You are on page 1of 14

PENGATURAN PROSEDUR PEMBATALAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH

YANG MERUPAKAN BARANG MILIK NEGARA.

Oleh:

Anak Agung Istri Diah Mahadewi

Program Studi S2 Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Pemerintahan

Astract

This study discusses, "regulation of Procedure Cancellation of Certificate of Land which


is the State Owned Assets", which aims to study theoretically on Cancellation of Certificate
of Rights to the land including State owned Assets, ie, how the implementation Regulation of
Cancellation of Certificate of Land to include of State.
This research is a law that is derived from primary and secondary legal materials were
then analyzed by using the approach of legislation and legal concepts and approaches using
analytical tools and techniques argumetasi legal description.
Discussion and research results can be summarized as follows: Regulation Procedure
cancellation of Certificate of Land which is the State Owned Assets can not provide legal
certainty for the National Land Agency officials in conducting cancellation, because to the
state owned assets known as asset removal must be approved by Property Manager the
Minister of Finance, while the state owned assets such as land has issued a certificate if the
object of the dispute and has permanent legal force in terms of the form of action settlement
with the cancellation of the certificate of land Rights. So in this case the absence of a definite
regulation that can be used as guidelines for the Government Apparatus to take legal action in
the form of cancellation of Certificate of Land Rights.

Key words:Regulation, cancellation of certificate of land rights, state owned assets.

I. PENDAHULUAN Indonesia Tahun 1945 dan Pasal 2


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
1.1 Latar Belakang
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Indonesia merupakan negara yang
Agraria selanjutnya yang disingkat
kaya akan sumber daya alam, salah
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA),
satunya adalah tanah. Tanah mempunyai
sehingga atas dasar tersebutlah lairlah hak
fungsi yang sangat penting yaitu sebagai
menguasai negra atas tanah. Hak
perekat Negara Kesatuan Republik
menguasai negara atas tanah mempunyai
Indoensia yang harus dikuasai oleh negara
makna bahwa negara memiliki
sebagaimana amanat Pasal 33 ayat (3)
kewenangan untuk mengatur penguasaan,
Undang-Undang Dasar Negara Republik
peruntukkan, penggunaan dan
pemanfaatan atas tanah, sehingga dengan Indonesia, yaitu sistem publikasi negatif
adaya hak menguasai negara atas tanah, yang tidak murni, dalam artian bahwa
lahirlah bermacam-macam hak atas tanah. data-data yang disajikan dalam sertipikat
Adapun bermacam-macam hak atas tanah hak atas tanah kebenaran tidak dijamin
yang terdapat di Indonesia diatur dalam oleh negara. dengan kata lain bahwa
Pasal 16 UUPA yaitu: a. Hak Milik; b. apabila telah terbit sertipikat hak atas tanah
Hak Guna-Usaha (HGU); c. Hak Guna- terhadap suatu bidang tanah tertentu,
Bangunan (HGB); d. Hak Pakai; e. hak apabila terdapat pihak yang yang
sewa, dan hak-hak lainnya yang tidak keberatan atas terbitnya Sertipikat Atas
termasuk dalam hak-hak tersebut. Tanah tersebut, maka dapat menggugat di

Dalam rangka memberikan kepastian Pengadilan sepanjang dapat membuktikan

hukum atas hak-hak tanah tersebut, maka sebaliknya. Adanya peluang bagi pihak

diterbitkan Sertipikat Hak Atas tanah. lain untuk menuntut terbitnya Sertipikat

Sertipikat merupakan tanda bukti Hak Atas tanah menyebabkan munculnya

kepemilikan hak atas tanah bagi pemegang sengketa-sengketa yang memerlukan

hak yang berkenaan jenis hak atas tanah, penyelesaian. Pemerintah dalam hal ini

subyek hak dan obyek hak, sebagaimana adalah Badan Pertanahan Nasional yang

yang diatur dalam Peraturan Pemerintah memeiliki kewenangan untuk mengurusi

Nomor 24 Tahun 1997 tentang bidang pertanahan telah berupaya untuk

Pendaftaran tanah, yaitu diatur dalam Pasal menyelesaikan sengketa-sengketa tanah

