You are on page 1of 11

STUD1 FAKTOR SOSIO-BUDAYA YANG MEMPENGARUHI

GIZI DAN KEBIASAAN HIDUP SEHAT


DI MARTAPURA - KALIMANTAN SELATAN

Yayah K. Husaini*, Awin Dyanto", ~ u n i b a h * 'Diyah


, Setiati"',
A. ~aihani***,
dan Mahdin A. Husaini*

ABSTRACT

STUDY OF SOCIAL ANTHROPOLOGY FACTORS TO INFLUENCE


HEALTH AND NUTRITION AT MARTAPURA - SOUTH KALIMANTAN

The study on practices and perception in nutrition and health with the aim to
understand the potential for retaining or changing current practices that can improve the
nutrition status of infants and young children had been carried out in Martapura, Sottth
Kalimantan, in 1996. The area has been known as an Islamic town, where the people are
strongly religious.
Mothers are responsible for taking care of their children, while fathers are
responsible for income. Mothers with wellnourished children seemed more confident and
future oriented than mothers with undernourished children. Mothers with undernourished
children are more concerned about negative physical reaction (vomiting, abdominal
distention) of the child to a new food than mothers with wellnourished children.
Although many families seek health services from government services, there is still a
strong influence of the traditional sector. This is least common in urban areas and most
common in rural areas. Attendance at Posyandu sessions varies by area. Most mothers also
attend religious meetings such as pengajian and Yasinan. These community meetings seems
an obvious forum for delivering nutrition extension. The tuan guru or ulama is verjl
important in delivering program messages. Fathers should also be reached to advocate
certain practices in the home.

PENDAHULUAN dari suatu populasi adalah sosio-budaya.


Pengertian tentang kebutuhan gizi manusia
Para ahli menyadari bahwa harus pula dilengkapi dengan pengetahuan
walaupun gizi pada dasarnya mempunyai tentang kehidupan bermasyarakatl).
hubungan erat dengan lingkungan fisik,
musim, struktur geologi, ketersediaan Faktor medis d m makanan di satu
bahan pangan, pengolahan dan teknologi pihak dan faktor sosio-budaya di lain
pangan, d m lain-lain, namun faktor pihak, keduanya menjadi satu dalam
determinan yang menentukan kondisi gizi membahas gizi masyarakat. Walaupun

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Badan Litbangkes, Depkes R1.


"
Kanwil Depkes Propinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin.
"' Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, Martapura.

Bul. Penelit. Kesehat. 26 (2&3) 199811999


Studi faktor sosio-budaya . . . . . .. ... Yayah K. Husaini et al

disadari bahwa makanan yang dimakan mewakili daerah perkotaan dan daerah
menentukan status kesehatan seseorang, pedesaan; (c) penduduknya relatif padat;
namun perlu diketahui bagaimana dan (d) daerah yang diselidiki dapat
makanan tersebut dimakan, + apa yang dicapai dengan kendaraan umum roda 4
dimakan, kapan, di mana, dan berapa dan kapal kelotok.
banyak, sangat ditentukan oleh keadaan
sosial, ekonomi, dan budaya setempat2). Kota Martapura yang merupakan
ibukota -
Kabupaten Banjar dikenal
Faktor kepercayaan terhadap dengan sebutan Serambi Mekah Kali-
makanan terutama bagi orang-orang yang mantan Selatan mempunyai bermacam-
taat beragama, merupakan salah satu aspek macam kegiatan keagamaan seperti
penting yang mempengaruhi perilaku Majelis Ta'lim, perkumpulan-perkum-
makan. Di daerah Martapura yang dikenal pulan Maulid, isi in an, dan lain-lain yang
sebagai Serambi Mekah, penduduknya dipimpin oleh ulama-ulama terkenal.
hampir 100% beragama Islam, taat Pemeluk agama lain seperti Katolik,
menjalankan ibadah. Di sana terdapat Protestan, Hindu dan Budha jumlahnya
banyak mesjid dan surau, mubaligh, santri, kurang dari 1,0%.
madrasah dari tingkat paling rendah
sampai paling tinggi, dan kelompok- Penelitian dilakukan di daerah
kelompok pengajian. Suasana Islam lebih perkotaan wilayah Puskesmas Pasayangan
terasa dalam kehidupan sehari-hari dan daerah pedesaan wilayah Puskesmas
dibandingkan dengan daerah-daerah di Dalam Pagar, keduanya berada dalam
sekitarnya. wilayah Kecamatan Martapura. Kriteria
untuk perkotaan yaitu kepadatan penduduk
Hasil penelitian di bawah ini akan sedang sampai padat, antara 0 sampai 3
memberikan gambaran tentang faktor- km dari pusat keramaian, ada satu atau
faktor sosio-budaya yang mempengaruhi lebih Sekolah Menengah Tingkat Atas,
praktek dan pkrsepsi gizi serta perilaku pekerjaan penduduk sebagian besar
sehat sebagai bahan masukan untuk bardagang atau pegawai, dan sangat
penyuluhan gizi dan kesehatan dengan mudah dicapai dengan sarana angkutan
memperhatikan keadaan setempat. kota. Kriteria untuk pedesaan adalah
kepadatan penduduk relatif rendah
(terhadap rata-rata kepadatan penduduk di
BAHAN DAN CARA kecamatan yang diselidiki), pekerjaan
utama penduduk umumnya bertani,
Penelitian dilakukan di Kecamatan terletak dalam radius antara 5 sampai 10
Martapura, Kabupaten Banjar, Propinsi km dari pusat keramaian kota.
Kalimantan Selatan pada tahun 1996. Berdasarkan kriteria tersebut terpilih
Kecamatan Martapura dipilih berdasakan kampung Pekauman Ulu sabagai daerah
kriteria: (a) penduduknya bersuku bangsa perkotaan, dan kampung Sungai Kitano
Banjar yang mempunyai bahasa daerah sebagai daerah pedesaan. Di kampung
sendiri, dan bukan migrasi dari daerah Pekauman Ulu kepadatan penduduk adalah
lain; (b) di Kecamatan itu ada paling 789 jiwa/krn2, sedangkan di kampung
sedikit dua buah Puskesmas yang Sungai Kitano 125 jiwalkm2.

