Professional Documents
Culture Documents
May Sri Achmadini-1143020107 Ringkasan Skripsi PDF
May Sri Achmadini-1143020107 Ringkasan Skripsi PDF
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Syariat Islam yang dibawa oleh Rasul terakhir memiliki sifat istimewa
yakni komprehensif dan universal. Komprehensif berarti mencakup seluruh
aspek kehidupan baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah). Universal,
bermakna bahwa syariat dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat
dan dalam keadaan apapun sampai akhir nanti.1 Keuniversalan tersebut
tampak jelas sekali terutama dalam bidang muamalah, dimana ia bukan saja
luas dan fleksibel bahkan tidak memberikan perlakuan khusus bagi muslim
dan membedakannya dari non muslim..
Konsep kepemilikan dalam Islam menjelaskan bahwa segala sesuatu
yang ada di langit dan di muka bumi ini sebenarnya adalah milik Allah,
termasuk harta benda yang diperoleh manusia bahkan manusia itu sendiri
adalah milik Allah. Kepemilikan manusia terhadap harta yang bersifat
relatif hanya sebatas hak pakai.2 menurut Mustafa Ahmad Zarqa’ yang
dikutip oleh Nasrun Haroen bahwa dalam kepemilikan dan penggunaan
harta, disamping untuk kemaslahatan pribadi pemilik harta, juga harus dapat
memberikan manfaat dan kemaslahatan untuk orang lain.3
Sebagai seorang muslim dalam segala aspek kehidupan termasuk
ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan ajaran islam. Pada zaman modern
ini kegiatan perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya lembaga
perbankan, maka kedudukan bank Islam merupakan salah satu bentuk
perekonomian yang dianjurkan oleh Islam. Bank Islam didirikan untuk
menciptakan kemaslahatan umat Islam, maka dalam praktiknya tidak boleh
bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam itu sendiri. Prinsip utama yang
menjadi dasar operasional bank Islam diantaranya prinsip At-Ta’awun
merupakan prinsip untuk saling membantu dan bekerja sama antara anggota
masyarakat dalam berbuat kebaikan, prinsip menghindar Al-Ikhtinaz seperti
membiarkan uang tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi
masyarakat umum.4 Selain itu, prinsip utama yang dianut oleh bank Islam
diantaranya: (1) Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi, (2)
Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada
memperoleh keuntungan yang sah menurut syariah, (3) Memberikan zakat,
1
Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 15
2
Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking... hlm. 17
3
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. 75
4
Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking... hlm. 296
karena Islam menjadikan harta sebagai objek zakat.5 Dalam ekonomi Islam,
pelaku ekonomi harus memperhatikan kepentingan umat dengan
memberikan tanggung jawab sosial terhadap orang miskin. Itulah sebabnya
Islam melarang kekayaan hanya bertumpuk pada segelintir orang, dan zakat
merupakan bagian dari strategi dari masalah tersebut.
Pada realitas kontemporer muncul beragam aktivitas ekonomi yang
tidak ada di masa lampau. Hal itu membutuhkan penjelasan hukum dan
asas-asas perhitungan zakat atas harta dan perhitungan tersebut, misalnya
aktivitas investasi harta dalam bentuk saham dan obligasi, investasi dalam
bidang industri, agrobisnis, atau jasa telekomunikasi dan internet yang
dilakukan oleh individu ataupun perusahaan.
Dalam masalah ini salah satu bentuk realisasinya adalah dengan
adanya bank syariah yang ikut mengelola urusan zakat sebagaimana bank
BRISyariah yang berfungsi memberikan kemudahan kepada para
nasabahnya untuk berzakat yang dipotong secara otomatis dari bagi hasil
yang diterima dari pada nasabahnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh,
fasilitas penarikan zakat secara otomatis yang disediakan dalam produk
Deposito di BRISyariah ini diambil dari jumlah bagi hasil yang diterima
para nasabah. Ketika sejak awal pengisian formulir, nasabah ditawarkan
fasilitas penarikan zakat secara otomatis.
b. Rumusan Masalah
Hukum zakat mal merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang
memiliki harta dan telah mencapai dua syarat, yakni nishab atau batas
minimal yang telah ditentukan dari jumlah harta, serta haul atau masa
tersimpannya harta selama satu tahun. Untuk memudahkan pelaksanaan
zakat tersebut maka, Bank BRI Syariah menyediakan fitur penarikan zakat
secara otomatis bagi nasabahnya. Namun dalam praktiknya penarikan zakat
tersebut tidak memperhatikan dua syarat yang telah ditentukan.
