Professional Documents
Culture Documents
B PDF
B PDF
ABSTRACT
The utilization of sorghum as food products is restricted b y its lack of digestib ility and the presence of
anti-nutrients factors. Fermentation process has b een recommended to improve cereal -based flour quality.
This study was aimed to evaluate the effect of two fermentation methods namely solid state (a method
adopting tempeh processing procedure with fermentation course of 60 and 72 h) and sub merged
fermentation (similar to ampok processing procedure with fermentation course of 72 and 84 h). The
fermented-sorghum grains were then dried, and milled to produce sorghum flour. Analyses of proximate,
physical poperties (particle size index/PSI, Water Ab sorption Index/WAI, swelling power) and amylograph
profiles were carried out to ob tain the flour characteristi cs. The results showed that b oth fermentation
methods significantly influenced the proximate, physical and amilograph properties of the sorghum flour.
Solid state fermentation of sorghum grains decreased the starch content, reduced its lightness, swelling
power and viscosity, while increased the PSI and WAI. However, the solid state fermentation did not
significantly change the protein, fat, ash and moisture content of the sorghum flour. Sub merged
fermentation of sorghum grain decreased the starch and protein content, increased the lightness, swelling
power and viscosity, while did not significantly modify fat, ash and moisture content of the flour. Based on
the characteristics ob tained, it is suggested that sorghum flour made from solid state fermented -sorghum
grain may b e applicab le for making–not viscous-food products, such as porridge. On the other side, the
sorghum flour made from sub merged-fermented-sorghum grain may b e used as thickening agent, b inder
or for making highly viscous food products.
Keywords: fermentation, solid state (tempeh), sorghum flour characteristics, sub merged fermentation
(ampok)
ABSTRAK1
Pemanfaatan sorgum sebagai bahan pangan dibatasi oleh rendahnya daya cerna dan juga
keberadaan anti nutrisi. Fermentasi sereal telah dilaporkan dapat meningkatkan kualitas tepung sorgum.
Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik tepung sorgum yang dihasilkan dari biji yang difermentasi
menggunakan dua metode yaitu substrat padat (mengikuti prosedur pembuatan tempe dengan lama
fermentasi 60 dan 72 jam) dan substrat terendam (mengikuti prosedur pembuatan ampok dengan lama
fermentasi 72 dan 84 jam). Biji sorgum terfermentasi kemudian dikeringkan dan digiling untuk meng -
hasilkan tepung sorgum. Analisis proksimat, sifat fisik (indeks ukuran partikel, indeks penyerapan air,
swelling, dan viskositas menggunakan Brab ender Amilograph) dilakukan untuk karakterisasi tepung
sorgum yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua metode fermentasi mempengaruhi
proksimat, sifat fisik dan amilografi tepung sorgum yang dihasilkan. Fermentasi biji sorgum metode
substrat padat menurunkan kandungan pati, kecerahan warna tepung, swelling power dan viskositas,
meningkatkan PSI dan WAI, namun tidak mengubah kandungan protein, lemak, abu dan air. Fermentasi
biji sorgum metode submerged menurunkan kadar pati dan protein, meningkatkan kecerah an, swelling
power dan viskositas, namun tidak mempengaruhi kadar lemak dan abu tepung sorgum. Berdasarkan sifat
tersebut, tepung sorgum hasil fermentasi substrat padat mungkin sesuai diaplikasikan untuk produk
dengan sifat „cair‟, sedangkan tepung sorgum hasil fermentasi substrat terendam mungkin sesuai untuk
bahan pengental atau bahan pengisi dan produk dengan viskositas tinggi.
