You are on page 1of 16

SIKAP WANITA PEKERJA SEKS TERHADAP PENGGUNAAN

KONDOM DI PASAR KEMBANG YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya


Kebidanan pada Program Studi Kebidanan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh :
Ismiratri Nur Hidayati
NIM : 090105249

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
SIKAP WANITA PEKERJA SEKS TERHADAP
PENGGUNAAN KONDOM
DI PASAR KEMBANG YOGYAKARTA

Ismiratri Nur Hidayati 1, Sulistyaningsih2

Abstract : This research aim to determine the attitude of sex worker women
towards the use of condom in pasar kembang Yogyakarta. This research used
qualitative research with phenomenology approach. The sampling technique was
using Snowball Sampling , the data validity test used member check
technique.Based on the result of the research, there are some findings such as the
characteristics of the age of the participants are between 23 and 47 years old, they
have formal education from elementary school to junior high school, they are
from Java island, their incomes are between Rp, 500,000 and Rp, 1,500,000, their
reason becoming WPS is economy factor, their status of marriages are widows
and single, and they have children ranging from 1 to 3. The reason in using
condom are influenced by the factors of WPS like their information about
condom, their knowledge about IMS, their insistence in offering condom,
customer selecting, condom offering strategy, the fear of getting IMS, the factors
of the customers such as their information about condom, their knowledge about
IMS, their response towards the condom offering, the thought that they are
healthy, not used to condom using, losing satisfaction, customers who are afraid
of IMS and the factors of condom availability such as buying by themselves, free,
or from the customers, and always preparing condom. The attitude of WPS to the
use of condom is that there is unconformity, indicated by the forming of various
attitude patterns from one of the WPS attitude components, that is affective
component.
Keywords : Attitude, Condom Use, Sex Worker Woman
PENDAHULUAN
Dewasa ini kesehatan berkaitan dengan sistem reproduksi,
reproduksi mendapat perhatian serta fungsi dan prosesnya. Salah
khusus secara global sejak satu ruang lingkup kesehatan
diangkatnya isu tersebut dalam reproduksi adalah pencegahan dan
Konferensi Internasional tentang penanggulangan Infeksi Saluran
Kependudukan dan Pembangunan Reproduksi (ISR), termasuk IMS-
(International Conference on HIV/AIDS.
Population and Development, ICPD), Salah satu kelompok
di Kairo, Mesir, pada tahun 1994. masyarakat yang sering menderita
Kesehatan reproduksi adalah infeksi menular seksual adalah
suatu keadaan sejahtera fisik, mental Wanita Pekerja Seks (WPS). Profesi
dan sosial secara utuh, tidak semata- sebagai WPS berkonsekuensi pada
mata bebas dari penyakit atau tingginya intensitas melakukan
kecacatan dalam semua hal yang hubungan seksual dengan banyak
1.
Mahasiswa D3 Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta
2.
Dosen D3 Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta

 
pria dengan berbagai latar belakang “Dan janganlah kamu sekali – kali
perilaku seksual. Para pelanggan melakukan perzinaan, sesungguhnya
WPS memiliki riwayat seks yang perzinaan itu merupakan suatau
berbeda, sehingga tidak semua para perbuatan yang keji, tidak sopan,
pelanggan WPS terbebas dari IMS. dan yang buruk”.
Akibatnya, para WPS yang tidak Pada surat An-Nur ayat 2 juga
menggunakan pelindung (kondom) menyatakan pelarangan tentang
dapat tertular IMS. pelacuran, yang bunyinya :
Pada gilirannya, kaum WPS ini “Perempuan dan laki – laki yang
dapat menularkan IMS pada pria lain berzina, deralah kedua – duanya,
yang semula sehat melalui hubungan masing – masing seratus kali dera.
seksual tanpa pengaman (kondom). Janganlah sayang kepada keduanya
Selain para pelanggan penderita dalam menjalankan hukum agama
IMS, pelaku penting di lokalisasi Allah, kalau kamu betul – betul
pelacuran yang turut serta beriman kepada Allah dan hari
meningkatkan risiko penyebaran kemudian dan hendaknya hukuman
IMS dan HIV baik secara langsung bagi keduanya itu disaksikan oleh
maupun tidak langsung adalah para sekumpulan orang – orang yang
WPS yang enggan menggunakan beriman”.
kondom dalam melakukan aktivitas Perzinaan merupakan persetubuhan
seksual dengan pelanggannya. antara laki – laki dan perempuan di
Keengganan penggunaan luar pernikahan yang melanggar
kondom sering dikaitkan dengan kesopanaan, merusak keturunan,
sikap dalam hubungannya menyebabkan penyakit kotor,
penggunaan kondom pada saat menyebabkan persengketaan,
melakukan hubungan seksual antara ketidakrukunan dalam keluarga dan
WPS dengan pelanggannya. Karena malapetaka lainnya.
sikap merupakan kecenderungan Usaha pemerintah dalam
potensial untuk bereaksi atau rangka penanggulangan IMS,
berperilaku dengan cara tertentu dan HIV/AIDS telah diterbitkan Kepres.
sikap sendiri terdiri dari komponen Nomor. 36 tahun 1994 tentang
kognitif, komponen afektif, serta Komisi Penanggulangan AIDS
komponen perilaku. Komponen (KPA). Berdirinya KPA di tingkat
kognitif adalah suatu konsep dari pusat kemudian diikuti dengan
kepercayaan individu, komponen pembentukan Komisi
afektif adalah suatu perasaan yang Penanggulangan AIDS Daerah
dimiliki individu, dan komponen (KPAD) yang dikembangkan di
perilaku adalah kecenderungan untuk Provinsi, Kabupaten dan Kota.
berperilaku. Komponen itu akan Departemen terkait dan daerah-
mempengaruhi perilaku terhadap daerah kemudian mengembangkan
obyek tertentu. secara berangsur-angsur berbagai
Norma agama pada umumnya program penanggulangan HIV/AIDS
juga melarang pelacuran, terdapat sesuai dengan tugas dan fungsinya
pada surat Al-Isra ayat 32, masing-masing (Kebijakan dan
menyebutkan : Strategi Nasional Kesehatan
Reproduksidi Indonesia, 2005). Serta

