You are on page 1of 7

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 06 No. 01 Maret ● 2017 Halaman 13 - 19


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Artikel Penelitian

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA


INFEKSI DAERAH OPERASI PASCA SC DI DEPARTEMEN OBSGIN RSCM
EVALUATION OF OUTBREAKS CONTROL PROGRAM OF SURGICAL SITE INFECTION POST SC
IN DEPARTEMENT OBSGYN RSCM

Surahman Hakim
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta

ABSTRACT outcome terjadi penurunan angka kejadian IDO dan peningkatan


Background: Surgical Site Infection (SSI) is one of the kepatuhan.
complication of surgery that disturbing, both in the patient nor Kesimpulan: Program berhasil menurunkan kejadian IDO
the doctor and the hospital as a health care provider. There dengan C-M-O yang sudah disempurnakan.
is an increased incidence of SSI post-Cesarian Section in the
Department of Obstetric and Gynecology in August 2014 ie from Kata Kunci: IDO, context, mechanism, outcome, realist
the range of 0.16% - 0.33% to 2.32%, whereas RSCM standard evaluation
should not be more than 2%. The hospital has made several
efforts in the prevention program of outbreak SSI post-Cesarian
PENGANTAR
Section by some parties concerned, namely the Committee
on Hospital Infection Prevention (PPIRS) by IPCN (Infection Infeksi Daerah Operasi (IDO) merupakan
Prevention Control Nurse). salah satu komplikasi tindakan operasi yang
Method: This study uses a realist evaluation with context, sangat mengganggu, baik dari sisi pasien maupun
mechanism, and outcome. The data is collected by interviews
dokter dan rumah sakit sebagai penyedia layanan
and focus group discussions with related parties as well as
conducting a document review and observations. The results kesehatan. Rerata insidens IDO pasca-seksio
of the study were analyzed using content analysis. sesaria (SC) menurut literatur berkisar antara
Result. Using the hypothesis of C-M-O, that the context is 3-15%, bergantung pada metode pengawasan
correct, however IPCN and infrastructure in operating rooms
yang digunakan untuk mengidentifikasi infeksi,
also provide a big influence in overcoming the problem of IDO,
to decrease the incidence of SSI and increased compliance. populasi, dan penggunaan antibiotik profilaksis1.
Conclusion. The program succeeded in reducing the incidence Sementara, data dari National Nosocomial Infections
of SSI with an improved C-M-O. Surveillance System di Amerika menyatakan
insidens IDO sebesar 3,15%2.
Keywords: Surgical Site Infection (SSI), context, mechanism,
Terjadi peningkatan insiden IDO pasca-SC
outcome, realist evaluation
di Departemen Obstetri dan Ginekologi (Obsgin)
ABSTRAK pada bulan September 2014 sebanyak lebih dari
Latar belakang: Infeksi Daerah Operasi (IDO) merupakan salah dua kali lipat dibandingkan dengan insidens pada
satu komplikasi tindakan operasi yang sangat mengganggu, bulan sebelumnya, yaitu dari kisaran 0,16% - 0,33%
baik dari sisi pasien maupun dokter dan rumah sakit sebagai
penyedia layanan kesehatan. Terjadi peningkatan insiden IDO menjadi 2,32%, sedangkan di RSCM tidak boleh
pasca-SC di Departemen Obstetri dan Ginekologi pada bulan lebih ambang sebesar dari 2%. Dengan demikian,
September 2014 yaitu dari kisaran 0,16% - 0,33% menjadi hal ini sudah masuk dalam kriteria kejadian luar
2,32%, sedangkan ambang di RSCM tidak boleh lebih dari 2%. biasa. Faktor risiko terjadinya IDO menurut Centers
Rumah sakit telah melakukan beberapa upaya dalam program
penanggulangan KLB IDO pasca-SC oleh beberapa pihak yang for Disease Control terdiri dari faktor preoperatif,
terkait, yaitu Panitia Penanggulangan Infeksi di Rumah Sakit faktor operatif, dan faktor pasca-operatif. Secara
(PPIRS) oleh IPCN (Infection Prevention Control Nurse). spesifik untuk IDO pasca-SC, faktor risikonya
Metode: Penelitian ini menggunakan metode realist evaluation antara lain pembentukan hematoma pasca-
dengan pola context, mechanism, dan outcome. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara dan FGD kepada pihak operasi, tempat operasi di RS pendidikan, dan
terkait serta melakukan telaah dokumen dan observasi. Hasil korioamnionitis3.
penelitian dianalisis menggunakan analisis isi. Rumah sakit telah melakukan beberapa
Hasil: Dengan menggunakan hipotesis C-M-O, bahwa context upaya dalam program penanggulangan KLB IDO
sudah tepat, mechanism selain peran IPCN, sarana dan
prasarana di ruang-ruang operasi juga memberikan andil pasca-SC oleh beberapa pihak yang terkait, yaitu
yang cukup besar dalam penanggulangan masalah IDO, dan Panitia Penanggulangan Infeksi di Rumah Sakit

