You are on page 1of 6

59

BIODIVERSITY OF ARBUSCULAR MYCHORRIZAL FUNGI (AMF) ON


POTATOS RHIZOSPHERE AND IT POTENTIAL AS BIOFERTILIZER

Upik Yelianti*), Kasli**), Musliar Kasim**), & Eti Farda Husin**)

ABSTRAK

AMF as the biofertilizer on several crops has been reported, but not so much the
information about biodiversity of AMF on potatos rhizosphere and its potential to
colonize that crop. The research about the biodiversity of AMF has been done in
laboratorium Biology in Faculty of Agriculture of Andalas University and in
laboratorium Biotecnology of Agriculture Faculty of Jambi University from November
2004 till April 2005. The sample of soil have been collected from rhizosphire of potatos
plant in Alahan Panjang, West Sumatera, and then the AMF spore are isolated and
identification based on morphology and size of spores. Inoculation of single and multi
spores to potatos root to see the structure of colonization and percentage of
colonization. The result of identification of AMF spores show that there are many kind
of spores on rhizosphere of potatos plant and the spores are dominated by: Glomus,
Acaulospora, Scutellospora, Gigaspora, and Enterophospora. Unfortunately, the
inoculation of single spore has no good effect to the structure of colonization and the
potatos plant not vigorous and easy to be severe of stem desease. But, inoculation with
multi spores show that the tipe of colonization on potatos root have the coil hyphal and
intracellular vesicular. The same result also indicated that colonization with active
propagule (mycelium, spores, and infected root) have the coil hyphal and intracellular
vesicular. The species of AMF that have the typical characteristic is assumed as
Gigaspora sp..

Key words : AMF, potatos rhizosphere, biofertilizer


*)
Biology Department of Teacher Training and Education of Jambi University, email:
upy_unja@yahoo.co.id HP: 08126747058
**)
Faculty of Agriculture of Andalas University Padang, Kampus Limau Manis Padang
PENDAHULUAN pupuk hayati. Tanaman bermikoriza biasanya
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) merupa- tumbuh lebih baik daripada tanaman yang tidak
kan suatu obligat simbiosis mutualistik yang bermikoriza, karena mikoriza dapat meningkat-
membentuk struktur mikoriza di dalam akar kan penyerapan unsur hara makro terutama
tanaman yang masih hidup. Bentuk hubungan fosfat dan beberapa unsur mikro seperti: Cu,
mutualistik yang tinggi ketergantungan-nya ini Zn, dan Bo. Di samping itu, FMA juga sebagai
dapat diartikan bahwa tanaman inang akan pelindung hayati melalui peningkatan resistensi
menerima nutrisi, sedangkan fungi/ cendawan tanaman terhadap serangan patogen tular tanah.
menerima sebahagian hasil fotosintesis dalam Pada kondisi kekeringan, FMA juga dapat me-
bentuk karbon. FMA juga merupakan fungi ningkatkan ketahanan tanaman terhadap ke-
tanah yang banyak terdapat di mana-mana di keringan, sehingga dapat meningkatkan produk-
seluruh dunia. Fungi ini mempunyai kemampu- tivitas tanaman yang ditanam pada lahan
an berasosiasi dengan hampir 96% jenis tanam- marjinal (Setiadi, 2000).
an, seperti tanaman pangan, hortikultura, ke- Pada umumnya penelitian mengenai
hutanan, perkebunan, dan pakan ternak mikoriza ini lebih ditekankan pada respons
(pastura), akan tetapi efektivitasnya tidak sama tanaman inang terhadap kolonisasi fungi.
untuk setiap tanaman. Respons tanaman berupa penyerapan hara
FMA berfungsi dalam memperbaiki nutrisi terutama fosfat seringkali menjadi pusat
dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, se- perhatian para peneliti, akan tetapi yang sering
hingga berpotensi untuk dijadikan sebagai kali diabaikan adalah apakah semua jenis spora
60 Upik Yelianti, Kasli, Musliar Kasim, & Eti Farda Husin

