You are on page 1of 8

Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 4 No.

1 Juli 2017 19

Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Penggunaan Obat Parasetamol Rasional dalam Swamedikasi

Irma Nurtiana Syafitri1*, Ika Ratna Hidayati1, Liza Pristianty2


1
Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
2
Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya

*Corresponding author: irmanurtiana@gmail.com

Abstract
Background: The most commonly-used medication for self-medication was paracetamol. Paracetamol was used
to relieve mild or moderate pain and mild-feverish conditions. Objective: This study was to discover the
correlation between levels of knowledge and the rational use of paracetamol in self-medication done by the
students of the Health Science Department in University of Muhammadiyah Malang. Methods: This study was an
observational analysis using cross sectional method in which the sampling method employed purposive sampling
method, and the instrument for this study was in a form of questionnaires. The study indicated that the students’
knowledge related to the rational use of paracetamol in self- medication was as follows good 70% (61 students),
quite good 26% (23 students), less good 4% (3 students), and there was no student who fell to “not good”
category. The students with positive action (using paracetamol rationally) were 53% (46 students), while 47%
(41 students) of them are with negative action (using paracetamol irrationally). Results: The result showed that
spearman correlation with value of r-count higher than r-table (0.301 > 0.213) and significance value less than
α = 0.05 (0.005 < 0.050) with correlation coefficient value 0.301 (30%) indicated that the relationship between
variables was low, but certainly existed. Conclusion: There was a correlation between the levels of knowledge
and the rational use of paracetamol in self-medication practice in the students of Health Science Department at
University of Muhammadiyah Malang.

Keyword: knowledge, behavior, action, self-medication, paracetamol

Abstrak
Pendahuluan: Obat yang paling umum digunakan untuk pengobatan sendiri yaitu parasetamol. Parasetamol
digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan sedang dan kondisi demam ringan. Tujuan: Mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan dengan penggunaan obat parasetamol yang rasional dalam swamedikasi pada mahasiswa
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional
analitik dengan pendekatan metode cross sectional dimana pengambilan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling dan instrumen yang digunakan berupa kuisioner. Mahasiswa yang memiliki tingkat
pengetahuan baik tentang obat parasetamol sebesar 70% (61 orang), mahasiswa yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup tentang obat parasetamol sebesar 26% (23 orang), mahasiswa yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang tentang obat parasetamol sebesar 4% (3 orang) dan tidak ada mahasiswa yang
berpengetahuan tidak baik. Mahasiswa dengan tindakan positif (penggunaan obat parasetamol rasional) sebesar
53% (46 orang) dan mahasiswa dengan tindakan negatif (penggunaan obat parasetamol tidak rasional) sebesar
47% (41 orang). Hasil: Hasil analisis korelasi spearman dengan nilai r hitung lebih besar daripada nilai r tabel
(0,301 > 0,213) dan nilai signifikan kurang dari α = 0,05 (0,005 < 0,050) dengan nilai koefisien korelasi 0,301
(30%) menunjukkan bahwa hubungan antar variabel rendah. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan terhadap penggunaan obat parasetamol rasional dalam swamedikasi pada mahasiswa Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Malang.