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1 Maret 2017 ● 13


Surahman Hakim: Evaluasi Program Penanggulangan Kejadian Luar Biasa

(PPIRS) oleh Infection Prevention Control Nurse membuat program pengendalian dengan bekerja
(IPCN), tempat layanan operasi dilakukan OK sama dengan berbagai pihak, dan upayanya
IGD dan OK IBP, tempat perawatan yaitu ruang adalah dengan memberlakukan SPO Bundles IDO
rawat lantai 2 gedung A, serta Departemen Obgin serta memperbaiki sarana dan prasarana. Peneliti
sebagai pengelola kegiatan pelayanan Obstetri di melakukan penelitian ini untuk mencari apakah
RSCM. Evaluasi program sangat diperlukan untuk keberhasilan dalam menurunkan angka kejadian
mengetahui tingkat ketercapaian program. Apabila IDO adalah karena program tersebut.
tujuan belum tercapai, letak kekurangan dan Penelitian menggunakan metode realist
penyebabnya tentu ingin diketahui untuk mencari evaluation melalui 3 fase utama yaitu :
cara memperbaiki program atau mencari program 1. Mencari dan mengidentifikasi teori bagaimana
alternatif untuk menyelesaikan masalah. program Bundles bekerja dengan melakukan
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang wawancara pendahuluan terhadap
dilakukan di Departemen Obgin RSUPN dr. Cipto stakeholder seperti IPCN, kepala perawat,
Mangunkusumo, ditemukan peningkatan angka kepala ruangan, dan PPDS Obsgin untuk
kejadian IDO tahun 2014. Rumah sakit juga sudah memformulasikan hipotesis C-M-O. Hasilnya
melakukan upaya dalam penanggulangan hal peneliti memformulasikan hipotesis C-M-O
tersebut. Dari hasil wawancara dengan beberapa sebagai berikut :
petugas kesehatan terkait, peneliti menduga bahwa a. Context dalam penelitian ini adalah
keberhasilan penanggulangan IDO tersebut karena penerapan Bundles IDO di Departemen
peran IPCN dalam mengawal perenapan Bundles Obsgin dalam menanggulangi masalah
IDO. IDO.
b. Mechanism yaitu peran IPCN dalam
BAHAN DAN CARA PENELITIAN mengawal penerapan Bundles IDO pada
Penelitian ini menggunakan metode realist pasien-pasien yang menjalani operasi
evaluation dengan menggabungkan antara seksio cesaria.
penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan design c. Outcome yaitu penurunan angka kejadian
case study, yang bertujuan untuk mencari jawaban IDO di Departemen Obsgin.
bagaimana, mengapa suatu program dapat 2. Peneliti melakukan pengumpulan data baik
berhasil atau tidak. Pada kondisi ini kita melihat data kuantitatif dan kualitatif untuk menguji
bahwa walaupun insidensi IDO setelah program hipotesis C-M-O yang telah dibuat.
penanggulangan KLB yang diadakan mulai
September 2014 menurun, namun kita perlu Karakteristik Responden
memastikan dari beberapa upaya dalam program Responden pada penelitian ini berjumlah 13
tersebut, mana yang bekerja dan dalam kondisi orang, terdiri dari FGD 8 orang dan wawancara
bagaimana upaya tersebut bekerja. Subjek dalam mendalam 5 orang. Untuk FGD terdiri dari IPCN,
penelitian ini adalah IPCN, IPCNLink, Kepala IPCNLink, kepala ruangan Lt2 Gd A, perawat OK,
Departemen, Kepala ruangan, DPJP, dan PPDS. DPJP Obsgin, DPJP Anastesi, dan PPDS Obsgin.
Pengambilan data dalam penelitian ini dengan Sedangkan untuk wawancara mendalam kepada
wawancara mendalam dan FGD kepada pihak IPCN, IPCNLink, Bidan pelaksana di OK, kepala
terkait, ditambah dengan observasi dan telaah unit sanitasi lingkungan, dan kepala Departemen
dokumen. Setelah pengambilan data selesai Obsgin.
dilaksanakan, kemudian dilakukan analisis data
menggunkan analisis isi yaitu peneliti akan Context
menganalisis inti dari hasil FGD dan wawancara Context dalam penelitian ini adalah penerapan
mendalam yang telah dilakukan. Bundles IDO di Departemen Obsgin dalam
menanggulangi masalah IDO. Bundles IDO
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN diberlakukan di ruang inap lt.2 Gd.A, ruang OK,
Pada bulan Septembar 2014 terjadi dan kamar bersalin yang terdiri dari:
peningkatan insidens IDO pasca-SC di Departemen 1. Preparasi kulit dengan chlorhexidine 2-4%
Obstetri dan Ginekologi (Obsgin) sebanyak lebih tunggu sampai kering
dari dua kali lipat dibandingkan dengan insiden pada 2. Pengendalian gula darah sewaktu sebelum
bulan-bulan sebelumnya. Untuk menanggulangi operasi
kejadian tersebut, rumah sakit melalui PPIRS 3. Menjaga suhu tubuh normotermi intraop

