You are on page 1of 64

BIOAKTIVITAS ZAT EKSTRAKTIF KAYU TERAS SURIAN

(Toona sureni Merr.) TERHADAP Artemia salina Leach

YANOTAMA TIRTA LAKSANA

E24070058

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011
Heartwood Extractive Bioactivity of
DHH
Surianwood (Toona sureni Merr.) to the Artemia salina Leach

By:

Yanotama Tirta Laksana1) and Rita Kartika Sari 2)

INTRODUCTION. In cases to restore Indonesian forest condition, Indonesian


Forestry Department ask for people participation for planting the trees trough
some of its program. People should attracted to get involved in the plantation by
given the information of multifunction species. Surianwood (Toona sureni Merr.)
and Cederwood (Cedrela odorata Linn.) are the examples of multifunction tree
species that having potention of biological activities, including as an anticancer.

ANALYSIS AND METHOD. The heartwood extracts for both Bogor-


surianwood and Kuningan-surianwood are tested in Brine Shrimp Lethality Test.
The mortality percentage are analyzed with the Minitab 14 for windows program
to get the lethality concenteration 50% value. The compounds of the most active
extract from each species are analyzed in Pyr-GC-MS.

RESULT AND DISCUSSION. The LC 50 values showed that every fraction of


extracts are active, except the metanol fraction of Kuningan-Surianwood extract.
The most active extract is the n-hexane extract of Kuningan-surianwood with the
lowest LC 50 values (37,95 µg/ml). Chemical compound analysis showed that
dominant chemical compounds have responsibilities to the biological activity of
the extract, including as an anticancer.

Keyword: Surianwood, bioactivity, Artemia salina.


RINGKASAN

YANOTAMA TIRTA LAKSANA. Bioaktivitas Zat Ekstraktif Kayu Teras


Surian (Toona sureni Merr.) Terhadap Artemia salina Leach.
Dibawah bimbingan: RITA KARTIKA SARI

Perbaikan kondisi kehutanan Indonesia terus diupayakan pemerintah


Indonesia melalui Departemen Kehutanan dengan beberapa programnya, gerakan
rehabilitasi hutan dan lahan (Gerhan) dan program pembangunan hutan tanaman
rakyat (HTR). Spesies pohon multifungsi yang disarankan adalah surian (Toona
sureni Merr.). Jenis lain dari genus Toona, T. sinensis memiliki zat ekstraktif yang
berpotensi sebagai antikanker. Tidak menutup kemungkinan surian juga memiliki
potensi sebagai antikanker. Penyeleksian potensi ekstrak sebagai antikanker dapat
dilakukan dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT).
Penelitian ini bertujuan menguji bioaktivitas zat ekstraktif kayu teras
surian (T. sureni) hasil ekstraksi maserasi bersinambung dan analisis senyawa
kimia dalam ekstrak teraktif.
Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah persiapan
bahan baku serbuk kayu surian dan ceder. Tahap kedua adalah ekstraksi serbuk
kayu dengan maserasi bersinambung dengan pelarut n-heksana, etil asetat, dan
metanol. Tahap ketiga adalah tahapan pengujian. Pengujian yang dilakukan
meliputi perhitungan kadar ekstrak kayu, uji bioaktivitas dengan BSLT, dan
analisis komponen kimia dengan gas chromatography mass spectrometry
pyrolysis (Pyr-GC-MS).
Hasil pengujian BSLT menunjukan bahwa ekstrak surian asal Kuningan
terlarut n-heksana tergolong paling aktif dengan nilai LC 50 yang paling rendah
(37,95 µg/mL). Pada ekstrak surian asal Bogor, fraksi etil asetat menjadi fraksi
paling aktif dibandingkan fraksi lainnya dengan nilai LC 50 43,54 µg/mL.
Berdasarkan nilai LC 50 , seluruh fraksi ekstrak tergolong aktif kecuali pada ekstrak
metanol kayu teras surian asal Kuningan. Hasil analisis komponen kimia dan
kajian pustaka terhadap senyawa kimia tersebut menunjukkan bahwa, senyawa-
senyawa dominan pada masing-masing ekstrak memiliki berbagai aktivitas
biologis dan berpotensi untuk investigasi lebih lanjut.

Kata Kunci: Surian, bioaktivitas, Artemia salina


BIOAKTIVITAS ZAT EKSTRAKTIF KAYU TERAS SURIAN

(Toona sureni Merr.) TERHADAP Artemia salina Leach

YANOTAMA TIRTA LAKSANA

E24070058

Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Bioaktivitas Zat Ekstraktif Kayu Teras
Surian (Toona sureni Merr.) terhadap Artemia salina Leach adalah karya saya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor,23 Agustus 2011

Yanotama Tirta Laksana

NRP E24070058
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Bioaktivitas Zat Ekstraktif Kayu Teras Surian (Toona sureni


Merr.) terhadap Artemia salina Leach.
Nama : Yanotama Tirta Laksana
NRP : E24070058

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. Rita Kartika Sari, M.Si


NIP. 19681124 199512 2 001

Mengetahui
Ketua Departemen Hasil Hutan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Wayan Darmawan, M. Sc


NIP. 19660212 199103 1002

Tanggal lulus:
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Maha Esa yang telah
memberikan berkat, hikmat, dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi dengan judul bioaktivitas zat ekstraktif kayu teras
surian (Toona sureni Merr.) terhadap Artemia salina Leach yang merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis megucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda, adik dan seluruh keluarga atas segala doa, kasih
sayang, dorongan dan dukungan materi dan moril yang diberikan.
2. Ir. Rita Kartika Sari, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan pengetahuan, bimbingan, arahan, nasehat, dan motovasi
untuk terus maju.
3. Rekan sepenelitian Ihsan Darmawan (THH 43), Citra Yanto Ciki Purba,
dan Yunirma Sari yang sudah sama-sama berjuang menyelesaikan tugas
akhir.
4. Seluruh staf Bagian Kimia Hasil Hutan atas waktu dan bantuan yang
diberikan selama proses penelitian
5. Yang terkasih Sdri. Raditya Nandiasa atas dukungan dan kasih sayang
yang diberikan.
6. Keluarga besar UKM PMK IPB atas ilmu, kebersamaan, kekeluargaan,
dan persekutuan yang tidak terpisahkan.
7. Rekan seperjuangan di Fakultas Kehutanan, khususnya THH angkatan 44
atas motivasi, dukungan, doa, bantuan, serta kebersamaannya.

Penulis mengharapkan agar karya ilmiah ini bermanfaaat untuk berbagai


pihak yang membutuhkan dan dapat menambah kekayaan informasi dunia
kehutanan.

Bogor, Agustus 2011

Penulis
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilaihrkan di Sintang, provinsi Kalimantan Barat, pada tanggal 12


Desember 1989 sebagai putra sulung dari tiga bersaudara keluarga pasangan
Bapak W. Nugroho dan Ibu Anis.

Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Budi Mulya Desa Putera,


Jakarta Selatan pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri
1 Depok hingga tahun 2003, kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 2 Depok dan
lulus tahun 2007.

Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut


Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)
dengan mayor Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan. Di Departemen Hasil Hutan inilah, penulis terpilih sebagai tiga besar
mahasiswa berprestasi Departemen Hasil Hutan 2010. Pada semester 6, penulis
memilih bagian kimia hasil hutan sebagai topik dalam menyelesaikan tugas akhir.

Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas kehutanan IPB, penulis


melakukan penelitian tentang bioaktivitas zat ekstraktif kayu teras surian (Toona
sureni Merr.) terhadap Artemia salina Leach di bawah bimbingan Ir. Rita Kartika
Sari, M.Si.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ i
DAFTAR TABEL ................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... v
I PENDAHULUAN ................................................................................ 6
1.1. Latar Belakang .................................................................... 6
1.2. Tujuan ................................................................................ 7
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Surian (Toona surenii Merr.) ............................................. 8
2.2. Ekstraksi ................................................................................ 9
2.3. Senyawa Bioaktif ..................................................................... 10
2.4. Pengujian Biologis (Biological Assay) ................................. 14
Brine shrimp lethality test ............................................. 14
III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 16
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 16
3.2. Bahan dan Alat Penelitian .............................................. 16
3.3. Urutan Kerja ...................................................................... 16
3.3.1. Persiapan Bahan Baku .............................................. 16
a. Bahan baku serbuk kayu .................................. 16
b. Pelarut Organik .............................................. 17
3.3.2. Ekstraksi .......................................................... 17
3.3.3. Pengujian .......................................................... 18
a. Kadar Ekstrak .............................................. 18
b. Brine Shrimp Lethality Test ...................... 18
3.4. ANALISIS DATA .......................................................... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 20
4.1. Kadar zat ekstraktif kayu .......................................................... 21
4.2. Uji bioaktivitas zat ekstraktif dengan
brine shrimp lethality test ............................................ 21
4.3. Analisis Komponen Kimia dengan

i
Gas Chromatography Mass Spectrometry
Pyrolysis (Pyr-GC-MS) ....................................................... 23
4.3.1. Senyawa-senyawa kimia dominan ekstrak
etil asetat kayu surian asal Bogor ................... 23
4.3.2. Senyawa-senyawa kimia dominan ekstrak
n-heksana kayu surian asal Kuningan ....... 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 32
5.1. Kesimpulan .................................................................. 32
5.2. Saran .............................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 33
LAMPIRAN ......................................................................................... 34

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Kadar ekstrak surian (T. sureni) dan
surian asal Kuningan (C. odorata) ............................................ 20
Tabel 2 Persentase mortalitas rata-rata terkoreksi
larva udang (A. salina) setelah pemberian ekstrak
kayu teras surian pada setiap tingkat konsenterasi .................... 21
Tabel 3 Senyawa dominan ekstrak etil asetat kayu surian asal Bogor
berdasarkan hasil Pyr-GC-MS .......................................... 24
Tabel 4 Senyawa dominan ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan
berdasarkan hasil Pyr-GC-MS .......................................... 27

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Batang dan daun surian .................................................... 10
Gambar 2. Kenampakan daun surian .................................................. 11
Gambar 3 Proses ekstraksi maserasi bersinambung ............................. 23
Gambar 4 Prosedur persiapan larutan untuk brine
shrimp lethality test ............................................................................ 24

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil identifikasi spesies pohon ......................................... 38
Lampiran 2. Perhitungan Bobot Kayu yang digunakan ................. 38
Lampiran 3. Perhitungan Kadar Ekstrak Surian asal Bogor ................. 39
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Ekstrak Surian asal Kuningan ..... 40
Lampiran 5. Mortalitas Larva Kontrol BSLT Ekstrak surian ................. 42
Lampiran 6. Mortalitas Larva Kontrol BSLT
Ekstrak surian asal Kuningan ......................................... 42
Lampiran 7. Mortalitas Larva udang Ekstrak Surian asal Bogor ........... 43
Lampiran 8. Mortalitas Larva udang Ekstrak
Surian asal Kuningan ..................................................... 44
Lampiran 9. Probit Analysis ekstrak surian asal Bogor n-heksana ..... 47
Lampiran 10. Probit Analysis ekstrak surian asal Bogor etil asetat ..... 48
Lampiran 11. Probit Analysis ekstrak surian asal Bogor n-heksana ..... 49
Lampiran 12. Probit Analysis ekstrak surian asal Kuningan n-heksana 50
Lampiran 13. Probit Analysis ekstrak surian asal Kuningan etil asetat 52
Lampiran 14. Probit Analysis ekstrak surian asal Kuningan n-heksana 53
Lampiran 15. Hasil Pengujian Pyr-GC-MS Ekstrak Etil Asetat
Surian asal Bogor ................................................................ 55
Lampiran 15. Hasil Pengujian Pyr-GC-MS Ekstrak n-heksana
Surian asal Kuningan .................................................... 57

v
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah terus menerus berusaha


memperbaiki kondisi hutan Indonesia melalui beberapa programnya, salah
satunya adalah menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi dalam gerakan
nasional rehabilitasi hutan dan lahan, penggalakan hutan tanaman rakyat (HTR)
dan percepatan pembangunan hutan tanaman industri (HTI). Pemilihan spesies
pohon yang multifungsi menjadi hal yang penting dalam memberikan insentif
bagi masyarakat untuk mensukseskan program-program ini.

