You are on page 1of 21

ABSTRACT

The kidney is a pair of organs located below the diaphragm in the retroperitoneal space,
with a weight of 115-160 grams.
The kidney part is divided into 3 areas, the outer part is called the renal cortex; arranged by
the renal corpusculum and the contour tubules. Determining is part of the nephron. The middle part
is the renal medulla; compiled by the curvature of the henle and the collectivus tubule (also part of
the nephron), the renal medulla consists of wedge-shaped pieces called the renal pyramid. The tip
of each pyramid is the apex or papilla. The third part is the renal pelvis; a cavity arranged by the
ureter in the kidney in the hilum, folded in a funnel-shaped kidney pelvis called kaliks
Nephrons are functional units of the kidney. Nephrons consist of a capillary layer called the
glomerulus which is completed by epithelial cells called Bowman capsules. Each nephron consists
of two major parts; Renal corpusculum and renal tubules
The volume of glomerular filtrate is also called the glomerular filtration rate (GFR). In
normal people, the GFR ranges from 125 mL per minute or 180 L per day. Because 99% of 180 L
glomerular filtration is reabsorbed, the daily urine output is 1-2 L.
Kidney Blood Flow; Even though it is 35% of total body weight, blood flow is 20% to 25%
of total body weight. White blood flow is around 400 mL / 100 g / minute, while the heart and liver
are 70 mL / 100 g / minute for. The ability to autoregulate makes the blood flow relatively constant
in various systemic mean arterial pressures.
The classification of acute kidney failure is prerenal, intrarenal, and postrenal. Conference
diagnostic criteria produce five classifications for ARF, called RIFLE (risk, injury, failure, damage
to kidney function, and late kidney disease).
Some perioperative factors also affect direct renal blood flow by hemodynamic effects or
indirectly through the sympathetic nervous system stimulus or AVP. Regardless of the cause, a
decrease in renal blood flow tends to reduce GFR by reducing renal cortex blood flow. Likewise,
a decrease in renal blood flow results in a risk of renal medullary ischemia. The effect of this change
is the conservation of sodium and water and, consequently, a decrease in urine output.

Keywords: Physiology, Kidney Physiology, Acute Kidney Failure

1
ABSTRAK

Ginjal adalah sepasang organ yang terletak di bawah diafragma di ruang retroperitoneal,
dengan berat 115-160 gram.
Bagian ginjal dibagi menjadi 3 area, bagian luar disebut korteks ginjal; diatur oleh
corpusculum ginjal dan tubulus kontur. Menentukan adalah bagian dari nefron. Bagian tengah
adalah medula ginjal; disusun oleh kelengkungan henle dan tubule collectivus (juga bagian dari
nefron), medula ginjal terdiri dari potongan berbentuk baji yang disebut piramida ginjal. Ujung
setiap piramida adalah puncak atau papilla. Bagian ketiga adalah panggul ginjal; rongga yang diatur
oleh ureter di ginjal di hilus, dilipat dalam panggul ginjal berbentuk corong yang disebut kaliks
Nefron adalah unit fungsional ginjal. Nefron terdiri dari lapisan kapiler yang disebut
glomerulus yang dilengkapi oleh sel-sel epitel yang disebut kapsul Bowman. Setiap nefron terdiri
dari dua bagian utama; Corpusculum ginjal dan tubulus ginjal
Volume filtrat glomerulus juga disebut laju filtrasi glomerulus (GFR). Pada orang normal,
GFR berkisar antara 125 mL per menit atau 180 L per hari. Karena 99% dari 180 L filtrasi
glomerulus diserap kembali, output urin harian adalah 1-2 L.
Aliran Darah Ginjal; Meskipun 35% dari total berat badan, aliran darah adalah 20% hingga
25% dari total berat badan. Aliran darah putih sekitar 400 mL / 100 g / menit, sedangkan untuk
jantung dan hati adalah 70 mL / 100 g / menit. Kemampuan untuk autoregulasi membuat aliran
darah relatif konstan dalam berbagai tekanan arteri rata-rata sistemik.
Klasifikasi gagal ginjal akut adalah prerenal, intrarenal, dan postrenal. Kriteria diagnostik
berdasarkan RIFLE (risiko, cedera, kegagalan, kerusakan fungsi ginjal, dan penyakit ginjal yang
terlambat).
Beberapa faktor perioperatif juga mempengaruhi aliran darah ginjal langsung dengan efek
hemodinamik atau secara tidak langsung melalui stimulus sistem saraf simpatis atau AVP. Terlepas
dari penyebabnya, penurunan aliran darah ginjal cenderung mengurangi GFR dengan mengurangi
aliran darah korteks ginjal. Demikian juga, penurunan aliran darah ginjal menyebabkan risiko
iskemia meduler ginjal. Efek dari perubahan ini adalah konservasi natrium dan air dan, akibatnya,
penurunan output urin.