Bul. Penelit. Kesehat. 26 (2&3) 199811999


.-
, - .':+
- std,.
.=.&%:*-
2,
> s&
j &f
- a. '."*k ,
&"ciay$
*
8
.I..
a *.
; ...: -. +,$
;.*:;
~v?~uiip$&~~~
*

-.
6 , - > >.. .
, , -.*..;*,,. .
- -
.-k:.>(,
it -rGi'..o
,
-,, . - ~;a:~;,.-
:. #

Di tiap-tiap km:ing . brsbut,


-<* .I

-.
-.'*didapatKan d@;
1%

hasil-hasil survei atau


ditentukan 15 keluarga* sebaiab>aniql. . ip@ljtian,~ebelumnya, laporan-laporan
Kriteria sampel yang ?litdi&di!ah ?&ah . i . tahqnan ~ a r i ; l Departemen Kesehatan,
tangga yang ada s.uami istm-i- danqaling 0 - Dinas Kqehatan, dan dari Puskesmas
sedikit satu orang bayi berumur antara 3
sampai 18 bulan. RumahLtBngga te3ebut
I-
,
-
setempat.
. . -
. 5
dapat berupa keluarga i n t i maupun bawancara formal dan informal
\
keluarga luas. Suami dan i s v i menipakan , ckiakukan terhadap Kepala Puskesmas dan

orang asli dari daerah setempat. Kader- stafnya, Pembakul (Kepala Kampung), dan
kader Posyandu diminta mengidentifikasi Dukup Bayi. FGD dilaksanakan terhadap
rumah tangga yang meflenllhi kriteria kelompok' ibu-ibu yang mempunyai bayi
tersebut di atas, diseleLsi d a i catatan be;umur antara 3- 18 bulan, tokoh-tokoh
pembakal (kepala kamung) masyarakat dan kader-kader Posyandu.
Sampel rumah tangga tersebut x tempunyai
empat'. U'ntuk tikp kampung yang diteliti, FGD
tingkat pendidikan dan sosio-eJconomi dilaksanakan terhadap kelompok ibu yang
yang kurang *lebih .sama, dan masicg- jumlahnya 8 orang, kelompok tokoh
masing sudah saling mengenal. . m a ~ ~ a r a k i antara
t, 6-8 orang, dan
kelompok kader yang terdiri dari 8 orang
Selain dari sampel rumah tangga, atau lebih. Percakapan informal dilak-
juga kepala Puskesmas daH stafnya, sanakan terhadap semua responden setiap
Penzbakal (Kepala Kampung) dan tokoh- ada kesempatan, atau setiap ada aspek-
tokoh masyarakat seperti pemuka agarna aspek tertentu yang memerlukan kejelasan
serta anggota LKMQ (Lembaga Ketahanan lebih lanjut. Observasi dilaksanakan
Masyarakat Desa), dukun-dukun bayi, dan :dengan cara kunjungan rumah untuk
kader-kader Posyandu dijadikA, , juga mengetahui kebiasaan yang mereka
sebagai responden. praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Semua sampel rumah tangga dikunjungi
Metode RAP (Rapid Assessment rumahnya. Pada saat kunjungan rumah.
Procedure) yang mekpakan suatu ayah dari bayi-bayi yang diselidiki juga
kombinasi teknik pengumpulan dptr ierdiri diwawancarai.
dari tinjauan i n w ~ a s i - i n f o r m ~ itertulis
i
yang ada, wawaneara formal Data kualitatif dikumpulkan
(open ended), percakapan, o terhadap tata cara berkeluarga, peranan
.fucus group discussion suami dan isteri dalam keluarga,
dipergunakan dalarn penelitian ini3). pandangan terhadap pertumbuhan bayinya,
Tinjauan informasi-informasi yang ada - persepsi tokoh agama dan pemuka
(reviewing existing information) dilakukan masyarakat terhadap perawatan dan
terhadap data statistik untuk Propin$ kesehatan ibu hamil serta makanan bayi,
Kalimantan Selatan, Kabupaten Banjar, sikap dan persepsi kader, kebiasaan
Kecamatan Martapura dan Kampung . mdahirkan, perawatan bayi baru lahir, dan
Pekauman Ulu s e i a Sungai kit an^ yang selamatan-selarnatan yang diadakan untuk
diperoleh dari ~ a ' n ' r ,Biro Statisbk , bayi baru lahir.
Propinsi Kalimatan Sela .an b a a ~ a b u g a t e n
Banjar, serta catatan-~htatan yaag ad; ,
.
di Balai Desa. Infopasi kesehatan
I>