Berdasarkan lampiran SK.272/Menhut-V tahun 2004, salah satu jenis yang


dikembangkan dalam gerakan penanaman sejuta pohon adalah Surian (Toona
sureni Merr.) yang diproyeksikan sebagai pasokan kayu pertukangan dan pohon
turus jalan. Kayu surian umumnya dijadikan bahan kayu konstruksi dan bahan
baku mebel, berupa panel dekoratif, kerajinan tangan, kotak cerutu dan produk
kayu lainnya, karena kemudahannya dikerjakan (Djam’an 2002). Selain itu, kulit
dan akarnya sering dimanfaatkan sebagai ramuan antidiare dan daunnya memiliki
sifat antibiotik (Djam’an 2002; Orwa et al. 2009). Hal ini menunjukkan bahwa
pohon surian berpotensi mengandung zat ekstraktif yang memiliki bioaktivitas
dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat.

Hasil penelitian Chia et al. (2009) menunjukkan bahwa ekstraktif daun


Toona sinensis memiliki sifat sitotoksik pada sel kanker paru-paru. Di sisi lain, di
Indonesia terdapat dua jenis dari genus Toona, T. sureni dan T. sinensis. Rowe
dan Conner (1979) menyatakan bahwa komponen kimia hasil metabolit primer
(gula, asam amino, lemak sederhana, asam karboksilat, dan lainnya) dapat
ditemukan pada seluruh pohon dan tidak signifikan untuk dijadikan bahan
kemotaksonomi intra-famili pohon. Hal ini memungkinkan pada jenis T. sureni
memiliki karakteristik antikanker pada zat ekstraktifnya.

6
Di sisi lain, kanker merupakan penyakit yang menempati peringkat kedua
di dunia sebagai penyebab kematian (Anderson 2001). Pada umumnya obat-
obatan antikanker dibuat dari bahan kimia sintesis yang memiliki efektivitas yang
tinggi sebagai antikanker terutama untuk pengobatan kanker stadium lanjut,
namun juga memberikan efek samping yang tinggi, seperti kerusakan fungsi hati,
kematian sel cepat tumbuh lain yang terdapat dalam tubuh, dan mutasi genetik
jaringan lain.

Dosis konsumsi obat kanker yang tinggi pada para penderita kanker
menjadikan penderita kanker rentan terhadap efek samping antikanker sintesis
(Gralla et al. 2010). Efek samping antikanker sintesis dapat dikurangi dengan
penambahan antikanker alami. Untuk itu, penelitian mengenai pemilahan jenis
tumbuhan hutan potensial yang mengandung antikanker alami perlu dilakukan
mengingat jenis-jenis tumbuhan hutan yang sangat banyak ragamnya.

Meyer et al. (1982) menyatakan brine shrimp lethality test (BSLT) dapat
menjadi pengujian aktivitas biologis umum dari zat ekstraktif. Dalam
penelitiannya, Meyer et al. (1982) juga menyatakan bahwa hasil pengujian
berkorelasi positif dengan sifat antikanker senyawa-senyawa kimia yang
terkandung dalam contoh uji. Maka, BSLT dapat menjadi metode untuk
pemilahan awal jenis-jenis tumbuhan yang memiliki potensi antikanker alami.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan menguji bioaktivitas zat ekstraktif kayu teras


surian (T. sureni) hasil ekstraksi maserasi bersinambung dan analisis senyawa
kimia dalam ekstrak teraktif.

7
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Surian (Toona surenii Merr.)

Pohon surian berukuran sedang sampai besar, dapat mencapai tinggi 40-60
m dengan tinggi bebas cabang hingga 25 m. Diameter dapat mencapai 100 cm,
bahkan di pegunungan dapat mencapai hingga 300 cm. Berbanir hingga tinggi 2
m. Kulit batang terlihat pecah-pecah dan seolah tumpang tindih, berwarna coklat
keputihan, pucat hingga keabu-abuan, dan mengeluarkan aroma apabila dipotong
(Gambar 1). Kayunya ringan, dengan gubal merah muda dan teras coklat. Pohon
menggugurkan daun, yang terjadi pada bulan Februari-Maret atau September-
Oktober (Djam’an 2002).

Gambar 1 Batang dan daun Toona sureni di Balitbang Kehutanan Gunung Batu,
Bogor (Koleksi Pribadi).

Daun surian relatif lebar, tersusun seperti spiral, kadang-kadang


mengelompok di ujung cabang, panjang 10-15 cm, dengan 8-30 pasang anak daun
berbentuk lanset (Gambar 2). Permukaan dan tulang daun sebelah atas umumnya
berbulu. Malai bunga dijumpai di ujung, bercabang-cabang dan menggantung.
Bunga kecil, putih kekuningan dan beraroma tajam. Walaupun memiliki kepala

8
putik dan indung telur, bunga umumnya berkelamin tunggal ditinjau dari
fungsinya (Djam’an 2002).

(a) (b)

Gambar 2 Kenampakan daun surian asal (a) Bogor dan (b) Kuningan (Koleksi
pribadi)

Spesies ini menghasilkan kayu yang baik. Kulit kayunya dimanfaatkan


sebagai astringent dan sebagai obat pencahar. Di Indo-Cina, spesies ini digunakan
sebagai tonik, sebagai antiperiodic, dan anti rematik. Sementara di Indonesia jenis
ini digunakan sebagai tonik untuk mengatasi diare, disentri, dan infeksi usus
lainnya. Ekstrak daunnya memiliki aktivitas antibiotik terhadap Staphylococcus,
dengan cara melaburkan ramuan ujung daun pada luka bengkak (Hua et al. 2008).

2.2. Ekstraksi

Menurut Agoes (2007), ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu


komponen yang terdapat di dalam suatu bahan dengan menggunakan pelarut.
Sementara, ekstrak adalah sediaan bahan hasil ekstraksi suatu bahan oleh pelarut
tertentu. Proses ekstraksi dapat menggunakan air ataupun pelarut kimia. Pelarut
kimia yang digunakan dapat berupa pelarut kimia tunggal maupun campuran
azeotropik dengan suhu didih tetap.

Terdapat dua tipe ekstraksi, yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-
cair. Ekstraksi padat-cair meliputi maserasi, perkolasi, maupun ekstraksi otomatis
skala industri. Ekstraksi cair-cair merupakan tahap lanjutan dari ekstraksi padat-
cair, bertujuan untuk mengisolasi bagan aktif. Terdapat dua kemungkinan

9
ekstraksi cair-cair, ekstraksi dengan menggunakan pelarut dengan massa jenis
lebih tinggi dari air dan pelarut dengan massa jenis lebih ringan dari air (Agoes
2007).

Dalam ekstraksi tanaman obat, beberapa hal yang harus diperhatikan


adalah (Agoes 2007):

a) Jumlah sediaan untuk diekstraksi


b) Tingkat kehalusan sediaan ekstraksi
c) Jenis pelarut yang digunakan
d) Suhu ekstraksi

Maserasi merupakan proses ekstraksi menggunakan berbagai macam


pelarut pada suhu kamar dalam kurun waktu tertentu (Agoes 2007). Cara ini dapat
diterapkan di berbagai skala industri, kecil maupun besar karena relatif sederhana.
Ekstraksi dilakukan hanya dengan merendam sediaan dalam pelarut selama kurun
waktu yang ditetapkan.

Proses ekstraksi maserasi dapat digunakan dan menjadi satu-satunya cara


untuk mengekstrak sediaan tumbuhan yang memiliki kadar lendir yang tinggi.
Namun, maserasi tidak terlalu efektif dalam mengekstrak senyawa murni karena
prosedurnya yang memungkinkan ampas dapat menahan sebagian besar pelarut.
Cara untuk menanggulanginya adalah dengan melakukan pemerasan atau
sentrifugasi terhadap ampas setelah ekstraksi (Agoes 2007).

Ekstraksi maserasi dapat dimodifikasi dengan beberapa cara, salah satunya


adalah maserasi bersinambung. Metode maserasi ini menyerupai maserasi
bertingkat, yaitu dengan melakukan maserasi lebih dari satu tahap (Handa et al.
2008) namun pada penelitian ini dilakukan pada wadah yang tetap.

2.3. Senyawa Bioaktif

Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas biologis


terhadap organisme, baik organisme lain maupun organisme yang menghasilkan
senyawa tersebut. Setiap zat kimia, termasuk senyawa aktif dari tumbuhan pada
dasarnya bersifat racun, tergantung pada penggunaan, takaran, pembuatan, cara

10
pemakaian dan waktu yang tepat untuk mengkonsumsi. Beberapa tanaman
diketahui dapat menghasilkan senyawa bioaktif, termasuk antikanker, yang pada
umumnya berupa senyawa-senyawa flavonoid, glikosida, steroid alkaloid dan
terpenoid (Kurz & Constabel 1998).

Alkaloid

Menurut Harborne (1987), jenis alkaloid yang telah diketahui adalah


sekitar 5.500 jenis dan merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.
Umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen dalam bentuk gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik.
Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai aktivitas
fisiologi yang spesifik dan banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid
biasanya tidak warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal
tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar.
Sampai saat ini, belum ada penggolongan umum senyawa alkaloid. Hal ini
disebabkan karena alkaloid mempunyai struktur yang beragam jenisnya, sehingga
penggolongan alkaloid untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain
berdasarkan strukturnya sukar dilakukan (Suradikusumah 1989).

Dalam pengobatan, alkaloid memberikan efek fisiologis yang pada


umumnya di susunan saraf pusat, misalnya sebagai obat anti rasa sakit dan obat
tidur, namun dalam jumlah besar sangat beracun bagi manusia (Vickery &
Vickery 1981).

Menurut Sumiwi (1992), fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain


sebagai zat beracun untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan,
faktor pengatur tumbuh, substansi cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan
nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi tumbuhan dan hasil akhir
reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan.

Flavonoid

Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Flavonoid dapat
diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini

11
dikocok dengan petroleum eter. Flavonoid merupakan senyawa fenol, karena itu
warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia sehingga mudah dideteksi pada
kromatogram atau dalam larutan (Harborne 1987).

Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga


menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak.
Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida
dan aglikon flavonoid yang mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam
beberapa bentuk kombinasi glikosida. Maka dalam menganalisis flavonoid
biasanya lebih baik memeriksa aglikon yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan
yang telah dihidrolisis sebelum memperhatikan kerumitan glikosida yang
mungkin terdapat dalam ekstrak asal (Harborne 1987).

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali


dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu,
sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas.
Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga umumnya disertai oleh
flavon atau flavonol tanpa warna. Gugus flavon berperan dalam menyatakan sifat
warna pada antosianin (Harborne 1987).

Pada tumbuhan, flavonoid meningkatkan dormansi, meningkatkan


pembelahan sel-sel kalus, berperan sebagai enzim penghambat pembentukkan
protein, menghasilkan zat warna pada bunga, sebagai atraktan serangga, burung
dan satwa lainnya untuk dalam penyerbukan dan penyebaran biji. Dalam dunia
pengobatan, beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai antibodi, misalnya
antivirus dan jamur, peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan sebagai
racun ikan (Vickery & Vickery 1981).

Saponin

Saponin termasuk dalam golongan senyawa terpenoid dan bagian dari


triterpenoid (diturunkan dari hidrokarbon C30). Saponin merupakan glikosida
triterpenoid dan sterol. Senyawa ini merupakan senyawa aktif yang bersifat
seperti sabun dan dapat dideteksi dengan kemampuannya membentuk busa yang
stabil dan dapat menghemolisis sel darah.

12
Pembentukan busa sewaktu mengekstrak tumbuhan atau pemekatan
ekstrak tumbuhan merupakan bukti adanya saponin. Pengujian saponin sederhana
adalah dengan menggunakan ekstrak alkohol, air dari tumbuhan yang dimasukkan
dalam tabung reaksi dan diamati terbentuknya busa yang tahan lama pada
permukaan cairan (Harborne 1987).

Pada tumbuhan, saponin mempunyai fungsi yang sama dengan


triterpenoid karena mengandung turunan dari senyawa ini, diantaranya dapat
meningkatkan daya kecambah benih dan menghambat pertumbuhan akar,
menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan dan satwa. Saponin
digunakan sebagai bahan pencuci karena memiliki sifat emulsi, dapat digunakan
untuk meningkatkan kolesterol serum, sebagai zat antibiotik, anti jamur, anti
influenza dan peradangan tenggorokan, sebagai bahan dasar untuk mendapatkan
sapogenin yang berguna untuk menghasilkan hormon pertumbuhan pada satwa
dan dapat digunakan sebagai racun ikan (Vickery & Vickery 1981).

Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa dengan kerangka karbon enam satuan


isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu
skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa alkohol,
aldehida atau asam karboksilat. Terpenoid berupa senyawa tanpa warna,
berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan bersifat aktif optik, yang
umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya.

Uji deteksi triterpenoid yang banyak digunakan adalah reaksi Lieberman-


Burchard (anhidrida asetat-H 2 SO 4 pekat) yang dicirikan dengan warna hijau-biru
akibat keberadaan triterpena dan sterol. Sterol juga terdapat di hewan sebagai
hormon kelamin, asam empedu dan lain-lain). Tiga senyawa yang biasa disebut
“fitosterol” mungkin terdapat pada setiap tumbuhan tingkat tinggi : sitosterol,
stigma sterol dan kampesterol (Harborne 1987).

Triterpenoid dan turunannya, termasuk saponin dan steroid, pada


tumbuhan berfungsi sebagai racun serangga, bakteri dan jamur. Steroid dapat
meningkatkan permeabilitas membran sel dan merangsang proses pembungaan.

13
Dalam pengobatan, senyawa ini berguna sebagai zat antibiotik diantaranya anti
jamur, bakteri dan virus. Steroid dapat merangsang aktivitas hormon estrogen dan
progesteron pada satwa dan manusia. Steroid juga menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme pada pengurai (Vickery & Vickery 1981).

2.4. Pengujian Biologis (Biological assay)

Mayoritas peneliti bertujuan hanya untuk mengisolasi, karakterisasi, dan


mempublikasikan turunan komponen kimia alami dalam jumlah banyak tanpa
memikirkan bioaktivitasnya. Untuk mencapai esensi penerapan dan
signifikansinya, penanganan bahan kimia alami harus melibatkan pengujian
biologis. Ekstrak harus dipilah berdasarkan bioaktivitasnya, fraksinasi
berdasarkan pengujian biologisnya, diidentifikasi senyawa bioaktifnya, dan
diterapkan (McLaughin et al. 1998).

Pengujian biologis memberikan keuntungan khusus dalam standardisasi


dan pengendalian kualitas dari keberagaman produk tumbuhan karena keberadaan
campuran komponen bioaktif yang terdapat di dalam produk tumbuhan.
Umumnya, respon biologis dari satu komponen bioaktif cenderung tidak
disebabkan oleh satu komponen bioaktif saja namun dari campuran komponen
bioaktif tumbuhan dengan proporsi relatif yang bervariasi dari satu komponen
bioaktif sementara bioaktivitasnya tetap ada dengan batasan tertentu. Oleh karena
itu, analisis fisik dan kimia dari satu komponen dalam suatu campuran tidak
sepenuhnya memberikan hasil baik (McLaughin et al. 1998).

Komponen bioaktif hampir selalu toksik pada dosis tinggi. Namun, karena
farmakologi dan toksikologi ada penyesuaian dosis penggunaan, kematian in vivo
dalam organisme zoologis sederhana dapat digunakan sebagai monitor awal untuk
memilah dan memisahkan penemuan dan pengawasan bioaktivitas produk alami
(McLaughin et al. 1998).

Brine shrimp lethality test (BSLT)

Menurut Meyer et al. (1982), uji kematian udang laut atau Brine shrimp
lethality test (BSLT) diperkenalkan pertama kali oleh sekelompok peneliti yang

14
dipimpin oleh Michael pada tahun 1956. Metode pengujian ini didasarkan pada
toksisitas bahan senyawa aktif tumbuhan dapat membunuh larva Artemia salina
(Leach) dan dapat digunakan sebagai pemilahan awal aktivitas antikanker.

Telur-telur udang laut, A. salina (Leach), yang mudah didapatkan dengan


biaya minim, dapat bertahan hingga bertahun-tahun dalam keadaan kering. Jika
dimasukkan dalam air laut, telur akan menetas dan dalam 48 jam menghasilkan
larva udang laut yang banyak untuk keperluan pengujian (McLaughin et al. 1998).

Pengujian pada larva udang meliputi pengujian ekstrak alami, fraksi, atau
komponen murni dalam beberapa konsenterasi berbeda dalam tabung reaksi yang
mengandung 5 ml air laut dan larva udang. Udang yang tetap hidup setelah 24 jam
dihitung dan data mortalitasnya diproses dalam perangkat lunak komputer dengan
analisis probit untuk menduga nilai LC 50 dengan selang kepervayaan 95% untuk
perbandingan potensi signifikan secara statistik (McLaughin et al. 1998).

Hasil BSLT menunjukkan tingkat aktivitas biologis dari bahan uji. Apabila
hasil BSLT ektrak menunjukkan hasil LC 50 dibawah 250 µg/ml, ekstrak tersebut
dapat dikategorikan aktif dan potensial untuk investigasi lanjutan (Rieser et al.
1998 dalam Pissutthanan et al. 2004).

15
III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama 3 bulan (Mei – Juli 2011). Penelitian


dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah serbuk kayu teras


surian dan surian asal Kuningan ukuran 40 – 60 mesh sebanyak 1 kg, pelarut
organik teknis n-heksana, etil asetat, dan metanol, larutan dimetil sulfoksida
(DMSO), air laut, dan larva udang A. salina.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu mesin serbuk, alat saring
bertingkat, alat suling, toples ukuran 10 L, sudip kaca, sudip aluminium, kertas
saring, kain saring, corong, botol kaca gelap, vaccum rotary evaporator, oven,
wadah aluminium, wadah kaca, tabung reaksi, sudip, dan pipet.

3.3. Urutan Kerja

3.3.1. Persiapan bahan baku

Persiapan bahan baku penelitian meliputi persiapan bahan baku serbuk


kayu dan persiapan pelarut

a. Bahan baku serbuk kayu

Sampel daun surian asal Bogor dan surian asal Kuningan kemudian
diidentifikasi di Herbarium Bogoriense, di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Cibinong, Kabupaten Bogor. Identifikasi dilakukan untuk memastikan
kebenaran jenis pohon yang digunakan.

Bahan baku kayu surian diambil dari pohon surian yang berlokasi di dua
tempat, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kehutanan, Gunung
Batu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan Kuningan, Jawa Barat. Kayu
surian asal bogor yang digunakan berasal dari bagian cabang pohon suren dengan
diameter cabang rata-rata 15 cm diameter kayu teras sekitar 12 cm, dengan

16
panjang 5,5 m. Sementara pohon suren yang diambil cabangnya berdiameter 42
cm, tinggi sekitar 23 m, dengan usia pohon yang tidak diketahui. Kayu surian asal
Kuningan, Jawa Barat diambil dari bagian teras batang dengan diameter 15 cm,
dengan panjang 18 m, dengan usia pohon sekitar 7 tahun.

Kayu hasil tebangan kemudian dibagi menjadi tiga bagian sebagai


ulangan, pangkal, tengah, dan ujung. Selanjutnya sortimen tersebut dikuliti dan
diambil bagian kayu terasnya. Bagian kayu teras kemudian digiling menjadi
serbuk dengan menggunakan mesin serbuk dan disortasi dengan alat saring
bertingkat sehingga diperoleh serbuk berukuran 40 – 60 mesh sebanyak 1 kg
untuk setiap ulangan.

b. Pelarut organik

Pelarut organik teknis yang digunakan terdiri dari 3 jenis, yaitu pelarut
non-polar (n-heksana), pelarut semipolar (etil asetat) dan pelarut polar (methanol).
Sebelum digunakan, masing-masing pelarut terlebih dahulu harus dimurnikan
dengan metode penyulingan pada titik didih masing-masing pelarut.

3.3.2. Ekstraksi

Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi atau perendaman


berkesinambungan (Gambar 3) pada suhu kamar. Pada awalnya, serbuk kayu
suren sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalam toples kaca berukuran 10 L. Pelarut
organik selanjutnya dimasukkan dengan perbandingan antara kayu dan pelarut
sebesar 1:6 ke dalam toples hingga serbuk kayu terendam seluruhnya. Pemasukan
pelarut organik dilakukan secara bertahap dengan memasukkan pelarut organik
non-polar, kemudian pelarut organik semi-polar, dan terakhir pelarut organik
polar. Setiap 24 jam perendaman, ekstrak dipindahkan sementara ke botol kaca
gelap dan pada ampasnya dimasukkan pelarut pengganti pada setiap tingkatan
polaritas hingga pelarut yang terendam tidak memiliki warna dan bening.

Selanjutnya setiap ekstrak dipekatkan dengan vaccum rotary evaporator


dengan suhu 40 °C, tekanan 400 atm, dan kecepatan putaran tingkat 4 untuk
memisahkan pelarut dan ekstrak pekat. Ekstrak pekat kemudian dikeringkan
dalam oven bersuhu 40 °C selama 24 jam.

17
Serbuk kayu
direndam dalam
n-heksana (1:6)

Ekstrak n- Residu direndam


heksana dalam etil asetat
(1:6)

Ekstrak etil residu direndam


asetat dalam metanol
(1:6)

Ekstrak metanol

residu bebas
ekstrak

Gambar 3 Proses eksraksi maserasi bersinambung.

3.3.3. Pengujian

Pengujian yang dilakukan meliputi pengukuran kadar ekstrak dan brine


shrimp lethality test (BSLT).

a. Kadar ekstrak kayu

Ekstrak basah hasil pemekatan dengan vaccum rotary evaporator dari


masing-masing jenis pelarut diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam
wadah aluminium yang telah diketahui bobotnya. Ekstrak dan wadah ditimbang
lalu dikeringkan pada suhu 103 ± 2 °C selama 12 jam. Selanjutnya wadah dan
ekstrak kering ditimbang. Kandungan ekstraktif kayu dapat diketahui secara
matematis dengan rumus kadar ekstrak sebagai berikut:

Keterangan:
W1 = Berat kering oven ekstrak kayu (g)
W2 = Berat kering oven serbuk kayu yang digunakan (g)

b. Brine shrimp lethality test (BSLT)

Sebanyak 20 mg ekstrak kering dari masing-masing jenis pelarut


dilarutkan pada 10 tetes dimetil sulfoksida (DMSO) dalam tabung reaksi.
Selanjutnya, untuk membuat larutan 2000 µg/ml ditambahkan air laut hingga

18
mencapai 10 ml. Dari larutan ini, dibuat larutan 1000 µg/ml, 500 µg/ml, 100
µg/ml, dan 20 µg/ml (Gambar 4).

Selanjutnya, sebanyak 20 ekor larva A. Salina usia 2 hari dimasukkan ke


dalam masing-masing larutan 1000 µg/ml, 500 µg/ml, 100 µg/ml, dan 20 µg/ml
bersama air laut hingga volumenya mencapai 5 ml. Uji BSLT dilakukan dengan
dua kali ulangan.

2,5 ml 2000 ppm+2,5


ml larva udang &air
laut (1000µg/ml) 2,5 ml
(x2) 1000ppm+2,5 ml
larva udang&air
laut(500 µg/ml)
10 ml 2000 (x2)
5 ml 2000
µg/ml ppm+air laut 5 2,5 ml 200ppm+2,5 ml
ml (1000µg/ml) larva udang&air laut(100
µg/ml) (x2)

2 ml
1000ppm+air
laut 8 ml (200
µg/ml)
2,5 ml 20ppm+2,5
1 ml 200ppm+air
ml larva
laut 9 ml (20
udang&air laut(10
µg/ml)
µg/ml) (x2)

Gambar 4 Prosedur persiapan larutan untuk brine shrimp lethality test.

3.4. Analisis data

Data mortalitas larva udang hasil uji BSLT dianalisis dengan metode
analisis probit untuk mencari konsenterasi kematian (lethality consentration) pada
tingkat 50% (LC 50 ) dengan asumsi distribusi weibull dan selang kepercayaan
95%. Pengolahan data menggunakan bantuan perangkat lunak Minitab 14 for
Windows.

19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kadar Zat Ekstraktif Kayu

Ekstraksi bersinambung bagian kayu teras surian menggunakan pelarut


dari yang bersifat non polar hingga pelarut yang bersifat polar. Hasil penelitian
(Tabel 1) menunjukkan bahwa ekstrak metanol kayu teras surian, masing-masing
sebesar 0,38% dan 2,91%, mendominasi komponen ekstraksi dalam masing-
masing kayu. Hal ini menunjukkan bahwa ekstraktif polar cenderung
mendominasi kayu teras surian dan surian asal Kuningan.