14 ● Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1 Maret 2017


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

4. Pemberian antibiotik profilaksis 30-60 menit “ya memang pada saat itu pintu ruang OK yang
sebelum pasien dioperasi tidak bisa menutup, banyak petugas terutama
PPDS yang keluar masuk ruang OK, jumlah petugas
5. Tidak dilakukan pencukuran kecuali menunggu yang banyak di dalam ruang OK, itu juga bisa
area operasi dengan clipper max 1 jam sebelum mempengaruhi kuman yang masuk, maka kami
operasi bersama IPCN membuatlah tata tertib di OK” (Kepala
6. Mandi chlorhexidine 4% unit sanitasi lingkungan)
Peneliti menemukan bahwa sebelum ada KLB
pada tahun 2014, PPIRS belum mensosialisasikan Mechanism
bundles secara intens, walaupun SPO dan buku Berdasarkan hipotesis, mechanism yaitu peran
pedoman sudah dibuat, seperti yang dikatakan IPCN dalam mengawal penerapan Bundles IDO
oleh IPCN bahwa: pada psien-pasien yang menjalani operasi seksio
“udah ada lama dari 2014 pun sudah ada bundles, cesaria. Komite Pencegahan dan Penanggulangan
tapi kita ga konsen ke bundels hanya bikin aja, Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) telah merumuskan
ada bundles IDO itu kita buat untuk menganalisis program dalam penanggulangan kejadian KLB IDO
surveilens tidak patuh dengan bundles, tidak
patuh dengan SOP, jadi kami strateginya bila ada pada tahun 2014. Dalam hal ini IPCN sebelumnya
KLB mohon mensosialisasikan langsung gitu ke melakukan surveilans untuk menentukan program
unitnya” (IPCN) apa yang harus dilakukan untuk menanggulangi
kejadian KLB IDO, setelah itu PPIRS bekerja sama
kemudian setelah ada KLB, semua petugas dengan kepala Departemen dalam menjalankan
diberi pelatihan oleh PPIRS, tetapi IPCN dalam program ini. PPIRS memberikan surat kepada
mensosialisasikan tidak menyebutkan bundles, kepala Departemen untuk menyetujui program
tetapi menyebutkan terkait tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan.
saja yang harus dilakukan untuk mencegah dan “Pada saat surveilans terlihat meningkat, kita kan
menanggulangi IDO. sudah bikin standar 2%, ternyata meningkat 2x
“Sekarang kita strik mau bundles karena semua lipat, dilihat lagi mana yang paling berkontribusi,
petugas sudah mendapatkan pelatihan PPI, kalau langsung kita suratin ke kebidanan waktu itu
dulu sasaran kita yang penting sudah tersosialisasi langsung di balas sama Kadep, bahwa kami punya
dulu, harus liat SOP 2013, mereka ga patuh, program, kami ingin mengedukasi, melalui komite
makanya harus pelatihan, jadi akhirnya pelatihan PPIRS, kebidanan menjawab setuju diadakan
dulu. Setelah semua terpapar oleh pelatihan PPI pertemuan, kemudian kita bahas dalam pertemuan
dan harus terkait IDO ini harus ini ini, baru kita itu, setelah itu kita bahas apa saja planingnya, kami
mau monitor untuk kepatuhan mereka, ilmunya mau sosialisai edukasi dulu ke dokter obgin, jadi
diterapkan ga gitu.” (IPCN) kita sepakati waktunya kapan” (IPCN)