Kata Kunci: pengetahuan, perilaku, tindakan, swamedikasi, parasetamol

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 4 No. 1 Juli 2017 20

PENDAHULUAN Pengetahuan berdasarkan konsep perilaku


Menurut World Health Organization (WHO) Lawrence Green (1980) ialah salah satu dari faktor
swamedikasi merupakan pemilihan dan penggunaan predisposisi yang berpengaruh terhadap kesehatan
obat, baik obat modern maupun obat tradisional yang seseorang. Pengetahuan/kognitif adalah domain yang
digunakan oleh seseorang untuk melindungi diri dari sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
penyakit dan gejala penyakit yang lain. (WHO, 1998). (Notoatmodjo, 2010). Ada beberapa pengetahuan
Swamedikasi memberikan kontribusi yang sangat minimal terkait swamedikasi yang sebaiknya dipahami
besar bagi pemeliharaan kesehatan, namun bila tidak masyarakat, pengetahuan tersebut meliputi tentang
dilakukan secara benar justru menimbulkan sesuatu mengenali gejala penyakit, memilih produk yang
yang tidak diinginkan yaitu tidak sembuhnya penyakit sesuai dengan indikasi dari penyakit, mengikuti
atau munculnya penyakit baru karena efek samping petunjuk yang tertera pada etiket brosur obat,
dari obat yang digunakan. Dalam melakukan memantau hasil terapi dengan kemungkinan efek
swamedikasi yang aman, efektif dan terjangkau, samping yang ada (Depkes RI, 2007).
masyarakat perlu memiliki bekal pengalaman dan Penelitian yang dilakukan oleh Febryery (2012)
keterampilan. Masyarakat mutlak memerlukan yaitu hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa
informasi yang jelas sumbernya dan terpercaya Farmasi di Universitas Muhammadiyah Surakarta
sehingga penentuan kebutuhan obat dapat diambil terhadap tindakan swamedikasi, mendapatkan hasil
berdasarkan alasan yang rasional (Suryawati, 1997). katagori baik untuk pengetahuan yaitu sebesar 81%,
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta untuk tindakan swamedikasi dengan kategori baik
(2014) tentang swamedikasi oleh penduduk di peroleh sebesar 73%.
data dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2014 untuk Analisis kerasionalan penggunaan obat menurut
pengobatan modern sebesar 86,68% ; pengobatan Lestari (2014), dapat dilihat dari 4T yaitu tepat indikasi
tradisional 32,90% dan lain-lain 8,13 %. Hasil ini juga penyakit, tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis obat.
didukung oleh indikator kesehatan dari BPS yang Melihat gambaran dari tingkat pengetahuan dan
mengatakan persentase penduduk yang mengobati besarnya swamedikasi, maka perlu dilakukannya
sendiri sebesar 72,44% dan Persentase penduduk yang penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan
berobat jalan (pergi ke dokter) sebesar 38,21% pada terhadap penggunaan obat parasetamol rasional dalam
tahun 2004. (Badan Pusat Statistik, 2016). Berdasarkan swamedikasi, studi ini dilakukan pada mahasiswa
data tersebut membuktikan bahwa masyarakat sebagian Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.
besar lebih memilih untuk melakukan swamedikasi Penelitian ini dilakukan ini dengan dengan latar
dibanding dengan berobat ke dokter. belakang mahasiswa yang sudah mengerti obat dalam
Hasil penelitian Imtiaz, dkk. (2013) mengatakan dunia kesehatan yaitu mahasiswa Kedokteran, Farmasi,
bahwa dari 300 responden yang swamedikasi obat Fisioterapi, dan Perawat. Berdasarkan pengetahuannya
parasetamol menunjukkan persentase 83%, NSAID mahasiswa selama ini sudah terbiasa melakukan
67%, antibiotik 50%, vitamin 60%. Penelitian ini swamedikasi.
menunjukkan bahwa penggunaan obat parasetamol
banyak digunakan. METODE
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat Penelitian ini merupakan penelitian observasional
bebas, obat dengan golongan ini termasuk obat yang analitik yaitu dengan pendekatan metode cross
relatif paling aman digunakan, karena dapat diperoleh sectional dimana data yang terkait variabel terikat
tanpa resep dokter, selain di apotek dapat juga dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan
diperoleh di warung/toko terdekat dan pelayanan (Notoatmodjo, 2005).
kesehatan lainnya. Obat bebas dalam kemasannya Penelitian ini menggunakan Teknik Sampling
ditandai dengan lingkaran berwarna hijau (Depkes RI, yaitu non-probability sampling (purposive sampling).
2007). Parasetamol digunakan untuk menghilangkan Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa
nyeri ringan sedang dan kondisi demam ringan. Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang (yang
(Sweetman, 2009) Selain itu, parasetamol juga meliputi mahasiswa Kedokteran, Farmasi, Perawat, dan
termasuk obat analgetik non narkotik yaitu memiliki Fisioterapi). Sampel yang didapat adalah 87 mahasiswa
cara kerja dengan menghambat sintesis prostaglandin yang menggunakan obat parasetamol secara
terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) (Darsono, swamedikasi dan memenuhi kriteria inklusi yang telah
2002). ditentukan. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 4 No. 1 Juli 2017 21

