You are on page 1of 14

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dan Pola Pemberian MP – ASI dengan Perkembangan
Motorik anak stunting usia 12 – 24 bulan di Kota Kupang

Mother Nutritional Knowledge Relations and Giving Patterns MP - ASI with the development
of motor skills stunting children aged 12-24 months in Kota Kupang

ABSTRACT
Background : Knowledge of Maternal nutrition is one of the factors affecting the
development of the child. Child stunting occurs because of lack of nutrients in the long term
the fetal life until first 2 years of a child's life. Feeding patterns MP - ASI too early may
interfere with exclusive breastfeeding, and increased illness in infants. Stunting is a state of
chronic malnutrition related to brain development in children. This is caused by a delay in
maturation of cells - nerve cells, especially the cerebellum is a central coordination motor
movement.
Methods : This type of research is obeservasional analytic using cross sectional design. The
subject of this research is stunting of children aged 12-24 months. The subjects were taken by
using total sampling as many as 92 children. Data collection techniques with direct
interviews, and questionnaires knowledge of nutrition, feeding patterns MP - ASI and motor
development of children. Data were analyzed by chi-square test and logistic regression with
95% confidence level (α = 0.05) and in though with SPSS 17.0 for Windows.
Results: The number of child stunting based on the nutritional status of TB / U as many as 67
respondents short stature or around 72, 8%, and a very short amount to 25 respondents or
27.2% of total respondents amounted to 92 respondents. Maternal nutrition knowledge has a
relationship with the child's motor development stunting aged 12-24 months in Kota Kupang.
Maternal nutritional knowledge were less at risk of 342 times the child may experience
abnormal motor development in comparison with the knowledge of good maternal nutrition.
Feeding patterns MP - ASI includes the intake of energy, protein, fat and KH does not have a
relationship with the child's motor development stunting aged 12-24 months. Feeding patterns
MP - ASI that does not comply with the risk of AKG Energy = 1,179 Fat Protein = 0.722 =
1,143 and KH = 4038 times the motor development of children may experience abnormal
stunting compared to the pattern of gift MP - ASI in accordance with the% Daily Value.
Conclusions : There is a significant association with maternal nutrition knowledge stunting
motor development of children aged 12-24 months.

Keywords: Nutrition Knowledge Capital, Giving Patterns MP - ASI, developments Motor