Berdasarkan rumusan ini, maka dapat diajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan penarikan zakat otomatis pada produk
Deposito di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Citarum?
2. Bagaimana analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap pelaksanaan
penarikan zakat otomatis pada produk Deposito di Bank BRI Syariah
Kantor Cabang Citarum?
5
Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking... hlm. 298
2. Untuk mengetahui analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap
pelaksanaan penarikan zakat otomatis pada produk Deposito di Bank
BRI Syariah Kantor Cabang Citarum.
2. METODOLOGI
Penelitian ini mempergunakan metode deskriptif yakni dengan cara
mengumpulkan, mempelajari, menganalisa, dan menafsirkan serta
memaparkan data-data yang ada kaitannya dengan pemotongan zakat dari
bagi hasil Deposito BRISyariah iB di Bank BRI Syariah. Metode deskriptif
yaitu suatu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai kejadian
dengan tujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Penelitian secara deskriptif mencoba memperoleh jawaban atas
pertanyaan siapa (who), apa (what), kapan/bilamana (when), dan kadang
kala/bagaimana (how). Maka hasil penelitian ini berupa pendeskripsian
berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat.6
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Data kualitatif adalah
data yang diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data
misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi, terfokus, atau observasi
yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data
kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman
video
Adapun langkah terakhir yang dilakukan oleh penulis adalah
menganalisis data dengan cara mengklasifikasikan data tersebut dan
menyusun kedalam satuan-satuan menurut rumusan masalah,
6
Ninit Alfianika, Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:
Depublish, 2016), hlm. 20.
menghubungkan antara data yang ditemukan dengan data lain dengan
berpedoman pada kerangka pemikiran yang telah ditentukan, menganalis data
dengan menggunakan metode kualitatif kemudian menghubungkan data
dengan teori. menarik kesimpulan dari data yang telah dianalisis sebelumnya
dengan memperhatikan kerangka pemikiran.
3. KERANGKA TEORITIK
Dalam prinsip ekonomi Islam, seorang muslim yang mempunyai
kekayaan melebihi tingkat tertentu (nishab) diwajibkan untuk mengeluarkan
zakat atas hartanya tersebut. Zakat merupakan zakat merupakan alat
distribusi sebagian kekayaan orang kaya, yang diberikan kepada orang
miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Menurut pendapat para ulama,
kadar zakat yang wajib dikeluarkan untuk semua kekayaan yang tidak
produktif (idle asset) sebesar 2,5%, termasuk didalamnya uang kertas,
deposito, emas, perak, dan permata, pendapatan bersih dari transaksi.7
Dalam menjalankan aktifitasnya, salah satu fungsi bank syariah adalah
sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat, dan
penerimaan serta penyaluran dana kebajikan,8 sebagaimana tercantum dalam
Pasal (4) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
yang menyatakan bahwa Bank Syariah boleh menerima dana yang berasal
dari zakat, infaq, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.9 Dalam hal ini, produk
Deposito pada Bank BRI Syariah menyediakan fitur penarikan zakat secara
otomatis yang diambil dari bagi hasil yang diterima nasabahnya, dan terdapat
sekitar 50% nasabah dalam produk ini bersedia dipotong jumlah bagi
hasilnya sebagai zakat.
Meskipun pada awalnya terdapat perjanjian antara kedua belah pihak,
namun perlu ditinjau lebih dalam lagi mengenai penarikan zakat secara
otomatis pada salah satu produk di Bank BRI Syariah ini. Apakah telah
sesuai dengan ketentuan zakat bila ditinjau dari hukum ekonomi syariah.
Layanan ini disediakan untuk memudahkan serta mengefektifkan
pelayanan produk Deposito dan pembayaran zakat, sehingga masyarakat
lebih peduli dan mengaplikasikan zakat dalam rangka mendekatkan diri
kepada sang pencipta serta meningkatkan kepedulian sosial.
Sesuai dengan ketentuan ajaran Islam yang selalu menetapkan aturan
pada setiap kewajaban yang diberikan kepada umatnya, maka pada kewajiban
zakat pun terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Antara lain
adalah haul (genap satu tahun) sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat
Al-An’am [6] Ayat 141:
7
Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking... hlm. 290
8
Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking... hlm.307
9
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
َ ْ َو َءاتُوا...
