You are on page 1of 10

Ridayanti M. dkk.

Faktor-Faktor yang Berhubungan…

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


KEPATUHAN KONTROL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
TIPE 2 DI PUSKESMAS CEMPAKA BANJARMASIN

Mida Ridayanti1, Syamsul Arifin2, Lena Rosida3


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lambung Mangkurat.
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lambung Mangkurat.
3
Departemen Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat.

Email koresspondensi: mridayanti@yahoo.co.id

Abstract: According to the World Health Organization, adherence behavior is influenced by self-
efficacy, complexity of treatment, and long suffering. The purpose of the study is to analyze the factors
related to adherence behavior of control in patients with type 2 diabetes mellitus in Puskesmas Cempaka
Banjarmasin. Observational analytic research method with cross sectional approach. A sample of 50
people was obtained by systematic random sampling technique. The research instrument used was a
questionnaire and analyzed with chi-square test (α<0,05). The results of the study showed respondents
high self-efficacy (82%) had obedient control behavior (ρ = 0.027, PR = 2.91). Respondents who
received monotherapy (81%) and combinations (58) had obedient control behavior (ρ = 0.155).
Respondents who had the frequency of taking drug frequently (72%) had obedient control behavior (ρ =
0.211). Respondents who had a short long suffering (82%) had obedient control behavior (ρ = 0.027, PR
= 2.91). The conclusion of this study is there is a relationship between self-efficacy and long suffering
with adherence behavior of control, but there is no relationship between the complexity of drug type and
the complexity of taking drug frequency with adherence behavior of control in patients with type 2
diabetes mellitus in Puskesmas Cempaka Banjarmasin.

Keywords: self-efficacy, complexity of treatment, long suffering, adherence behavior of control.

Abstrak: Menurut World Health Organization, perilaku kepatuhan dipengaruhi oleh efikasi diri,
kompleksitas pengobatan, dan lama menderita. Tujuan penelitian adalah menganalisis faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan kontrol pada penderita diabetes melitus tipe 2 di
Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Metode penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Sampel berjumlah 50 orang diperoleh dengan teknik systematic random sampling. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan dianalisis dengan uji chi-square (α<0,05). Hasil
penelitian menunjukkan responden efikasi diri tinggi (82%) memiliki perilaku patuh kontrol (ρ=0,027,
PR=2,91). Responden yang mendapatkan pengobatan monoterapi (81%) dan kombinasi (58) memiliki
perilaku patuh kontrol (ρ=0,155). Responden yang memiliki frekuensi minum obat sering (72%) memiliki
perilaku patuh kontrol (ρ=0,211). Responden yang memiliki lama menderita pendek (82%) memiliki
perilaku patuh kontrol (ρ=0,027, PR=2,91). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan efikasi
diri dan lama menderita dengan perilaku kepatuhan kontrol, namun tidak terdapat hubungan kompleksitas
jenis obat dan kompleksitas frekuensi minum obat dengan perilaku kepatuhan kontrol pada penderita
diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Cempaka Banjarmasin.

Kata-kata kunci: efikasi diri, kompleksitas pengobatan, lama menderita, perilaku kepatuhan kontrol