1 angka 20. Jadi Sertipikat Hak Atas salah satunya dengan melakukan

Tanah merupakan tanda bukti kepemilikan Pembatalan Sertipikat hak Atas Tanah

atas tanah, namun dalam hal ini Sertipikat yang selanjutnya dibentuk Peraturan

Hak Atas tanah bukan merupakan alat Kepala Badan Pertanahan Nasional RI

bukti yang mutlak melainkan Sertipikat Nomor 3 Tahun 2011 tentang pengeloaan

Hak Atas Tanah merupakan tanda bukti Pengkajian dan Penanganan Kasus

kepemilikan hak atas tanah yang kuat, Pertanahan. Terbitnya Peraturan Kepala

dalam artian bahwa kebenaran data fisik Badan Pertanahan Nasional ini diharapkan

dan data yuridis yang termuat dalam dapat memberikan suatu kepastian hukum

Sertipikat hak Atas tanah harus diterima bagi pihak-pihak yang bersengketa

sampai adanya pembuktian sebaliknya. terhadap kepemilikan hak atas tanah,

Hal ini disebabkan karena sistem publikasi sehingga diterbitkannya Peraturan

pendaftaran tanah yang dianut di Kebijakan tersebut, maka aparatur Badan


Pertanahan Nasional memiliki pedoman
untuk menangani dan menyelesaikan kasus adanya suatu peraturan tentang prosedur
pertanahan. Bentuk penanganan dan terkait pelaksanaan Pembatalan Sertipikat
penyelesaian sengketa tanah salah satunya Hak Milik Atas Tanah yang merupakan
yaitu dengan mengambil tindakan hukum barang Milik negara apakah dihapus
berupa Pembatalan Sertipikat Hak Atas terlebih dahulu karena merupakan Barang
Tanah. Namun tidak semua sengketa tanah Milik Negara atau dilakukan Pembatalan
yang berkaitan dengan Pembatalan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah terlebih
Sertipikat Hak Atas Tanah dapat dahulu oleh Badan Pertanahan Nasional.
dilaksanakan oleh aparatur Badan Oleh karena itu penulis melakukan kajian
Pertanahan Nasional, karena dalam terhadap Pengaturan Prosedur pembatalan
pelaksanaannya muncul berbagai Sertipikat Hak Atas Tanah yang
persoalan, salah satunya yaitu pelaksanaan merupakan Barang Milik Negara (BMN).
Pembatalan Sertipikat Atas Tanah yang
termasuk Barang Milik Negara (BMN)
1.2 Rumusan Masalah
khususnya apabila terdapat Putusan
Pengadilan yang telah berkekuatan hukum Berdasarkan latar belakang diatas, adapun
tetap. Hal ini disebabkan karena peraturan rumusana masalahnya yaitu: “bagaimana
hukum yang tersedia baik dalam bentuk pengaturan pelaksnaan Pembatalan
peraturan perundang-undangan maupun Sertipikat Hak Milik Atas Tanah yang
dalam bentuk Peraturan Kebijakan belum termasuk Barang Milik Negara?”
tersedia secara memadai dalam artian
peraturan perundang-undangan yang
1.3 Tujuan Penulisan
tersedia baik mengenai Pembatalan
Sertipikat Hak Milik Atas Tanah khusunya 1. Untuk mengkaji secara teoritis

tentang tanah Barang Milik Negara dan tentang Pembatalan Sertipikat Hak

