You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320729706

PENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON

Article · April 2011

CITATIONS READS

0 1,160

3 authors, including:

Arusmalem Ginting
Universitas Janabadra
33 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Arusmalem Ginting on 31 October 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON
1
Arusmalem Ginting
2
Wawan Gunawan
3
Ismirrozi
1
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta
2,3
Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta
Jl. Tentara Rakyat Mataram 55-57 Yogyakarta 55231 Telp/Fax . (0274) 543676
agintingm@yahooo.com

ABSTRACT
Concrete mix design with the proportions by volume are often used because it is very easy in implementation.
Proportion by volume of cement, sand, and split / gravel is often used is 1 : 2 : 3 and 1 : 1.5 : 2.5 with water
cement ratio (wcr) specific. The water content of aggregate (split / gravel and sand) in the field can be either
air dry or wet. The difference of water content on aggregate increase or decrease the water cement ratio,
resulting in compressive strength of concrete also varies. Based on these issues then examined the influence
of water content of aggregate on compressive strength of concrete with the proportions by volume 1: 2: 3 and
1 : 1.5 : 2.5 and with water cement ratio 0.6.
The samples used in this research is a concrete cylinder 150 mm x 300 mm. Used fine aggregate of sand and
coarse aggregate of crushed stone/split and gravel. The water content of aggregate used be varied such as:
wet, saturated surface dry (SSD), and air dry (5 variations). The number of specimens of each variation 3,
and total specimen 84. Concrete compressive strength testing performed at 28 days.
From these results obtained: a decrease in aggregate water content will decrease the slump value in
proportion by volume 1 : 2 : 3 and 1 : 1.5 : 2.5. Slump value proportion 1 : 2 : 3 less than the proportion 1:
1.5: 2.5 in any condition of the water content of aggregate. In proportion by volume 1 : 2 : 3 on the condition
of the water content of aggregate larger or smaller than the SSD condition resulted in decreased compressive
strength of concrete. In proportion by volume 1 : 1.5 : 2.5 with aggregate water content greater than the SSD
resulted in decreased compressive strength of concrete, and on the condition of the water content is smaller
than SSD resulted in increased compressive strength of concrete. On the water content of aggregate SSD,
concrete with compressive strength by volume proportions 1 : 2 : 3 is almost equal to 1 : 1.5 : 2.5, while in
the wet and air dry conditions aggregate, compressive strength of concrete with the proportion by volume 1 :
2 : 3 less than the proportion 1 : 1.5 : 2.5.

Keywords: water content of aggregates, proportions by volume, compressive strength.

