You are on page 1of 8

Indonesian

Journal of Public Health and


Community Medicine
Volume 1 Nomor 1, Januari 2020
Penerbit:
Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana,
Universitas Sam Ratulangi
Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine is indexed by Google Scholar and licensed
under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Analisis Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety


Analysis (JSA) Pada Pekerja Bagian Produksi Di PT. X
Winda Christina Bata, Lery F. Suoth, Nancy S. H. Malonda

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi


E-mail: windabata97@gmail.com

Abstract
Background: Occupational accidents occur due to hazards in the working environment,
danger is a condition that raises the occurrence of accidents that include injuries, illness,
or death. PT. X has 10 stages in the instant noodle production process 3 of which are the
focus in the research is the packing area, steaming, and packing. The research aims to
determine the potential hazard using the Job Safety Analysis (JSA) method on the Instant
noodle Production section of PT. X. Method: This research uses qualitative research
design with an in-depth interview to 5 people The informant which includes the K3
member, the Production Section Supervisor, and 3 production workers. Result: The
results concluded that at PT. X has a potential hazard identified on the production of
instant noodle work starting from the pressing stage is a roll press and a machine pinned
Slitter, next at the steaming stage is the hot steam in the heat and clamped net conveyor
transmission machine, and at the packing stage ie slip because the floor is slippery,
scratched round machine mapun tools, and stung electrical current that potentially cause
accidents work. The risk assessment using the Job Safety Analysis (JSA) method on the
pressing, steaming, and packing areas has the same risk value as high. Control measures
undertaken to control the potential danger and risk of accidents are by following the
operational standards of procedures (SOP) and follow the Instuksi work (WI) that has
been applied by the company. Conclusion: It can be concluded that there is danger and
risk to the production part at PT. X and have a risk assessment in the high category as
well as the company has taken control measures to prevent the occurrence of work
accidents. It is recommended that the company provide hazard and risk identification
using the Job Safety Analysis (JSA) method in each area of production at PT. X and
continue to maintain performance in the implementation and supervision of K3 in the
company Improve work productivity and minimize workplace accidents and improve
supervision especially in production areas so that workers increasingly understand the
importance of the implementation of K3 in the company.