child stunting.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENDAHULUAN
Masalah gizi merupakan masalah yang sangat komplek karena status gizi dipengaruhi
oleh berbagai faktor baik secara langsung maupun tidak langsung. Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2013 menunjukan secara nasional di Indonesia prevalensi berat – kurang
(underweight) menurut BB/U pada anak balita 5,7 % gizi buruk dan 13,9 % gizi kurang.
Menurut hasil South East Asia Nutritions Surveys (Seanuts), stunting di Indonesia berjumlah
34 %, dan 22, 3 % gizi buruk. Apabila dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN
seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand, maka Indonesia jumlah anak-anak dengan ukuran
tubuh pendek diketahui lebih banyak (Seanuts, 2012).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013) prevalensi stunting di Indonesia mencapai
37,2 %, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8 %). Prevalensi panjang bayi lahir
pendek di Nusa Tenggara Timur < 48 cm sebesar 28, 7 %, sedangkan panjang bayi lahir
pendek 48 – 52 cm sebesar 65, 7 %, dan panjang bayi lahir > 52 cm sebesar 5,5 %.
Presentase bayi lahir pendek di Indonesia menurut panjang badan lahir < 48 sebesar 20,2 %
dan 48 – 52 sebesar 76,4 % sedangkan presentase bayi lahir pendek tertinggi yaitu di propinsi
Nusa Tenggara Timur. Menurut hasil rekapitulasi pemantauan status gizi (PSG) diketahui
bahwa persentase stunting di Kota Kupang sebesar 63,3 % artinya anak di Kota Kupang
mengalami pendek dibandingkan dengan tinggi badan yang seharusnya mereka capai pada
usia 1-5 tahun. Stunting terjadi karena kekurangan zat gizi dalam jangka waktu lama pada
masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak.
Wiryo (2002), menyatakan bahwa status gizi kurang pada bayi 7-12 bulan disebabkan
oleh pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi
berumur 6 bulan memerlukan makanan pendamping ASI dalam jumlah yang semakin
bertambah sesuai dengan pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cerna. Permasalahan
pemberian makanan bayi diantaranya adalah pemberian MP-ASI terlalu dini, pemberian
terlambat, frekuensi dan porsi yang tidak sesuai dengan umur.
Menurut Pudjiadi (2000), pemberian MP-ASI terlalu dini dapat mengganggu pemberian
ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan
bukti yang menyatakan bahwa pemberian MP-ASI sebelum waktunya lebih menguntungkan.
Bahkan sebaliknya, akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada
dampak positif untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi. Menurut Adisasmito (2008), bayi
yang terlambat mendapatkan MP-ASI akan memicu terjadinya gizi kurang.
Masa balita merupakan periode kritis commit to user anak terutama pada usia tiga tahun
perkembangan
pertama. Pada usia tersebut, rentan terjadi malnutrisi. Stunting merupakan keadaan malnutrisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kronik yang berkaitan dengan perkembangan otak anak, hal ini disebabkan oleh adanya
keterlambatan kematangan sel – sel saraf terutama di bagian cerebellum yang merupakan
pusat koordinasi gerak motorik. Beberapa penelitian menunjukan bahwa stunting
berhubungan dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik merupakan aspek
perkembangan yang penting karena berkaitan dengan aspek perkembangan yang lain,
terutama perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif inilah yang secara tidak langsung
akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia (Gamayanti, 2010). Hasil penelitian di
Manado menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang gizi dengan
stunting pada anak usia 4 – 5 tahun (Wellem, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, masalah pola pemberian MP –
ASI yang tidak tepat terjadi di Kota Kupang yaitu ± 50 % bayi kurang dari 4 bulan sudah
diberi makanan selain ASI dan ada beberapa jenis makanan yang pantang diberikan kepada
bayi. Salah satu penyebabnya, mungkin karena ibu tidak mempunyai pengetahuan gizi yang
cukup sehingga mereka memberikan MP – ASI terlalu dini dan tidak bervariasi. Oleh karena
itu perlu penelitian tentang hubungan pengetahuan gizi ibu dan pola pemberian MP – ASI
dengan perkembangan motorik pada anak stunting usia (12 – 24) bulan di Kota Kupang.
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan pengetahuan gizi ibu dan pola
pemberian MP – ASI dengan perkembangan motorik pada anak stunting (12 – 24 bulan) di
Kota Kupang. Secara khusus bertujuan untuk mengukur status gizi anak stunting usia 12 – 24
bulan di Kota Kupang, menganalisis hubungan pengetahuan gizi ibu dengan perkembangan
motorik pada anak stunting ( 12 – 24 bulan ) di Kota Kupang dan menganalisis hubungan
pola pemberian MP – ASI dengan perkembangan motorik pada anak stunting ( usia 12 – 24
bulan ) di Kota Kupang.