 
larangan dan ancaman adalah praktik kualitatif dengan pendekatan
germo pada pasal 296 KUHP yang fenomenologi, yaitu penelitian yang
berbunyi : bermaksud untuk memahami
“Barang siapa dengan sengaja fenomena tentang apa yang dialami
menghubungkan atau memudahkan oleh subjek penelitian misalnya
perbuatan cabul oleh orang lain perilaku, persepsi, motivasi,
dengan orang lain, dan tindakan, dll (Moleong, 2004 ).
menjadikannya sebagai pencaharian Metode pengumpulan data
atau kebiasaan, diancam yang digunakan adalah wawancara.
dengan pidana penjara paling lama Peneliti menggunakan sistem
satu tahun empat bulan, atau denda wawancara semiterstruktur
paling banyak seribu rupiah”. (semistructure interview), peneliti
Survei awal dilakukan oleh menanyakan pertanyaan sesuai
peneliti pada bulan Agustus 2011, pedoman wawancara yang
didapatkan data yang diperoleh dari mencantumkan isu-isu yang harus
Puskesmas Gedongtengen pada diliput, pertanyaan berkembang
pemeriksaan dari bulan Januari 2011 secara spontan berdasarkan analisis
sampai bulan Agustus 2011 setiap jawaban dari partisipan.
menunjukkan terdapat 92% dari Alat pengumpulan data dalam
klien yang melakukan kunjungan penelitian ini dengan menggunakan
layanan IMS adalah WPS. Dalam pedoman wawancara mendalam, dan
pemeriksaan kunjungan layanan alat bantu yaitu tape recorder (yang
IMS, 86% dari pasien yang diganti dengan HP) dan catatan
menderita IMS tersebut adalah WPS. lapangan.
Dari jumlah keseluruhan WPS yang Partisipan dalam penelitian ini
berada di lokalisasi 40% yang tidak adalah Wanita Pekerja Seks yang
menggunakan kondom, dikarenakan berada di Pasar Kembang
WPS percaya bahwa dengan Yogyakarta yang berjumlah 5 orang
menggunakan kondom pelanggannya dengan kriteria bersedia menjadi
akan mencari WPS lain yang partisipan penelitian saat penelitian
memilih tidak menggunakan kondom berlangsung. Informan dalam
saat melayani pelanggan. penelitian ini adalah salah satu
Berdasarkan latar belakang pegawai dari Puskesmas
tersebut maka dapat dirumuskan Gedongtengen yang mempunyai
masalah sebagai berikut : tugas pokok dalam program
“Bagaimana sikap Wanita Pekerja pencegahan penyakit menular.
Seks (WPS) terhadap penggunaan Tehnik sampling yang
kondom?” digunakan adalah snowball
Tujuan penelitian ini adalah sampling yaitu pengambilan sampel
diketahuinya sikap WPS di Pasar secara berantai dengan meminta
Kembang Yogyakarta terhadap informasi tentang partisipan pada
penggunaan kondom. informan yang telah dihubungi
sebelumnya, setelah mendapatkan
METODE PENELITIAN partisipan pertama dan telah
Metode penelitian yang dilakukan wawancara maka peneliti
digunakan adalah metode penelitian akan meminta informasi pada