169
Homeostasis, Vol. 2 No. 1, April 2019: 169-178

PENDAHULUAN karakteristik penyakit dan pengobatan, serta


Indonesia termasuk 10 negara tertinggi faktor lingkungan. Faktor intrapersonal
penderita diabetes di dunia. Penduduk meliputi usia, jenis kelamin, efikasi diri,
Indonesia yang memiliki gejala khas harga diri, stres, depresi, dan penggunaan
diabetes dalam jangka waktu 1 bulan namun alkohol. Faktor interpersonal meliputi
belum pernah didiagnosis oleh dokter di dukungan tenaga kesehatan dan dukungan
Indonesia sebesar 0,6% sama halnya dengan sosial. Karakteristik penyakit dan
Kalimantan Selatan. Persentase penduduk di pengobatan meliputi kompleksitas
Kalimantan Selatan yang pernah didiagnosis pengobatan (jenis dan frekuensi minum
diabetes melitus oleh dokter mencapai 1,4%, obat), lama menderita, dan akses kesehatan.
sedangkan di Kota Banjarmasin mencapai Faktor lingkungan yaitu situasi beresiko
1,7%.1,2 tinggi dan sistem lingkungan.4
Diabetes melitus tipe 2 merupakan Efikasi diri memengaruhi bentuk
kunjungan penyakit tidak menular terbanyak tindakan yang akan dilakukan, intensitas
nomor empat di seluruh Puskesmas di usaha yang diberikan, dan kekuatan serta
Banjarmasin. Jumlah kunjungan terbanyak ketangguhan seseorang dalam menghadapi
penderita diabetes melitus tipe 2 tahun 2017 rintangan dan kegagalan. Hal ini diperkuat
terdapat di Puskesmas Cempaka dengan oleh Teori Bandura yang menyatakan bahwa
jumlah 2.194 kunjungan. Puskesmas perilaku seseorang dipengaruhi oleh efikasi
Cempaka mengalami penurunan kunjungan diri. Penelitian Pertiwi tahun 2015 di
penderita lama setiap bulan, terutama dalam Surakarta menunjukkan semakin tinggi
6 bulan terakhir pada tahun 2017. Turunnya efikasi diri maka semakin tinggi pula
kunjungan lama penderita diabetes melitus kepatuhan.7
tipe 2 di Puskesmas Cempaka menunjukkan Kompleksitas pengobatan terdiri dari
bahwa kepatuhan kontrol ke Puskesmas kompleksitas jenis dan frekuensi minum
cenderung rendah.3 obat. Penelitian Coleman tahun 2012
Berhasil tidaknya pengelolaan diabetes menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit
melitus sangat tergantung pada kepatuhan kronis lebih patuh terhadap pengobatan
pasien. Kepatuhan rata-rata pasien pada sekali sehari dibandingkan dengan frekuensi
terapi jangka panjang terhadap penyakit yang lebih sering.4,8
kronis di negara maju hanya sebesar 50%, Penelitian Jannah tahun 2017 di
sedangkan di negara berkembang jumlah Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin
tersebut lebih rendah.4,5 menunjukkan bahwa semakin lama
Diabetes melitus merupakan salah satu seseorang menderita diabetes maka tingkat
jenis penyakit kronis yang termasuk kepatuhannya makin rendah. Hal ini
Pelayanan Obat Rujuk Balik. Pelayanan disebabkan penderita akan merasa bosan
Obat Rujuk Balik yaitu pemberian obat- atau jenuh untuk berobat dalam jangka
obatan untuk penyakit kronis di Faskes waktu yang lama.9
Tingkat Pertama. Pasien diabetes melitus
akan dilakukan kontrol dan diberikan obat METODE PENELITIAN
maksimal 30 hari setiap kali peresepan dan Metode penelitian adalah observasional
dilakukan selama tiga bulan berturut-turut.6 analitik dengan pendekatan cross sectional.
World Health Organization (WHO) Variabel bebas penelitian ini adalah efikasi
menyatakan bahwa perilaku kepatuhan diri, kompleksitas jenis obat, kompleksitas
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu frekuensi minum obat, dan lama menderita,
faktor intrapersonal, faktor interpersonal,