Keywords: Potential Hazards; Job Safety Analysis

165
Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine Vol. 1, No. 1, Januari 2020
PENDAHULUAN
Berdasarkan data dari International Labour Safety (ILO) tahun 2018
menunjukkan bahwa 2,78 juta pekerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja. Sekitar 2,4 juta (86,3 persen) dari kematian ini dikarenakan
penyakit akibat kerja, sementara lebih dari 380.000 (13,7 persen) dikarenakan
kecelakaan kerja. Setiap tahun, ada hampir seribu kali lebih banyak kecelakaan kerja
non-fatal dibandingkan kecelakaan kerja fatal. Kecelakaan non-fatal diperkirakan
dialami 374 juta pekerja setiap tahun, dan banyak dari kecelakaan ini memiliki
konsekuensi yang serius terhadap kapasitas penghasilan para pekerja. Data dari Badan
Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan di Indonesia (2018), menyebutkan
bahwa jumlah kasus kecelakaan kerja terus menurun. Tahun 2015 terjadi kecelakaan
kerja sebanyak 110.285 kasus, sedangkan tahun 2016 sejumlah 105.182 kasus, sehingga
mengalami penurunan sebanyak 4,6%. Pada tahun 2017 sampai pada bulan Agustus
terdapat sebanyak 80.392 kasus.
Kecelakaan kerja timbul adanya bahaya atau hazards yang tidak terkendali di
lingkungan kerja, bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi
terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cedera, penyakit, kematian, kerusakan
atau kemampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka,
2014). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengenali potensi-potensi bahaya
dan mengendalikan risiko adalah dengan cara mengidentifikasi potensi bahaya yang ada
dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA), dimana metode ini paling
tepat untuk dipakai sehingga para pekerja dapat terhindar dari kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Hal ini senada dengan Utami (2012) yang menyatakan bahwa Job Safety
Analysis (JSA) merupakan suatu analisis yang menganalisis sebuah rekomendasi dan
tinjauan proses hazard yang lebih detail. Hasil dari JSA ini harus dituliskan dalam
bentuk formal, yaitu berupa prosedur untuk setiap pekerjaan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tengor (2017) tentang Analisis
Potensi Bahaya Kerja dengan Metode JSA Pada Pekerja Open Area di Perusahaan
Tepung Kelapa Desa Lelema, mengatakan bahwa potensi bahaya kerja yang didapati
pada pekerja bagian Open Area yaitu jari teriris, terpotong dan terjepit, terbentur kelapa,
nyeri punggung, terpeleset dikarenakan lantai licin, dan terjatuh karena tangga rapuh.
Hal ini dianggap sebagai potensi bahaya yang ada saat bekerja mulai dari lingkungan
kerja yang kurang baik, peralatan atau mesin yang kurang terawat, maupun sikap kerja
yang kurang baik atau posisi kerja yang kurang tepat dapat menyebabkan kecelakaan
kerja maupun penyakit akibat kerja sehingga diambil kesimpulan bahwa potensi bahaya
diatas berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan dan dapat terjadi secara tiba-tiba.
Pekerja yang melakukan tanpa alat pelindung diri, kurangnya konsentrasi bekerja,
kurangnya pemeliharaan lingkungan kerja, pekerja berinteraksi langsung dengan mesin
atau bekerja dekat dengan mesin, dan lingkungan kerja yang bising akibat mesin dapat
menambah potensi bahaya.
PT. X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industry makanan di
Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara dengan berbagai macam varian produk yang
dihasilkan. Proses produksi memiliki beberapa bagian atau area produksi terdiri dari
area ingredient, screw conveyor dan mixer, monocream, pressing, steaming, frying,
cooling, dan packing. Pada proses produksi memiliki tahapan-tahapan yaitu tahap
pencampuran, penggilingan, pengikisan, pengukusan, pemotongan, pelipatan produk,
penggorengan, pendinginan, pengemasan, dan packing (pembungkusan). Berdasarkan
hasil survei awal peneliti memilih ketiga area yaitu pressing, steaming, dan packing
yang memiliki potensi bahaya yang cukup tinggi dibandingkan area-area lain.
Area pressing (menekan adonan) yang merupakan area yang mengubah adonan