Kata Kunci : Fisiologi, Fisiologi Ginjal, Gagal Ginjal Akut

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ginjal memainkan peran penting dalam menjaga homeostasis tubuh, dengan
menjaga kestabilan komposisi elektrolit ekstraseluler, menjaga keseimbangan asam-basa,
mengatur status volume dan tekanan darah, mensekresi erythropoietin dan renin, dan
mengeluarkan sisa metabolisme. Fungsi-fungsi ini melibatkan interaksi yang kompleks
ginjal dengan sistem organ lainnya dan yang sering berubah selama anestesi. Karenanya,
pemahaman fungsi ginjal penting untuk ahli anestesi selama perioperatif.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan tugas baca ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi ginjal secara mendalam
2. Mengetahui dan memahami macam macam etiologi dan mekanisme penyebab gagal
ginjal

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat penulisan tugas baca ini secara khusus :
a) Dapat memberikan rangkuman secara terperinci tentang anatomi dan fisiologi ginjal
sebagai bekal menjadi anestesiologi di masa depan
b) Memberikan pengetahuan mengenai hubungan anatara anestesi dan fisiologi ginjal

2. Manfaat penulisan tugas baca ini secara umum :


Dapat membantu teman teman sejawat mengenal dan mempelajari anatomi dan
fisiologi ginjal sebagai bekal menjadi seorang dokter yang kompeten

3
BAB II

SARI PUSTAKA

STRUKTUR DAN FUNGSI GINJAL

Anatomi Dasar Ginjal

Ginjal adalah organ berpasangan yang terletak dibawah diafragma diruang retroperitoneal,
dengan berat diantaranya 115 - 160 gram. Bagian atas ginjal menempel pada permukaan bawah
diafragma dan dilindungi oleh costa. Ginjal tertanam pada jaringan lemak yang berfungsi sebagai
bantalan dan diselimuti oleh membrane jaringan ikat fibrosa yang disebut fasia renalis. Setiap ginjal
memiliki lekukan yang disebut hilus disisi medialnya. Pada hilus arteri renalis memasuki ginjal,
sedangkan vena dan ureter keluar ginjal. Arteri ginjal berasal dari aorta abdominalis, dan vena
ginjal bermuara di vena cava inferior serta ureter membawa urin keluar dari ginjal menuju vesical
urinaria. Ginjal dipersarafi oleh saraf simpatik sistem dari T4 hingga T12

Bagian ginjal dibagi menjadi 3 area, bagian terluar disebut korteks renalis; disusun oleh
korpuskulum renalis dan tubulus kontortus, keduanya adalah bagian nefron. Bagian tengah adalah
medulla renalis; yang disusun oleh lengkung henle dan tubulus kolektivus (juga bagian dari
nefron), medulla renalis terdiri atas potongan berbentuk baji disebut pyramid renalis. Ujung masing
masing pyramid adalah apeks atau papilla. Bagian ketiga adalah pelvis renalis; sebuah rongga yang
dibentuk oleh perluasan ureter dalam ginjal pada hilus, perluasan pelvis renal berbentuk corong
disebut kaliks. Urin mengalir dari pyramid renal kedalam kaliks, kemudian pelvis renalis dan ke
ureter.
Nefron adalah unit fungsional ginjal. (Gbr. 16-1) Nefron terdiri dari lapisan kapiler disebut
glomerulus yang dikelilingi oleh sel epitel disebut kapsul Bowman. Setiap nefron terdiri atas dua
bagian besar; Korpuskulum renalis dan Tubulus renalis.
Sebuah Korpuskulum renalis terdiri atas sebuah glomerulus yang dikelilingi oleh kapsula
bowman. Glomerulus adalah suatu jaringan kapiler yang dibentuk dari sebuah arteriola aferen dan
sebuah arteriola eferen. Diameter arteriola eferen lebih kecil dari arteriola afferent yang membantu
mempertahankan tekanan darah yang tinggi dalam glomerulus. Kapsula Bowman; ujung perluasan
tubulus renalis yang menutupi glomerulus. Lapisan dalam kapsula bowman memiliki pori dan