dapat mengkolonisasi perakaran tanaman. sebagai pupuk hayati untuk tanaman kentang.
Kolonisasi dan produksi spora sangat Oleh karena tipe cendawan ini bersifat obligat,
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling dimana untuk hidup dan berkembang biaknya
berinteraksi satu sama lainnya, namun tidak selalu memerlukan tanaman inang, maka teknik
terdapat hubungan yang erat antara kolonisasi kolonisasi dengan menggunakan propagul aktif
dengan produksi spora (Hayman, 1970). Jumlah (spora, miselia, dan akar bermikoriza) dari
spora yang ada tidak dapat dijadikan secara tanaman kentang sebagai sumber inokulan juga
langsung sebagai petunjuk persentase dicobakan dalam penelitian ini, sehingga
kolonisasi yang terbentuk. Brundrett, (1999) diperoleh suatu teknik kolonisasi yang praktis
mengatakan bahwa lebih mudah mengamati dan efektif.
genus FMA melalui pola kolonisasinya pada
perakaran. Sifat morfologi yang penting
termasuk variasi pada vesikula (ukuran, bentuk, METODE PENELITIAN
ketebalan dinding sel, lapisan dinding sel, Percobaan ini diawali dengan pengambilan
posisi dan kelimpahannya), pola percabangan sampel tanah dari lahan pertanaman kentang di
hifa, struktur dan diameter hifa (khususnya Alahan Panjang, Kabupaten Solok Sumatera
dekat entry point), dan intensitas pewarnaan Barat dan dilanjutkan di laboratorium Biologi
(gelap atau pudar). Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Studi tentang eksplorasi jenis-jenis FMA Andalas Padang. Penelitian ini berlangsung dari
dari berbagai ekosistem telah banyak bulan Januari 2005 sampai dengan bulan Juni
dilaporkan dan telah dilakukan penangkaran 2005. Bahan yang digunakan dalam penelitian
(trapping). Jenis-jenis FMA yang potensial ini adalah: tanah dari rizosfir tanaman kentang,
untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati juga kantung plastik, label, reagent Melzer’s, PVLG,
telah diisolasi dan dibiakkan di dalam kultur akuades, glukosa 60%, KOH, HCl, Lactofenol,
monosonic. Isolat-isolat yang diperoleh juga asam fuchsin atau trypan blue. Sedangkan alat
telah dicobakan pada berbagai jenis tanaman, yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
namun tidak semua isolat secara konsisten sekop kecil, timbangan analitik, gunting, tabung
efektif dapat meningkatkan pertumbuhan reaksi, petridish, pinset, gelas kimia, saringan
tanaman inang. Hasil penelitian Setiadi, (2000) basah bertingkat (500, 250, 125, dan 54 µ),
menunjukkan bahwa tidak semua jenis tanaman mikroskop, gelas objek, gelas penutup, kaca
selalu memberikan respons yang positif arloji, tabung film, baki plastik, gelas akua, dan
terhadap aplikasi FMA. Walaupun suatu lain-lain.
tanaman dapat terkolonisasi secara intensif, Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan
namun tidak menunjukkan respon pertumbuhan jalan mengambil sampel tanah dari rizosfir
yang baik. Hal ini sangat ditentukan oleh tanaman kentang di lapangan, kemudian di-
berbagai faktor, antara lain: tingkat efektivitas timbang sebanyak 50 g dan dicampur dengan
isolat, status nutrisi substrat yang dipakai, dan 500 ml air, lalu diaduk sampai rata, kemudian
juga sangat ditentukan oleh tingkat diblender selama 3 menit, selanjutnya didiam-
ketergantungan tanaman tersebut terhadap kan beberapa saat sehingga partikel-partikel
mikoriza (mycorrhizal dependency). Pengkajian besar mengendap. Campuran tanah tersebut di-
tentang keragaman spora FMA yang terdapat saring dengan saringan bertingkat mulai dari
pada rizosfir tanaman kentang dan ukuran 500, 250, 125, dan 54 µ. Dari saringan
efektivitasnya dalam mengkolonisasi tanaman bagian atas disemprotkan air kran untuk me-
kentang belum banyak dilaporkan. mudahkan bahan saringan lolos. Demikian juga
Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu halnya dengan saringan kedua, setelah saringan
penelitian tentang keragaman FMA yang teratas dilepas dilakukan juga penyemprotan
terdapat pada rizosfir tanaman kentang dan dengan air kran. Setelah saringan kedua dilepas,
potensinya sebagai pupuk hayati yang mudah, seluruh tanah yang terdapat pada saringan
murah dan ramah lingkungan. Dari hasil terakhir dimasukan ke dalam tabung sentrifus
penelitian ini diharapkan diperoleh informasi masing-masing sebanyak 25 ml. Kemudian
tentang tipe dan jumlah spora yang terdapat dari tambahkan larutan glukosa 60% sebanyak 25
rizosfir tanaman kentang (indegenous), tingkat ml ke dalam tabung sentrifus tadi, lalu di-
infektivitas serta struktur kolonisasinya pada sentrifus selama 30 menit dengan kecepatan
akar tanaman kentang, sehingga dapat dijadikan 2000 rpm. Larutan supernatan dituang dan
SAINSTEK Vol. X1I, Nomor 1, September 2009 61