170
Ridayanti M. dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan…

sedangkan perilaku kepatuhan kontrol (DMSES) yang telah dilakukan uji validitas
sebagai variabel terikat. dan uji reliabilitas.
Populasi penelitian adalah 165 penderita Analis data dilakukan dengan uji chi-
diabetes melitus tipe 2 yang berkunjung ke square dengan α=0.05 pada variabel efikasi
Puskesmas Cempaka Banjarmasin pada diri, kompleksitas jenis obat dan lama
tahun 2017. Sampel penelitian berjumlah 50 menderita, sedangkan dengan uji Fisher
sampel dengan teknik systematic random Exact pada variabel kompleksitas frekuensi
sampling sesuai kriteria inklusi ikut serta minum obat.
program BPJS Kesehatan dan usia >45
tahun. Penelitian ini dilaksanakan pada HASIL DAN PEMBAHASAN
bulan Agustus-Oktober 2018 di Puskesmas Distribusi frekuensi efikasi diri,
Cempaka Banjarmasin. kompleksitas jenis obat, kompleksitas
Instrumen penelitian adalah lembar frekuensi minum obat, lama menderita, dan
informed consent, buku kontrol dan perilaku kepatuhan kontrol pada penderita
kuesioner. Kuesioner efikasi diri Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas
menggunakan modifikasi dari kuesioner Cempaka Banjarmasin dapat dilihat padtabel
Diabetes Management Self Efficacy Scale 1.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Efikasi Diri, Kompleksitas Jenis Obat, Kompleksitas Frekuensi
Minum Obat, Lama Menderita, dan Perilaku Kepatuhan Kontrol pada Penderitas
Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Cempaka Banjarmasin
Variabel Frekuensi n %
Rendah 17 34
Efikasi Diri
Tinggi 33 66
Monoterapi 24 48
Kompleksitas Jenis Obat
Kombinasi 26 52
Jarang 3 6
Kompleksitas Frekuensi Minum Obat
Sering 47 94
Lama Menderita Pendek 33 66
Panjang 17 34
Perilaku Kepatuhan Kontrol Patuh 33 66
Tidak Patuh 17 34
efikasi diri kurang sebanyak 28 orang
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa (40,0%).11
efikasi diri penderita diabetes melitus tipe 2 Penyakit diabetes melitus merupakan
di Puskesmas Cempaka Banjarmasin lebih penyakit yang serius dan kronis yang
banyak penderita yang memiliki efikasi diri memiliki tingkat kesulitan tinggi dalam
tinggi yaitu sebanyak 33 responden (66%). melakukan pengobatannya karena dilakukan
Hal ini sejalan dengan penelitian Cahyani di terus-menerus. Tingkat kesulitan suatu
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, tantangan atau masalah memengaruhi efikasi
bahwa sebagian besar responden memiliki diri seseorang. Kesulitan yang tinggi ini
efikasi diri yang baik.10 Sama halnya dengan kemungkinan mengakibatkan sebagian besar
penelitian Yulia, bahwa responden yang penderita memiliki efikasi diri tinggi karena
ia merasa penyakit diabetes melitus
memiliki efikasi diri baik sebanyak 42 orang merupakan penyakit yang serius.7,12
(60,0%) dan responden yang memiliki

171
Homeostasis, Vol. 2 No. 1, April 2019: 169-178

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa 30 orang (42,9%), responden yang


kompleksitas jenis obat penderita diabetes menderita diabetes melitus selama ≤5 tahun
melitus tipe 2 di Puskesmas Cempaka (jangka pendek) sebanyak 40 orang (57,1%).
Banjarmasin lebih banyak perderita yang Penegakan diagnosis diabetes melitus sering
meminum obat kombinasi yaitu sebanyak 26 mengalami keterlambatan karena gejala
responden (52%). Hal ini sejalan dengan yang tidak disadari. Diabetes melitus sering
penelitian Inayah, yaitu lebih banyak terdiagnosis saat ia sudah mengalami
responden yang meminum obat kombinasi komplikasi. Sehingga, pasien diabetes
(152 responden) dibandingkan monoterapi melitus tipe 2 yang rutin melakukan kontrol
(85 responden).13 adalah pasien yang baru saja terdiagnosis
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa diabetes melitus untuk menstabilkan kondisi
kompleksitas frekuensi minum obat pasca terkena komplikasi.2,11
penderita diabetes melitus tipe 2 di Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa
Puskesmas Cempaka Banjarmasin lebih perilaku kepatuhan kontrol penderita
banyak penderita yang memiliki frekuensi diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas
minum obat sering (>1x/hari) yaitu Cempaka Banjarmasin lebih banyak
sebanyak 47 responden (94%). penderita yang patuh yaitu sebanyak 35
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa responden (70%). Hal tersebut menunjukkan
lama menderita penderita diabetes melitus sebagian besar responden tersebut
tipe 2 di Puskesmas Cempaka Banjarmasin melakukan kontrol rutin yaitu sebanyak 1
lebih banyak penderita yang lama kali dalam setiap bulannya selama 3 bulan.
menderitanya pendek (≤5 tahun) sebanyak Hasil analisis bivariat faktor-faktor yang
33 responden (66%). Hal ini sejalan dengan berhubungan dengan perilaku kepatuhan
penelitian Yulia, menunjukkan bahwa kontrol pada penderita diabetes melitus tipe
responden yang menderita diabetes melitus 2 di Puskesmas Cempaka Banjarmasin dapat
selama >5 tahun (jangka panjang) sebanyak dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kepatuhan Kontrol pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Cempaka Banjarmasin
Perilaku Kepatuhan Minum
ρ
Obat Anti Diabetes Total PR
Variabel Value
Rendah Tinggi
N % N % N %
Rendah 9 53 8 47 17 100
Efikasi Diri 0,027 2,91
Tinggi 6 18 27 82 33 100
Kombinasi 5 19 21 81 26 100
Kompleksitas Jenis Obat 0,155 -
Monoterapi 10 42 14 58 24 100
Kompleksitas Frekuensi Sering 13 28 34 72 47 100
0,211 -
Minum Obat Jarang 2 66,6 1 33,3 3 100
Panjang 9 53 8 47 17 100
Lama Menderita 0,027 2,91
Pendek 6 18 27 82 33 100
Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa memiliki perilaku patuh kontrol (82%).
penderita diabetes melitus tipe 2 dengan Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-
efikasi diri rendah kecenderungan memiliki square menunjukkan nilai ρ=0,027 (ρ<0,05)
perilaku tidak patuh kontrol (53%), . Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
sedangkan penderita diabetes melitus tipe 2 hubungan antara efikasi diri dengan perilaku
dengan efikasi diri tinggi kecenderungan kepatuhan kontrol pada penderita diabetes