4
sangat permeable, lapisan luar tidak berpori dan tidak permeable. Celah antara lapisan dalam dan
lapisan luar kapsula bowman berisi filtrat ginjal.
Tubulus Renalis adalah lanjutan kapsula bowman yang terdiri dari bagain berikut; Tubulus
kontortus proksimal (dalam korteks renalis), lengkung henle (dalam medulla renalis), tubulus
kontortus distal (dalam korteks renalis). Tubulus kontortus distal dari beberapa nefron bergabung
menjadi sebuah Tubulus kolektivus. Bebrapa tubulus kolektivus bergabung membentuk ductus
papilaris yang mengalirkan urin ke kaliks di pelvis renalis. Seluruh tubulus renalis dikelilingi oleh
kapiler peritubular, yang tersusun atas arteriola efferen.

Tingkat Filtrasi Glomerulus


Volume fltrat glomerulus disebut juga laju filtrasi glomerulus (GFR). Pada orang normal,
GFR berkisar 125 mL per menit atau 180 L per hari. Karena 99% dari 180 L filtrasi glomerulus
diserap kembali, maka urin output harian adalah 1 - 2 L. Seperti dijelaskan sebelumnya, tekanan
kapiler glomerulus menyebabkan fltrasi di tubulus ginjal. Tekanan fltrasi normal sekitar 10 mmHg
dari tekanan kapiler glomerulus (60 mm Hg) minus tekanan osmotik koloid (32 mm Hg) dan
tekanan dalam Kapsul Bowman (18 mm Hg) (Gbr. 16-3). Tingkat fluktuasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor: Mean arterial pressure, curah jantung, dan saraf simpatik Ketiganya dapat
meningkatkan tekanan kapiler glomerulus dan meningkatkan GFR.
Ginjal memiliki mekanisme autoregulasi yang memodulasi efek tekanan arteri rata-rata
pada GFR. Proses autoregulasi ini melibatkan umpan balik dari tubulus distal ke glomerulus. Sel
khusus di tubulus distal disebut macula densa, sinyal arteriol ginjal efektif baik vasokonstriksi atau
vasodilatasi. Melalui penyesuaian akibat tekanan kapiler glomerulus, tekanan fltrasi hampir selalu
konstan pada tekanan arteri 60 dan 160 mm Hg. Perubahan kecil dalam GFR dapat menyebabkan
variasi luas pada urin output, dengan kata lain umpan balik tubulus-glomerulus melayani peran
penting dalam homeostasis.

5
GAMBAR 16.1

Tubulus Ginjal

Struktur Tubulus Ginjal


Tubulus ginjal tersusun atas tubulus proksimal, lengkung Henle, dan tubulus distal (lihat
Gambar 16-1). Seperti dijelaskan sebelumnya, lengkung Henle di nefron juxtamedullary meluas
ke medulla ginjal sebelum mengalirkan filtrasi kembali ke korteks ginjal di tubulus distal.

Fungsi Tubular Renal


Filtrasi glomerulus pada akhirnya diubah menjadi urin di sepanjang tubulus tubulus ginjal
(Tabel 16-1). Sebagian besar air dan berbagai zat terlarut difiltrasi kapiler glomerulus dan diserap
kembali ke kapiler peritubular. Produk limbah metabolik juga difiltrasi kapiler glomerulus, tapi
6
tidak diserap kembali. Zat terlarut lainnya disekresikan oleh sel epitel tubulus ginjal ke dalam
lumen di tubulus ginjal. Urin yang ditemukan di ductus koletivus terdiri dari zat-zat yang di filtrasi
di kapiler glomerulus. Proses reabsorpsi menentukan volume urin yang terbentuk. Berbagai bagian
tubulus ginjal memiliki peran berbeda dalam reabsorpsi dan sekresi (lihat Tabel 16-1). Sekitar dua
pertiga dari semua reabsorpsi dan sekresi terjadi di tubulus proksimal. Faktor penting yang
memengaruhi reabsorpsi natrium dan air adalah aldosteron, arginin vasopresin (AVP),
prostaglandin ginjal, dan peptida natriuretik atrium. Reabsorpsi natrium melibatkan penggerakan
ion ini terhadap gradien konsentrasi dari lumen tubulus proksimal ke kapiler peritubular. Proses ini
membutuhkan energi yang berasal dari sistem natrium-kalium adenosin trifosfatase (ATPase).
Tubulus kolektivus proksimal menggunakan enzim ATPase untuk reabsorpsi natrium,
mengonsumsi sekitar 80% oksigen ginjal. Lebih dari 99% air yang difiltrasi di glomerulus akan
diserap kembali di kapiler peritubular saat melewati tubulus ginjal. Permeabilitas duktus kolektivus
bervariasi dan ditentukan oleh aktivitas AVP. Saat AVP aktif, adenilat siklase dalam sel epitel
yang melapisi ductus kolektivus, adenosin monofosfat siklik yang dihasilkan meningkatkan
permeabilitas membran sel terhadap air. Karenanya, peningkatan AVP menyebabkan reabsorpsi
air dari tubulus kolektivus, menghasilkan urin yang sangat pekat. Penurunan AVP menghasilkan
sedikit reabsorpsi air dan sejumlah besar urin menjadi tidak pekat/encer.

