You are on page 1of 20

Geokimia batuan penutup (overburden) batubara untuk memprediksi potensi air asam tambang

di PIT 1 IUP PWR, di daerah Kasai, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur


(Ahmad Helman Hamdani & Yoga Adriana Senjaya)

GEOKIMIA BATUAN PENUTUP (OVERBURDEN) BATUBARA


UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI AIR ASAM TAMBANG
DI PIT 1 IUP PWR, DI DAERAH KASAI, KABUPATEN BERAU,
KALIMANTAN TIMUR
Ahmad Helman Hamdani & Yoga Adriana Senjaya
Laboratorium Sedimentologi, Fakultas Teknik Geologi – Universitas Padjadjaran

ABSTRACT
Geochemical studies of cap rock (overburden) on coal mining can be used as an indicator to predict the
potential of acid mine drainage (AMD) not from coal itself. Coal overburden at PIT 1 IUP PWR, East
Kalimantan composed by clay rocks. Geochemical measurements whic is carried from overburden
samples KSD11 and KSD11H; shows that the overburden-based reference SNI 6597-2011 can be
categorized as rock Type 1. Plotting on curve grouping PAF / NAF based on the relationship between pH
and PAN PPAN KSD11dan KSD11H site shows all samples including NAF group. Analysis of TCLP (toxicity
characteristic leaching procedure) showed that low dissolved ferrous metals (0.6 g / L) while the metal
content of calcium and magnesium respectively are 0.23 g / L and 0.47 g / L (Table 4.7). When the
calculated total of mole equivalents , calcium and magnesium is greater than the iron dissolved, so that
although the acid formed will be neutralized. Thus overburden in Likasi PIT 1 is a type of cap rock that
not form acid mine drainage when exposed in water and air, so it does not require special handling to
prevent the formation of acid mine drainage
Keywords: laterite soil, nickel laterite deposit

ABSTRAK
Penelitian geokimia batuan penutup (overburden) pada pertambangan batubara dapat digunakan
sebagai indikator untuk memprediksi potensi air asam tambang (AAT) selain yang bersumber dari
batubara itu sendiri. Batuan penutup batubara pada PIT 1 IUP PWR, Kalimantan Timur tersusun oleh
batuan lempung. Pengukuran Geokimia yang dilakukan pada contoh batuan penutup Sumur KSD11 dan
KSD11H; menunjukkan bahwa batuan penutup berdasarkan acuan SNI-6597-2011 dapat dikategorikan
sebagai batuan Tipe 1. Pengeplotan pada kurva pengelompokan PAF/NAF berdasarkan hubungan antara
pH PAN dan PPAN di lokasi KSD11dan KSD11H menunjukkan bahwa semua sampel termasuk kelompok
NAF. Analisa TCLP (toxicity characteristic leaching procedure ) menunjukkan logam besi terlarutnya
rendah (0,6 g/L) sedangkan kadar logam kalsium dan magnesiumnya masing masing 0,23 g/L dan 0,47
g/L (Tabel 4.7). Bila diperhitungkan mol ekivalennya total kalsium dan magnesium lebih besar dari besi
terlarutnya, sehingga walaupun terbentuk asam akan ternetralkan. Dengan demikian batuan penutup di
likasi PIT 1 merupakan tipe batuan penutup yang tidak akan membentuk asam tambang ketika terpapar
di air dan udara, sehingga tidak memerlukan penanganan khusus untuk pencegahan pembentukan asam
tambang.
Kata kunci: Geokimia, batuan penutup, batubara, NAF, TCLP.

PENDAHULUAN pencegahannya. Salah satu masalah


yang kerap timbul dalam penam-
Saat ini permasalahan lingkungan
bangan batubara adalah akibat pe-
dalam kegiatan pertambangan sering
nyingkirkan dan penimbunan material
menjadi sorotan masyarakat. Pada
penutup/penghalang untuk menjang-
setiap usaha/kegiatan pertambangan,
kau batubara yang mempunyai nilai
perencanaan pengelolaan lingkungan
komersial.
harus dilakukan bersamaan dengan
Material yang menghalangi bahan
perencanaan eksplorasi, penambang-
tambang dapat berupa material yang
an dan pengolahannya. Kegiatan yang
menutupi bahan tambang (over-
tidak mempertimbangkan permasa-
burden) atau material yang berada
lahan lingkungan baik lingkungan fisik
diantara lapisan bahan tambang
maupun biotik akan menghadapi
(interburden). Material tersebut harus
masalah bahkan dapat mengeluarkan
disingkirkan kemudian ditimbun
biaya yang lebih besar untuk
ditempat penimbunan (disposal area)
menanggulanginya dari pada untuk
atau langsung digunakan untuk penu-