 
partisipan pertama tentang partisipan berikut : (1) Mencatat data yang
berikutnya yang sesuai dengan diperoleh yaitu mengubah dari
kriteria inklusi, dan seterusnya rekaman suara menjadi bentuk
sampai mendapatkan jawaban yang tertulis. (2) Membaca hasil transkip
jenuh. berulang-ulang untuk memperoleh
Keabsahan data (uji validitas) ide yang dimaksud oleh partisipan.
dalam penelitian ini dilakukan (3) Memilih dari kutipan kata dan
dengan tekhnik member check . pertanyaan yang berhubungan
Member check merupakan proses dengan fenomena yang diteliti. (4)
pengecekan data yang diperoleh Mencoba memformulasikan makna
peneliti kepada pemberi data untuk masing-masing pertanyaan
(Sugiyono, 2010; 129). yang signifikan. (5) Mengulang
Pelaksanaan member check respon ini untuk semua hasil transkip
dilakukan setelah pengumpulan data dari partisipan untuk menentukan
selesai atau sudah mendapatkan kategori data. (6) Selanjutnya
suatu kesimpulan. Caranya dilakukan peneliti akan mengintegrasikan hasil
secara individual, peneliti datang secara keseluruhan ke dalam bentuk
kembali kepada partisipan deskriptif naratif. (7) Langkah akhir
melakukan kesepakatan data yang peneliti kembali menemui partisipan
ditemukan peneliti. Data dari hasil untuk klarifikasi data hasil
wawancara dibuat dalam bentuk wawancara berupa transkip yang
transkip data, kemudian peneliti telah dibuat untuk partisipan, untuk
melakukan pengecekan kembali data memastikan apakah sudah sesuai
yang diperoleh dengan partisipan atau tidak sesuai dengan apa yang
sehingga dipeoleh data yang sesuai disampaikan oleh partisipan.
dengan apa yang dimaksud oleh
partsipan. Kemudian peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN
melakukan interpretasi dengan Karakteristik partisipan dapat
mengidentifikasi kemungkinan dilihat pada tabel 1.
berbagai tema dari hasil wawancara 1. Alasan pemakaian kondom oleh
berdasarkan penjelasan yang WPS
diberikan oleh partisipan. Alasan dari pemakaian
Analisis data kualitatif kondom oleh WPS terbentuk
dilakukan dengan menggunakan karena terdapat beberpa faktor
langkah dari Colaizzi (cit yang menyebabkannya.
Wikaningtami, 2010) adalah sebagai
Tabel 1 Karakteristik Partisipan Berdasarkan Usia, Pendidikan Formal,
Penghasilan, Alasan Menjadi WPS, Jumlah Anak, Status Pernikahan
Alasan
Pendidikan Asal Penghasilan Jumlah Status
Partisipan Usia Menjadi
Formal Daerah per bulan Anak Pernikahan
WPS
P1 47 SD Purwokerto Rp 0 500.000 Ekonomi 2 Janda
P2 25 SD Bantul Rp 1.500.000 Ekonomi 0 Belum menikah
P3 20 SMP Jepara Rp 0 600.000 Ekonomi 0 Belum menikah
P4 46 SMP Kulon Progo Rp 0 500.000 Ekonomi 3 Janda
P5 23 SMP Demak Rp 1.000.000 Ekonomi 1 Belum menikah

 
Dari analisis data kondom yang bagus, para
menunjuk ke gambar 4 pada partisipan mengungkapkan
halaman 56 secara garis besar bahwa kondom itu berguna untuk
faktor-faktor yang menyebabkan menjaga kesehatan, menjaga
alasan pemakaian kondom dapat penularan atau mencegah
dirumuskan menjadi tiga, yakni penyakit seperti HIV/AIDS yang
faktor WPS, faktor pelanggan dan diungkapkan oleh P1,P2, P3, P4
faktor ketersediaan kondom. dan P5. P3 dan P4 juga
Faktor dari dalam diri mengungkapkan bahwa kondom
pribadi manusia di sini yang berfungsi sebagai KB.
dimaksud adalah WPS juga akan Prawirohardjo (2009)
mempengaruhi berubahnya sikap menyatakan IMS merupakan
atau terbentuknya sikap baru dari penyakit akibat kontak seksual
WPS, yaitu selektivitasnya, atau melakukan aktivitas seksual
pilihannya, atau minat dari seseorang yang terinfeksi
perhatiannya untuk menerima dan kepada pasangan seksualnya,
mengolah berbagai pengaruh yang diantaranya adalah Gonore
datang dari luar dirinya (Sobur, (gonorrhea), Klamidia
2010; 362-363). Faktor WPS ini trikomonas, vaginosis bakterial,
anatara lain pengetahuan tentang sifilis, genital warts (kutil
kondom yang merupakan kelamin), herpes genitalis (herpes
selektifnya WPS dalam alat kelamin), Acquired Immune
pengetahuan terutama kondom, Deficiency Sindrom (AIDS).
pengetahuan tentang IMS ini juga Meskipun partisipan belum
merupakan keselektivitasnya mengetahui apa yang dimaksud
WPS dalam pengetahuan terhadap tentang IMS dengan benar, tetapi
IMS, ketelatenan penawaran mereka juga selektif dalam
kondom merupakan selektivnya pengetahuan tentang IMS.
WPS dalam penawaran kondom Ditunjukkannya dengan
ke semua pelanggannya, pengetahuan partisipan tentang
pemilihan pelanggan merupakan macam dari IMS yaitu HIV, AIDS
mengolah pengaruh yang datang serta sypilis. Diketahuinya dari
dari luar, strategi penawaran ungkapan P1, P2 dan P3 yang
kondom merupakan mengolah menyebutkan bahwa IMS adalah
pengaruh yang datang dari luar HIV, AIDS. Sypilis diungkapkan
dirinya, takut terkena IMS oleh P1dan P2. Ungkapan dari P4
merupakan selektivitanya dan P5 juga menyebutkan bahwa
terhadap pengaruh dari luar. cara penularannya dari hubungan
Menurut Lubis (2008) seksual yang tidak aman.
kondom merupakan alat Jika dikaitkan dengan
kontrasepsi dan sebagai alat karakteristik tingkat pendidikan
pencegah penularan penyakit partisipan, dapat diketahui bahwa
yang ditularkan melalui hubungan tingginya tingkat pengetahuan
seksual. Keselektivan partisipan WPS tentang kondom dan IMS
ditunjukkan dari WPS yang lebih banyak diperoleh dari
memiliki pengetahuan tentang sumber –sumber dari luar dunia