Countercurrent System
Kemampuan ginjal untuk menghasilkan urin encer atau pekat tergantung pada gradien
dalam osmolaritas antara korteks ginjal dan medula ginjal yang diciptakan oleh lengkung Henle.

7
Padahal korteks ginjal memiliki relative osmolaritas rendah (300 mOsm / L), medula ginjal
mengandung cairan interstitial konsentrasi tinggi (1.400 mOsm / L) karena reabsorpsi aktif zat
terlarut dalam loop Henle (Gbr. 16-4). Osmolaritas meduler yang tinggi dipertahankan sebagian
oleh aliran darah yang lambat, mencegah pengangkatan zat terlarut.

Sama seperti loop juxtamedullary Henle membawa


fltrate glomerulus dari korteks ke medula ginjal dan
kembali ke korteks, pasokan vaskular memiliki struktur
yang serupa. Susunan kapiler peritubular berbentuk U,
yang dikenal sebagai vasa recta, sejajar dengan loop Henle.
Ini membentuk sistem berlawanan, di mana kapiler arus
mengalir paralel dan berlawanan arah dengan aliran
kapiler.

Transport Tubular Maksimum


Transport tubular maximum (Tmax) adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat diserap
secara aktif dari lumen tubulus ginjal setiap menit. Tmax tergantung pada jumlah zat pembawa dan
enzim yang tersedia untuk sistem transportasi aktif di sel epitel tubulus ginjal.
Tmax untuk glukosa adalah sekitar 220 mg per menit. Ketika jumlah glukosa yang mengalir
melalui kapiler glomerulus melebihi jumlah ini, kelebihannya glukosa tidak dapat diserap kembali
dan masuk ke urin (Gbr. 16-5). Jumlah glukosa yang biasa dalam filtrat glomerulus yang memasuki
tubulus proksimal adalah 125 mg per menit, tapi bila beban tubular melebihi sekitar 220 mg per
menit (konsentrasi ambang batas), glukosa mulai muncul dalam urin. Konsentrasi glukosa darah
180 mg / dL menunjukan 220 mg per menit glukosa ke tubulus ginjal.

8
Transportasi Urin ke Kandung Kemih
Dari ductus kolektivus, urin mengalir melalui ureter. Setiap ureter dipersarafi oleh simpatis
dan sistem saraf parasimpatis. Saat urine terkumpul di dalam pelvis ginjal, tekanan di panggul
meningkat dan memulai kontraksi peristaltik yang bergerak ke bawah ureter dan memasuki
kandung kemih. Stimulasi sistem saraf parasimpatis meningkatkan frekuensi peristaltik, sedangkan
stimulasi sistem saraf simpatis menurunkan peristaltik.
Obstruksi ureter oleh batu menyebabkan penyempitan refleks yang intens dan rasa sakit.
Selain itu, nyeri memunculkan refleks sistem saraf simpatis (refluks ureterorenal) itu menyebabkan
vasokonstriksi arteriol ginjal dan penurunan bersamaan dalam pembentukan urin di ginjal ketika
ada obstruksi ureter. Saat kandung kemih terisi urin, regangkan reseptor di dalam dinding kandung
kemih memicu kontraksi miksi.

Aliran Darah Ginjal


Meskipun ginjal mewakili sekitar 0,5% dari total tubuh berat badan, aliran darah ginjal 20%
hingga 25% dari curah jantung. Aliran darah ginjal sekitar 400 mL / 100 g / menit, sedangkan
jantung dan hati sebanyak 70 mL / 100 g / menit untuk. Kemampuan untuk melakukan autoregulasi
membuat aliran darah ginjal relatif konstan diberbagai tekanan arteri rata-rata sistemik. Karena
aliran darah ginjal besar, fraksi ekstraksi oksigennya rendah meskipun konsumsi oksigen tinggi,
Po2 menurun dari 95 mmHg di arteri renal hanya sekitar 70 mmHg di vena ginjal. Sekitar 90%
dari aliran darah ginjal didistribusikan ke korteks ginjal, lebih rendah 10% dari aliran darah ginjal
yang menuju medulla ginjal.