yang sudah dicampur menjadi lembaran-lembaran adonan dan untaian produk yang
melibatkan mesin yang dapat menimbulkan potensi bahaya seperti tangan terjepit atau
166
Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine Vol. 1, No. 1, Januari 2020
tersayat jarum feeder, terjepit roll press, dan terjepit putaran slitter, sedangkan pada
area steaming (pengukusan dan pemotongan produk) yang merupakan area pengukusan
lembaran-lembaran adonan dari pressing yang telah dibuat menjadi untaian produk lalu
dipotong sesuai standar yang diterapkan oleh perusahaan, dalam area ini juga
melibatkan mesin yang dapat menjadikan potensi bahaya bagi para pekerja seperti
tangan yaitu tersembur uap panas dan terjepit mesin transmisi net conveyor, dan area
packing (pembungkusan produk) yang merupakan area terakhir dalam proses
pembuatan produk dimana dalam area ini melibatkan banyaknya pekerja untuk
melakukan pembungkusan produk sehingga dapat menimbulkan potensi bahaya yaitu
terpeleset karena lantai licin, tergores putaran mesin mapun alat, dan tersengat arus
listrik yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja. Potensi-potensi bahaya ini
sangat memungkinkan untuk memicu terjadinya kecelakaan kerja yang akan merugikan
pekerja dan perusahaan.
Tujuan Umum dari penelitian ini untuk mengetahui apa saja potensi bahaya yang
dapat di analisis dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) pada pekerja
bagian produksi di PT. X, sedangkan tujuan khusus untuk mengetahui potensi bahaya
pada area pressing, steaming, dan packing, serta untuk mengetahui penilaian risiko pada
area pressing, steaming, dan packing, dan untuk mengetahui pengendalian bahaya dan
risiko pada area pressing, steaming, dan packing.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan tujuan untuk
menganalisis potensi bahaya pada pekerjaan dengan menggunakan metode job safety
analysis pada proses produksi di PT. X. Informan penelitian berdasarkan jenis
penelitian dilakukan secara langsung dengan metode purposive. Hal ini didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan masalah dan
tujuan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 1 pekerja selaku ahli K3
atau SHE, 1 pekerja Production Section Supervisor, 1 pekerja area Pressing, 1 pekerja
area Steaming, dan 1 pekerja area Packing PT. X. Instrumen dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan lembar Job Safety Analysis (JSA), pedoman wawancara, alat tulis
menulis serta smartphone untuk dokumentasi proses penelitian dan merekam proses
wawancara mendalam dengan informan melalui voice recorder. Pengumpulan data
dilakukan dengan data primer yang diperoleh adalah data yang dikumpulkan secara
langsung oleh peneliti melalui observasi dan wawancara dan untuk data sekunder yang
diperoleh melalui telaah dokumen seperti profil perusahaan, dokumen K3, dan literatur
yang terkait dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan dengan wawancara,
observasi dan dokumentasi lapangan dianalisis dengan menggunakan metode content
analysis (analisis isi).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Potensi Bahaya Berdasarkan Metode Job Safety Analysis pada Produksi
area Pressing
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dan observasi secara langsung
didapati potensi bahaya yang ada pada saat melakukan pada proses produksi area
pressing dengan menggunakan metode job safety analysis yaitu pada tahapan pekerjaan
dalam menyalakan mesin potensi bahaya yang didapati ialah aliran listrik dan kabel
mesin yang berisiko tersengat arus listrik, tahap pekerjaan selanjutnya dalam
mengambil sampel adonan dimana potensi bahayanya yaitu mengambil sampel adonan
dengan menggunakan tangga yang dapat berisiko terjatuh dari tangga dan pengambilan
sampel dilakukan dengan cara posisi membungkuk yang dapat berisiko
muskuloskeletal, selanjutnya pada tahap mengeluarkan adonan dari dalam mesin feeder
167
Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine Vol. 1, No. 1, Januari 2020
potensi bahaya yang didapati yaitu terkena putaran jarum feeder atau mesin putaran