 
pendidikan formal. Hal ini karena menawar sebelum masuk kamar
tingkat pendidikan partisipan dan memastikan bahwa dalam
masih rendah. Sebanyak 5 transaksi itu para pelanggan atau
partisipan hanya berpendidikan tamu menyetujui untuk
sekolah dasar (SD) hingga menggunakan kondom. Pelanggan
sekolah menengah pertama yang mendekati langsung ditawari
(SMP). Partisipan dengan untuk pemakaian kondom.
pendidikan formal sampai SD Karakteristik partisipan
hanya berjumlah dua partisipan dalam penelitian ini yang
yaitu P1 dan P2. Sedangkan merupakan alasan mereka untuk
partisipan yang mencapai menjadi WPS semuanya karena
pendidikan hingga SMP sebanyak ekonomi. Meskipun alasan
3 orang, yaitu P3, P4, dan P5. ekonomi dan persentase partisipan
Dalam penelitian dalam pekerjaan ini
Marianus (2008) asertifitas atau berpenghasilan rendah hampir
ketegasan pekerja seks untuk mencapai separuh. Penghasilan
mengatur dan meyakinkan responden dalam konteks
pasangan kencan yang memiliki penelitian ini dideskripsikan yang
sikap merintangi atau berpenghasilan rendah adalah
menghalangi perilaku penggunaan mereka yang berpenghasilan
kondom, memiliki hubungan yang kurang dari Rp 1.000.000, 00 per
bermakna dengan perilaku bulan yaitu P1, P3 dan P4.
penggunaan kondom. Karena Penghasilan rendah tentunya
pekerja seks yang mempunyai menyulitkan WPS dalam
ketegasan tinggi memiliki membelanjakan uang untuk
perilaku penggunaan kondom membeli kondom atau obat-
yang konsisten. Ketegasan WPS obatan, membeli kebutuhan untuk
untuk mengatur dan menyakinkan membeli kosmetik sebagai aset
pasangan kencan dapat dilakukan hariannya apalagi jika dikaitkan
dengan telaten dalam penawaran pada mereka yang sudah memiliki
kondom, pemilihan pelanggan, anak sepert P1, P4 dan P5. Tetapi
dan memiliki strategi dalam tidak menyurutkan keinginan
penawaran kondom kepada partisipan untuk selalu telaten
pelanggannya. menawarkan kondom seperti yang
Sebagian partisipan dilakukan oleh P1, P2 dan P5.
selektif dalam penawaran kondom Faktor WPS dari
terhadap pelanggannya. pemilihan pelanggan merupakan
Didapatkan dari ungkapkan minat mengolah pengaruh yang
partisipan bahwa selalu datang dari luar diri partisipan
menawarkan kondom kepada didapatkan dari ungkapan oleh P1
semua tamu dan pelanggannya. dan P3. Partisipan
Seperti yang diungkapakan oleh mengungkapkan bahwa mereka
P1, P2 dan P5. Partisipan selalu termasuk memilih pelanggan
menawarkan kondom kepada karena beberapa sebab. Pelanggan
semua pelanggan dan tamunya yang merupakan orang Papua,
saat melakukan transaksi tawar postur tubuh yang besar dan hitam

 
membuat WPS takut terhadapnya. kondom saat berhubungan
Serta orang yang sudah berumur seksual.
tua banyak yang menolak untuk Berdasarkan hasil analisa,
memakai kondom. sebagian besar WPS takut terkena
Status pernikahan dalam IMS oleh sebab itu partisispan
peneltian yang dilakukan oleh mempunyai selektvitas terhadap
Marianus (2008) memiliki pengaruh dari luar yang
hubungan bermakna dengan diungkapkan oleh P1, P2, P3, P4
perilaku penggunaan kondom. dan P5. P1 dan P2
Sehingga alasan mereka memakai mengungkapkan bahwa dengan
kondom berhubungan dengan memakai kondom lebih
status pernikahannya. Tetapi lain merasakan aman dan nyaman, P2,
halnya dalam penelitian ini bahwa P3, P4 dan P5 mengungkapkan
status pernikahan tidak bahwa takut terinfeksi penyakit
mempengaruhi alasan WPS untuk menular seksual dari
memakai kondom. Meskipun P1 pelanggannya dan mereka hanya
berstatus janda dan P3 yang betul – betul menginginkan
berstatus belum menikah dalam kesehatan untuk dirinya.
penelitian ini peneliti Usia partisipan yang
mendapatkan bahwa partisipan tergolong masih muda lebih
memilih pelanggan karena alasan banyak dijumpai dibandingkan
tertentu. usia partisipan yang lebih dewasa.
Dari hasil analisis data Partisipan yang berumur lebih
faktor WPS dari strategi dari 25 tahun 2 WPS yaitu P1 dan
penawaran kondom sebagian P4 serta sisanya sebanyak 3 WPS
partisipan mempunyai strategi tergolong muda karena masih
khusus untuk menawarkan berusia 25 tahun ke bawah, yaitu
kondom kepada setiap P2, P3 dan P4. Tetapi dalam
pelanggannya yang diungkapkan penelitian ini karakteristik umur
oleh P2, P3, P4 dan P5. Strategi partisipan tidak mempengaruhi
penawaran juga merupakan minat faktor WPS dalam alasan mereka
mengolah dari partispan untuk memakai kondom saat melayani
pengaruh yang datang dari luar pelanggan. Karena semua
diri partisipan. Partisipan partisipan takut terkena IMS.
mengungkapkan bahwa harus Pada surat Al-Hadiid ayat
pintar ngomong kepada 23 menyatakan untuk setiap kaum
pelangganseperti menakut – muslim janganlah berputus asa, yang
nakuti pelanggan tentang penyakit bunyinya :
yang ditularkan melalui hubungan “Agar jangan kamu berputus asa
seksual atau dengan dibujuk atas sesuatu yang lepas darimu, dan
ataupun dirayu tamunya serta jangan bersuka ria atas anugerah
harus bernegosiasi dulu sebelum yang diberikan kepadamu. Allah
masuk kamar. Hal ini tidak suka orang – orang yang
berhubungan dengan kemampuan sombong dan menepuk dada”.
partisipan untuk menyakinkan
kepada pelanggan untuk memakai

