You are on page 1of 8

Artikel Penelitian

ADAPTASI TRANSKULTURAL KUESIONER PAINDETECT KE


DALAM BAHASA INDONESIA
TRANSCULTURAL ADAPTATION OF THE PAINDETECT QUESTIONNAIRE
INTO INDONESIAN
Karolina Margareta,* Tiara Aninditha,* Manfaluthy Hakim,* Herqutanto,** Mohammad Kuniawan*

ABSTRACTS
Introduction: Neuropathic pain is not easily detected due to lack of an ideal screening instrument. Management of
neuropathic pain and nociceptic pain are different, nevertheless inadequate management of neuropathic pain will leads
to chronic pain that impair quality of life. PainDETECT Questionaire has a high sensitivity and specificity to identify
neuropathic pain and already has been translated to various language but not to Indonesian language.
Aims: To develop an Indonesian version of painDETECT Questionnaire (PDQ-Ina) that valid and reliable.
Methods: Using International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research (ISPOR) transcultural
validation study followed with feasibility test re-test based on PDQ-Ina guided interview.
Results:. In validation study using concept adaptation linguistic and Indonesian cultural, validation team modified
the 9 items of questionnaire, particularly in pain course pattern sector to clarify the question’s sentences without changing
its meaning.
Discussion: The Indonesian version of the PDQ-Ina is a valid and reliable scale to be used to determine neurophatic
component of chronic pain
Keywords: Chronic pain, neurophatic pain, painDetect questionnaire, transcultural adaptation

ABSTRAK
Latar Belakang: Nyeri neuropatik sering tidak terdeteksi, karena belum ada instrumen penapisan yang ideal.
Padahal penatalaksanaannya berbeda dari nyeri nosiseptif, sehingga dapat menjadi nyeri kronik yang akan mengganggu
kualitas hidup penderitanya. Kuesioner painDETECT memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi untuk mendeteksi
nyeri neuropatik, serta sudah diterjemahkan ke banyak bahasa di dunia, namun belum ada dalam bahasa Indonesia.
Tujuan: Didapatkannya instrumen kuesioner painDETECT versi Indonesia yang valid dan reliabel dalam bahasa
Indonesia
Metode: Studi validasi transkultural International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research (ISPOR)
disertai uji fisibilitas berdasarkan metode tes re-tes secara guided interview menggunakan kuesioner painDETECT.
Hasil: Pada uji validasi, menggunakan analisis konsep makna dan bahasa serta kesesuaian pemahaman adaptasi
kultural Indonesia, tim validasi melakukan modifikasi kalimat dan ejaan pada 9 butir kuesioner, terutama sektor gambaran
pola nyeri, agar dapat memperjelas pertanyaan instrumen tanpa mengubah kemaknaan.
Diskusi: Kuesioner painDETECT versi Indonesia cukup valid dan reliabel dalam menapis komponen nyeri
neuropatik pada nyeri kronik.
Kata kunci: Adaptasi transkultural, kuesioner painDETECT, nyeri kronik, nyeri neuropatik

*Departemen Neurologi FK Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta; **Departemen Ilmu Kesehatan Mas-
yarakat FK Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Korespondensi: kmargareta.neurology@gmail.com

PENDAHULUAN sampai saat ini belum ada instrumen penapisan


Menurut definisi kelompok studi nyeri Special komponen nyeri neuropatik yang ideal.5-8
Interest Group on Neurophatic Pain (NeuPSIG) dari Beberapa alat penapisan untuk membedakan
International Association for the Study of Pain nyeri neuropatik dari nyeri non-neuropatik telah
(IASP), nyeri neuropatik adalah nyeri yang timbul dikembangkan di dunia, namun masih dalam perdebatan.
akibat langsung dari suatu lesi maupun penyakit Skrining pada populasi besar memerlukan kriteria
yang mempengaruhi sistem somatosensori.1,2 Nyeri instrumen yang singkat, mudah, dan sederhana. Salah
ini sangat mengganggu kualitas hidup penderitanya. satunya adalah kuesioner painDETECT yang bersifat
Penatalaksanaannya pun memerlukan jangka panjang independen (self report) telah divalidasi secara isi
dan berbeda dari nyeri non-neuropatik.3,4 Namun maupun konstruksi berdasarkan penelitian pada 8.000
nyeri tersebut masih kurang terdeteksi oleh karena penderita nyeri punggung bawah kronik di Jerman