PENDAHULUAN Menurut Tjokrodimuljo (1996), sifat beton


pada umumnya lebih baik jika kuat tekannya
Berdasarkan PBI (1971), beton adalah bahan tinggi. Untuk meninjau mutu beton biasanya
yang diperoleh dengan mencampurkan secara kasar hanya ditinjau kuat tekannya
agregat halus, agregat kasar, semen Portland, saja. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
dan air. kekuatan beton ialah: faktor air semen dan
kepadatan, umur beton, jenis semen, jumlah
Beton banyak digunakan sebagai bahan semen, dan sifat agregat.
bangunan karena harganya relatif murah, kuat
tekannya tinggi, dapat dibuat sesuai dengan Untuk mendapatkan beton yang baik perlu
bentuk dan ukuran yang diinginkan, dapat dilakukan perancangan adukan beton sehingga
dikombinasikan dengan baja tulangan, dan didapat beton yang kuat tekannya tinggi,
masih banyak lagi kelebihan-kelebihan yang mudah dikerjakan, tahan lama (awet), murah,
lain (Tjokrodimuljo, 1996). dan tahan aus. Perancangan campuran adukan
beton dapat dilakukan dengan bermacam-
Berdasarkan SNI 03-1974-1990, kuat tekan macam metode seperti: Road Note No.4,
beton adalah besarnya beban per satuan luas American Concrete Institute (ACI), The
yang menyebabkan benda uji beton hancur British Mix Design Method, Standar Nasional
bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang Indonesia (SNI), cara coba-coba (trial and
dihasilkan oleh mesin tekan. error method of mix design) dan lain-lain
(Tjokrodimuljo, 1996).
Dengan banyaknya bermunculan pabrik beton Kadar air yang terkandung pada agregat di
jadi (ready mix concrete), beton dapat dipesan lapangan sangat sulit ditentukan tanpa diuji
sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi yang terlebih dahulu. Kondisi agregat (split/kerikil
diinginkan tanpa harus merancang sendiri dan pasir) ini dapat berupa kering udara atau
campuran betonnya. basah. Kadar air yang berbeda-beda pada
Di daerah pedalaman yang keberadaan pabrik agregat ini mengakibatkan pengurangan atau
beton jadi (ready mix concrete) tidak tersedia penambahan air terhadap campuran sehingga
atau jauh dari lokasi proyek maka harus faktor air semen yang sudah direncanakan
dilakukan pencampuran beton di lokasi juga mengalami perubahan sehingga
proyek (site mix). Perancangan proporsi menghasilkan kuat tekan beton yang
campuran adukan beton dengan cara kemungkinan beragam.
perbandingan volume adalah salah satu cara
yang sering digunakan di lapangan karena Berdasarkan uraian di atas maka perlu
sangat mudah dalam pelaksanaannya. dilakukan penelitian mengenai pengaruh
Perbandingan volume semen, pasir, dan kadar air agregat terhadap kuat tekan beton
split/kerikil yang sering digunakan adalah 1 : dengan perbandingan volume campuran 1 : 2 :
2 : 3 dan 1 : 1,5 : 2,5 dengan faktor air semen 3 dan 1 : 1,5 : 2,5 dan dengan faktor air semen
(fas) tertentu. Perbandingan proporsi 0,6.
campuran 1 : 2 : 3 diharapkan untuk
mendapatkan beton mutu K175 dan METODOLOGI
perbandingan 1 : 1,5 : 2,5 untuk mendapatkan
beton mutu K225, yang dapat digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini
untuk beton struktural seperti: lantai, kolom, terdiri dari: semen, agregat halus (pasir) dan
fondasi, dan balok. agregat kasar (split dan kerikil).

Berdasarkan SNI 03-1971-1990, kadar air Pada penelitian ini dilakukan beberapa jenis
agregat adalah besarnya perbandingan antara pengujian, diantaranya adalah: pengujian
berat air yang dikandung agregat dengan berat kadar air agregat, pengujian nilai slump beton
agregat dalam keadaan kering yang segar, dan pengujian kuat tekan beton pada
dinyatakan dalam persen. umur 28 hari.

Menurut Tjokrodimuljo (1996), keadaan Penelitian ini menggunakan alat-alat utama


kandungan air di dalam agregat dibedakan sebagai berikut: beton molen digunakan untuk
menjadi beberapa tingkat, yaitu: mencampur dan mengaduk beton,
a. kering tungku, yaitu agregat yang benar- compression machine merk Controls produksi
benar tidak berair, dan ini berarti dapat Milano Italy digunakan untuk menguji kuat
secara penuh menyerap air, tekan beton.
b. kering udara, yaitu agregat yang kering
permukaannya tetapi mengandung sedikit Banda uji pada penelitian ini berupa silinder
air di dalam porinya. Oleh karena itu beton dengan diameter 15 cm dan tinggi 30
agregat dalam tingkat ini masih dapat cm. Perbandingan volume campuran dibuat 2
sedikit mengisap air, variasi yaitu 1 : 2 : 3 dan 1 : 1,5 : 2,5 dengan
c. jenuh kering muka, agregat pada tingkat faktor air semen (fas) 0,6. Jumlah benda uji
ini tidak ada air di permukaan tetapi butir- setiap variasi kadar air sebanyak 3 buah,
butirnya berisi sejumlah air. Dengan dengan jumlah total benda uji 84 buah. Untuk
demikian butiran-butiran agregat pada lebih jelasnya dapat dilihat pada Tebel 1 dan 2
tahap ini tidak menyerap dan juga tidak berikut ini.
menambah jumlah air bila dipakai dalam
campuran adukan beton, dan
d. basah, yaitu agregat yang butir-butirnya
mengandung banyak air, baik di
permukaan maupun di dalam butiran,
sehingga bila dipakai untuk campuran
akan memberi air.
Tabel 1. Agregat halus pasir dan agregat kasar split
Kadar air (%) Jumlah benda uji
No. Kondisi fas
Pasir Split 1 : 2 : 3 1 : 1,5 : 2,5
1 Basah 5,92 3,55 3 3 0,6
2 SSD 3,73 2,57 3 3 0,6
3 Kering udara I (KU-I) 3,20 1,85 3 3 0,6
4 Kering udara II (KU-II) 0,77 0,97 3 3 0,6
5 Kering udara III (KU-III) 0,85 0,76 3 3 0,6
6 Kering udara IV (KU-IV) 0,43 0,76 3 3 0,6
7 Kering udara V (KU-V) 0,34 0,64 3 3 0,6