َ ح َّق ُهۥ يَ ۡو َم
... ِ ح َصادِه
“dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
disedekahkan kepada fakir miskin)” (Q.S Al-An’am [6]: 141)10
Selain haul, syarat wajibnya zakat juga harus mencapai nishab (batas
minimal harta yang dikenakan zakat), sebagaimana Hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Dawud, al-Baihaqi dari Ali r.a., dari Rasulullah Saw.,
4. PEMBAHASAN
a. Pelaksanaan Penarikan Zakat Otomatis Pada Produk Deposito Di
Bank BRI Syari’ah KC Bandung Citarum
10
Soenarjo, dkk, Al-Qur’an dan terjemahnya... Q.S: 6/141
11
H.R Abu Daud: 1573, Sunan Abu Daud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab fii
zakaati as saaimah, Juz. 2, hlm.100
mengelola dana tersebut, juga keuntungan yang akan dibagikan sesuai
nisbah yang telah disepakati bersama.
Untuk mengetahui dan memahami proses pelaksanaan serta
mekanisme produk deposito mudharabah di BRI Syariah Kantor Cabang
Citarum, penulis menggunakan metode wawancara yaitu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab
secara langsung dengan Ibu Agustin Ayu S sebagai funding officer di BRI
Syariah Kantor Cabang Citarum.
Adapun pelaksanaan penarikan zakat otomatis pada produk deposito
mudharabah di bank BRI Syariah Kantor Cabang Citarum adalah sebagai
berikut:
1. Nasabah melakukan pembukaan deposito mudharabah di Bank BRI
Syariah Kantor Cabang Citarum
2. Menentukan nominal dan jangka waktu
3. Persetujuan kedua belah pihak
4. Perjanjian kedua belah pihak
Dalam hal ini pihak nasabah dan bank melakukan perjanjian
dengan akad mudharabah mutlaqah. Dalam akad juga nasabah
menentukan pilihan apakah menyetujui atau tidak menyetujui
pembayaran zakat atas nisbah bagi hasil yang diterima. Perjanjian
tersebut bersifat mengikat serta merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan syarat dan ketentuan umum.
5. Penarikan zakat secara otomatis atas bagi hasil yang diterima
Penarikan zakat yang dilakukan secara otomatis dari bagi hasil
yang didapatkan merupakan salah satu fasilitas yang bersifat pilihan
yang disediakan oleh pihak bank dalam produk deposito mudharabah.
Pada saat nasabah melakukan pengisian formulir permohonan
penempatan deposito mudharabah, terdapat kolom yang berupa
pilihan apakah nasabah bersedia atau tidak bersedia untuk dipotong
zakat atas bagi hasil yang diterimanya sebesar 2,5%, selain pada
formulir penempatan deposito, pilihan pembayaran zakat atas bagi
hasil yang diterima juga terdapat dalam akad yang telah
ditandatangani kedua belah pihak. Dalam hal ini jika nasabah bersedia
dan menyetujui itu maka secara otomatis bagi hasil yang diterimanya
setiap bulan akan dipotong sebesar 2,5%. Dari dana zakat yang
terkumpul tersebut pihak bank selanjutnya akan menyalurkannya ke
rekening badan amal yakni BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional).
12
H.R Bukhari: 1924, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab laisa fiimaa
duuna khomsin dzudu shodaqotin Juz.2, hlm. 119
13
Al-Syarbaini Al-Khatib, Al-Mughni, (Beirut: t.t), Jilid.2, hlm.495
14
al-Mausu’ah al-Fiqhiyah 35/48
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membayar zakat
sebelum mencapai nishab maka zakatnya tidak sah, dalam artian harta
yang dikeluarkan tersebut tidak terhitung dan tidak dianggap sebagai
zakat. Meskipun orang yang mengeluarkannya mendapat pahala sedekah
dari harta yang telah diberikan kepada fakir miskin.
Sedangkan syarat wajib haul, bagi zakat deposito adalah telah genap
satu tahun qomariyah. Adapun jika seseorang menunaikan zakat sebelum
datang masa haulnya, maka dalam hal ini terdapat dua pendapat yang
berbeda.
