You are on page 1of 6

e-ISSN : 2621-7236

Jurnal Agrotech 9 (2) 50-55 p-ISSN : 1858-134X


INDUKSI TUNAS JERUK SIAM DENGAN PENAMBAHAN
BENZIL AMINO PURINE (BAP) SECARA IN VITRO
SHOOTS INDUCTION OF ORANGE WITH SUPPLY
BENZILE AMINO PURINE (BAP) VIA IN VITRO CULTURE
Yulianti Rasud1*, Hairil Anwar1
1
Program Studi Agroteknologi, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Mujahidin Tolitoli
Jl. Dr. Samratulangi No. 51 Tuweley Tolitoli Sulawesi Tengah

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi BAP yang sesuai terhadap induksi tunas jeruk
siam secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan
yang dicobakan konsentrasi BAP terdiri dari lima level, yaitu 0,5 ppm, 1,0 ppm, 1,5 ppm, 2,0 ppm dan
2,5 ppm. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako, dari bulan Mei hingga Agustus 2017. Data diolah dengan analisis ragam dan
perbedaan antar perlakuan ditentukan dengan Uji BNJ 5%. Hasil penelitian menunjukkan komposisi
media yang sesuai untuk tunas jeruk siam adalah media MS yang ditambahkan 0,5 ppm BAP. Pada
komposisi media tersebut diperoleh saat muncul tunas paling cepat, jumlah tunas paling banyak dan
jumlah daun paling banyak hingga 4 minggu setelah tanam yaitu masing-masing 3,02 HST, 1,52 tunas per
eksplan dan 2,40 helai daun per eksplan.
Kata kunci: Induksi Tunas, Jeruk, Sitokinin, Kultur Jaringan

ABSTRACT
The aims of this experiments was to evaluate the appropriate concentration of BAP for shoots induction
of orange via in vitro culture. This experiment was conducted in Plant Biotechnology Laboratory, Faculty
of Agriculture, Tadulako University from Mei to August 2017. This experiment used a Completely
Randomized Design with five treatments, namely 0.5 ppm BAP, 1.0 ppm BAP, 1.5 ppm BAP, 2.0 ppm and
2.5 ppm.. Data was analyzed using analysis of variance and differences between means of the treatments
were determined by Honestly Significant Difference test at 5% level. Results of this experiment indicated
that the most suitable concentration of BAP for the shoots induction of orange was the medium culture
supplemented with 0.5 ppm BAP. In such medium composition, the quickest and the highest number of
shoot formation was obtained as well as the highest number of leaf formation at 6 weeks after culture,
namely 3.02 days after culture, 1.52 shoots and 2.40 leaves per explant, respectively.
Keywords: Shoot Induction, Citrus, Citokinin, Tissue Culture