disaring dengan saringan 54 µ, lalu dicuci blue 0,5 g). Masukan ke dalam autoklaf selama
dengan air mengalir untuk mencuci glukosa. 10 menit pada tekanan 15 psi. Setelah itu,
Pengamatan spora yang akan diidentifikasi masukan akar ke dalam petri yang berisi larutan
secara deskriptif sampai ke tingkat genus, lactophenol untuk distaining, lalu dibilas dan
mengacu pada kunci determinasi dari Schenk masukan glycerol 50%. Akar yang telah
dan Perez (1988). Selain itu, spora juga diamati distaining diamati di bawah mikroskop stereo
morfologinya dan dibedakan dalam beberapa binokuler dengan perbesaran 40x atau 60x
tipe sekaligus dihitung jumlahnya. Selanjutnya untuk melihat ada atau tidaknya kolonisasi.
dibuat preparat mikroskop dengan mengguna- Selanjutnya dihitung derajat kolonisasinya
kan reagen Melzer’s dan PVLG sebagai bahan dengan menggunakan metode panjang slide
untuk pengawet spora. (slide length methods) (Gederman dan
Nicolson, 1963). Persentase kolonisasi FMA
Inokulasi Spora FMA dalam akar mengacu pada kriteria oleh
Inokulasi spora tunggal dan multi spora, (Kormanik, 1980), yaitu: 0–25 % (kurang), 26-
serta kolonisasi dengan menggunakan propagul 50% (cukup), 51-75% (baik), dan 76-100%
aktif dilakukan pada akar tanaman kentang (baik sekali).
untuk melihat infektivitasnya. Pengamatan
secara visual dilakukan seminggu sekali. Pada
umur 2 bulan, akar tanaman dipanen kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
diamati tipe, struktur, dan persentase koloni- 1. Jumlah Spora
sasinya dengan jalan membuat preparat dengan Hasil isolasi dan identifikasi terhadap spora
pewarna Lactophenol Fuchsin acid. yang terdapat pada rizosfir tanaman kentang
Pewarnaan akar dilakukan untuk melihat sangat bervariasi (Tabel 1).
persentase kolonisasi serta tipe kolonisasinya,
dengan jalan memperbanyak spora yang di- Tabel 1. Jumlah Spora FMA yang Terdapat
peroleh dengan metode kultur pot (open culture pada Rizosfir Tanaman Kentang di
pot) dengan media zeolit selama 3 bulan. Untuk Alahan Panjang, Kabupaten Solok
menguji efektivitas dari isolat-isolat tersebut Sumatera Barat.
dilakukan inokulasi pada tanaman kentang. No. Tipe spora Jumlah spora
Cara pembuatan preparatnya adalah akar 1. Glomus 123
tanaman dibersihkan kemudian dipotong- 2. Acaulospora 43
potong dengan ukuran 1 cm. Untuk akar- akar 3. Scutellospora 26
4. Gigaspora 12
yang tidak langsung diamati, dimasukan ke
dalam larutan FAA (Formalin 90 ml + asam 5. Entrophospora 4
asetat 5 ml + alkohol 50%) untuk disimpan. 6. Scleroystis 2
Kemudian akar diwarnai dengan larutan
staining (trypan blue) sesuai dengan metode 2. Tipe Spora FMA
Phillip dan Hayman, (1970). Akar direndam Hasil pengamatan terhadap tipe spora yang
dalam larutan H2O2 alkalin (NH3O4 3 ml + H2O2 ada pada rizosfir kentang berdasarkan ciri
10% 30 ml + air 576 ml) selama 10-20 menit, morfologis dan reaksinya terhadap reagent
lalu dibilas dengan air 3 kali, tambahkan HCl Melzer’s dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
1% dan rendam 3-5 menit, lalu buang larutan Terlhat bahwa genus Glomus mempunyai
HCl, dan tambahkan trypan blue lactophenol bermacam-macam bentuk dan ukuran.
(phenol 300 g + asam laktat 250 ml
+ glycerol 250 ml + akuades 300 ml + trypan
Tabel 2. Tipe Spora FMA yang Terdapat pada Rizosfir Tanaman Kentang dari Alahan Panjang,
Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Reaksinya terhadap
Tipe spora Ciri-ciri Morfologi
Pewarna Melzer’s
Spora bulat, berwarna coklat kemerahan, Tidak bereaksi dengan
permukaan halus berdinding tebal, pewarna melzer,s
mempunyai Hyphal attachment. Spora
lolos pada saringan 325µm
Glomus
sp.1
62 Upik Yelianti, Kasli, Musliar Kasim, & Eti Farda Husin

