You are on page 1of 62

Program Pendidikan Khusus

Praktisi/Pengacara Pajak (PKP3)

“Omnibus Law dan


Pengaruhnya terhadap
Profesi Praktisi
Perpajakan”

Yustinus Prastowo
Jakarta,
Center10 Maret 2020
for Indonesia Executive Director of Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA)
Taxation Analysis
Outline
01 Background

02 Substansi Omnibus Law Perpajakan

03 Pengaruh Omnibus Law terhadap Sistem Perpajakan

04 Profesi Praktisi Perpajakan

Role Praktisi Perpajakan dalam Perubahan Sistem Perpajakan


05

06 Apa yang Perlu Disiapkan?


01
Background
Facing Global Turbulence
Membaca dan Membangun Tax
Global Economy Policy Tax Reform Ecosystem dan
Memahami Tren
Turbulence: VUCA
Global Transformation ‘Sadar Pajak’
Environment

Shifts in International Thinking Shifting Paradigm


On Fiscal Policy…

First Shift Second Shift Third Shift Fourth Shift

Trade-off between
Fiscal policy as a Moving beyond Fiscal policy in an
stabilization and
stabilisation tool economic growth uncertain
sustainability
environment

Pergeseran isu utama kebijakan fiskal dari pengeluaran/ expenditure menjadi pendapatan/ revenue…
FOREIGN DIRECT INVESTMENT IN INDONESIA
Kinerja Investasi:
Meningkat tapi
Lambat 195,1
200,5
205,7

185,3 185,9
179,6
PMDN PMA Total 176,6 176,3
173,8
170,8
165,8
159,4
155,3
151,6
145,4 146,5
140,3
135,1

124,6
119,9 120,4
116,2
109,8 111,7 112
108,9 107,9
105,3 106,6 104,9 105
99,8 100,5 99,2 99,4 99,7 101,3 100,7
97 99
93 92,2 92,5
96,1 95,7 95,6 INWARD FDI STOCKS IN SOME COUNTRIES (% TO GDP
89,1 87,2
84,7 86,9
82,1 80,6
78 78,3 78,7
76,4
71,2 72
66,7 67 68,8 67,6
65,5 64,9
61
58,1
55,6
50,4 52,2
47,8 46,2
41,6 41,7 42,5 42,9
38,2
33,1 33,5 34,1 34,6
27,5

q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: BKPM
Investment Ranking in ASEAN

Sumber: KPMG international, 2019 6


Indonesia: The Most Restrictive Country Towards FDI
FDI RRI, 2018 0,31

0,26 0,26

0,21
0,19

0,14

0,09 0,09
0,07
0,06 0,06 0,06
0,03
0,01
0,0

The Foreign Direct Investment Regulatory Restrictiveness Index (FDI RRI) measures four types of statutory restrictions
on foreign direct investment: (i) foreign equity restrictions, (ii) screening and prior approval requirements, (iii) rules for
key personnel, and (iv) other restrictions on the operation of foreign enterprises. The FDI RRI is a composite index
which takes values between 0 and 1, with 1 being the most restrictive.
Sumber: OECD, FDI Regulatory Restrictiveness Index dalam Economic Challenges in Jokowi’s Second Term oleh Faisal Basri (Juli 2019) 7
What Matters to Investors in Developing Countries
Berdasarkan Global Competitiveness Survey 2017/2018

Sumber: World Bank


Apa Keluhan Investor Terkait Pajak?
Major Obstacles which have been faced by Strategic Investors

•Pajak sebagai salah Investor akan Serta segala


satu faktor dalam mempertimbangkan jenis pajak dan
penentuan lokasi tarif pajak, insentif beban-beban
investasi. pajak, transparansi, lainnya dapat
Kebijakan Fiskal kesederhanaan diterima
menjadi kendala utama sistem pemungutan, (bernilai wajar),
yang mempengaruhi dan kepastian stabil, dan dapat
persepsi investor peraturan diprediksi untuk
global. perpajakan, jangka panjang.

Tax Incentives for Investment A Global Perspective: Experiences in MENA and Non-Mena Countries. (OECD: 2007) Sumber: Fraser 9Institute 2018
02
Substansi Omnibus Law Perpajakan
Antara “Bus” dan “Omnibus”
Secara etimologis, kata Inggris “bus” berasal dari kata Latin “omnibus”. Kata itu diadopsi
ke dalam bahasa Inggris dari frasa campuran Prancis-Latin "voiture omnibus", yang berarti
"kendaraan untuk semua".

Kendaraan tersebut berupa kendaraan panjang yang ditarik oleh kuda (semacam kereta
kuda). Istilah ini muncul di Prancis sekitar tahun 1820-30-an. Frasa itu bermula dari toko topi
milik keluarga Omnès di depan stasiun pertama yang dibuka di Nantes oleh Stanislas Baudry
pada 1823. "Omnès Omnibus" adalah permainan kata untuk nama Omnès si penjual topi:
omnes (Latin: nominatif-plural) berarti "semua" dan omnibus (Latin: datif-plural) berarti
"untuk/bagi semua". Dari situ, demikian legenda berkisah, warga Nantes menyebut
kendaraan tersebut sebagai omnibus. Dalam perkembangan dunia transportasi di Prancis,
“omnibus” dikenal sebagai bus besar yang mengangkut banyak orang/barang ke tujuan
yang sama.