 
Berdasar uraian pada pengetahuan yang baik tentang
surat tersebut janganlah berputus HIV/AIDS yang merupakan salah
asa bagi WPS untuk selalu satu macam dari IMS
menggali informasi tentang kemungkinan 3,5 kali lebih
kondom serta informasi tentang besar menggunakan kondom
IMS agar menambah dari pada pelanggan yang
pengetahuannya. WPS jangan memiliki pengetahuan tentang
putus asa untuk selalu HIV/AIDS yang kurang.
menawarkan kondom dengan Tamu atau pelanggan yang
berbagai setrategi yang terbiasa pergi ke lokalisasi
dimilikinya untuk para pelanggan tersebut sebenarnya juga
yang menolaknya untuk mengetahui tentang IMS dan
mengurangi penyebaran penyakit macamnya seperti AIDS, Sypilis
IMS. seperti yang telah diungkapkan
Menurut Azwar (2011) oleh P1, P2, P3 dan P5. Pelanggan
terdapat beberapa faktor yang sebenarnya juga mengetahui
mempengaruhi pembentukan tentang kondom, seperti yang
sikap antara lain adalah pengaruh diungkapkan dari partisipan
orang lain yang dianggap penting. bahwa pelanggannya yang maen
Disini yang dimaksud dengan ke lokalisasi tersebut mengetahui
orang yang dianggap penting tentang kondom sebagai
adalah pelanggan dari WPS. Jadi mencegah penularan penyakit
faktor dari pelanggan itu dapat seksual yang diungkapkan oleh
menimbulkan perubahan sikap P1, P2, P3 dan P5.
terhadap WPS. Tetapi dalam penelitian
Faktor pelanggan ini anatara safarudin (2009) hasil laporan
lain karena pengetahuan tentang SSP tahun 2002 di Jawa timur
kondom, pengetahuan tentang menjelaskan bahwa walaupun
IMS, tanggapan dengan pelanggan mempunyai
penawaran kondom, berfikiran pengetahuan yang baik tentang
dirinya sehat, tidak terbiasa HIV/AIDS salah satu macam IMS
menggunakan kondom, namun kesadaran untuk
kehilangan kenikmatan, takut menggunakan kondom hanya
terkena IMS. 39% dan tidak menggunakan
Dalam penelitian Safarudin sama sekali 61% dengan alasan
(2009) Green dan Kreuter ”merasa kurang enak”. Serta
mengemukakan bahwa perilaku analisis bivariabel dalam
dipengaruhi oleh beberapa faktor penelitian Safaruddin (2009)
salah satunya faktor predisposisi menunjukkan hubungan yang
yang mencakup pengetahuan, bermakna antara pengetahuan
sikap nilai atau keyakinan dan HIV/AIDS dengan penggunaan
persepsi pelanggan seks akan kondom namun tingkat
cenderung berperilaku apabila pengetahuan tersebut belum
mempunyai pengetahuan. diikuti dengan tingkat
Dalam penelitian Safarudin penggunaan kondom. Hal ini
(2009) pelanggan yang memiliki mencerminkan bahwa

 
penggunaan kondom kesehatan lingkungan. Kelompok
dipengaruhi oleh berbagai faktor. perilaku pemeliharaan kesehatan
Seperti yang didapatkan dapat dengan cara pengecekan
peneliti dalam penelitian ini kesehatan setiap waktu. Sehingga
tanggapan atau respon yang terdapat faktor pelanggan yang
diberikan oleh pelanggan yang berfikiran bahwa dirinya sehat.
ditawari kondom itu ada yang Faktor tersebut di dapatkan dari
merasa senang tapi juga ada yang ungkapan P1, P2, P3, P4 dan P5.
dengan jelas bahwa dia menolak Pelanggan mengatakan bahwa
untuk memakai kondom. Seperti mereka tidak pernah maen
yang diungkapkan P1, P2, P3, P4 kemana- mana, mereka menyakini
dan P5 bahwa mereka yang telah bahwa dirinya tidak membawa
terbiasa untuk memakai kondom, penyakit serta dirinya sehat tidak
saat ditawari tentang kondom berpenyakit menular seksual
mereka menanggapi dengan karena setiap bulan melakukan
senang dan ada yang langsung pemeriksaan kesehatan.
mau. P2, P3,P4 dan P5 Faktor pelanggan yang tidak
mengungkapkan bahwa kadang terbiasa dalam menggunakan
ada tanggapan dari pelanggan kondom. Seperti yang
yang menolak kalau mereka tidak diungkapakan oleh P1 bahwa
suka dan ada yang tanggapannya pelanggan tersebut terpaksa
senang dan mau untuk kadang harus latihan dulu untuk
menggunakan kondom sampai menggunakan kondom. Serta dari
meminta kondom kepada WPS. ungkapan P4 juga menyebutkan
Seperti yang diungkapkan bahwa pelanggannya tidak pernah
oleh Safaruddin (2009) bahwa hal memakai kondom dengan istrinya
yang mencerminkan penggunaan saat berhubungan seksual. Faktor
kondom dipengaruhi oleh pelanggan.
beberapa faktor. Dalam penelitian Terdapat faktor yang
ini peneliti mendapatkan beberapa berkontribusi langsung terhadap
faktor yang mencerminkan penggunaan kondom seperti laki-
penggunaan kondom karena laki merasa risih atau tidak
pelanggan adalah faktor nyaman menggunakan alat
pelanggan yang berfikiran bahwa kontrasepsi sehingga kehilangan
dirinya sehat, faktor pelanggan kenikmatan. Seperti hasil SSP di
yang tidak terbiasa menggunakan Jawa Timur tahun 2002 dijelaskan
kondom, faktor pelanggan yang oleh Safaruddin (2009) pelanggan
kehilangan kenikmatan, serta sebanyak 61% tidak
pelanggan yang takut karena IMS. menggunakan kondom karena
Menurut Skiner (1938) yang alasan merasa kurang enak.
dikutip oleh Safaruddin (2009) Faktor inilah yang banyak
perilaku kesehatan ini dijumpai dalam ungakapan
diklasifikasikan menjadi tiga partisipan. Hampir semua
kelompok yaitu, perilaku partisipan yaitu P1, P2, P3, P4
pemeliharaan kesehatan, perilaku dan P5 mengungkapkan bahwa
pencarian pengobatan, perilaku pelanggannya mengatakan