Kata kunci: fermentasi, karakteristik tepung sorgum, substrat padat (tempe), substrat terendam (ampok)
*Penulis Korespondensi:
E-mail: erni.murtini@ub.ac.id
59
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.59 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 59-67 Th. 2016
60
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.59 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 59-67 Th. 2016
empat kali penyosohan. Biji sorgum yang telah sorgum meliputi: Water absorption index berdasar-
disosoh kemudian di tepungkan dengan mesin kan Anderson et al. (1969) dalam Cuevas-rodriguez
penepung (Milcent Magnam Magnetic, India). et al. (2006); Particle size index (Bedolla dan Roo-
ney, 1982 dalam Cuevas-Rodriguez et al., 2006);
Fermentasi biji sorgum metode substrat padat swelling power tepung sorgum (AACC, 1995 dengan
Fermentasi biji sorgum metode substrat padat modifikasi); Derajat Putih tepung sorgum meng-
mengacu pada metode pembuatan tempe sorgum gunakan Colour Spectrophotometer model CR-
(Andayani, 2008). Biji sorgum dicuci bersih dari 400/410 (merk Minolta, USA); dan analisis viskositas
kotoran dan benda asing, kemudian ditimbang tepat pasta tepung sorgum (sifat amilograf) menggunakan
berat bahan dan direndam di dalam air dengan rasio alat Brabender Amiloghraph (Brabender Amilograph,
1:3 (bahan:air). Sorgum di rendam selama 24 jam, Germany).
kemudian air rendaman dibuang dan sorgum
ditiriskan. Selanjutnya sorgum direbus pada suhu Analisis data
100±2°C selama 10 menit hingga biji sorgum sedikit Analisis data hasil uji dari karakteristik tepung
®
lunak. Biji sorgum ditiriskan dan didinginkan agar sorgum yang diperoleh menggunakan program IBM
®
diperoleh kondisi optimum untuk pertumbuhan jamur SPSS Statistic 23. Data yang diperoleh dianalisis
tempe. Ragi tempe (Raprima-LIPI Bandung) se- menggunakan one way ANOVA dengan tingkat
banyak 0,1% (b/b) di taburkan pada biji sorgum, signifikansi 95% dan dilanjutkan dengan uji Duncan
Sorgum dikemas dalam plastik berpori dan diin- Multiple Range Test (DMRT) jika terdapat per-
kubasi suhu ruang (30±3°C) selama 60 dan 72 jam. bedaan pengaruh yang nyata pada variabel bebas.
Analisis
Analisis kimia yang dilakukan dalam penelitian
ini meliputi analisis proksimat berdasarkan metode
AOAC (1990). Sedangkan analisis sifat fisik tepung
Tabel 1. Pengaruh fermentasi biji sorgum secara substrat padat dan substrat terendam terhadap
proksimat tepung sorgum
Perlakuan Pati (%) Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Air (%)
Sorgum tanpa fermentasi (Kontrol) 71,89±0,1 10,27±0,1 0,64±0,1 0,43±0,1 9,53±0,2
Sorgum dengan fermentasi
69,23±1,2 a 9,86±0,4 a 0,53±0,1 a 0,36±0,1 a 9,81±0,2 a
substrat padat 60 Jam
Sorgum dengan fermentasi
65,66±0,3 c 10,33±0,3 a 0,56±0,1 a 0,47±0,1 a 9,04±0,6 ab
substrat padat 72 Jam
Sorgum dengan fermentasi
68,77±0,5 a 7,86±0,8 b 0,53±0,1 a 0,45±0,1 a 9,15±0,2 ab
substrat terendam 72 Jam
Sorgum dengan fermentasi 67,34±0,3 b 7,76±0,7 b 0,56±0,1 a 0,27±0,2 a 8,63±0,4 b
substrat terendam 84 Jam
Keterangan: Data ±standar deviasi dari tiga ulangan. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Duncan dengan taraf P=0,05
61
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.59 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 59-67 Th. 2016
Selama proses fermentasi, molekul pati sorgum Kandungan lemak dalam tepung berpengaruh
terhidrolisis menjadi molekul yang lebih sederhana terhadap sifat dan karakter tepung selama proses
seperti gula dan sebagian menjadi alkohol (Schons pengolahan. menurut Chanapamokkhot dan Thong-
et al., 2012; Elbaloula et al., 2014). Granula pati ngam (2007) lemak yang membentuk kompleks
yang menjadi lebih kecil memiliki luas permukaan dengan amilosa dapat berkontribusi mempengaruhi
yang lebih luas, menyebabkan enzim akan lebih sifat pasting dan pengembangan pati dan tepung.
mudah menghidrolisis (Singh et al., 2010). Penuru- Rendahnya komponen lemak pada sorgum cokelat
nan kadar pati pada sorgum juga dilaporkan oleh varietas lokal dapat menguntungkan produk tepung
Elkhalifa et al., (2004), kandungan pati sorgum sorgum karena kerusakan akibat oksidasi lemak
varietas Tabat yang difermentasi dengan metode sangat minim sehingga akan memperpanjang umur
tradisional Sudan menurun dari 74,45% menjadi simpan tepung.