9
Autoregulasi Renal
Aliran darah ginjal dan GFR dijaga relatif konstan dalam kisaran tekanan arteri rata-rata di
antaranya sekitar 60 dan 160 mm Hg8 (Gbr. 16-6). Karena GFR sejajar dengan aliran darah ginjal,
curah jantung memiliki efek penting pada GFR.
Mekanisme autoregulasi masih kontroversial. Sebuah teori yaitu respon miogenik, dimana
peningkatan tekanan perfusi mengakibatkan peningkatan ketegangan dinding dalam arteriol,
mengakibatkan kontraksi otomatis otot polos. Hipotesis lain adalah mekanisme tubuloglomerular
dimana umpan balik bertanggung jawab atas autoregulasi, peningkatan tekanan perfusi akan
meningkatkan filtrasi, meningkatkan pengiriman cairan tubulus ke macula densa, yang kemudian
melepaskan faktor yang menyebabkan vasokonstriksi.

Aparatus Juxtaglomerular
Sel-sel juxtaglomerular melepaskan renin ke dalam sirkulasi (Gbr. 16-7). Renin mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang kemudian dikonversi menjadi angiotensin II oleh
enzim pengonversi angiotensin. Efek angiotensin II termasuk kehausan, vasokonstriksi, dan
reabsorpsi garam dan air oleh ginjal untuk menjaga volume sirkulasi dan meningkatkan aliran
darah ginjal. Apakah penyebab awal penurunan aliran darah ginjal adalah hasil dari hipovolemia,
hipotensi sistemik, atau sistem saraf simpatis stimulasi, efek renin adalah untuk mempertahankan
darah ginjal aliran dan GFR.

10
Regulasi Cairan Tubuh
Ginjal memiliki peran utama dalam regulasi jumlah dan sifat cairan tubuh. Mereka
mengontrol karakteristik berikut:
1. Darah dan volume cairan ekstraseluler
2. Osmolaritas cairan tubuh
3. Konsentrasi ion dan urea dalam plasma

1. Darah dan Volum Cairan Ekstraseluler


Meskipun demikian, volume darah dipertahankan dalam kisaran yang sempit dari variasi
harian yang besar dalam cairan dan asupan atau kehilangan zat terlarut. Mekanisme untuk
mengontrol volume darah juga mempengaruhi tekanan darah sistemik dan curah jantung.
Peningkatan curah jantung dan tekanan arteri sistemik akan meningkatkan aliran darah ginjal
dan GFR, menghasilkan peningkatan urin output.
Dalam pengaturan penurunan volume darah, peningkatan konsentrasi AVP yang
bersirkulasi akan meningkat reabsorpsi air, sedangkan peningkatan aldosterone
mempromosikan reabsorpsi natrium dan dengan demikian reabsorpsi air secara osmotik. Ini

11
mengurangi volume urin dan mengembalikan volume darah. Faktor lain dimediasi oleh ANP
(atrial natriuretic peptide) yang rilis saat terjadi peregangan atrium.
Regulasi volume cairan ekstraseluler dikendalikan secara tidak langsung melalui
pemeliharaan volume darah sistemik. Peningkatan volume darah menyebabkan peningkatan
volume cairan ekstraseluler, sedangkan menurunnya volume cairan ekstraseluler menyertai
berkurangnya volum darah.

Faktor Natriuretik Atrium dan Ginjal


Atrium membentuk, menyimpan dan mengeluarkan suatu hormon asam amino melalui
sinus koroner yang disebut atrial natriuretic peptide (ANP) dan analog dengan renal
natriuretic peptide (urodilatin) pada ginjal yang disintesis di nefron korteks ginjal. Peptida ini
berikatan pada duktus koledukus dan menyebabkan peningkatan konsentrasi intracellular
cyclic guanine monophosphate dan menghambat transportasi natrium. ANP lebih berperan
dalam pengaturan kardiovaskular dan kurang berpengaruh pada ekskresi natrium, sedangkan
renal natriuretic peptide lebih berpengaruh pada pengaturan ekskresi natrium. Sebagai
vasodilator kuat, ANP menurunkan tekanan darah sistemik dan menyebabkan vasodilatasi
arteri ginjal.
Konsentrasi ANP berbanding lurus dengan tekanan atrium kanan dan kiri, dan sebanding
dengan diameter atrium. Penghambatan pengeluaran ANP mengurangi urin output dan ekskresi
natrium urin serta meningkatkan aktifitas renin plasma. Positive end-expiratory pressure-
induced menurunkan distensi atrium sehingga menurunkan pengeluaran ANP, yang mana
menyebabkan efek antidiuretik dan antinatriuretic pada positive end-expiratory pressure.