METODE PENELITIAN
Tempat yang digunakan pada penelitian ini adalah 9 Puskesmas yang ada di Kota Kupang.
Kota Kupang digunakan sebagai lokasi penelitian dikarenakan jumlah prevalensi stunting
pada anak balita sebesar 63,3 %. (Dinas Kesehatan Propinsi NTT, 2012). Penelitian
dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016.
Jenis penelitian menggunakan observasional analitik, dengan menggunakan desain cross
sectional untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi ibu dan pola pemberian MP – ASI
pada anak stunting terhadap perkembangan motorik anak usia 12 – 24 bulan di Kota Kupang.
commit
Populasi penelitian ini adalah anak stunting to –user
usia 12 24 bulan di Kota Kupang berjumlah 92
anak stunting. Dasar pemilihan populasi pada anak stunting usia 12 – 24 bulan dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pada masa golden age yang merupakan usia perkembangan awal pada anak sehingga perlu
dilakukan intervensi sejak dini . Teknik pengambilan Sampel dalam penelitian ini adalah
Probability Sampel yakni dengan menggunakan Teknik total sampling, yaitu seluruh populasi
dijadikan sebagai sampel penelitian dikarenakan jumlah populasi yang kecil atau kurang dari
100. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 92 balita stunting usia 12-24 bulan yang
diambil dari 9 puskesmas yang berada di Kota Kupang.
Penelitian ini terdiri dari beberapa variabel antara lain : Variabel bebas (Pengetahuan
Gizi Ibu dan Pola pemberian MP – ASI), Variabel terikat (Perkembangan Motorik pada anak
stunting), Variabel lain yang di kendalikan (Infeksi, keturunan, ekonomi keluarga, sosial
budaya, pendidikan, dan usia.)
Pengolahan dan analisis data dari variabel penelitian menggunakan program
komputer. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analitik : Analisis Univariat, Analisis
Bivariat dan Analisis Multivariat

HASIL PENELITIAN

Hasil Analisis Data


Analisis Univariat
Tabel 4.1 Analisis hubungan pendidikan ibu dan pekerjaan ibu dengan perkembangan
motorik anak
Keterangan Abnormal Normal Jumlah p
N % N % n %
Pendidikan Ibu
Diploma/ Sarjana 19 59,4 13 40,6 32 100 1,000
SMA 35 58,3 25 41,7 60 100
Pekerjaan ibu
Bekerja 31 77,5 9 22,5 40 100 0,003
Tidak bekerja 23 44,2 29 55,8 52 100

Tabel 4.1 menunjukkan pendidikan ibu dimana dari 92 orang, sebagian besar
pendidikan ibu sebanyak 60 orang (65,21 %) memiliki latar belakang pendidikan SMA. Latar
belakang pendidikan ibu SMA cenderung lebih banyak pada kelompok anak dengan
perkembangan motorik abnormal sebanyak 35 orang ( 58,3 %) dibandingkan dengan
kelompok anak perkembangan motorik normal sebanyak 25 orang (41,7%). Berdasarkan hasil
analisis chi square hasilnya menunjukan p = 1,000 yang lebih besar dari alpha 0,05 artinya
pendidikan ibu tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan perkembangan motorik
commit to user
anak stunting. Menurut pekerjaan ibu dimana dari 92 orang, sebagian besar pekerjaan ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebanyak 52 orang (56,52 %) tidak bekerja. Latar belakang pekerjaan ibu cenderung lebih
banyak pada kelompok anak dengan perkembangan motorik abnormal sebanyak 31 orang
atau sebesar (77,5%) dibandingkan dengan kelompok anak perkembangan motorik normal
sebanyak 9 orang atau sebesar (22,5%). Berdasarkan hasil analisis chi square pekerjaan ibu
hasilnya menunjukkan p = 0,003 yang lebih kecil dari alpha 0,05 artinya pekerjaan ibu
mempunyai hubungan yang signifikan dengan perkembangan motorik anak stunting.

Tabel 4.2 Analisis hubungan berdasarkan karakteristik anak menurut usia, jenis kelamin, dan
status gizi dengan perkembangan motorik anak
Keterangan Abnormal Normal Jumlah p
N % n % n %
Usia anak 0,154
12 bulan 45 63,4 26 36,6 71 100
24 bulan 9 42,9 12 57,1 21 100
Jenis kelamin anak
Perempuan 30 60,0 20 40,0 50 100 0,948
Laki – laki 24 57,1 18 42,9 42 100
Status gizi
Pendek 39 58,2 28 41,8 62 100 0,877
Sangat pendek 15 60 10 40 25 100