151 Neurona Vol. 34 No. 3 Juni 2017


Artikel Penelitian
pada tahun 2006 oleh Freynhagen dkk. Instrumen penerjemah kedua. Ini yang disebut sebagai tahap
ini merupakan kuesioner murni tanpa pemeriksaan rekonsiliasi terjemahan.
fisik yang melibatkan klinisi dalam penerapannya, Setelah didapatkan terjemahan rekonsiliasi
serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang yang dinilai oleh ahli bahasa kedokteran, terjemahan
lebih tinggi (85% dan 80%) dibandingkan kuesioner tersebut dialihbahasakan kembali ke dalam bahasa
murni lainnya seperti ID Pain (73% dan 69%).5,6,7 inggris oleh institusi Lembaga Bahasa Internasional
Kuesioner ini telah divalidasi secara prospektif Universitas Indonesia (LBI-UI). Peninjauan langkah-
multisenter ke dalam bahasa Spanyol, Turki, dan langkah terjemahan kembali dan harmonisasi ke dalam
Jepang serta diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa Indonesia pada kuesioner dikonsultasikan
bahasa lainnya di dunia. Memiliki nilai sensitivitas dengan perwakilan Divisi Nyeri Departemen Neurologi
dan spesifisitas yang tinggi, kuesioner ini berperan FKUI/RSCM. sebagai tahap kuesioner pre-
sebagai deskriptor nyeri yang efektif dalam painDETECT versi Indonesia.
mengidentifikasi komponen nyeri neuropatik dan Dilakukan tahap cognitive debriefing untuk
sebagai langkah awal pemberian tatalaksana nyeri mengidentifikasi permasalahan pada tiap butir
yang tepat.5-8 kuesioner. Diterapkan kepada sekelompok kecil pasien
dengan atau tanpa nyeri neuropatik menggunakan
TUJUAN
kuesioner pre-painDETECT versi Indonesia secara
Didapatkannya instrumen kuesioner painDETECT guided interview yang dilakukan oleh peneliti pada
yang feasible dan valid secara transkultural dalam 15 pasien di Poliklinik Neurologi RSCM, Jakarta.
bahasa Indonesia.
Selanjutnya hasil cognitive debriefing ditinjau
METODE kembali dari segi pemahaman dan bahasa, serta hal-
Studi validasi transkultural yang dilakukan hal yang perlu dimodifikasi penyampaiannya kepada
berdasarkan ketentuan International Society for pasien dengan tanpa mengubah makna.
Pharmacoeconomics and Outcomes Research Setelah ada kesepakatan modifikasi bahasa dan
(ISPOR) dengan mengumpulkan tim ahli bahasa/ diskusi kembali dengan penerjemah melalui tahap
penerjemah serta tim konsultan dari Divisi Nyeri proofreading, yakni kesepakatan penilaian tata bahasa
Departemen Neurologi FK Universitas Indonesia/ dan penulisan hingga laporan final keseluruhan tahap
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), penerjemahan, untuk menghasilkan kuesioner Pain
Jakarta. Penilaian fisibilitas kuesioner painDETECT Detect versi Indonesia.
menggunakan metode tes re tes dalam selang waktu HASIL
24-48 jam. Perubahan yang dilakukan pada kuesioner adalah
Transkultural adaptasi merupakan studi validasi sebagai berikut, dimana ranah tampilan kuesioner
yang dilakukan berdasarkan ketentuan ISPOR. Langkah nyeri (Gambar 1), mengacu kepada versi orisinalnya,
pertama, mengajukan ijin validasi instrumen kepada kolom identitas hanya meletakkan tanggal, nama
pihak farmasi terbesar di Jerman dan Dr. Freynhagen depan, dan nama belakang. Di Indonesia tidak lazim
secara pribadi sebagai pemegang hak cipta, pembuat digunakan nama depan maupun nama belakang.
dan pengembang instrumen painDETECT versi orisinal Pertimbangan kesioner disederhanakan dengan kolom
berbahasa Inggris yang telah diadopsi dari versi tanggal, nama pasien dan usia sebagai data yang ber-
berbahasa Jerman, sebagai langkah persiapan validasi. makna pada kolom identitasi kuesioner nyeri.
Setelah mendapat ijin validasi, dilakukan Ranah Skala Nyeri (Gambar 1), pada kuesioner
penerjemahan kuesioner painDETECT dari bahasa painDETECT butir I hingga III pada sektor 1, sisi kiri
Inggris ke bahasa Indonesia. Tim validasi menggunakan atas lembar kuesioner tidak ada perubahan. Butir–
institusi Lembaga Bahasa Internasional Universitas butir tersebut berkaitan dengan intensitas nyeri yang
Indonesia (LBI-UI) dalam penerjemahannya sebagai disertai dengan tampilan skala, baik Visual Analogue
penerjemah pertama dan ahli bahasa kedokteran Scale (VAS) maupun Numeric Rating Scale (NRS)
yaitu Prof. dr. Soemarmo Markam, SpS sebagai sebagai pilihan.