172
Ridayanti M. dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan…

melitus tipe 2 di Puskesmas Cempaka merasa merasa bosan dan kurang mengikuti
Banjarmasin. pengobatan yang harus dijalankannya.11
Berdasarkan perhitungan data diperoleh Berdasarkan tabel 2, terdapat 6
nilai Prevalence Ratio (PR)=2,91 (PR>1) responden (18%) yang memiliki efikasi diri
yang menunjukkan bahwa efikasi diri tinggi namun tidak patuh kontrol. Hal ini
merupakan faktor risiko yang memengaruhi dapat disebabkan karena 4 dari 6 responden
perilaku kepatuhan kontrol penderita (66,67) tersebut adalah lansia (≥60 tahun).
diabetes melitus tipe 2. Penderita diabetes Lansia memengaruhi perilaku kepatuhan
melitus tipe 2 yang memiliki efikasi diri seseorang karena usia berpengaruh terhadap
rendah memiliki risiko 2,91 kali untuk daya tangkap dan pola pikir sehingga
memiliki perilaku tidak patuh dalam mengakibatkan lansia sering lupa dalam
menjalani kontrol penyakit diabetes melitus melakukan kontrol penyakit.14
tipe 2 daripada penderita diabetes melitus Berdasarkan tabel 2, bahwa penderita
tipe 2 yang memiliki efikasi diri tinggi. diabetes melitus tipe 2 dengan kompleksitas
Hal ini sejalan dengan penelitian jenis obat kombinasi kecenderungan
Cahyani, bahwa terdapat hubungan yang memiliki perilaku patuh kontrol (81%),
signifikan antara efikasi diri dengan sama halnya dengan penderita diabetes
kepatuhan pada pasien diabetes melitus tipe melitus tipe 2 dengan kompleksitas jenis
2 dengan ρ = 0,001 (ρ value < 0,05). Hal ini obat monoterapi kecenderungan memiliki
juga sejalan dengan penelitian Pertiwi tahun perilaku patuh kontrol (58%). Hasil analisis
2015 di Surakarta yang menunjukkan statistik menggunakan uji chi-square
semakin tinggi efikasi diri maka semakin menunjukkan nilai ρ=0,155 (ρ>0,05). Hal
tinggi pula kepatuhan dan sebaliknya tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat
semakin rendah efikasi diri maka semakin hubungan antara kompleksitas jenis obat
rendah kepatuhan.Teori Bandura dengan perilaku kepatuhan kontrol pada
menyatakan bahwa perilaku seseorang penderita diabetes melitus tipe 2 di
dipengaruhi oleh efikasi diri. Efikasi diri Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Hal
memengaruhi bentuk tindakan yang akan tersebut sejalan dengan penelitian
dilakukan, intensitas usaha yang diberikan, Adikusuma, bahwa kompleksitas jenis obat
dan kekuatan serta ketangguhan seseorang tidak memiliki hubungan dengan kepatuhan
dalam menghadapi rintangan dan kegagalan. pasien diabetes melitus tipe 2 dengan nilai
Oleh karena itu, perilaku kepatuhan kontrol ρ=1,000. Hasil penelitian ini juga sejalan
memiliki hubungan dengan efikasi diri dengan penelitian Grant yang menyatakan
seseorang.7,10 bahwa jumlah obat yang diresepkan tidak
Berdasarkan tabel 2, terdapat 8 berhubungan dengan kepatuhan pada
responden (47%) yang memiliki efikasi diri penderita diabetes melitus tipe 2.15,16
rendah namun patuh kontrol. Hal ini dapat Berdasarkan tabel 2, terdapat 21
disebabkan karena 6 dari 8 responden (75%) responden (81%) yang mendapatkan
tersebut memiliki lama menderita pendek pengobatan kombinasi namun patuh kontrol.
(≤5 tahun). Lama menderita memengaruhi Hal ini dapat disebabkan karena 16 dari 21
perilaku kepatuhan kontrol seseorang. responden (76%) tersebut memiliki efikasi
Pasien yang baru saja terdiagnosis atau diri tinggi. Efikasi diri dapat memengaruhi
memiliki lama menderita yang pendek perilaku kepatuhan kontrol seseorang.
memiliki sikap yang patuh daripada pasien Efikasi diri tinggi dapat meningkatkan
yang lama menderita panjang. Pasien yang kepercayaan diri pasien dalam melakukan
mempunyai durasi penyakit lebih lama akan aktivitas dalam melakukan pengobatan dan