Tabel 4.2 menunjukkan usia anak dari 92 subyek sebagian besar sebanyak 71 anak
(77,17 %) berumur 12 bulan. Usia 12 bulan cenderung lebih banyak pada kelompok
perkembangan motorik anak abnormal yaitu sebanyak 45 orang (63,4%). Menurut jenis
kelamin anak sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 50 anak (54,34 %).
Jenis kelamin perempuan cenderung lebih banyak pada kelompok perkembangan motorik
anak abnormal yaitu sebanyak 30 anak (60%). Menurut status gizi sebagian besar status gizi
anak pendek yaitu sebesar 62 anak. Status gizi menurut TB/U pendek cenderung lebih banyak
pada kelompok anak dengan perkembangan motorik abnormal yaitu sebanyak 39 anak atau
sebesar (58,2%). Berdasarkan hasil analisis chi square usia anak, jenis kelamin dan status gizi
anak hasilnya menunjukkan nilai p lebih besar dari alpha 0,05, artinya usia anak, jenis
kelamin anak dan status gizi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
perkembangan motorik anak stunting.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel4.3 Analisis hubungan pengetahuan gizi ibu dan pola pemberian MP – ASI dengan
perkembangan motorik
Keterangan Abnormal Normal Jumlah p
n % n % n %
Pengetahuan gizi
Baik 31 72,1 12 27,9 43 100 0,026
Kurang 23 46,9 26 53,1 49 100
Jumlah Asupan
≤ % AKG 38 57,6 28 42,4 66 100 0,910
≥ % AKG 16 61,5 10 38,5 26 100
Frekuensi makan
≥ 3x sehari 12 54,5 10 45,5 22 100 0,838
≤ 3x sehari 42 60 28 40,0 70 100
Pemberian MP-ASI
≤ 6 Bulan 39 60,9 25 39,1 64 100 0,667
≥ 6 Bulan 15 53,6 13 46,4 28 100

Tabel 4.3 menunjukkan pengetahuan gizi ibu dari 92 responden sebagian besar
berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 49 responden atau sebesar (53,26 %). Pengetahuan
gizi baik cenderung lebih banyak pada anak yang perkembangan motoriknya abnormal yaitu
sebanyak 31 responden ( 72,1 %). Menurut jumlah asupan yang sesuai dengan % AKG
sebanyak 26 anak atau sebesar (28,26 %), Jumlah asupan cenderung lebih banyak ≤ % AKG
pada anak yang perkembangan motoriknya abnormal sebanyak 38 anak atau sebesar (57,6 %).
Menurut frekuensi makan cenderung lebih banyak ≤ 3x sehari yaitu sebanyak 70 anak atau
sebesar (76,08 %). Frekuensi makan ≤ 3x paling banyak pada anak yang perkembangan
motoriknya abnormal yaitu sebanyak 42 anak atau sebesar (60 %). Menurut pemberian MP –
ASI dari 92 responden paling banyak ≤ 6 bulan sebanyak 64 anak atau sebesar (69,56 %).
Pemberian MP – ASI ≤ 6 bulan cenderung lebih banyak pada anak yang perkembangan
motoriknya abnormal yaitu sebesar 39 anak atau (60,9 %). Berdasarkan hasil analisis chi
square hasilnya menunjukkan nilai p lebih besar dari alpha 0,05 artinya pengetahuan gizi ibu,
jumlah asupan zat gizi, frekuensi makan dan pemberian MP – ASI tidak mempunyai
hubungan yang bermakna dengan perkembangan motorik anak stunting.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Analisis bivariat
- Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Perkembangan Motorik pada
anak Stunting ( usia 12- 24 bulan )
Tabel 4.4 Analisis hubungan pengetahuan gizi ibu dengan perkembangan motorik
Pengetahuan Perkembangan motorik anak Total OR (95% CI) p
gizi ibu value
Normal Abnormal
N % n %
Baik 12 (27,9 %) 31 (72,1%) 43 100 0,342 0,026
(0,143 - 0,818)
Kurang 26 (53,1%) 23 (46,9%) 49 100
Jumlah 38 54 92 100