Neurona Vol. 34 No. 3 Juni 2017 152


Artikel Penelitian
Tampilan skala tersebut sebenarnya bukan dengan tetap terasa nyeri diantaranya”. Tidak sedikit
bagian dari skoring kuesioner painDETECT dalam pasien yang mempertanyakan arti pola tersebut dan
menapis komponen nyeri neuropatik, namun sering perbedaannya dengan pola nyeri yang pertama.
menjadi kendala bagi pasien dalam mengukur Setelah dijelaskan secara lisan “serangan–serangan
intensitas nyeri. Pasien sering tidak memahami nyeri diantara rasa nyeri yang ada”, beberapa pasien
peran skala dalam menilai rasa nyerinya. Harus dapat menangkap makna pola tersebut.
dipertimbangkan juga tingkat pendidikan dan latar Ranah sektor 3; Penjalaran Nyeri (Gambar
budaya dari ragam pasien yang datang ke poliklinik. 1), pada umumnya ranah ini cukup dipahami, namun
Akhirnya diputuskan untuk menggunakan skala tidak sedikit yang lupa menggambarkan penjalaran
NRS berdasarkan Konsensus Nyeri Perhimpunan nyeri yang diderita atau menandai lokasi nyeri.
Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Didapatkan sekitar 5 responden yang tidak menandai
dengan disertai interval skor nyeri, seperti: 0= tidak gambar walaupun pasien menjawab ya atau tidak
ada nyeri, 1-3= nyeri ringan, 4-7= nyeri sedang, pada pertanyaan tentang penjalaran nyeri yang
8-10= nyeri berat untuk memudahkan pasien. dirasakan. Terkadang pasien bertanya, “bagaimana
Ranah pola nyeri yang disertai visualisasi gambaran caranya saya harus menggambarkan arah itu?” atau
pola nyeri (Gambar 1), sektor 2 lembar kuesioner, “apa yang harus saya lakukan dalam menandai lokasi
pada sektor ini ditemukan banyak kesulitan bagi nyeri, dengan disilang atau dengan gambaran tanda
pasien untuk mengidentifikasi pola nyeri yang panah?”
diderita. Beberapa pasien menyatakan bahwa tidak Ranah sektor-4; tujuh butir pertanyaan gangguan
satupun dari pola tersebut menggambarkan nyeri sensibilitas (Gambar 1), pertanyaan: “Apakah
yang dialami. anda merasa kesemutan, rasa seperti ditusuk-
Pada gambaran pola nyeri yang pertama: “nyeri tusuk didaerah nyeri (seperti semut merayap atau
terus menerus dengan sedikit fluktuasi”. Tidak semua tersetrum)?”. Pada sejumlah pasien dengan tingkat
pasien memahami kalimat dan gambaran yang pendidikan rendah ataupun berasal dari daerah
ditampilkan. Keragaman tingkat pendidikan serta lebih familiar dengan istilah “kesetrum”. Tanpa
latar budaya dan asal juga mempengaruhi pengertian harus mengerti arti rasa “kesemutan atau seperti
dalam menangkap makna pola yang ditampilkan. ditusuk-tusuk”, begitu membaca istilah ”kesetrum”,