Reaksinya terhadap
Tipe spora Ciri-ciri Morfologi
Pewarna Melzer’s

Spora bulat, berwarna merah kehitaman, Tidak bereaksi dengan


permukaan halus berdinding tebal, pewarna melzer,s
mempunyai Hyphal attachment berbentuk
Glomus sp.2 straight. Spora lolos pada saringan 325µm

Spora bulat, berwarna kuning kecoklatan, Tidak bereaksi dengan


permukaan halus berdinding tebal, tidak pewarna melzer,s
mempunyai Hyphal attachment. Spora
Glomus sp. 3 lolos saringan berukuran 125µm

Spora bulat persegi panjang, berwarna Tidak bereaksi dengan


kuning kecoklatan, permukaan halus dan pewarna melzer,s
Glomus sp. 4 berdinding tebal, Hyphal attachment
berbentuk straight. Spora lolos pada
saringan 250 µm
Spora bulat telur, berwarna hitam Tidak bereaksi dengan
kecoklatan, permukaan halus berdinding pewarna melzer,s
tebal, Hyphal attachment berbentuk
Glomus sp. 5 straight. Spora lolos pada saringan
250µm
Spora bulat panjang, berwarna coklat Tidak bereaksi dengan
kehitaman, permukaan halus berdinding pewarna melzer,s
tebal, Hyphal attachment berbentuk
Glomus sp.6 straight. Spora lolos saringan berukuran
325µm

Spora berbentuk bulat, berwarna kuning, Tidak terjadi perubahan


permukaan halus dan berdinding tebal 2-3 warna dengan reagent
lapis. Hyphal attachment berbentuk Melzer’s
Glomus sp. straight. Spora lolos saringan berukuran
325µm
Spora berbentuk bulat, berwarna kuning, Terjadi perubahan warna
berdinding tebal, permukaan kasar, dengan reagent Melzer’s
mempunyai auxilary cell seperti tonjolan
Scutellospora (knobby), mempunyai subtending hypha.
sp. Lolos pada saringan 325 µm
Bentuk lain dari spora Scutellospora Terjadi perubahan warna
(keterangan sama dengan di atas) dengan reagent Melzer’s

Scutellospora
sp. Spora berbentuk bulat, berwarna kuning, Terjadi perubahan warna
berdinding tebal, permukaan kasar, dengan reagent Melzer’s.
mempunyai auxilary cell seperti tonjolan
(knobby), mempunyai subtending hypha.
Scutellospora Lolos pada saringan 325 µm
sp. Spora bulat, berwarna merah kekuningan, Terjadi perubahan
permukaan kasar dan berdinding tebal. warna dengan reagent
Spora lolos saringan berukuran 325µm Melzer’s.