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan perkembangan motorik diperoleh
bahwa ada sebanyak 31 responden (72,1 %) perkembangan motorik anak abnormal,
sedangkan diantara pengetahuan gizi ibu yang kurang ada perkembangan motorik anak yang
abnormal yaitu sebanyak 23 responden (46,9 %). Dari hasil analisis diperoleh nilai OR =
0,342 artinya ibu yang pengetahuannya kurang mempunyai peluang 0,342 kali terhadap
perkembangan motorik anak abnormal dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya baik.
Analisis hubungan Jumlah asupan dengan Perkembangan Motorik pada anak Stunting
( 12 – 24 bulan).
Tabel 4.5. Analisis Hubungan Jumlah asupan dengan perkembangan motorik pada anak
stunting usia 12 – 24 bulan
Jumlah Perkembangan motorik anak Total OR (95% CI) p
Asupan value
Normal Abnormal
N % n %
≥ % AKG 28 (42,4%) 38 (57,6%) 66 71,7 1.179 0,910
(0,466 – 2,984)
≤ % AKG 10 (38,5%) 16 (61,5%) 26 28,3
Jumlah 38 (41,3%) 54 (58,7%) 92 100

Hasil uji statistik menggunakan chi – square dengan tingkat kepercayaan 95 %


menunjukan bahwa tidak ada hubungan Jumlah asupan dengan perkembangan motorik anak.
Besarnya resiko dapat dilihat berdasarkan nilai OR = 1.179. Artinya, subyek dengan jumlah
asupan ≤ % AKG beresiko perkembangan motorik
commit anak abnormal dibandingkan dengan
to user
jumlah asupan yang sesuai dengan ≥ %AKG.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Analisis Hubungan Frekuensi pemberian MP – ASI dengan Perkembangan Motorik


pada anak Stunting ( 12 – 24 bulan).
Tabel 4.6. Analisis Hubungan frekuensi pemberian MP – ASI dengan perkembangan motorik
pada anak stunting usia 12 – 24 bulan
Frekuensi Perkembangan motorik anak Total OR (95% CI) p
Makan value
Normal Abnormal
n % n %
≥ 3x sehari 10 (45,5%) 12 (54,5 % ) 22 23,9 1,250 0,838
(0,476-3,284)
≤ 3x sehari 28 (40 %) 42 (60%) 70 76,0
Jumlah 38 (41,30%) 54 ( 58,69 %) 92 100

Sumber : Data Primer 2016.

Hasil uji statistik menggunakan chi – square dengan tingkat kepercayaan 95 %


menunjukan bahwa tidak ada hubungan frekuensi pemberian MP – ASI dengan
perkembangan motorik anak. Besarnya resiko dapat dilihat berdasarkan nilai OR = 0,838.
Artinya, subyek dengan frekuensi pemberian MP – ASI ≤ 3x sehari beresiko perkembangan
motorik anak abnormal dibandingkan dengan frekuensi pemberian MP – ASI ≥ 3x sehari.

Analisis Hubungan Pemberian MP – ASI dengan Perkembangan Motorik pada anak


Stunting ( 12 – 24 bulan).
Tabel 4.7. Analisis Hubungan pemberian MP – ASI dengan perkembangan motorik pada
anak stunting usia 12 – 24 bulan
Pemberian MP – Perkembangan motorik Total OR (95% p value
ASI anak CI)
Normal Abnormal
n % n %
≥ 6 bulan 13 (46,4 %) 15 (53,6%) 28 30,43 1,352 0,667
(0,552-3,314)
≤ 6 bulan 25 (39,1 %) 39 (60,9 %) 64 69,56
Jumlah 38 (41,30%) 54 (58,69 %) 92 100

Hasil uji statistik menggunakan chi – square dengan tingkat kepercayaan 95 %


menunjukan bahwa tidak ada hubungan pemberian MP – ASI dengan perkembangan motorik
commitnilai
anak. Besarnya resiko dapat dilihat berdasarkan to user
OR = 1.352. Artinya, subyek dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemberian MP – ASI ≤ 6 bulan beresiko perkembangan motorik anak abnormal dibandingkan


dengan pemberian MP – ASI ≥ 6 bulan.

