Professional Documents
Culture Documents
Yustinus Prastowo
Jakarta,
Center10 Maret 2020
for Indonesia Executive Director of Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA)
Taxation Analysis
Outline
01 Background
Trade-off between
Fiscal policy as a Moving beyond Fiscal policy in an
stabilization and
stabilisation tool economic growth uncertain
sustainability
environment
Pergeseran isu utama kebijakan fiskal dari pengeluaran/ expenditure menjadi pendapatan/ revenue…
FOREIGN DIRECT INVESTMENT IN INDONESIA
Kinerja Investasi:
Meningkat tapi
Lambat 195,1
200,5
205,7
185,3 185,9
179,6
PMDN PMA Total 176,6 176,3
173,8
170,8
165,8
159,4
155,3
151,6
145,4 146,5
140,3
135,1
124,6
119,9 120,4
116,2
109,8 111,7 112
108,9 107,9
105,3 106,6 104,9 105
99,8 100,5 99,2 99,4 99,7 101,3 100,7
97 99
93 92,2 92,5
96,1 95,7 95,6 INWARD FDI STOCKS IN SOME COUNTRIES (% TO GDP
89,1 87,2
84,7 86,9
82,1 80,6
78 78,3 78,7
76,4
71,2 72
66,7 67 68,8 67,6
65,5 64,9
61
58,1
55,6
50,4 52,2
47,8 46,2
41,6 41,7 42,5 42,9
38,2
33,1 33,5 34,1 34,6
27,5
q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: BKPM
Investment Ranking in ASEAN
0,26 0,26
0,21
0,19
0,14
0,09 0,09
0,07
0,06 0,06 0,06
0,03
0,01
0,0
The Foreign Direct Investment Regulatory Restrictiveness Index (FDI RRI) measures four types of statutory restrictions
on foreign direct investment: (i) foreign equity restrictions, (ii) screening and prior approval requirements, (iii) rules for
key personnel, and (iv) other restrictions on the operation of foreign enterprises. The FDI RRI is a composite index
which takes values between 0 and 1, with 1 being the most restrictive.
Sumber: OECD, FDI Regulatory Restrictiveness Index dalam Economic Challenges in Jokowi’s Second Term oleh Faisal Basri (Juli 2019) 7
What Matters to Investors in Developing Countries
Berdasarkan Global Competitiveness Survey 2017/2018
Tax Incentives for Investment A Global Perspective: Experiences in MENA and Non-Mena Countries. (OECD: 2007) Sumber: Fraser 9Institute 2018
02
Substansi Omnibus Law Perpajakan
Antara “Bus” dan “Omnibus”
Secara etimologis, kata Inggris “bus” berasal dari kata Latin “omnibus”. Kata itu diadopsi
ke dalam bahasa Inggris dari frasa campuran Prancis-Latin "voiture omnibus", yang berarti
"kendaraan untuk semua".
Kendaraan tersebut berupa kendaraan panjang yang ditarik oleh kuda (semacam kereta
kuda). Istilah ini muncul di Prancis sekitar tahun 1820-30-an. Frasa itu bermula dari toko topi
milik keluarga Omnès di depan stasiun pertama yang dibuka di Nantes oleh Stanislas Baudry
pada 1823. "Omnès Omnibus" adalah permainan kata untuk nama Omnès si penjual topi:
omnes (Latin: nominatif-plural) berarti "semua" dan omnibus (Latin: datif-plural) berarti
"untuk/bagi semua". Dari situ, demikian legenda berkisah, warga Nantes menyebut
kendaraan tersebut sebagai omnibus. Dalam perkembangan dunia transportasi di Prancis,
“omnibus” dikenal sebagai bus besar yang mengangkut banyak orang/barang ke tujuan
yang sama.