adonan yang sudah dicampur pada area sebelumnya (mixer) yang berisiko mengalami
tangat terjepit mesin dan peralatan mengalami kerusakan, pada tahap berikutnya dalam
meletakkan adonan pada 3 mesin continues roll press dari lembaran adonan tebal
menjadi lembaran adonan yang tipis terdapat potensi bahaya yaitu pada putaran mesin
roll press yang dapat berisiko tangan terjepit mesin, kebisingan, dan peralatan
mengalami kerusakan, tahap pekerjaan selanjutnya dalam mengambil sampel produk
yang sudah dibuat menjadi gelombang-gelombang produk dengan menggunakan mesin
slitter yang menimbulkan potensi bahaya seperti putaran slitter yang dapat berisiko
tangan terjepit mesin, berikutnya tahap pekerjaan dalam mematikan mesin didapati
potensi bahaya yaitu aliran listrik dan kabel mesin yang dapat berisiko tersengat arus
listrik, selanjutnya pada tahap membersihkan mesin dengan menggunakan spons atau
busa sintetik, sabun, dan kain yang dapat berpotensi bahaya terkena mesin atau alat
tajam yang dapat berisiko tangan tergores dan pada potensi bahaya lainnya pada tahap
ini aliran arus dan kabel listrik yang dapat berisiko tersengat arus listrik apabila mesin
tidak dalam keadaan mati dan pada tahap pekerjaan terakhir juga yaitu tahap
membersihkan lingkungan kerja dengan menggunakan sapu, kain pel, dan sabun
pembersih lantai didapati potensi bahaya yaitu lantai licin yang dapat berisiko terpeleset
yang dapat berisiko tersengat arus listrik yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak
perusahaan maupun bagi pekerja yang bekerja pada bagian pressing. Bagian tersebut
dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan, manusia, aset, dan lingkungan kerja.
Hasil wawancara dengan salah satu informan dimana selaku pengawas K3 atau
SHE diperoleh informasi bahwa bahwa operator bagian produksi di PT. X telah
mengikuti pelatihan dan training sebelum melakukan pekerjaan atau sebelum bekerja di
pabrik dan terdapat juga standart operational procedure (SOP) dan work instruction
(WI) pada semua area kerja, jadi operator bekerja harus sesuai SOP dan WI yang sudah
ditetapkan oleh perusahaan. Operator pressing menggunakan alat pelindung diri seperti
topi GMP atau disebut juga dengan good manufacturing practice, seragam GMP, safety
shoes, masker dan ear plug, namun dalam setahun terakhir belum pernah terjadi
kecelakaan yang parah, tetapi pernah terjadi kecelakaan ringan seperti terjepit maupun
tergores oleh mesin karena kurang hati-hati. Hasil wawancara bersama operator
pressing belum mengetahui tentang job safety analysis.
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dalam manajemen risiko dan
harus dikelola dengan tepat, efektif serta sesuai dengan kemampuan dan kondisi
perusahaan. Ramli (2010b) mengatakan bahwa dilakukan terhadap seluruh bahaya yang
ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan peringkat risiko
untuk menentukan prioritas dan cara pengendaliannya. Hal ini sesuai dengan tindakan
penegendalian yang dilakukan oleh perusahaan seperti memeriksakan kembali peralatan
sebelum digunakan, memperhatikan tanda peringatan atau warning sign sebelum
melakukan pekerjaan yang berbahaya, menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
dengan pekerjaan, mengikuti prosedur kerja sesuai dengan instruksi kerja atau work
instruction yang sudah diterapkan, pemeriksaan secara dini, merevisi atau mengganti
mesin yang sudah lama digunakan selama lebih dari 5 tahun, dan untuk mencegah agar
mesin tidak mengalami kerusakan yang cukup parah pekerja mematikan mesin dibagian
pressing dengan menarik tali emergency stop atau pemberhentian darurat yang terletak
dibagian atas mesin roll press, dan yang terakhir mesin harus dalam keadaan off atau
mati saat melakukan pembersihan. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa
perusahaan melakukan pengendalian administrasi seperti pengaturan shift kerja dimana
perusahaan ini memliki 3 kali shift kerja dan mesin yang digunakan dalam proses
produksi berasal dari Jepang yang sudah terjamin keamanannya.