Setelah penerapan Bundles IDO, sebagian Peneliti juga menemukan bahwa untuk
besar informan dapat menyebutkan tidakan menanggulangi kejadian IDO tahun 2014 IPCN
apa saja yang dilakukan untuk mencegah dan melalui perpanjangan tangannya yaitu IPCNLink
menanggulangi IDO, tetapi mereka tidak tahu nama melakukan re-edukasi tentang cuci tangan 6
program tersebut adalah Bundles IDO. langkah dan perawatan luka kepada PPDS, DPJP,
“Bundles itu belum dapat informasi tentang bundles perawat ruangan. Re-edukasi ini dilakukan sebulan
IDO. Saya kira terminologi Bundles itu yang tidak sekali setiap awal bulan saat pergantian stase. Hal
familiar, mengenai aktifitas pre op sampai post op tersebut lebih sering dilakukan karena terjadi KLB
yang disampaikan itu sudah sesuai standar yang
kita kerjakan, namanya tidak familiar tapi prosesnya IDO ini.
sudah dikerjakan” (Kepala Departemen) “Dikencangkan reedukasinya, yang tadinya saya
ga masuk setiap awal bulan, saya cuman negur
aja, semenjak kejadian itu saya akan melakukan
“isinya saya tau tapi namanya tidak pernah dengar” reedukasi setiap pergantian PPDS setiap awal
(PPDS) bulan” (IPCNLink)

Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa Dalam melakukan evaluasi kegiatan ini IPCN
tidak hanya pelaksanaan Bundles IDO saja program memiliki alat untuk melihat kepatuhan petugas yaitu
yang dilakukan untuk menurunkan angka kejadian menggunakan checklist dan melakukan supervisi ke
IDO, tetapi ada faktor lain juga yang ikut berperan. ruangan baik untuk cuci tangan maupun perawatan
Faktor tersebut adalah perbaikan infrastruktur, tata luka. Peneliti menemukan bahwa jika PPDS yang
tertib yang dibuat untuk petugas di IGD, perbaikan sudah kompeten melakukan perawatan luka akan
lingkungan, seperti yang dikatakan oleh kepala unit mendapat pin dan boleh melakukan tindakan
sanitasi lingkungan sebagai berikut: tanpa didampingi IPCNLink atau perawat primer