Istilah omnibus ini kemudian masuk ke wilayah Amerika Latin dan diadopsi, salah
satunya menjadi terminologi hukum yakni “omnibus law”. Sejak itulah omnibus law masuk
ke Amerika Latin menjadi istilah hukum di mana sebuah undang-undang dapat mengatur
banyak hal.
Sejarah Omnibus Law
1967
Untuk pertama kalinya, pengaturan mengenai
1928 penyadapan dilindungi oleh konstitusi. Pengaturan
perihal penyadapan dinilai penting untuk proses
Supreme Court of the United States
pernah menerima penyadapan sebagai penegakan hukum di bidang kejahatan yang
bukti di pengadilan. terorganisir. Namun, penyadapan juga harus dilakukan
dengan perlindungan prosedural untuk meminimalkan
ancaman terhadap privasi individu.

1937 1968
Kepolisian Amerika ingin menggunakan bukti penyadapan
Pengadilan melarang
di depan pengadilan namun belum ada UU yg mengatur.
penyadapan sebagai
Kekhawatiran atas penyadapan akhirnya menghasilkan The
bukti di pengadilan. 1968 Omnibus Crime Control Act. Jadi, UU ini mengatur
perihal pemberantasan kejahatan terorganisir, kemungkinan
penyadapan, dan kekuasaan diskresioner kepada Presiden
dalam situasi darurat.
Praktik Omnibus Law di Negara Lain
New Philippines
Filipina juga telah mulai

Canada Zealand mereformasi hukum


dalam konteks
Selandia Baru adalah negara yang menggunakan investasi dengan
Negara yang menganut common law system menerbitkan The
omnibus law dalam sektor pajak
Omnibus Investment The Omnibus Investment Code
Kanada menggunakan menggunakan pendekatan Rancangan Undang-Undang: “Taxation Act 2019” Code merupakan serangkaian peraturan
omnibus untuk mengimplementasikan perjanjian yang memberikan insentif
perdagangan internasional. Poin amandemen: Meningkatkan pengaturan pajak komprehensif, baik fiskal maupun
yang saat ini berlaku dalam kerangka yang luas non-fiskal, yang dipertimbangkan
Penerapan (broad-base) dan bertarif rendah (low-rate). oleh Pemerintah Filipina sebagai
Kanada menerbitkan WTO Act yang memodifikasi 23 prioritas pembangunan nasional.
undang-undang yang telah berlaku untuk dapat Kerangka RUU ini sangat penting untuk mendorong
tunduk kepada kewajiban WTO kepatuhan terhadap kewajiban pajak.
Sumber: Regulus E Cabote, 2001, Investment Incentives Under The Omnibus Investment Code Of The Philippines,
Mondaq: Philippines
Sumber: Study Paper, 2006, Possible Use of the Omnibus Legislative Sumber: Explanatory Note, Taxation (KiwiSaver, Student Loans, and
Technique for Implementation of Vietnam’s WTO Obligations and Remedial Matters) Bill New Zealand
Commitments, Institute of Law Science The World Bank

Salah satu omnibus law di


Negara ini Australia adalah Act on
Australia adalah
menggunakan Implementation of US
negara yang
omnibus law untuk FTA yang digunakan
menganut
dapat menerapkan untuk
common law
Turkey system. perjanjian
internasional di
mengimplementasikan
perjanjian perdagangan
negaranya. bebas antara Amerika
Turki adalah negara yang menggunakan omnibus Australia Serikat dengan Australia.
law untuk melakukan amandemen terhadap
peraturan perpajakan.
Poin omnibus: Penambahan perbedaan mata uang sebagai
Aspek amandemen: PPh, PPN, belanja pajak, basis PPN, menjadikan "rasio harga konsumen" sebagai dasar Sumber: Study Paper, 2006, Possible Use of the Omnibus Legislative Technique for Implementation of Vietnam’s WTO

tabungan pensiun, jaminan sosial dan asuransi untuk menentukan kenaikan harga leasing, serta Obligations and Commitments, Institute of Law Science The World Bank

kesehatan pembebasan 70% pajak dalam pembayaran gaji personil


penerbangan swasta.
Januari 2019: Turki menerbitkan Omnibus Law No.
7161 yang membuat beberapa amandemen penting
Konsepsi Omnibus Law: Reformasi Regulasi
Konsepsi Omnibus Law: Penerapan Omnibus Law di
Indonesia
2.1
RUU Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan
untuk Penguatan Perekonomian

(RUU Omnibus Law Perpajakan)