Tabel 1 Kadar ekstrak rata-rata surian 1)

kadar ekstrak (%)


Pelarut
Surian Bogor Surian Kuningan
n-heksana 0,18 0,29
etil asetat 0,25 1,04
Metanol 0,38 2,91
1)
Berdasarkan 3 kali ulangan

Dominansi ekstrak polar juga ditemukan oleh peneliti lainnya. Hasil


penelitian Pisutthanan et al. (2004) menunjukkan bahwa kecenderungan dominasi
ekstraktif bersifat polar pada kayu juga terdapat pada kayu lain. Ekstrak kayu
mindi (Melia azedarach) terlarut metanol 90% memiliki persentase kadar ekstrak
tertinggi dibandingkan ekstrak n-heksana kayu mindi. Demikian pula hasil
penelitian Meilani (2006) menunjukkan bahwa dari total ekstrak aseton kayu
surian, fraksi polar menjadi fraksi paling dominan.

Di sisi lain, pada masing-masing ekstrak kayu surian, ekstrak n-heksana


memiliki kadar yang terendah, masing-masing sebesar 0,18% dan 0,29%.
Keberadaan ekstraktif ataupun senyawa non polar cenderung paling sedikit
dibandingkan senyawa ataupun fraksi semipolar dan polar (Pisutthanan et al.
2004; Meilani 2006). Komponen lemak, minyak, lilin dan komponen lipofil

20
seperti resin dan getah merupakan jenis ekstraktif yang terlarut di dalam pelarut
non polar (Sjostrom 1998).

Secara deskriptif, pada Tabel 2 terlihat adanya pengaruh tempat tumbuh


terhadap kadar ekstrak kayu yang dihasilkan. Ekstrak kayu surian asal Kuningan
cenderung lebih tinggi kadarnya dibandingkan ekstrak surian asal Bogor. Menurut
Sjostrom (1998), variasi kadar ekstrak dalam pohon dipengaruhi oleh umur
pohon, posisi dalam pohon dan spesies pohon (genetik). Pohon surian asal
Kuningan tumbuh di hutan alam yang tanahnya subur dan terjadi kompetisi
perebutan unsur hara antar individu dalam hutan tersebut. Sementara, pohon
surian asal bogor digunakan sebagai pohon turus jalan yang terpapar sinar
matahari dalam intensitas tinggi dan tanahnya kurang subur. Perbedaan tempat
tumbuh kedua pohon surian ini diduga menyebabkan kayu surian asal Kuningan
memiliki persentase kadar ekstrak yang lebih tinggi daripada kayu surian asal
Bogor.

4.2. Uji Bioaktivitas Zat Ekstraktif dengan Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT)

Hasil brine shrimp lethality test (BSLT) adalah berupa data mortalitas
larva udang Artemia salina setelah pemberian ekstrak pada berbagai tingkat
konsenterasi. Nilai yang diperoleh dari setiap ulangan pada setiap tingkat
konsenterasi kemudian dikoreksi dengan hasil pengujian kontrol.

Tabel 2 Persentase mortalitas rata-rata terkoreksi larva udang A. salina setelah


pemberian ekstrak kayu teras surian pada berbagai tingkat konsenterasi1)
asal kayu mortalitas (%) Standar
ekstrak LC50 (µg/mL) Kategori
surian 10 µg/mL 100 µg/mL 500 µg/mL 1000 µg/mL (µg/mL)2)
n-heksana 4 20 100 100 161,29 toksik
Bogor etil asetat 8 98 100 100 43,54 toksik
metanol 3 45 98 100 116,27 toksik
< 250
n-heksana 14 88 100 100 37,95 toksik
Kuningan etil asetat 19 75 100 100 42,46 toksik
metanol 0 17 77 79 342,73 tidak toksik
1)
Berdasarkan 6 kali ulangan, setelah dikoreksi dengan mortalitas kontrol
2)
Rieser et al. (1996) dalam Pisutthanan et al. (2004)

21
Analisis probit untuk setiap data persentase mortalitas rata-rata BSLT akan
menghasilkan nilai lethality concenteration 50% (LC 50 ) untuk masing-masing
ekstrak. Berdasarkan Tabel 2, kecuali ekstrak metanol kayu surian asal Kuningan,
seluruh ekstrak tergolong toksik atau dapat dikategorikan sebagai ekstrak aktif.
Nilai LC 50 terendah dimiliki oleh ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan
(37,95 µg/mL), yang berarti ekstrak ini paling aktif dan berpotensi memiliki
bioaktivitas tertentu.

Nomura dan Hano (1994) dalam Meilani (2006) menyatakan bahwa salah
satu senyawa bioaktif yang larut dalam pelarut semi polar adalah senyawa
flavonoid. Beberapa senyawa flavonoid ini mempunyai aktivitas biologis sebagai
antimikroba, antitumor dan antivirus. Menurut Kurz dan Constabel (1998),
beberapa tanaman dikenal menghasilkan senyawa bioaktif yang mempunyai
berbagai aktivitas bioaktif termasuk antikanker yang pada umumnya berupa
senyawa-senyawa flavonoid, glikosida, steroid alkaloid dan terpenoid.

Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana pada ekstrak masing-


masing kayu tergolong sebagai ekstrak yang aktif. Komponen kimia yang diduga
berperan dalam sifat bioaktivitas dari komponen ekstrak terlarut n-heksana ini
adalah terpenoid. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Zhang et al. (2010)
yang mennjukkan sifat sitotoksik tirucallane C26 triterpenoid, yang diisolasi dari
Aphanamixis grandifolia (Meliaceae) terhadap sel kanker serviks dan kanker
payudara. Terpenoid merupakan senyawa kimia yang banyak dijumpai pada
lemak dan minyak yang larut dalam pelarut non-polar (Sjostrom 1998).

Hasil uji bioaktivitas dengan BSLT (Tabel 2) kemudian dikaitkan dengan


kadar zat ekstraktif (Tabel 1) untuk menentukan ekstrak mana yang potensial
untuk investigasi lebih lanjut. Ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan
tergolong ekstrak paling aktif dengan nilai LC 50 yang paling rendah (37,95
µg/mL). Namun ekstrak ini memiliki persentase proporsi yang paling rendah pada
ekstrak kayu surian asal Kuningan (0,29%), sehingga tidak potensial untuk
investigasi lebih lanjut.

Ekstrak yang paling potensial untuk diinvestigasi lebih lanjut adalah


ekstrak etil asetat kayu surian asal kuninngan. Nilai LC 50 yang rendah (42,46

22
µg/mL) dan tidak terlalu berbeda dengan ekstrak n-heksana (37,95 µg/mL) serta
proporsi yang relatif tinggi pada kayu (kadar ekstrak 1,04%), menjadikan ekstrak
etil asetat kayu surian asal Kuningan terlarut etil asetat paling potensial untuk
investigasi lebih lanjut.

4.3. Analisis Komponen Kimia dengan Pyrolysis Gas Chromatography Mass


Spectrometry (Pyr-GC-MS)

Analisis komponen kimia menggunakan alat Pyr-GC-MS QP2010


Shimadzu. Alat ini bekerja pada suhu pirolisis 400°C selama 1 jam, dengan suhu
pyrolizer dan transfer tube 280°C, suhu injeksi 280°C, suhu detektor relatif, dan
suhu awal kolom 50°C dengan peningkatan 15°C per menit sampai 280°C.

Analisis komponen kimia dilakukan pada ekstrak yang memiliki nilai


LC 50 yang paling rendah pada masing-masing ekstrak. Analisis komponen kimia
dengan pyr-GC-MS dilakukan pada 90 peak (Lampiran 14 dan 15). Hasil analisis
pyr-GC-MS masih bersifat dugaan dan perlu penyelidikan lebih lanjut terhadap
isolat senyawa murni dengan metode fourier transform infra red spektrometry
(FTIR spectrometry) dan nuclear magnetic resonance (NMR) untuk mengetahui
kepastian senyawa yang dikandung ekstrak. Dari keseluruhan jenis senyawa hasil
analisis, senyawa-senyawa kimia dominan hasil analisis komponen kimia pada
ekstrak yang paling aktif baik pada kayu surian maupun kayu surian asal
Kuningan ditunjukkan pada Tabel 3 dan 4.

4.3.1. Senyawa-senyawa kimia dominan ekstrak etil asetat kayu surian asal
Bogor

Hasil penelusuran pustaka terhadap senyawa-senyawa dominan dalam


ekstrak etil asetat kayu surian asal Bogor (Tabel 3), menunjukkan bahwa ekstrak
tersebut memiliki berbagai aktivitas biologis. Hal ini berbanding lurus dengan
hasil uji bioaktivitas dengan BSLT (Tabel 2) yang menunjukkan bahwa ekstrak
etil asetat kayu surian asal Bogor memiliki bioaktivitas tinggi.

23
Tabel 3 Senyawa dominan ekstrak etil asetat kayu surian asal Bogor berdasarkan
hasil Pyr-GC-MS

konsenterasi
nama umum nama IUPAC bioaktivitas Sumber
relatif (%)
Weyant
catechol 1,2-Benzenediol (CAS) Pyrocatechol 13,61 antikanker et
al.2001
1,2-Benzenedicarboxylic acid, bis(2- Torane
Dioctyl
ethylhexyl) ester (CAS) Bis(2- 11,02 larvasida et al.
phthalate
ethylhexyl) 2011
1,6-ANHYDRO-BETA-D-
levoglukosan 6,87 - -
GLUCOPYRANOSE
3- 1,2-Benzenediol, 3-methyl- (CAS) Birt et
6,54 antivirus
methylcatechol 3-Methylpyrocatechol al. 2009
Lung Ho
linalool geranyl linalool isomer 5,10 antioksidan et
al.2009
analgesik &
Raga et
sitosterol stigmast-5-en-3-ol, oleat 3,75 anti
al. 2010
inflamasi
Kageya
Ergost-5-en-3-ol, (3.beta.)- (CAS)
Δ 5-Ergostenol 3,51 antialergi ma et
.delta.5-Ergostenol
al.2010
(E,E)-7,11,15-Trimethyl-3- Warda
β-springene analgesic &
methylene-hexadeca-1,6,10,14- 3,33 et al.
(diterpen) antibakteri
tetraene 2009
Molena
Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic inhibitor
palmitic acid 3,14 ar et al.
acid mutasi
1988
9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)- antikanker Hou
linoleic acid 2,82 1)
(CAS) Linoleic acid 2008
antifatigue,
antistress,
immuno- Sun et
Isofraxidin Isofraxidin 2,15
accommod al.2007
ating
effects
1,6-ANHYDRO-BETA-D-
- 1,67 - -
GLUCOFURANOSE
(E,E,E)-3,7,11,15- Warda
α-Springene analgesic &
Tetramethylhexadeca-1,3,6,10,14- 1,45 et al.
(diterpen) antibakteri
pentaene 2009
Guilbert
2-(2-METHYL-PROPENYL)-
cyclopropanecar &
CYCLOPROPANECARBOXYLIC ACID 1,40 antifungal
boxylic acid Chung
2-ISOPROPYL
1973
Gruber
&
Ritodrine Ritodrine 1,27 uterotonik
O'Brien
2010
TOTAL 67,63
1)
aktivitas antikanker ditemukan pada turunan linoleic acid

24
Senyawa kimia catechol (atau catechin) yang dominan terdapat pada
ekstrak etil asetat (konenterasi relatif 13,61%) merupakan kelompok fenolik.
Penelitian Weyant et al. (2001) menunjukkan bahwa komponen catechol yang
diproduksi massal oleh pabrik kimia memiliki sifat antikanker pada sel kanker
usus yang dibiakkan pada tikus uji. Bioaktivitas antikanker juga ditunjukkan oleh
komponen kimia turunan dari linoleic acid (Hou 2008). Tidak menutup
kemungkinan bahwa ekstrak etil asetat ekstrak kayu surian asal Bogor memiliki
sifat antikanker karena keberadaan catechol dalam fraksinya.

Ekstrak etil asetat kayu surian asal Bogor memiliki komponen dioctyl
phtalate. Penelitian yang dilakukan Torane et al. (2011) mengisolasi komponen
dioctyl phtalate dari ekstrak daun Ehretia laevis dan diujikan pada larva Aedes
aegypti. Hasilnya menunjukkan bahwa komponen dioctyl phtalate memiliki
aktivitas biologis sebagai larvasida.