1. Mahasiswa/i yang menggunakan obat yang Tindak Lanjut. Kategori penilaian yaitu: Baik (76% -
mengandung parasetamol untuk swamedikasi 100%), cukup baik (56% - 75%), kurang baik (40% -
dengan dosis 325 - 650 mg sekali minum. 55%), dan tidak baik (< 40%).
2. Mahasiswa/i yang pernah menggunakan obat yang Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
mengandung parasetamol maksimal 1 bulan penggunaan obat parasetamol rasional dalam
terakhir penggunaannya. swamedikasi pada mahasiswa kesehatan. Penggunaan
3. Mahasiwa/i kesehatan yang bersedia menjadi obat disini berarti mahasiswa telah melakukan tindakan
responden dan mengisi informed consent penggunaan obat parasetamol sehingga dapat dilihat
(Mahasiswa/i Universitas Muhammadiyah Malang perilaku mahasiswa dalam meminum obat parasetamol
angkatan 2013). dari cara penggunaan obat yang meliputi Tepat
Lokasi dari penelitian ini adalah di kampus 2 Indikasi Penyakit, Tepat Dosis (Tepat Jumlah, Tepat
Universitas Muhammadiyah Malang dan Rumah Sakit Cara Pemberian, Tepat Interval Waktu Pemberian,
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Tepat Lama Pemberian), Penyimpanan, Tepat Tindak
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Lanjut, Sehingga diperoleh dua kategori yaitu:
Februari 2017. Tindakan positif dan Tindakan negatif.
Variabel Penelitian pada penelitian ini terdapat Instrumen Penelitian yang digunakan dalam
dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel bebas penelitian ini adalah kuesioner tertutup tentang
dan variabel terikat. pengetahuan dan kuesioner tindakan yang
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat menggunakan skala Likert, dengan alasan akuratisasi
pengetahuan mahasiswa kesehatan dalam swamedikasi data dalam penelitian. Instrumen tersebut dilakukan uji
obat parasetamol. Tingkat pengetahuan disini validitas dan reliabilitas sebelum disebar pada
mencakup seberapa jauh mahasiswa mengetahui responden penelitian. Kisi-kisi instrumen yang akan
mengenai Tepat Dosis (Tepat Jumlah, Tepat Cara dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1
Pemberian, Tepat Interval Waktu Pemberian, Tepat dan untuk defenisi operasional variabel dapat dilihat
Lama Pemberian), Efek Samping, Penyimpanan, Tepat dalam Tabel 2.

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen


Variabel Penelitian Indikator No.item
Tingkat pengetahuan mahasiswa 1. Indikasi Penyakit 1
dalam swamedikasi obat 2. Tepat Dosis 2,3,4,5
Parasetamol a) Tepat Jumlah
b) Tepat Cara Pemberian
c) Tepat Interval Waktu Pemberian
d) Tepat Lama Pemberian
3. Efek Samping 6
4. Penyimpanan 7
5. Tepat Tindak Lanjut 8
Penggunaan obat parasetamol 1. Tepat Indikasi Penyakit 1
rasional dalam swamedikasi pada 2. Tepat Dosis 2,3,4,5
mahasiswa a) Tepat Jumlah
b) Tepat Cara Pemberian
c) Tepat Interval Waktu Pemberian
d) Tepat Lama Pemberian
3. Penyimpanan 6,7
4. Tepat Tindak Lanjut 8