PEMBANGUNAN
Substansi RUU NASIONAL

PENINGKATAN PEREKONOMIAN

MENDORONG MENCIPTAKAN
MENINGKATKAN MENEMPATKAN
PENERAPAN SISTEM KEPATUHAN WAJIB KEADILAN IKLIM
PENDANAAN FASILITAS KE
PERPAJAKAN PAJAK SECARA BERUSAHA DI DALAM
INVESTASI DALAM UU PAJAK
SUKARELA NEGERI

1. Pemajakan Transaksi Bentuk Fasilitas:


Pengaturan Tarif PPh: a.Penentuan Subjek 1. Relaksasi Hak
Pengkreditan Pajak Elektronik: a.Taxholiday.
Pajak Dalam Negeri
a. Penurunan tarif PPh Badan dan Luar Negeri. Masukan bagi a.Penunjukan platform memungut PPN.
secara bertahap 22% (2021 & b.Super deduction.
Pengusaha Kena
2022) & 20% (2023 dst) serta b.Sistem Pemajakan b.Pengenaan pajak atas penghasilan SPLN
Pajak. c.Fasilitas PPh untuk
penurunan tarif PPh Badan WP Teritorial untuk terkait dengan transaksi elektronik di
2. Pengaturan Ulang kawasan ekonomi
Go Public (3% dari tarif umum). penghasilan tertentu Indonesia berupa PPh atau pajak transaksi
Sanksi Administratif khusus.
dari LN. elektronik.
b. Penghapusan PPh atas dividen Perpajakan (Bunga d.PPh untuk surat
dari dalam negeri dan luar 2. Rasionalisasi Pajak Daerah
keterlambatan dan berharga Negara.
negeri seanjang diinvestasikan di denda kesalahan). a.Pemerintah Pusat dapat menetapkan tarif
Indonesia e.Keringanan,
pajak daerah yg berlaku secara nasional.
c. Adanya ruang Penyesuaian Tarif pengurangan &
PPh Pasal 26 atas Bunga dengan b.Pemerintah Pusat dapat menetapkan pembebasan Pajak
PP sanksi dan membatalkan Perda yg Daerah oleh Kepala
menghambat investasi Daerah

UU terdampak: UU KUP, UU PPh, UU PPN, UU Pemda, UU PDRD, UU KEK, UU Penanaman Modal


17
Kluster Isu Omnibus Law Perpajakan
Moderasi
Penurunan Tarif PPh dan PPh atas Dividen

Relaksasi
PPN, Sanksi, Subjek Pajak Luar Negeri
dan Dalam Negeri

Ekstensifikasi
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE),
Revitalisasi Faktur Pajak, Penentuan Barang Kena Cukai

Penataan Regulasi
Fasilitas dan Pajak Daerah
Moderasi

Penurunan tarif PPh dan PPh atas Dividen


Penurunan Tarif PPh Badan
Saat ini:
• Ps. 17 (1) UU PPh: Tarif pajak yang dikenakan kepada
badan adalah 25%.
• Untuk WP Badan Dalam negeri yang memiliki
sedikitnya 40% jumlah keseluruhan saham yang
disetor dan diperdagangkan di BEI  Tarif yang
dikenakan sebesar 5% lebih rendah daripada tarif
normal.

RUU Omnibus:
Tarif pajak yang dikenakan kepada badan adalah
22% (berlaku pada tahun 2021-2022) & 20%
(mulai berlaku pada tahun 2023).
Untuk WP Badan Dalam negeri yang berbentuk
Perseroan Terbuka, dengan jumlah keseluruhan
saham yang disetor diperdagangkan pada BEI
Secara umum tarif PPh Badan kita juga bukan min. 40%, dan memenuhi syarat tertentu  Dapat
yang tertinggi di ASEAN memperoleh tarif sebesar 3% lebih rendah.
PENGHAPUSAN PPh ATAS DIVIDEN
DARI DN DAN LN
Penghapusan PPh atas dividen yang diterima WPDN (Badan & OP) untuk memberi ruang pendanaan dari
dalam negeri dan luar negeri untuk menambah investasi

% %

%
%

%
%

Sumber: Materi Sosialisasi DJP


Perlakuan Pajak atas Dividen dan Penghasilan Lain dari Luar Negeri

Dividen yang berasal dari luar Dikecualikan dari pengenaan


negeri (non bursa) PPh jika diinvestasikan di
Indonesia dengan syarat
Penghasilan setelah pajak dari BUT tertentu
Penghasilan dari kegiatan usaha di
Jika diinvestasikan di Indonesia Jika diinvestasikan di Indonesia luar negeri, tidak melalui bentuk
< 30% dari jumlah laba setelah pajak ≥ 30% dari jumlah laba setelah pajak usaha tetap dikecualikan dari
pengenaan PPh dengan syarat:
Dividen dan penghasilan setelah pajak dividen dan penghasilan setelah pajak
yang diinvestasikan dikecualikan dari yang diinvestasikan dikecualikan • Diinvestasikan di Indonesia
pengenaan PPh dari pengenaan PPh • Penghasilan dari usaha aktif di LN
• Bukan dari perusahaan yang dimiliki
Selisih dari 30% laba setelah pajak sisa laba setelah pajak dikurangi LN
dikurangi dividen dan/atau penghasilan dengan dividen dan/atau penghasilan
setelah pajak yang diinvestasikan dikenai setelah pajak yang diinvestasikan
Pajak Penghasilan tidak dikenai Pajak Penghasilan.