Tabel 2. Agregat halus pasir dan agregat kasar kerikil


Kadar air (%) Jumlah benda uji
No. Kondisi fas
Pasir Kerikil 1 : 2 : 3 1 : 1,5 : 2,5
1 Basah 5,92 6,13 3 3 0,6
2 SSD 3,73 5,47 3 3 0,6
3 Kering udara I (KU-I) 3,20 1,29 3 3 0,6
4 Kering udara II (KU-II) 0,85 1,23 3 3 0,6
5 Kering udara III (KU-III) 0,77 0,78 3 3 0,6
6 Kering udara IV (KU-IV) 0,43 0,59 3 3 0,6
7 Kering udara V (KU-V) 0,34 0,37 3 3 0,6

HASIL DAN PEMBAHASAN seperti ditunjukkan pada Tabel 3 dan Gambar


1 berikut ini.
Nilai slump untuk campuran beton dengan
agregat halus pasir dan agregat kasar split

Tabel 3. Nilai slump campuran beton (agregat pasir dan split)


Kadar air (%) Slump (cm)
No. Kondisi fas
Pasir Split 1 : 2 : 3 1 : 1,5 : 2,5
1 Basah 5,92 3,55 6,5 15,5 0,6
2 SSD 3,73 2,57 1 3 0,6
3 Kering udara I (KU-I) 3,20 1,85 0 4,5 0,6
4 Kering udara II (KU-II) 0,77 0,97 0 1,5 0,6
5 Kering udara III (KU-III) 0,85 0,76 0 2 0,6
6 Kering udara IV (KU-IV) 0,43 0,76 0 1 0,6
7 Kering udara IV (KU-V) 0,34 0,64 0 0 0,6

18 15.5
15
Slump (cm)

12
9 6.5
6 4.5
3
2
3 1.0 1.5 1
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0
0
Basah SSD KU-I KU-II KU-III KU-IV KU-V
Kondisi agregat

Perbandingan 1 : 2 : 3 Perbandingan 1 : 1,5 : 2,5

Gambar 1. Nilai slump campuran beton (agregat pasir dan split)


Dari Tabel 3 dan Gambar 1 dapat disimpulkan jumlah air yang dibutuhkan pada campuran 1 :
bahwa kadar air pasir dan split mempengaruhi 2 : 3 juga lebih sedikit daripada campuran 1 :
nilai slump campuran beton. Nilai slump akan 1,5 : 2,5 untuk mendapatkan faktor air semen
turun seiring dengan penurunan kadar air pasir yang sama. Nilai slump akan kecil jika
dan split baik pada perbandingan volume digunakan air sedikit, dan akan besar jika
campuran 1 : 2 : 3 dan juga 1 : 1,5 : 2,5. digunakan air banyak.

Pada sembarang kondisi kadar air pasir dan Nilai slump untuk campuran beton dengan
split, nilai slump campuran 1 : 2 : 3 lebih kecil agregat halus pasir dan agregat kasar kerikil
dari campuran 1 : 1,5 : 2,5. Hal ini seperti ditunjukkan pada Tabel 4 dan Gambar
diakibatkan jumlah semen pada campuran 1 : 2 berikut ini.
2 : 3 lebih sedikit dari 1 : 1,5 : 2,5, sehingga

Tabel 4. Nilai slump campuran beton (agregat pasir dan kerikil)