61,03%.
Protein merupakan komponen terbesar kedua Derajat kecerahan dan karakteristik fisik tepung
pada tepung sorgum. Kandungan protein tepung sorgum
sorgum berkisar 12,3% (FAO, 1995). Hasil pene- Warna merupakan parameter utama pada
litian menunjukkan bahwa tepung sorgum tanpa per- tepung. Sorgum yang digunakan sebgai bahan baku
lakuan fermentasi memiliki kadar protein sebesar adalah sorgum coklat, sehingga tepung yang dihasil-
10,27%. Perlakuan fermentasi secara substrat padat kan memiliki warna asli yang cenderung cokelat
selama 72 jam cenderung meningkatkan, namun kemerahan. Tabel 2 menunjukkan bahwa tepung
tidak mengubah secara signifikan kandungan sorgum hasil fermentasi substrat padat memiliki
protein sorgum (10,33%) pada tepung sorgum yang warna yang lebih gelap (nilai L* lebih rendah)
dihasilkannya. Peningkatan kadar protein pada dibandingkan dengan kontrol maupun dengan
tepung sorgum hasil perlakuan fermentasi tempe tepung sorgum hasil fermentasi substrat terendam.
dikarenakan adanya peningkatan biomassa dari
mikroorganisme yang berperan dalam proses Tabel 2. Pengaruh fermentasi biji sorgum secara
fermentasi (Cuevas-Rodriguez et al., 2004). Namun, substrat padat dan substrat terendam
fermentasi biji sorgum secara substrat terendam terhadap karakteristik warna tepung
menurunkan cukup banyak protein (23-24%), sorgum
sehingga tepung sorgum yang dihasilkan hanya Perlakuan L a* b*
memiliki protein 7,86 dan 7,76% setelah mengalami Sorgum tanpa 62,6±0,2b 15,76±0,1a 15,83±0,1b
fermentasi (Kontrol)
fermentasi selama 72 dan 84 jam. Penurunan kadar Sorgum fermentasi 61,5±0,3c 15,47±0,5b 16,63±0,1a
protein dari tepung sorgum hasil fermentasi substrat substrat padat
terendam dapat diakibatkan oleh terjadinya hidrolisis 60 Jam
protein baik oleh enzim yang dihasilkan oleh Sorgum fermentasi 61,0±0,3c 15,07±0,5c 16,83±0,5a
substrat padat
mikroba alami yang terdapat dalam air perendam 72 Jam
maupun aktivasi enzim protease yang terdapat pada Sorgum fermentasi 63,1±0,3b 14,43±0,2d 15,23±0,3c
biji sorgum. Enzim proteolitik, menurut Kohajdova substrat terendam
dan Karavicona (2007); Pranoto et al., (2013) lebih 72 Jam
Sorgum fermentasi 64,5±0,3a 14,97±0,4c 15,60±0,3bc
lanjut memetabolisme fraksi protein tak larut ke substrat terendam
dalam bentuk peptida dan amonia serta senyawa 84 Jam
aroma. Keterangan: Data ±standar deviasi dari tiga ulangan.
Kedua metode fermentasi cenderung menurun- Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang
kan jumlah lemak pada sorgum pada kisaran 0,53%, sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji
meskipun secara uji statistik kadar lemak tidak Duncan dengan taraf P=0,05
berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf P=0,05.
Penurunan kadar lemak selama fermentasi di- Penurunan nilai kecerahan warna pada tepung
karenakan adanya aktivitas pemanfaatan lemak hasil fermentasi substrat padat dipengaruhi oleh
sebagai sumber energi. Ruiz-Teran dan Owen warna miselia jamur tempe yang berperan dalam
(1996) dalam Cuevas-Rodriguez et al. (2004) me- fermentasi. Jamur utama pada tempe adalah
nyatakan bahwa terjadi pengurangan kadar lemak Rizopus oligosporus dan Aspergillus orizae, yang
pada tahap awal fermentasi. Hal tersebut diperkira- akan cenderung berwarna kehitaman dengan ber-
kan karena terjadi reaksi oksidasi serta peman- tambahnya waktu fermentasi. Sementara itu, warna
faatan dari asam lemak oleh kapang sebagai yang lebih cerah dihasilkan dari tepung yang difer-
sumber energi. Penurunan kadar lemak selama mentasi menggunakan metode substrat terendam.