Pendapat pertama datang dari Malikiyah dan Zahiriyah, mereka
mengatakan tidak boleh mengeluarkan zakat sebelum datangnya masa
haul. Alasannya karena zakat merupakan ibadah seperti shalat yang tidak
boleh dilakukan sebelum datang syarat wajibnya. Dan karena haul
merupakan syarat zakat maka tidak boleh mendahulukan zakat sebelum
haul.15
Pendapat kedua merupakan pendapat yang datang dari jumhur ulama
(Syafi’iyah, Hanafiyah, Hanabilah) yang menyatakan bolehnya membayar
zakat sebelum tiba haul sebagai bentuk ibadah sunnah, juga karena zakat
merupakan kewajiban atas harta, sehingga pembayarannya boleh
didahulukan sebagaimana bolehnya pembayaran hutang sebelum jatuh
tempo.16 Dan ini merupakan pendapat yang lebih kuat karena berdasarkan
hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalib, Ia berkata:
َ َ أَ هَن الْ َع هَب
ُ ْاس بْ َن َعبْ ِد ال
جيْ ِل َْ َِب َسأ َل انلهَ ه
ِ ب صىل اّلل عليه وسلم ِِفْ تع ِ لطَـم ه
ِ
َ َ ْ ُ َ َ ََ َ َ َ ْ َ َ ْ َ هَ َ َ ه
ِف ذل ِكِ فرخص ل, صدقتِهِ قبل أن َتِل
“Bahwasanya Al-’Abbas bin Abdul Muththalib bertanya kepada
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tentang maksudnya untuk
menyegerakan pengeluaran zakatnya sebelum waktunya tiba. Maka
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memberi kelonggaran
kepadanya untuk melakukan hal itu.” (HR. Ad-Darimi 2/1017
no.1676)17
Juga dalam riwayat lain, dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa Nabi
SAW pernah berpesan kepada Umar bin Khattab r.a, Ia berkata:
ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ
ِ إِنا ق ْد أخذنا َزَكةَ ال َع َّب
ِاس ََع َم األ َّو ِل ل ِل َعام
15
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu... hlm.187
16
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu... hlm.187
17
H.R Ad-Darimi: 1676, Sunan Ad-Darimi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab fii
ta’jiili az zakaati, Juz.2, hlm.1017
“Saya telah menarik zakatnya Abbas, tahun kemarin untuk tahun
ini.” (HR. Turmudzi 2/56 no.679).18
5. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan penarikan zakat otomatis pada produk deposito di BRI
Syari’ah KC Citarum, pertama nasabah diharuskan mengisi formulir
permohonan penempatan deposito mudharabah dan menanda tangani
akad mudharabah untuk pembukaan deposito, yang mana di dalam
formulir dan klausul akad tersebut terdapat pilihan bagi nasabah apakah
bersedia atau tidak untuk melakukan pembayaran zakat atas nisbah yang
diterimanya sebesar 2,5%. Apabila nasabah menyetujui pembayaran
zakat tersebut, maka secara otomatis pihak bank akan memotong bagi
18
H.R At-Turmudzi: 679, Sunan At-Turmudzi bisyaari, Al-Maktabah Asy-Syamilah,
Bab maa jaa’a fii ta’jiili az zakati, Juz.2, hlm.56
19
H.R Ad-Darimi: 1676, Sunan Ad-Darimi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab fii
ta’jiili az zakaati, Juz.2, hlm.1017
hasil yang diterima nasabah tiap bulannya sebesar 2,5% sebagai
pembayaran zakat. Dari dana zakat yang sudah terkumpul, selanjutnya
pihak bank akan menyalurkannya ke rekening BAZNAS (Badan Amil
Zakat Nasional).
b. Analisis hukum ekonomi syariah terhadap penghimpunan dana zakat
yang dilakukan BRI Syariah KC Citarum, yang melakukan pemotongan
secara otomatis sebesar 2,5% dari bagi hasil yang diberikan setiap
bulannya, hal tersebut bertolak belakang dengan ketentuan pelaksanaan
zakat menurut al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena bank tidak
memperhatikan syarat wajib zakat khususnya mengenai nishab dan haul,
padahal nishab merupakan sebab wajib zakat yang apabila ditunaikan
sebelum nishabnya sempurna maka tidak sah dan tidak dapat dikatakan
sebagai zakat, meskipun orang orang yang mengeluarkannya mendapat
pahala sedekah dari harta yang telah diberikan. Adapun pelaksanaan
zakat sebelum haul, menurut sebagian besar ulama hal tersebut boleh
dilakukan dengan catatan nishabnya sudah terpenuhi.
6. DAFTAR PUSTAKA