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1 Maret 2017 ● 15


Surahman Hakim: Evaluasi Program Penanggulangan Kejadian Luar Biasa

ruangan. Untuk setiap kasus IDO yang ditemukan, ruang OK di IGD. Seperti hasil petikan wawancara
PPDS harus mengisi formulir yang nantinya akan sebagai berikut :
dilaporkan ke IPCNLink dan IPCN. “kita melakukan pengambilan sampel kuman, tapi
“Kami punya cheklist bundles sebagai toolsnya, kebersihan, lantai sekarang udah bagus, kita juga
dilakukan ga untuk menurunkan IDO, yang mengisi dulu bekerja sama dengan IPCN” (Kepala Unit
kadang2 kami sebagai IPCN tapi dibantu dengan Sanitasi Lingkungan)
IPCNLink, khusunya di OK, nanti diinput lagi
datanya untuk melihat berapa persen kepatuhannya” Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
(IPCN)
sebagian besar informan mengatakan bahwa
“Kita menggunkan checklist ada lembar checklisnya”
keberhasilan program ini di Departemen Obsgin
(IPCNLink) adalah hasil kerja sama semua pihak baik dari
IPCN, IPCNLink, Kepala Ruangan, Kepala
Selain melakukan wawancara mendalam Departemen, dan PPDSnya.
“Sebenarnya itu kerja sama yang tidak bisa dilepas,
peneliti juga melakukan telaah dokumen yaitu kalau mau pilih satu ya komite PPIRS melalui IPCN
dengan melihat rekam medis pasien pasca seksio dan IPCNLink nya, kedua bagian PPDS dan DPJP itu
sesaria yang menderita IDO dan yang tidak disertai kerjasama keduanya, ketiga ruangan” (IPCN)
IDO. Hasilnya perawat ruangan sudah mengerjakan
checklist IDO dengan baik, sebelum melakukan “kerja sama PPDS dan PPIRS, karena kalau
PPDS tidak melapor PPIRS juga tidak tahu, klau
operasi pasien dilakukan mandi chlorohexidine 4% Departemen kan itu termasuk kinerja, peran
dan pemberian antibiotik profilaksin, hal tersebut Departemen juga besar, empoworing” (Kepala
dilakukan baik kepada pasien yang melakukan Departemen)
operasi cito maupun berencana. Peneliti juga
melakukan observasi untuk melihat perawatan Outcome
luka yang dilakuakaan diruangan tindakan atau Peneliti menanyakan untuk keberhasilan
tidak. Hasilnya peneliti melihat bahwa tidakan program ini dan sebagian besar informan menjawab
perawatan luka dilakukan di ruang tindakan bukan bahwa program ini berhasil dengan adanya data
lagi di kamar pasien. yang menunjukkan bahwa angka IDO dari tahun
Pada penelitian ini ditemukan bahwa tidak 2014 sampai saat ini menurun.
hanya IPCN saja yang berperan, tetapi ada pihak “Program bundles ini berhasil saya kira itu kan
ada apapun juga kalau ada outbreak kemudian ada
lain juga yang ikut serta dalam menanggulangi KLB satu interfensi yang kemudian di follow up itu akan
IDO tahun 2014, seperti unit sanitasi lingkungan. menjadi shock terapi juga buat si petugas pasti akan
Unit ini bekerja sama dengan IPCN melakukan berhasil” (Kepala Departemen)
perbaikan dalam hal sanitasi lingkungan yang
bertugas mengontrol kebersihan ruangan, melihat “Kayanya iya sih, berkurang sih ga banyak pasien
kita yang datang dengan IDO luka terbuka” (Bidan
kuman yang terdapat pada ruangan khususnya Pelaksana IGD)