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 4 No. 1 Juli 2017 22

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel


Variabel Defenisi Operasional Skala Data dan Kategori
Alat Ukur
Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan Skala data : Ordinal Dilakukan penilaian terhadap
mahasiswa dalam mahasiswa tentang (skala peringkat) kuesioner. Hasil yang diperoleh
swamedikasi obat swamedikasi obat dikelompokkan menjadi 4 kategori:
Parasetamol Parasetamol yang Alat ukur : 1. Baik 76 - 100 %
mencangkup : Kuesioner tingkat 2. Cukup 56 - 75 %
1. Indikasi Penyakit pengetahuan dengan 3. Kurang 40 - 55 %
2. Tepat Dosis pernyataan ya atau tidak 4. Tidak Baik < 40%
a) Tepat Jumlah
b) Tepat Cara
Pemberian
c) Tepat Interval
Waktu Pemberian
d) Tepat Lama
Pemberian
3. Efek Samping
4. Penyimpanan
5. Tepat Tindak Lanjut
Penggunaan obat Penggunaan obat Skala data : Nominal Dilakukan penilaian terhadap
parasetamol rasional parasetamol rasional (skala label) kuesioner. Hasil yang diperoleh
dalam swamedikasi dalam swamedikasi dikelompokkan menjadi 2 kategori:
pada mahasiswa pada mahasiswa dengan Alat ukur : 1. Tindakan positif bila skor
indikator berikut: Kuesioner Penggunaan – T ≥ mean T kelompok.
1. Tepat Indikasi obat parasetamol 2. Tindakan negatif bila skor
Penyakit rasional/Tindakan – T ≤ mean T kelompok.
2. Tepat Dosis dengan skala likert
a) Tepat Jumlah
b) Tepat Cara
Pemberian
c) Tepat Interval
Waktu Pemberian
d) Tepat Lama
Pemberian
3. Penyimpanan
4. Tepat Tindak Lanjut

Pengumpulan data
Data primer dalam penelitian ini digunakan
kuesioner, dimana kuesioner menggunakan pertanyaan
tertutup, secara tertulis dan sebelum melakukan
Keterangan :
pengumpulan data peneliti meminta persetujuan
r xy = indeks korelasi antara dua belahan instrumen
responden (informed consent) kemudian dilanjutkan
n = jumlah butir pertanyaan
dengan pengisian kuesioner.
∑x = jumlah skor pada belah ganjil
Uji validitas dan reliabilitas
∑y = jumlah skor pada belah genap
Uji validitas menggunakan rumus Pearson
Dari analisis rumus diatas, dapat diketahui jika:
Product Moment (Arikunto, 2006). Berikut merupakan
1. Bila r xy hitung < r tabel maka kuesioner tersebut
rumus Pearson Product Moment tersebut.
tidak valid.
2. Bila r xy hitung > r tabel maka kuesioner tersebut
valid.
P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 4 No. 1 Juli 2017 23

Uji reliabilitas membutuhkan 30 responden untuk dimasukkan ke dalam skala model Likert :
mencapai kurva normal. Uji reliabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus 푋− 푋̅
T = 50 + 10 [ ]

Alpha Cronbach. Instrument dinyatakan reliabel bila
Keterangan :
nilai α > 0,06 atau sama dengan 1 (Sugiyono, 2009).
X : skor responden pada skala sikap yang akan diubah
Berikut merupakan rumus Alpha Cronbach.
menjadi skor T
̅X : mean skor kelompok