Kadar air (%) Slump (cm)
No. Kondisi
Pasir Kerikil 1 : 2 : 3 1 : 1,5 : 2,5
1 Basah 5,92 6,13 10 21
2 SSD 3,73 5,47 1,5 6
3 Kering udara I (KU-I) 3,20 1,29 0 3
4 Kering udara II (KU-II) 0,85 1,23 0 2,5
5 Kering udara III (KU-III) 0,77 0,78 0 2,5
6 Kering udara IV (KU-IV) 0,43 0,59 0 1,5
7 Kering udara V (KU-V) 0,34 0,37 0 0

24
21
20
Slump (cm)

16
12 10.0

8 6
3 2.5 2.5
4 1.5 1.5
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0
0
Basah SSD KU-I KU-II KU-III KU-IV KU-V

Perbandingan 1 : 2 : 3 dingan 1 : 1,5 : 2,5

Gambar 2. Nilai slump campuran beton (agregat pasir dan kerikil)

Dari Tabel 4 dan Gambar 2 dapat disimpulkan 2: 3 juga lebih sedikit daripada campuran 1 :
bahwa kadar air pasir dan kerikil 1,5 : 2,5 untuk mendapatkan faktor air semen
mempengaruhi nilai slump campuran beton. yang sama. Nilai slump akan kecil jika
Nilai slump akan turun seiring dengan digunakan air sedikit, dan akan besar jika
penurunan kadar air pasir dan kerikil baik digunakan air banyak.
pada perbandingan volume campuran 1 : 2 : 3
dan juga 1 : 1,5 : 2,5. Kuat tekan untuk campuran beton dengan
agregat halus pasir dan agregat kasar split
Pada sembarang kondisi kadar air pasir dan seperti ditunjukkan pada Tabel 5 dan Gambar
kerikil, nilai slump campuran 1 : 2 : 3 lebih 3 berikut ini.
kecil dari campuran 1 : 1,5 : 2,5. Hal ini
diakibatkan jumlah semen pada campuran 1 :
2 : 3 lebih sedikit dari 1 : 1,5 : 2,5, sehingga
jumlah air yang dibutuhkan pada campuran 1 :
Tabel 5. Kuat tekan beton campuran 1 : 2 : 3 (agregat kasar split)
Kadar air (%) Kuat tekan (MPa)
No. Kondisi
Pasir Split 1:2:3 1 : 1,5 : 2,5
3,80 7,19
1 Basah 5,92 3,55 5,58 5,52 5,58 6,04
7,19 5,36
17,24 16,48
2 SSD 3,73 2,57 18,26 16,40 16,23 16,41
13,69 16,51
15,41 20,79
3 KU-I 3,20 1,85 12,76 12,98 23,07 21,13
10,76 19,52
11,05 20,28
4 KU-II 0,77 0,97 13,69 12,75 20,28 18,83
13,51 15,93
15,76 21,02
5 KU-III 0,85 0,76 9,26 11,97 19,01 20,27
10,90 20,79
3,55 10,65
6 KU-IV 0,43 0,76 5,07 6,08 14,20 11,83
9,63 10,65
2,50 24,59
7 KU-V 0,34 0,64 6,85 3,54 23,52 23,83
1,27 23,38

23.83
24 21.13
20.27
18.83
20
Kuat tekan (MPa)

16.41
16.40
16 12.98 12.75 11.97 11.83
12
8 5.526.04 6.08
3.54
4
0
Basah SSD KU-I KU-II KU-III KU-IV KU-V
Kondisi agregat

Perbandingan 1 : 2 : 3 Perbandingan 1 : 1,5 : 2,5

Gambar 3. Kuat tekan beton campuran 1 : 2 : 3 (agregat kasar split)