173
Homeostasis, Vol. 2 No. 1, April 2019: 169-178

perawatan dirinya sehingga ia patuh sedangkan penderita diabetes melitus tipe 2


menjalani kontrol.7,17 dengan kompleksitas frekuensi minum obat
Berdasarkan tabel 2, terdapat 5 jarang kecenderungan memiliki perilaku
responden (19%) yang mendapatkan tidak patuh patuh kontrol (66,66%). Hasil uji
pengobatan kombinasi namun tidak patuh hubungan tersebut tidak memenuhi syarat
kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena 4 menggunakan uji chi-square karena terdapat
dari 5 responden (80%) tersebut memiliki dua sel (50%) dengan nilai expected (E)
lama menderita panjang (>5 tahun). Lama kurang dari 5. Oleh karena itu digunakan uji
menderita memengaruhi perilaku kepatuhan alternatif yaitu uji fisher-exact, diperoleh
kontrol seseorang karena semakin lama nilai ρ=0,211 (ρ>0,05) . Hal tersebut
seseorang menderita suatu penyakit maka menunjukkan bahwa tidak terdapat
akan muncul rasa bosan atau jenuh dalam hubungan antara kompleksitas frekuensi
menjalani pengobatan. Rasa bosan atau minum obat dengan perilaku kepatuhan
jenuh dapat mengakibatkan pasien tidak kontrol pada penderita diabetes melitus tipe
patuh kontrol.11 2 di Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Hal
Berdasarkan tabel 2, terdapat 14 ini tidak sesuai dengan penelitian Fatmawati
responden (58%) yang mendapatkan yang menyatakan bahwa frekuensi minum
pengobatan monoterapi namun patuh obat berpengaruh terhadap kepatuhan.
kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena,11 Perbedaan ini terjadi kemungkinan karena
dari 14 responden (79%) tersebut memiliki Fatmawati melakukan penelitian terhadap
efikasi diri tinggi. Selain itu, juga terdapat perilaku kepatuhan minum obat, sedangkan
10 responden (42%) yang mendapatkan peneliti melakukan penelitian terhadap
pengobatan monoterapi namun tidak patuh perilaku kepatuhan kontrol.18
kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena 7 Berdasarkan tabel 2, terdapat 34
dari 10 responden (70%, lampiran 9) responden (72%) yang memiliki frekuensi
tersebut memiliki efikasi diri rendah. Efikasi minum obat sering namun patuh kontrol. Hal
diri rendah dapat diakibatkan karena pasien ini dapat disebabkan karena 25 dari 34
menganggap pengobatan dengan obat responden (73,5%) tersebut memiliki efikasi
monoterapi lebih mudah daripada diri tinggi. Selain itu, juga masih terdapat 13
pengobatan dengan obat kombinasi. Efikasi responden (28%) yang memiliki frekuensi
diri dapat memengaruhi perilaku kepatuhan minum obat sering namun tidak patuh
kontrol seseorang. Efikasi diri rendah dapat kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena 8
menurunkan kepercayaan diri pasien dalam dari 13 responden (61,5%) tersebut memiliki
melakukan aktivitas dalam melakukan efikasi diri rendah. Efikasi diri dapat
pengobatan dan perawatan dirinya sehingga memengaruhi perilaku kepatuhan kontrol
ia tidak patuh menjalani kontrol. Begitu juga seseorang. Efikasi diri yang tinggi dapat
sebaliknya, efikasi diri tinggi dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien
meningkatkan kepercayaan diri pasien dalam melakukan aktivitas dalam
dalam melakukan aktivitas dalam melakukan pengobatan dan perawatan
melakukan pengobatan dan perawatan dirinya sehingga ia patuh menjalani kontrol.
dirinya sehingga ia patuh menjalani Efikasi diri rendah dapat menurunkan
kontrol.7,17 kepercayaan diri pasien dalam melakukan
Berdasarkan tabel 2, bahwa penderita aktivitas dalam melakukan pengobatan dan
diabetes melitus tipe 2 dengan kompleksitas perawatan dirinya sehingga ia tidak patuh
frekuensi minum obat sering kecenderungan menjalani kontrol.7,17
memiliki perilaku patuh kontrol (72%),