Pendahuluan terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia,


dengan volume impor sebesar 94.696 ton;
Jeruk (Citrus sp.) merupakan salah satu
sedangkan ekspornya hanya sebesar 1.261 ton
komoditi buah-buahan yang mempunyai peranan
dengan tujuan ke Malaysia, Brunei Darusalam,
penting di pasaran dunia maupun dalam negeri,
dan Timur Tengah. Ekspor jeruk nasional masih
baik dalam bentuk segar maupun olahannya.
sangat kecil dibanding dengan negara produsen
Karena mempunyai nilai ekonomis tinggi, maka
jeruk lainnya seperti Spanyol, Afsel, Yunani,
pemerintah tidak hanya mengarahkan
Maroko, Belanda, Turki dan Mesir (Kementan
pengelolaan jeruk bagi petani kecil, tetapi juga
Balitbang, 2019).
mengorientasikan kepada pola pengembangan
Impor buah jeruk segar yang terus
industri jeruk yang komprehensif. Saat ini
meningkat, mengindikasikan adanya segmen
Indonesia termasuk negara pengimpor jeruk
--------------------------------------------------------------------------------------------------
pasar (konsumen) tertentu yang menghendaki
*
jenis dan mutu buah jeruk yang belum bisa
) Penulis Korespondensi. dipenuhi produsen dalam negeri. Hal ini
E-mail: yulirasud.stip@gmail.com
merupakan tantangan dan peluang yang baik bagi
Telp: +62-85396061981
50
e-ISSN : 2621-7236
Jurnal Agrotech 9 (2) 50-55 p-ISSN : 1858-134X
para pengusaha jeruk dalam meningkatkan percobaan menggunakan 5 eksplan, dengan
produksi jeruk. Persaingan pemasaran demikian terdapat total 75 eksplan. Guna
internasional untuk jumlah produksi jeruk mengetahui pengaruh perlakuan yang dicobakan,
nasional masih rendah sehingga peredaran jeruk data yang diperoleh dianalisis menggunakan
impor bertaburan di tanah air, tetapi karena analisis ragam. Hasil analisis ragam yang
ketersediaan jeruk bermutu yang sedikit dari menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan
sentra yang terpencar dengan skala kecil dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%.
mengakibatkan jeruk nasional kalah dalam Alat-alat yang digunakan adalah Laminar
persaingan. Minimnya ketersediaan jeruk Air Flow Cabinet (LAFC), lemari pendingin,
bermutu salah satunya dipengaruhi karena adanya autoklaf digital, oven listrik, timbangan analitik,
penyakit yang sangat sulit untuk diatasi yaitu hand sprayer, batang pengaduk, gelas ukur, gelas
serangan patogen sistemik CVPD (Citrus Vein piala, hot plate dan magnetic stirrer, pipet, pH
Phloem Degeneration) yang terus meningkat. meter, botol kultur, pinset, pembakar Bunsen,
Kultur jaringan merupakan salah satu cawan Petri, scalpel dan blade. Bahan-bahan
alternatif untuk mendapatkan bibit yang bebas yang digunakan adalah tunas jeruk manis, bahan
virus hama dan penyakit. Selain itu, dengan kimia sesuai media dasar MS, ZPT BAP (sesuai
kultur jaringan akan diperoleh bibit tanaman perlakuan) dan IAA 0,1 ppm, aquades steril,
dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat gula, agar – agar, alkohol 70%, spritus, kertas
serta tidak memerlukan area pembibitan yang label, kertas saring, karet gelang, aluminium foil,
luas. Keberhasilan pelaksanaan kultur jaringan kertas tissue, lembaran plastik.
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain jenis Penelitian ini melalui beberapa tahap
dan konsentrasi zat pengatur tumbuh, sumber kegiatan, yaitu sterilisasi alat dan aquades,
eksplan dan jenis tanaman. Zat pengatur tumbuh pembuatan dan sterilisasi media, sterilisasi bahan
yang sering digunakan dalam kultur jaringan tanam, penanaman serta pemeliharaan. Semua
yaitu sitokinin dan auksin. Diantara golongan peralatan yang digunakan terlebih dahulu
sitokinin yang umum digunakan pada media disterilkan guna menghindari terjadinya
kultur jaringan adalah BAP (Wattimena, 1992). kontaminasi. Alat-alat yang digunakan terlebih
Penggunaan BAP dalam menginduksi dahulu dibersihkan dan dicuci dengan detergen,
tunas pada tanaman jeruk telah banyak kemudian dibilas dan dikeringkan. Setelah
dilaporkan. Jajoo (2010), melaporkan pemberian semua alat tersebut kering, sterilkan dengan
0,5 mg/l BAP mampu menginduksi tunas Citrus menggunakan autoklaf pada suhu 1210C dan
limoni dengan jumlah tertinggi. Harliana et al., tekanan 17,5 psi selama satu jam. Beberapa
(2012) menyatakan penggunaan BAP pada peralatan seperti pinset, batang pengaduk, pipet,
konsentrasi 1 ppm mampu menghasilkan jumlah scalpel, scalpel blade, cawan Petri, corong, gelas
daun terbanyak pada tanaman jeruk keprok. ukur dan kertas saring terlebih dahulu dibungkus
Selanjutnya, Rasud et al., (2015), melaporkan dengan kertas lalu dimasukkan ke dalam
pemberian 1.0 ppm BAP pada media MS autoklaf. Lingkungan tempat kerja selalu dalam
diperoleh saat muncul tunas paling cepat, jumlah keadaan bersih. LAFC sebelum digunakan
tunas paling banyak dan jumlah daun paling disemprot dengan larutan alkohol 70%. Alat-alat
banyak hingga 6 minggu setelah tanam yaitu yang digunakan disemprot dengan alkohol 70 %
masing-masing 3,40 HST, 2,12 tunas per eksplan sebelum dimasukkan ke dalam LAFC. Eksplan
dan 5,00 helai daun per eksplan. Penelitian ini yang di gunakan adalah tunas jeruk yang berasal
bertujuan untuk menentukan konsentrasi BAP dari biji yang sebelumnya telah di kecambahkan
yang sesuai terhadap induksi tunas jeruk manis pada media MS½ tanpa zat pengatur tumbuh.
secara in vitro. Sebelum dikecambahkan atau melakukan
penanaman, biji disterilisasi dengan
Metode Penelitian
menggunakan larutan Clorox 15% (15 menit),
Penelitian ini menggunakan Rancangan 10% (10 menit) dan 5% (5 menit). Biji jeruk
Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan yang selanjutnya dibilas sebanyak tiga kali dengan
dicobakan BAP yang terdiri dari lima level, yaitu mengunakan aquades, lalu dikultur. Setelah biji
B1 = 0,5 ppm BAP, B2 = 1,0 ppm BAP, B3 = 1,5 berkecambah (sekitar 4 minggu) atau tinggi
ppm BAP, B4 = 2,0 ppm BAP, B5 = 2,5 ppm tanaman sekitar 3-4 cm, eksplan dikeluarkan dari
BAP. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali botol dengan menggunakan pinset, lalu letakkan
sehingga terdapat 15 unit percobaan. Tiap unit pada cawan petri dan diambil bagian tunas pucuk