Dari Tabel 5 dan Gambar 3 dapat dilihat adanya air yang diisap oleh agregat sehingga
bahwa pada perbandingan volume campuran 1 beton menjadi sulit dipadatkan dan beton yang
: 2 : 3 dengan faktor air semen 0,6, pada dihasilkan keropos sehingga kuat tekannya
kondisi basah yang kadar air pasir dan menjadi menurun. Dari hasil ini dapat
splitnya lebih besar dari kondisi SSD, kuat disimpulkan bahwa pada perbandingan
tekan beton lebih kecil dari kondisi SSD. Hal volume campuran 1 : 2 : 3 dengan faktor air
ini diakibatkan adanya penambahan air pada semen 0,6, pada kondisi kadar air agregat
campuran sehingga kuat tekannya menjadi lebih besar atau lebih kecil dari kondisi SSD
menurun. Pada kondisi kering udara I sampai mengakibatkan penurunan kuat tekan beton.
V yang kadar air pasir dan splitnya lebih
kecil dari kondisi SSD, kuat tekan beton lebih Dari Tabel 5 dan Gambar 3 dapat dilihat
kecil dari kondisi SSD. Hal ini diakibatkan bahwa pada perbandingan volume campuran 1
: 1,5 : 2,5 dengan faktor air semen 0,6, pada tekan beton, dan pada kondisi kadar air
kondisi basah yang kadar air pasir dan agregat lebih kecil dari kondisi SSD
splitnya lebih besar dari kondisi SSD, kuat mengakibatkan peningkatan kuat tekan beton.
tekan beton lebih kecil dari kondisi SSD. Hal
ini diakibatkan adanya penambahan air pada Dari Tabel 5 dan Gambar 3 juga dapat dilihat
campuran sehingga kuat tekannya menjadi bahwa pada kondisi kadar air agregat SSD,
menurun. Pada kondisi kering udara I, II, III, kuat tekan beton dengan perbandingan
dan V yang kadar air pasir dan splitnya lebih volume 1 : 2 : 3 hampir sama dengan 1 : 1,5 :
kecil dari kondisi SSD, kuat tekan beton lebih 2.5. Pada kondisi kadar air agregat basah dan
besar dari kondisi SSD. Hal ini diakibatkan kering udara I – V, kuat tekan beton dengan
adanya air yang diisap oleh agregat perbandingan volume 1 : 2 : 3 lebih kecil dari
mengakibatkan penurunan faktor air semen 1 : 1,5 : 2.5.
(fas) tetapi beton masih dapat dipadatkan
sehingga kuat tekannya menjadi meningkat. Kuat tekan untuk campuran beton dengan
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa, pada agregat halus pasir dan agregat kasar kerikil
kondisi kadar air agregat lebih besar dari seperti ditunjukkan pada Tabel 6 dan Gambar
kondisi SSD mengakibatkan penurunan kuat 4 berikut ini.

Tabel 6. Kuat tekan beton campuran 1 : 2 : 3 (agregat kasar kerikil)


Kadar air (%) Kuat tekan (MPa)
No. Kondisi
Pasir Split 1:2:3 1 : 1,5 : 2,5
6,34 8,87
1 Basah 5,92 6,13 4,31 5,32 6,85 7,94
- 8,11
10,76 11,30
2 SSD 3,73 5,47 12,07 10,53 6,42 10,19
8,76 12,84
8,26 15,97
3 KU-I 3,20 1,29 11,26 10,05 16,76 17,25
10,65 19,01
5,07 17,75
4 KU-II 0,85 1,23 2,83 5,25 15,31 17,86
7,86 20,52
2,79 19,01
5 KU-III 0,77 0,78 2,75 3,28 16,99 16,97
4,31 14,90
2,79 22,61
6 KU-IV 0,43 0,59 3,80 3,22 17,73 18,37
3,08 14,76
1,80 19,77
7 KU-V 0,34 0,37 3,04 2,47 20,28 18,76
2,57 16,23

Dari Tabel 6 dan Gambar 4 dapat dilihat kecil dari kondisi SSD. Hal ini diakibatkan
bahwa pada perbandingan volume campuran 1 adanya air yang diisap oleh agregat sehingga
: 2 : 3 dengan faktor air semen 0,6, pada beton menjadi sulit dipadatkan dan beton yang
kondisi basah yang kadar air pasir dan dihasilkan keropos sehingga kuat tekannya
kerikilnya lebih besar dari kondisi SSD, kuat menjadi menurun. Dari hasil ini dapat
tekan beton lebih kecil dari kondisi SSD. Hal disimpulkan bahwa pada perbandingan
ini diakibatkan adanya penambahan air pada volume campuran 1 : 2 : 3 dengan faktor air
campuran sehingga kuat tekannya menjadi semen 0,6 menggunakan agregat halus pasir
menurun. Pada kondisi kering udara I sampai dan agregat kasar kerikil, pada kondisi kadar
V yang kadar air pasir dan kerikilnya lebih air agregat lebih besar atau lebih kecil dari
kecil dari kondisi SSD, kuat tekan beton lebih
kondisi SSD mengakibatkan penurunan kuat tekan beton.