Analisis Multivariat
Tabel 5. Analisis Multivariat Pekerjaan ibu, jumlah asupan, frekuensi makan dan
pemberian MP – ASI terhadap perkembangan motorik anak stunting.
Variabel RR 95 % CI Nilai p
Pekerjaan Ibu 4,73 1,827 - 12,271 0,001
Jumlah Asupan 0,681 0,236 -1.965 0,478
Frekuensi Makan 0,994 0,330 - 2,996 0,991
Pemberian MP – ASI 0,731 0,264 – 2,023 0,546
Sumber : Data primer 2016.
Hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik tersebut menunjukkan p >
0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara jumlah asupan, frekuensi makan dan pemberian
MP - ASI ASI terhadap perkembangan motorik. Pekerjaan ibu menjadi faktor dominan
terhadap perkembangan motorik anak stunting dilihat dari nilai RR 4,73. Hasil regresi logistik
juga menunjukkan nilai Nagelkerke R Square 0,164 bahwa keempat variabel tersebut mampu
menjelaskan perkembangan motorik sebesar 16,4 % dan sisanya yaitu sebesar 83,6 %
dijelaskan oleh faktor lain.

PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 92 responden yang meliputi pemberian
kuesioner kepada ibu dan pengukuran status gizi serta mengamati perkembangan motorik
anak hasil signifikan (α) = 0,05 pada pengetahuan gizi ibu dengan perkembangan motorik
menunjukan p value = 0,026 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
gizi ibu dengan perkembangan motorik pada anak usia 1 – 2 tahun.
Pengetahuan gizi ibu merupakan pengetahuan ibu tentang gizi yang sangat berpengaruh
pada pertumbuhan anak. Konsep adopsi perilaku yang dikemukakan oleh Mubarak (2011)
menyatakan bahwa proses pembentukan perilaku adalah evolusi dari pengetahuan yang dapat
membentuk sikap dan kemudian dapat mempengaruhi terciptanya perilaku. Konsep ini
dikenal dengan istilah KAP yaitu Knowledge – attitude – practice (pengetahuan - sikap –
perilaku).
Proses ini dapat berwujud pemberian informasi atau pengalaman responden. Sesuai
dengan karakteristik responden diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan
commit to user
SMA dan pekerjaan responden adalah Ibu Rumah Tangga, hal ini menunjukan bahwa tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan untuk lebih memahami bagaimana mendidik
anak dan mengarahkan anak dalam pendidikan serta memberikan gizi seimbang sehingga
dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangannya.
Responden memiliki kesempatan yang besar untuk mendapatkan infomasi mengenai
pengetahuan gizi baik yang berasal dari pemberian informasi yang diberikan secara sengaja
(artificial) misalnya pemberian penyuluhan, maupun yang berasal dari pengalaman baik yang
sifatnya langsung maupun melalui pengalaman tidak langsung (dialami oleh individu
lainnya). Proses ini seharusnya dapat mendorong pengetahuan menjadi lebih baik, namun dari
hasil penelitian yang dilakukan masih banyak responden yang memiliki pengetahuan kurang
sebesar 28, 3 % dari seluruh responden. Kondisi ini dipengaruhi oleh rendahnya intensitas
informasi kepada responden tentang gizi serta kurangnya partisipasi tenaga kesehatan dalam
menyampaikan informasi.
Status gizi anak adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan gizi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefenisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan gizi.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diet ( Beck, 2000). Sebagian orang tua sudah mengerti gizi apa saja
yang harus dikonsumsi anak – anak mereka, sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan
perkembangannya.
Penelitian yang dilakukan oleh (Lindawati,2011) menunjukan variabel status gizi yang
paling berhubungan dengan perkembangan motorik anak usia pra sekolah, yang ditunjukan
dengan p = 0,004.
Hasil penelitian Sudiyanto (2003) menunjukan bahwa pengetahuan dan sumber informasi
yang diperoleh ibu tentang pemberian MP – ASI akan mempengaruhi pola pemberian MP –
ASI pada bayi. Umumnya ibu telah memberikan makanan selain ASI pada bayinya sebelum
usia 6 bulan, dengan jumlah dan mutu serta cara pemberian makanan yang berbeda – beda
(Karmini dan Rossi, 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Desmukh (2012) mengenai determinasi sosial stunting
didaerah pedesaan Wardha India pusat menunjukan faktor determinan yang berpengaruh
terhadap terjadinya stunting salah satunya adalah pengetahuan gizi ibu, pendidikan orang tua
dan pekerjaan orang tua. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
gizi ibu berhubungan dengan perkembangan motorik anak stunting usia 12 – 24 bulan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan gizi ibu dan pola
pemberian MP – ASI dengan perkembangan motorik pada anak stunting usia 12 – 24 bulan
adalah sebagai berikut jumlah anak stunting berdasarkan status gizi TB/U sebanyak 67
responden bertubuh pendek atau sekitar 72, 8 % dan sangat pendek berjumlah 25 responden
atau sebesar 27,2 % dari total responden berjumlah 92 responden.
Pengetahuan gizi ibu memiliki hubungan dengan perkembangan motorik anak
stunting usia 12 – 24 bulan di Kota Kupang.
Pola pemberian MP – ASI meliputi asupan energi, protein, lemak dan KH tidak
memiliki hubungan dengan perkembangan motorik anak stunting usia 12 – 24 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