tentang Penghapusan belum dapat Atas tanah yang termasuk barang

memberikan kepastian bagi aparatur Badan Milik Negara;

Pertanahan Nasional untuk melaksanakan 2. Untuk menemukan dan mengkaji


pembatalan. Selain itu terhadap Barang Peraturan-Peraturan yang berkaitan
Milik Negara dikenal dengan penghapusan dengan Pembatalan Sertipikat Hak
Barang Milik Negara, sedangkan Badan Atas Tanah yang berkaitan dengan
pertanahan Nasional memiliki wewenang Barang Milik Negara.
untuk membatalkan Sertipikat Hak Milik
Atas Tanah. Sehingga dalam hal ini belum
II. METODE PENELITIAN bermacam-macam hak atas tanah, adapun
Penelitian merupakan satu cara dan bermacam-macam hak atas tanah tersebut
sarana untuk melakukan suatu pencarian yaitu:
dalam rangka mengembangkan ilmu 1. Hak Milik
pengetahuan. Menurut Peter mahmud Hak Milik diatur dalam Pasal 20
Marzuki, “penelitian hukum adalah suatu Undang-Undang Nomor 5 Tahun
proses untuk menemukan aturan hukum, 1960, yang pada dasarnya mengatur
prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin- tentang pengertian Hak Milik yang
doktrin hukum guna menjawab isu hukum merupakan hak yang terkuat dan
1
yang dihadapi. Dalam penelitian hukum terpenuh. Sifat hak milik demikian
dikenal dengan penelitian hukum empiris tidak berarti bahwa hak milik
dan normatif. Penelitian hukum tentang merupakan hak yang bersiat mutlak
pengaturan prosedur pembatalan Sertipikat dan tidak terbatas, karena tanah
Hak Atas tanah yang merupakan Barang merupakan fungsi sosial dan hukum
Milik Negara menggunakan jenis tanah di Indonesia juga didasarkan
penelitian normatif. Penelitian hukum atas hukum adat, sehingga hak milik
normatif merupakan penelitian hukum memiliki sifat terkuat dan terpenuh
kepustakaaan, yaitu penelitian peraturan dimaksudkan untuk membedakan
perundang-undangan. dengan Hak Guna Bangunan
(HGB), Hak Guna Usaha (HGU),
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hak Pakai dan sebagainya.
3.1 Tinjauan Umum hak atas tanah Berdasakan Pasal 21 UUPA, Hak
Hak atas tanah merupakan suatu Milik Atas Tanah hanya dapat
perwujudan dari hak menguasai negara diberikan kepada Warga Negara
dalam bidang pertanahan yang diatur oleh Indonesia (WNI) dan Badan-badan
Undang-Undang Pokok Agraria. Dengan Hukum yang ditetapkan oleh
hak menguasai negara atas tanah pemerintah. dimana hak milik tidak
memberikan kewenangan kepada negara mempunyai jangka waktu
dalam hal mengatur penguasaan, berlakunya dan dapat dimiliki
peruntukan pemilikan dan penggunaan atas secara turun temurun. Hak Milik
tanah beserta hubungan hukum antara dapat hapus apabila tanahnya
seseorang atas tanah sehingga melahirkan musnah dan atau jatuh kepada

