You are on page 1of 8

ARTIKEL

PERSEPSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP DIAGNOSIS PRENATAL


SEBAGAI DETEKSI DINI KESEHATAN PRENATAL

ELWIYAS

NPM. 1810018412038

PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG

2019
PERCEPTION OF HEALTH PERSONNEL TO PRENATAL DIAGNOSIS AS AN EARLY
DETECTION OF PRENATAL HEALTH

Elwiyas1
Dr. Uning Pratimaratri, SH. M. Hum2
1
Progaram Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta
Email: elwiyas29@gmail.com
2
Progaram Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Andalas

ABSTRACT

The mortality rate of newborns is increasing every year, WHO data shows one of the causes is a
congenital abnormality. In Indonesia, infant mortality due to congenital abnormalities is 1.4% at age
0-6 days and 18.1% at age 7-28 days. Prevention efforts that can be done is to check prenatal
diagnosis. Prenatal diagnosis is a method for assessing whether a fetus has an abnormality, used to
detect early abnormalities in the fetus. The ethical and legal aspects of prenatal diagnosis protect the
rights of patients as recipients of diagnostic measures and protect health workers as providers of
actions. This research is a sociological juridical research. The study was conducted at RSUD dr.
Achmad Darwis, with 50 respondents who are health workers. Data sources in this study are primary
data using questionnaires filled out by respondents and secondary data through previous research
sources or journal literature. The collected data will be processed to get results. The results of the
study are perceptions of prenatal diagnosis as early detection of prenatal health in which 29
respondents had very positive perceptions (58%). It can be concluded that the examination of prenatal
diagnosis can be a method of early detection of prenatal health to prevent prenatal mortality and
disability rates.
Keywords: Ethics and law, prenatal diagnosis, perception of health workers.
PERSEPSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP DIAGNOSIS PRENATAL SEBAGAI
DETEKSI DINI KESEHATAN PRENATAL

Elwiyas1
Dr. Uning Pratimaratri, SH. M. Hum2
1
Progaram Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta
Email: elwiyas29@gmail.com
2
Progaram Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Andalas