 
bahawa saat menggunakan IMS. Diketahui dari ungkapan
kondom tidak enak, karena P1,P2 dan P5, mereka
dbuntel seperti memakai karet mengungkapakan bahwa
sehingga kenikmatan saat pelanggan yang sudah kebiasaan
melakukan hubungan seksnya pergi ke lokalisasi selalu
merasa tidak maksimal atau menyediakan atau membawa
terpuaskan, tidak terasa seperti sendiri kondomnya dan mereka
berhubungan seksual karena tidak memang kepengen untuk
nempel antara kulit ke kulit dan menggunakan kondom karena
pelanggan merasa risih saat takut terkena penyakit menular
berhubungan seksual dengan seksual.
menggunakan kondom. Seperti yang dijelaskan
Sebenarnya keengganan sebelumnya dalam penelitian
menggunakan kondom oleh Marianus (2008) asertifitas atau
pelanggan sangat merugikan bagi ketegasan pekerja seks untuk
pelanggan itu sendiri lebih-lebih mengatur dan meyakinkan
bagi WPS, karena perempuan pasangan kencan yang memiliki
lebih mudah terinfeksi penyakit sikap merintangi atau
menular seksual. Hal ini menghalangi perilaku penggunaan
disebabkan karena faktor biologis, kondom, memiliki hubungan yang
epidemiologis maupun sosial bermakna dengan perilaku
yang berkaitan dengan dengan penggunaan kondom. Ketegasan
IMS dan HIV/AIDS yang WPS untuk mengatur dan
memudahkan penularan pada menyakinkan pasangan kencan
kaum perempuan seperti yang selain melakukan penawaran
dijelaskan oleh Suryadi (1996). kondom secara telaten, pemilihan
Secara biologis alat reproduksi pelanggan, dan memiliki strategi
perempuan lebih rentan, artinya dalam penawaran kondom kepada
permukaan mukosa yang kontak pelanggannya. Tetapi dapat juga
selama hubungan seksual lebih dengan faktor selalu mempunyai
luas dibandingkan dengan laki- persediaan kondom, dapat dengan
laki. cara membeli sendiri
Green dan Kreuter (2000) kondomnya,didaptakan secara
yang dikutip oleh Safaruddin geratis maupun didapatkan dari
(2009) mengemukakan bahwa pelanggan.
perilaku dipengaruhi oleh Meskipun karakteristik alasan
beberapa faktor slah satu faktor untuk menjadi WPS karena
predisposisi yang mencakup ekonomi dan dengan
pengetahuan. Jadi pengetahuan berpenghasilan yang rendah dan
pelanggan yang baik akan kurang memadai serta sudah
berperilaku baik pula. Sehingga memiliki anak tetapi tidak
tanggapan pelanggan yang menyurutkan partisipan untuk
berperilaku baik merasa senang selalu menyiapkan kondom
saat ditawari menggunakan sebelum bekerja seperti yang
kondom, karena pelanggan dilakukan oleh P1, P2, P3 dan P5.
merasa takut tertular atau terkena Partisipan selalu mempunyai