Spora bulat (globose), berwarna kuning, Terjadi perubahan


Acaulospora sp. permukaan halus berdinding tebal (2-3 warna dengan reagent
lapis), mempunyai auxilary cell seperti Melzer’s, bagian dalam
duri (spiny). Spora lolos pada saringan spora berwarna lebih gelap
325µm
Acaulospora sp.
SAINSTEK Vol. X1I, Nomor 1, September 2009 63

Reaksinya terhadap
Tipe spora Ciri-ciri Morfologi
Pewarna Melzer’s
Spora berbentuk bulbous, berwarna coklat Berubah warna dengan
kemerahan, berdinding tebal 2-3 lapis, reagent Melzer’s
mempunyai auxilary sel seperti duri, lolos
pada saringan 325 µm
Gigaspora sp.
Spora bulat, berwarna kuning kecoklatan, Terjadi perubahan warna
berdinding 2-3 lapis, permukaan halus, dengan reagent Melzer’s
spora terbentuk dalam subtending hypha
di bawah sporiferous saccule. Spora lolos
saringan berukuran 125µm
Entrophospora
sp. Spora berwarna coklat kemerahan, Tidak terjadi perubahan
berbentuk bulat, bergerombol dan warna dengan reagent
diselimuti oleh peridium. Spora lolos pada Melzer’s
saringan 325 µm
Sclerocystis
sp.
Pada Tabel 1 di atas, terlihat bahwa spora Hal ini menunjukkan bahwa kolonisasi FMA
dari genus Glomus mendominasi keragaman pada perakaran tanaman dapat membantu
spora yang ada pada rizosfir kentang, kemudian penyerapan unsur hara dan air, sehingga
diikuti oleh Acaulospora, Scutellospora, pertumbuhan tanaman terlihat lebih baik.
Gigaspora, Enterophospora, dan Sclerocystis.
Walaupun spora dengan tipe Glomus men- 3. Persentase Kolonisasi dan Tipe Kolonisasi
dominasi rizosfir kentang, namun setelah di- Hasil pengamatan terhadap inokulasi multi
lakukan inokulasi spora tunggal tidak terlihat spora pada akar tanaman kentang terlihat bahwa
adanya kolonisasi pada perakaran tanaman dan persentase kolonisasinya adalah 80%. Menurut
tanaman umumnya terserang oleh penyakit Kormanik, (1980) bahwa persentase kolonisasi
busuk pangkal batang. Hal ini menunjukkan 76-100% tergolong baik sekali. Hal ini menun-
bahwa tidak semua jenis spora dapat meng- jukkan bahwa terdapat kecocokan antara satu
kolonisasi perakaran tanaman kentang. Tingkat spora atau lebih yang diinokulasi dengan akar
kolonisasi sangat ditentukan antara lain oleh tanaman kentang tersebut. Makin banyak akar
kecocokan antara fungi mikoriza dengan per- yang terkolonisasi diperkirakan akan makin
akaran tanaman inang. Hal ini sejalan dengan besar pula tingkat penyerapan unsur hara dan
pendapat Hayman, (1970) yang menyatakan air oleh akar tanaman, sehingga pertumbuhan
bahwa jumlah produksi spora umumnya tidak tanaman menjadi lebih baik.
berkorelasi positif dengan kolonisasi FMA Berdasarkan pengamatan akar secara
pada sel akar. Setiadi, (2000) menambahkan mikroskopis terlihat bahwa vesikulanya
bahwa tidak semua jenis tanaman selalu mem- terdapat pada intraseluler dengan tipe hifa
berikan respons yang positif terhadap aplikasi internal yang berdinding tipis dan seringkali
FMA. Walaupun suatu tanaman dapat ter- pudar dengan pewarnaan. Hifa bagian luar
kolonisasi secara intensif, namun tidak korteks tidak beraturan percabangannya dan
menunjukkan respon pertumbuhan yang baik. menggelung (Gambar 1, 2, dan 3).
Hal ini sangat ditentukan oleh berbagai faktor,
antara lain: tingkat efektivitas isolat, status
nutrisi substrat yang dipakai, dan juga sangat
ditentukan oleh tingkat ketergantungan tanaman
tersebut terhadap mikoriza (mycorrhizal
dependency). Akan tetapi, inokulasi dengan
menggunakan multi spora menunjukkan respon
kolonisasi yang tergolong baik. Demikian juga
dengan penggunaan inokulan yang berasal dari
propagul aktif juga memberikan respons
kolonisasi paling baik pada perakaran tanaman Gambar 1. Hifa Eksternal yang Menggelung
kentang dan vigor tanaman terlihat lebih baik.
64 Upik Yelianti, Kasli, Musliar Kasim, & Eti Farda Husin