ABSTRAK

Angka kematian bayi baru lahir tiap tahunnya meningkat, data WHO menunjukkan salah satu
penyebabnya adalah kelainan bawaan. Di Indonesia, angka kematian bayi akibat kelainan bawaan
adalah 1,4% pada usia 0-6 hari dan 18,1% pada usia 7-28 hari. Upaya pencegahan yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan diagnosis prenatal. Diagnosis prenatal adalah suatu
metode untuk menilai apakah janin memiliki kelainan, digunakan untuk mendeteksi secara dini
kelainan yang ada pada janin. Aspek etik dan hukum pada diagnosis prenatal melindungi hak pasien
sebagai penerima tindakan diagnostik dan melindungi tenaga kesehatan sebagai pemberi tindakan.
Penelitian ini adalah penelitian yuridis sosiologis. Penelitian dilakukan di RSUD dr. Achmad Darwis,
dengan 50 responden yang merupakan tenaga kesehatan. Sumber data pada penelitian ini yaitu data
primer dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden dan data sekunder melalui sumber
penelitian sebelumnya atau literatur-literatur journal. Data yang terkumpul akan diolah untuk
mendapatkan hasil. Hasil pada penelitian yaitu persepsi terhadap diagnosis prenatal sebagai deteksi
dini kesehatan pada prenatal dimana 29 responden memiliki persespsi sangat positif (58%). Dapat
disimpulkan bahwa pemeriksaan diagnosis prenatal dapat menjadi suatu metode deteksi dini
kesehatan prenatal untuk mencegah angka kecacatan dan kematian pada prenatal.
Kata Kunci: Etik dan hukum, diagnos prenatal, persepsi tenaga kesehatan.
PENDAHULUAN serta komplikasi yang mungkin terjadi, dan
Angka kematian bayi tiap tahunnya pasien memiliki hak untuk menolak
meningkat menjadi tanggung jawab setiap pemeriksaan tersebut. Aspek etik dan hukum
masyarakat. Salah satu penyebab tersering melindungi hak pasien sebagai penerima
kematian bayi tersebut adalah kelainan tindakan diagnostik dan melindungi tenaga
bawaan, WHO mengatakan bahwa dari 2,68 kesehatan sebagai pemberi tindakan. Dimana
juta kematian bayi, 11,3% disebabkan oleh semua keputusan dan resiko terkait yang
kelainan bawaan. Di Indonesia, angka terjadi telah disetujui memiliki nilai hukum.
kematian bayi akibat kelainan bawaan adalah Dan setiap resiko yang terjadi, dapat
1,4% pada usia 0-6 hari dan 18,1% pada usia dipertanggung jawabkan oleh masing-masing
7-28 hari (Kemenkes, 2018). pihak yang terkait.
Penyebab kematian bayi karena kelainan
bawaan tidak bisa dipastikan, karena banyak TINJAUAN PUSTAKA
hal-hal yang dapat diduga sebagai 2.1 Diagnostis Prenatal
penyebabnya. Oleh karena itu, untuk 1. Definisi Diagnosis Prenatal
mencegah meningkatnya angka kematian pada Diagnosis prenatal adalah suatu
bayi baru lahir perlu dilakukan deteksi metode untuk menilai apakah janin
kesehatan pada janin sedini mungkin. memiliki kelainan (Barber, 2013).
Deteksi kesehatan pada janin sedini Diagnosis prenatal digunakan untuk
mungkin dapat dilakukan dengan melakukan mendeteksi secara dini apakah janin
pemeriksaan diagnsosi prenatal. Diagnosis didalam kandungan dalam keadaan sehat
prenatal adalah suatu metode pemeriksaan atau memiliki kelainan, dimana diagnosis
diagnostik yang dapat dilakukan pada wanita dini pada prenatal memungkinkan untuk
hamil untuk mengetahui apakah janin melakukan pengobatan prenatal yang
memiliki kelainan atau tidak. Pemeriksaan mengalami masalah.
diagnosis prenatal memiliki dua metode 2. Metode Diagnosis Prenatal
pemeriksaan, yaitu pemeriksaan invasif dan 1) Diagnosis Prenatal Noninvasif
non-invasif. a. Ultrasonogrsfi (USG)
Pemeriksaan invasif pada diagnosis Ultrasonografi merupakan
prenatal yaitu berupa pemeriksaan metode diagnosis yang
amniosistesis, pemeriksaan villi korialis, berfungsi sebagai metode untuk
pemeriksaan darah janin dan pemeriksaan mengonfirmasi kehamilan serta
biopsi janin. Sedangkan pada pemeriksaan untuk mengawasi keadaan cacat
non-invasif yaitu berupa pemeriksaan lahir pada bayi (Laura et al,
Ultrasonografi (USG), diagnosis praimplantasi 2017). Informasi yang dapat
dan pemeriksaan sel janin dalam sirkulasi diperoleh berupa janin hidup
maternal. Kedua metode pemeriksaan tersebut atau tidak, menentukan usia
memiliki indikasi dan kontraindikasi berbeda kehamilan, diagnosis kehamilan
serta memiliki komplikasi yang berbeda. tunggal atau ganda, deteksi
Pemeriksaan diagnosis prenatal dapat anomali pada janin, memantau
dilakukan pada usia kehamilan sedini pertumbuhan janin, menentukan
mungkin. Selain dapat mendeteksi kelainan kesejahteraan janin, menentukan
yang terjadi pada prenatal, pemeriksaan ini lokasi plasenta, menentukan
juga memiliki komplikasi yang mungkin waktu yang tepat untuk
terjadi. Oleh karena itu, di Indonesia prosedur diagnostik invasif,
pemeriksaan yang sering dilakukan adalah serta deteksi kelainan uterus dan
metode pemeriksaan USG karena dianggap adneksa.
memiliki efek komplikasi paling minim. Metode diagnosis prenatal
Mendapatkan kesehatan adalah hak setiap USG adalah metode paling
lapisan manusia, salah satunya dengan aman, tetapi tidak dapat
memperoleh diagnosis prenatal. Oleh sebab mendeteksi kelainan kromosom
itu, tenaga kesehatan memiliki kewajiban pada bayi ataupun kelainan
untuk memperkenalkan metode diagnosis darah serta organ dalam pada
prenatal kepada masyarakat yang tidak tahu, janin.
menjelaskan tentang indikasi, kontraindikasi
b. Diagnosis Praimplantasi amniotik dapat diambil (Barber,
Metode ini dengan 2013).
mengambil sampel dari sel Tujuan metode ini untuk