Sisa laba setelah pajak sebesar 70%


(tujuh puluh persen), tidak dikenai
Pajak Penghasilan.
Relaksasi

PPN, Sanksi, Subjek Pajak Luar Negeri dan Dalam Negeri


RELAKSASI HAK PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PKP
Relaksasi ketentuan Pajak Masukan (PM) yang dapat dikreditkan untuk memberikan keadilan, mendorong
kepatuhan, dan mengurangi hambatan investasi
RELAKSASI HAK PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PKP (2)
No Pengaturan Saat Ini RUU
d Pajak Masukan yang belum Dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya Syarat “belum dilakukan
dikreditkan paling lama 3 Masa Pajak setelah berakhirnya pemeriksaan” dihapuskan
Masa Pajak saat Faktur Pajak dibuat sepanjang
belum dilakukan pemeriksaan dan belum
dibebankan sebagai biaya atau belum
ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga
perolehan BKP/JKP
e Pajak Masukan yang diperoleh Tidak dapat dikreditkan Dapat dikreditkan oleh PKP
sebelum Pengusaha dikukuhkan dengan menggunakan pedoman
sebagai PKP pengkreditan Pajak Masukan
sebesar 80% dari Pajak Keluaran
yg seharusnya dipungut
f Pajak Masukan atas perolehan BKP Tidak dapat dikreditkan Dapat dikreditkan oleh PKP OP,
dan/atau JKP, impor BKP, serta sepanjang nama dan NIK pembeli
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud BKP atau penerima JKP
dan/atau pemanfaatan JKP dari tercantum dalam Faktur Pajak
luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean yang Faktur
Pajaknya tidak memenuhi
persyaratan formal
PENGATURAN ULANG SANKSI ADMINISTRATIF PERPAJAKAN

Pengaturan ulang sanksi administratif perpajakan (Pajak, Pabean dan Cukai) berupa bunga keterlambatan, denda
kesalahan dan imbalan bunga.

Sanksi administratif antara lain: Imbalan Bunga, antara lain:

No. Sanksi RUU No. Imbalan Bunga RUU

Terlambat bayar/ angsuran ketetapan/ tagih Tarif bunga/bulan =


1
an cukai/ tagihan kepabeanan suku bunga acuan/12 1 Terlambat pencairan restitusi

Terlambat bayar/ pembetulan SPT (self asse Tarif bunga/bulan =


2
ssment sebelum pemeriksaan) (suku bunga acuan + 5%)/12
Kelebihan bayar pajak akibat Tarif bunga per b
Tarif bunga/bulan = Keputusan Keberatan, Putus ulan =
3 Pembetulan SPT saat pemeriksaan 2
(suku bunga acuan + 10%)/12 an Banding, atau Putusan Pe (suku bunga acua
ninjauan Kembali n)/12
Kekurangan pembayaran pajak hasil pemeri
4
ksaan (SKP)
Tarif bunga/bulan = Terlambat pengembalian jam
(suku bunga acuan + 15%)/12 3 inan tunai atas keberatan Cu
Pembayaran kembali PPN yang tidak dapat
5 kai atau Kepabeanan
dikreditkan

Sumber: Materi Sosialisasi DJP


Pengaturan Subjek Pajak DN/LN

27
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Ekstensifikasi

Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE),


Revitalisasi Faktur Pajak , dan Penentuan Barang Kena
Cukai
Pengenaan PPh atas PMSE: Kehadiran Ekonomi Signifikan
Pedagang luar negeri, penyedia jasa luar
negeri, dan/atau Penyelenggara Pedagang luar negeri, penyedia
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik Bagaimana apabila jasa luar negeri, dan/atau PPMSE
PPMSE luar negeri yg memenuhi penetapan BUT tidak dapat yg memenuhi kehadiran ekonomi
ketentuan kehadiran ekonomi dilakukan karena signifikan dikenakan pajak
signifikan dapat diperlakukan penerapan P3B? transaksi elektronik
sebagai BUT dan dikenakan PPh

Ketentuan kehadiran ekonomi


signifikan berupa: Pedagang luar negeri,
Siapa yang membayar &
penyedia jasa luar negeri,
melaporkan PPh tersebut?
dan/atau PPMSE
Omzet konsolidasi grup
usaha s.d. jumlah tertentu
Apakah pedagang LN, penyedia
Penjualan di Indonesia s.d jasa LN, dan/atau PPMSE dapat
jumlah tertentu menunjuk perwakilan yang
berkedudukan di Ya, bisa.
Indonesia untuk memenuhi
Jumlah pengguna aktif media kewajiban PPh / pajak transaksi
digital elektronik tsb?
Pengenaan PPN atas PMSE (Cross Border)