Komponen kimia levoglucosan (konsenterasi relatif 6,87%) dan 1,6-


anhydro-beta-d-glucofuranose (konsenterasi relatif 1,67%) merupakan dua
komponen gula sederhana yang terbawa dalam proses pirolisis saat pengujian
komponen kimia dengan pyr-GC-MS. Keduanya tidak memiliki peran bioaktivitas
tertentu menurut penelusuran pustaka.

Ekstrak etil asetat kayu surian juga memiliki komponen 3-metylcatechol.


Penelitian Birt et al. (2009) menunjukkan bahwa komponen 3-metylcatechol yang
diisolasi dari tanaman Hypericum perforatum dapat diturunkan menjadi senyawa
tetralin yang memiliki sifat antiviral atau antivirus terhadap biakan virus HIV-1.

Komponen linalool yang dimiliki ekstrak etil asetat surian asal Bogor
memiliki bioaktivitas sebagai antioksidan. Isolasi dari minyak atsiri Cinnamomum
camphora dan pengujian sifat antioksidan dari ekstrak linalool yang dilakukan
oleh Ho et al. (2009) menunjukkan fraksi ini memiliki sifat antioksidan.

Komponen dominan ekstrak etil asetat lainnya, yaitu sitosterol, memiliki


bioaktivitas sebagai analgesik dan antiinflamasi. Hal ini didukung penelitian yang
dilakukan oleh Raga et al. (2010) yang mengujikan komponen terpenoid dan
sterol yang diekstrak dari Syzygium samarangense yang menunjukkan bioaktivitas
sebagai analgesik dan antiinflamasi.

25
Terdapat dua komponen asam lemak yang ikut terlarut dalam etil asetat
pada penelitian ini, palmitic acid dan linoleic acid. Kajian terhadap aktivitas
antikanker dari turunan linoleic acid telah dilakukan oleh Hou (2008). Sementara,
Molenaar et al. (1988) menunjukkan bahwa komponen kimia palmitic acid
memiliki aktivitas sebagai inhibitor mutasi pada sel Saccaromyces cerevisae yang
diinfeksi mutagen YPT1.

Penelusuran pustaka menunjukkan komponen α-springene (konsenterasi


relatif 1,45%) dan β-springene (konsenterasi relatif 3,33%) memiliki aktivitas
biologis sebagai antibakteri dan analgesik. Keduanya diisolasi dari beberapa
tanaman Marrubium vulgare, Thymus pallidus, Lavandula stoechas and Eryngium
ilicifolium dapat tergolong kelompok diterpena sehingga memiliki efek antibakteri
terhadap Streptococcus pneumoniae (Warda et al. 2009).

Gruber dan O'Brien (2010) dalam hasil penelitiannya terhadap beberapa


tanaman yang memiliki sifat uterotonik menunjukkan bahwa komponen ritodrine
terdapat pada beberapa ekstrak tanaman. Aktivitas uterotonik bekerja pada sel
rahim sehingga menstimulasi kontraksi sel rahim dan mempermudah proses
kelahiran janin. Efek ini berperan besar terutama saat terjadi kelahiran prematur
pada manusia.

Nilai pengujian bioaktivitas dengan BSLT pada ekstrak etil asetat kayu
surian tidak menunjukkan nilai LC 50 yang sangat kecil. Diduga ada kompenen
kimia yang bersifat menjadi inhibitor reaksi dari aktivitas sitotoksik komponen
kimia lainnya. Diduga, senyawa isofraxidin menjadi inhibitor pengaruh aktivitas
biologis terhadap larva udang. Sun et al. (2007) mengisolasi isofraxidin dari
ekstrak akar Acanthopanax senticosus dan diujikan pada hewan coba tikus
memberikan efek relaksasi pada saraf tikus sehingga memberikan efek antifatigue
dan antistress. Tidak menutup kemungkinan efek dari isofraxidin juga dialami
larva udang saat pengujian BSLT. Hal ini menunjukkan kecenderungan
komponen ini untuk menghambat reaksi aktivitas komponen kimia yang bersifat
toksik pada larva udang saat uji bioaktivitas.

26
4.3.1. Senyawa-senyawa kimia dominan ekstrak n-heksana kayu surian asal
Kuningan

Hasil penelusuran pustaka terhadap senyawa-senyawa dominan dalam


ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan (Tabel 4), menunjukkan bahwa
ekstrak tersebut memiliki berbagai aktivitas biologis. Hal ini berbanding lurus
dengan hasil uji bioaktivitas dengan BSLT (Tabel 2) yang menunjukkan bahwa
ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan memiliki bioaktivitas tinggi.

Tabel 4 Senyawa dominan ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan


berdasarkan hasil Pyr-GC-MS

konsenterasi
nama umum nama IUPAC bioaktivitas sumber
relatif (%)
(E,E)-7,11,15-Trimethyl-3-
β-springene analgesic & Warda et
methylene-hexadeca-1,6,10,14- 8,25
(diterpen) antibakteri al. 2009
tetraene
hexadeca-2,6,10,14-tetraen-1-ol,
geranyl
3,7,11,16-tetramethyl-, (e,e,e) 6,03 antibiotik Yao 2007
diphosphat
diphosphate
Whitnall
Androst-5-en-17-one, 3-hydroxy-
androstenediol 5,19 antibiotik et al.
16-(1-methylethylidene)-, (3.beta.)
2000
9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)- 1) Hou
linoleic acid 4,82 antikanker
(CAS) Linoleic acid 2008
Velmuru
gan et al.
antifungal,
2008,
fenol Phenol (CAS) izal 4,25 antioksidan,
Juniarti
antikanker
et al.
2009
Haber et
antibakteri,
al. 2008,
γ-terpinene γ-terpinene 4,08 antioksidan,
Romeilah
antikanker
2009
4- 9,19-Cyclolanostan-3-ol, 24-
Methylenecycloar methylene-, (3.beta.)- (CAS) 24- 3,84 - -
tanol Methylenecycloartanol
(E,E,E)-3,7,11,15-
α-Springene analgesic & Warda et
Tetramethylhexadeca-1,3,6,10,14- 3,55
(diterpen) antibakteri al. 2009
pentaene
1-PHENYL- Bicyclo[3.3.1]non-2-en-9-ol, 1-
BICYCLO(3.3.1)- phenyl-, anti- (CAS) 1-PHENYL- da Silva
2,89 larvasida
non-2-en-9-ol BICYCLO(3.3.1)-non-2-en-9-ol 2004
Benzoat 25 Benzoat 25
1,3-Butadiene, 2-methyl- (CAS) senyawa Ebada et
Isoprene 2,05
Isoprene prekursor al. 2010
Bufa-20,22-dienolide, 14,15-epoxy-
- 1,99 - -
3-[(8-methoxy-1,8-dioxooctyl)oxy]

27
konsenterasi
nama umum nama IUPAC bioaktivitas sumber
relatif (%)
1-VINYL-2,6,6-
Irisone 1,75 - -
TRIMETHYLCYCLOHEX-1-ENE
(1RS,2SR)-2-hydroxy-2,4,4-
trimethyl-3-(3'-methyl-3'-
- 1,74 - -
butenylidene)cyclopentyl methyl
ketone
3-IODOMETHYL-3,6,6-TRIMETHYL-
Iodomethyl 1,72 - -
CYCLOHEXENE
4-ACETYL-2,2,3,7-
- TETRAMETHYLTRICYCLO(5.2.O.O(1, 1,55 - -
6))UNDEC-3-ENE
Ergost-5-en-3-ol, (3.beta.)- (CAS) Kato et
Δ 5-Ergostenol 1,54 antialergi
.delta.5-Ergostenol al. 1999
Miller et
Limonoid l-Limonene 1,49 antikanker
al. 2010
1,6-ANHYDRO-BETA-D-
levoglukosan 1,45 - -
GLUCOPYRANOSE
OCTADECA-9,12-DIENOIC ACID pheromone Zhang et
methyl linoleat 1,40 agent
METHYL ESTER al. 2011
24(Z)-METHYL-25-
campesterol 1,28 - -
HOMOCHOLESTEROL
1,7,7-TRIMETHYL- stimulan Cai et al.
borneol 1,23
BICYCLO[2.2.1]HEPT-5-EN-2-OL metabolik 2008
(E)-4-(1,2-Epoxy-2,6,6-trimethyl-1-
- cyclohexyl)-2-methyl-1,3- 1,20 - -
pentadiene
Lieberma
lauric acid Dodecanoic acid (CAS) Lauric acid 1,07 antibakteri nn et al.
2006
Nagoba
ethylic acid Acetic acid (CAS) Ethylic acid 1,07 antibakteri et al.
2008
2-OXA-TRICYCLO[4.3.1.0
- 1,05 - -
3,8]DECANE
2H-1-Benzopyran-6-ol, 3,4-dihydro-
2,7,8-trimethyl-2-
(4,8,12,16,20,24,28,32-octamethyl- Ryan et
γ-tocotrienol 1,04 antioksidan
3,7,11,15,19,23,27,31- al. 2007
tritriacontaoctaenyl)-, (R-(all-E))-
gamma-Tocotrienol
1,3,7,7-TETRAMETHYL-2-OXA-
- 1,00 - -
BICYCLO(4.4.0)DEC-5-EN-4-ONE
TOTAL 71,09

Komponen kimia β-spiringene yang dimiliki fraksi n-heksana kayu surian


asal Kuningan merupakan komponen dengan persentase konsentrasi relatif
tertinggi dalam ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan (8,25%). Komponen
ini termasuk dalam komponen diterpen, demikian juga α-Springene (konsenterasi

28
relatif 3,55%). Warda et al. (2009) menunjukkan bahwa komponen diterpen yang
diisolasi dari beberapa tanaman yaitu Marrubium vulgare, Thymus pallidus,
Lavandula stoechas dan Eryngium ilicifolium memiliki bioaktivitas sebagai
antibakteri dan analgesik.

Geranyl diphosphat (6,03%) diisolasi dari jamur Pleurotus passeckerianus


dan Sordaria araneosa merupakan senyawa prekursor yang digunakan untuk
menurunkan senyawa lainnya. Turunan dari geranyl diphosphate menghasilkan
senyawa yang memiliki sifat antibiotik (Yao 2007).

Komponen androstenediol (5,19%) yang terdapat pada fraksi n-heksana


juga pernah diteliti setelah diisolasi dari ekstrak kasarnya oleh Whitnall et al.
(2000). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa senyawa androsetenediol
menunjukkan sifat sebagai antibiotik terhadap tikus yang terpapar sinar gamma.

Komponen fenol (4,25%) dan γ-terpinene (4,08%) yang dimiliki ekstrak n-


heksana kayu surian asal Kuningan memiliki sifat sebagai antikanker
(Velmurughan et al. 2008, Juniarti et al. 2009, Haber et al, 2008, dan Romeilah
2009). Fenol juga berperan sebagai antioksidan. Senyawa γ-terpinene memiliki
sifat sebagai antibakteri dan antioksidan.

Ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan memiliki komponen kimia


yang bertindak sebagai larvasida. Komponen kimia tersebut adalah 1-phenyl-
bicyclo(3.3.1)-non-2-en-9-ol benzoat 25 (da Silva 2004). Dalam penelitiannya,
komponen ini diisolasi dari minyak atsiri hasil penyulingan Achillea, Anthemis,
Artemisia, Balsamita, Chrysanthemum, Matricaria, Santolina dan Tanacetum

Komponen 2-propenoic acid memiliki persentase konsenterasi relatif


sebesar 2,57% terhadap keseluruhan ekstrak n-heksana kayu surian asal
Kuningan. Menurut Ali et al. (1993), turunan 2-propenoic acid memiliki aktivitas
biologis sebagai antibakteri. Komponen yang memiliki aktivitas biologis sebagai
antibakteri juga dimiliki oleh komponen kimia lauric acid dan ethylic acid
(Liebermann et al. 2006; Nagoba et al. 2008).

Senyawa isoprene ditemukan pada ekstrak n-heksana kayu surian asal


Kuningan. Menurut Ebada et al. (2010) memiliki peran sebagai senyawa

29
prekursor yang dapat diturunkan menjadi senyawa steroid-terpenoid (sterol).
Turunan senyawa sterol ini memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi, anti infeksi
dan antikanker (Ebada et al. 2010).

Ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan juga mengandung sebanyak


1,54% konsenterasi relatif dari komponen kimia Δ 5-Ergostenol. Komponen kimia
Δ 5-Ergostenol memiliki efek antialergi terhadap sel-sel mukosal (Kato et al.
1999)

Limonoid (I-limonene) merupakan senyawa kimia ciri khas yang


terkandung dalam spesies dari famili Meliaceae (Kipassa et al. 2007). Pada
ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan, limonoid memiliki konsenterasi
relatif sebesar 1,49%, atau lebih tinggi daripada konsenterasi relatif di ekstrak etil
asetat surian yang hanya memiliki konsenterasi relatif 0,24% (Lampiran 14).
Miller et al. (2011) menyatakan bahwa senyawa limonoid memiliki sifat toksik
terhadap kanker payudara.

Senyawa methyl linoleat juga terdapat di ekstrak n-heksana kayu surian


asal Bogor. Komponen ini berperan menstimulasi feromon pada udang dalam
proses perkawinannya (Zhang et al. 2011).

Senyawa borneol memiliki konsenterasi relatif 1,23% terhadap


keseluruhan ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan. Cai et al. (2008)
mengemukakan bahwa borneol memiliki peran sebagai stimulan metabolik.
Penelitiannya menunjukkan bahwa tikus yang diberikan borneol melalui
pemberian oral akan memiliki distribusi gastrodin yang lebih banyak pada
otaknya dibandingkan yang tidak diberi perlakuan.

Senyawa γ-tocotrienol yang terkandung dalam ekstrak n-heksana kayu


surian asal Kuningan juga terkandung dalam bahan pangan oat memiliki aktivitas
antioksidan yang menyerupai vitamin E (Ryan et al. 2007). Komponen ini pada
ekstrak surian asal Kuningan memiliki konsenterasi relatif sebesar 1,04%.

Beberapa senyawa kimia pada ekstrak n-heksana kayu surian asal


kuningan tidak dapat ditemukan aktivitas biologisnya pada penelitian-penelitian
terdahulu terhadap senyawa kimia terkait. Namun tidak menutup kemungkinan

30
senyawa-senyawa ini memiliki aktivitas biologis yang tinggi. Hasil penelusuran
pustaka pada senyawa kimia dominan pada ekstrak n-heksana kayu surian asal
Kuningan menunjukkan bahwa senyawa-senyawa dominan yang tertera pada
Tabel 4 bertanggungjawab pada tingginya aktivitas biologis pada ekstrak tersebut.

Namun pilihan untuk mengisolasi tunggal senyawa-senyawa yang


berpotensi sebagai antikanker dapat menjadi kurang dapat menjadi tepat karena
terdapat kemungkinan penurunan bioaktivitas dari senyawa tunggal. Hal ini
diakibatkan beberapa aktivitas biologis tidak hanya ditimbulkan dari senyawa
tunggal namun juga dapat ditimbulkan dari interaksi senyawa tunggal tersebut
dengan senyawa lain yang bahkan bisa jadi tidak dominan (Ariens et al. 1986
dalam Putro 2008).

Melalui analisis komponen kimia dengan pyr-GC-MS (Lampiran 14 dan


15) dapat dilihat beberapa senyawa kimia yang ditemukan baik pada ekstrak etil
asetat kayu surian asal Bogor maupun ekstrak n-heksana kayu surian asal
Kuningan. Senyawa-senyawa kimia ini yaitu Limonoid, β-springene, linoleic acid,
dan Δ 5-ergostenol. Ketiga senyawa ini dapat diduga merupakan senyawa-
senyawa yang menjadi ciri khas dari ekstraktif kayu surian dan dapat dijadikan
ciri kemotaksonomi kayu surian.

31
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ekstraktif pada kayu teras


surian asal kuningan cenderung lebih tinggi pada kayu teras surian asal
Bogor. Tempat tumbuh diduga memiliki pengaruh dalam kadar zat
ekstraktif kayu. Kadar ekstrak tertinggi dari masing-masing ekstrak
dimiliki oleh ekstrak metanol (0,38% dan 2,91%), selanjutnya etil asetat
(0,25% dan 1,04%), dan n-heksana (0,18% dan 0,29%).
2. Berdasarkan nilai LC 50 , ekstrak paling aktif adalah ekstrak n-heksana kayu
surian asal Kuningan (LC 50 37,95 µg/mL).
3. Hasil analisis komponen kimia dengan pyr-GC-MS menunjukkan adanya
peranan dari senyawa-senyawa kimia dominan terhadap tingginya
aktivitas biologis ekstrak masing-masing ekstrak kayu.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan mengisolasi dan mengidentifikasi


senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas antikanker dari ekstrak etil asetat kayu
surian asal Bogor dan ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Agoes G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: Institut Teknologi Bandung.


Alfalahi K. 2005. Uji toksisitas zat ekstraktif kulit batang pulai (Alstonia scholaris
R.BR.) menggunakan brine shrimp lethality test [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Anderson RN. 2001. Deaths: leading causes for 1999. National Vital Statistics
Reports. Maryland: National Center for Health Statistics. 49:11.
Birt DF, Widrlechner MP, Hammer KDP, Hillwig ML, Wei J, Kraus GA, Murphy
PA, McCoy JA, Wurtele ES, Neighbors JD, Wiemer DF, Maury WJ, Price
JP. 2009. Hypericum in infection: Identification of anti-viral and anti-
inflammatory constituents. Pharmacologhical Biology. 2009; 47(8): 774-
782.
Cai Z, Hou S, Li Y, Zhao B, Yang Z, Xu S, Pu J. 2008. Effect of borneol on the
distribution of gastrodin to the brain in mice via oral administration.
Journal of Drug Target. 2008 Feb;16(2):178-84.
Chia YC, Wang PH, Huang YJ, Hsu HK, Huang MS. 2009. Cytotoxic activity on
human lung cancer cells. Taiwan in press.

[Departemen Kehutanan]. 2004. SK.272/Menhut-V/2004. Jakarta: Departemen


Kehutanan.
Da Silva JAT. 2004. Mining the essential oils of the Anthemideae. African
Journal of Biotechnology 3(12): 706-720
De Paula JR, Vieira IJC, Fatima M, Da Silva GF, Fo EF, Fernandes JB, Vieira
PC, Pinheiro AL, Vilela EF. 1996. Sesquiterpens, triterpenoids, limonoids,
and flavonoids of Cedrela odorata graft and speculations on the induced
resistance against Hypsyla grandella. Pergamon 44(8):1449-1454.
Djam’an DF. 2002. Informasi Singkat Benih: Toona sureni Blume. Bogor: Balai
Penelitian dan Pengembangan Benih.
Drewes C. 2002. Artemia franciscana. http://www.zool.iastate.edu/~c_drewes/
[21 Juni 2011].
Ebada SS, Lin WH, Proksch P. 2010. Bioactive sesterterpenes and triterpenes
from marine sponges: occurrence and pharmacological significance. Mar.
Drugs 8: 313-346
Fengel D,Wegener G. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.
Sastrohamidjojo H, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari : Wood: Chemistry,
Ultrastructure, Reactions.

33
Gralla RJ, Houlihan NG, Messner C. 2010. Understanding and Managing
Chemoteraphy Side Effects. New York: Cancer Care.
Gruber CW, O’Brien M. 2010.Uterotonic plants and their bioactive constituents.
Planta medica Journal.
Haber WA, Aguius BR, Stokes SL. Setzer WN. 2008. Bioactivity and chemical
composition of the leaf essential oil of Talauma gloriensis Pittier
(Magnoliaceae) from Monteverde, Costa Rica. Record of Natural
Products. 2(1):1-5.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Padmawinata K, Soedira I, penerjemah. Bandung: Penerbit
Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari: Phytochemical methods.
Hayne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indoensia Jilid I. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen Kehutanan RI.
Ho CL, Wang EIC, Su YC. 2009. Essential oil compositions and bioactivities of
the various parts of Cinnamomum camphora Sieb. var. linaloolifera
Fujuta. Quarterly J. Forest Rech. 31(2): 77-96.
Hou CT. 2008. New bioactive fatty acid. Asia Pac J Clin Nutr 2008;17 (S1):192-
195.
Hua P, Edmonds JM. 2008. Toona. Meliaceae.
http://hua.huh.harvard.edu/china/mss/volume11/Meliaceae.pdf. 11:114 [31
Juli 2011.
Kato M, Nakashima, Kato M, Nozaki Y, Yoshimoto T, Tamada Y, Kageyama M,
Yamashita T, Kurimoto F. 1999. Serum soluble Fas levels as a marker to
distinguish allergic and non- allergic rhinitis. Journal of Allergy Clinical
Immunology 103: 1213-1214.
Kipassa NT, Iwagawa T, Okamura H, Doe M, Morimoto Y, Nakatani M. 2006.
Limonoids from the stem bark of Cedrela odorata. Phytochemistry 69:
1782–1787
Kurz WGW, Constabel F. 1998. Production of Secondary Metabolite dalam
Altman A, editor. Agriculture Biotechnology. (Ed). New York: Marcel
Dekker Inc; 1998.
Juniarti, Osmeli D, Yuhernita. 2009. Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas
(brine shrimp lethality test) dan antioksidan (1,1-diphenyl-2-
pikrilhydrazyl) dari ekstrak daun saga (Abrus precatorius L.). Makara,
Sains 13(1):50-54.
Liebermann S, Enig MG, Preuss HG. 2006. A review of monolaurin land lauric
acid. Alternative & Complementary Therapies 12:310-314
McLaughin JL, Rogers LL, Anderson JE. 1998. The use of biological assay to
evaluate botanicals. Journal of Drug Information 32:513-515.

34
Meilani SW. 2006. Uji bioaktivitas zat ekstraktif kayu suren (Toona sureni Merr.)
dan ki bonteng (Platea latifolia BL.) menggunakan brine shrimp lethality
test (BSLT) [Skripsi]: Bogor: Departemen Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughin JL.
1982. Brine shrimp: A convenient general bioassay for active plant
constituent. Journal of Medicinal Plant Research Planta Medica 45:31-32.
Miller JA, Thompson PA, Hakim IA, Chow HHS, Thomson CA. 2011. I-
Limonene: a bioactive food component from citrus and evidence for a
potential role in breast cancer prevention and treatment. Oncol Review
5:31–42
Molenaar CMT, Prange R, Gallwitz D. 1988. A carboxyl-terminal cysteine
residue is required for palmitic acid binding and biological activity of the
ras-related yeast YPT1 protein. The EMBO Journal 7(4): 971 -976.
Nagoba B, Wadher B, Kulkarni P, Kolhe S. 2008. Acetic acid treatment of
pseudomonal wound infections. European Journal of Genetic Medicine
25(2):104-106
Orwa C, Mutua A , Kindt R , Jamnadass R, Simons A. 2009. Agroforestree
Database:A Tree Reference And Selection Guide Version 4.
http://www.worldagroforestry.org/af/treedb/ [28 Juli 2011].
Pissutthanan S, Plianbangchang P, Pissutthanan N, Ruanruay S, Muanrit O. 2004.
Brine shrimp lethality activity of thai medicinal plantsin the family
Meliaceae. Naresuan University Journal 12(2): 13-18.
Putro JS. 2008. Uji Bioaktivitas Senyawa Flavonoid Kayu Suren (Toona sureni
Merr.) dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT) [Skripsi] Bogor:
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor .
Raga DD, Cheng CLC, Lee KCLC, Olaziman WJP, De Guzman VJA, Shen CC,
Franco Jr. FC, Ragasa CY. 2010. Bioactivities of Triterpenes and a Sterol
from Syzygium samarangense. Journal of Natuforsch. 66(c): 235–244.
Romeilah RM. 2009. Anticancer and antioxidant activities of Matricaria
chamomilla L. and Marjorana hortensis essential oils. Journal of
Medicinal Science 4(2): 332-339.
Ryan D. Kendall M, Robard K. 2007. Bioactivity of oats as it relates to
cardiovascular disease. Nutrition Research Reviews 20: 147–162
Sjostrom E. 1998. Kimia Kayu: Dasar-Dasar dan Penggunaan. Sastrohamidjojo
H, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Terjemahan dari:Wood Chemistry, Fundamental and
Applications.