embrio manusia sebelum pemeriksaan kelainan genetik
implantasi. Zigot yang terkena pada janin dan dapat juga untuk
gangguan genetik yang berat mendeteksi infeksi intra-
tidak dapat digunakan untuk amniotik (Laura et al, 2017).
IVF, sehingga hanya embrio Tetapi pemeriksaan ini
yang tidak terkena yang dapat memerlukan waktu berminggu-
digunakan untuk implantasi. minggu dan memiliki 0,05%
Teknik ini dapat digunakan resiko keguguran dan adanya
untuk mendeteksi kelainan kemungkinan kerusakan pada
kromosom pada prenatal (Laura janin tanpa menyebabkan
et al, 2017). Metode diagnosis keguguran, selain itu juga
ini memelurkan kehati-hatian memiliki potensi infeksi pada
yang tinggi, kesalahan dalam ibu jika tidak dilakukan dengan
diagnosis akan membahayakan hati-hati.
terutama karena hanya satu sel b. Pemeriksaan Villi Korialis
yang dianalisis. Selain itu, Pemeriksaan ini adalah
metode ini memerlukan biaya satu-satunya tes diagnostik yang
yang tinggi untuk setiap dapat dilakukan pada trimester
prosedur pemeriksaannya. pertama (10-14 minggu).
c. Sel Janin Dalam Sirkulasi Prosedur ini dilakukan dengan
Maternal mengambil jaringan plasenta
Metode ini dilakukan baik melalui vagina atau melalui
dengan pengambilan darah ibu. dinding perut (Barber, 2013).
Berbagai jenis sel janin telah Metode ini dapat mendeteksi
ditemukan berada dalam anomali kromosom, defek gen
sirkulasi darah selama maternal. spesifik dan aktivitas enzym
Dengan teknologi PCR, telah yang abnormal dalam kehamilan
ditemukan hampir semua wanita terutama pada penyakit turunan.
memiliki sel darah janin dalam Prosedur ini sangat jarang
darahnya. Bila sel-sel janin ini dilakukan karena memiliki
dapat dianalisis sebagai resiko keguguran lebih tinggi
diagnosis prenatal, maka dibandingkan amniosintesis dan
metode analisis invasif lainnya juga berisiko untuk memiliki
tidak perlu digunakan lagi. bayi kecil.
Untuk mengidentifikasi sel-sel c. Pemeriksaan Darah Janin
janin, telah dikembangkan Metode ini dilakukan
antibodi monoclonal terhadap dengan mengambil darah janin
berbagai antigen sel janin dengan tuntunan USG
meliputi antibodi terhadap menggunakan jarum spinal
trofoblas, antigen permukaan sel ukuran 20-22 melalui perut ibu
eritrosit janin dan antigen HLA ke dalam tali pusat. Indikasi
paternal (Chunningham et al, diagnostik pemeriksaan ini
2001). untuk pemeriksaan karyotype
2) Diagnosis Prenatal Invasif atau untuk diagnosis prenatal
a. Amniosintesis retardasi mental fragile-X.
Amniosentesis adalah suatu Selain itu dapat sebagai
metode invasif diagnosis pemeriksaan hemoglobinopathi,
prenatal yang dilakukan selama koagulaopathi, penyakit
trimester kedua, melibatkan granulomatous kronik dan
tusukan jarum melalui kulit ke beberapa kelainan metabolisme
dalam rahim dan rongga serta penentuan anemia dan
amniotik sehingga cairan trombositopenia pada janin.
Indikasi terapeutik pada metode b. Etika disusun berdasarkan kesepakatan
ini sebagai terapi anemia pada anggota profesi. Hukum disusun oleh
janin melalui transfusi darah badan pemerintahan.
dan pemberian obat antiaritmia c. Etika tidak seluruhnya ditulis. Hukum
pada janin dengan hidrops. tercantum secara terinci dalm kitab
Metode ini dapat undang – undang dan lembaran/berita
menyebabkan hematoma atau acara.
perdarahan pada tempat tusukan d. Sanksi terhadap pelanggaran etik
jarum, bradikardi dan infeksi berupa tuntutan. Sanksi terhadap
pada janin. Kemungkinan pelanggaran hukum berupa tuntutan.
kematian janin sekitar 1% oleh e. Penyelesaian pelanggaran etik tidak
karen itu perlu dilakukan selalu disertai bukti fisik. Penyelesaian
pemantauan DJJ dengan pelanggaran hukum diselesaikan
kardiotokografi selama 30 melalui bukti fisik.
menit. Sedangkan pada ibu, hal 3. Hubungan Etik dan Hukum dalam
yang dapat terjadi adalah Diagnosis Prenatal
isoimunisasi rhesus sehingga Diagnosis prenatal adalah suatu
ibu perlu diberikan anti-D metode yang berguna untuk mendeteksi
immunoglobulin (pada ibu kelainan atau kecacatan pada prenatal,
dengan rhesus negatif) sehingga dapat mecnegah angka kesakitan
(Dickens, 2014). dan kematian janin. Banyak metode yang
2.2 Aspek Etik dan Hukum dapat digunakan, baik metode invasif dan
1. Definisi Etik dan Hukum noninvasif. Setiap metode yang
Etika adalah suatu nilai-nilai atau digunakan pada diagnosis prenatal
norma-norma yang menjadi landasan, memiliki indikasi serta kontraindikasi,
pegangan dan alasan seseorang atau tidak menutup pula kemungkinan terjadi
kelompok dalam mengatur tingkah komplikasi diluar harapan pada janin atau
lakunya untuk meningkatkan keberdayaan ibu. Oleh karena itu diperlukan
hidup yang sehat dan sejahtera. komunikasi antara tenaga kesehatan dan
Sedangkan hukum adalah suatu peraturan pasien. Tenaga kesehatan memiliki
yang tercantum dalam perundangan- kewajiban untuk menjelaskan semua
undnagan yang dibuat oleh suatu metode yang akan dilakukan oleh pasien
kekuasaan yang mengatur hidup termasuk komplikasi yang mungkin
masyarakat dan harus diikutsertakan terjadi. Pasien memiliki hak yang
dalam kehidupan Farelya et al, 2015). dilindungi hukum untuk menerima semua
2. Hubungan Etik dan Hukum Kesehatan tindakan diagnosis yang akan diberikan
Etik sangat berhubungan dengan kepadanya. Pasien juag memiliki hak
hukum. Hampir di semua Negara ada untuk menolak tindakan diagnosistik
hukum yang secara khusus mengatur walaupun dengan tujuan yang baik buat
bagaimana tenaga kesehatan harus ibu dan janin.
