You are on page 1of 6

JNTETI, Vol. nn, No.

nn, Februari 2018


1

Sliding Mode Control untuk Mengatasi Nonlinearitas


Gangguan pada Kendali Kecepatan Motor DC
Feriyonika1

Abstract—DC motor speed control is an example of plant


where its feedback sensor is susceptible to noise. Some I. PENDAHULUAN
nonlinearites of DC motor are also appearance because of Motor DC merupakan plant yang sering dijadikan model
changing in its internal components, presence of white noise, dalam pembelajaran sistem kendali dikarenakan kemudahan
driver problem, and direct external disturbances to controller
dalam merealisasikan hasil algoritma kendali (baik berupa
signal. In this paper, Sliding Mode Control (SMC) was employed
to overcome several disturbances in DC motor by localizing all tegangan DC ataupun sinyal PWM) ataupun waktu steady
states in sliding mode mechanism. Firstly, as internal state yang cepat sehingga parameter kendali yang di ujicoba
components are unknown, system identification of DC motor bisa langsung di evaluasi dan diperbaiki. Motor DC biasanya
was conducted to derive transfer function of plant. The model digunakan langsung atau sebagai bagian dari manipulator[1].
was then used to design SMC by limiting amplitude of Pada penelitian terkini dibidang sistem kendali, misalkan
disturbances. To guarantee all states move to operating point dalam Network Control Sistems (NCSs) [2],[3] ataupun event
(0,0), first order sliding surface equation and Lyapunov stability triggered control [4], motor DC tetap digunakan sebagai
analysis were employed. The results showed that SMC could model untuk menganalisa keefektifan suatu metode kendali.
follow setpoint with no overshoot, risetime 8.7 second, and error
Penggunaan SMC sebagai pengendali kecepatan motor DC
steady state 0.009. Disturbances, represented by random signal
(0.3, 0.5, and 1 times of maximum disturbance limit), were
dapat dilihat pada [5] - [7]. Pada publikasi penelitian tersebut
applied to check the robustness of the SMC. The result showed perancangan SMC menggunakan model plant dari penurunan
that SMC could still maintain the response around setpoint while model fisis dimana parameter internal motor dan model
presence of disturbances. Verification experiment was also gangguan diasumsikan dengan nilai – nilai tertentu. Pada
conducted by adding disturbances which are out of maximum artikel tersebut pengujian algoritma belum pada plant
amplitude limit (3, 5, 8 times). With 3 and 5 times, although there sesungguhnya sehingga kemampuan SMC dalam mengatasi
is oscillation, SMC could still maintain response around setpoint ketidak idealan driver, noise pembacaan sensor, perubahan
(marginally stable). It started to unstable for 8 times of parameter internal motor, serta nonlinearitas gangguan belum
maximum amplitude limit.
di ketahui. SMC yang menggunakan plant motor DC riil dapat
dilihat pada [8]. Pada publikasi ini komponen internal motor, -
Intisari—Sistem kendali kecepatan motor DC seperti RL, Ra, J, b-, diketahui dari datasheet motor tersebut.
merupakan plant yang secara alamiah rentan terhadap noise Meskipun model plant riil digunakan untuk proses
pembacaan sensor. Selain itu, terdapat juga nonlienaritas perancangan SMC, pada artikel tersebut belum digambarkan
gangguan akibat perubahan komponen internal motor, white hasil pengujian terhadap berbagai gangguan. Selain itu, model
noise, ketidaklinearan driver, serta gangguan eksternal terhadap
plant yang digunakan belum di verifikasi dengan respon
sinyal aktuasi. Penelitian ini menggunakan Sliding Mode Control
(SMC) untuk mengatasi berbagai jenis gangguan pada kendali sinyal motor DC secara langsung. Pada [9], teknik identifikasi
kecepatan motor DC dengan melokalisir perubahan state melalui digunakan untuk mendapatkan model motor DC. Sama hal
mekanisme sliding. Pada langkah pertama, dikarenakan nya dengan [8], hasil perancangan SMC belum di uji coba
parameter internal motor tidak diketahui, proses identifikasi dengan berbagai gangguan dan model yang diperolehpun
dilakukan untuk mendapatkan transfer function plant. Model belum di verifikasi dengan sinyal asli plant. Selain itu,
yang didapat selanjutnya digunakan untuk mendesain penentuan batas switching pada perancangan SMC belum
parameter SMC dengan terlebih dahulu menentukan batas dijabarkan secara jelas. Dari review penelitian diatas, terdapat
maksimum amplitudo gangguan yang bisa diatasi. Untuk tiga hal (pemodelan dan verifikasi model plant,ujicoba
menjamin state menuju ke titik equilibrium point, persamaan
gangguan SMC, dan penentuan batas switching) yang dapat
sliding surface orde-1 dan syarat kestabilan Lyopunov
digunakan dalam proses desain. Hasil perancangan menjadi kontribusi penelitian ini.
menunjukkan respon sistem dapat mengikuti setpoint tanpa Penelitian ini menggunakan motor DC yang modelnya
overshoot, risetime 8,7 detik, dan error steady-state 0,009. didapatkan melalui proses identifikasi. Proses verifikasi model
Pengujian terhadap nonlinearitas gangguan dilakukan dengan dilakukan dengan membandingkan langsung antara model
memberi sinyal random sebesar 0.3, 0.5, dan 1 kali dari batas plant (dalam bentuk transfer function) dengan sinyal asli.
maksimum gangguan. Hasilnya SMC tetap menjaga kecepatan Setelah model plant didapat, proses perancangan SMC
motor disekitar setpoint. Selain itu, pengujian juga dilakukan dilakukan dengan membuat sliding surface menggunakan
dengan memberi sinyal gangguan diluar batas desain (3, 5, dan 8 analisis kestabilan Lyapunov. Hasil perancangan SMC
kali). Kecuali pada 8 kali batas maksimum, SMC masih menjaga
kemudian direalisasikan dengan memanfaatkan sistem
respon disekitar setpoint.
switching di Simulink Matlab dan mengirimkan hasil
Kata Kunci— Sliding Mode Control, Lyapunov Stability, Motor perhitungan ke modul I/O yang terhubung ke plant. Untuk
DC, Variable Structure, Sliding Surface. menguji kehandalan sistem kendali SMC, random signal