Gambar 1. Angka Kejadian IDO Pasca Secsio Sesaria 2014-2016

16 ● Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1 Maret 2017


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Penurunan angka kejadian IDO juga dapat Setelah terjadi KLB ini maka PPIRS bekerja sama
dilihat data sekunder yang diambil dari IPCN dengan stakeholder yang lain yaitu, manajemen
dengan pengambilan insiden rate di Departemen Departemen, manajemen ruang pelayanan, para
Obsgin, seperti gambar 1. dokter DPJP maupun PPDS, dan perawat yang
Gambar 1 menjelaskan angka kejadian bertugas di ruang pelayanan untuk menerapkan
IDO setiap bulannya dari tahun 2014-2016 bulan Bundles IDO secara ketat.
Juli. Dari data di atas didapatkan bahwa terjadi Menurut Farr4 mengatakan bahwa program
peningkatan angka kejadian IDO 2x dibandingkan pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan
sebelumnya yaitu pada bulan Juli 2014 dan kumpulan aktifitas, SDM, kebijakan, dan prosedur
bulan berikutnya yaitu Agustus dan September untuk mencegah dan mengendalikan transmisi
2014. Bahkan pada bulan September tersebut penyakit di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan
prosentasenya merlebihi ambang kejadian IDO dan komunitas. Diketahui banyak faktor yang
yaitu 2 %. Hal ini dapat dikatakan KLB IDO, tetapi mempengaruhi infeksi daerah operasi, diantaranya
terjadi penurunan angka kejadian IDO untuk bulan faktor mikrobiologi, faktor pasien, faktor prosedur yang
selanjutnya dan tidak teerjadi KLB kembali. Hasil dibagi menjadi pre-operatif, intra-operatif dan post-
ini sesuai dengan hipotesa untuk outcomes yang operatif5. Dalam rekomendasi CDC telah distratifikasi
menyebutkan bahwa terjadi penurunan angka level pencegahan IDO menjadi level IA, IB dan II.
kejadian IDO di Departemen Obsgin, setelah Terdapat tiga faktor yang memiliki level rekomendasi
adanya program penanggulangan masalah IA yaitu faktor yang berhubungan dengan preparasi
tersebut. pasien, penggunaan antibiotik profilaksis dan prinsip
Peneliti juga menemukan data kepatuhan asepsis saat menempatkan intravenous line. Faktor-
petugas tahun 2015 dan 2016 hasil audit IPCN, dapat faktor tersebut lebih mudah diintervensi dan diperbaiki
terlihat adanya peningkatan kepatuhan petugas segera apabila terjadi IDO pasca seksio sesarea di
dalam melaksanakan pemberian antibiotik dan rumah sakit untuk mencegah terjadinya endemik6.
mandi chlorohexidine seperti dalam tabel dibawah
ini. Cara pengambilan data ini menggunakan Mechanism
total sampling, yaitu semua pasien yang akan Berdasarkan hipotesis bahwa IPCN berperan
melakukan operasi pada setiap bulannya. dalam mengawal penerapan Bundles IDO di
Departemen Obsgin, hal ini sesuai dengan hasil
Tabel 1. Kepatuhan Terhadap Indikator Bundles penelitian bahwa IPCN dalam menjalani tugasnya
Pencegahan Infeksi Daerah Operasi Di RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo Tahun 2015-2016 (Januari-September)
mempunyai peranan untuk keberhasilan program
pencegahan dan pengendalian infeksi ini. Tugas
Banldes IDO 2015 2016 IPCN sebagai surveilans, supervisi dan melakukan
Preparasi kulit dengan chlorhexidine 2-4% 83% 85% audit sangat penting untuk keberhasilan program
tunggu sampai kering
ini. Tentu saja ditambah kerja sama dengan semua
GDS terkontrol 100% 86%
Suhu tubuh normotermi intraop 100% 100%
pihak di rumah sakit mulai dari Kepala Departemen,
Antibiotik profilaksis 30-60 menit sebelum 67% 89%
Kepala Ruangan, dan dokter/perawat/bidan
insisi pelaksana di ruangan.
Tidak dilakukan pencukuran kecuali 94% 95% Supervisi yang dilakukan IPCN bertujuan
menunggu area operasi dengan clipper max untuk pembinaan kinerja petugas kesehatan.
1 jam sebelum operasi Pelaksanaan supervisi bukan hanya untuk
Mandi chlorhexidine 4% 89% 93%
mengawasi apakah seluruh petugas menjalankan
tugasnya dengan baik sesuai dengan instruksi
PEMBAHASAN
atau SPO yang berlaku, tetapi juga memperbaiki
Context
proses pelaksanaan kegiatan program PPIRS
Hipotesis tentang context dalam penelitian
yang sedang berlangsung. Di RSCM, IPCNLink
ini adalah penerapan Bundles IDO untuk
melakukan audit setiap Senin dan Kamis, serta
menanggulangi masalah kejadian luar biasa IDO.
sering melakukan kunjungan ke ruangan. IPCNLink
Dari telaah yang telah dilakukan dan SPO yang
juga selalu mengingatkan kepada petugas untuk
sudah dibuat untuk mencegah dan menanggulangi
melakukan perawatan luka sesuai SPO yang
IDO telah dibuat suatu pedoman tentang Bundles
sudah ada. Menurut Suarli & Bachtiar7 berpendapat
IDO. Tetapi sebelum kejadian KLB IDO tahun
tujuan pokok supervisi ialah menjamin pelaksanaan
2014 belum ada upaya penerapan yang intensif.
berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1 Maret 2017 ● 17