Istilah omnibus ini kemudian masuk ke wilayah Amerika Latin dan diadopsi, salah
satunya menjadi terminologi hukum yakni “omnibus law”. Sejak itulah omnibus law masuk
ke Amerika Latin menjadi istilah hukum di mana sebuah undang-undang dapat mengatur
banyak hal.
Sejarah Omnibus Law
1967
Untuk pertama kalinya, pengaturan mengenai
1928 penyadapan dilindungi oleh konstitusi. Pengaturan
perihal penyadapan dinilai penting untuk proses
Supreme Court of the United States
pernah menerima penyadapan sebagai penegakan hukum di bidang kejahatan yang
bukti di pengadilan. terorganisir. Namun, penyadapan juga harus dilakukan
dengan perlindungan prosedural untuk meminimalkan
ancaman terhadap privasi individu.
1937 1968
Kepolisian Amerika ingin menggunakan bukti penyadapan
Pengadilan melarang
di depan pengadilan namun belum ada UU yg mengatur.
penyadapan sebagai
Kekhawatiran atas penyadapan akhirnya menghasilkan The
bukti di pengadilan. 1968 Omnibus Crime Control Act. Jadi, UU ini mengatur
perihal pemberantasan kejahatan terorganisir, kemungkinan
penyadapan, dan kekuasaan diskresioner kepada Presiden
dalam situasi darurat.
Praktik Omnibus Law di Negara Lain
New Philippines
Filipina juga telah mulai
tabungan pensiun, jaminan sosial dan asuransi untuk menentukan kenaikan harga leasing, serta Obligations and Commitments, Institute of Law Science The World Bank
PENINGKATAN PEREKONOMIAN
MENDORONG MENCIPTAKAN
MENINGKATKAN MENEMPATKAN
PENERAPAN SISTEM KEPATUHAN WAJIB KEADILAN IKLIM
PENDANAAN FASILITAS KE
PERPAJAKAN PAJAK SECARA BERUSAHA DI DALAM
INVESTASI DALAM UU PAJAK
SUKARELA NEGERI
Relaksasi
PPN, Sanksi, Subjek Pajak Luar Negeri
dan Dalam Negeri
Ekstensifikasi
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE),
Revitalisasi Faktur Pajak, Penentuan Barang Kena Cukai
Penataan Regulasi
Fasilitas dan Pajak Daerah
Moderasi
RUU Omnibus:
Tarif pajak yang dikenakan kepada badan adalah
22% (berlaku pada tahun 2021-2022) & 20%
(mulai berlaku pada tahun 2023).
Untuk WP Badan Dalam negeri yang berbentuk
Perseroan Terbuka, dengan jumlah keseluruhan
saham yang disetor diperdagangkan pada BEI
Secara umum tarif PPh Badan kita juga bukan min. 40%, dan memenuhi syarat tertentu Dapat
yang tertinggi di ASEAN memperoleh tarif sebesar 3% lebih rendah.
PENGHAPUSAN PPh ATAS DIVIDEN
DARI DN DAN LN
Penghapusan PPh atas dividen yang diterima WPDN (Badan & OP) untuk memberi ruang pendanaan dari
dalam negeri dan luar negeri untuk menambah investasi
% %
%
%
%
%
Pengaturan ulang sanksi administratif perpajakan (Pajak, Pabean dan Cukai) berupa bunga keterlambatan, denda
kesalahan dan imbalan bunga.
27
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Ekstensifikasi
Dapat menunjuk
perwakilan di Indonesia
30
Revitalisasi Faktur Pajak
IDENTITAS PEMBELI DALAM
FAKTUR PAJAK YANG DAPAT Implementasi SIN (NIK) sebagai Pencantuman NIK
DIKREDITKAN common identifier dalam Faktur Pajak
Sebelumnya:
nama, alamat dan
NPWP Pembeli
Penambahan atau
pengurangan Barang Kena
Cukai dapat dilakukan
dengan Peraturan
Pemerintah Catatan:
Kriteria penambahan
ataupun pengurangan
BKC harus diatur
dengan jelas melalui UU
Tidak harus melalui revisi
Undang-Undang
(Tanpa harus menunggu
persetujuan DPR)
Penataan Regulasi
34
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Pengaturan Pajak Daerah
Bagaimana pengaturan regulasinya?