/ ,
-
.
- Data yang sudah dikumpulkan
dianalisis secara kontinu setiap hari

-
dV
6
- -+-?'-

c'
82 a. .- Bul. Penelit. Kesehat. 26 (2&3) 199811999
F

.
. .- 0. =
9 .

>'.
- % . . /- *
- - L

- h
5
-.
:> -$,-,-.
-6
!,-: *, , :
*--
4

.- e &
'4

a
-*
.. "

. r.
r\**; -r - - -u - 9

-
-,I
s . C*' ~ b n

dengan cara mengklasif&si9~~ - a :di &!: L$ncli$ d&ib@;alr%i dilaih lkbih dahulu
%.

memformulasikannya. %&tan- iki dila- ' .&&a Y


-
&
wa@
t%
r.i ',
-11-pertanyaanatau
kukan pada sore atau malam.Kati d i ma
pada pagi harinya telah-- ' dilakukan
' . ti% $&k$ti, v
kuisinoe; & '&I
c
disusun bersama oleh
sehingga 2. tiap peneliti
pengumpulan data. Setiap h>ri setelah . . nrenguzsai sepenuhnya mak~ladan maksud
data selesai dibersihkan, ' dhaksqnaka' $&;ap p9rtaGa'an.
diskusi di antara penglliti untuk B .a
-\ \ I
menterjemahkan dan menghterpretasikan ' , ,\ Hasilhasil ryang didapat telah
hasil-hasil yang telah terkum$iuf dan dipresebasikan di depan para pejabat dan
' ,

mendiskusikan rencana kegiatan e'sok' - s h- f kesehatan baik dari tingkat propinsi 9

harinya atau kegiatan selanjutnya. maupun tingka? kabupaten dan Puskeswas,


a

t- .\ berteqnpat dl Kantor ' Wilayah Keseh. tan


Data yang sudah didiskusikan clan ~ropin'siKalimatan Selatan, Banjarmasin,
@

diformulasikan dicek kebenarannya sebagaf bahan masukan untuk pengem-


dengan melakukan observasi k e Posyandu- bangan program gizi dan k&ehatan.
Posyandu, dan dilakukan wawancara dan- 4
percakapan dengan ibu-ibu yang '
w

mempunyai bayi berumur 3- 18 bulan: Ibu- HASIL +

ibu di Posyandu yang diobservasi ini


berbeda dengan ibu-ibu yang menjadi Gambaran Umum Daerah Penelitian.
responden sebelumnya, sehingga dapat
diketahui apakah data yang telah Perduduk, baik di kota maupun di'
dikumpulkan berlaku pula terhsdap ibu- desa adalah suku Banjar, dan lebih dari
ibu ini. Selain itu keterangan yang 99% beragama Islam. Mereka mempunyai
diperoleh dari wawancara dan observasi di berbagai kegiatan keagamaan seperti
Posyandu-Posyandu ini dipergunakan pula Yasinan. Terdapat berbagai madrasah dari
untuk menyempurnakan penemuan tingkat ibtidaiyah (SD), tsanawiyah
sebelumnya. Untuk maksud tersebut telah (SMP), sampai aliyah (SMA). Penduduk
dikunjungi Posyandu Keraton dan kota maupun desa taat menunaikan ibadah,
Posyandu Pekauman Ulu di daerah banyak .ulama dan mubaligh, -banyak
perkotaan (wilayah Puskesmas Pasa- madrasahlpesantren. Perbedaan yang
yangan), serta Posyandu Dalam Pagar Ulu- . tampar< jelas adalah bahwa di daerah
dan Pekauman Hilir di daerah pedesaan perkotaan iiebih banyak yang berdagang
(wilayah Puskesmas Dalam Pagar). dan lebih padat (978/km), sedangkan
Sebanyak 6 sampai 10 ibu-ibu pada tiap- daerah pedesaan lebih banyak bertani dan
tiap Posyandu telah diwawancarai pada berpenduduk lebih jarang (125 jiwdkm2).
kesempatan kunjungan tersebut. i-
Di daerah pedesaan, mata
Data dikumpulkan oleh tim yang permcabrian penduduk umumnya bertani,
terdiri dari Peneliti Depkes Pusat (2 sebagian pengrajin emas dan berlian, dan
orang), staf Kanwil Depkes Propinsi*
Kalimantan Selatan di Banjarmasin (2 -
sebagian lagi pedagapg . perhiasan. Di
daerah perkotaan- ?nata pencaharian
.
orang), dan staf Kantor Dinas Kesehatan ' pefiduduk kebanyzkan berdagang, peng-
Kabupaten Banjar di Martapura (2 orang). ;
rajin em& d q ,-.berlian, menjadi guru
Sebelum penelitian dimulai, penelitiy -fnadras?h dan pegawai negeri.
I D *
I1 - "
:- *
.. - *\ ,,. . .