 
persediaan kondom untuk membawa dan kadang – kadang
sebelum mereka bekerja, mereka tamu yang menyiapkan.
selalu menyiapkan sebelum 2. Teridentifikasi sikap penggunaan
bekerja dan selalu menyempatkan kondom oleh WPS
untuk membeli kondom sebelum Sikap dari pemakaian
bekerja baik di apotik maupun kondom oleh WPS terbentuk
ditoko karena alasan mereka yang karena terdapat beberpa
takut terkena atau tertular IMS. komponen yang menyertainya.
Serta tidak menyurutkan para Dari analisis data menunjuk ke
partisipan untuk membeli sendiri gambar 5 pada halaman 64 secara
persediaan kondomnya di apotik garis besar komponen yang
atau di toko seperti yang membentuk sikap dalam
dilakukan oleh P1,P2, P3 dan P5. pengunaan kondom. Komponen –
Karena menurut mereka dengan komponen tersebut dirumuskan
membeli kondom sendiri dapat menjadi tiga, yakni komponen
menyesuaikan keinginan kognitif, komponen afektif dan
kenyamanan yang ingin dicapai komponen perilaku.
WPS dan pelanggannya saat Sikap yang ditunjukan WPS
melakukan hubungan seksual. terhadap penggunann kondom
Menurut Azwar (2011) berbeda – beda. Terdapat 3
terdapat beberapa faktor yang komponen yang membnentuk
mempengaruhi pembentukan sikap tersebut seperti yang
sikap antara lain adalah pengaruh dijelaskan oleh Rakhmat (2009)
orang lain yang dianggap penting. yaitu komponen kognitif atau
Orang lain disini juga dapat komponen persepsi, komponen
membantu dalam persediaan afektif atau komponen perasaan,
kondom untuk para partisipan. serta komponen perilaku. Menurut
Sehingga partisipan mendapatkan para ahli psikologi sosial,
kondom secara gratis dari bunga interaksi antar komponen sikap
seroja dan KPA. Seperti yang adalah selaras dan konsisten. Hal
diungkapkan oleh P3 dan P4 ini disebabkan karena ketika
bahwa terkadang dia dihadapkan dengan suatu objek
mendapatkan kondomnya secara sikap yang sarna, maka ketiga
gratis dari bunga seroja maupun komponen tersebut seharusnya
dari KPA. Adapula dari akan membentuk pola arah sikap
pelanggan atau tamu yang datang yang seragam. Apabila salah satu
di lokalisasi Pasar Kembang. dari komponen sikap tidak
Pelanggan atau tamu tersebut konsisten satu sarna lain, maka
terkadang juga membawa atau akan terjadi ketidakselarasan yang
menyiapkan sendiri kondomnya menyebabkan terjadinya
sehingga para partisipan mekanisme perubahan sikap
mendapatkan kondomnya dari sedemikian rupa sehingga
pelanggan. Diketahuinya dari konsistensi akan tercapai kembali
ungkapan P1, P2 dan P5 bahwa (Azwar, 2011: 28-30).
kadang – kadang tamu yang Menurut Sobur (2010)
komponen kognitif merupakan

 
representasi apa yang dipercayai menginginkan uang bukan
atau diyakini, jadi komponen ini kenikmatan.
termasuk konsep kepercayaan Komponen perilaku atau
meliputi persepsi, opini atau konatif menggambarkan suatu
kesadaran seseorang terhadap keinginan dan merupakan aspek
pengetahuan mengenai obyek kecenderungan berperilaku
tertentu. Sikap penggunaan tertentu sesuai dengan sikap yang
kondom dari subtema aspek dimiliki oleh seseorang menurut
kognitif kebanyakan didapatkan Sobur (2010). Subtema perilaku
persepsi yang positif dari ini diketahui banyak yang
parstisipan. Diketahuinya dari memiliki kecenderungan untuk
ungkapan P1, P2, P3, P4 serta P5 berperilaku yang positif. Semua
yang mengungangkapkan bahwa partisipan, P1, P2, P3, P4 dan P5
mereka senang apabila saat mengungkapakn bahwa mereka
melayani pelanggan setuju dengan selalu memakai
menggunakan kondom serta kondom saat melayani
partisipan lebih baik memakai pelanggannya karena takut
kondom saat melayani pelanggan dengan penyakit – penyakit yang
karena dengan menggunakan ditularkan melalui hubungan
kondom lebih aman, tidak merasa seksual yang tidak aman dan yang
ngeri. jelas untuk menjaga kesehatan
Menurut Sobur (2010) mereka.
komponen afektif merupakan
perasaan yang menyangkut aspek KESIMPULAN DAN SARAN
emosional. Dalam subtema aspek
afektif ini didapatkan perasaan Kesimpulan
yang positif dan perasaan yang
negatif. Perasaan postif dapat Karakteristik partisipan usia
diketahui dari ungkapan P1, P2, antara 23 tahun sampai 47 tahun,
P4 dan P5. Partisispan pendidikan formal SD sampai SMP,
mengungkapkan “seneng, srek daerah asal dari Pulau Jawa,
serta justru merasa mangkel penghasilan perbulan antara
kalau tidak memakai kondom saat Rp.500.000 sampai Rp. 1.500.000,
melayani pelanggan”. alasan menjadi WPS karena
Sedangakan perasaan negatif ekonomi, status pernikahan janda
dapat diketahui dari ungkapan P3 dan belum menikah serta memiliki
serta P4 yang mengatakan bahwa jumlah anak 1 sampai 3 anak.
tidak merasa berbeda atau merasa Alasan pemakaian kondom
sama saja saat melayani karena faktor WPS antara lain
pelanggan dengan menggunakan pengetahuan tentang kondom,
kondom maupun saat tidak pengetahuan tentang IMS, telaten
menggunakan kondom. Serta menawarkan kondom, pemilihan
partisipan sudah tidak merasakan pelanggan, strategi penawaran
apapun saat melayani pelanggan, kondom, takut terkena IMS, faktor
karena sudah merupakan resiko pelanggan antara lain pengetahuan
dari pekerjaan dan hanya tentang kondom, pengetahuan