Surahman Hakim: Evaluasi Program Penanggulangan Kejadian Luar Biasa

benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efisien, yang rutin. Dalam hal ini antara IPCN dan IPCNLink
sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi sering mengadakan pertemuan rutin satu bulan
dapat dicapai dengan memuaskan. sekali. Tetapi menurut kepala Departemen, mereka
PPIRS dalam melakukan pengawsan tidak pernah dilibatkan dalam pertemuan tersebut,
terkait bundles IDO, audit cuci tangan yaitu yang melakukan pertemuan rutin adalah IPCN
menggunakan checklist. Melalui telaah dokumen dan IPCNLink. Dalam kasus KLB IDO pada tahun
rekam medis pasien IDO dan yang tidak IDO peneliti 2014 IPCN mengajak Kepala Departemen dan
menemukan bahwa, pemberian antibiotik dan manajemen untuk diskusi bersama untuk mencari
mandi chlorohexidine sudah dilaksanakan dengan solusi KLB ini, namun untuk selanjutnya karena
baik dengan bukti terdapat chekslist yang diisi tidak terjadi KLB tidak ada pertemuan rutin. Hal
oleh petugas mengenai pemberian antibiotik dan ini penting dilakukan untuk sosialisai, share data
mandi chlorexidine. Hal tersebut didukung dengan surveilans, agar semua pihak mengetahui keadaan
data yang menunjukkan kepatuhan petugas dalam yang sedang terjadi, sehingga dapat memudahkan
melaksanakan Bundles IDO. Menurut penelitian komunikasi semua pihak.
Lelonowati8 supervisi IPCN dapat meningkatkan Menurut IFIC (2011)9 metode komunikasi
pengetahuan dan keterampilan dan mengurangi meliputi edukasi staf secara tertulis, lisan, dan
kesalahan dalam melakukan tugas. elektronik, share data surveilans, kebijakan baru,
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, prosedur, dan studi literatur. Agar komunikasi dapat
mechnism bukan hanya penerapan Bundles IDO saja berjalan baik memerlukan forum yaitu dengan rapat
seperti yang peneliti duga dalam hipotesis, tetapi ada dan ronde rutin para profesional PPI dimana dapat
faktor lain yang juga mempengaruhi seperti perbaikan berdiskusi mengenai pasien dengan infeksi atau
sarana dan prasarana ruang OK yang belum sesuai yang berisiko infeksi, share data surveilans, dan
standar. Pintu ruang OK yang tidak bisa menutup membangun sistem yang aman untuk staf dalam
sempurna, petugas yang sering keluar masuk ruang pelaporan resiko infeksi.
OK, banyaknya jumlah petugas di dalam ruang OK. Saran yang diperoleh dari informan yaitu
Hal tersebut dikarenakan RSCM adalah rumah sakit korporat PPIRS untuk melayangkan surat
pendidikan, dimana banyak mahasiswa kedokteran kepada semua Departemen/unit rumah sakit agar
yang sedang menempuh pendidikan sehingga melakukan hal yang sama melakukan supervisi,
sering terjadi keluar masuk petugas di ruang OK reedukasi, termasuk Bundles, tidak menunggu
sehingga mempengaruhi kuman masuk yang dapat terjadi KLB terlebih dahulu karena pencegahan itu
mengkontaminasi luka operasi. Hal ini dibuktikan lebih penting. Selain itu komunikasi antar semua
setelah adanya perbaikan, terjadi penurunan angka pihak juga penting mulai dari direktur, PPIRS (IPCN
kuman di ruang OK dan IPCNLink), manajemen, kepala Departemen,
. kepala ruangan, DPJP,PPDS, perawat, dan bidan
Outcome lapangan dengan melibatkan semua pihak dalam
Berdasarkan hipotesis yaitu terjadi penurunan melakukan pertemuan.
angka IDO di Departemen Obsgin. Hasil penelitian
menunjukkan adanya data yang menunjukkan KESIMPULAN DAN SARAN
penurunan angka kejadian IDO di Departemen Program penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Obsgin dan dibawah ambang RSCM yaitu 2%. IDO pasca operasi seksio cesaria di Departemen
Selain penurunan angka kejadian IDO sebagai Obsgin pada tahun 2014 setelah dievaluasi
outcome dari program ini adalah kepatuhan petugas menggunakan metode realist evaluation dinyatakan
terhadap Bundles itu sendiri, terbukti dari perbaikan berhasil. Faktor-faktor penentu keberhasilan
angka kepatuhan pada tahun 2016 dibandingkan tersebut dari penenlitian didapatkan:
2015 kecuali pada pemeriksaan gula darah terjadi
penurunan kepatuhan. Hal ini disebabkan pada Context
tahun 2016 pasien dengan SC elektif lebih sedikit Program penanggulangan kejadian IDO
dibandingkan dengan SC cito sehingga pada dengan penerapan Bundles IDO
pasien emergency harus dilakukan tindakan segera
untuk keselamatan ibu dan bayi, sehingga kontrol Mechanism
gula darah dilakukan setelah operasi. IPCN berperan penting dalam mengawal
Salah satu aspek penting untuk keberhasilan pelaksanaan Bundles IDO dengan mensupervisi
program IDO adalah dengan melakukan komunikasi penerapan checklist IDO. Selain itu perbaikan

