You are on page 1of 5

PROGRAM REGULER - DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2019-2020


MATA KULIAH / KODE : BISNIS INTERNASIONAL /EKU 414 E1(AK)
HARI / TGL : KAMIS / 02 APRIL 2020
DOSEN : DR. HENNY RAHYUDA, SE., MM., Ak.

TAKE HOME TEST


 Dikerjakan pada kertas ukuran A4, font time new roman, ukuran 12 spasi 1,5.
 Untuk soal kasus, agar dijawab dengan menggunakan referensi buku, artikel ilmiah,
internet atau media lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
(dicantumkan sumbernya yang jelas)
 Jawaban yang sama tidak akan mendapatkan nilai atau sama dengan NOL
 Jawaban agar dikirimkan ke hennyrahyuda@unud.ac.id pada waktu yang telah
ditentukan.

SOAL

1. Apa yang Saudara ketahui tentang Investasi Asing Langsung (FDI) ? Faktor apa
yang menjadi pendorong dari FDI ?serta mengapa control terhadap FDI tersebut
penting untuk dilakukan suatu negara ?
2. Jelaskan alasan mengapa pemerintah melakukan intervensi dalam suatu
perdagangan ?Dalam hal apa pemerintah dapat melakukan intervensi, jelaskan !
3. Cara suatu Negara untuk dapat mengurangi hambatan perdagangan internasional
adalah dengan Integrasi Regional. Jelaskan dari segi ekonomi maupun politik
alasan melakukan integrasi regional !
4. Case : Global Food Trade: Fair Trafe or Safe Consumption ?

Today Europeans thousands of miles away from India can put Indian-grown
mangoes on their breakfast cereal. US citizens braving a freezing Minnesota winter
can indulge their cravings for summer-fresh raspberries with fruit brought in from
Mexico. Japanese shoppers can buy apples that were grown in New Zealand and
South Africa. Advances in logistics and communication technologies an increasing
regional trade pacts are giving consumers around the world greater choices of
food products. Unfortunately, these forces have also made it more likely that
consumers will contract illnesses from food-borne pathogens.
In recent years, several outbreaks linked to the burgeoning global trade in
produce have made headlines. One serious case occurred when 2,300 people were
victims of a parasite called cyclospora that had hitched a ride on raspberries
grown in Guatemala. Outbreaks of hepatitis A and salmonella from tainted
strawberries and alfalfa sprouts, respectively, have also sickened consumers. The
outbreak of severe acute respiratory syndrome (SARS) killed hundreds and
sickened hundreds more, mainly in China, Singapore, and Canada. Some scientists
believe a fair amount of those cases might actually have been cases of H5N1, also
called avian (bird) flu. Avian flu is particularly virulent and can cross barriers
between species. It is most likely transmitted through the handling of poultry and
poor sanitation.
Although health officials say that there is no evidence that imports are
inherently more dangerous, they do cite several reasons for concern. For one
thing, produce is often imported from less-advanced countries where food hygiene
and sanitation are lacking. Also, some microbes that cause no damage in their
home country can be deadly when introduced in other countries. Finally, the
longer journey from farm to table , the greater the chance of contamination. Just
consider the journey taken by the salmonella ridden alfalfa sprouts : the seeds for
the sprouts were bought from Uganda and Pakistan, among other nations, shipped
through the Netherlands, flown into New York, trucked to retailers across the
United States, and than purchased by consumers.
Incidences of food contamination show no signs oh abating. Since the creation of
the EU in 1993, cross-border trade between the growing number of member
states has skyrocketed. So too have the incidences of foodn scares. In 2006 for
example , more than 650 farms in Belgium and the Netherlands were forced to
quarantine their pigs and poultry after a dioxin contamination crisis. It was
revealed that some of the contaminated meat had actually made its way into shops
and South Korea, the most important non-EU destination for pork from both
countries, banned all imports.
As the influence of individual European country food monitoring
administrations has diminished, food-buying groups have set up their own
regulatory power. The Euro Retailer Produce Working Group or UEREP, which
began in Europe, now includes giant food companies worldwide. However, critics
say that the food groups are more interested in commercial concerns and can
easily drown out the efforts of any administrative agencies such as the EU’s
European Food Safety Authority (EFSA).
Although it isn’t feasible for the EU to plant EFSA inspectors in every country
that imports and exports food, option are available. The EU could place further
bans on imports from countries that fail to meet accepted food-safety standards.
Better inspections could be performed of farming methods an government safety
system in other countries. The World Health Organization (WHO) also proposes
new policies for food safety, such as introducing food irradiation and other
technologies.