dapat korelasi yang positif antara jumlah spora


dengan tingkat kolonisasi perakaran.
Inokulasi dengan spora tunggal menunjuk-
kan tidak terjadinya kolonisasi, sebaliknya
inokulasi dengan multi spora menunjukkan
tingkat kolonisasi yang baik. Inokulasi dengan
menggunakan propagul aktif juga menunjukkan
tingkat kolonisasi yang sangat baik sekali,
Gambar 2. Eksternal Vesikula pada Akar sehingga sangat baik untuk dijadikan sebagai
Kentang sumber inokulan untuk dikembangkan sebagai
pupuk hayati untuk tanaman kentang.
Berdasarkan pengamatan akar secara mikro-
skopis terlihat bahwa vesikulanya terdapat pada DAFTAR RUJUKAN
intraseluler dengan tipe hifa internal yang ber-
dinding tipis dan seringkali pudar dengan Brundrett, M. (1999). Arbuscular
pewarnaan. Hifa bagian luar korteks tidak mycorrhizas. CSIRO Forestry and
beraturan percabangannya dan menggelung Forest Products.
(Gambar 1 dan 2). Gedermann, J. W., dan T. H. Nicholson (1963).
Berdasarkan karakteristik tipe dan struktur Spores of mycorrhizal endogon species
kolonisasi FMA pada sel akar tanaman kentang extracted from soil by wet sieving and
yang menunjukkan bahwa vesikula yang tidak decanting. Transactions of British
beraturan dan struktur hifa yang menggelung, Mycological Society 46: 235-244.
maka tipe spora yang mengkolonisasi akar
tanaman kentang tersebut adalah FMA dari Hayman, D.S. (1970). Endogone spore
genus Gigaspora. Hal ini sejalan dengan numbers in soil and vesicular-
pendapat Brrundret (1999), yang mengatakan arbuscular mycorrhiza in wheat as
bahwa tipe kolonisasi dengan struktur vesikula influenced by season aand soil
intraselulernya berisi butiran minyak dan treatment. Transaction ofthe
seringkali mempunyai bentuk yang tidak British
beraturan. Vesikulanya mempunyai dinding Mycological Society, 54: 53-63
yang tipis. Hifa eksternal ditemukan seperti per Kormanik, P.P. (1980). Quantification of
menggelung, dan hifa pada bagian terluar vesicular arbuscular mycorrhiza in
korteks umumnya mempunyai percabangan plant roots. In: Schenk, N.C. (ed)
yang tidak beraturan dan menggelung. Methods and Principles of mycorrhizal
Sedangkan hifa internalnya berdinding tipis, research. The American
sehingga lebih pudar dalam menyerap zat Phytopathological Society, St. Paul, 37-
warna. Tipe dan struktur kolonisasi yang 45.
demikian tergolong pada genus Gigaspora.
Schenck, N.C., and Perez, Y. (1988). Manual
for identification of VA mycorrhizal
SIMPULAN fungi. (2nd edition). INVAM,
Hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa University of Florida, Gainesville.
terdapat keragaman jenis spora FMA pada Setiadi, Y. (2000). Status Penelitian dan
rizosfir tanaman kentang dan jenis spora di- Pemanfaatan Cendawan Mikoriza
dominasi oleh genus Glomus, kemudian diikuti Arbuskula dan Rhizobium untuk
oleh Acaulospora, Scutellospora, Gigaspora, Merehabilitasi Lahan Terdegradasi.
Enterophospora, dan Sclerocystis. Tidak ter- Prosiding Seminar Nasional Mikoriza
I. Bogor 15-16 November 1999.

You might also like