\>

.
t

Bul. Penelit. Kesehat. 26 (2&3) 199811999 83

- -,
Ci * . r"
-
.
p.
. 6

b
8

.:
-t
.
- I
4

Studi faktor sosio-budaya . .. . . . . . . . . . . . . Yayah K. Husaini et al

Pengunjung Posyandu yang t i h k direbus, hanya diendapkan saja 1 - 2


terbanyak adalah ibu dengan bayi bemmur malam, sedangkan sejak tahun 1991 sudah
3-12 bulan. Anak umur di atas satu tahun minum air yang direbus.
kurang banyak. Mereka datang terutama
ingin mendapatkan imunisasi. Penyuluhan
gizi di Posyandu dilakukan satu per satu. Gambaran Umum Responden
Bila berat badan bayi naik, dianjurkan agar
makanan yang biasa diberikan tetap Sampel penelitian ini adalah rumah
diteruskan. Bila berat badan bayi tetap tangga yang mempunyai bayi berumur 3
atau tidak naik, ltemungkinan besar bayi sampai 18 bulan. Keadaan umum peru-
sakit, jadi penyakitnya diobati. Kemudian mahan sampel tertera pada Tabel.
dianjurkan makan lebih banyak, dan rajin-
rajin menimbang bayinya tiap bulan. Pada umumnya rumah-rumah
Rata-rata umur bayi pertama kali dibawa berbentuk panggung, berlantai ulin,
ke Posyandu adalah 2 bulan. berdinding papan, beratap sirap atau daun
rumbia. Penerangan umumnya listrik.
Peserta KB umumnya mempergu- Sumber air minum, mandi dan mencuci,
nakan alat kontrasepsi pi1 dan suntikan. serta buang air di sungai Martapura.
IUD dan lainnya jarang ada yang mau. Hanya If: 30% di daerah perkotaan yang
Dari unsur agama, KB dapat diterima. meinpunyai saluran air ledeng di
Sewaktu Safari KB, tokoh-tokoh againa rumahnya. Hampir semuanya di daerah
juga dilibatkan. -I
perkotaan mempunyai televisi di rumah-
nya, sedangkan di pedesaan hanya 20%
Peranan bapak dalam mengasuh
yang mempunyai televisi dan 30%
bayi di rumah dirasakan kurang.
mempunyai radio.
Bapaknya sibuk berdagang. Pengetahuan
bapak tentang gizi dan makanan bayi
rendah, mereka lebih berpikir tentang Pada umumnya pendidikan ibu-ibu
makanan tradisional, sedangkan ibunya di perkotaan lebih baik daripada di
sudah berfikir lebih maju. Peranan ibu pedesaan. Hampir semuanya berlatar
terutama adalah sebagai ibu rumah tangga, belakang pendidikan madrasah ibtidaiyah
yaitu mengatur keuangan untuk keperluan setingkat SD, tsanawiyah setingkat SMP,
sehari-hari dan mendidik anak. Jarang dan aliyah setingkat SMA. Sebagian dari
sekali ada ibu bekerja di luar rumah untuk ibu-ibu tergolong keluarga inti (terpisah
menambah penghasilan keluarga. dengan orang tua) dan sebagian lagi
keluarga luas atau extended family
Penyakit paling umum dijun~pai (berten~pat tinggal ikut orang tua).
adalah ISPA. Pada tahun 1986 diare +
Sebanyak 40% ibu-ibu di perkotaan dan
menduduki uruan kedua setelah ISPA, pedesaan mempunyai seorang anak,
pada tahun 1991 menduduki urutan ke 6 selebihnya adalah ibu-ibu dengan anak
sesudah ISPA, kulit, penyakit pada otot, lebih dari dua orang sampai 7 orang.
tukak lambung, penyakit gusi dan jaringan Pekerjaan suami di daerah perkotaan
periodontal. Hal ini, antara lain karena umumnya berdagang, dan di daerah
sebelumnya penduduk minurn air yang pedesaan umumnya bertani.