THINGKING GLOBALLY :
a. How do you thing countries with a high volume of exports to the EU would
respond to the introduction of any stricter food-safety rules ? Do you thing
such measures are a good way to stem the tide of food related illnesses ?
Why or why not ?
b. Sue Doneth of Mashall, Michigan is a mother of a schoolchild who was
exposed to the hepatitis A virus after eating tainted frozen strawberry
desserts. Speaking before congress, she said, “We are forcing consumers to
trade the health and safety of their families for free trade. That is not fair
trade. NAFTA is not a trade issue : it is a safety issue,” Do you thing food-
safety regulations should be built into an extension of NAFTA or the EFSA ?
Why or why not ? What are the benefits and drawbacks of putting food-
safety regulations into international trade pacts ?
c. The lack of harmonized food-safety practices and standards is just one of
the challenges faced by the food industry as it becomes more global. What
other challenges face the food industry in an era of economic integration
and opening markets ?
Nama: I Made Dwi Adnyana Putra
NIM & Absen : 1707532042 & 01

1. Investasi Asing Langsung (FDI) adalah elemen kunci dalam integrasi ekonomi
internasional. FDI menciptakan hubungan yang langsung, stabil dan tahan
lama antara ekonomi. FDI juga dinilai dapat mendorong transfer teknologi dan
pengetahuan antara negara-negara, dan memungkinkan perekonomian tuan
rumah untuk mempromosikan produk-produknya lebih luas di pasar
internasional. Disamping itu FDI juga merupakan sumber tambahan dana
untuk investasi dan dibawah lingkungan kebijakan yang tepat, dapat menjadi
kendaraan penting untuk pembangunan. FDI didefinisikan sebagai investasi
lintas batas oleh entitas penduduk dalam satu ekonomi dengan tujuan
mendapatkan keuntungan dalam lingkungan ekonomi negara lain.
Faktor yang menjadi pendorong dari FDI, yaitu:
 Globalisasi
Globalisasi ekonomi telah berdampak pada peningkatan investasi asing
antarnegara, khususnya FDI. Kemampuan negara maju untuk memasok
modal, terutama dalam bentuk FDI adalah salah satu kunci keberhasilan
negara-negara tersebut. Aliran FDI ke negara berkembang dari tahun ke
tahun terus meningkat. Menurut OECD (2014), total FDI ke negara
berkembang pada tahun 1990 menyumbang sekitar 20% dari total FDI
dunia dan pada tahun 2012 meningkat menjadi lebih dari 50%
 Merger dan Akuisisi
Jumlah merger dan akuisisi (M&A) dan kenaikan nilainya dari waktu ke
waktu juga mendasari pertumbuhan jangka panjang dalam FDI. Faktanya,
M&A lintas perbatasan adalah kendaraan utama yang digunakan perusahaan
untuk melakukan FDI. Perusahaan-perusahaan yang berbasis di negara maju
secara historis menjadi peserta utama di balik M&A lintas batas. Namun,
perusahaan-perusahaan dari pasar negara berkembang bertanggung jawab
atas bagian yang lebih besar dari aktivitas M&A global.
Control terhadap FDI tersebut penting untuk dilakukan suatu negara karena untuk
mengawasi investasi yang dilakukan perusahaan asing agar sesuai dan tidak
menyalahi aturan-aturan yang berlaku di negara perusahaan itu berinvestasi, oleh
karena itu negara penting melakukan control terhahap FDI terebut.
2. Alasan mengapa pemerintah melakukan intervensi dalam suatu perdagangan adalah
Intervensi pemerintah sebagai penyedia dan pengelola sangat tergantung dengan
kondisi pasar. Apabila pasar sudah efektif, maka intervensi pemerintah cenderung
rendah. Pada umumnya pemerintah hanya akan memposisikan dirinya sebagai
regulator dan supervisor, sementara untuk penyediaannya diserahkan kepada pasar
(sektor privat). Namun apabila pasar belum efektif (misal, masih ada gap antara
permintaan masyarakat dan suplainya), maka mau tidak mau pemerintah harus
masuk sebagai market player, baik turun langsung maupun melalui institusi yang
dibentuk, seperti BUMN. Efektif tidaknya suatu pasar pun akan berubah seiring
dengan perkembangan ekonomi, maka tingkat intervensi pemerintah juga harus
adaptif.
Pemerintah dapat melakukan intervensi dalam proses pasar untuk memperbaiki
kegagalan pasar dan mengutamakan kesejahteraan masyarakat. Intervensi ekonomi
adalah tindakan yang diambil pemerintah atau lembaga internasional dalam
ekonomi pasar untuk memengaruhi ekonomi di luar tugas utamanya; tugas utama
pemerintah adalah mencegah penipuan, melaksanakan kontrak, dan menyediakan
barang publik. Intervensi ekonomi memiliki berbagai tujuan politik dan ekonomi,
misalnya mengutamakan pertumbuhan ekonomi, menambah lapangan pekerjaan,
menaikkan upah, menaikkan atau menurunkan harga, mendorong kesetaraan
pendapatan, meningkatkan laba, atau menangani kegagalan pasar.