1
negara.
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Peneitian
Hukum, Cetakan ke-1, Kencana, Jakarta, h. 35.
2. Hak Guna Bangunan (HGB) permohonan pemberian hak atas
Hak Guna Bangunan (HGB) tanah negara.
merupakan salah satu jenis hak atas 3. Hak Guna Usaha (HGU)
tanah di Indonesia yang tidak Hak Guna Usaha merupakan salah
dikenal dalam perangkat hak-hak satu jenis hak yang memberikan
atas tanah menurut hukum adat, kewenangan bagi pemegang hak
dimana hak guna bangunan ini memakai tanah untuk
diadakan dalam rangka memenuhi diusahakannya. Hak guna usaha
kebutuhan masyarakat modern. Hak (HGU) merupakan hak untuk
guna bangunan merupakan hak mengusahakan tanah yang
untuk mendirikan bangunan- dilangsung dikuasai oleh negara
bangunan diatas tanah bukan yang diberikan terhadap tanah yang
miliknya dalam jangka waktu 30 luasnya paling sedikit 5 hektar
tahun dan bisa dimohonkan sedangkan apabila tanahnya
perpanjangan kemudian dalam mencapai 25 hektar atau lebih harus
jangka waktu 20 tahun sebagaimana mengunakan investasi modal yang
diatur dalam pasal 35 UUPA. Hak layak sebagaimana diatur dalam
Guna Bangunan dapat diberikan pasal 28 Undang-Undang Pokok
kepada warga negara Indonesia Agraria. Selain itu dalam pemberian
(WNI) serta badan hukum yang Hak Guna Usaha, apabila tanah
berkedudukan di Indonesia dan yang masih dilekatkan hak, maka
dibentuk berdasarkan hukum harus dilepaskan terlebih dahulu
Indonesia. Selanjutnya apabila menjadi tanah negara, yang
dilihat dari tanah asalnya, Hak Guna selanjutnya setelah dilepaskan
Bangunan dapat berasal dari tanah diberikan Hak Guna Usaha. Jadi
negara, hak Pengelolaan serta tanah yang diberikan Hak Guna
berasal dari tanah hak milik. Hak Usaha adalah tanah yang tidak
Guna Bangunan yang diberikan atas dilekatkan hak diatasnya (Tanah
tanah yang dikuasai langsung oleh Negara), sehingga apabila diatas
negara, terjadi haknya didasarkan tanah yang dimohonkan Hak Guna
atas penetapan pemerintah. Hal ini Usaha apabila terdapat hak
berarti bahwa Hak Guna Bangunan diatasnya, maka tanah tersebut
ini, haknya terjadi melalui harus ada pelepasan menjadi tanah
negara.
Selanjutnya ketentuan Pasal 29 dapat diberikan selama jangka
Undang-Undang Pokok Agraria waktu tertentu atau selama tanahnya
menjelaskan jangka waktu dipergunakan dengan perjanjian
diberikannya Hak Guna Usaha yaitu untuk keperluan tertentu
dalam jangka waktu 25 tahun dan sebagaimana yang diatur dalam
untuk usaha yang memerlukan Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang
waktu yang lebih panjang dapat Pokok Agraria. Pihak-pihak yang
diberikan jangka waktu paling lama dapat diberikan hak pakai adalah
35 tahun, dan atas permohonan warga negara Indonesia (WNI),
pemegang hak, maka jangka waktu warga negara asing (WNA) yang
yang dimaksud dapat dimohon berkedudukan di Indonesia, badan
perpanjangan dalam waktu paling hukum indonesia dan badan hukum
lama 25 tahun. Pihak yang dapat asing yang mempunyai kantor
mempunyai Hak Guna Usaha perwakilan di Indonesia
adalah Warga Negara Indonesia sebagaimana yang diatur dalam
(WNI) dan Badan Hukum yang Pasal 42 Undang-Undang Pokok
berkedudukan di Indonesia dan Agraria.
didirikian menurut hukum Berdasarkan uraian jenis-jenis hak yang
Indenesia. diatur dalam Undang-Undang Pokok
4. Hak pakai Agraria tersebut, maka jenis hak atas tanah
Hak Pakai secara umum dapat yang pada umumnya diberikan kepada
diartikan sebagi hak untuk memakai instansi pemerintah adalah Hak Pakai,
bidang tanah tertentu yang dihaki karena seperti yang telah disebutkan
baik terhadap tanah yang dikuasai diatas, bahwa hak Pakai tidak mempunyai
langsung oleh negara maupun atas batasan waktu berlakunya dan dapat
tanah milik orang lain, yang berlaku sepanjang tanah yang diberikan
diberikan atas dasar pemberian hak Hak Pakai tersebut digunakan sesuai
oleh pemerintah sebagaimana yang dengan keperluan secara cuma-cuma.
dapat dilihat dalam Pasal 41 ayat (1)
Undang-Undang Pokok Agraria. 3.2 Tinjuan Umum tentang Barang
Hak pakai tidak mempunyai batasan Milik Negara (BMN)
yang jelas jangka waktu berlakunya a. Pengertian Barang Milik Negara
seperti Hak Guna Bangunan dan (BMN)
Hak Guna Usaha yaitu Hak Pakai
Pengertian Barang Milik Negara 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6
diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 tentang
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Pengelolaan Barang Milik
Negara, dimana Barang Milik Negara Negara atau Daerah;