24
20 18.37 18.76
17.86

Kuat tekan (MPa)


17.25 16.97
16
12 10.53
10.19 10.05
7.94
8 5.32 5.25
3.28 3.22 2.47
4
0
Basah SSD KU-I KU-II KU-III KU-IV KU-V
Kondisi agregat

Perbandingan 1 : 2 : 3 Perbandingan 1 : 1,5 : 2,5

Gambar 4. Kuat tekan beton campuran 1 : 2 : 3 (agregat kasar kerikil)

Dari Tabel 6 dan Gambar 4 dapat dilihat 2. Nilai slump campuran 1 : 2 : 3 lebih kecil
bahwa pada perbandingan volume campuran 1 dari campuran 1 : 1,5 : 2,5 pada
: 1,5 : 2,5 dengan faktor air semen 0,6, pada sembarang kondisi kadar air agregat.
kondisi basah yang kadar air pasir dan 3. Pada perbandingan volume campuran 1 : 2
kerikilnya lebih besar dari kondisi SSD, kuat : 3 dengan kondisi kadar air agregat lebih
tekan beton lebih kecil dari kondisi SSD. Hal besar atau lebih kecil dari kondisi SSD
ini diakibatkan adanya penambahan air pada mengakibatkan penurunan kuat tekan
campuran sehingga kuat tekannya menjadi beton.
menurun. Pada kondisi kering udara I sampai 4. Pada perbandingan volume campuran 1 :
V yang kadar air pasir dan kerikilnya lebih 1,5 : 2,5 dengan kondisi kadar air agregat
kecil dari kondisi SSD, kuat tekan beton lebih lebih besar dari kondisi SSD
besar dari kondisi SSD. Hal ini diakibatkan mengakibatkan penurunan kuat tekan
adanya air yang diisap oleh agregat beton, dan pada kondisi kadar air lebih
mengakibatkan penurunan faktor air semen kecil dari kondisi SSD mengakibatkan
(fas) tetapi beton masih dapat dipadatkan peningkatan kuat tekan beton.
sehingga kuat tekannya menjadi meningkat. 5. Pada kondisi kadar air agregat SSD kuat
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa, pada tekan beton dengan perbandingan 1 : 2 : 3
kondisi kadar air agregat lebih besar dari hampir sama dengan 1 : 1,5 : 2,5,
kondisi SSD mengakibatkan penurunan kuat sedangkan pada kondisi basah dan kering
tekan beton, dan pada kondisi kadar air udara kuat tekan beton dengan
agregat lebih kecil dari kondisi SSD perbandingan volume 1 : 2 : 3 lebih kecil
mengakibatkan peningkatan kuat tekan beton. dari perbandingan 1 : 1,5 : 2.5.

Dari Tabel 6 dan Gambar 4 juga dapat dilihat DAFTAR PUSTAKA


bahwa pada kondisi kadar air agregat SSD, Anonim, Peraturan Beton Bertulang
kuat tekan beton dengan perbandingan Indonesia (PBI 1971), Direktorat
volume 1 : 2 : 3 hampir sama dengan 1 : 1,5 : Penyelidikan Masalah Bangunan,
2.5. Pada kondisi kadar air agregat basah dan Direktorat Jenderal Cipta Karya,
kering udara I – V, kuat tekan beton dengan Depertemen Pekerjaan Umum dan
perbandingan volume 1 : 2 : 3 lebih kecil dari Tenaga Listrik.
1 : 1,5 : 2.5. Anonim, SNI 03-1974-1990, Metode
. Pengujian Kuat Tekan Beton,
KESIMPULAN Puslitbang Permukiman, Departemen
1. Penurunan kadar air agregat akan Pekerjaan Umum.
mengakibatkan penurunan nilai slump Anonim, SNI 03-1971-1990, Metode
pada perbandingan campuran 1 : 2 : 3 dan Pengujian Kadar Air Agregat,
1 : 1,5 : 2,5.
Puslitbang Permukiman, Departemen
Pekerjaan Umum.
Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton,
Buku Ajar, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

View publication stats

You might also like