1Staf Pengajar, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri

Bandung, Jl. Gegerkalong Hilir, Ds.Ciwaruga, Bandung 40012,


(tlp: 022-2013789; fax: 022-2013889; e-mail:
feriyonika@gmail.com)

Feriyonika: Sliding Mode Control untuk ... ISSN 2301 - 4156


2 JNTETI, Vol. nn, No. nn, Februari 2018

dengan beberapa variasi gain ditambahkan pada keluaran


kendali (sinyal aktuasi).

II. SLIDING MODE CONTROL


Sliding Mode Control (SMC) merupakan metode kendali
yang muncul saat mencari solusi masalah osilasi pada bang-
bang control [2]. Pada kendali ini semua state didorong untuk
mencapai sliding surface dan mengikuti surface line menuju
equilibrium point. Bagian utama dari SMC adalah mendesain
sliding surface dan memanipulasi state input sehingga respon Gbr. 1 Proses state menuju sliding surface dan proses sliding
bergerak mengikuti sliding surface. Persamaan surface dan menuju ke equilibrium point [10].
persamaan karakteristik dari SMC ditunjukkan oleh (1) dan
(2).
 ( x)  C1 X1  C2 X 2  ...  X n  0 (1) III. MODEL PLANT
S n 1  Cn 1S n  2  Cn  2 S n 3  ... C2 S  C1  0
A. Physical Modelling
(2)
Motor DC merupakan aktuator yang sering dipakai pada
Sebagai contoh, misalkan terdapat sistem orde dua dengan sistem kendali. Plant ini bisa langsung digunakan untuk
dua state, X1 and X2, sebagaimana ditunjukkan pada (3) dan (4) gerakan berputar dan, jika di couple dengan roda dan kabel,
[10]. bisa digunakan untuk gerakan translasi [1].