(BMN) merupakan semua barang yang 4. Peraturan Menteri Keuangan
dibeli atau diperoleh berdasarkan beban Nomor 96 Tahun 2007 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tata Cara Pelaksanaan
(APBN) atau berasal dari peroleh lainnya Penggunaan, Pemanfaatan,
yang sah. Berarti yang termasuk Barang Penghapusan, &
Milik Negara merupakan semua jenis Pemindahtanganan BMN;
barang baik barang bergerak maupun tidak 5. Peraturan Menteri Keuangan
bergerak misalnya tanah yang dibeli atau Nomor 138 Tahun 2010
diperoleh dari APBN. tentang Pengelolaan Barang
Barang Milik Negara yang bersal dari Milik Negara Berupa Rumah
perolehan lainnya yang sah meliputi Negara;
barang :
1. hibah/sumbangan atau yg sejenis. b. Penghapusan Barang Milik Negara
2. pelaksanaan perjanjian/ kontrak; (BMN)
3. berdasarkan ketentuan undang- Terhadap Barang Milik Negara
undang; (BMN) dapat dilakukan penghapusan yang
4. berdasarkan putusan pengadilan dilakukan oleh pejabat yang berwenang
yang telah berkekuatan hukum sebagaimana yang diatur dalam Peraturan
tetap; Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Peraturan Hukum yang menjadi Pengelolaan Barang Milik Negara atau
landasan Barang Milik Negara (BMN) Daerah. Penghapusan Barang Milik
berupa Peraturan Perundang-Undangan Negara pada dasarnya merupakan tindakan
dan Peraturan Kebijakan, yaitu: mengahapus catatan tindakan Barang
1. Undang-Undang Nomor 17 Milik Negara dari Daftar Barang oleh
Tahun 2003 tentang Keuangan Pengguna Barang dan atau Daftar Barang
Negara; Milik Negara oleh Pengelola Barang yang
2. Undang-Undang Nomor 1 disertai dengan penerbitan Keputusan oleh
Tahun 2004 tentang Pejabat yang berwenang. Penghapusan
Perbendaharaan Negara; Barang Milik Negara bertujuan untuk
membebaskan Kuasa Pengguna dan atau
Penggelola Barang dari tanggungjawab yang dapat dilihat dalam Pasal 50 Undang-
fisik dan administrasi terhadap barang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
yang berada dalam penguasaannya. Perbendaharaan Negara. Sehingga oleh
Latar belakang dilakukan penghapusan karena terhadap Barang Milik Negara
terhadap Barang Milik Negara yaitu: tersebut tidak dapat dilakukan penyitaan
1. Diserahkannya Barang Milik walaupun terdapat Putusan pengadilan
Negara (BMN) kepada Pengelola yang berkekuatanhukum tetap (inkracht),
Barang; maka dalam hal penghapusan Barang
2. Dailihkannya status Penggunaan ke Milik Negara harus mendapat persetujuan
Pengguna Barang lainnya; dari Pengelola Barang dalam hal ini
3. Pemindahtanganan Barang Milik Menteri Keuangan.
Negara kepada pihak lain;
4. Adanya Putusan Pengadilan yang 3.3 Pembatalan Sertipikat Hak Atas
telah berkekuatan hukum tetap; Tanah yang merupakan Barang Milik
5. Pemusnahan; Negara
6. Sebab-sebab yang lain. Pembatalan Sertipikat Hak Atas
Penghapusan Barang Milik Negara baik Tanah merupakan salah tindakan hukum
berupa benda bergerak maupun tidak pemerintah dalam hal ini Badan
bergerak termasuk tanah/dan atau Pertanahan Nasional sebagai lembaga
bangunan ditindaklanjuti dengan pemerintah yang memiliki kewenangan
melakukan penerbitan Surat Keputusan dalam bidang pertanahan sebagaimana
dari Pengguna Barang setelah mendapat yang diatur dalam Peraturan Presiden
persetujuan dari Pengelola barang untuk Nomor 10 Tahun 2006 dalam rangka
Barang Milik Negara yaitu Menteri menanganani dan menyelesaikan kasus
Keuangan. pertanahan sehingga dapat memberikan
Terhadap Barang Milik Negara suatu kepastian hukum bagi para pihak
(BMN) baik berupa benda bergerak yang bersengketa dalam kaitannya dengan
amaupun tidak bergerak yaitu tanah penggunaan, pemilikan, penguasaan tanah
dan/atau bangunan tidak dapat dilakukan di Indonesia.
suatu penyitaan oleh pihak manapun, Tindakan hukum pemerintah
walaupun Barang Milik Negara tersebut merupakan tindakan atau perbuatan yang
berwujud tanah atau bangunan yang dilakukan oleh pemerintah atau
terdapat putusan pengadilan yang telah administrasi negara dalam melaksanakan
berkekuatan hukum tetap sebagaimana tugas pemerintahan yang dapat
menimbulkan akibat hukum. Pelaksanaan 1. Adanya cacat hukum dalam
Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah penerbitan sertipikat, baik
diatur diatur dalam Peraturan Kepala didasarkan adanya permohonan
Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 3 dari pihak yang berkepentingan
Tahun 2011 tentang Pengelolaan atau yang dirugikan maupun
Pengkajian dan Penanganan Kasus ditemukan sendiri oleh Kepala
Pertanahan. Kantor Pertanahan yang