PPN atas pemanfaatan Barang Kena


Pajak Tidak Berwujud dan/atau
Jasa Kena Pajak dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean

dipungut, disetorkan, dan dilaporkan oleh

Pedagang luar Penyedia jasa luar PPMSE luar PPMSE dalam


negeri negeri negeri negeri

Dapat menunjuk
perwakilan di Indonesia
30
Revitalisasi Faktur Pajak
IDENTITAS PEMBELI DALAM
FAKTUR PAJAK YANG DAPAT Implementasi SIN (NIK) sebagai Pencantuman NIK
DIKREDITKAN common identifier dalam Faktur Pajak

Sebelumnya:
nama, alamat dan
NPWP Pembeli

RUU Omnibus Law:


1. nama, alamat, dan
NPWP pembeli, atau
2. nama dan NIK
Pembeli.
Penentuan Barang Kena Cukai

Penambahan atau
pengurangan Barang Kena
Cukai dapat dilakukan
dengan Peraturan
Pemerintah Catatan:
Kriteria penambahan
ataupun pengurangan
BKC harus diatur
dengan jelas melalui UU
Tidak harus melalui revisi
Undang-Undang
(Tanpa harus menunggu
persetujuan DPR)
Penataan Regulasi

Fasilitas dan Pajak Daerah


MENEMPATKAN FASILITAS KE DALAM UU PAJAK

34
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Pengaturan Pajak Daerah
Bagaimana pengaturan regulasinya?
Konsekuensi:
Keringanan
01 Rancangan Perda tentang PDRD yg telah disetujui Bersama
DPR sebelum ditetapkan oleh Kepala Daerah wajib
disampaikan ke Menteri & Mendagri untuk dievaluasi sesuai
Pemerintah pusat
dapat menerapkan peraturan per-UU-an
tarif tertentu yg
Evaluasi  Untuk menguji kesesuaian antara Rancangan
Diatur
dengan Fasilitas pajak daerah
berbeda dg tarif
pajak daerah yg 02 Perda dengan peraturan yg lebih tinggi & kebijakan fiskal
guna mendukung telah ditetapkan nasional. Hasil evaluasi tsb dapat “dilanjutkan” atau “harus
Peraturan Pengurangan disesuaikan”
Kepala kebijakan perekonomian dlm Perda
Daerah nasional Perda dan aturan pelaksanaannya yg telah ditetapkan, wajib
03 disampaikan kepada Menteri paling lama 7 hari kerja setelah
ditetapkan. Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap
PDRD dengan adanya evaluasi
Pengaturan Pajak Daerah:
Apabila dalam evaluasi dinyatakan “menghambat
Pembebasan
04 kemudahan berusaha”, Pemerintah Daerah wajib
• Penentuan tarif tertentu melakukan perubahan Perda / aturan pelaksanaannya
atas pajak daerah yang paling lama 6 bulan sejak hasil evaluasi terbit. Apabila tidak
dilakukan perubahan, sanksinya adalah penundaan /
Evaluasi Perda berlaku secara nasional pemotongan dana transfer ke daerah / sanksi lain sesuai
oleh pemerintah pusat peraturan per-UU-an
• Evaluasi rancangan Perda mengenai PDRD • Pelaksanaan evaluasi
• Evaluasi atas Perda PDRD yg telah di terhadap Perda yg
Ketentuan lebih lanjut perihal evaluasi rancangan Perda;
tetapkan menghambat
kemudahan dalam
05 pengawasan pelaksanaan Perda PDRD; dan pengenaan
sanksi, akan diatur dalam Peraturan Pemerintah
berusaha
03
Pengaruh Omnibus Law
dalam Sistem Perpajakan
Komplikasi Hukum (1)
Menurut tradisi dan UU 12/2011,
setiap PUU harus dibentuk • Bagaimana kalau omnibus law justru bertentangan dengan sistem PUU yang berlaku di
berdasarkan asas-asas Indonesia?
pembentukan PUU yang patut dan • Bagaimana jika pasal-pasal omnibus law dipertentangkan dengan UU (asalnya) melalui
berdasarkan landasan filosofis, pengujian ke MK karena ketidakpastian hukum, bahkan bertentangan dengan pasal-pasal UUD
1945?
yuridis, dan sosiologis, yang tentu
berbeda bagi setiap PUU.

Teknis pembentukan omnibus


law: menyusun dalam kelompok, • Mengganti definisi dalam Ketentuan Umum suatu UU akan berakibat pada seluruh pasal dalam
UU (asal) yang diubah.
golongan, atau kluster, • Setiap UU, selain mengatur materi muatan yang berbeda-beda, juga mengatur subyek
menuliskan apa yang harus (adressat) yang berbeda-beda.
diubah.