But. Penelit. Kesehat. 26 (2&3) 199811999


Studi faktor soslo-budaya . . . .. . ........ . Yayah K. Husaini et al

Gambaran Umum Rumah-rumah Sampel.

tudmertua), warisan orang tua, atau dari rumah orang tua) serumah
serumah dengan orang tua.

Papan atau kajang (daun rumbia)

Kebersihan dalam rumah Kurang/kurang sekali


Penerangan Listrik Listrik, minyak tanah
Pembuangan air limbah Tidak ada saluran khusus Tidak ada saluran khusus
Sumber air minum PAM (air ledeng) Air sungai
Sumber air madi + mencuci Sebagian PAM, sebagian di sungai Air sungai
Toiletljamban Sebagian di rumah, sebagian di sungai Di sungai
Pemilikan Semua punya TV danlatau radio

Tata Cara Berkeluarga pindah, kalau tidak mempunyai rumah


tetap tinggal di rumah orang tua.
Dahulu banyak yang kawin muda,
sekarang rata-rata sudah lebih tua. Para Orang-orang tua lebih senang kalau
tokoh masyarakat berpandangan ada anaknya yang berkeluarga mampu hidup
mandiri. Anaknya membangun rumah
baiknya kawin sesudah umur 18 tahun
umumnya dekat dengan rumah orang
untuk wanita dan di atas 20 tahun untuk
tuanya atau mertuanya.
laki-laki. Alasannya: (a) kalau kawin
muda badannya kurus kalau hamil atau Perkawinan dilaksanakan cende-
melahirkan; (b) anaknya kecil, sakit- rung pada sesama kerabat, misalnya kawin
sakitan. dengan sepugu paling sering terjadi. Hal
ini dimaksudkan agar harta warisan tidak
Sesudah menikah, penganten jatuh ke orang lain, selain mengikuti adat
tinggal di rumah orang tua perempuan istiadat. Mengenai alasan harta warisan
untuk sementara atau seterusnya. Kalau barangkali kurang tepat benar, karena
penganten mempunyai rumah sendiri, keluarga miskin juga melakukan ha1 yang
sesudah kurang lebih satu bulan lalu sama.

Bul. Penelit. Kesehat. 26 (2&3) 199811999


Studi faktor sosio-budaya . . . . . . . . . . . . . Yayah K. Husaini et al

Di kota maupun di desa KB dapat - Isteri tidak tahu berapa besar uang
diterima masyarakat. Penggunaan kontra- suaminya atau pendapatan suarninya.
sepsi hams dengan seizin suami. Cara
kontrasepsi yang umum dipakai adalah pi1 Baik di kota maupun di desa, anak
dan suntikan. IUD tidak dapat diterima perempuan dididik untuk menjadi ibu
masyarakat, sebab alat kelamin isterinya rumah tangga yang baik. Mereka pada
sangat pantang dilihat oleh orang lain. umumnya disekolahkan pada sekolah
Ada pantangan bahwa seseorang sedapat- madrasahkekolah agama. Anak laki-laki
dapatnya jangan sampai melihat alat dididik agar pada hari tua menjadi ulama.
kelamin walaupun itu kepunyaan sendiri. Kalau ayahnya dagang. anak dididik
menjadi pedagang. Sekolah agama
Untuk mempopulerkan IUD me- (madrasah) lebih disenangi. Di wilayah ini
merlukan waktu panjang. Kepercayaan banyak ulama-ulama terkenal, hampir
masyarakat sangat kuat dalam ha1 ini. semuanya laki-laki, jarang ada wanita.
Jalan terbaik barangkali lewat pendekatan
pemuka agama. Kalau pemuka agama Ibu-ibu yang bayinya ber-Gizi Baik
mempraktekkan di dalam keluarganya tampak lebih berorientasi ke depan, dan
sendiri, niscaya orang lain akan mengi- menginginkan hidup yang lebih baik pada
kutinya. waktu yang akan datang. Sedangkan ibu-
ibu yang bayinya ber-Gizi KurangIGizi
Buruk tampak lebih pasrah dan bergantung
Peranan Suami dan Isteri dalam pada nasib, serta kurang yakin dengan
Keluarga generasi yang akan datang.