X1  X 2 (3)

X 2  a1 X 1  a2 X 2  b(u   ( x, t )) (4)

Pada persamaan (4)  ( x, t ) merepresentasikan gangguan,


noise dan ketidaklinearan sistem. Berdasarkan (1), dapat
ditentukan switching surface sehingga didapat (5) dan (6).
Agar sistem stable dynamic, maka ditentukan nilai C1 > 0 [11].
Gbr.2 Rangkaian ekuivalen listrik dari armature dan free-body diagram rotor.
 ( x)  C1 X1  X 2  0 (5)
   Pada Gbr. 2 input sistem diasumsikan sumber tegangan (V)
 ( x)  C1 X 1  X 2  C1 X 2  a1 X1  a2 X 2  b(u   ( x, t ))  0 (6) yang diberikan ke armature. Keluarannya berupa kecepatan
d
Untuk mengevaluasi kestabilan sistem, digunakan putar dari shaft, . Disini rotor dan shaft diasumsikan rigid.
persamaan Lyapunov, (7). dt
1 Selain itu model friksi torsi memiliki hubungan proporsional
V  2 terhadap kecepatan angular shaft. Torsi yang dihasilkan oleh
2 (7)
 
motor DC proporsional terhadap arus armature dan besarnya
V   medan magnet. Pada pemodelan ini besarnya medan magnet
 dianggap konstan sehingga pada (9) torsi motor (T) memiliki
V akan bernilai negatif jika memenuhi (8). hubungan yang proporsional dengan arus di armature, i, dikali

dengan faktor konstanta Kt .
 0 for  ( x)  0   ( x)  0

 T  Kt i
 ( x )  0 for  ( x)  0 (8) (9)
 0 
Sedangkan besarnya back emf, e, proporsional dengan
 for  ( x)  0   ( x)  0
 kecepatan angular shaft dikalikan faktor konstanta Ke
Kestabilan sistem akan tercapai jika    0 . Berdasarkan _
teori Lyapunov, saat sliding surface mencapai kondisi e  Ke  (10)

   0 , sistem state akan konvergen ke titik pusat (0,0) Dalam satuan SI, konstanta torsi motor dan konstanta back
phase plane, dengan menentukan nilai input, u , yang tepat. emf sama, Kt  Ke , oleh karena itu, kita akan
Ilustrasi proses menuju sliding surface dan titik pusat
menggunakan symbol ‘K’ untuk merepresentasikan kedua
diilustrasikan pada Gbr. 1.
konstanta tersebut.

ISSN 2301 – 4156 Feriyonika: Sliding Mode Control untuk…


JNTETI, Vol. nn, No. nn, Februari 2018
3
Dari Gbr. 2 kita bisa mendapatkan (11) dan (12)
Input and output signals
dengan menggunakan prisip hukum Newton 2 dan KVL
600
(Kirchhoffs Voltage Law).

Respon (rpm)
.. . 400

J   b   Ki (11) 200

di .
L  Ri  V  K 
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
(12) (a)
dt
3000

Setpoint (rpm)
Dengan menggunakan transformasi Laplace, (11) dan (12) 2000
dapat dinyatakan dalam domain ‘s’ menjadi (13) dan (14). 1000

s( Js  b) ( s)  K I ( s)
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
(13) Waktu (detik)
(b)

( Ls  R) I ( s)  V ( s)  Ks ( s) (14)
Gbr.5 Hasil perekaman data, a). Respon; b) Setpoint