3. Cara suatu Negara untuk dapat mengurangi hambatan perdagangan internasional


adalah dengan Integrasi Regional yaitu Integrasi ekonomi regional (regional
economic integration) adalah kesepakatan anatara negara-negara di sebuah wilayah
geografis untuk mengurangi, dan pada akhirnya menghapuskan, hambatan tarif dan
non tarif terhadap aliran barang, jasa serta faktor produksi antara negara satu
dengan yang lain.
 Segi ekonomi
Integrasi ekonomi regional dapat dilihat sebagai upaya untuk mencapai
keuntungan tambahan dari aliran dana perdagangan dan investasi antara
Negara-negara melebihi pencapaian tersebut atas dasar kesepakatan
internasional seperti WTO. Hal ini lebih mudah dilakukan, yaitu
membangun rezim perdagangan bebas dan investasi diantara sejumlah
Negara yang berdekatan daripada di antara Negara-negara komunitas
dunia.Koordinasi dan kebijakan mengenai harmonisasi merupakan fungsi
yang lebih besar dari jumlah Negara yang mencapai kesepakatan. Semakin
banyak Negara yang dilibatkan, semakin banyak cara pandang yang harus
direkonsiliasikan, dan semakin sulit untuk mencapai kesepakatan. Dengan
demikian, upaya integrasi ekonomi regional bisa didorong oleh keinginan
untuk mengeksploitasi keuntungan dari perdagangan bebas dan investasi.
 Segi Politik
Alasan politis untuk melakukan integrasi ekonomi regional juga tampak
besar dalam beberapa upaya untuk membangun kawasan perdagangan
bebas, perserikatan pabean, dan sejenisnya. Menghubungkan ekonomi
tetangga dan membuat mereka saling bergantung satu sama lain
menciptakan insentif untuk melakukan kerjasama politik antara Negara-
negara tetangga dan mengurangi konflik kekerasan. Selain itu, Negara-
negara dapat meningkatkan pertahanan politis mereka di dunia.
Pertimbangan ini mendasari pembentukan komunitas Eropa (European
Community-EC) pada 1957, pendahulu dari UE.Eropa telah mengalami dua
perang yang menghancurkan kawasan mereka pada paruh pertama Abad ke-
20, kedua perang tersebut timbul karena ambisi tak terkendali Negara-
negara.Kebutuhan untuk mempersatukan Eropa melahirkan kesepakatan
dengan AS dan secara politis beraliansi dengan politik alineasi Uni Soviet
yang tampak besar di dalam benak ppendiri EC.

4.

You might also like