Tidak sedikit pasien yang mempertanyakan “arti pernyataan butir ini dapat dipahami dengan mudah.
terus-menerus” dan dengan menambahkan kata Pertanyaan: “Adakah sentuhan ringan (seperti
“menetap” dengan mudah dapat dipahami bahwa pakaian/selimut) memberi rasa nyeri?”. Kebanyakan
nyeri tidak hilang. pasien memahaminya dengan artian “jika saya nyeri
Pada gambaran pola nyeri yang ke-2: “nyeri terus tentunya saya tidak bisa bergerak memakai pakaian
menerus, disertai serangan nyeri yang meningkat”. sendiri”. Maka kalimat tersebut diperjelas dengan
Bahkan sudah dalam pendampingan sekalipun tidak “sentuhan pakaian atau sentuhan kain atau selimut
sedikit pasien yang mempertanyakan arti gambaran dapat mencetuskan rasa nyeri”.
tersebut. Jika dijelaskan dengan kalimat lain, Pertanyaan: “Apakah anda menderita baal
seperti: “sesekali diselingi nyeri yang meningkat” (mati rasa) pada daerah nyeri?”. Dari cognitive
kebanyakan pasien mengartikannya sebagai “nyeri debriefing ditemukan tidak sedikit pasien yang
yang hilang timbul”. Jika dijelaskan dengan kalimat mempertanyakan “baal”, namun saat secara literal
“nyeri menetap disertai serangan-serangan nyeri diucapkan ”baal” atau “rasa tebal”, pasien mampu
yang lebih kuat” beberapa pasien bisa menangkap memahami pertanyaan yang dimaksud. Maka pada
maksud gambaran tersebut. kuesioner dituliskan kata yang tidak baku agar pasien
Pada gambaran pola nyeri yang ke-3: “nyeri mampu memahami maksudnya.
hilang dan timbul tanpa ada nyeri diantaranya” cukup Pertanyaan: “Apakah tekanan ringan seperti tekanan
dipahami. Pola nyeri ke-4: “Serangan–serangan nyeri jari di area sakit, menimbulkan rasa nyeri?”. Banyak

153 Neurona Vol. 34 No. 3 Juni 2017


Artikel Penelitian

Gambar 1. Kuesioner painDETECT Versi Bahasa Indonesia (Halaman Pertama)

dijumpai pasien yang tidak mengerti istilah “nyeri diisi oleh responden. Pemeriksa menjumlahkan
sama dengan sakit”, maka untuk mempermudah skor hasil yang diperoleh pada halaman pertama di
pemahaman dituliskan “area sakit”. halaman kedua kuesioner nyeri. Butir kuesioner yang
Pada kuesioner halaman kedua (Gambar 2) tertera pada halaman kedua ini berupa ilustrasi yang
merupakan halaman skoring atau penilaian. Lembar memiliki bobot penilaian dalam menapis komponen
ini dikhususkan bagi pemeriksa dalam merangkum nyeri neuropatik pada skor akhir. Selanjutnya hasil
nilai atau skor pada halaman pertama yang telah skoring tersebut yang dipakai dalam menentukan
jenis nyeri yang diderita pasien pada gambaran skala.