Peranan suami lebih kuat daripada Untuk penyuluhan gizi dan


isteri. Uang dan harta sepenuhnya di kesehatan penting diyakinkan kepada ibu-
bawah pengawasan suami. Isteri hanya ibu sehingga mereka sadar bahwa
mendapatkan uang belanja setiap hari yang kesehatan yang akan datang sangat
semuanya dibelanjakan untuk makanan. tergantung kepada kesehatan bayi dan
Kalau ingin membelikan baju, sepatu, alat- makanan yang ibu berikan kepadanya pada
alat keperluan sekolah anaknya, ibu harus saat ini. Nasib generasi J.ang akan datang
minta uang ekstra kepada suaminya. sangat tergantung kepada apa yang ibu
Peranan isteri sehari-hari sebagai berikut : 'berikan pada waktu sekarang.
- Mengatur uang belanja yang diberikan
suami setiap hari.
- Melayani suami dalam ha1 kebutuhan Pandangan Ibu terhadap Pertumbuhan
biologi, menyiapkan makanan, Bayinya
mencuci pakaian, dan sebagainya.
- Pendidikan anak adalah tanggung Konsep bayi sehat untuk ibu-
jawab isteri. ibu yang rajin membawa bayinya ke
- Kalau isteri bekerja di luar rumah, Posyandu adalah berat badan naik setiap
umumnya untuk menolong suaminya bulan dan mendapatkan imunisasi. Untuk
atau pekerjaan suaminya. ibu-ibu yang jarang ke Posyandu, konsep
- Distribusi makanan dalam keluarga, bayi sehat adalah tidak sakit dan tidak
prioritas diberikan kepada ayah. rewel.

Bul. Penelit. Kesehat. 26 (2&3) 199811999


Studi faktor sosio-budaya . . . . . . ......... Yayah K. Husaini et al

Baik di kota maupun di desa, Ketakutan ibu tentang reaksi-reaksi fisik


kolostrum diberikan kepada bayi. Ibu-ibu yang negatif terhadap makanan baru
di kota lebih tahu bahwa kolostrum hendaknya dapat diatasi. Pengetahuan ibu
mengandung zat kekebalan. Ibu-ibu di tentang konsep sehat pada waktu bayi
desa tahu bahwa kolostrum diberikan menentukan keadaan sehat pada waktu
karena mengikuti adat. Tidak ada istilah yang akan datang hendaknya lebih
lokal untuk kolostrum. ditekankan dalam penyuluhan gizi.

Sebaliknya AS1 diberikan sampai


usia 2 tahun, kalau anak perempuan dapat Persepsi Tokoh Agama dan Masyarakat
lebih lama yaitu 2% tahun atau 3 tahun.
Kalau ibunya hamil, maka ibu-ibu di kota Usia kawin yang dianggap baik
menyapih anaknya pada saat mulai hamil adalah lebih dari 17 tahun untuk
walaupun belum mencapai usia 2 tahun, perempuan dan di atas 20 tahun untuk
sedangkan pada ibu-ibu di desa banyak laki-laki. Kawin usia muda dapat memberi
yang menyapih anaknya pada saat akan pengaruh yang tidak baik pada kesehatan
melahirkan. ibu hamil dan hasil kehamilan.

Ibu-ibu dari bayi yang kurang gizi Bayi yang lambat berjalan
lebih cenderung mengikuti kehendak dianggap disebabkan oleh serangan
bayinya tentang apa-apa yang diberikan penyakit. Di samping itu disebabkan juga
dan makanan apa yang diinginkan. karena ibu kurang perawatan dan makanan
Sebaliknya ibu-ibu dari bayi yang ber-Gizi tidak baik, atau oleh kesehatan ibu hamil
Baik, cenderung memberikan makanan yang jelek atau oleh kawin muda.
sesuai dengan pengetahuannya (kehendak
ibunya) agar bayinya sehat. Penyuluhan gizi dan kesehatan
perlu disalurkan lewat dakwah, ceramah
Ibu-ibu dari bayi yang Kurang Gizi agama atau kegiatan-kegiatan agama,
terlalu concern dengan reaksi fisik yang karena sesuai dengan hadis-hadis nabi.
negatif (muntah, menangis, sakit perut) Selain itu tokoh-tokoh agama berprinsip
terhadap makanan baru, sedangkan ibu-ibu bahwa orang-orang beragama itu harus
dari bayi yang Gizi Baik selalu berupaya sehat.
mengatasinya dengan harapan kelak bayi
senang dengan makanan yang diperke- Di dalam kehidupan sehari-hari,
nalkan.
mereka lebih menormor-satukan kegiatan
keagamaan. Salah satu kelompok sosial
Ibu-ibu dari bayi yang Kurang
yang populer adalah Yasinan. Kelompok
Gizi, perhatiannya terhadap perkembangan
motorik anaknya rendah, sedangkan ibu- Yasinan khusus untuk wanita, remaja, atau
ibu dari bayi yang Gizi Baik lebih besar bapak-bapak diisi dengan beberapa
perhatiannya. kegiatan antara lain membaca-baca surat
.Yasin, tukar menukar pengalaman,
Ibu-ibu perlu lebih disadarkan dakwah, arisan, dan lain-lain, atau
untuk memperhatikan perkembangan fisik bersepakat mendatangi tuan guru untuk
dan motorik bayinya dari waktu ke waktu. mendengarkan petuah-petuahnya.