Dengan mengeliminasi nilai I (s ) pada (13) dan (14) Dengan menggunakan Toolbox Matlab, dan berdasarkan
didapat open loop transfer function , (15), antara kecepatan informasi pada pemodelan sistem plant motor DC (15)
putaran dan tegangan armature. didapatkan (17) sebagai Transfer Function plant.
.
 ( s) K  rad / sec  0,5169
  V 
(15) G( s) 
V (s) ( Js  b)( Ls  R)  K 2 s  4,877 s  2,442
2
(17)
Dengan menjadikan kecepatan putar dan arus listrik Model sistem tersebut selanjutnya di verifikasi dengan
sebagai variabel state, maka (15) dapat diubah menjadi (16). membandingkan sinyal plant dan sinyal dari model (Gbr. 6).
d     bJ    0 
. K .

  J
  (16)
 RL   i   L1 
V
dt  i   KL Verifikasi Transfer Function Plant
    3000

S e tpoint
2500
S inya l da ri Mode l
S inya l da ri P la nt
B. Identifikasi Model Plant
Kecepatan (rpm)

2000

Pada penelitian ini, metode ‘Black Box’ digunakan untuk 1500

mengidentifikasi model plant. Gbr. 3 dan 4 merupakan blok 1000


diagram dan susunan plant untuk proses identifikasi. Hasil
pengambilan data dapat dilihat pada Gbr. 5. 500

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu (detik)

Gbr. 6 Verifikasi model plant.

Model (17) selanjutnya di ubah ke domain state space


menjadi (18) dan (19).
    4,877  2,422  x  1
 x 1     
1
   u
 x 2   1 0   x2  0 (18)
Gbr. 3 Proses pengambilan data untuk identifikasi model plant
x 
y  0 0,5169 1 
 x2  19)

IV. PERANCANGAN KENDALI


A. Syarat controllability
Untuk mendesain SMC langkah pertama adalah
menganalisis syarat controllability matrix G pada (20).
G  B AB (20)
1  4,877
Gbr.4 Set plant untuk pengambilan data.
G 
 0 1 

Feriyonika: Sliding Mode Control untuk ... ISSN 2301 - 4156


4 JNTETI, Vol. nn, No. nn, Februari 2018

Karena matrix berukuran 2x2 dan rank-nya =2, maka  Agar bernilai negatif, saat X 2  0 , maka
sistem bersifat controllable. (42  9,688)  0 atau 2  2,422 . Pada kondisi ini output
switching, K21, ditentukan = 6.
 Saat X 2  0 , maka agar tetap bernilai negatif, nilai
B. Perancangan surface equation
Berdasarkan persamaan umum (1) dan (2), ditentukan
(42  9,688)  0 atau 2  2,422 . Besarnya output switching,
parameter C1 dan C2 sedemikian sehingga surface equation
bersifat asymptotically stable. Karena persamaan berode 1 dan K22, ditentukan = -1,22.
mengasumsikan time constant sebesar 0.25 detik, maka nilai
C1 dan C2 adalah 1 dan 4 sehingga sliding equation nya 3). Bagian ketiga di set negatif, 4(U   [ x, t ])  0
 Saat   0 , maka agar bernilai negatif
menjadi (21).
 ( x)  4 X1  X 2  0 (21) (3   [ x, t ])  0 . Dengan memberi boundary amplitudo
C. Analisa kestabilan dengan Lyapunov  [ x, t ])  0,35 , maka
Berdasarkan (7), (8) dan (21) maka analisa kestabilan nonlinearitas gangguan nilai
Lyapunov digunakan agar input kendali (U) terdapat didalam 3  0,35 , output switching, K31, ditentukan = 0,4.
Saat   0 , agar bernilai negatif (3   [ x, t ])  0 ,
(22) sehingga dengan mendesain sinyal kendali yang tepat

maka respon system akan selalu stabil.
 maka nilai 3  0,35 , dipilih nilai output switching, K32 = -
 0 0,4.
 
