Professional Documents
Culture Documents
NT PDF
NT PDF
ABSTRACT
Drug interaction is one of the factors, which influence the body response to treatment, and is
clinically important if it results in increased toxicity or reduces the effectiveness of the drug interacting.
The mechanism of drug interaction can be divided into pharmacokinetic and pharmacodynamics
mechanisms with minor, moderate and major severity. Characteristics in geriatric patients, which
generally have occurred various chronic diseases and decreased function of organs, especially kidney
and liver function can be a risk factor for drug interactions. This study aims to examine the drug-drug
interactions in inpatient geriatric patients in RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. This research is a
descriptive research with retrospective data retrieval. The study was conducted against 100 medical
records data of inpatient geriatric patients that meeting the inclusion criteria. The results of the study
based on the characteristics of geriatric patients showed the highest number of patients in the age group
60 - 74 years of 64 patients (64%) while the number of male patients as many as 50 patients (50%) and
women as many as 50 patients (50%). Diagnosis of most diseases is found in patients with hypertensive of
58 (17,90%) from 324 case of disease and ≥ 5 types of drugs prescribed in 76 patients (76%). The
prevalence of the happening of drug-drug interactions about 44% with a total of 146 interaction events.
ABSTRAK
Interaksi obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi respon tubuh terhadap
pengobatan dan penting secara klinis jika berakibat meningkatkan toksisitas atau mengurangi efektifitas
obat yang berinteraksi. Mekanisme interaksi obat dapat dibagi menjadi mekanisme farmakokinetik dan
farmakodinamik dengan tingkat keparahan yang minor, moderate dan major. Karakteristik pada pasien
geriatri, yaitu umumnya telah terjadi berbagai penyakit kronis dan penurunan fungsi organ terutama
fungsi ginjal dan hati dapat menjadi faktor resiko terjadinya interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji interaksi obat-obat pada pasien geriatri rawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif.
Penelitian dilakukan terhadap 100 data rekam medik pasien geriatri rawat inap yang memenuhi kriteria
inklusi. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik pasien geriatri menunjukkan jumlah pasien terbanyak
pada kelompok usia 60 - 74 tahun sebesar 64 pasien (64%) sedangkan jumlah pasien laki-laki sebanyak
50 pasien (50%) dan perempuan sebanyak 50 pasien (50%). Diagnosa penyakit terbanyak yaitu hipertensi
sebesar 58 (17,90%) dari total 324 kasus penyakit serta ≥ 5 jenis obat diresepkan pada 76 pasien (76%).
Prevalensi kejadian interaksi obat-obat sebesar 44% dengan total 146 kejadian interaksi.
240
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No.3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493
pasien geriatri perlu mendapat perhatian jenis kelamin, jenis penyakit, dan jumlah
farmasis (Rahmawati dkk, 2006). obat serta menggambarkan prevalensi
interaksi obat dan kejadian interaksi
METODOLOGI PENELITIAN berdasarkan tingkat keparahan dan
Penelitian dilakukan untuk mengkaji mekanisme interaksi pada pasien geriatri
interaksi obat-obat pada pasien geriatri yang dirawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D.
rawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Kandou Manado.
Manado pada periode bulan Juli 2016.
HASIL PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Karakteristik Pasien Geriatri di Instalasi
penelitian yaitu Drug Interactions Facts Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R.D Kandou
2009 dan Lexi-Comp. Manado Periode Bulan Juli 2016.
Bahan yang digunakan dalam Usia
penelitian yaitu catatan rekam medik pasien Tabel 1. Jumlah Pasien geriatri berdasarkan
rawat inap dan formulir pengumpulan data usia
(berisi usia, jenis kelamin, diagnosa, nama
Usia (Tahun) N %
obat dan jumlah obat yang diberikan).
60 – 74 64 64
Subjek penelitian
75 - 90 36 36
Subjek dalam penelitian ini ialah
> 90 0 0
pasien geriatri yang dirawat inap dan
Total 100 100
memperoleh pengobatan di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado pada bulan Juli 2016.