Bul. Penelit. Kesehat. 26 (2&3) 199811999


Studi faktor sosio-budaya . . . . . . . . . . . . . . . Yayah K. Husaini et al

Pandangan-pandangan positif para ulama bakan perbaikan kesejahteraan hidupnya


terhadap kesehatan : dan kesehatan keluarganya4).
- Mereka menekankan kepada umatnya
soal kebersihan. Di dalam kehidupan sehari-hari, di
- Usaha-usaha mensejahterakan keluarga daerah Martapura yang terkenal dengan
termasuk kesehatan selalu ditekankan. istilah sebagai Serambi Mekah Kalimantan
- Menghalalkan KB, walaupun ulama
Selatan lebih menomor-satukan kehidupan
pada umumnya belum memprak- beragama, tidaklah berarti mereka
tekkannya. tergolong masyarakat kolot, tetapi mereka
juga mempunyai kesiapan menerima
Perlu diupayakan agar para tokoh pengalaman baru dan terbuka akan inovasi
agamalmasyarakat selain menyatakan baru dan perubahan. Di samping itu
berbagai keterangan mendukung program mereka percaya akan ilmu pengetahuan
dan teknologi dan menyadari akan
kesehatan, perlu pula mempraktekkannya
kelebihan orang lain dan menghargai ha1
dalain kehidupan sehari-hari, agar masya-
tersebut.
rakat lebih meyakini kebenarannya dan
menirunya. b

Pengenalan dan pemahaman ciri-


ciri individu klien demikian akan sangat
menentukan keberhasilan seorang
PEMBAHASAN
penyuluh dalam melaksanakan tugasnya.
Itulah sebabnya, seorang petugas
Di daerah-daerah di mana
kesehatan tidak hanya mengembangkan
masyarakat terkenal taat beragama,
diri untuk soal-soal teknis tetapi juga soal-
perubahan dapat terjadi apabila tidak
soal sosial-psikologis dan ekonomis.
bertentangan dengan ajaran agama.
Untuk menyajikan informasi berupa ilmu
Penyuluh atau petugas kesehatan mulai
pengetahuan dan teknologi, gagasan dalam
dengan sikap berguru dan bukannya
aspek gizi dan kesehatan, perlu ada
menggurui. Penyuluh berguru akan nilai- komunikasi di antara kedua belah pihak
nilai (kemampuan, dan lain-lain) yang yaitu antara petugas kesehatan dan
dibanggakan oleh klien. Dengan memulai masyarakat. Prosesnya haruslah komu-
pendekatan demikian akan mengurangi nikatif: isi pesannya harus bermakna
prasangkalcuriga atau sikap melawan dari (informatif), caranya harus persuasif
klien. Barulah karena ada faktor (ajakan) dan bukannya paksaan, sena
knowledge uttitude klien tadi, pada dapat diterima dengan menyenangkan.
kesempatan yang tepat diberikanlah Terjadinya komunikasi itu memungkinkan
informasi yang memang telah dikaji pihak-pihak yang berkomunikasi saling
diperlukan oleh klien. Bagaimanapun memberikan dan saling bertukar pendapat
klien akan tertarik berguru menimba dan pengalaman tentang materi yang
pengalamanlpengetahuan baru dari didiskusikan dalanl suasana demokratis
penyuluh yang telah siag dan memang dan dinamika kebersamaan yang tinggiS.
menguasainya. Selain itu, klien akan
menyesuaikan diri dengan lingkungan Dengan cara pendekatan tersebut di
sosialnya yang memang selalu mendam- atas pesan-pesan gizi di dalam kegiatan

88 Bul. Penelit. Kesehat. 26 (28~3)199811999


Studi faktor sosio-budaya . . . . . . ...... ... Yayah K. Husaini et al

penyuluhan dapat disampaikan dengan terhadap perkembangan motorik anaknya.