Neurona Vol. 34 No. 3 Juni 2017 154


Artikel Penelitian

Gambar 2. Kuesioner painDETECT Versi Bahasa Indonesia (Halaman Kedua)

Besaran komponen nyeri neuropatik yang adalah nyeri jenis neuropatik, bahwa >90% ditemukan
mampu ditapis pada instrumen ini bergantung pada keterlibatan komponen nyeri neuropatik.
nilai skor yang dicapai. Nilai skor 0-12 adalah nyeri Pada pelaksanaannya peneliti melibatkan
jenis nosiseptif, yaitu tidak ditemukan atau hanya beberapa pemeriksa yang berlatar profesi sama dalam
<15% keterlibatan komponen nyeri neuropatik. penggunaan instrumen tersebut. Tidak ditemukan
Skor 13-18 dikategorikan “tidak jelas” ada tidaknya kendala dalam pengisian halaman skor berdasarkan
keterlibatan komponen nyeri neuropatik, yang alur pengisian kuesioner.
diartikan sebagai nyeri campuran. Adapun skor 19-38

155 Neurona Vol. 34 No. 3 Juni 2017


Artikel Penelitian
Dari hasil jawaban 30 subjek menggunakan kuesioner disesuaikan dengan karakteristik masyarakat
kuesioner painDETECT didapatkan mayoritas (82%) setempat tanpa mengubah makna pengukuran dari
menderita nyeri yang menjalar dengan rerata NRS kuesioner tersebut.
saat kunjungan, terberat, dan rerata dalam 4 minggu Belum familiarnya istilah VAS atau NRS serta
terakhir berturut-turut 5, 6 (3-9), dan 5. Pola nyeri visualisasi gambaran pola nyeri, seperti yang terdapat
terbanyak (43%) adalah berupa “nyeri hilang timbul pada kuesioner ini di masyarakat, membuat pengisisan
tanpa ada rasa nyeri diantaranya”, diikuti (39%) pola instrumen ini harus dalam pendampingan. Hasil
”nyeri disertai serangan-serangan nyeri yang ada”. pengkajian pengisian instrumen tidak didapatkan
Rerata lama pengisisan kuesioner sekitar 5 (3-8) satupun butir pertanyaan yang tidak terjawab. Hanya
menit, sedangkan lama pengisian kuesioner saat re sekitar 5 responden yang tidak menggambarkan arah
tes adalah 2 (2-5,5) menit. penjalaran nyeri atau memberi tanda daerah nyeri
Metode tes re tes diterapkan pada responden dalam kuesioner, namun menjawab pertanyaan
yang sama dalam rentang 24-48 jam, dan tidak ada tidaknya penjalaran nyeri yang dialami. Dua
sedikit responden yang masih dapat mengingat diantaranya dengan nyeri neuropatik dan 3 lainnya
pertanyaan yang sama saat mengisi kuesioner dengan nyeri campuran.
nyeri untuk pertama kalinya. Kestabilan kuesioner Pada studi transkultural versi Belanda dari 60
tercermin dalam waktu yang dibutuhkan responden responden, 21 diantaranya tidak menandai lokasi atau
untuk menjawab kuesioner ulangan dan jumlah butir penjalaran nyeri. Lima subyek (12%) tidak menjawab