Risiko jadi bumerang: RUU


Jangan lupakan Pasal 33 UUD yang dimaksudkan menjamin
1945 sebagai sokoguru kepastian/harmoni justru
perekonomian nasional semakin memperparah
ketidakpastian/disharmoni

Sumber: Maria Farida Indrati, “’Omnibus Law’, UU Sapu Jagat?” Kompas, 4 Januari 2020, hlm. 6.
Komplikasi Hukum (2)

Omnibus law: kemungkinan salah diagnosis?

Pertumbuhan investasi yang diukur dengan pembentukan modal tetap Jika dibandingkan dengan beberapa negara lain, bahkan dengan China
bruto dalam lima tahun terakhir masih di atas pertumbuhan PDB sekalipun, pertumbuhan investasi Indonesia masih lebih tinggi

Tantangan Indonesia: meningkatkan kualitas investasi

Selama ini kebanyakan investasi dalam bentuk Konsolidasi perbankan: bagaimana Jangan lagi terjadi dana puluhan triliun rupiah yang
dihimpun dari darah dan keringat rakyat
bangunan. Sedangkan investasi dalam bentuk perekonomian hendak berlari lebih cepat jika diinvestasikan di perusahaan-perusahaan yang tidak
mesin dan peralatan hanya sekitar 10% detak jantung lemah? punya reputasi baik. Benahi regulator.

Sumber: Faisal Basri, “’Sesat Pikir’ Omnibus Law,” faisalbasri.com/2020/01/19/sesat-pikir-omnibus-law/


Padahal, penghambat utamanya sudah ditemukan...
Kelanjutan Reformasi
Identifikasi masalah • Kebijakan? Regulasi? Administrasi?
sudah tepat? • Evaluasi insentif fiskal?
Upaya membangung
level playing field Pajak Daerah dalam Tegangan: kebutuhan
Peralihan ke rezim Relaksasi sanksi
Penurunan tarif PPh antara ranah skema omnibus terobosan yang cepat
territorial administrasi konvensional dan dan masalah yang
law
digital telanjur
menumpuk
Risiko tergerusnya Risiko penumpang
penerimaan. Tidak ada gelap yang Cukup melegakan, tetapi Perlu memastikan Risiko penolakan
bukti penurunan tarif PPh ingin territorial belum mencakup kesiapan sampai di daerah Perlu grand design
akan diikuti banjir investasi. perbaikan tata kelola tataran teknis-
murni. kebijakan dan peta
sengketa pajak administrasi
jalan yang lebih
komprehensif dan
berkelanjutan

Perluasan basis pajak 


Omnibus law jangan tindak lanjut data Perbaikan administrasi
Penggunaan NIK Evaluasi menyeluruh
sampai bertentangan perpajakan pasca- dan tata kelola
sebagai common dan reorientasi skema
dengan agenda amnesti, hasil perpajakan yang belum
identifier fasilitas perpajakan
reformasi pajak akses/pertukaran tersentuh omnibus
informasi
Sumber: Yustinus Prastowo, “’Omnibus Law’ dan Reformasi Pajak,” Kompas, 4 Desember 2019, hlm. 6.
Omnibus Law bukan panacea, obat dari segala penyakit. Maka
Manjurkah kemanjurannya juga bergantung pada diagnosis atas penyakit.

Omnibus Omnibus Law adalah sebuah terobosan paradigmatik, yang


menjadi breakthrough untuk mengatasi kebuntuhan, kemacetan,

Law? dan kemandekan.

Omnibus Law ada pada dilema: terlalu lengkap berisiko lamban


dan hilang momentum, terlampau cepat khawatir ada yang
tertinggal. Maka perlu identifikasi masalah yang bisa
diakomodir di revisi UU sektoral/parsial, PP dan aturan
turunan UU Omnibus.

Jika Omnibus Law ini untuk gaspol, maka perlu rem yang pakem.
Penting disusun roadmap dan taskforce yang memastikan
implementasi berjalan efektif.
Kesimpulan Omnibus Law Perpajakan

Omnibus Law merupakan respon aktif Pemerintah atas


situasi saat ini

Pemerintah menepati janjinya saat tax amnesty, yaitu menurunkan


secara bertahap tarif PPh, dengan harapan mendorong iklim investasi yang
lebih kompetitif.

Rumusan Omnibus Law menunjukkan semangat Pemerintah untuk mengkoreksi


kebijakan dan praktik perpajakan, terutama mendorong fairness, kesederhanaan
administrasi, dan kepastian hukum.

Omnibus Law memberi harapan baru bagi tata hubungan antara Otoritas Pajak dan Wajib
Pajak yang lebih baik di masa mendatang karena ada kesadaran bahwa tujuan hanya dapat
dicapai dengan ‘mutual engagement’ dan membangun ‘mutual trust’
04
Profesi Praktisi Perpajakan
Lebih Penting Mana?