18 ● Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1 Maret 2017


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

infrastruktur ruang OK juga mempunyai andil dalam 4. Farr. B. M. 2000. Reasons of noncompliance
penurunan kejadian IDO. with infection control guidelines. Infection
Control Hospital Epidemiology, 17:150-8.
Outcome 5. Fry, D. E. & Fry, R. V. 2007. Surgical Site
Terjadi penurunan angka kejadian IDO pasca Infection: The Host Factor. AORN Journal, 86:
penerapan program dan peningkatan kepatuhan 801-814.
terhadap penerapan Bundles IDO 6. Wardoyo, E. H., Tjoa, E., Ocviyanty, D. &
Muchario, L. H. 2014. Infeksi Luka Operasi (ILO)
REFERENSI di Bangsal Kebidanan dan Kandungan RSUPN
1. Chaim, W. (2000). Prevalence and clinical Cipto Mangunkusumo (RSCM): Laporan Serial
significance of postpartum endometritis and Kasus Bulan Agustus-Oktober 2011. Cermin
wound infection. Infect Dis Obstet Gynecol 8: Dunia Kedokteran, 41: 332-335.
77- 82. 7. Suarli & Bachtiar. (2009). Manajemen
2. National Nosocomial Infections Surveillance Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
(NNISS). (2004). National Nosocomial Infections 8. Lelonowati, Dewi. Kinerja IPCLN dalam
Surveillance (NNIS) System Report, data summary Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
from January 1992 through June 2004. 32: 470- Rumah Sakit: Peran Pelatihan, Motivasi kerja,
485.Farr. B. M. (2000). Reasons of noncompliance dan Supervisi. 2015. Malang: (Tesis) Program
with infection control guidelines. Infection Control Magister Manajemen Rumah Sakit Fakultas
Hospital Epidemiology, 17:150-8. Kedokteran Universitas
3. Olsen, M. A. 2008. Risk factor for surgical site 9. IFIC ( International Federation of Infection
infection after low transverse caesarean section. Control). 2011. Infection Control: Basic Concepts
Infect Control Hosp Epidemiol 29: 477-484. and Training 2nd Edition.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 1 Maret 2017 ● 19

You might also like