proses perendaman disebabkan oleh meningkatnya Senyawa pewarna utama pada sorgum adalah
aktivitas enzim lipolitik yang akan menghidrolisis antosianin yang dapat diekstrak dengan efektif
lemak menjadi asam lemak dan gliserol (Inyang dan menggunakan larutan aseton 70% (Awika dan
Zakari, 2008). Rooney, 2004), artinya komponen ini masih dapat
62
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.59 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 59-67 Th. 2016
terlarut dalam air selama proses perendaman dalam tepung menggambarkan kemampuan pati ber-
fermentasi metode substrat terendam. Hal ini interaksi dengan molekul air (Chanapamokkhot dan
menyebabkan keberadaan pigmen dalam biji yang Thongngam, 2007). Rendahnya nilai kekuatan
terfermentasi akan berkurang, sehingga berakibat pembengkakan pada tepung fermentasi substrat
pada meningkatnya kecerahan tepung sorgum yang padat kemungkinan disebabkan pada proses fer-
dihasilkan. Cuevas-Rodriguez et al. (2004) telah mentasi biji sorgum, pati sorgum telah mem-
melaporkan terjadi peningkatkan nilai L* warna bengkak dan tergelatinisasi pada proses pemasakan
tepung jagung setelah perlakuan perendaman biji. sorgum sebelum diinokulasi dengan ragi tempe. Hal
Indeks ukuran partikel menunjukkan bahwa ini mengakibatkan tepung sorgum tidak bisa
tepung sorgum yang tanpa perlakuan fermentasi mengikat air secara maksimal. Penurunan kekuatan
memiliki nilai Particle Size Index (PSI) sebesar pembengkakan bisa juga disebabkan oleh
55,96%. Perlakuan fermentasi biji sorgum baik perubahan bentuk dari amorphous amilosa ke dalam
metode solid state maupun submerged meningkat- bentuk helik kristalin (Adebowalea et al., 2005;
kan PSI tepung sorgum, antara 6,7-13,07% dari PSI Olayinkaa et al., 2008).
tepung sorgum tanpa fermentasi. PSI menunjukkan
jumlah tepung yang lolos ayakan 200 mesh dibagi Tabel 3. Pengaruh fermentasi biji sorgum secara
dengan berat awal tepung, sehingga semakin tinggi substrat padat dan substrat terendam
PSI menunjukkan semakin kecil ukuran partikel terhadap karakteristik fisik tepung sorgum
Water
tepung (Cuevas-Rodriguez et al., 2006). Fermentasi Particle
Absorption
Swelling
biji sorgum baik metode substrat padat maupun Perlakuan Size Index Power
Index WAI
PSI (%) (%)
substrat terendam keduanya menyebabkan ke- (%)
kerasan (tekstur) biji sorgum menurun, sehingga Sorgum tanpa 55,96±0,02c 2,79±0,12c 865,08±0,59b
fermentasi
lebih mudah ditepungkan dan menghasilkan partikel (Kontrol)
tepung yang lebih halus. Hasil yang sama dilapor- Sorgum 60,47±0,3b 3,34±0,09a 396,27±0,69d
kan oleh Cuevas-Rodriguez et al. (2004) bahwa fermentasi
tepung jagung yang difermentasi dengan metode substrat padat
60 Jam
tempe menunjukkan peningkatan nilai PSI dari
Sorgum 61,40±0,3b 3,16±0,15b 631,69±0,22c
71,94% menjadi 79,59%. fermentasi
Nilai Indeks penyerapan air (WAI) pada tepung substrat padat
sorgum yang didapat dari sorgum tanpa fermentasi 72 Jam
secara statistik tidak berbeda nyata dengan tepung Sorgum 59,99±0,3b 2,94±0,05c 1033,55±0,45a
fermentasi
yang dihasilkan dari biji yang difermentasi secara substrat
substrat terendam. Namun demikian, tepung yang terendam 72 Jam
diproses dari biji sorgum yang difermentasi dengan Sorgum 64,37±0,3a 2,92±0,06c 991,01±0,38a
fermentasi
metode substrat padat memiliki indeks penyerapan substrat
air yang lebih tinggi dari kontrol. Nilai WAI ber- terendam 84 Jam
gantung pada keberadaan grup hidrofilik yang akan Keterangan: PSI = Particle size indexs (Indeks Ukuran