168
Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine Vol. 1, No. 1, Januari 2020
Analisis Potensi Bahaya Berdasarkan Metode Job Safety Analysis pada Produksi
area Steaming
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi secara langsung didapati potensi
bahaya yang ada pada saat melakukan pada proses produksi area steaming dengan
menggunakan metode job safety analysis yaitu pada tahapan pekerjaan dalam
menyalakan mesin potensi bahaya yang didapati ialah aliran listrik dan kabel mesin
yang berisiko tersengat arus listrik, selanjutnya pada tahap pengoperasian mesin
steamer yang digunakan untuk mengukus produk yang telah dibentuk gelombang-
gelombang produk pada area sebelumnya (pressing) dimana terdapat potensi bahaya
yaitu terkena pipa uap yang panas berisiko mengalami luka bakar dan terkena transmisi
net conveyor yang didapati risikonya adalah terpotong, berikutnya pada tahap pekerjaan
pengontrolan uap yang masuk pada mesin steamer yang berpotensi terkena uap panas
pada mesin steamer berisiko terkena semburan uap panas dan luka bakar, pada tahap
selanjutnya dalam mematikan mesin didapati potensi bahaya yaitu aliran listrik dan
kabel mesin yang dapat berisiko tersengat arus listrik, tahap berikutnya pada tahap
membersihkan mesin dengan menggunakan spons atau busa sintetik, sabun, dan kain
yang dapat berpotensi bahaya terkena mesin atau alat tajam yang dapat berisiko tangan
tergores, terdapat potensi bahaya pada tahap ini yaitu pada kotak penutup mesin steamer
yang dapat berisiko tangan terjepit mesin, potensi bahaya selanjutnya yang didapati
pada tahap ini yaitu terkena transmisi net atau rantai penggerak mesin steamer yang
berisiko tangan tergores dan juga aliran arus dan kabel listrik yang dapat berisiko
tersengat arus listrik apabila mesin tidak dalam keadaan mati dan pada tahap pekerjaan
terakhir juga yaitu tahap membersihkan lingkungan kerja dengan menggunakan sapu,
kain pel, dan sabun pembersih lantai didapati potensi bahaya yaitu lantai licin yang
dapat berisiko terpeleset yang dapat berisiko tersengat arus listrik yang dapat
menimbulkan kerugian bagi pihak perusahaan maupun bagi pekerja yang bekerja pada
bagian steaming. Bagian tersebut dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan,
manusia, aset, dan lingkungan kerja. Oleh karena itu analisis bahaya operasi secara
keseluruhan sangat diperlukan di dalam menunjang kegiatan unit operasinya secara
aman, tidak mengganggu dan merusak lingkungan (Hadipoetro, 2014).
Faktor lingkungan atau kondisi tidak aman atau sering disebut juga dengan unsafe
condition dimana kondisi tidak aman yang berasal dari mesin, peralatan, bahan,
lingkungan, dan tempat kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan sistem kerja merupakan
salah satu penyebab bisa menimbulkan bahaya yang terjadi. Dari hasil wawancara
bersama informan steaming bahwa tugas yang dilakukannya bukan hanya di area
steaming melainkan juga bekerja di area fryng. Hal ini dapat menjadi beban bagi
operator steaming dalam bekerja dimana harus mengontrol lebih dari satu area. Akan
tetapi sesuai yang dikatakan oleh informan pengawas K3 bahwa pekerja sudah
diberikan pelatihan bagi seluruh pekerja bahkan diberikan waktu untuk melakukan
refresh training agar pekerja dapat mengingat kembali tahapan atau proses kerja yang
sudah diberikan waktu pertama kali dilakukan pelatihan.
Pekerjaan yang dilakukan oleh operator steaming yaitu untuk mengontrol tekanan
yang ada pada mesin steamer agar dalam mengukus sudah dipastikan sesuai dengan
standar yang diberikan oleh perusahaan. Untuk penilaian risiko pada tahapan kerja ini
memiliki peringkat risiko tinggi dikarenakan mesin steamer tersebut sangat panas
apabila terkontak langsung dengan mesin tersebut yang akan mengalami risiko pada
pekerja yaitu luka bakar, tergores mesin, dan yang terakhir terkena uap panas serta
tersemburnya uap panas, namun dalam setahun terakhir belum pernah terjadi
kecelakaan yang parah, tetapi pernah terjadi kecelakaan ringan seperti terkena semburan
panas maupun tergores oleh mesin karena kurang hati-hati. Hasil wawancara bersama
operator steaming belum mengetahui tentang job safety analysis.
Setelah mendapatkan hasil potensi bahaya dan risiko berdasarkan metode Job
169
Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine Vol. 1, No. 1, Januari 2020
Safety Analysis maka perlu dilakukan tindakan pengendalian seperti memperhatikan
tanda peringatan atau warning sign sebelum melakukan pekerjaan yang berbahaya,
menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan pekerjaan, mengikuti instruksi
sesuai dengan instruksi kerja yang sudah diterapkan, merevisi atau mengganti mesin
yang sudah lama digunakan selama lebih dari 5 tahun, pemeriksaan secara dini, dan
yang terakhir mesin harus dalam keadaan off atau mati saat melakukan pembersihan.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada pabrik gula di Kabupaten Pati, untuk
meminimalisir terjadinya risiko kecelakaan kerja, perusahaan telah melakukan langkah-
langkah pencegahan seperti safety briefing, pasang handrail pada tangga, memasang
dinding untuk membatasi area kerja dengan mesin mekanik, pemasangan warning sign,
pemasangan poster peringatan penggunaan APD, dan menyediakan alat
penanggulangan kecelakaan.
Analisis Potensi Bahaya Berdasarkan Metode Job Safety Analysis pada Produksi
area Packing
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi secara langsung didapati potensi
bahaya yang ada pada saat melakukan pada proses produksi area packing dengan
menggunakan metode job safety analysis yaitu pada tahapan pekerjaan dalam
mengambil bahan baku atu raw materal (RM) seperti kemasan produk, bumbu
pelengkap, dan minyak yang berpotensi kelebihan beban RM melebihi kemampuan
pekerja yang dapat berpotensi mengalami nyeri tubuh dan muskuloskeletal, selanjutnya
pada tahap pekerjaan dalam menyalakan mesin potensi bahaya yang didapati ialah
aliran listrik dan kabel mesin yang berisiko tersengat arus listrik, berikutnya pada tahap
mengisi produk pada kemasan produk dengan menggunakan mesin conveyor curva atau
mesin pembagian produk sesuai varian produk dimana potensi bahayanya terdapat pada
mesin conveyor curva yang dapat berisiko terjepit mesin, selanjutnya pada tahap
pekerjaan dalam mengisi seasoning atau mengisi bumbu pada mesin infeed conveyor
atau mesin pengisian bumbu dalam kemasan produk dimana potensi bahayanya yaitu
mesin infeed conveyor yang berisiko terjepit mesin.
Selanjutnya pada tahapan pekerjaan menjepit kemasan produk pada bagian
belakang kemasan serta pada kedua sisi samping kanan dan kiri kemasan produk dengan
menggunakan mesin sealer yang berpotensi bahaya terkena putaran pisau ujung sealer
yang berisiko tangan bisa terpotong serta potensi bahaya yang juga didapati yaitu panas
ujung sealer yang berisiko mengalami luka bakar, pada tahap selanjutnya dalam
memasukkan kemasan produk pada karton produk didapati potensi bahayanya pada
pisau karton sealer yang berisiko tangan bisa terpotong, berikutnya tahap pekerjaan
dalam mematikan mesin didapati potensi bahaya yaitu aliran listrik dan kabel mesin
yang dapat berisiko tersengat arus listrik, selanjutnya pada tahap membersihkan mesin
dengan menggunakan spons atau busa sintetik, sabun, dan kain yang dapat berpotensi
terkena mesin atau alat tajam yang dapat berisiko tangan tergores, potensi bahaya pada
tahap ini juga pada mesin conveyor yang dapat berisiko tangan terjepit mesin.
Potensi bahaya selanjutnya yang didapati pada tahap ini yaitu terkena mesin
sealer atau mesin penjepit bungkusan produk dan karton pembungkus produk yang
berisiko tangan terpotong juga tangan tergores dan potensi bahaya yang terdapat pada
tahap ini yaitu aliran arus dan kabel listrik yang dapat berisiko tersengat arus listrik
apabila mesin tidak dalam keadaan mati dan pada tahap pekerjaan terakhir juga yaitu
tahap membersihkan lingkungan kerja dengan menggunakan sapu, kain pel, dan sabun
pembersih lantai didapati potensi bahaya yaitu lantai licin yang dapat berisiko terpeleset
yang dapat berisiko tersengat arus listrik yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak
perusahaan maupun bagi pekerja yang bekerja pada bagian packing. Bagian tersebut
dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan, manusia, aset, dan lingkungan kerja.
Pekerjaan yang dilakukan oleh operator packing yaitu untuk mengontrol dan
memastikan produk dibungkus sesuai dengan standar yang diberikan oleh perusahaan.
170
Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine Vol. 1, No. 1, Januari 2020
Untuk penilaian risiko pada tahapan kerja ini memiliki peringkat risiko tinggi
dikarenakan mesin conveyor apabila terkontak langsung dengan mesin tersebut yang
akan mengalami risiko pada pekerja yaitu terpotong mesin, namun dalam setahun
terakhir belum pernah terjadi kecelakaan yang parah, tetapi pernah terjadi kecelakaan
ringan seperti tergores oleh mesin karena kurang hati-hati. Hasil wawancara bersama
operator steaming belum mengetahui tentang job safety analysis.