2. Osmolaritas Cairan Tubuh


Osmolaritas cairan tubuh hampir seluruhnya
ditentukan oleh konsentrasi natrium di ekstrasel.
Osmolaritas cairan tubuh dipengaruhi oleh
mekanisme osmoreseptor-AVP dan refleks haus.
Sebaliknya, efek aldosteron pada konsentrasi
natrium dan osmolaritas plasma tidak signifikan.
Hal ini terjadi karena reabsorpsi natrium yg dipicu

12
oleh aldosteron terjadi bersamaan dengan reabsorpsi air.
Osmoreceptor-Arginine Vasopressin Hormone
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel karena peningkatan kadar natrium menyebabkan
osmoreseptor di supraoptic nuclei hipotalamus menyusut dengan demikian meningkatkan
impuls ke hipofisis posterior tempat AVP dikeluarkan. Retensi air yang dipicu oleh AVP
mencairkan konsentrasi natrium plasma dan mengembalikan osmolaritas ke nilai normal.

Refleks Haus
Refleks haus aktif saat konsentrasi natrium plasma meningkat 2 mEq/liter di atas normal
atau saat osmolaritas plasma meningkat sekitar 4 mOsm/liter.

3. Konsentrasi Ion Plasma


a. Kalium
Konsentrasi kalium plasma diatur oleh aldosteron di tubulus ginjal. Perubahan kecil pada
konsentrasi kalium plasma akan menyebabkan perubahan besar pada aldosteron. Dengan
aldosteron, terjadi peningkatan sekresi kalium ke tubulus ginjal diikuti dengan peningkatan
pengeluaran kalium dalam urin.

Selain aldosteron, konsentrasi hidrogen dan natrium plasma dapat berefek pada
pengeluaran kalium dalam urin.

13
b. Natrium
Konsentrasi natrium plasma diatur dengan transpor aktif natrium dari sel epitel
tubulus ginjal ke kapiler peritubular. Hampir 2/3 natrium direabsorpsi dari tubulus
proksimal dan tidak lebih dari 10% natrium mencapai tubulus distal. Aldosteron
mempengaruhi reabsorpsi natrium dari tubulus distal dan duktus koledukus. Saat
aldosteron tinggi, hampir semua natrium direabsorpsi dan ekskresi natrium di urin
mendekati nol.
c. Hidrogen
Ginjal mengeluarkan kelebihan hidrogen dengan mengganti hidrogen dengan
natrium sehingga mengasamkan urin, dan dengan sintesis amonia bergabung dengan
hidrogen membentuk ammonium.
d. Kalsium
Konsentrasi Kalsium diatur oleh efek hormon paratiroid pada reabsorpsi tulang.
Saat konsentrasi kalsium plasma meningkat, sekresi hormon paratiroid berkurang
sehingga tidak ada kalsium yang dikeluarkan dari tulang. Hormon paratiroid
meningkatkan reabsorpsi di tubulus distal, duktus koledukus, dan gastrointestinal.
e. Magnesium
Magnesium direabsorpsi di seluruh bagian tubulus ginjal. Ekskresi magnesium pada
urin berhubungan dengan konsentrasi magnesium dalam plasma.
f. Urea
Urea merupakan produk sisa metabolik yang paling banyak sehingga harus
dikeluarkan dalam urin untuk mencegah akumulasi berlebih dalam darah. Faktor utama

14
yang menentukan pengeluaran urea adalah konsentrasi urea dalam plasma (blood urea
nitrogen [BUN]) dan laju filtrasi glomerulus. Hampir 50% urea yang masuk tubulus
ginjal di keluarkan lewat urin.

Pengukuran Fungsi Ginjal

Pengukuran fungsi ginjal seperti pengumpulan urin dari waktu ke waktu dan pengukuran
komponen urin. Untuk pengambilan keputusan klinis, GFR dapat diakses dengan murah dan hanya
membutuhkan kerja laboratorium dasar.

