive
25 (2), 199 - 214. Performance”, Anim. Breed.
Abstracts, 64, 195 - 205.
Brooddus, B., 2006, “Acomparison of
Methods for early Pregnancy Hafes, E.S.E. 1993. Anatomy of Female
Diagnosis”, Summarized from Reproduction. In. Reproduction in
Proseedings and Florida Dairy Road farm animals. Edited by E.S.E.
Show. Hafez.Ed.6th.Lea and
Febiger.Philadelphia. Pp.40-48.
Burns, P.D., 2002, “The Dairy Cow Heat
Cycle”, Colorado State University Kimmins, S., and MacLaren, L.A., 2001,
and U.S. Departement of “Oestrous cycle and pregnancy
Agriculture cooperating, Fort effects on the distribution of
Collins, Colorado, oestrogen and progesterone
www.cumgs.colostate.edu/ilm/ receptors in bovine endometrium”,
Plecenta, 22, 742 - 748.
Echternkamp, S.E., Roberts, A.J., Lunstra,
D.D., Wise, T., and Spicer, L.J., Lamb, C. 2003. Reproductive ultrasound
2004, “Ovarian follicular for management of beef cattle.
development in cattle selected for Reproductive Management Course
twin ovulations and births”, J. Anim. Compendium. North Central
Sci., 82, 459 - 471 Research and Outreach Center,
University of Minnesota, Grand
Faber, D. C. and Ferre, F. B. 2004.
Rapids, USA.
Advancements in reproductive
technology in cattle. Publication. Lamming, G.E and G.E Mann. 1995.
Trans Ova Genetics, Sioux Center, Progsterone Inhibition of the
Iowa, USA. Develoment of thee Lutheolytic
Siqnalin Cows. J. Repro. and Fert.
Forsling, M. 1994. The Anatomy of the
109:1-5.
Reproduction Tract the Physiology
of the Menstrual cyle. In. Mann, G., 2003, “Animal Physiology”,
Understanding Common Disorders Postgraduate Research Associate,
in Reproductive Endocrinology. George. Mann@nottingham.ac.uk
Edited by Michael,M.Dooley and
Mark P.Baincat. John Wiley and

94 Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi
Peranakan Ongole (Po)
Mondal, M., Rajkhowa, C., Prakash, B.S., Reproduction Management
2006, “Relationship of plasma Specialist, South Dakota State
estrsdiol-17 beta, total estrogen, and University,Cooperrative Extension
progesterone to estrus behavior in Service, USDA, FS921A
mithun cows”, Horm. Behav., 18, 23 Putro, P.P. 1990. The Effect in the Cow.
– 28 Master of Philosophy. Thesis Shool
Nakao, T. Sugihashi and N, Saga. 1989. of Veterinary Status,Murdoch
Use of Milk Progesterone Enzyme University, Murdock. Western
Immunoassay for differential Australia.
Diagnosis of Folliculer Cyst, Luteal Prange, R.W. and Duby, R.T., 2004,
Cyst, and Cytic Corpus Luteum in “Anatomy of the Cow’s
Cows. Anim. J. Vet. Sci. 44:888- Reproductive Tract”, University of
890. Massachusetts, Dairy Integ. Reprod.
Nogueira, M.F., Melo, D.S., Carvalho, Manag., IRM, 1-5.
L.M., Fuck, E.J., Trica, L.A.,
Price, C.A., P.D.Carriere, B. Bhotia and
Barros, C.M., 2004, “Do high Groome. 1995. Comparison of
progesterone concenttration decrese hormonal and Histologycal Changes
pregnancy rates in embriyo During Folliculer Growth, As
recipients synchronized with Measurred by Ultasonogrphy in
PGF2alpha and eCG”, Cattle. J. Repro. and Fert. 103:63-
Theriogenology, 61 (7-8), 1283 -
68.
1290.
Pycock, R. 2002. Use of ultrasonography in
Noseir, W.M.B., 2003, “Ovarian folliculer the normal and sub-fertile mare.
activity and hormonal profile during Compendium. Glasgow University
estrous cycle in cows:the Sonographic Site , Glasgow, UK.
development of 2 versus 3 waves”,
J. Reprod. Biol. Endocrinol, 1, 50 – Robinson, R.S., Mann, G.E., Lamming,
60 G.E., Wathes, D.C., 2001,
“Expression of oxytocin, oestrogen
Oliveira, J.F., Neves, J.P., Moraes, J.C., and progesterone receptors in
Goncalves, P.B., Bahr, J.M., uetrine biopsy samples throughout
Hernandez, A.G. and Costa, L.F., the oestrous cycle and early
2002, “Follicular development and pregnancy in cows”, Reproduction,
steroid concentrations in cows with 122, 965 – 979.
different levels of fertility raised
under nutritional stress”, Anim. Sato, T., Nakada, K., Uciyama, Y., Kimura,
Reprod. Sci., 73 (1-2), 1 – 10. Y., Fujiwara, N., Sato, Y., Umeda,
M., and Fukukawa, T., 2005, “The
Parker, R. and Mathis, C., 2002, effect of pretreatment with different
“Reproductive Trct Anatomy and
doses of GnRH to synchronize
Physiology of the Cow”, College of folliculer wave on superstimulation
Agriculture and Home Economics, of folliculer growth in dairy cattle”,
B-212. J. Reprod. Dev., 51, 573 - 578.
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Shemesh, M., 2001, “Actions of
Hewan. Fakul K.V.Jur.Repro gonadotrophins on uterus”,
IPB.Mutiara Sumber Widya Jakarta. Reproduction, 121, 835-842.
Hal. 59-63.
Schams, D., and Berisha, B., 2002,
Perry, G., 2004, “The Bovine Estrous “Steroids as local regulators of
Cycle”, Extension Beef ovarian activyty in domestic

Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi 95
Peranakan Ongole (Po)
animals”, Domest. Anim.
Endocrinol, 23, 53 - 65.
Singh, J., R. A. Pierson, and G. P. Adams.
1998. Ultrasound images attributes
of bovine ovarian follicles and
endocrine and functional correlates.
J. of Reprod. and Fert. 119: 19-29.
Short, R.V. 1984. Oestrous and menstrual
cycles. In. Reproduction in
Mammals. Book 3. Hormonal
Control of Reproduction. Edited by
C.R.Austin and R.V.Short.FRS.
Cambridge University
Press.Cambridge. Pp.115-137.
Spencer, T.E., and Bazer, F.W., 2002,
“Biology of progesterone action
during pregnancy recognition and
maintenance of pregnancy”’ Front.
Biosci., 7, 1879 - 1898.
Ulberg, L.C. 1993. Reproduction of cattle .
In. Reproduction in farm
animals.Edited by E.S.E.
Hafez.Ed.6th.Lea and
Febiger.Philadelphia. Pp.255-265.
Wathes, D.C., Taylor, V.J., Cheng, Z., and
Mann, G.E., 2003, “Follicle
growth, corpus luteum function
and their effects on embryo
development in postpartum dairy
cows”, Reproduc. Supplement, 61,
1-19.
Wattiaux, M.A., 2003, “The Reproductive
Function of Dairy Cattle”,
Babcock Institute for International
Dairy Researh and Development,
University of Wisconsin-
Madison.babcock@calshp.cals.wi
sc.edu

96 Ultrasonografi Perkembangan Folikel Ovaria Selama Siklus Estrus dan Kebuntingan Awal Pada Sapi
Peranakan Ongole (Po)

You might also like