 (4 X 1  X 2 )  0
 (4(4,877 X 1  2,422 X 2  U   [ x, t ])  X 1 )  0 V. HASIL DAN ANALISA

 (19,508 X 1  9,688 X 2  4(U   [ x, t ])  X1 )  0 (22) Bagian ini akan berdiskusi mengenai realisasi hasil
perancangan kendali, analisa peubahan batas switching
D. Perancangan switching terhadap respon plant, serta kemampuan SMC dalam
Dari (22) di desain persamaan input kendali (U) menjadi mengatasi gangguan.
(23) yang kemudian di substitusikan ke (22) menjadi (24).
Dari persamaan ini di desain mekanisme switching sehingga A. Realisasi desain kendali
saat state X1 dan X2 menyentuh sliding surface secara Hasil perancangan SMC direalisasikan ke blok simulink
otomatis agar di arahkan ke operating point (titik [0,0]). Gbr.7, sedangkan blok sistem secara keseluruhan berada pada
Gbr.8. Berdasarkan kriteria kestabilan Lyapunov, dihasilkan
U  1 X 1  2 X 2  3 (23)
batas switching gain yang akan menjamin sistem tetap stabil.
Kriteria tersebut masih bersifat umum sehingga pada
(41  18,508) X 1  (42  9,688) X 2  4(3   [ x, t ])  0 (24) penelitian ini penentuan batas switching dilakukan secara
manual sedemikian sehingga respon sistem memiliki risetime
1 , 2 , 3 merupakan switching 1, 2, dan 3. Sedangkan σ (Tr), overshoot (%MP), dan steady state error (ess) yang kecil.
Dikarenakan waktu asli dan waktu yang ada di Matlab
merupakan persamaan sliding surface. Dari (24) terdapat tiga berbeda, maka pengukuran T r dilakukan dengan terlebih
bagian yang akan menentukan apakah jumlah akhirnya dahulu mengkonversi waktu yang tertampil di Matlab ke
bernilai positif atau negatif. Agar nilainya negatif, maka dalam waktu asli. Besarnya konstanta waktu didapatkan
operasi aritmatika pada setiap komponen di rancang dengan mencari perbandingan Matlab dan waktu asli (dari
sedemikian sehingga agar hasilnya selalu negatif. pengukuran didapatkan 10 : 11,16 detik).

1). Bagian pertama di set negatif, (41  18,508) X 1  0 .


 Agar bernilai negatif, saat X 1  0 , maka
(41  18,508)  0 atau 1  4,627 . Pada kondisi ini, output
switching, dinotasikan dengan K11 , adalah = 6. Nilai ini
ditentukan sembarang selama syaratnya terpenuhi.
 Saat X 1  0 , maka (41  18,508)  0 atau 1  4,627 .
Output switching, K12, ditentukan = 2.

2). Bagian kedua di set negatif, (42  9,688) X 2  0

ISSN 2301 – 4156 Feriyonika: Sliding Mode Control untuk…


JNTETI, Vol. nn, No. nn, Februari 2018
5
Sliding Mode Control dengan K22=-1,26 dan K32=-0,44
1.6

1.4

Kecepatan (1000 rpm/ Volt)


1.2 SV
PV
1

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (detik)
Gbr. 9 Respon kecepatan motor menggunakan SMC.

B. Uji nonlinearitas gangguan


Pengujian kehandalan SMC dilakukan dengan memberikan
sinyal random yang mewakili gangguan berupa noise,
perubahan nilai internal komponen, dan nonlinearitas
gangguan lainnya. Gbr. 10 merupakan sinyal yang akan
diujikan, sedangkan Gbr. 11 merupakan blok pengujian
Gbr. 7 Realisasi SMC dengan blok Simulink gangguan yang di ubah-ubah dengan mengalikan gain 0,3, 0,5
dan 1 terhadap sinyal gangguan.
Gangguan pada SMC
0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

Amplitudo
0

-0.1

-0.2

-0.3

-0.4

-0.5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gbr. 8 Realisasi sistem kendali secara keseluruhan Waktu