Pembatalan Sertipikat Hak Atas bersangkutan.

Tanah merupakan salah satu tindakan 2. Adanya putusan Pengadilan yang


hukum yang diambil oleh Pemerintah telah berkekuatanhukum tetap yang
dalam hal ini adalah Badan Pertanahan harus dilaksanakan.
Nasional dalam bidang pertanahan sebagai Jadi semua tanah yang termasuk tanah
akibat dari adanya sengketa pertanahan, yang telah dilekatkan hak dapat
hal ini disebabkan karena Sertipikat Hak dimohonkan pembatalan apabila terdapat
Atas Tanah bukan merupakan tanda bukti putusan Pengadilan yang telah berkekuatan
kepemilikan yang mutlak, melainkan hukum tetap maupun adanya cacat hukum
bersifat kuat, dalam artian bahwa administrasi. Terhadap Pembatalan
Sertipikat sebagai tanda bukti kepemilikan Sertipikat Hak Atas Tanah berdasarkan
mengenai data fisik dan data yuridis yang putusan pengadilan yang telah berkekuatan
termuat didalam Sertipikat sepanjang hukum tetap walaupun amar putusannya
sesuai dengan yang termuat dalam buku menyatakan suatu sertipikat hak atas tanah
tanah dan surat ukur, sehingga apabila ada batal, batal demi hukum atau tidak sah,
pihak yang berkeberatan atas terbitnya namun Sertipikat Hak Atas tanah tersebut
Sertipikat Hak Atas Tanah tersbeut dapat tidak serta merta menjadi batal, melainkan
mnegajukan keberatan kepada Badna harus dimohonkan pembatalan oleh pihak
Pertanahan Nasional untuk dibatalkan atau yang dimenangkan oleh putusan
mengajukan gugatan di Pengadilan. pengadilan yang diperoleh tersebut, karena
Pembatalan Sertipkat Hak Atas tindakan pembatalan Sertipikat Hak Atas
dikonkretkan dengan membatalakan Tanah merupakan tindakan administrasi
Sertipikat Hak Atas Tanh sebagai pejabat organ pemerintah sebagamana
Keputusan Kepala Kantor Pertanahan yurisprudensi putusan Mahkamah Agung
dilakukan dalam hal: Nomor 350K/Sip/1968, tanggal 3 Mei
1969. Begitu juga terhadap tanah yang
telah diterbitkan Sertipikat Hak Atas tanah Sertipikat Hak Atas Tanah berupa
yang telah menjadi Barang Milik Negara penerbitan Surat Keputusan Pembatalan
juga menjadi wewenang Badan Pertanahan baik sebagai pelaksanaan putusan
Nasional untuk melakukan Pembatalan, pengadilan maupun cacat hukum
hal ini dapat dilihat dari Pasal 1 angka 6 administrasi terdapat beberapa tahapan
Peraturan Kepala Badan Pertanahan yang harus dilaksanakan yang dapat dilihat
Nasional Republik Indonesia Nomor 3 dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Tahun 2011 yang mengatur tentang Nasional RI Nomor 3 Tahun 2011 yaitu
definisi tanah aset yaitu tanah barang milik (1) penelitian data dari pihak pemohon; (2)
negara atau barang milik daerah pemeriksaan lapangan; (3) gelar
sebagaimana dimaksud dalam Undang- internal/gelar eksternal/delar mediasi/
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang gelar istimewa apabila diperlukan; (4)
Perbendaharaan Negara. diaturnya definisi penyruusan Risalah Pengolahan Data; (5)
tanah aset dalam Peraturan Kepala Badan pengambilan keputusan. melihat prosedur
Pertanahan Nasional RI Nomor 3 Tahun pembatalan Sertipikat Hak Atas tanah
2011 bermakna bahwa ruang lingkup tersebut, terlihat tidak adanya kejelasan
wewenang untuk membatalkan tanah Aset terkait dengan Pembatalan Sertipikat hak
yang termasuk Barang Milik Negara Atas tanah yang merupakan barang milik
adalah wewenang Badan Pertanahan negara, sehingga dengan demikian
Nasional. Namun walaupun demikian, Pembatalan terhadap Sertipikat Hak Atas
Badan Pertanahan Nasional tidak dapat tanah yang merupakan Barang Milik
begitu saja melakukan pembatalan Negara belum bisa dilaksanakan, karena
terhadap Sertipikat Hak Atas Tanah yang belum adanya kepastian tenatang prosedur
merupakan Barang Milik Negara, karena pembatalan terhadap Sertipikat Hak Atas
mengingat bahwa Barang MilikNegara tanah yang menjadi barang milik negara
(BMN) tidak dapat dilakukan penyitaan (BMN).
dan dalam Barang Milik Negara dikenal Apabila tanah yang berupa Barang
adanya penghapusan yang harus melalui Milik Negara (BMN) yang menjadi obyek
persetujuan dari Pengelola barang yaitu sengketa dipengadilan yang telah
Menteri Keuangan. Selain itu terhadap berkekuatan hukum tetap khususnya ketika
barang Milik Negara tunduk terhadap diperiksa, diadili dan diputus oleh
peraturan-peraturan tersendiri sebagaimana Pengadilan Tata Usaha Negara dapat
yang telah disebutkan diatas. Sedangkan menyebabkan suatu ketidakpastian bagi
prosedur dalam melakukan Pembatalan
pemerintah dalam hal ini Badan atau dikenakan sanksi
Pertanahan Nasional untuk mengambil administratif.
tindakan hukum berupa pembatalan - Selanjutnya apabila tetap tidak