15
GAGAL GINJAL AKUT
Gagal ginjal akut ditandai dengan penurunan mendadak dari fungsi ginjal dengan
penurunan laju filtrasi glomerulus yang terjadi dalam hitungan jam hingga hari, menyebabkan
kegagalan ginjal untuk mengeluarkan produk sisa (urea dan kreatinin) dan mempertahankan
homeostasis cairan dan elektrolit. Kebocoran pada urin merupakan manifestasi awal dan penting
pada nekrosis tubulus akut (antibiotik aminoglikosida penyebab yang potensial), sebagian besar
menunjukkan kegagalan dari pompa natrium-kalium ATPase di tubulus ginjal.

1. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal akut adalah prerenal, intrarenal, dan postrenal.

a. Prerenal Azotemia
Prerenal azotemia merupakan suatu gangguan pada sirkulasi sistemik yang
menyebabkan hipoperfusi pada ginjal. Dengan kata lain, pengobatan pada gangguan
sirkulasi (meningkatkan cardiac output atau volume cairan intravaskular) akan
mengembalikan filtrasi glomerulus.
b. Gagal Ginjal Intrinsik
Gagal ginjal intrinsik, termasuk nekrosis tubulus ginjal, disebabkan oleh iskemia
atau nefrotoksin. Nekrosis tubulus akut menunjukkan kerusakan lapisan sel epitel
tubulus ginjal dan paling sering disebabkan oleh nefrotoksin atau iskemik ginjal akibat
penurunan tekanan darah sistemik dan aliran darah ginjal (syok) yang berlangsung
lama. Kerusakan tubulus ginjal biasanya karena ketidakseimbangan asupan dan
kebutuhan oksigen di sel medula asending ginjal.

16
Nekrosis tubular akut karena iskemia sel tubulus medula asenden merupakan
penyebab gagal ginjal akut tersering pada periode perioperatif. Hipoperfusi ginjal
merupakan penyebab tersering gagal ginjal akut pada keadaan trauma, operasi,
perdarahan, atau dehidrasi. Tidak ada hubungan antara volume urin dan bukti histologi
pada nekrosis tubular akut, laju filtrasi glomerulus, atau fungsi ginjal pada pasien
dengan trauma berat, dalam operasi kardiovaskular atau syok.
c. Postrenal Obsruktif Nefropati
Kerusakan obstruktif postrenal (batu ginjal, hiperplasia prostat, trauma mekanik
kateter) dapat menyebabkan gagal ginjal akut pada beberapa pasien. Keadaan oligouri
akut pada masa perioperatif perlu diperiksa kemungkinan terjadinya obstruksi mekanik
pada saluran kemih.

Diagnosis Cedera Ginjal Akut


Kriteria Diagnostik konferensi consensus menghasilkan lima klasifikasi untuk GGA, yang
disebut RIFLE (risiko, cedera, kegagalan, kehilangan fungsi ginjal, dan penyakit ginjal tahap akhir)
(Gbr. 16-12).

17
Biomarker
Urin output dan SCr adalah kriteria diagnostik yang paling banyak digunakan untuk
mendeteksi AKI.

Anestesi dan Aliran darah Renal


Beberapa faktor perioperatif juga mempengaruhi aliran darah ginjal langsung oleh efek
hemodinamik atau secara tidak langsung melalui stimulus sistem saraf simpatik atau AVP.
Terlepas dari penyebabnya, penurunan aliran darah ginjal cenderung mengurangi GFR dengan
mengurangi aliran darah korteks ginjal. Demikian juga, penurunan aliran darah ginjal
mengakibatkan resiko iskemik medula ginjal. Efek dari perubahan ini adalah konservasi natrium
dan air dan, akibatnya, penurunan output urin.
Banyak faktor perioperatif yang mempengaruhi aliran darah ginjal melalui perubahan curah
jantung atau tekanan arteri sistemik. Obat anestesi umumnya memiliki efek langsung yang
signifikan pada hemodinamika, baik dengan mengurangi resistensi vaskular sistemik, menekan
fungsi miokard, atau mengurangi preload. Demikian juga, hipovolemia perioperative (dari puasa
pra operasi, perubahan/pergesaran cairan tubuh, perdarahan akut, atau kombinasi berbagai factor
tersebut) akan menurunkan curah jantung dan tekanan arteri sistemik, yang pada akhirnya
menyebabkan efek langsung yang serupa pada aliran darah ginjal.