s : standar deviasi kelompok


Keterangan :
Analisa data
r = reliabilitas instrument
Setelah data diolah, maka data akan dianalisa
k = banyaknya item yang ditanyakan/banyaknya
dengan metode spearman test (α = 0.05) dengan
pertanyaan
menggunakan bantuan program Statistical Product for
∑휎푖 2
= jumlah varian butir atau item
Service Solution (SPSS) ver. 18 for Windows. Hasil
휎푡 = varian total
2
data yang akan dianalisa dengan metode spearman
Menurut Tirton (2006), tingkat reliabelitas dengan dengan menggunakan program komputer SPSS
metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala (Statistical Product Service Solution) ver.18 dengan
Alpha 0 sampai 1, apabila skala tersebut interval kepercayaan 95%. Berikut merupakan rumusan
dikelompokkan kedalam lima kelas dengan range yang hipotesa yang digunakan.
sama, maka urutan kemantapan Alpha dapat
H = Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap
diinterpretasikan pada Tabel 3. 0
penggunaan obat parasetamol rasional dalam
Tabel 3. Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha swamedikasi pada mahasiswa Kesehatan, Universitas
(Triton, 2006) Muhammadiyah Malang.
Alpha Tingkat Reliabilitas H = Ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap
1
0.0 – 0.20 Kurang Reliabel penggunaan obat parasetamol rasional dalam
swamedikasi pada mahasiswa Kesehatan, Universitas
> 0.20 – 0.40 Agak Reliabel Muhammadiyah Malang.
> 0.40 – 0.60 Cukup Reliabel
Dari hasil analisa data diatas dapat diketahui jika:
> 0.60 – 0.80 Reliabel
1 Jika sig > 0,05 maka H0 diterima sedang H 1
> 0.80 – 1.00 Sangat Reliabel ditolak, artinya tidak ada hubungan tingkat
pengetahuan terhadap penggunaan obat
Penilaian tingkat pengetahuan parasetamol rasional dalam swamedikasi.
Setiap satu item pertanyaan yang dijawab benar 2 Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak sedang H1
diberi skor 1 dan jika jawaban salah diberi skor 0, diterima, artinya ada hubungan tingkat
kemudian dimasukkan ke dalam rumus : pengetahuan terhadap penggunaan obat
퐹 parasetamol rasional dalam swamedikasi
푥100% Hasil analisis akan diperoleh nilai koefisien
푃= 푛
korelasi. Koefisien korelasi ialah pengukuran statistik
Keterangan : kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Koefisien
P = Nilai Persentase korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan
F = Jawaban Benar linear dan arah hubungan dua variabel acak. Secara
n = Jumlah soal umum koefisien korelasi dilambangkan dengan “r”.
Penilaian tindakan (penggunaan obat parasetamol Untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi
rasional) antar variabel, maka diberikan nilai-nilai dari koefisien
Setiap item pertanyaan yang dijawab diberi skor korelasi (r) pada Tabel 4 (Hasan, 2006).
mulai dari 1 sampai 4. Jumlah nilai kemudian

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 4 No. 1 Juli 2017 24

Tabel 4. Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan (Hasan, 2006)
No. Interval Nilai Kekuatan Hubungan
1. ‫׀‬r‫ = ׀‬0 Tidak terdapat korelasi
Sangat rendah atau
2. 0,00 < ‫׀‬r‫ ≤ ׀‬0,20
lemah sekali
Rendah atau lemah tapi
3. 0,20 < ‫׀‬r‫ ≤ ׀‬0,40
pasti
Cukup berarti atau
4. 0,40 < ‫׀‬r‫ ≤ ׀‬0,70
sedang
5. 0,70 < ‫׀‬r‫ ≤ ׀‬0,90 Tinggi atau kuat
Sangat tinggi atau kuat
6. 0,90 < ‫׀‬r‫ ≤ ׀‬0,100
sekali
7. ‫׀‬r‫ = ׀‬1,00 Sempurna