Sertipikat hak Atas Tanah yang merupakan dilaksanakan putusan Pengadilan
barang Milik Negara. Hal ini disebabkan yang telah berkekuatanhukum
karena disatu sisi bahwa belum adanya tetap, maka akan diumumkan pada
peraturan hukum yang menjadi landasan media massa cetak setempat oleh
hukum yang kuat bagi Badan Pertanahan panitera;
Nasionl untuk melakukan pembatalan - Selain diumumkan pada media
terhadap Sertipikat Hak Atas Tanah yang massa cetak setempat, ketua
merupakan Barang Milik Negara, dimana pengadilan mengajukan hal ini
terhadap Barang Milik Negara dikenal kepada Presiden sebagai pemegang
dengan adanya pengahapusan, sedangkan kekuasaan pemerintah tertinggi
terhadap tanah yang telah diterbitkan untuk memerintahkan pejabat
Sertipikat dikenal dengan pembatalan tersebut melaksanakan putusan
Sertipikat Hak Atas Tanah. Namun disisi pengadilan, dan kepada lembaga
lain adanya kewajiban untuk perwakilan rakyat agar
melaksanakan putusan pengadilan Tata menjalankan fungsi pengawasan.
Usaha Negara sebagaimana yang diatur Dengan adanya ketidakjelasan
dalam pasal 116 Undang-Undang Nomor 5 terkait dengan prosedur untuk melakukan
tahun 1986 Jis. Undang-Undang Nomor 9 Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah
tahun 2004 Jis. Undang-Undang Nomor 51 yang menjadi Barang Milik Negara,
Tahun 2009 tentang peradilan Tata Usaha menyebabkan ketidakpastian bagi aparatur
Negara. dalam Pasal tersebut mengatur Badan Pertanahan Nasional untuk
tentang pelaksanaan putusan pengadilan mengambil tindakan hukum utnuk
yang telah memeperoleh kekuatan hukum mneyelesaikan kasus pertanahan tersebut.
teatp, yang pada intinya yaitu: Setiap tindakan pemerintah harus
- Apabila pejabat yang menjadi didasarkan pada asas legalitas. Ruang
pihak dalam perkara TUN tidak Lingkup legalitas tindak pemerintahan
melaksanakan Putusan Pengadilan meliputi: wewenang. Prosedur, substansi.2
yang telah berkekuatan hukum Wewenang yang dimaksud adalah bahwa
tetap, maka pejabat yang
2
bersangkutan akan dikenakan Philipus M. Hadjon, et.al,2011, Hukum
Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi, Gadjah
pembayaran sejumlah uang paksa Mada University Press, Yogyakarta , h. 17
tindak pemerintah harus didasarkan pada landasan peraturan Perundang-Undangan,
kewenangan yang sah, dimana sumber kepatutan, dan keadilan dalam setiap
wewenang pemerintah diperoleh melalui kebijakan Penyelenggaraan Negara”.
tiga sumber yaitu, atribusi, delegasi dan Profesor Satjipto Rahardjo (dalam
mandat. Prosedur yang dimaksud adalah bukunya, Hukum dalam Jagat Ketertiban,
bahwa dalam hal pemerintah melakukan 2006: 133-136) membahas masalah
suatu tindakan hukm harus didasarkan Kepastian hukum dengan menggunakan
pada prosedur, yang dapat memberikan perspektif sosiologis, yaitu:
perlindungan, keterbukaan informasi, dan Setiap ranah kehidupan memiliki
berdaya guna bagi masayarakat. Dan semacam ikon masing-masing.
Untuk ekonomi ikon tersebut
Substansial yang dimaksud yaitu bahwa adalah efisiensi, untuk kedokteran:
tindakan pemerintah dibatasi secara mengawal hidup manusia dan
seterusnya. Ikon untuk hukum
substansial yaitu harus didasari pada modern adalah kepastian hukum.
tujuan tertentu, sehingga tidak terjadi Setiap orang akan melihat fungsi
hukum modern sebagai
tindakan penyalahgunaan wewenang. menghasilkan kepastian hukum.
Berdasarkan hal tersebut, walaupun Suatu Masyarakat terutama masyarakat
modern, sangat membutuhkan
pejabat pemerintah memiliki wewenang adanya kepastian dalam berbagai
untuk menerbitkan suatu Keputusan, interaksi antara para anggotanya
dan tugas itu diletakkan di pundak
namun prosedur untuk menerbitkan hukum. Ilmu hukum pun
Keputusan tersebut tidak jelas, sehingga disibukkan oleh masalah tersebut.3
Kepastian hukum adalah “Scherkeit
belum dapat menghasilkan daya guna dan
des Rechts selbst” (kepastian tentang
hasil guna bagi masyarakat.
hukum itu sendiri), terdapat empat hal
Suatu tindakan pemerintah harus
yang berhubungan dengan makna
dapat memberikan suatu kepastian hukum.
kepastian hukum yaitu:
Asas Kepastian Hukum merupakan salah
Pertama, bahwa hukum itu harus
satu perwujudan dari asas legalitas dalam positif, artinya bahwa ia adalah
negara hukum. Menurut penjelasan atas perundang-undangan (Gesetzliches
Recht). Kedua, bahwa hukum ini
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 didasarkan pada fakta (Tatsachen),
tentang penyelenggaraan Negara yang bukan suatu rumusan tentang
penilain yang nanti akan dilakukan
bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