ACC/SCN & International Food Policy Research Institute (IFPRI) (2000). 4th Report on the
world Nutrition Situation, Nutrition Throughout the life cycle.

Adisasmito, W. 2008. Sistem Kesehatan . PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Akeredolu, A. 2014. Mother Nutritional Knowledge, Infant Feeding Practice and Nutritional
status of children (0 – 24 Bulan) in Lagos state, Nigeria. Available form

Almatsier, 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Gramedia. Jakarta.

Aritonang, I. 2010. Menilai Status Gizi untuk Mencapai Sehat Optimal. Leutika. Yogyakarta.

Azwar, A. 2000. Pedoman Pemberian makanan pendamping ASI. Jakarta : Binarupa Aksara.

Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan Nasional
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Jakarta, 2010

Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan Nasional
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Jakarta, 2013.

Caufield, Stephanie A. Richard, Juan A. Rivera, Philip Musgrove, and Robert E. Black. (2006).
Disease control priorities in development countries 2 nd edition stunting. Wasting
and micronutrient deficiency disorder chapter 28. Jamisom et al (ed) world bank,
Washington D.C.

Clark, D. 1998. Financing of Education in Indonesia, Asian Development Bank and


Comparative Education Research Centre The University, Hongkong.

Crookston, T.,Mary,E., and Penny. 2010.commit to user


Children who recorver from early stunting and
children who are not stunted demonstrate similar levels of cognition. American
Society for Nutrition. The Journal of Nutrition. 140 (11) : 1996 - 2001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Depkes RI, 2007. Pedoman Operasional keluarga sadar Gizi. Depkes RI, Jakarta.

Desmukh, Singha, Dongre, 2012. Social Determinan of Stunting in Rural Area of Wardha,
Central India. Medical Journal Armed Forces India 69 (2013) 213 – 217.

Dinas Kesehatan Kota Kupang, 2014. Laporan Tahunan Puskesmas Kota Kupang Tahun
2014.

Eastwood M, 2003. Principles of Human Nutrition. Second Edition. Edinburgh, UK.


Blackwell Science

Fahmida, U. 2015. Effectiveness in improving knowledge, practices, and intakes of “ key


problem nutrients” of a complementary feeding intervention developed by using
linear programming : experience in lombok, Indonesia.

Fanggi A C, Picauly I, & Jutomo L. 2012. Studi perbandingan indeks prestasi belajar antara
siswa SD yang mengalami stunting dan non stunting di Kota Kupang. Jurnal Gizi
dan Kesehatan Masyarakat, 4(2), 1106—1116.