bertindak berhubungan dengan masalah Aspek etik dan hukum melindungi
etika dalam perawatan pasien dan hak pasien sebagai penerima tindakan
penelitian. Namun etika dan hukum diagnostik dan melindungi tenaga
tidaklah sama. Sangat sering, bahkan kesehatan sebagai pemberi tindakan.
etika membuat standar perilaku yang Dimana semua keputusan dan resiko
lebih tinggi dibanding hukum, dan kadang terkait yang terjadi telah disetujui
etika memungkinkan tenaga kesehatan memiliki nilai hukum. Jika terjadi hal
perlu untuk melanggar hukum yang yang tidak diinginkan, semua resiko telah
menyuruh melakukan tindakan tidak etis. menjadi tanggung jawab pasien. begitu
Perbedaan antara etika dan hukum juga sebaliknya, jika tidak terdapat
(Achadiat, 2007): persetujuan dari pasien, resiko terkait
a. Etika berlaku untuk lingkungan akan menjadi tanggung jawab tenaga
profesi. Hukum berlaku untuk umum. kesehatan yang memberikan tindakan.
METODE PENELITIAN persepsi positif (38%) dan sebanyak 2
Jenis penelitian yang digunakan adalah responden memiliki persepsi negatif (4%).
yuridis sosiologis dengan pendekatan Tidak ada responden yang memiliki persepsi
crossectional yaitu semua variabel yang bahwa diagnosis prenatal merupakan tindakan
diamati pada waktu yang bersamaan. Lokasi yang sangat negatif dalam deteksi dini
penelitian ini adalah di RSUD dr. Achmad kesehatan prenatal.
Darwis. Dalam penelitian ini ditetapkan Berdasarkan hasil penelitian ini,
sebanyak 50 responden yang merupakan membenarkan teori yang mengatakan bahwa
tenaga kesehatan yang bekerja di RSUD dr. diagnosis prenatal memiliki tujuan untuk
Achmad Darwis. mencegah meningkatnya angka kecacatan dan
Sumber data pada penelitian ini berupa kematian pada prenatal. Berbagai metode
data primer dan data sekunder. Data primer diagnosis yang dilakukan semata-mata
didapat langsung dalam penelitian tanpa digunakan untuk membantu menegakkan
perantara, adapun data primer pada penelitian diagnsosis sedini mungkin pada prenatal yang
ini adalah observasi langsung oleh peneliti memiliki kelainan, baik kelainan genetik
menggunakan 10 pernyataan yang terdapat ataupun kelainan yang terjadi selama
pada kuesioner yang diisi langsung oleh kehamilan.
responden. Sedangkan data sekunder adalah USG merupakan diagnosis prenatal yang
data yang didapat melalui perantara atau paling umum digunakan, terutama di
media, adapun data sekunder pada penelitian Indonesia. Mengingat resiko minim yang
ini adalah data yang didapat melalui tinjauan ditimbulkan juga harga yang terjangkau dan
pustaka dari karya tulis sebelumnya, literatur hasil pemeriksaan yang bisa langsung
dan jurnal, serta catatan atau arsip-arsip baik didapatkan. Walaupun pada metode
yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan. pemeriksaan USG tidak dapat dilihat kelainan
Analisis data merupakan hal yang paling genetik pada janin, pemeriksaan ini masih
penting dalam penelitian, setelah pengumpulan menjadi pilihan utama dalam proses diagnosis
data dilakukan, maka data akan dipilih dan prenatal.
dilakukan pengolahan untuk mendapatkan Dengan adanya diagnosis prenatal
hasil, yang dimana hasil ini mampu menjadi diharapkan mampu meningkatkan angka
jawaban pada masalah yang diteliti. kesehatan pada ibu dan bayi yang merupakan
hak semua manusia. Oleh karena itu aspek etik
HASIL DAN PEMBAHASAN dan hukum dalam diagnosis prenatal memiliki
Penelitian dilakukan kepada 50 keterkaitan. Dimana setiap ibu memiliki hak
responden, dimana responden mengisi 10 butir untuk memperoleh pemeriksaan diagnosis
pernyataan yang terlampir dalam kuesioner prenatal, dan tenaga kesehatan memiliki
persepsi terhadap diagnosis prenatal. Hasil kewajiban untuk memberikan pelayan
yang didapat dapat dilihat pada tabel berikut, kesehatan salah satunya diagnosis prenatanal.
yaitu: Permasalahnya kini adalah banyaknya
Tabel 1. Kategori Presepsi Diagnosis masyarakat yang tidak mengetahui apa itu
Prenatal diagnosis prenatal, oleh sebab itu tenaga
Kategori Presepsi Distribusi % kesehatan berkewajiban untuk menjelaskan
Diagnosis Frekuensi dan memberikan informasi, untuk keputusan
Prenatal apakah masyarakat akan melakukan tindakan
Persepsi Sangat 29 0.58 58 tersebut atau tidak hal itu merupakan hak dari
Positif pasien. Berdasarkan penelitian yang pernah
Persepsi Positif 19 0.38 38 dilakukan oleh Laura et al dikatakan Semua
Persepsi Negatif 2 0.04 4 wanita harus ditawari skrining atau tes
Persepsi Sangat 0 0 0 diagnostik prenatal selama kehamilan. Sama
Negatif pentingnya, opsi yang tersedia harus dijelaskan
kepada pasien dan keluarga secara mendalam,
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat terutama mencakup risiko dan manfaat dari
bahwa persepsi terhadap diagnosis prenatal masing-masing opsi, dan bagaimana hasilnya
sebagai deteksi dini kesehatan pada prenatal (Laura et al, 2017).
dimana 29 responden memiliki persespsi Untuk pemeriksaan diagnosis prenatal itu
sangat positif (58%), 19 responden memiliki sendiri terdiri dari 2 metode, yaitu metode
invasif dan non-invasif. Berdasarkan metode
pemeriksaan yang digunaka, metode non-
invasif adalah metode yang memiliki resiko
komplikasi paling kecil, hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya oleh Dickens, yang
mengatakan bahwa metode invasif adalah
metode paling aman dan dapat diandalkan
serta memiliki resiko lebih kecil dibandingkan
pemeriksaan Amniosintesis atau Pemeriksaan
Villi Korialis (Dickens, 2014).