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
Subjek dalam penelitian ini memenuhi
bahwa dari 100 pasien geriatri rawat inap
kriteria inklusi dan ekslusi.
yang diteliti, jumlah pasien geriatri
Besar sampel mayoritas pada kelompok usia 60 – 74 tahun
Pengambilan sampel dilakukan (elderly) sebesar 64 pasien (64%) dan
dengan metode consecutive sampling, yaitu selebihnya berada pada kelompok usia ≥ 75
semua subjek dalam penelitian yang tahun.
memenuhi kriteria pemilihan dimasukan
Jenis kelamin
dalam penelitian sampai jumlah subjek yang
Tabel 2. Jumlah pasien geriatri berdasarkan
diinginkan terpenuhi (Sudigdo, 2011). Besar
jenis kelamin
sampel dalam penelitian dihitung
menggunakan rumus penelitian deskriptif Jenis N %
kategorik (Dahlan, 2013). minimal sampel Kelamin
yang dibutuhkan adalah sebanyak 93 pasien Laki-laki 50 50
geriatri. Jumlah sampel yang diambil dalam Perempuan 50 50
penelitian ini adalah sebanyak 100 pasien. Total 100 100
245
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No.3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493
interaksi obat dengan tingkat keparahan penyakit (Tabel 3). Hasil yang serupa
moderate (30%) dan 9 kejadian interaksi ditemukan pada penelitian sebelumnya yang
obat dengan tingkat keparahan major (30%). dilakukan oleh Rahmawati dkk (2010)
menunjukkan bahwa penyakit jantung dan
PEMBAHASAN pembuluh darah merupakan diagnosa
Karakteristik Pasien Geriatri penyakit terbanyak sebesar 30 pasien (30%)
Karakteristik usia pasien geriatri diikuti infeksi sebesar 22 pasien (22%) dan
yang dikelompokkan berdasarkan WHO penyakit pernafasan sebesar 20 pasien
(2007) menunjukkan bahwa yang paling (20%).
banyak dirawat adalah pada kelompok usia Menurut Salwe dkk (2016), geriatri
60 - 74 tahun (elderly) sebesar 64 pasien merupakan kelompok yang paling umum
(64%) (Tabel 1). Pada penelitian ditemukan di Rumah Sakit disebabkan telah
sebelumnya yang dilakukan oleh Kasyap terjadi berbagai penyakit kronis. Oleh
dkk (2013), menunjukkan pasien geriatri karena itu, frekuensi terapi obat dan rata-rata
yang paling banyak dirawat pada kelompok jumlah obat yang diminum meningkat pada
usia 60 – 69 tahun. Sedangkan pada pasien geriatri yang menyebabkan
penelitian lain menunjukkan, pasien geriatri polifarmasi tidak dapat dihindari.
yang paling banyak dirawat pada kelompok Polifarmasi merupakan suatu kondisi yang
usia 75 – 74 tahun (Salwe dkk, 2016). menyebabkan penggunaan lebih dari 4 jenis
Menurut Kasyap dkk (2013), pasien geriatri obat (Petterson dkk, 2012). Berdasarkan
pada kelompok usia yang berbeda tidak hasil penelitian yang telah dilakukan,
menunjukkan perbedaan prevalensi interaksi sebesar 76 pasien (76%) menerima ≥ 5 jenis
obat yang signifikan. obat saat mulai dirawat inap (Tabel 4). Hasil
yang serupa juga ditunjukkan oleh penelitian
Karakteristik pasien geriatri
sebelumnya yang dilakukan oleh Salwe dkk
berdasarkan jenis kelamin menunjukkan,
(2016), yaitu sebesar 80% pasien geriatri
jumlah pasien laki-laki sebanyak 50 pasien
menerima resep lebih dari 5 jenis obat
(50%) dan perempuan sebanyak 50 pasien
selama dirawat inap. Menurut Becker dkk
(50%) (Tabel 2). Namun, hasil yang
(2007), meningkatnya jumlah obat dalam
ditemukan pada penelitian sebelumnya
resep dapat meningkatkan potensi terjadinya
terkait interaksi obat-obat pada pasien
interaksi obat.
geriatri rawat inap menunjukkan pasien laki-
laki lebih banyak sebesar 62 pasien (62%)
jika dibandingkan dengan pasien perempuan Prevalensi Interaksi Obat-Obat
Berdasarkan hasil penelitian pada
sebesar 38 pasien (38%) dari total 100
tabel 5 menunjukkan bahwa dari total 100
pasien geriatri rawat inap (Salwe dkk,
pasien geriatri rawat inap yang diteliti,
2016).