174
Ridayanti M. dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan…

Berdasarkan tabel 2, terdapat 2 diabetes melitus tipe 2. Penderita diabetes


responden (66,6%) yang memiliki frekuensi melitus tipe 2 yang memiliki lama menderita
minum obat jarang namun tidak patuh panjang (>5 tahun) memiliki risiko 2,91 kali
kontrol. Hal ini kemungkinan dapat untuk memiliki perilaku tidak patuh dalam
disebabkan karena 2 dari 2 responden menjalani kontrol penyakit diabetes melitus
(100%) tersebut memiliki lama menderita tipe 2 daripada penderita diabetes melitus
pendek. Seseorang penderita yang memiliki tipe 2 yang memiliki lama menderita pendek
lama menderita pendek memiliki (≤5 tahun).
pengalaman yang lebih sedikit daripada Hasil penelitian ini sesuai dengan
penderita yang memiliki lama menderita penelitian Yulia yang menunjukkan bahwa
panjang. Kurangnya pengalaman ini dapat ada hubungan antara lama menderita
membuat penderita masih belum memahami diabetes melitus dengan kepatuhan pada
pentingnya kepatuhan kontrol sehingga pasien diabetes melitus tipe 2 dengan nilai
penderita tersebut tidak patuh kontrol.19 ρ=0,041. Hal ini juga sesuai dengan
Berdasarkan tabel 2, juga terdapat 1 penelitian Jannah tahun 2017 di Puskesmas
responden (33,3%) yang memiliki frekuensi Karang Mekar Banjarmasin yang
minum obat jarang namun patuh kontrol. menunjukkan bahwa semakin lama
Hal ini dapat disebabkan karena responden seseorang menderita diabetes maka tingkat
tersebut memiliki efikasi diri tinggi. Efikasi kepatuhannya makin rendah.9,11
diri dapat memengaruhi perilaku kepatuhan Semakin lama seseorang menderita
kontrol seseorang. Efikasi diri yang tinggi diabetes akan mengakibatkan penderita
dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien merasa bosan atau jenuh untuk berobat. Rasa
dalam melakukan aktivitas dalam bosan atau jenuh dapat diakibatkan karena
melakukan pengobatan dan perawatan beberapa hal. Salah satunya akibat
dirinya sehingga ia patuh menjalani melakukan suatu aktivitas secara berulang-
kontrol.7,17 ulang. Penyakit diabetes melitus merupakan
Berdasarkan tabel 2, bahwa penderita penyakit kronis yang harus dilakukan
diabetes melitus tipe 2 dengan lama pengobatan secara rutin dan berulang. Oleh
menderita panjang kecenderungan memiliki karena itu dalam pengobatan penyakit
perilaku tidak patuh kontrol (53%), diabetes melitus ini dapat menimbulkan rasa
sedangkan penderita diabetes melitus tipe 2 bosan atau jenuh jika dilakukan terus
dengan lama menderita pendek menerus. Rasa jenuh juga dapat disebabkan
kecenderungan memiliki perilaku patuh karena penderita kurang memahami tentang
kontrol (82%). (82%). Hasil analisis statistik pengobatan atau kurangnya pengetahuan
menggunakan uji chi-square menunjukkan tentang pentingnya mematuhi pengobatan.
nilai ρ=0,027 (ρ<0,05). Hal tersebut Seseorang yang bosan atau jenuh akan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan berhenti melakukan suatu aktivitas yang
antara lama menderita dengan perilaku berulang tersebut dalam jangka waktu
kepatuhan kontrol pada penderita diabetes sementara atau permanen. Sehingga, bosan
melitus tipe 2 di Puskesmas Cempaka atau jenuh untuk berobat tersebut yang dapat
Banjarmasin. mengakibatkan penderita tidak patuh
Berdasarkan perhitungan data diperoleh kontrol.4,20,21
nilai Prevalence Ratio (PR)=2,91 (PR>1) Berdasarkan tabel 2, terdapat 8
yang menunjukkan bahwa lama menderita responden (47%) yang memiliki lama
merupakan faktor risiko yang memengaruhi menderita panjang (>5 tahun) namun patuh
perilaku kepatuhan kontrol penderita kontrol. Berdasarkan Hal ini dapat