51
e-ISSN : 2621-7236
Jurnal Agrotech 9 (2) 50-55 p-ISSN : 1858-134X
dengan panjang ± 2-2,5 cm . Setelah itu eksplan hanya 3,03 hari setelah tanam. Pembentukan
dikultur pada media sesuai perlakuan ( Rasud et tunas menjadi lebih lambat bila konsentrasi BAP
al., 2015). lebih tinggi (1,00 ppm) yakni rata-rata 3,97 HST.
Pembuatan media tanam dilakukan dengan Tunas bahkan tidak atau belum terbentuk hingga
mengambil semua larutan stok berdasarkan minggu keempat setelah tanam bila konsentrasi
media dasar MS yang ditambahkan BAP sesuai BAP lebih tinggi lagi (1,50 ppm – 2,50 ppm) atau
perlakuan. Selanjutnya, volume media dibuat dengan nilai transformasi 0,71.
hingga kapasitas satu liter dengan menambahkan
Tabel 1.Saat Muncul Tunas Jeruk pada Berbagai
aquadest steril. pH media ditetapkan pada 5,7–
Konsentrasi BAP Hari Setelah Tanam
5,8. Kemudian larutan media ditambahkan agar
(HST)
dan dipanaskan hingga mencapai suhu 80ºC.
Media tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam Perlakuan Rata-rata BNJ 5%
botol kultur steril dan ditutup rapat dengan 0,50 ppm BAP 3,02b
menggunakan plastik dan diketatkan dengan 1,00 ppm BAP 3,97b
karet gelang. Sterilisasi media dilakukan dengan
1,50 ppm BAP 0,71a 0,95
menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC dan a
tekanan 15 psi selama 15 menit. 2,00 ppm BAP 0,71
Eksplan yang telah disterilisasi 2,50 ppm BAP 0,71a
selanjutnya diletakkan dalam cawan petri. Keterangan: Angka yang ditandai huruf yang
Eksplan tersebut diisolasi, kemudian ditanam sama tidak berbeda nyata pada Uji
pada media inisiasi. Setelah melakukan BNJ 5%
penanaman, semua botol kultur ditutup dengan
tutup plastik lalu diketatkan dengan karet gelang Berdasarkan data tersebut, maka diketahui
dan diberi label sesuai perlakuan. Seluruh bahwa konsentrasi 0,5 ppm BAP merupakan
kegiatan penanaman dilakukan di dekat lampu konsentrasi yang sesuai untuk memacu kecepatan
bunsen dalam LAFC. Setelah selesai melakukan pembentukan tunas jeruk manis. Diduga bahwa
penanaman, semua botol kultur diletakkan pada pada konsentrasi tersebut diperoleh suatu
rak kultur dalam ruang pemeliharaan. Semua keseimbangan konsentrasi antara zat pengatur
tanaman yang dikultur, disubkultur setiap dua tumbuh yang diberikan (eksogen) dan fitohormon
minggu sekali. (endogen) dalam memacu pembelahan sel-sel
Ruang pemeliharaan selalu diusahakan pada jaringan tanaman jeruk siam. Zat pengatur
dalam keadaan steril dan dijaga kebersihannya tumbuh BAP yang ditambahkan dalam media
dengan cara disapu dan dipel setiap hari. Suhu pada konsentrasi (0.50 ppm – 2.50 ppm) akan
ruang pemeliharaan dipertahankan pada suhu masuk ke dalam jaringan tanaman melalui proses
25ºC sampai 28ºC, sedangkan sumber cahaya difusi maupun penyerapan aktif. Masuknya zat
yang digunakan berasal dari lampu TL (Tungsten pengatur tumbuh eksogen tersebut akan
Lamp) kapasitas 20 Watt yang dipasang pada mengubah keseimbangan zat pengatur tumbuh
setiap rak kultur. Parameter pengamatan meliputi dalam tubuh tanaman. Untuk memacu
saat muncul tunas, jumlah tunas, jumlah daun dan pertumbuhan, zat pengatur tumbuh dalam tubuh
ada tidaknya akar yang terbentuk. tanaman harus berada pada gradien tertentu.
Hartman et al. (1997), menyatakan bahwa
Hasil dan Pembahasan penggunaan sitokinin dengan konsentrasi yang
a. Saat Muncul Tunas tinggi dan auksin yang rendah sangat penting
Berdasarkan data pengamatan saat muncul dalam pembentukan organ. Dalam hal ini,
tunas menunjukkan bahwa perlakuan yang penambahan BAP pada konsentrasi 0,50 ppm
dicobakan berpengaruh sangat nyata terhadap sudah mampu dalam memacu kecepatan
saat muncul tunas. Rata-rata saat muncul tunas pembentukan tunas jeruk siam.
dari berbagai perlakuan yang dicobakan disajikan Pembentukan tunas pada media yang
pada Tabel 1. ditambahkan 0,5 ppm BAP ditampilkan pada
Hasil Uji BNJ 5% (Tabel 1) menunjukkan Gambar 1.
bahwa pemberian BAP pada konsentrsai 0,5 ppm
memberikan perbedaan saat muncul tunas.
Pembentukan tunas jeruk manis paling cepat
diperoleh pada konsentrasi 0,5 ppm BAP yakni