Jadi
Generalist
Jadi
Specialist
Titik Krusial dan Profesi yang Terkena Otomatisasi
(Schwab, 2017)

Titik-titik krusial yang diprediksi muncul 2025 Contoh profesi dengan kemungkinan paling besar
dan paling kecil terkena otomatisasi

(Klaus Schwab, Revolusi Industri 4.0)


Perubahan Model Bisnis Konsultan Pajak
Pasca Tax Amnesty dan Omnibus Law

Transparansi Model bisnis


Konsultan Pajak Advisory
akan berubah & Analyst
Keadilan
menjadi
dari

Simplifikasi  Compliance
 TP Doc
 Audit & Assistance
Bagaimana Konsultan Pajak Harus Merespon?

01 02 03 04
Understand, Improve, Disseminate and
Acquire Accept
Feedback Participate

Respon
Konsultan
Pajak

Peluang Ancaman Tantangan


47
Toward a New Tax Ecosystem Model
Tax Policy
(Clarity and Fairness)

Tax Revenue

Taxpayers Tax
Authority
Trust
Tax
Tax Law Administration
(Certainty and (Simplicity
Consistency) Non- and
Tax Government
Intermediaries Transparency)
Actor
Pengaturan tentang Kuasa WP di Indonesia
Pasal 23A UUD 1945 Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara
diatur dengan undang-undang

Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
Pasal 32 (3) UU KUP kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

memberikan kelonggaran dan kesempatan bagi wajib pajak untuk meminta bantuan pihak lain
yang memahami masalah perpajakan sebagai kuasanya, untuk dan atas namanya, membantu
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak
Pasal yang
diujikan
Persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa sebagaimana
Pasal 32 (3a) UU KUP dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan

PP 74 Tahun 2011 Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

PMK 229 Tahun 2014 Persyaratan serta Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Seorang Kuasa
PP No. 74 WP dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
kuasa khusus
Tahun 2011 WP dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban perpajakannya,

juncto. PMK kecuali kewajiban mendaftarkan diri bagi WP OP untuk memperoleh


NPWP dan melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP harus
dilaksanakan sendiri oleh WP.
No. 229
Tahun 2014 Konsultan Pajak & Karyawan WP
Kuasa yang dimaksud meliputi konsultan pajak dan karyawan WP (Pasal
2 ayat (4) PMK 229/2014).

Seorang kuasa harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut:
a) menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan;
b) memiliki surat kuasa khusus dari Wajib Pajak yang memberi kuasa;
c) memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
d) telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Tahun Pajak terakhir, kecuali terhadap seorang kuasa yang Tahun Pajak
terakhir belum memiliki kewajiban untuk menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan; dan
e) tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan.
Putusan MK No. 63/PUU-XV/2017 tanggal 26 April 2018
“conditionally unconstitutional”
Bagaimana Indonesia
Frasa “pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa” dalam Ps.
(mencoba) mengatur? 32 ayat (3a) UU KUP tidak mengikat &
berkekuatan hukum jika mengatur terkait
• Kuasa (Pengertian lebih luas, bias
perluasan/pembatasan hak dan kewajiban WN
mencakup: akuntan public, lawyer, fiscal
economist) & Konsultan Pajak
• UU Konsultan Pajak tidak menjadi syarat Problem?
utama bagi praktik terbaik
Ps. 2 (4) PMK No. 229/PMK.03/2014 memuat norma
• Standarisasi kompetensi dan penerapan
terkait pembatasan hak dan kewajiban seseorang yang
kode etik
mempunyai hak menjadi kuasa, yaitu konsultan pajak dan
karyawan wajib pajak. Padahal UU12/2011 menyebutkan
bahwa “Pendelegasian kewenangan mengatur dari UU
kepada menteri, pemimpin lembaga pemerintah
Tantangan: nonkementerian, atau pejabat yang setingkat dengan
menteri dibatasi untuk peraturan yang bersifat
• Merumuskan norma baru yang administratif”.
komprehensif dan visioner di UU KUP,
terutama konsep ‘kuasa wajib pajak’ Quo Vadis Konsultan
sebagai jangkar.
Pajak Indonesia?
• Apakah problem mendasar kita adalah
ada atau tidaknya UU Konsultan Pajak? Kesediaan membuka
diri sehingga Conclusion:
• Berdasarkan best practice di banyak
negara dengan sistem perpajakan prosesnya inklusif- Pendelegasian tersebut dimungkinkan sepanjang
berkenaan dengan pengaturan yang bersifat
terbaik, eksistensi UU Konsultan Pajak partisipatoris
bukan sesuatu yang niscaya. teknis-administratif, bukan yang bersifat
normatif.
Omnibus Law Cipta Kerja Peluang profesi
konsultan pajak untuk
Mengakomodasi Kemudahan memperluas cakupan
jasa/layanan
Berusaha...
Omnibus Law akan mengubah paradigma Salah satu substansi Omnibus Law adalah untuk
dalam kemudahan berusaha dan mengatasi permasalahan yang dihadapi pelaku
memperbaiki ekosistem investasi di usaha dalam memulai usaha di Indonesia yaitu :
Indonesia. • Prosedur perizinan berusaha yang berbelit-
belit,
Dukungan investasi yang merupakan salah • Banyaknya jenis dan jumlah perizinan yang
satu sumber utama untuk mendorong harus dimiliki,
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan • Waktu yang lama untuk memproses perizinan,
penyerapan tenaga kerja. • Biaya yang tinggi untuk memulai dan
menjalankan usaha di Indonesia.
Adanya pembangungan di bidang • Persyaratan perizinan yang saling tumpang
tindih di berbagai PUU baik tingkat Pusat
perekonomian melalui Omnibus Law
maupun daerah
memiliki tujuan akhir untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
05
Role Praktisi Perpajakan dalam Perubahan Sistem
Perpajakan
Edelman Trust Barometer
Percent who rate each spokesperson
as extremely/very credible (2019)
People trust technical expert
more than government officials