Gbr. 10 Sinyal random yang mewakili gangguan


Berdasarkan pengujian didapatkan bahwa batas switching
yang berpengaruh adalah K22 dan K23. Pada penelitian ini
pengamatan dilakukan dengan mengkombinasikan tiga nilai
tersebut. Tabel I merupakan hasil percobaan dengan berbagai
nilai batas switching.
TABEL I
PENGARUH PERUBAHAN BATAS SWITCHING
Tr Gbr. 11 Blok sistem saat pengujian gangguan
NO K22 K32 %MP ess
(detik)
1 -1,1 -0,4 8,7 0 -0,479 Gbr. 12 merupakan respon sistem saat diberi gangguan.
2 -1,26 -0,4 15,4 0 -0,059 Terlihat pada saat diberi gangguan dengan bobot (gain) 0,3
3 -1,3 -0,4 18,97 0 0,048 dari batas maksimum, SMC dapat menjaga kecepatan motor
4 -1,1 -0,42 10,26 0 -0,49 pada sekitar setpoint. Sistem mulai sedikit berosilasi saat gain
5 -1,26 -0,42 16,74 0 0,009
dinaikkan 0,5. Pada saat gain maksimum, osilasi mulai terjadi
6 -1,3 -0,42 18,74 0 0,078
7 -1,1 -0,44 8,7 0 -0,46 akan tetapi SMC masih dapat menjaga kecepatan disekitar
8 -1,26 -0,44 14,73 0 0,009 setpoint.
SMC saat diberi gangguan
9 -1,3 -0,44 21,42 0 0,146 2

1.8

Dari Tabel I diketahui bahwa semua kombinasi nilai K22 1.6


Kecepatan (1000rpm/ volt)

1.4
dan K32 tidak menyebabkan overshoot (%MP). Kualitas 1.2

respon yang berpengaruh adalah besarnya risetime (Tr) dan 1 gain 0,3 gain 0,5 gain 1

steady-state error (ess). Nilai ess yang paling kecil pada 0.8 SV
PV
percobaan ke 5 dan 8. Dengan mempertimbangkan nilai Tr 0.6

0.4
yang lebih kecil, batas switching dari percobaan ke 8 dipakai 0.2

sebagai nilai K22 dan K32. Gbr. 9 merupakan hasil pengujian 0


0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
sistem kendali dengan kedua parameter tersebut. waktu (detik)

Gbr. 12 Respon sistem saat diberi gangguan.

Feriyonika: Sliding Mode Control untuk ... ISSN 2301 - 4156


6 JNTETI, Vol. nn, No. nn, Februari 2018

Pengujian SMC juga dilakukan dengan memberikan Pemberian gain 8 kali dari batas desain menyebabkan sistem
gangguan diluar batas kriteria desain. Gbr. 13 merupakan tidak stabil (menjauhi setpoint).
respon saat diberi gangguan dengan gain yang berbeda-beda
(3, 5, & 8). Pada saat sinyal gangguan 3 kali lebih besar dari
batas maksimum, sistem berosilasi disekitar setpoint dengan UCAPAN TERIMA KASIH
amplitudo yang cukup besar. Penambahan gain menjadi 5 kali Penulis mengucapkan terimakasih kepada UPPM
membuat osilasi respon semakin besar (tetapi masih di jaga Politeknik Negeri Bandung atas bantuan dana penelitian
disekitar setpoint). Saat gain di set 8, respon sistem berosilasi mandiri dosen 2017.
dengan amplitudo yang besar dengan kecenderungan menuju
kondisi tidak stabil (menjauhi setpoint). REFERENSI
[1] Messner B, Tilbury D, “DC Motor Speed: Sistem Modelling,” Course
Uji kemampuan SMC mengatasi gangguan diluar batas desain Tutorial, Dept.Mechanical Engineering at Carnegie Mellon University
2.5
SV and Dept. Mechanical Engineering and Applied Mechanics at the
PV University of Michigan, 2012.
Kecepatan (1000 rpm/ volt)