52
e-ISSN : 2621-7236
Jurnal Agrotech 9 (2) 50-55 p-ISSN : 1858-134X
konsentrasi BAP dinaikkan (1,00 - 2,50 ppm),
dengan pembentukan tunas hingga minggu
keempat hanya berkisar antara 0,71 - 1,34 tunas.
Berdasarkan hasil tersebut, maka diketahui
pemberian BAP pada konsentrasi 0,50 ppm
merupakan konsentrasi yang sesuai terhadap
pembentukan tunas jeruk siam.
Pemberian zat pengatur tumbuh BAP
memberikan efek yang baik terhadap
pembentukan tunas, hal ini dapat dilihat pada
rata-rata jumlah tunas yang dihasilkan pada
pemberian BAP 0,5 ppm (1,52 tunas). Tingginya
Gambar 1. Pembentukan Tunas Jeruk pada jumlah tunas yang dihasilkan pada konsentrasi
Konsentrasi 0,5 ppm BAP (3,02 HST) tersebut diduga disebabkan karena jumlah dan
b. Jumlah Tunas keseimbangan antara hormon yang terdapat
Berdasarkan data pengamatan jumlah dalam tanaman (endogen) dan hormon yang
tunas menunjukkan bahwa perlakuan yang ditambahkan (eksogen) terdapat kesesuaian
dicobakan tidak berpengaruh nyata terhadap sehingga mampu mendorong pembentukan dan
pertumbuhan tunas. Selain itu, BAP mengandung
jumlah tunas pada minggu pertama setelah
gugus benzyl sehingga lebih dapat merangsang
tanam tetapi berpengaruh nyata pada minggu inisiasi dan pertumbuhan tunas baru melalui
ketiga dan sangat nyata pada minggu kedua peningkatan pembelahan sel. Salisbury dan Ross
dan keempat setelah tanam. Rata-rata jumlah (1995), menjelaskan bahwa penambahan
tunas yang terbentuk dari berbagai perlakuan sitokinin BAP ke dalam media kultur dapat
yang dicobakan umur 1 hingga 4 minggu menstimulasi sintesis protein di dalam jaringan
setelah tanam disajikan pada Tabel 2. tanaman, sehingga mampu mendorong
organogenesis kultur tunas in vitro. Hal ini
Tabel 2. Jumlah Tunas pada Berbagai
berbeda dengan hasil yang ditunjukkan oleh
Konsentrasi BAP umur 1-4 MST
Harliana et al. (2012) pada tanaman jeruk
Jumlah Tunas keprok; Mukhtar et al. (2005) dalam Suharijanto
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST (2011), pada Citrus reticulate dan Bahri (2013)
0,50 ppm BAP 0,88 1,34b 1,44b 1,52b pada tanaman jeruk manis yang melaporkan
bahwa 1 ppm BAP merupakan konsentrasi yang
1,00 ppm BAP 0,71 0,88a 1,17a 1,34ab lebih baik dalam menginduksi tunas
1,50 ppm BAP 0,71 0,71a 0,71a 0,71a Berdasarkan hasil penelitian juga
2,00 ppm BAP 0,71 0,71a 0,71a 0,71a diketahui, bahwa pemberian konsentrasi BAP
2,50 ppm BAP 0,71 0,71a 0,71a 0,71a yang lebih tinggi (1,5 ppm – 2,5 ppm) hingga
minggu keempat belum mampu membentuk
BNJ 5% 0,43 0,69 0,67 tunas (dengan nilai transformasi 0,71). Hal ini
Keterangan :Angka yang ditandai huruf yang diduga karena eksplan yang digunakan berasal
sama tidak berbeda nyata pada Uji dari tunas hasil inisiasi yang sebelumnya telah
BNJ 5% mengandung hormon bawaan (laten), sehingga
Hasil Uji BNJ 5% pada Tabel 2, terdapat perbedaan gradien/ keseimbangan hara
menunjukkan bahwa pemberian berbagai yang telah terdapat dalam tubuh tanaman
konsentrasi BAP memberikan perbedaan bersama dengan perbedaan jenis konsentrasi zat
terhadap jumlah tunas pada minggu kedua hingga pengatur tumbuh yang dicobakan.
minggu keempat setelah tanam, tetapi tidak c. Jumlah Daun
memberikan perbedaan yang nyata pada minggu Berdasarkan data pengamatan jumlah tunas
pertama setelah tanam. Tunas paling banyak menunjukkan bahwa perlakuan yang dicobakan
terbentuk diperoleh pada komposisi media yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas
ditambahkan 0,50 ppm BAP hingga minggu pada minggu pertama setelah tanam tetapi
keempat yaitu masing-masing 0,88 tunas; 1,34 berpengaruh sangat nyata pada minggu kedua,
tunas; 1,44 tunas dan 1,52 tunas per eksplan. ketiga dan keempat setelah tanam. Rata-rata
Pembentukan jumlah tunas nyata menurun bila jumlah tunas yang terbentuk dari berbagai