35
Sun H, Lv H, Zhang Y, Wang X, Bi K, Cao H. 2007. A rapid and sensitive
UPLC-ESI MS method for analysis of isofraxidin, a natural antistress
compound, and its metabolites in rat plasma. Journal of Shenyang
Pharmaceutical Science. 30(18): 3202-6.
Suradikusumah E. 1989. Kimia Tumbuhan. Bogor: Pusat Antar Universitas
Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
Sumiwi. 1992. Kromatografi Lapis Tipis Alkaloid dari Daun Kelor (Moringa
oleifera Lamrk). Laporan Penelitian. Bandung: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjajaran.
Torane RC, Kamble GS, Kale AA, Gadkari TV, Deshpande NR. 2011.
Quantification of Dioctyl phthalate from Ehretia laevis Roxb by HPTLC.
Journal of Chemical and. Pharmaceutical Research Sir Parashurambhau
College 3(3):48-51.
Velmurughan N, Han SS, Lee YS. 2008. Antifungal activity of neutralized wood
vinegar with water extracts of Pinus densiflora and Quercus serrata saw
dusts. Journal of Environmental Research 3:167-176.
Vickery ML, Vickery B. 1981. Secondary Plant Metabolism. London and Basiing
Stoke: The Mcmillan Press Ltd.
Warda K, Markouk M, Bekkouche K, Larshini N, Abbad A, Romane A,
Bouskraoui M. 2009. Antibacterial evaluation of selected Moroccan
medicinal plants against Streptococcus pneumoniae. Journal of Pharmacy
and Pharmacology 3(3): 101-104.
Weyant MJ, Carothers AM, Dannenberg AJ, Bertagnolli MM.. 2001. Catechin
inhibits intestinal tumor formation and suppresses focal adhesion kinase
activation in the mouse. Cancer Research. 61: 118–125.
Whitnall MH, Elliot TB, Harding RA, Inal CE, Landauer MR, Wilhemsen CL,
McKinney L, Milner VL, Jacksonlll WE, Loria RM, Ledney GD, Seed
TM. 2000. Androstenediol stimulates myelopoiesis and enhances
resistance to infection in gamma-irradiated mice. Journal of
Immunopharmacology 22:1-14.
Yao Q. 2007. Biosynthetic studies of fungal diterpene antibiotics [Thesis] Oregon:
Oregon State University .
Zhang D, Terschak JA, Harley MA, Lin J, Hardege JD. 2011. Simultaneously
hermaphroditic shrimp use lipophilic cuticular hydrocarbons as contact sex
pheromones. Public Library of Science One 6(4): 1-7
Zhang Y, Wang J, Wei D, Wiang X, Luo J, Luo J, Kong K. 2010. Cytotoxic
tirucallane C26 triterpenoids from the stem barks of Aphanamixis
grandifolia. Journal of Phytochemistry 2199–2204

36
LAMPIRAN

37
38
Lampiran 2. Perhitungan Bobot Kayu yang digunakan

Bobot serbuk kayu Toona surenii yang digunakan


ulangan BB (g) KA (%) BKT (g)
P 1000 8,108 925
T 1000 7,527 930
U 1000 6,270 941

Bobot Serbuk kayu Cedrela odorata yang digunakan

ulangan BB (g) KA (%) BKT (g)

P 100 8,108 92,5


T 100 7,527 93

39
Lampiran 3. Perhitungan Kadar Ekstrak Surian asal Bogor

vol.
BKT volume kadar konsenterasi
BKT Ekstrak konsenterasi bobot ekstrak kadar ekstrak
Pelarut ulangan wo (g) w1 (g) ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak rata-
serbuk (g) pekat ekstrak (g/ml) total (g)
rata (g/ml) rata-rata (%)
(g) cair (ml) (%)
total (ml)
P1 1,893 1,982 0,089 5 925 0,0178 1,7800 0,192432
100
P2 2,268 2,358 0,090 5 925 0,0180 1,8000 0,194595
T1 2,011 2,099 0,088 5 930 0,0176 1,7600 0,189247
n-heksana 100 0,0164 0,1761
T2 2,055 2,144 0,089 5 930 0,0178 1,7800 0,191398
U1 2,117 2,183 0,066 5 941 0,0132 1,3200 0,140276
100
U2 2,135 2,205 0,070 5 941 0,0140 1,4000 0,148778
P1 2,148 2,158 0,010 5 925 0,0020 0,4800 0,051892
240
P2 1,845 1,901 0,056 5 925 0,0112 2,6880 0,290595
T1 2,130 2,179 0,049 5 930 0,0098 2,4500 0,263441
Etil asetat 250 0,0094 0,2495
T2 2,372 2,433 0,061 5 930 0,0122 3,0500 0,327957
U1 2,064 2,13 0,066 5 941 0,0132 3,3000 0,350691
250
U2 1,962 2,002 0,040 5 941 0,0080 2,0000 0,21254
P1 1,936 1,986 0,05 5 925 0,0100 2,5000 0,27027
250
P2 2,093 2,149 0,056 5 925 0,0112 2,8000 0,302703
T1 2,116 2,203 0,087 5 930 0,0174 4,3500 0,467742
metanol 250 0,0141 0,3781
T2 2,368 2,457 0,089 5 930 0,0178 4,4500 0,478495
U1 2,026 2,095 0,068 5 941 0,0137 3,4250 0,363974
250
U2 2,060 2,132 0,073 5 941 0,0145 3,6250 0,385228

40
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Ekstrak Surian asal Kuningan

vol.
volume kadar
BKT BKT Ekstrak konsenterasi bobot kadar konsenterasi
ekstrak ekstrak
Pelarut ulangan wo (g) w1 (g) ekstrak serbuk pekat ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak rata-
cair (g/ml) total (g) rata (g/ml) rata-rata
(g) (g) total (%) (%)
(ml)
(ml)
n- 1 1,936 1,953 0,017 5 92,5 100 0,0034 0,34 0,34
0,0029 0,29
heksana 2 1,839 1,851 0,012 5 92,3 100 0,0024 0,24 0,24
etil 1 2,094 2,183 0,089 5 92,5 200 0,0178 3,56 1,78
0,0104 1,04
asetat 2 2,066 2,081 0,015 5 92,3 200 0,003 0,6 0,3
1 2,121 2,239 0,118 5 92,5 250 0,0236 5,9 2,36
metanol 0,0291 2,91
2 2,37 2,543 0,173 5 92,3 250 0,0346 8,65 3,46

41
Lampiran 5. Mortalitas Larva Kontrol BSLT Ekstrak surian asal Bogor

mortalitas konsenterasi
ulangan n (ekor)
(ekor) (ppm)
0 10 u1 20
0 100 u1 20
0 500 u1 20
0 1000 u1 20
0 10 u2 20
0 100 u2 20
0 500 u2 20
0 1000 u2 20

Lampiran 6. Mortalitas Larva Kontrol BSLT Ekstrak Surian asal Kuningan

mortalitas konsenterasi
ulangan n (ekor)
(ekor) (ppm)
0 10 u1 20
0 100 u1 20
0 500 u1 20
0 1000 u1 20
0 10 u2 20
0 100 u2 20
0 500 u2 20
0 1000 u2 20

42
Lampiran 7. Mortalitas Larva udang Ekstrak Surian asal Bogor
n-heksana etil asetat metanol

mortalitas ulangan konsentrasi n mortalitas ulangan konsentrasi n mortalitas ulangan konsentrasi n


10 U1 10 100 15 U1 10 100 5 U1 10 100
45 U1 100 100 100 U1 100 100 60 U1 100 100
100 U1 500 100 100 U1 500 100 94 U1 500 100
100 U1 1000 100 100 U1 1000 100 100 U1 1000 100
10 U2 10 100 20 U2 10 100 0 U2 10 100
19 U2 100 100 95 U2 100 100 69 U2 100 100
100 U2 500 100 100 U2 500 100 100 U2 500 100
100 U2 1000 100 100 U2 1000 100 100 U2 1000 100
5 U3 10 100 0 U3 10 100 5 U3 10 100
25 U3 100 100 100 U3 100 100 35 U3 100 100
100 U3 500 100 100 U3 500 100 100 U3 500 100
100 U3 1000 100 100 U3 1000 100 100 U3 1000 100
0 U4 10 100 0 U4 10 100 5 U4 10 100
19 U4 100 100 100 U4 100 100 53 U4 100 100
100 U4 500 100 100 U4 500 100 100 U4 500 100
100 U4 1000 100 100 U4 1000 100 100 U4 1000 100
0 U5 10 100 10 U5 10 100 0 U5 10 100
5 U5 100 100 100 U5 100 100 30 U5 100 100
100 U5 500 100 100 U5 500 100 100 U5 500 100
100 U5 1000 100 100 U5 1000 100 100 U5 1000 100
0 U6 10 100 0 U6 10 100 100 U5 1000 100
5 U6 100 100 90 U6 100 100 0 U6 10 100
100 U6 500 100 100 U6 500 100 25 U6 100 100
100 U6 1000 100 100 U6 1000 100 95 U6 500 100

43
Lampiran 8. Mortalitas Larva Udang Ekstrak Surian asal Kuningan

n-heksana etil asetat metanol

mortalitas ulangan konsentrasi n mortalitas ulangan konsentrasi n mortalitas ulangan konsentrasi n


55 U1 10 100 0 U1 10 100 10 U1 10 100
95 U1 100 100 0 U1 100 100 90 U1 100 100
100 U1 500 100 100 U1 500 100 100 U1 500 100
100 U1 1000 100 85 U1 1000 100 100 U1 1000 100
20 U2 10 100 0 U2 10 100 10 U2 10 100
95 U2 100 100 10 U2 100 100 85 U2 100 100
100 U2 500 100 100 U2 500 100 100 U2 500 100
100 U2 1000 100 65 U2 1000 100 100 U2 1000 100
0 U3 10 100 0 U3 10 100 20 U3 10 100
95 U3 100 100 25 U3 100 100 100 U3 100 100
100 U3 500 100 70 U3 500 100 100 U3 500 100
100 U3 1000 100 75 U3 1000 100 100 U3 1000 100
0 U4 10 100 0 U4 10 100 30 U4 10 100
90 U4 100 100 0 U4 100 100 95 U4 100 100
100 U4 500 100 50 U4 500 100 100 U4 500 100
100 U4 1000 100 65 U4 1000 100 100 U4 1000 100
25 U5 10 100 0 U5 10 100 5 U5 10 100
40 U5 100 100 25 U5 100 100 75 U5 100 100
100 U5 500 100 75 U5 500 100 100 U5 500 100
100 U5 1000 100 90 U5 1000 100 100 U5 1000 100
15 U6 10 100 0 U6 10 100 10 U6 10 100
35 U6 100 100 40 U6 100 100 80 U6 100 100
100 U6 500 100 65 U6 500 100 100 U6 500 100
100 U6 1000 100 95 U6 1000 100 100 U6 1000 100

44
Lampiran 9. Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi
(ppm) ekstrak surian asal Bogor n-heksana

Probit Analysis: mortalitas; n versus konsentrasi

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count


mortalitas Success 1343
Failure 1057
n Total 2400

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard
Variable Coef Error Z P
Constant -8,78756 0,368480 -23,85 0,000
konsentrasi 1,65663 0,0700740 23,64 0,000
Natural
Response 0

Log-Likelihood = -441,054

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P
Pearson 128,650 2 0,000
Deviance 79,367 2 0,000

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

Standard 95,0% Normal CI


Parameter Estimate Error Lower Upper
Shape 1,65663 0,0700740 1,52482 1,79982
Scale 201,239 7,34137 187,353 216,155

Table of Percentiles

95,0% Fiducial
Standard CI
Percent Percentile Error Lower Upper
1 12,5244 1,48056 9,73799 15,5255
2 19,0895 1,93545 15,3888 22,9575
3 24,4585 2,24210 20,1334 28,9049
4 29,1875 2,47656 24,3817 34,0739
5 33,5010 2,66715 28,3028 38,7441
6 37,5170 2,82798 31,9870 43,0610
7 41,3072 2,96721 35,4897 47,1117
8 44,9191 3,09007 38,8479 50,9539
9 48,3860 3,20010 42,0879 54,6275
10 51,7327 3,29985 45,2293 58,1623
20 81,3756 4,00472 73,4547 89,1709