175
Homeostasis, Vol. 2 No. 1, April 2019: 169-178

disebabkan karena 7 dari 8 responden


(87,5%) tersebut memiliki efikasi diri tinggi. PENUTUP
Efikasi diri dapat memengaruhi perilaku Berdasarkan hasil dan pembahasan
kepatuhan kontrol seseorang. Efikasi diri penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat
tinggi dapat meningkatkan kepercayaan diri hubungan efikasi diri (ρ=0,027) dan lama
pasien dalam melakukan aktivitas dalam menderita (ρ=0,027) dengan perilaku
melakukan pengobatan dan perawatan kepatuhan kontrol pada penderita diabetes
dirinya sehingga ia patuh menjalani melitus tipe 2 di Puskesmas Cempaka
kontrol.7,17 Banjarmasin, serta tidak terdapat hubungan
Berdasarkan tabel 2, terdapat 6 kompleksitas jenis obat (ρ=0,155) dan
responden (18%) yang memiliki lama kompleksitas frekuensi minum obat
menderita pendek (≤5 tahun) namun tidak (ρ=0,211) dengan perilaku kepatuhan
patuh kontrol. Hal ini dapat disebabkan kontrol pada penderita diabetes melitus tipe
karena 3 dari 6 responden (50%) memiliki 2 di Puskesmas Cempaka Banjarmasin.
efikasi diri rendah. Efikasi diri dapat Dalam rangka meningkatkan perilaku
memengaruhi perilaku kepatuhan kontrol kepatuhan kontrol pada penderita diabetes
seseorang. Efikasi diri rendah dapat melitus tipe 2 di Puskesmas Cempaka
menurunkan kepercayaan diri pasien dalam Banjarmasin, maka diharapkan dapat
melakukan aktivitas dalam melakukan meningkatkan efikasi diri pasien dengan
pengobatan dan perawatan dirinya sehingga cara mengadakan promosi kesehatan berupa
ia tidak patuh menjalani kontrol.7,17 penyuluhan dengan dilakukannya
Faktor yang memengaruhi perilaku komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
kepatuhan menurut World Health serta menghadirkan role model yaitu
Organization (WHO) selain yang telah penderita diabetes melitus tipe 2 yang rutin
disebutkan diatas adalah faktor intrapersonal kontrol dan gula darah nya terkontrol.
(usia, jenis kelamin, harga diri, stres, Selanjutnya, mengadakan kegiatan yang
depresi, penggunaan alkohol), interpersonal menarik seperti senam pagi khusus untuk
(dukungan tenaga kesehatan dan dukungan penderita diabetes dan diberikan hadiah atau
sosial), karakteristik penyakit dan reward. Diadakannya kegiatan ini secara
pengobatan (akses kesehatan), dan tidak langsung akan membuat penderita
lingkungan (situasi resiko tinggi dan sistem datang ke puskesmas untuk senam sekaligus
lingkungan). Faktor-faktor tersebut tidak control, serta mengadakan program
diteliti oleh peneliti, sehingga menjadi posyandu lansia. Diharapkan program ini
keterbatasan dalam penelitian ini.4 dapat mempermudah penderita diabetes
Faktor risiko efikasi diri dan lama mellitus tipe 2 untuk mengontrolkan
menderita terhadap perilaku kepatuhan penyakitnya dikarenakan akses yang mudah,
kontrol dapat dinilai dari Prevalence Ratio jarak yang dekat dan praktis.
(PR). Apabila nilai PR>1 maka variabel
tersebut merupakan faktor risiko. Rumus PR DAFTAR PUSTAKA
adalah A/(A+B):C/(C+D). Nilai PR efikasi 1. International Diabetes Federation. IDF
diri dan lama menderita sama yaitu 2,91. diabetes atlas. Edisi 8; 2017.
Dengan demikian efikasi diri dan lama 2. Infodatin. Pusat data dan informasi.
menderita memiliki kekuatan yang sama Kementrian Kesehatan RI; 2015.
dalam memengaruhi perilaku kepatuhan 3. Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin.
kontrol pada penderita diabetes melitus tipe Daftar kunjungan penyakit di Puskesmas
2.