Sumber: 2019 Edelman Trust Barometer


SURVEY PAJAK 2019 (Kepatuhan, Keadilan, dan Efisiensi Pelayanan Pajak)
Oleh: CITA & Pusat Data dan Analisa Tempo

Tingkat kepercayaan WP Tingkat kepercayaan WP Badan


Orang Pribadi terhadap terhadap individu/Institusi
individu/Institusi

96% 96% 95%


87% 83% 89% 88%
79% 80%

46%
43%
Di Manakah Peran Konsultan Pajak?
Sistem perpajakan yang rumit dan dinamis akan sulit
dijalankan tanpa peran serta konsultan pajak (tax adviser)

OECD (Study into the Role of Tax Intermediaries Tahun,2008) mengakui peran
penting intermediaries dalam mengedukasi dan meningkatkan kepatuhan WP dan
mendorong kerjasama tripartit antara otoritas pajak, WP, dan tax intermediaries,
bukan pengawasan eksternal.

Sifat pajak yang “memaksa” (Ps 23A UUD’45) mendasari proses pemungutan pajak
yang harus disertai dengan perlindungan WP, agar tidak mendapat perlakuan
semena-mena yang tidak sesuai UU

Demi melindungi hak dan kewajiban WP agar dapat berjalan dengan baik, Pemerintah
mengatur profesi konsultan pajak. Hal ini berfungsi untuk memastikan jasa yang diberikan
oleh konsultan pajak tidak merugikan negara melalui aggressive tax planning
Tax Adviser’s Social Responsibility
Advisers have an obligation Tax advisers should
to be competent and not abandon concerns
professional and to for the public interest
maintain skills and or social welfare in
knowledge. They should be favour of
up to date in the current commercialism and
law as it applies to their client advocacy.
client’s circumstances.

Tax advisers have an Ethics > Law


obligation to obey the law Tax advisers is justified to
and this overrides obligations decline to advise on or
to act in the best interests of recommend tax planning
the client. They should which is considered to be
clearly explain to clients inappropriate or does not Michael Walpole, “Ethical Standards for
Tax Advisers”, Robert F. van Brederode,
where these boundaries align with business “Ethics and Taxation” (Singapore: Springer
lie. principles and ethics Nature Singapore Pte Ltd., 2020)
Peran Konsultan Pajak
Kini dan Nanti
Menjadi intermediaries antara WP dengan DJP, termasuk dalam membangun komunikasi dan
kepercayaan serta menjalin constructive engagement

Mendukung edukasi dan peningkatan kepatuhan pajak

Berkontribusi untuk melakukan harmonisasi dan sinkronisasi ketentuan perpajakan dengan


standar akuntansi sehingga terjamin kepastian hukum. Salah satunya dilakukan melalui
rekonsiliasi fiskal

Menjadi bagian risk management karena penilaian dan pengungkapan yang dilakukan sejalan
dgn otoritas pajak
06
Apa yang Perlu Disiapkan?
Challenges Ahead

Positioning of tax agents (strategic role)


01 to support national interests
Inclusiveness of tax agent governance
02

More toward enabling than approval and


promote competition 03 07 Part of fiscal system’s reform

Broad-based sources of tax agents incld. non


credentialed, by geographical, or by sectors or
06 by roles and responsibilities simply impress
Incentives & demand/market-based
and competence standard
04 your audience and add a unique zing.
05
The use of technologies (data economy)

intitution readiness, data analysis, managerial competency, business


Internal absorptive capacity:
acumen
Facing the Challenges of The Use of Technologies
Individuals Must Prepare
For Lifelong Learning
And Evolving Careers
 Embrace a “startup of you”
mentality
 Acquire the skills that will be in
demand and embark on a
journey of lifelong learning
 Prepare for a world of digital
job search.
 Consider new ways of working
McKinsey Global Institute, December 2017. Jobs Lost, Jobs
Gained: Workforce Transitions In A Time Of Automation
Terima Kasih
Center for Indonesia
Taxation Analysis
Wisma Korindo 5th Floor
Jalan MT Haryono Kav. 62, Pancoran Jakarta Selatan
www.cita.or.id

You might also like