prevalensi interaksi obat sebesar 44 pasien
Pasien geriatri rawat inap (44%). Berdasarkan penelitian sebelumnya
dikelompokkan menurut jenis penyakit yang menunjukkan yaitu dari total 1510 pasien
ditemukan pada rekam medik pasien. Hasil geriatri rawat inap, prevalensi interaksi obat
penelitian menunjukkan bahwa yang paling dengan tingkat keparahan major sebesar 126
banyak adalah penyakit hipertensi sebesar pasien (8,3%). Peneliti mengatakan interaksi
58 (17,90%) diikuti dengan anemia sebesar obat dengan tingkat keparahan major dapat
35 (10,80% dan penyakit gagal ginjal kronik mengancam jiwa (Kasyap, 2013). Pada
sebesar 28 (8,64%) dari total 324 kasus beberapa penelitian lain disebutkan
246
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No.3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493
prevalensi interaksi obat yang parah pada dengan tingkat keparahan minor (40%), 9
pasien geriatri rawat inap berkisar antara kejadian interaksi obat dengan tingkat
1,5-28% (Roughead dkk, 2010; Braga dkk, keparahan moderate (30%) dan 9 kejadian
2004; Bista dkk, 2009). Menurut Kasyap interaksi obat dengan tingkat keparahan
dkk (2013), perbedaan prevalensi interaksi major (30%).
obat dapat dipengaruhi oleh perbedaan Tingkat keparahan minor dilaporkan
rancangan penelitian dan tingkat keparahan dapat mengganggu hasil terapi tetapi tidak
interaksi obat yang diteliti. secara signifikan dan biasanya tidak
Namun berbeda dengan hasil memerlukan pengobatan tambahan. Pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh tingkat keparahan moderate dapat
Rahmawati dkk (2010) menunjukkan bahwa menyebabkan penurunan status klinis pasien
prevalensi interaksi obat ditemukan terdapat dan mungkin memerlukan pengobatan
pada 65 pasien (65%) dari total 100 pasien tambahan (Tatro, 2009). Signifikansi klinis
geriatri rawat inap. Prevalensi interaksi obat dari interaksi obat berpotensi berbahaya
tinggi pada pasien geriatri rawat inap yang apabila dapat menyebabkan morbiditas dan
menerima beberapa jenis obat (Kasyap dkk, mortalitas (Roughead dkk, 2010). Interaksi
2013). Jika dibandingkan dengan hasil obat-obat dengan tingkat keparahan major
penelitian yang telah dilakukan, prevalensi dapat berpotensi mengancam nyawa atau
interaksi obat yang ditemukan cukup rendah mampu menyebabkan kerusakan permanen.
(44%), Walaupun prevalensi pasien geriatri Contohnya, interaksi obat golongan Diuretik
yang menerima resep polifarmasi saat mulai Hemat Kalium dengan ACE inhibitors
dirawat inap sebesar 76 pasien (76%). (spironolakton-ramipril dan spironolakton-
Menurut De Maat dkk (2004) dengan kaptopril) (Tabel 6). Kedua golongan obat
adanya kontribusi dari farmasis mampu tersebut apabila diberikan secara bersamaan
menunjukkan hasil yang signifikan dalam akan berinteraksi dan secara sinergis
keberhasilan terapi pengobatan, salah menyebabkan peningkatan konsentrasi
satunya dalam meminimalkan efek serum kalium (hiperkalemia) terutama pada
merugikan dari interaksi obat. pasien gagal ginjal dimana berkurangnya
Berdasarkan hasil penelitian, sebesar ekskresi kalium oleh ginjal (Tatro, 2009).
44 pasien (44%) mengalami interaksi obat Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan
dengan jumlah kejadian interaksi sebesar dari total 12 pasien ditemukan 2 pasien
146 kejadian. Dari total 80 jenis interaksi meninggal dunia akibat hiperkalemia dan
obat-obat, 21 jenis interaksi diantaranya gangguan fungsi ginjal yang mendapatkan
diidentifikasi memiliki tingkat keparahan terapi obat ACE inhibitor dan spironolakton.
minor, moderate dan major dengan total 30 Oleh karena itu, kombinasi ACE inhibitor
kejadian interaksi. dan spironolakton harus dipertimbangkan
Menurut Tatro (2009), tingkat dengan hati-hati dan dipantau secara ketat
keparahan dan mekanisme interaksi obat khususnya pada pasien dengan gangguan
sangat penting untuk dinilai dalam fungsi ginjal dan pasien geriatri (Schepkens
memperhitungkan resiko atau manfaat dari dkk, 2001).
terapi pengobatan yang diberikan. Seorang farmasis dinilai penting
Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa total untuk mengkaji tingkat keparahan dari suatu
kejadian interaksi obat-obat dengan tingkat interaksi obat-obat yang diperlukan dalam
keparahan sebesar 30 kejadian interaksi menilai risiko atau manfaat dari suatu terapi
yang terdiri dari: 12 kejadian interaksi obat pengobatan sehingga dapat ditentukan
247
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No.3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493
250