Konsekuensi:
Keringanan
01 Rancangan Perda tentang PDRD yg telah disetujui Bersama
DPR sebelum ditetapkan oleh Kepala Daerah wajib
disampaikan ke Menteri & Mendagri untuk dievaluasi sesuai
Pemerintah pusat
dapat menerapkan peraturan per-UU-an
tarif tertentu yg
Evaluasi Untuk menguji kesesuaian antara Rancangan
Diatur
dengan Fasilitas pajak daerah
berbeda dg tarif
pajak daerah yg 02 Perda dengan peraturan yg lebih tinggi & kebijakan fiskal
guna mendukung telah ditetapkan nasional. Hasil evaluasi tsb dapat “dilanjutkan” atau “harus
Peraturan Pengurangan disesuaikan”
Kepala kebijakan perekonomian dlm Perda
Daerah nasional Perda dan aturan pelaksanaannya yg telah ditetapkan, wajib
03 disampaikan kepada Menteri paling lama 7 hari kerja setelah
ditetapkan. Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap
PDRD dengan adanya evaluasi
Pengaturan Pajak Daerah:
Apabila dalam evaluasi dinyatakan “menghambat
Pembebasan
04 kemudahan berusaha”, Pemerintah Daerah wajib
• Penentuan tarif tertentu melakukan perubahan Perda / aturan pelaksanaannya
atas pajak daerah yang paling lama 6 bulan sejak hasil evaluasi terbit. Apabila tidak
dilakukan perubahan, sanksinya adalah penundaan /
Evaluasi Perda berlaku secara nasional pemotongan dana transfer ke daerah / sanksi lain sesuai
oleh pemerintah pusat peraturan per-UU-an
• Evaluasi rancangan Perda mengenai PDRD • Pelaksanaan evaluasi
• Evaluasi atas Perda PDRD yg telah di terhadap Perda yg
Ketentuan lebih lanjut perihal evaluasi rancangan Perda;
tetapkan menghambat
kemudahan dalam
05 pengawasan pelaksanaan Perda PDRD; dan pengenaan
sanksi, akan diatur dalam Peraturan Pemerintah
berusaha
03
Pengaruh Omnibus Law
dalam Sistem Perpajakan
Komplikasi Hukum (1)
Menurut tradisi dan UU 12/2011,
setiap PUU harus dibentuk • Bagaimana kalau omnibus law justru bertentangan dengan sistem PUU yang berlaku di
berdasarkan asas-asas Indonesia?
pembentukan PUU yang patut dan • Bagaimana jika pasal-pasal omnibus law dipertentangkan dengan UU (asalnya) melalui
berdasarkan landasan filosofis, pengujian ke MK karena ketidakpastian hukum, bahkan bertentangan dengan pasal-pasal UUD
1945?
yuridis, dan sosiologis, yang tentu
berbeda bagi setiap PUU.
Sumber: Maria Farida Indrati, “’Omnibus Law’, UU Sapu Jagat?” Kompas, 4 Januari 2020, hlm. 6.
Komplikasi Hukum (2)
Pertumbuhan investasi yang diukur dengan pembentukan modal tetap Jika dibandingkan dengan beberapa negara lain, bahkan dengan China
bruto dalam lima tahun terakhir masih di atas pertumbuhan PDB sekalipun, pertumbuhan investasi Indonesia masih lebih tinggi
Selama ini kebanyakan investasi dalam bentuk Konsolidasi perbankan: bagaimana Jangan lagi terjadi dana puluhan triliun rupiah yang
dihimpun dari darah dan keringat rakyat
bangunan. Sedangkan investasi dalam bentuk perekonomian hendak berlari lebih cepat jika diinvestasikan di perusahaan-perusahaan yang tidak
mesin dan peralatan hanya sekitar 10% detak jantung lemah? punya reputasi baik. Benahi regulator.