18
Karena ginjal memiliki persarafan otonom yang kaya, aliran darah ginjal juga sangat
sensitif terhadap aktifitas sistem saraf simpatik. Stimulasi simpatik meningkatkan resistensi
pembuluh darah ginjal, yang memiliki dua efek signifikan. Pertama, perfusi dialihkan dari ginjal
ke organ lain, seperti otak dan hati untuk menjaga perfusi organ kritis tersebut. Kedua, penyempitan
arteriol ginjal menurunkan tekanan kapiler glomerulus dan mengurangi GFR. Apakah
penyebabnya itu adalah nyeri, stimulus pembedahan, atau katekolamin eksogen, stimulasi simpatis
yang berlebihan dapat menurunkan aliran darah glomerulus dan menurunkan urin output.
Selanjutnya, rangsangan yang menyakitkan mengakibatkan pelepasan AVP, yang meningkat
absorbsi air dari tubulus kolektivus, yang menghasilkan urin pekat. Hipovolemia akibat perdarahan
akut juga meningkatkan tonus simpatis, mengakibatkan berkurangnya aliran darah ginjal.

Penilaian Risiko Perioperatif

Penilaian risiko perioperatif


memungkinkan dokter untuk mengatasi
masalah pasien dan merencanakan anestesi
dengan tujuan menghindari AKI. Pada populasi
pasien yang menjalani operasi umum, risiko
AKI diyakini sekitar 1%. Faktor risiko pasien
meliputi usia lebih dari 56 tahun, priajenis
kelamin, gagal jantung kongestif aktif, asites,
diabetes, dan hipertensi (Tabel 16-2). Faktor
pembedahan sendiri meningkatkan AKI (operasi intraperitoneal). Risiko AKI perioperatif tetap
menjadi perhatian utama dalam bedah vaskular dan jantung. Sepsis dan transfusi darah juga
meningkatkan risiko AKI.

Manajemen Intraoperatif
Prinsip manajemen umum meliputi mengidentifikasi kemungkinan penyebab cedera ginjal
(dan mengurangi dampaknya), meminimalkan paparan nefrotoksik agen (NSAID dan kontras
radiografi) dan pemeliharaan aliran darah ginjal. Ini bisa dicapai dengan koreksi cepat penurunan
volume intravaskular dan pemeliharaan tekanan arteri sistemik yang memadai.

19
KESIMPULAN

Ginjal adalah organ berpasangan yang terletak di bawah diafragma diruang retroperitoneal,
dengan berat di antaranya 115 - 160 gram, dibagi menjadi 3 area, bagian terluar disebut korteks
renalis; disusun oleh korpuskulum renalis dan tubulus kontortus. Keduanya adalah bagian nefron.
Bagian tengah adalah medulla renalis; yang disusun oleh lengkung henle dan tubulus kolektivus
(juga bagian dari nefron), medulla renalis terdiri atas potongan berbentuk baji disebut pyramid
renalis. Ujung masing masing pyramid adalah apeks atau papilla. Bagian ketiga adalah pelvis
renalis; sebuah rongga yang dibentuk oleh perluasan ureter dalam ginjal pada hilus, perluasan
pelvis renal berbentuk corong disebut kaliks.
Pada orang normal, GFR berkisar 125 mL per menit atau 180 L per hari. Karena 99% dari
180 L filtrasi glomerulus diserap kembali, maka urin output harian adalah 1 - 2 L.
Aliran darah ginjal dan GFR dijaga relatif konstan dalam kisaran tekanan arteri rata-rata di
antaranya sekitar 60 dan 160 mmHg. Karena GFR sejajar dengan aliran darah ginjal, curah jantung
memiliki efek penting pada GFR.
Gagal ginjal akut ditandai dengan penurunan mendadak dari fungsi ginjal dengan
penurunan laju filtrasi glomerulus yang terjadi dalam hitungan jam hingga hari, menyebabkan
kegagalan ginjal untuk mengeluarkan produk sisa (urea dan kreatinin) dan mempertahankan
homeostasis cairan dan elektrolit. Klasifikasi gagal ginjal akut adalah prerenal, intrarenal, dan
postrenal. Kriteria Diagnostik GGA berdasarkan RIFLE (risiko, cedera, kegagalan, kehilangan
fungsi ginjal, dan penyakit ginjal tahap akhir).

20
REFERENSI

1. Jonathan Hastie Stoelting’s, 2015. Pharmacology & Physiology in Anesthetic Practice 5th
ed, Chapter 16.

21

You might also like