PENUTUP
Kesimpulan penelitian ini yaitu potensi bahaya dibagi pertahapan secara garis
besar yang teridentifikasi pada pekerjaan produksi mulai dari tahap pressing potensi
bahaya yang didapati ialah terjepit mesin roll press dan terjepit mesin slitter,
selanjutnya pada tahap steaming potensi bahaya yang terdapat pada area ini yaitu
tersembur uap panas dan terjepit mesin transmisi net conveyor, dan pada tahap packing
potensi bahaya yang didapati yaitu terpeleset karena lantai licin, tergores putaran mesin
mapun alat, dan tersengat arus listrik yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja.
Disarankan agar pihak perusahaan menyediakan identifikasi bahaya dan risiko dengan
menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) di setiap area bagian produksi di PT. X
dan terus mempertahankan kinerja dalam penerapan dan pengawasan K3 di perusahaan
demi meningkatkan produktivitas kerja dan meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja
serta meningkatkan pengawasan khususnya pada area produksi agar pekerja semakin
memahami akan pentingnya penerapan K3 di perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Biantoro, A. 2018. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Job Safety Analysis (JSA).
Universitas Mercu Buana. Jakarta.
Burtanto. 2015. Panduan Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja Untuk Industri.
Pustaka Baru Press. Yogjakarta.
Hadipoetro, S. 2014. Manajemen Komprehensif Keselamatan Kerja. Yayasan
Tarbiyyah Nusantara. Jakarta.
ILO. 2018. Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja Muda. Jakarta : Kantor
ILO untuk Indonesia.
Hartati. Jati, D. dan E. 2015. Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan
Hidup. Buku Kedokteran ECG. Jakarta.
Husen, A. 2011. Manajemen Proyek. Penerbit Andi. Yogjakarta.
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Kementerian Ketenagakerjaan. 2019. Profil Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Nasional di Indonesia 2018. Jakarta.
Ramli, S. 2010a. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan OSAS 1801. Dian
Rakyat. Jakarta.
. 2010b. Pedoman Praktis Manajemen dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management. Dian Rakyat. Jakarta.
Rijanto, B. B. 2010. Pedoman Praktis Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(K3L) Industri Konstruksi. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Sucipto, D. 2014. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Gosyen Publishing. Yogjakarta.
Tarwaka. 2014. Ergonomi Industri. Harapan Press. Surakarta.
Tarwaka. 2017. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di
Tempat Kerja. Harapan Press. Surakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja, 12
Januari 1970. Jakarta. Presiden Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 406.

171
Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine Vol. 1, No. 1, Januari 2020
Utami, W. 2012. Tentang Implementasi Job Safety Analysis. Universitas Satya Wacana.
Salatiga.
Widayana, L Wiratmaja, I. 2014. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Graha Ilmu.
Yogjakarta.

172

You might also like