yang tidak terjawab. Hal inilah yang dijadikan dasar ada tidaknya penjalaran nyeri dan 1 subyek tidak
kelayakan sebuah instrumen. mengisi jawaban gambaran pola nyeri karena tidak
Data lain yang dapat menjadi catatan ada gambaran yang sesuai dengan pola nyeri yang
adalah dari mayoritas penderita nyeri kronik yang dirasakannya saat itu. Sama halnya dengan penelitian
datang ke poliklinik, hanya sebagian kecil yang ini, namun beberapa responden ada yang mengisinya
pernah mengkonsumsi obat pereda nyeri, berupa dengan tanda silang, pada versi Belanda tidak sedikit
asetaminofen (20%), obat anti-inflamasi nonsteroid pasien yang mempertanyakan “bagaimana saya
(OAIN) sebanyak 5%, dan derivat opioid (3%). Untuk harus mengisi kuesioner ini dengan cara melingkari
status pekerjaan, rerata lama responden bekerja jawaban atau mencentangnya?”, sedangkan versi
adalah 10 jam sehari dalam rerata 20 tahun bekerja, Spanyol sebanyak 20% responden tidak mengisi
serta lama keluhan nyeri yang dialami responden gambaran arah penjalaran.7,13
sekitar 24 bulan dalam rentang 4,6–96 bulan. Sektor terbesar yang banyak dijumpai kendala
PEMBAHASAN dalam pengisian kuesioner ini adalah pola nyeri
berbentuk visual. Penderita sulit memahami pola
Proses validasi dalam penelitian ini adalah
nyeri kronik yang mereka alami. Hal ini dapat saja
validasi transkultural berdasarkan kaidah ISPOR.9-11
dikarenakan intrumen ini didisain bagi penderita
Pemilihan metode ISPOR karena juga digunakan oleh
nyeri punggung bawah kronik yang lebih spesifik
kuesioner orisinal painDetect tersebut yang sudah
mampu mengenali pola nyeri khususnya dalam
sangat umum digunakan di Eropa, sebagaimana
menapis komponen nyeri neuropatik yang diderita
yang disarankan oleh pihak farmasi Jerman sebagai
dibandingkan pasien dengan nyeri kronik secara
pemegang hak cipta kuesioner ini.9,12
umum. Sama halnya dengan validasi adaptasi lingual
Metode transkultural versi World Health
pada versi Turki dan Spanyol yang sulit pengisian
Organization (WHO) memang lebih sederhana
pola nyeri pada kuesioner.
dan praktis dibandingkan metode ISPOR. Namun
langkah pada metode ISPOR merincikan tahapan Sebanyak 33,3% responden dari 73 subyek
yang perlu dilalui dalam uji validasi dan bersifat subsampel, pada penelitian versi Turki menderita
lebih sistematis.9-10,12 pola nyeri dengan deskripsi “serangan-serangan
nyeri diantara nyeri yang ada” sebagai pola nyeri
Studi transkultural menekankan kepada aspek
terbanyak. Pada versi Spanyol pola terbanyak (35,8%)
perbedaan latar belakang budaya dan bahasa. Penerapan