berikatan dengan molekul air. Semakin rendah ke- partikel); WAI = Water ab sorption Indexs (Indeks
mampuan dalam menyerap air maka akan semakin penyerapan air). Data±Standar deviasi dari tiga
berkurang jumlah ketersediaan dari grup hidrofilik ulangan. Angka yang diikuti huruf yang sama pada
yang akan berikatan dengan molekul air (Afoakwa kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
dan Aidoo, 2006; Mbofung et al., 2006). Nilai WAI dengan uji Duncan dengan taraf P=0,05
pada tepung akan menentukan kapasitas pemben- Sifat amilografi tepung sorgum
tukan gel dari makromolekul seperti karbohidrat dan Sifat fungsional terpenting dari tepung atau pati
protein. adalah sifat pasta. Keberadaan komponen lain
Kekuatan pembengkakan tepung sorgum dari seperti protein dan lemak pada tepung akan mem-
biji hasil perlakuan fermentasi secara substrat padat pengaruhi suhu awal dan gelatinisasi sehingga sifat
dan substrat terendam tersaji pada Tabel 3. Nilai pasta tepung akan berbeda dengan sifat pasta
kekuatan pembengkakan tepung tertinggi dimiliki patinya. Suhu awal gelatinisasi merupakan suhu
oleh tepung sorgum dengan fermentasi secara awal pada saat viskositas meningkat karena terjadi
substrat terendam selama 72 jam dengan nilai pembengkakan granula sehingga struktur semi-
1033,56%, dan yang paling rendah dimiliki oleh kristalin rusak dan sifat birefringent hilang (Colonna
tepung sorgum dengan fermentasi substrat padat dan Buleon, 2010). Sedangkan waktu awal gelati-
selama 60 jam. Perlakuan fermentasi substrat padat nisasi merupakan awal saat tepung mulai mem-
pada sorgum dihasilkan nilai swelling yang lebih bentuk gel, berubah sifat viskositas dan mulai
rendah jika dibandingkan dengan perlakuan kehilangan bentuk asli. Granula pati menyerap air,
fermentasi substrat terendam dan tepung sorgum serta menjadi lebih mudah di degradasi oleh enzim
tanpa perlakuan. Kekuatan pembengkakan pada (Biliaderis, 2009).
63
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.59 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 59-67 Th. 2016
Hasil penelitian (Tabel 4) menunjukkan bahwa sitas maksimum tepung sorgum tanpa fermentasi.
tepung sorgum yang dihasilkan dari biji sorgum yang Fermentasi substrat terendam adalah adopsi fer-
terfermentasi memiliki suhu gelatinisasi antara 78,0 mentasi ampok, fermentasi bersifat spontan, pe-
sampai 94,1°C. Penurunan suhu gelatinisasi tepung rendaman biji dalam air tanpa ada perlakuan panas.
sorgum hasil fermentasi 72 jam mengindikasikan Selama perendaman, biji mengalami proses hidrasi
bahwa ikatan mikrostruktur pada tepung hasil hingga ke bagian terdalam. Prakondisi ini kemungki-
perlakuan fermentasi menjadi lemah. Grup hidroksil nan menyebabkan tepung (dan komponen pati) hasil
tersebut akan menyerap air dan lebih mudah me- fermentasi substrat terendam menjadi lebih mudah
ngembang selama proses pemanasan (Pranoto et terhidrasi saat dipanaskan dalam air dan mem-
al., 2013). Suhu gelatinisasi tepung sorgum sangat fasilitasi lebih banyak granula pati tergelatinisasi
beragam tergantung lingkungan tempat budidaya. sempurna, sehingga pada akhir pemanasan
Beta et al. (2000) melaporkan bahwa sorgum yang viskositas maksimum menjadi tinggi. Nilai viskositas
tumbuh di Afrika Selatan memiliki suhu gelatinisasi berhubungan dengan derajat pembengkakan
berkisar 67-73°C. Sedangkan sorgum yang tumbuh granula selama proses pemanasan.