53
e-ISSN : 2621-7236
Jurnal Agrotech 9 (2) 50-55 p-ISSN : 1858-134X
perlakuan yang dicobakan umur 1 hingga 4
minggu setelah tanam disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Daun pada Berbagai Konsentrasi
BAP umur 1-4 MST
Jumlah Daun
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
0,50 ppm BAP 1,22 2,18b 2,40b 2,40c
1,00 ppm BAP 1,22 1,58a 1,68ab 1,68b
a
1.50 ppm BAP 1,22 1,22 1,22a 1,22a
a a
2,00 ppm BAP 0,71 1,22 1,22 1,22a Gambar 2. Pembentukan Tunas dan Daun Jeruk
2,50 ppm BAP 0,71 1,05a 1,05a 1,22a Manis pada media MS yang
BNJ 5% 0,54 0,55 0,42 ditambahkan 0,5 ppm BAP umur 4
Keterangan : Angka yang ditandai huruf yang MST
sama tidak berbeda nyata pada Uji d. Ada Tidaknya Akar yang Terbentuk
BNJ 5% Hasil pengamatan terhadap ada tidaknya
Hasil Uji BNJ 5% (Tabel 3) menunjukkan akar pada media menunjukkan bahwa dari semua
bahwa pemberian berbagai konsentrasi BAP perlakuan BAP yang dicobakan belum terbentuk
memberikan perbedaan terhadap jumlah tunas akar. Hal ini diduga dikarenakan perbandingan
pada minggu kedua hingga minggu keempat konsentrasi sitokinin (BAP) yang tinggi
setelah tanam, tetapi tidak memberikan dibanding auksin (IAA). Peningkatan
perbedaan yang nyata pada minggu pertama konsentrasi auksin dari sitokinin dapat
setelah tanam. Daun paling banyak terbentuk menginduksi akar. Wetherell (1982) dan Janick
diperoleh pada komposisi media yang (1986) dalam Harliana et. al (2012), menyatakan
ditambahkan 0,50 ppm BAP hingga minggu perbandingan sitokinin-auksin yang rendah baik
keempat yaitu masing-masing 1,22 daun; 2,18 untuk pembentukan akar. Tapi berdasarkan hasil
daun; 2,40 daun, 2,40 dan 2,40 daun per eksplan. pengamatan menunjukkan bahwa pada semua
Jumlah daun nyata menurun ketika konsentrasi media perlakuan yang dicobakan masih
BAP ditingkatkan (1,00 ppm – 2,50 ppm) hingga menginduksi tunas dan belum mampu
minggu keempat hanya berkisar antara 1,22 daun menginduksi akar. Hal ini jelas karena dalam
hingga 1,68 daun per eksplan. Dari hasil tersebut penelitian ini, penggunaan auksin (IAA) sangat
maka diketahui bahwa pada konsentrasi 0,50 ppm rendah yakni hanya 0,1 ppm. Menurut Basri
BAP merupakan konsentrasi yang sesuai dalam (2004), bahwa akar biasanya dapat terbentuk bila
memacu pertambahan jumlah daun. Hal ini kandungan hara makro dan mikro di dalam media
diduga dikarenakan terdapat perimbangan diturunkan atau tanpa menggunakan zat pengatur
konsentrasi zat pengatur tumbuh yang tumbuh. Bila menggunakan zat pengatur
ditambahkan ke dalam media dan hormon yang tumbuh, maka yang digunakan biasanya hanya
terdapat dalam tanaman. Dalam penelitian ini, auksin.
BAP dikombinasikan dengan IAA (0,1 ppm) Kesimpulan
pada semua perlakuan. Hartman et al., (1997),
menyatakan bahwa penggunaan sitokinin dengan Berdasarkan hasil penelitian maka
konsentrasi yang tinggi dan auksin yang rendah disimpulkan bahwa komposisi media yang sesuai
sangat penting dalam pembentukan organ. untuk pertumbuhan tunas jeruk manis adalah
Dengan demikian, jelas bahwa penambahan BAP media MS yang ditambahkan 0,50 ppm BAP.
pada konsentrasi 0,50 ppm merupakan Pada komposisi media tersebut diperoleh saat
konsentrasi yang sesuai untuk mendapatkan muncul tunas paling cepat, jumlah tunas dan
keseimbangan atau gradien yang diperlukan jumlah daun paling banyak hingga minggu
untuk memacu pertumbuhan tanaman jeruk siam. keempat setelah tanam yaitu masing-masing 3,02
HST, 1,52 tunas per eksplan dan 2,40 helai daun
per eksplan.