Neurona Vol. 34 No. 3 Juni 2017 156


Artikel Penelitian
dengan deskripsi “nyeri menetap terus menerus didukung dengan metode tes re-tes yang menjadikan
dengan sedikit fluktuasi” dan 34,4% dengan pola kuesioner painDETECT versi Indonesia memiliki
“nyeri menetap disertai serangan-serangan nyeri fisibilitas yang baik dalam menapis komponen nyeri
yang lebih kuat” neuropatik.
Pada penelitian versi Jepang yang hanya DAFTAR PUSTAKA
menggunakan 16 subyek subsampel tidak menjabar-
1. Haanpää M, Attal N, Backonja M, Baron R,
kan analisis psikometrik dalam proses adaptasi trans- Bennett M, Bouhassira D, dkk. NeuPSIG
kultural instrumen ke dalam bahasanya. Penilaian guidelines on neuropathic pain assessment. Pain.
kelayakan sebuah intrumen dilihat dari tingkat 2011;31;152(1):14-27.
kesulitan pasien dalam menjawab kuesioner. Namun 2. ÜçeylerN, Somme C. Neuropathic Pain Assessment –
apabila semua butir pertanyaan dijawab dengan An Overview of Existing Guidelines and Discussion
lengkap, maka kuesioner itu dikatakan cukup feasible. Points for the Future. European Neurological Review.
2011;6(2):128–31
Dari penelitian ini didapatkan kendala pemahaman
3. Bouhassira D, Lantéri-Minet M, Attal N, Laurent
bahasa serta konten pertanyaan berdasarkan
B. The specific disease burden of neuropathic
perbedaan dan keragaman budaya maupun latar pain: results of a French nationwide survei. J Pain.
belakang pendidikan dan kebiasaan. Oleh karena 2011;152(12):2836-43.
itu pada beberapa butir pertanyaan diperlukan 4. Torrance N, Smith BH, Bennett MI, Lee AJ. The
penggantian kalimat, kata maupun cara penulisan epidemiology of chronic pain of predominantly
agar pasien dapat memahaminya dengan mudah. neuropathic origin: results from a general population
Ada beberapa kalimat pertanyaan kuesioner yang survei. J Pain. 2006; 7(4):281-9.
dibiarkan tidak baku untuk memudahkan pemahaman, 5. Freynhagen R, Baron R, Gockel U. painDETECT: a
tanpa mengubah makna. new screening questionnaire to identify neuropathic
components in patients with back pain. Current Med
Hal ini sama halnya dengan validasi suatu Res Opin. 2006;22(10):1911-20.
instrumen kesehatan di Amerika Serikat berupa
6. De Andrés J, Pérez-Cajaraville J, Lopez-Alarcón
kuesioner Consumer Asessment of Healthcare MD, López-Millán JM, Margarit C, Rodrigo-Royo
Providers And System (CAHPS) dari bahasa Inggris MD, dkk. Cultural adaptation and validation of the
ke dalam bahasa Spanyol. Bahasa yang digunakan painDETECT scale into Spanish. Clin J Pain 2012;
dalam kuesioner tersebut adalah bahasa yang tidak 28(3):243-53.
baku, namun dapat dimengerti tanpa melihat latar 7. Alkan H, Ardic F, Erdogan C, Sahin F, Sarsan A,
belakang etnis maupun budaya agar mudah dipahami Findikoglu G. Turkish Version of the painDETECT
secara luas. questionnaire in the assessment of neuropathic
pain: a validity and reliability study. J Pain.
Penelitian ini memiliki keterbatasan, seperti 2013;14(12):1933-43.
kesulitan mengetahui pengaruh hasil dari kuesioner 8. Matsubayashi Y, Takeshita K, Sumitani M, Oshima Y,
ini terhadap karakteristik sosiodemografi subjek untuk Tonosu J, Kato S, dkk. Validity and reliability of the
direpresentasikan ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia, Japanese version of the painDETECT Questionnaire:
kecuali penelitian ini melibatkan multisenter serta a multicenter observational study. PloS ONE.
dilakukan dalam setting klinis. Meski temuan ini 2013;8(9):e68011
mendukung generalisasi hasil, kekuatan fisibilitas 9. Wild D, Grove A, Martin M, Eremenco S, McElroy
masih perlu dievaluasi lebih lanjut secara studi S, Verjee-Lorenz A, dkk. Principles of good practice
for the translation and cultural adaptation process for
epidemiologis yang didukung dengan analisis statistik
patient-reported outcomes (PRO) measures: report
menggunakan uji validasi kriteria dan uji realibilitas. of the ISPOR task force for translation and cultural
KESIMPULAN adaptation. value health. 2005; 8(2):94-104.

Instrumen penapisan komponen nyeri neuropatik 10. Flaherty JA, Gaviria FM, Pathak D, Mitchell T,
Wintrob R, Richman JA, dkk. Developing instruments
painDETECT versi Indonesia telah terbukti valid for cross-cultural psychiatric research. J Nerv Ment
menurut kaidah validasi transkultural ISPOR. Hal ini Dis. 1988;176(5):260-3.

157 Neurona Vol. 34 No. 3 Juni 2017


Artikel Penelitian
11. Guillemin F, Bombardier C, Beaton D. Cross-cultural 12. Timmerman H, Wolff AP, Schreyer T, Outermans
adaptation of health-related quality of life measures: J, Evers AW, Freynhagen R, dkk. Crosscultural
literature review and proposed guidelines. J Clin adaptation to the Dutch language of the PainDETECT-
Epidemiol. 1993;46(12):1417-32. Questionnaire. Pain Pract 2013;13(3):206-14.

Neurona Vol. 34 No. 3 Juni 2017 158

You might also like