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji korelasi spearman


Kategori tingkat pengetahuan obat parasetamol Hasil uji Spearman hubungan tingkat pengetahuan
rasional dalam swamedikasi terhadap penggunaan obat parasetamol rasional dalam
Berdasarkan Tabel 5 mahasiswa yang swamedikasi pada mahasiswa Kesehatan, Universitas
pengetahuannya Baik sebanyak 61 orang (70%), Muhammadiyah Malang dapat dilihat di Tabel 7.
mahasiswa yang pengetahuannya Cukup sebanyak
23 orang (26%), mahasiswa dengan pengetahuan Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Spearman
Kurang sebanyak 3 orang (3%), dan mahasiswa dengan r tabel
pengetahuan Tidak Baik tidak ada (0%). r hitung Sig (df = 85, Keputusan
α = 0,05)
Tabel 5. Kategori Tingkat Pengetahuan obat 0,301 0,005 0,213 H1 Diterima
parasetamol rasional dalam swamedikasi
Frekuensi Nilai r hitung yang di dapat lebih besar daripada
Pengetahuan Persentase (%)
(orang) nilai r tabel yaitu 0,301 > 0,213, dan selain itu nilai
Baik 61 70% signifikansi kurang dari α = 0,05 (0,005 < 0,050)
Cukup 23 26% sehingga dapat dinyatakan bahwa H1 diterima.
Kurang 3 3% Berdasarkan pengujian ini dapat dinyatakan bahwa ada
Tidak Baik 0 0% hubungan tingkat pengetahuan terhadap penggunaan
Total 87 100% obat parasetamol rasional dalam swamedikasi pada
mahasiswa Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Kategori tindakan (penggunaan obat parasetamol Malang. Koefisien korelasi positif mengindikasikan
rasional) bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat
Berdasarkan Tabel 6 mahasiswa dengan tindakan pengetahuan dengan perilaku swamedikasi obat.
positif (Penggunaan Obat Parasetamol Rasional) Dengan kata lain, semakin baik pengetahuan
sebanyak 46 orang (53%) dan mahasiswa dengan mahasiswa tentang swamedikasi obat parasetamol
tindakan negatif (Penggunaan Obat Parasetamol tidak maka semakin positif tindakan atau penggunaan obat
Rasional) sebanyak 41 orang (47%). parasetamol rasional dalam swamedikasi pada
mahasiswa Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Tabel 6. Kategori Tindakan (Penggunaan Obat
Malang.
Parasetamol Rasional)
Analisa data crostabs
Frekuensi
Tindakan Persentase (%) Hasil analisis SPSS ver. 18 for Windows dengan
(orang)
Crosstabs untuk penyajian data tingkat pengetahuan
Positif 46 53% dan tindakan (penggunaan obat parasetamol rasional)
Negatif 41 47% dalam swamedikasi pada Mahasiswa Kesehatan,
Total 87 100% Universitas Muhammadiyah Malang dapat dilihat di
Tabel 8.