176
Ridayanti M. dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan…

Kotamadya Banjarmasin. Banjarmasin; diabetes melitus tipe 2 di poli penyakit


2017. dalam Rumah Sakit Bina Sehat Jember.
4. World Health Organization. Adherence Nurseline Journal. 2017;2(1):61-72.
to long-term therapies evidence for 13. Inayah, Hamidy MY, Sari M. gambaran
action. Geneva: World Health terapi diabetes melitus tipe 2 dengan
Organization; 2003. komorbid hipertensi di Rumah Sakit X
5. Ardiyani R. Studi kepatuhan penggunaan Pekanbaru. KJF Farmakologi FK UR.
obat pada pasien diabetes melitus di 2016;10(2):67-70.
instalasi rawat jalan rumah sakit UGM 14. Jamaludin M. Gambaran faktor
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas predisposing, reinforcing, enabling
Gadjah Mada; 2015. terhadap kepatuhan minum obat pasien
6. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial diabetes melitus tipe II di wilayah kerja
Kesehatan. Panduan praktis program Puskesmas Mlati 1 Sleman Yogyakarta.
rujuk balik bagi peserta JKN. Jakarta: Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
BPJS Kesehatan; 2014. Kesehatan Jenderal Achmad Yani; 2017.
7. Pertiwi I. Hubungan dukungan pasangan
dan efikasi diri dengan kepatuhan
menjalani pengobatan pada penderita
diabetes melitus tipe II. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta;
2015.
8. Coleman CI, Limone B, Sobieraj DM,
Lee S, Roberts MS, Kaur R, et al.
Dosing frequency and medication
adherence in chronic disease. Journal of
Managed Care Pharmaccy.
2012;18(7):527-539.
9. Jannah T. Hubungan lama menderita
hipertensi dengan perilaku kepatuhan
pengobatan pada pasien hipertensi di
Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin.
Banjarmasin: Universitas Lambung
Mangkurat; 2017.
10. Cahyani CR. Hubungan efikasi diri
dengan kepatuhan pengelolaan diabetes
melitus tipe 2 di RSUP Dr Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada; 2015.
11. Yulia S. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan dalam
menjalankan diet pada penderita diabetes
melitus tipe 2. Semarang: Universitas
Negeri Semarang; 2015.
12. Fahra RU, Widayati N, Sutawardana JF.
Hubungan peran perawat sebagai
edukator dengan perawatan diri pasien

177
Homeostasis, Vol. 2 No. 1, April 2019: 169-178

15. Adikusuma W, Qiyaam N. Hubungan 19. Washilah W. Hubungan lama menderita


tingkat kepatuhan minum obat diabetes dengan pengetahuan
antidiabetik oral terhadap kadar pencegahan ulkus diabetik di Puskesmas
hemoglobin terglikasi (HbA1c) pada Ciputat tahun 2013. Jakarta: Universitas
pasien diabetes melitus tipe 2. Jurnal Islam Negri Syarif Hidayatullah; 2014.
Ilmiah Ibnu Sina. 2017;2(2):279-286. 20. Ikadini N. Gambaran pengetahuan
16. Grant RW, Devita NG, Singer DE, tentang kepatuhan berobat penderita
Meigs JB. Polypharmacy and medication tuberkulosis sesuai jadwal di Balai Besar
adherence in patients with type 2. Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)
Diabetes Care. 2003;26(5):1408-1412. Surakarta. Surakarta: Universitas
17. Ariani Y, Sitorus R, Gayatri D. Motivasi Muhammadiyah Surakarta; 2018.
dan efikasi diri pasien diabetes melitus 21. Leksono HS. Kebosanan kerja:
tipe 2 dalam asuhan keperawatan. Jurnal peningkatan stress dan penurunan
Keperawatan Indonesia. 2012;15(1):29- kinerja karyawan dalam spesialisasi
38. pekerjaan. Jurnal JIBEKA.
18. Fatmawati SA. Faktor-faktor yang 2014;8(2):14-18.
berpengaruh terhadap kepatuhan minum
obat pasien diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Dr. Moewardi periode Oktober
2016-Maret 2017. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2017.

178

You might also like