Gamayanti IL, 2010. Upaya Optimalisasi Fungsi Kognitif dan Psikomotor Anak Stunting.
Makalah disampaikan di seminar Nasional Optimalisasi Potensi Anak Stunting di
Indonesia; 2 Oktober 2010; Yogyakarta.

Gibson, 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford University Press.
New York.

Grantham – Mc Gregor SM, Yin BC, Cueto S, Glewwe P, Richter L, Strupp B et al.
Developtmental potential in the first 5 years for children in developming countries
Lancet 2007 ; 369 (9555) 60 – 70.

Jahari B, A. 2004. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Antropometri. Puslitbang Gizi dan
Makanan. Depkes RI.

Kemenkes RI, 2014. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995
/Menkes/SK/XII/2010 tentang standart Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Direktorat jendral Bina Gizi dan kesehatan Ibu dan Anak.

Kemenkes RI, 2012. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, deteksi dini dan intervensi dini tumbuh
kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar.

Kurniasih, 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Kompas Gramedia.Jakarta.

Mahama S, 2014. Relationship between mothers’ nutritional knowledge in children practices


and the growth of children living in impoverished rural communities.

Makoka D, 2013. The Impact of Maternal Education on Child Nutrition : Evidence from
Malawi, Tanzania and Zimbabwe.
commit to user
Manary, M. J. & Solomons, N. W. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat, Gizi dan Perkembangan
Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan Public Health Nutrition
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Editor. Gibney, M. J., Margetts, B. M., Kearney, J. M., & Arab, L. Blackwell
Publishing Ltd, Oxford

Markum, 1999. Air susu Ibu. Jakarta. FKUI

Martorell R & Kettel Khan L Schroeder D, G 1994. Reversibility of Stunting epidemiologi


findings in children from developing countries.

Murti B, 2014. Prinsip & Metode Riset Epidemiologi. Gajah Mada University
press.Yogyakarta.

Nurhayati. Hubungan Jumlah Asupan Makanan Pendamping ASI dengan Perkembangan Bayi
Usia 6 – 11 Bulan di wilayah kerja puskesmas Lendah II Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta (Tesis). Yogyakarta program Pascasarjana Program Studi ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas gajahmada; 2011.

Nursalam, 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman
Skrips, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta, Salemba Medika

Picauly, I., & Toy, S. M. (2013). Analisis Determinan dan Pengaruh Stunting Terhadap
Prestasi Belajar Anak Sekolah di Kupang dan Sumba Timur, NTT. Jurnal Gizi
dan Pangan, 8(1), 55.

Poskit, E. 2003. Nutrition in Childhood dalam Nutrition in Early Life Editor : Morgan J.B &
Dickerson, J.W.T.Jhon Wiley & Sons Ltd.England

Pudjiadi, S. 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.

RSCM & PERSAGI. 1994. Penuntun Diit Anak. Gramedia Pustaka Umum Jakarta.

Santoso, S & Lies, A. 2004. Kesehatan dan Gizi Jakarta. Rineka Cipta.

Sawadogo, Prosper S, Martin-Prevel, Yves, Savy, Mathilde, Kameli, Yves, Traissac, Pierre,
Traore, S. Alfred & Delpeuch, Francis. 2006. An Infant and Child Feeding Index
Is Associated with the Nutritional Status of 6-to 23-Month-Old Children in Rural
Burkina Faso. Community and International Nutrition.

Schmidt, Charles, 2014. “ Beyond Malnutrition : The Role of Sanitation in Stunted Growth”.
Enviroment Health Perspectives. 122.11 (A298)

Semba RD, de Pee S, Sun Kai, Sari M, Akhter N, & Bloem MW. 2008. Effect of parental
formal education on risk of child stunting in Indonesia and Bangladesh: a Cross-
Sectional Study. Lancet, 371, 322—328.

Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Pendidikan & Perilaku Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta. 2003
121-125.

Soetjiningsih. “ Tumbuh Kembang Anak “ Dalam : Ranuh IGNG, penyuting Tumbuh


commit
Kembang Anak. Jakarta: Penerbit BukutoKedokteran
user EGC,1998, Hal. 36.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

You might also like