3
Nepotisme, menentukan bahwa “ Asas Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum
(Legal Theory) dan Teori Peradilan
Kepastian hukum merupakan Asas dalam (Judicialprudence), termasuk Interpretasi Undang-
Undang (Legisprudence)”, Edisi Pertama, cetakan
negara hukum yang mengutamakan ke-2, Kencana Prenada Media Group,Jakarta, h.
289-290.
oleh hakim seperti “kemauan baik”, Milik Negara, karena setiap Barang Milik
“kesopanan”. Ketiga, bahwa fakta
Negara berupa tanah harus disertipikatkan
itu harus dirumuskan dengan cara
yang jelas sehingga menghindari sebagaimana yang diatur dalam Pasal 49
kekeliruan dalam pemaknaan,
Undang-Udnang Nomor 1 Tahun 2004
disamping juga mudah dijalankan.
Keempat, hukum positif itu tidak tentang perbendaharaan Negara. Dengan
boleh sering diubah-ubah.4
demikian oleh karena belum adanya
Jadi suatu aturan hukum harus jelas peraturan hukum yang pasti yang dapat
sehingga dapat memberikan suatu dijadikan payung hukum yang kuat
kepastian bagi tindakan pemerintah, yang sehingga dapat memberikan suatu
nantinya juga dapat memberikan kepastian kepastian hukum bagi aparatur Badan
bagi masyarakat. Begitu juga dalam Peratanahan Nasional untuk mengambil
kaitannya dengan pelaksanaan pembatalan tindakan-tindakan hukum berupa
Sertipikat Hak Atas Tanah yang pelaksanaan pembatalan Sertipikat Hak
merupakan Barang Milik Negara. Atas Tanah, maka perlu adanya suatu
Ketidakpastian peraturan tersebut terlihat aturan hukum yang dapat memberikan
bahwa terhadap Barang Milik Negara kepastian hukum bagi aparatur Badan
dikenal dengan adanya penghapusan Aset, Pertanahan Nasional untuk mengambil
dimana penghapusan aset harus mendapat suatu tindakan hukum untuk
persetujuan Pengelola Barang yaitu menyelesaikan kasus pertanahan.
Menteri Keuangan meskipun terdapat
putusan pengadilan yang telah
IV. SIMPULAN DAN SARAN
berkekuatanhukum tetap sebagaimana
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah 4.1 Simpulan
Nomor 6 Tahun 2006. Dan untuk tanah Pengaturan Prosedur pembatalan
yang telah diterbitkan Sertipikat dalam hal Sertipikat Hak Atas Tanah yang
terjadi sengketa dalam peyelesaiannya merupakan Barang Milik Negara belum
berupa Pembatalan Sertipikat Hak Atas dapat memberikan kepastian hukum bagi
Tanah sebagaimana yang diatur dalam aparatur Badan Pertanahan Nasional dalam
Peraturan Kepala Badan Pertanahan melakukan Pembatalan, karena terhadap
Nasional RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Barang Milik Negara dikenal dengan
Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan penghapusan aset yang harus mendapat
Kasus Pertanahan, termasuk juga Barang persetujuan dari Pengelola Barang yaitu
Menteri Keuangan, sedangkan terhadap
4
Ibid, h. 292-293.
Barang Milik Negara berwujud tanah yang 2. Peraturan Perundang-Undangan
telah diterbitkan Sertipikat apabila menjadi
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
obyek sengketa dan telah tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
berkekuatanhukum tetap dalam hal
penyelesaiannya dilakukan dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986
Jis. Undang-Undang Nomor 9
tindakan berupa pembatalan Sertipikat Hak
tahun 2004 Jis. Undang-Undang
Atas Tanah tersebut. Sehingga dalam hal Nomor 51 Tahun 2009 tentang
peradilan Tata Usaha Negara.
ini belum adanya suatu pengaturan yang
pasti yang dapat diajdikan pedoman bagi
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
Aparatur Pemerintah untuk mengambil
tentang penyelenggaraan Negara
tindakan hukum berupa pembatalan yang bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Sertipikat Hak Milik Atas Tanah.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
4.2 Saran
tentang Perbendaharaan Negara.
Perlu dibentuk peraturan hukum
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
yang pasti yang berkaitan dengen 2006 tentang Pengelolaan
Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah Barang Milik Negara atau
Daerah.
yang merupakan Barang Milik Negara,
sehingga dapat memberikan kepstian
hukum bagi Aparatur pemerintah dalam
hal ini Badan Pertanahan Nasional untuk
mengambil tindakan hukum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Ali, Achmad, 2009, Menguak Teori Hukum


(Legal Theory) dan Teori
Peradilan (Judicialprudence),
termasuk Interpretasi Undang-
Undang (Legisprudence)”, Edisi
Pertama, cetakan ke-2, Kencana
Prenada Media Group,Jakarta.

Hadjon, Philipus M, et.al,2011, Hukum


Administrasi dan Tindak Pidana
Korupsi, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

You might also like