45
30 108,006 4,53820 99,0842 116,909
40 134,158 5,12046 124,203 144,330
50 161,298 5,87492 150,038 173,151
60 190,895 6,91960 177,837 205,091
70 225,100 8,42191 209,458 242,675
80 268,206 10,7205 248,610 290,967
90 332,935 14,8643 306,226 365,091
91 342,049 15,5037 314,245 375,660
92 352,053 16,2197 323,023 387,295
93 363,173 17,0324 332,753 400,268
94 375,739 17,9709 343,715 414,977
95 390,254 19,0807 356,336 432,030
96 407,551 20,4372 371,320 452,433
97 429,164 22,1815 389,963 478,049
98 458,467 24,6278 415,109 512,980
99 505,909 28,7699 455,531 569,987

Probability Plot for mortalitas

Lampiran 9. Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi


(ppm) Ekstrak Surian asal Bogor etil asetat

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count


mortalitas Success 1830
Failure 570
n Total 2400

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard
Variable Coef Error Z P
Constant -6,40840 0,306122 -20,93 0,000
konsentrasi 1,67501 0,0713753 23,47 0,000
Natural
Response 0

Log-Likelihood = -229,975

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P
Pearson 0,0000000 2 1,000
Deviance 0,0000000 2 1,000

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

Standard 95,0% Normal CI


Parameter Estimate Error Lower Upper

46
Shape 1,67501 0,0713753 1,54080 1,82091
Scale 45,8731 1,86496 42,3597 49,6780

Table of Percentiles

95,0% Fiducial
Standard CI
Percent Percentile Error Lower Upper
1 2,94334 0,406339 2,19291 3,78124
2 4,46551 0,540563 3,45064 5,56364
3 5,70589 0,634307 4,50378 6,98365
4 6,79592 0,708019 5,44534 8,21394
5 7,78846 0,769376 6,31356 9,32268
6 8,71129 0,822222 7,12884 10,3453
7 9,58124 0,868794 7,90368 11,3029
8 10,4094 0,910524 8,64642 12,2095
9 11,2037 0,948392 9,36300 13,0748
10 11,9698 0,983098 10,0578 13,9061
20 18,7351 1,23123 16,3125 21,1377
30 24,7891 1,39620 22,0315 27,5076
40 30,7181 1,53182 27,6933 33,7052
50 36,8578 1,66286 33,5852 40,1149
60 43,5403 1,81008 40,0003 47,1120
70 51,2492 2,00158 47,3718 55,2409
80 60,9460 2,29296 56,5638 65,5865
90 75,4753 2,85430 70,1266 81,3756
91 77,5185 2,94537 72,0132 83,6237
92 79,7604 3,04863 74,0774 86,0980
93 82,2517 3,16737 76,3645 88,8568
94 85,0658 3,30645 78,9394 91,9843
95 88,3152 3,47337 81,9017 95,6102
96 92,1855 3,68073 85,4155 99,9486
97 97,0192 3,95217 89,7827 105,396
98 103,569 4,34073 95,6646 112,824
99 114,162 5,01564 105,100 124,949

Probability Plot for mortalitas

Lampiran 10. Probit Analysis: mortalitas (%); n (%) versus konsenterasi


(ppm) Ekstrak Surian asal Bogor Metanol

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count


mortalitas Success 1476
Failure 924
n Total 2400

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard
Variable Coef Error Z P
Constant -6,22313 0,249529 -24,94 0,000
konsentrasi 1,23144 0,0477419 25,79 0,000
Natural
Response 0

47
Log-Likelihood = -539,491

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P
Pearson 2,25031 2 0,325
Deviance 2,37616 2 0,305

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

Standard 95,0% Normal CI


Parameter Estimate Error Lower Upper
Shape 1,23144 0,0477419 1,14134 1,32866
Scale 156,575 6,04361 145,166 168,879

Table of Percentiles

95,0% Fiducial
Standard CI
Percent Percentile Error Lower Upper
1 3,73576 0,570727 2,70389 4,93780
2 6,58595 0,866826 4,98625 8,37695
3 9,19211 1,09677 7,14408 11,4338
4 11,6597 1,28991 9,23123 14,2766
5 14,0352 1,45853 11,2720 16,9775
6 16,3443 1,60924 13,2804 19,5762
7 18,6035 1,74611 15,2654 22,0975
8 20,8243 1,87188 17,2332 24,5585
9 23,0148 1,98850 19,1887 26,9714
10 25,1814 2,09742 21,1353 29,3455
20 46,3164 2,93126 40,5827 52,0705
30 67,7862 3,54797 60,8264 74,7437
40 90,7449 4,12362 82,6848 98,8722
50 116,269 4,78370 106,999 125,791
60 145,845 5,67500 134,988 157,302
70 182,048 7,02407 168,823 196,475
80 230,437 9,28565 213,266 249,884
90 308,220 13,8547 283,119 337,890
91 319,624 14,6052 293,226 350,981
92 332,263 15,4578 304,391 365,540
93 346,458 16,4406 316,889 381,951
94 362,680 17,5946 331,121 400,778
95 381,653 18,9839 347,702 422,894
96 404,581 20,7164 367,652 449,749
97 433,706 22,9956 392,865 484,053
98 474,007 26,2824 427,540 531,847
99 541,146 32,0641 484,818 612,226

Probability Plot for mortalitas

Lampiran 11. Probit Analysis: mortalitas; n versus konsenterasi ekstrak


surian asal Kuningan n-heksana
Distribution: Weibull

Response Information

48
Variable Value Count
mortalitas Success 1810
Failure 590
n Total 2400

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard
Variable Coef Error Z P
Constant -4,49024 0,223057 -20,13 0,000
konsentrasi 1,13404 0,0522054 21,72 0,000
Natural
Response 0

Log-Likelihood = -470,850

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P
Pearson 0,0015015 2 0,999
Deviance 0,0029980 2 0,999

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

Standard 95,0% Normal CI


Parameter Estimate Error Lower Upper
Shape 1,13404 0,0522054 1,03620 1,24112
Scale 52,4323 2,22880 48,2410 56,9878

Table of Percentiles

Standard 95,0% Fiducial CI


Percent Percentile Error Lower Upper
1 0,907633 0,182486 0,589060 1,30373
2 1,67996 0,291332 1,15736 2,29640
3 2,41287 0,379494 1,72126 3,20420
4 3,12376 0,455578 2,28417 4,06412
5 3,82053 0,523329 2,84774 4,89238
6 4,50768 0,584822 3,41299 5,69802
7 5,18814 0,641363 3,98060 6,48682
8 5,86398 0,693843 4,55108 7,26273
9 6,53674 0,742906 5,12485 8,02868
10 7,20760 0,789039 5,70225 8,78688
20 13,9694 1,14648 11,7307 16,2198
30 21,1247 1,40090 18,3633 23,8558
40 28,9969 1,61382 25,8113 32,1454
50 37,9523 1,83068 34,3587 41,5510
60 48,5422 2,11073 44,4518 52,7530
70 61,7571 2,55571 56,9015 66,9675
80 79,7711 3,37747 73,5141 86,8478
90 109,396 5,21683 100,011 120,683
91 113,799 5,53293 103,877 125,813
92 118,693 5,89551 108,157 131,543
93 124,210 6,31745 112,959 138,033
94 130,537 6,81781 118,441 145,518
95 137,969 7,42637 124,845 154,361
96 146,993 8,19353 132,576 165,167

49
97 158,518 9,21485 142,384 179,073
98 174,575 10,7080 155,938 198,625
99 201,582 13,3816 178,483 231,929

Probability Plot for mortalitas

Lampiran 12. Probit Analysis: mortalitas; n versus konsenterasi Ekstrak


Surian asal Kuningan Etil Asetat

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count


mortalitas Success 1765
Failure 635
n Total 2400

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard
Variable Coef Error Z P
Constant -3,60146 0,173256 -20,79 0,000
konsentrasi 0,862962 0,0389496 22,16 0,000
Natural
Response 0

Log-Likelihood = -633,037

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P
Pearson 3,14297 2 0,208
Deviance 4,91594 2 0,086

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

Standard 95,0% Normal CI


Parameter Estimate Error Lower Upper
Shape 0,862962 0,0389496 0,789901 0,942780
Scale 64,9336 3,21828 58,9226 71,5579

Table of Percentiles

Standard 95,0% Fiducial CI


Percent Percentile Error Lower Upper
1 0,314338 0,0791307 0,183114 0,494991
2 0,705958 0,152516 0,444125 1,04260
3 1,13606 0,221750 0,747568 1,61615
4 1,59505 0,287764 1,08360 2,20969
5 2,07820 0,351115 1,44718 2,82045
6 2,58274 0,412183 1,83524 3,44685
7 3,10685 0,471245 2,24572 4,08794
8 3,64927 0,528516 2,67715 4,74309

50
9 4,20912 0,584165 3,12848 5,41189
10 4,78574 0,638333 3,59889 6,09409
20 11,4185 1,11868 9,27279 13,6504
30 19,6627 1,52844 16,6913 22,6807
40 29,8137 1,91666 26,0762 33,5969
50 42,4637 2,35096 37,9084 47,1451
60 58,6778 2,95430 53,0416 64,6669
70 80,5171 3,96789 73,1197 88,7689
80 112,710 5,92423 101,962 125,405
90 170,689 10,5363 152,129 194,028
91 179,772 11,3563 159,833 205,021
92 190,001 12,3060 168,467 217,468
93 201,689 13,4232 178,284 231,773
94 215,298 14,7641 189,651 248,532
95 231,548 16,4176 203,144 268,679
96 251,650 18,5359 219,724 293,793
97 277,893 21,4115 241,203 326,871
98 315,460 25,7220 271,661 374,744
99 381,100 33,7251 324,186 459,676

Probability Plot for mortalitas

Lampiran 13. Probit Analysis: mortalitas (ekor); n (ekor) versus


konsenterasi (ppm) Ekstrak Surian asal Kuningan Metanol

Probit Analysis: mortalitas; n versus konsentrasi

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count


mortalitas Success 1035
Failure 1365
n Total 2400

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard
Variable Coef Error Z P
Constant -6,13352 0,242243 -25,32 0,000
konsentrasi 0,988016 0,0380420 25,97 0,000
Natural
Response 0

Log-Likelihood = -952,777

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P
Pearson 86,2730 2 0,000
Deviance 98,8650 2 0,000

Tolerance Distribution

51
Parameter Estimates

Standard 95,0% Normal CI


Parameter Estimate Error Lower Upper
Shape 0,988016 0,0380420 0,916199 1,06546
Scale 496,665 17,1727 464,122 531,490

Table of Percentiles

95,0% Fiducial
Standard CI
Percent Percentile Error Lower Upper
1 4,72076 0,879023 3,18273 6,63099
2 9,57016 1,52683 6,82799 12,8061
3 14,5008 2,08750 10,6940 18,8616
4 19,5033 2,59207 14,7252 24,8639
5 24,5741 3,05529 18,8950 30,8441
6 29,7114 3,48582 23,1881 36,8205
7 34,9146 3,88936 27,5945 42,8055
8 40,1835 4,26998 32,1078 48,8082
9 45,5184 4,63068 36,7231 54,8357
10 50,9199 4,97382 41,4371 60,8937
20 108,830 7,73284 93,7436 124,027
30 174,947 9,75567 155,734 193,979
40 251,651 11,4666 229,045 274,038
50 342,735 13,3013 316,698 368,930
60 454,607 15,9602 423,841 486,573
70 599,319 20,7075 560,259 641,771
80 803,979 30,0924 748,577 867,296
90 1155,24 51,7830 1062,24 1267,19
91 1208,76 55,5580 1109,24 1329,22
92 1268,62 59,9028 1161,61 1398,89
93 1336,52 64,9782 1220,78 1478,29
94 1414,97 71,0232 1288,83 1570,44
95 1507,81 78,4129 1369,00 1680,09
96 1621,53 87,7852 1466,68 1815,18
97 1768,29 100,357 1591,98 1990,70
98 1975,38 118,923 1767,48 2240,44
99 2329,99 152,665 2064,95 2673,04

Probability Plot for mortalitas

52
Lampiran 14. Hasil Pengujian Pyr-GC-MS Ekstrak Etil Asetat Kayu Teras
Surian Asal Bogor

53
54
Lampiran 15. Hasil Pengujian Pyr-GC-MS Ekstrak n-heksana kayu teras
Surian asal Kuningan

55

You might also like