memperhatikan sosio-budaya dan ekonomi Sebaliknya ibu-ibu yang bayinya berstatus
masyarakat, sehingga dapat terjadi Gizi Baik memberikan makanan lebih
perubahan perilaku sehat dan perilaku menurut kehendak ibunya, selalu berupaya
makan atau memberi makan bayi dan memberikan makanan agar diterima oleh
keluarga ke arah yang lebih baik. bayinya, dan lebih memperhatikan
Beberapa temuan dalam penelitian ini perkembangan motorik (kepandaian)
dapat dijadikan acuan untuk materi anaknya. Sehubungan dengan ha1 itu
penyuluhan dan pesan yang dapat maka ibu-ibu perlu dimotivasi untuk terus
disarnpaikan. mencoba memberi makanan bergizi
kepada bayinya, tidak terlalu khawatir
Hasil penelitian menunjukkan dengan reaksi-reaksi negatif, dan
bahwa peranan suami lebih dominan memperhatikan perkembangan motorik
daripada isteri. Suami bertanggung jawab bayinya.
terhadap penghasilan keluarga. Isteri
bertanggung jawab dalam pengaturan Baik di perkotaan maupun di
makanan berdasarkan jurnlah uang yang pedesaan umumnya ibu-ibu melahirkan di
didapatkannya setiap hari dari suami. rumah (95%). Di kota lebih banyak
Selain itu isteri bertanggung jawab dalam ditolong bidan namun di desa dukun bayi
pendidikan anak dan kesehatan. Ibu-ibu yang lebih banyak menolong persalinan.
yang bayinya ber-Gizi Baik tampak lebih Setiap ibu yang melahirkan diurut
berorientasi ke depan, dan menginginkan umumnya pada hari pertama, ketiga,
hidup yang lebih baik pada waktu yang kelima dan ketujuh oleh dukun bayi.
akan akan datang. Sedangkan ibu-ibu Makanan yang dipantang untuk ibunya
yang bayinya berstatus Gizi KurangJBuruk sampai 40 hari sesudah melahirkan adalah
tampak lebih pasrah dengan keadaan ikan basah, ikan laut, masakan yang
sekarang serta kurang yakin dengan masa
mempergunakan santan (berlemak),
yang datang. Sehubungan dengan ha1 itu,
lombok, merica, es, dan labu kuning.
maka penyuluhan gizi perlu diberikan
Makanan yang dianjurkan adalah daun
kepada suami di samping isteri. Perlu
pepaya, kacang ijo, tongkol pisang, bayam,
diyakinkan bahwa kesehatan yang akan
dan asam Jawa. Nasihat-nasihat dukun
datang sangat tergantung kepada kesehatan
dan makanan yang ibu berikan kepada bayi bayi yang diberikan pada waktu ibu diurut
pada waktu ini. Nasib generasi yang akan tampaknya efektif. Perlu dipergunakan
datang tergantung kepada apa yang ibu kesempatan ini untuk penyuluhan gizi,
berikan sekarang. misalnya AS1 eksklusif sampai bayi umur
empat bulan, makanan ibu menyusui,
Ibu-ibu dari bayi yang Kurang Gizi makanan sapihan, imunisasi, dan
lebih cenderung didikte oleh bayinya sebagainya. Adalah sangat janggal di
tentang makanan yang diinginkan dan daerah penghasil ikan, bahwa ikan
ditolaknya, terlalu concern dengan reaksi dilarang untuk dimakan oleh ibu
fisik yang negatif (muntah, sakit perut, menyusui. Ikan merupakan sumber protein
menangis) terhadap makanan yang baru hewani berkualitas tinggi dan baik untuk
diperkenalkan, dan rendah perhatiannya kesehatan, karena itu pantangan makan

Bul. Penelit. Kesehat. 26 (2&3) 199811999


Studi faktor sosio-budaya . . . .. . .. . .. . . . . Yayah K. Husaini et al

ikan untuk ibu menyusui perlu dihi- DAFTAR RUJUKAN


langkan.
1. Sanjur, D. (1982). Social and Cultura: Perspectives
in Nutrition. Prentice-Hall. Inc.. E~gicwoodCliffs.
Dalam menyampaikan informasi N.J.. 1-6.
kepada orang lain, maka informasi tersebut
2. ACCJSCN. (1995). Beha! iourai Change and
harus bermakna bagi orang yang Nutrition Programmes. SCN Ne\v. 1-9.
bersangkutan. Di dalam ha1 penyuluhan
3. Scrimshaw, S.C.M. and Hurtado, E. (1987). Rapid
gizi dan kesehatan, informasi bermakna Assessment Procedures. UCLA Latin American
yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah: Center. Los Angeles, USA.
(1) informasi tersebut secara ekonomis
4. Berlo, D.K. (1960). The Process of Communication
menguntungkan; (2) inforrnasi tersebut : An introduction to theory and practice. Prentice
secara teknis memungkinkan dapat Hall, Rinehart and Winston Inc. ?is\+York., USA.
7-14.
dilaksanakan; (3) informasi tersebut secara
sosio-psikologis dapat diterima sesuai 5. Borman. E.G., Howell, W.S.. Nicholas, R.G. and
dengan norma dan nilai-nilai yang ada di Shapiro, G.L. (1 969). Interpersonal
Communication in the hlodern Organization.
masyarakat; dan (4) inforrnasi tersebut Englewood Cliffs, N.Y., USA. 10-11.
sesuai atau sejalan dengan kebijaksanaan
6. Asngari. P.S. (1982). Perceptions of District
pemerinah (6). Konsep makna ini penting Extension Directors and count^ E\tension Agenr
bagi keberhasilan penyebarluasan infor- Chairman Regarding the Roles and Functions of the
Texas Agricultural Extension Sen ice. Disertasi
masi yang dapat diserap dan dilaksanakan Doctor, East Texas State Cnivers~:>. Commercs.
klien sasaran. ' USA, 10-14.

Bul. Penelit. Kesehat. 26 (2&3) 199811999

You might also like