KESIMPULAN
Pada penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa pemeriksaan diagnosis prenatal dapat
menjadi suatu metode deteksi dini kesehatan
prenatal untuk mencegah angka kecacatan dan
kematian pada prenatal.

REFERENSI
Achadiat, c. M. 2007. Dinamika Etika dan
Hukum Kedokteran dalam Tantangan
Zama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Barber, P.L. 2013. Prenatal Diagnosis: An
Ethical And A Regulatory Dilemma.
Hous J Healt L. & Pol’Y. Hal 329-51.
Cunningham, F., MacDonald, P., Gant, N.,
Leveno, K., Gilstrap. L., dan Hankins
Gea. 2001. Prenatal diagnosis and
therapy. In: Williams Obstetrics. 21 st ed.
New York: McGraw Hill. Hal: 973-1003.
Dickens, B.M. 2014. Ethical and legal aspects
of noninvasive prenatal genetic diagnosis.
International Journal of Gynecology and
Obstetrics, Vol. 124 (2014): 181–4.
Farelya, Gita dan Nurrobikha. 2015.
Etikolegal dalam Pelayanan Kebidanan.
Yogyakarta: Deepublish.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Infodatin
Kelainan Bawaan. Hal 1-10. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Laura, M., Carlson, M.D., Neta, L., and Vora,
M.D. 2017. Prenatal Diagnosis: Screening
and Diagnostic Tools. Obstet Gynecol
Clin North A m, Vol. 44(2): 245-56.

You might also like