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 4 No. 1 Juli 2017 25

Tabel 8. Crosstabs Tingkat Pengetahuan dan Tindakan analisis korelasi spearman dengan nilai r hitung
Tindakan lebih besar daripada nilai r tabel (0,301 > 0,213)
Pengetahuan Total
positif negatif dan nilai signifikan kurang dari α = 0,05
Jumlah 38 23 61 (0,005 < 0,050). Nilai koefisien korelasi 0,301
baik (30%) menunjukkan bahwa hubungan antar
% Total 43.7% 26.4% 70.1%
variabel rendah.
Jumlah 8 15 23
cukup
% Total 9.2% 17.2% 26.4%
DAFTAR PUSTAKA
Jumlah 0 3 3 Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
kurang
% Total .0% 3.4% 3.4% Pendekatan Praktek, Edisi VI. Jakarta: PT
Jumlah 46 41 87 Rineka Cipta.
Total
% Total 52.9% 47.1% 100.0% Badan Pusat Statistik. (2014). Persentase Penduduk
yang Mengobati Sendiri Selama Sebulan
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa mahasiswa Terakhir Menurut Provinsi dan Jenis Obat yang
dengan pengetahuan baik sebanyak 61 orang (38 orang Digunakan, 2000-2014.
dengan tindakan positif dan 23 orang dengan tindakan http:/www.bps.go.id/. Accessed: 24 April 2016.
negatif pada penggunaan obat parasetamol rasional Badan Pusat Statistik. (2015). Indikator kesehatan
dalam swamedikasi), mahasiswa dengan pengetahuan 1995-2015.
cukup sebanyak 23 orang (8 orang dengan tindakan http://www.bps.go.id/. Accessed: 24 April 2016.
positif dan 15 orang dengan tindakan negatif pada Darsono, L. (2002). Diagnosis dan Terapi Intoksikasi
penggunaan obat parasetamol rasional dalam Salisilat dan Parasetamol. Jurnal Kedokteran
swamedikasi), dan mahasiswa dengan pengetahuan Maranatha; 2; 30-38.
kurang sebanyak 3 orang (3 orang dengan tindakan Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). (2007).
negatif dan tidak ada mahasiswa dengan tindakan yang Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas
positif pada penggunaan obat parasetamol rasional Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
dalam swamedikasi). Jadi total mahasiswa dengan Febryery, L. C. (2012). Evaluasi Hubungan Tingkat
tindakan positif pada penggunaan obat parasetamol Pengetahuan Mahasiswa Farmasi Universitas
dalam swamedikasi sebanyak 46 orang dan mahasiswa Muhammadiyah Surakarta terhadap Tindakan
dengan tindakan negatif pada penggunaan obat Swamedikasi Acne Vulgaris. Skripsi; Fakultas
parasetamol dalam swamedikasi sebanyak 41 orang. Farmasi Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Hasan, Iqbal. (2006). Analisis Data Penelitian dengan
KESIMPULAN Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Berdasarkan data dari hasil penelitian yang telah Imtiaz, S., Salam, N. A., Kamran. (2013). Conditions,
dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa : Frequencies, and Sociodemographic Factors
1. Mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan Leading Self Medication Practice in Sargodha
baik tentang obat parasetamol sebesar 70% Area of Punjab Pakistan. Journal of Applied
(61 orang), Mahasiswa yang memiliki tingkat Pharmaceutical Science; 5; 819-826.
pengetahuan cukup tentang obat parasetamol Lestari, Y. P. (2014). Swamedikasi Penyakit Maag
sebesar 26% (23 orang), Mahasiswa yang pada mahasiswa Bidang Kesehatan di
memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang obat Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi;
parasetamol sebesar 4% (3 orang) dan tidak ada Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah,
mahasiswa yang berpengetahuan tidak baik. Surakarta.
2. Mahasiswa dengan tindakan positif (penggunaan Notoatmodjo, S. (2005). Metodelogi Penelitian
obat parasetamol rasional) sebesar 53% (46 orang) Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
dan mahasiswa dengan tindakan negatif Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan.
(penggunaan obat parasetamol tidak rasional) Jakarta: Rineka Cipta.
sebesar 47% (41 orang). Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif
3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
terhadap penggunaan obat parasetamol rasional Suryawati, S. (1997). Menuju Swamedikasi yang
dalam swamedikasi pada mahasiswa Kesehatan, Rasional. Jogjakarta: Pusat Studi Farmakologi
Universitas Muhammadiyah Malang. Hasil Klinik dan Kebijakan Obat Universitas Gadjah
Mada.
P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 4 No. 1 Juli 2017 26

Sweetman, S. C. (2009). Martindale the Complete Triton, B. P. (2006). SPSS 1.3.0 Terapan; Riset
Drug Reference 36th ed. London: Statistik Parametrik. Yogyakarta: CV Andi
Pharmaceutical Press. Offset.
WHO. (1998). The Role of the Pharmacist in Self-Care
and Self-Medication. Netherlands: WHO.

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303

You might also like