54
e-ISSN : 2621-7236
Jurnal Agrotech 9 (2) 50-55 p-ISSN : 1858-134X
Daftar Pustaka Kementrian Pertanian Litbang Pertanian, 2019.
Perkembangan Jeruk di Indonesia.
Bahri, S. 2013. Pertumbuhan Jeruk Manis
http://www.litbang.pertanian.go.id/
(Citrus sinensis L.) Secara In Vitro Akibat
Diakses tanggal 27 November 2019.
Pemberian Benzil Amino Purine (BAP).
Skripsi. Program Studi Agroteknologi Rasud,Y., S.Ulfa dan Baharia (2015).
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Mujahidin Pertumbuhan Jeruk Manis (Citrus
Tolitoli : Tolitoli. Sinensis L.) Dengan Penambahan
Berbagai Konsentrasi Sitokinin Secara
Basri, Z. 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Palu :
In Vitro. J. Agroland 22 (3) : 197 – 204.
Universitas Tadulako Press.
Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1995.
Harliana, Weaniati, Muslimin, dan Swastika, I.N.
Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1
(2012). Organogenesis Tanaman Jeruk
Terjemahan Diah R. Lukman dan
Keprok (Citrus Nobilis Lour.) secara In
Sumaryo. ITB, Bandung.
Vitro pada Media MS dengan
Penambahan berbagai Konsentrasi IAA Suharijanto. 2011. Induksi Tunas Jeruk Pamelo
(Indole Acetid ACID) dan BAP (Benzyl (Citrus maxima Merr.) Kultivar Bageng
Amino Purin). Jurnal Natural Science Secara In Vitro dengan Pemberian Jenis
Desember 2012 Vol. 1.(1) 34-42. dan Konsentrasi Sitokinin. Tesis.
Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret.
Hartman, H., D. Kester, F. Davies and R.
Geneve, 1997. Plant Propagation : Wattimena, G.A., 1992. Diktat Zat Pengatur
Principlesand Practices. Sexta ed. Prentice Tumbuh Tanaman. Lab Kultur Jaringan.
Hall. Upper Saddle River, NJ, USA. Bogor : PAU Bioteknologi IPB.

55

You might also like