 
tentang IMS, tanggapan penawaran dengan institusi tertentu seperti
kondom, berfikiran bahwa dirinya Dinas Tenaga Kerja dan
sehat, tidak terbiasa menggunakan Transmigrasi untuk memberikan
kondom, kehilangan kenikmatan, peltihan supaya menjadikan WPS
pelanggan yang takut terkena IMS. mandiri dan dapat keluar dari
dan faktor ketersediaan kondom pekerjaan yang digeluti sekarang.
antara lain dengan membeli sendiri, 3. Bagi masyarakat
gratis, dari pelanggan, dan selalu Adanya dukungan dari berbagai
mnyediakan kondom. pihak untuk dapat menerima
Sikap WPS terhadap penggunaan legalisasi kondom juga dapat
kondom sudah baik melainkan mempengaruhi keberhasilan
terjadi ketidakselarasan antara penggunakan kondom.
komponen sikap WPS ditandai Masyarakat harus membuka
dengan membentuk pola arah sikap mata bahwa kondom dilegalkan
yang tidak seragam dari salah satu bukan untuk mendukung seks
komponen sikap WPS yaitu bebas di Indonesia tetapi pada
komponen afektif yang membentuk dasarnya untuk mencegah
perasaan negatif. penularan IMS yang meliputi
HIV-AIDS.
Saran 4. Bagi partisipan
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Para partisipan tetap semangat
Yogyakarta dan Puskesmas dan aktif mengikuti pelatihan
Gedongtengen Yogyakarta yang diadakan oleh organisasi
Bagi Puskesmas Gedongtengen kesehatan yang terkait dan
lebih digiatkan, ditingkatkan serta penyuluhan tentang kondom dan
diintensifkan lagi program – IMS serta selalu menawarkan
program penanggulangan kondom kepada para
penyakit menular yang sudah ada pelanggannya.
sehingga lebih mencapai hasil 5. Bagi peneliti selanjutnya
yang maksimal. Bagi peneliti selanjutnya
2. Bagi organisasi kesehatan yang diharapkan dapat menggunakan
terkait metode ini ditambah dengan uji
LSM, BKKBN dan KPA perlu kredibilitas dengan informan dari
mengintensifkan penjelasan puskesmas untuk mengetahui
tentang bahaya HIV/AIDS dan peran puskesmas dalam
PMS serta pentingnya mengubah sikap WPS sehingga
penggunaan kondom sebagai mendapatkan hasil yang lebih
salah satu cara pencegahan akurat dan mendalam.
penularan kepada WPS dan perlu Menambahkan pula pertanyaan
pemberian informasi bagi tentang agama untuk menelisik
pelanggan baik melalui media lebih dalam tentang kepribadian
promosi kesehatan untuk para WPS serta usaha mereka
sosialisasi penggunaan kondom untuk memperbaiki ekonomi yang
sebagai alat kontrasepsi sekaligus merupakan alasan utama para
pencegahan infeksi menular WPS untuk bekerja menjadi
seksual dan melakukan kerja sama pekerja seks.

 
DAFTAR PUSTAKA Karang Dempel Kota
Kupang, Tesis Universitas
AL-Quran dan Terjemahannya,
Gadjah Mada, Yogyakarta
Karya Toha Putra, Semarang
Moleong, L. 2011. Metodologi
Azwar, Saifuddin., 2011, Sikap penelitian kualitatif.
Manusia Teori dan Bandung : PT. Remaja
Pengukurannya, Pustaka Rosdakarya.
pelajar, Yogyakarta Prawirohardjo, Sarwono., 2009, Ilmu
Kebidanan, PT Bina Pustaka
Everett, S., 2004, Handbook of Sarwono Prawirohadjo,
Contraception and Jakarta
Reproductive Sexual Health.
United kingdom, Elsevier Safaruddin, 2009, Pengetahuan
Limited, London. Pelanggan Seks tentang
HIV/AIDS Dengan
Hadi, Tri Susilo., (2004) Faktor – Penggunaan Kondom di
Faktor yang Mempengaruhi Lokalisasi Prostitusi Pucuk
Praktik Negosiasi Kota Jambi, Tesis Universitas
Penggunaan Kondom untuk Gadjah Mada, Yogyakarta
Mencegah IMS dan
HIV/AIDS pada WPS di Sugiyono, 2008, Metode Penelitian
Resosialisasi Argorejo Kuantitatif, Kualitatif, dan
Kelurahan Kalibanteng R&D, Alfabeta, Bandung
Kulon Kecamatan Semarang
Barat Kota Semarang, Sugiyono, 2010, Memahami
Availabel from : Penelitian Kualitatif,
http://eprints.undip.ac.id Alfabeta, Bandung
[Accessed 10 Desember
2011] Suryadi, Arief, Tedjopranoto , 1998,
Pengetahuan, Sikap dan
Kartono, Kartini., 2011, Patologi Perilaku Anggota Organisasi
Sosial, PT RajaGrafindo Wanita di Jakarta terhadap
Persada, Jakarta HIV/AIDS, Jurnal
Epidemiologi Indonesia,
Kuru, Marianus Mau., 2008, volume 2, Edisi 3.
Pengetahuan dan Persepsi
Fatalisme HIV/AIDS
Terhadap Perilaku
Penggunaan Kondom Pada
Pekerja Seks di Lokalisasi

 
Tjalla, Awaludin., 2008, Hubungan Universitas Gunadarma,
Persepsi Kesehatan Fakultas Psikologi
Reproduksi Dengan Sikap Universitas Gunadarma,
Terhadap Perilaku Seksual Depok
Pranikah Pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi

You might also like