di India memiliki suhu gelatinisasi berkisar 71-81°C. Jika dikaitkan dengan data kekuatan pembeng-
Viskositas maksimum tepung sorgum hasil fer- kakan (Tabel 3) tepung sorgum dengan fermentasi
mentasi metode substrat padat cenderung jauh lebih terendam memiliki kekuatan pembengkakan yang
rendah dibanding dengan viskositas maksimum lebih tinggi dibandingkan dengan tepung sorgum
tepung sorgum tanpa fermentasi. Turunnya visko- tanpa perlakuan fermentasi. Pati dengan kapasitas
sitas maksimum tepung dapat disebabkan karena pembengkakan tinggi menyebabkan viskositasnya
fermentasi substrat padat yang dipakai adalah tinggi (Chanapamokkhot dan Thongngam 2007;
adopsi fermentasi tempe, dimana biji sorgum me- Ocheme et al., 2015). Tingginya nilai viskositas
ngalami sekuen perlakuan antara lain perebusan, tepung sorgum berhubungan dengan berkurangnya
fermentasi dan pengeringan yang dapat berakibat amilosa pada tepung atau semakin sedikit jumlah
pada termodifikasinya struktur pati pada biji sorgum. amilosa pada sorgum (Beta et al., 2000).
Perebusan dapat menyebabkan pati tergelatinisasi
dan terputusnya sebagian ikatan glikosida pada Bentuk mikroskopis granula pati
polimer pati, sehingga dihasilkan komponen pati Granula pati dari tepung sorghum yang di-
dengan derajat polimerisasi lebih pendek. Jamur peroleh dari biji sorghum yang difermentasi meng-
yang didominasi oleh Rhizopus selama fermentasi gunakan metode substrat padat dan substrat teren-
dapat menyebabkan degradasi pati lebih lanjut, dam, serta tanpa fermentasi secara mikroskopis
karena Rhizopus dapat menghasilkan berbagai disajikan pada Gambar 1. Granula pati pada kontrol
enzim antara lain glikoamilase (Yu dan Hang, 1991) nampak utuh dan lebih bulat dibanding dengan
yang berperan memecah pati sampai dihasilkan unit granula pati hasil fermentasi. Semakin lama fermen-
terkecil penyusunnya yaitu glukosa. Berubahnya tasi, bentuk granula pati semakin tidak beraturan,
polimer pati menjadi struktur unit yang lebih seder- hal ini menunjukkan telah terjadi perubahan struktur
hana berakibat pada dihasilkannya viskositas yang pati akibat pemutusan ikatan oleh enzim yang
rendah bila tepung sorgum hasil fermentasi substrat dihasilkan mikroba selama fermentasi (Andayani,
padat dipanaskan. 2008; Elkhalifa dan Bernhardt, 2010). Perubahan
Di sisi yang lain, viskositas maksimum tepung struktur inilah yang menyebabkan perubahan
sorgum hasil fermentasi metode substrat terendam karakter seperti daya serap air, viskositas dan juga
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan visko- gelatinisasi pati seperti yang telah dijelaskan di atas.
Tabel 4. Pengaruh fermentasi biji sorgum secara solid state dan submerged terhadap sifat amilografi
tepung sorgum
Suhu Awal Suhu Gelatinisasi Waktu Awal Viskositas Max
Perlakuan
Gelatinisasi (°C) (°C) Gelatinisasi (menit) (BU)
Sorgum tanpa fermentasi 73,1 84,6 28,5 1507
(Kontrol)
Sorgum fermentasi substrat 77,3 79,9 32 34
padat 60 Jam
Sorgum fermentasi substrat 75,8 94,1 30,5 290
padat 72 Jam
Sorgum fermentasi substrat 73,6 78,0 29 2000*
terendam 72 Jam
Sorgum fermentasi substrat 74,0 80,5 29,5 1946
terendam 84 Jam
Keterangan: *melebihi kemampuan dari pembacaan alat
64
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.59 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 59-67 Th. 2016
DAFTAR PUSTAKA
0,001mm 0,001mm
[AACC] American Association of Cereal Chemists.
1995. Approved Methods of the American
Tepung sorgum fermentasi Tepung sorgum fermentasi
Association of Cereal Chemists 9th Ed. MN,
substrat terendam 72 jam substrat terendam 84 jam
USA: St. Paul.