Jika Omnibus Law ini untuk gaspol, maka perlu rem yang pakem.
Penting disusun roadmap dan taskforce yang memastikan
implementasi berjalan efektif.
Kesimpulan Omnibus Law Perpajakan
Omnibus Law memberi harapan baru bagi tata hubungan antara Otoritas Pajak dan Wajib
Pajak yang lebih baik di masa mendatang karena ada kesadaran bahwa tujuan hanya dapat
dicapai dengan ‘mutual engagement’ dan membangun ‘mutual trust’
04
Profesi Praktisi Perpajakan
Lebih Penting Mana?
Jadi
Generalist
Jadi
Specialist
Titik Krusial dan Profesi yang Terkena Otomatisasi
(Schwab, 2017)
Titik-titik krusial yang diprediksi muncul 2025 Contoh profesi dengan kemungkinan paling besar
dan paling kecil terkena otomatisasi
Simplifikasi Compliance
TP Doc
Audit & Assistance
Bagaimana Konsultan Pajak Harus Merespon?
01 02 03 04
Understand, Improve, Disseminate and
Acquire Accept
Feedback Participate
Respon
Konsultan
Pajak
Tax Revenue
Taxpayers Tax
Authority
Trust
Tax
Tax Law Administration
(Certainty and (Simplicity
Consistency) Non- and
Tax Government
Intermediaries Transparency)
Actor
Pengaturan tentang Kuasa WP di Indonesia
Pasal 23A UUD 1945 Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara
diatur dengan undang-undang
Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
Pasal 32 (3) UU KUP kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
memberikan kelonggaran dan kesempatan bagi wajib pajak untuk meminta bantuan pihak lain
yang memahami masalah perpajakan sebagai kuasanya, untuk dan atas namanya, membantu
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak
Pasal yang
diujikan
Persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa sebagaimana
Pasal 32 (3a) UU KUP dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan
PP 74 Tahun 2011 Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
PMK 229 Tahun 2014 Persyaratan serta Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Seorang Kuasa
PP No. 74 WP dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
kuasa khusus
Tahun 2011 WP dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban perpajakannya,
46%
43%
Di Manakah Peran Konsultan Pajak?
Sistem perpajakan yang rumit dan dinamis akan sulit
dijalankan tanpa peran serta konsultan pajak (tax adviser)
OECD (Study into the Role of Tax Intermediaries Tahun,2008) mengakui peran
penting intermediaries dalam mengedukasi dan meningkatkan kepatuhan WP dan
mendorong kerjasama tripartit antara otoritas pajak, WP, dan tax intermediaries,
bukan pengawasan eksternal.
Sifat pajak yang “memaksa” (Ps 23A UUD’45) mendasari proses pemungutan pajak
yang harus disertai dengan perlindungan WP, agar tidak mendapat perlakuan
semena-mena yang tidak sesuai UU
Demi melindungi hak dan kewajiban WP agar dapat berjalan dengan baik, Pemerintah
mengatur profesi konsultan pajak. Hal ini berfungsi untuk memastikan jasa yang diberikan
oleh konsultan pajak tidak merugikan negara melalui aggressive tax planning
Tax Adviser’s Social Responsibility
Advisers have an obligation Tax advisers should
to be competent and not abandon concerns
professional and to for the public interest
maintain skills and or social welfare in
knowledge. They should be favour of
up to date in the current commercialism and
law as it applies to their client advocacy.
client’s circumstances.
Menjadi bagian risk management karena penilaian dan pengungkapan yang dilakukan sejalan
dgn otoritas pajak
06
Apa yang Perlu Disiapkan?
Challenges Ahead