2 [2] M Gamal, Nayera S, MRM. Rizk, AKA. El Soud, “Delay


Compensation Using Smith predictor for wireless network control
1.5
sistem,” Alexandira Engineering Journal, Vol.55, Issue 2, halaman
1421-1428, June 2016.
[3] M. Ren, J. Zhang, M Jiang, M Yu, “Minimum (h, phi)- entropy Control
1 for Non-Gaussian Stochastic Networked Control Sistems and its
gain 3 gain 5
gain 8
Application to a Networked DC Motor Control Sistem,” IEEE
0.5 Transaction on Control Sistems Technology, Vol.23, hal. 406-411, Jan.
2015.
0
[4] S Reimann, DH Van, S Al-Areqi, S Liu, “Stability Analysis and PID
0 50 100 150 200 Control Synthesis under Event-Triggered Communication,” 2015
Waktu (detik) European Control Conference (ECC), July 15-17 2015, Linz Austria.
Gbr. 13 Sistem saat diberi gangguan diluar batas range gangguan [5] CU Maheswararao, YSK Babu, K Amaresh, “Sliding Mode Speed
Control of a DC Motor,” 2011 Int.conf. Communication Sistems and
Network Technologies (CSNT), 3-5 June 2011,Katra Jammu, India.
[6] V Singh, V Sharma, “Sliding mode controller design for DC motor
with non-linearities,” 2015 Int. Conf. On Computation of Power,
VI. KESIMPULAN Energy, Information and Communication (ICCPEIC), 22-23 April
Pada sistem kendali kecepatan Motor DC, pemodelan 2015, Chennai, India.
[7] SV Ambesange, SY Kamble, DS More, “ Application of Sliding Mode
sistem dapat dilakukan dengan teknik identifikasi dengan Control for the speed control of DC motor drives,” 2013 IEEE
terlebih dahulu mengetahui struktur umum plant. Untuk International Conference on Control Application, 28-30 Agustus 2013,
memastikan model yang didapat tidak terlalu jauh dari plant Hyderabad, India.
asli, perlu dilakukan verifikasi sinyal asli dan sinyal keluaran [8] HS Ramirez, MA Aguilar-Orduna, EWZ Bustamante, “Sliding mode
tracking controller for a non-linear single link-DC motor sistem: An
model plant (dalam transfer function). Pada desain SMC, input output approach,” IFAC PapersOnLine, 50-1, halaman 11619-
syarat kestabilan Lyapunov akan menjamin respon sistem 11624, 2017.
tetap stabil. Selain itu, akibat imperfect sistem model [9] N Colo, S Masic, S Huseinbegovic, BP Drazenovic, “A discrete time
mengakibatkan perlunya pen-tuning-an ulang batas switching sliding mode speed controller with disturbance compensation for a
5kW DC motor,” 42nd Annual Conference of the IEEE Industrial
gain. Pada pengujian dengan gangguan sesuai kriteria desain Electronics Society, IECON 2016, 23-26 Oct 2016, Florence Italy.
(0,3, 0,5, dan 1) SMC dapat menjaga output disekitar setpoint. [10] Hung, J.Y, Nonlinear control, A course note of Spring 2011. National
Pada saat gangguan diberikan 3 dan 5 kali lebih besar dari Taiwan University of Science and Technology, Taipei, Taiwan, 2011
batas desain, SMC masih tetap menjaga respon disekitar [11] Feriyonika, Gunawan D “Fuzzy Sliding Mode Control for Enhancing
Velocity Performance in Injection Molding Machine,” International
setpoint tetapi osilasinya semakin besar (marginally stable). Journal of Artificial Intelligence, Vol.10, N.S13, 2013.

ISSN 2301 – 4156 Feriyonika: Sliding Mode Control untuk…

You might also like