Adebowalea KO, Olu-Owolabi BI, Olayinkaa OO,
GP Lawal OS. 2005. Effect of heat moisture treat-
GP ment and annealing on physicochemical pro-
perties of red sorghum starch. Afr J Biotechnol
4: 928-933.
65
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.59 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 59-67 Th. 2016
66
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.59 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 59-67 Th. 2016
starch. Food Hydrocolloid 22: 225–230. DOI: Sujatmiko B. 2009. Degradasi Senyawa Tanin,
10.1016/j.foodhyd.2006. 11.004. Asam Fitat, Antitripsin dan Peningkatan Daya
Pontieri P, Mamone G, De Caro S, Tuinstra MR, Cerna Protein Secara in vitro pada Sorgum
Roemer E, Okot J, De vita P, Ficco DBM, Coklat (Sorghum bicolor L. Moench) dengan
Alifano P, Pignone D, Massardo DR, Del metode Fermentasi Ampok [Skripsi]. Malang:
Giudice L. 2013. Sorghum, a healthy and Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
gluten-free food for celiac patients as Brawijaya.
demonstrated by genome, biochemical, and Taylor JRN, Anyango JO. 2011. Sorghum Flour and
immunochemical analyses. J Agr Food Chem Flour Products: Production, Nutritional Quality,
61: 2565–2571. DOI: 10.1021/jf304882k. and Fortification. In: Flour and Breads and their
Pranoto Y, Anggrahini S, Efendi Z. 2013. Effect of Fortification in Health and Disease Prevention,
natural and Lactobacillus plantarum fermenta- Editor: V. Preedy, R. Watson, & V. Patel. 127–
tion on in-vitro protein and starch digestibilities 139. Elseviers Science & Technology Rights
of sorghum flour. Food Bioscience 2: 46–52. Departement in Oxford. DOI: 10.1016/B978-0-
DOI: 10.1016/j.fbio.2013.04.001. 12-380886-8.10012-1.
Rahmawati, Dewanti-Hariyadi R, Hariyadi P, Fardiaz Taylor JRN, Duodu KG. 2014. Effects of processing
D, Richana N. 2013. Isolation and identification sorghum and millets on their phenolic
of microorganisms during spontaneous fermen- phytochemicals and the implications of this to
tation of maize. J Teknol Industri Pangan 24: the health-enhancing properties of sorghum
33–39. DOI: 10.6066/jtip.2013.24.1.33. and millet food and beverage products. J Sci
Food Agr 95: 225–237. DOI: 10.1002/jsfa.6713.
Schons PF, Battestin V, Macedo GA. 2012. Fermen-
tation and enzyme treatments for sorghum. Taylor J, Taylor JRN. 2011. Protein biofortified
Braz J Microbiol 43: 89–97. DOI: 10.1590/S1 sorghum: Effect of processing into traditional
517-83822012000100010. African foods on their protein quality. J Agr
Food Chem 59: 2386–2392. DOI: 10.1021/j
Serna-Saldivar S. Rooney LW. 1995. Structure and
f104006v.
Chemistry of Sorghum and Millets. In: Sorghum
and Millets: Chemistry and Technology, Editor: Utami D. 2008. Isolasi dan Identifikasi Mikroba dari
David A.V. Dendy. 69-124. American Asso- Fermentasi Ampok Sorgum Coklat (Sorgum
ciation of Cereal Chemists, St. Paul, USA. bicolor L. Moench) serta Potensinya dalam
Mendegradasi Pati dan Protein [Skripsi].
Singh J, Dartois A, Kaur L. 2010. Starch digestibility
Malang: Fakultas Teknologi Pertanian, Univer-
in food matrix: a review. Trends Food Sci Tech
sitas Brawijaya.
21: 168–180. DOI: 10.1016/j.tifs.2009.12.001.
Yu RC, Hang YD. 1991. Purification and characteri-
Soeranto, 2006. Pemuliaan tanaman sorgum di
zation of glucoamylase from Rhizopus oryzae.
PETIR-BATAN. http://www.batan.go.id/patir/be-
Food Chem 40: 301-308. DOI: 10.1016/0308-
rita/pertanian/sorgum/sorgum.htm. [12 Oktober
8146(91)90114-4.
2007].
67