77
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2011: 77-96

tupan kembali areal bekas tambang. pembentukan air asam tambang yang
Kedua material tersebut dapat me- dapat ditimbulkan oleh setiap lapisan
ngandung mineral yang mengandung penutup batuan (overburden) batuba-
sulfida, terutama besi sulfida (FeS) ra pada lokasi rencana penambangan
sebagai pirit, sehingga ketika terpapar batubara. Hasil prediksi air asam
di udara dan air akan mengahasilkan tambang ini dapat digunakan sebagai
air yang bersifat asam dari asam bahan pertimbangan dalam desain
sulfat sebagai hasil reaksi oksidasi penambangan dan upaya pengelolaan
senyawa sulfida yang dibantu oleh lingkungan untuk meminimisasi dam-
aktifitas mikroba. Air yang bersifat pak lingkungan yang tidak diinginkan.
asam juga dapat dihasilkan pada area Tujuan penelitian geokimia batuan
penambangan itu sendiri sebagai penutup untuk mempredik potensi
akibat terpaparnya mineral sufida di pembentukan air asam tambang ini
udara dan air. Air yang besifat asam meliputi:
pada aktivitas pertambangan tersebut 1. Prediksi potensi pembentukan air
disebut air asam tambang. Kebe- asam tambang pada setiap lapisan
radaan air yang besifat asam juga pada lokasi rencana penambangan
dapat melarutkan senyawa ion logam 2. Penentuan potensi pembentukan
berbahaya/bersifat racun seperti pembentukan air asam tambang di
raksa, timbel, kadmium arsen dan lokasi rencana penambangan.
lain-lain yang terkandung dalam mi-
neral sehingga meningkatkan jumlah Hasil penelitian potensi pemben-
ion logam terlarut dalam air yang sa- tukan air asam tambang ini dapat di-
ngat berbahaya bagi kehidupan di gunakan untuk:
perairan. Air asam tambang ini sangat 1) menghitung penambahan alkali pa-
berbahaya bagi lingkungan baik da pengelolaannya.
lingkungan biotik maupun abiotik. 2) menentukan distribusi zona piritik
Tingkat keasaman air tambang yang mungkin memerlukan pena-
yang ditimbulkan dari penimbunan nganan khusus,
buangan sangat bervariasi tergantung 3) mengidentifikasi zona alkali yang
pada jumlah dan jenis mineral yang dapat digunakan dalam rencana
terkandungnya serta teknik penim- penambangan untuk mencegah air
bunannya. Apabila dalam material asam tambang, dan
tambang banyak mengandung mi- 4) menentukan kelayakan pertam-
neral karbonat maka tingkat ke- bangan, termasuk memprakirakan
asaman air lindinya lebih rendah dampak lingkungan yang potensial
bahkan bisa menetralkan asam yang
terbentuk. Keadaan ini menyebabkan Selain itu juga dapat digunakan
air tambang bersifat netral atau alkali sebagai bahan pertimbangan untuk:
dan juga menurunkan jumlah ion 1) menunjukkan bahwa penambangan
logam terlarut. Sifat setiap lapisan yang diusulkan dapat dicapai tanpa
dapat mengandung mineral yang menyebabkan pencemaran air per-
berbeda-beda terutama pada lapisan mukaan atau tanah;
penutup sehingga teknik penimbunan 2) menilai kemungkinan dampak ku-
sangat mempengaruhi terhadap sifat mulatif pertambangan terhadap ke-
asam-basa air tambang yang di- seimbangan hidrologi, dan
hasilkan. Teknik penimbunan yang sa- 3) membantu dalam desain rencana
lah dapat menyebabkan air tambang penambangan dan reklamasi untuk
yang dilepaskan sangat bersifat asam mencegah atau meminimalkan ke-
sehingga menimbulkan masalah ling- rusakan pada keseimbangan hid-
kungan yang tidak dikehendaki. rologi di dalam dan luar wilayah
Berdasarkan uraian tersebut perlu penambangan.
dilakukan penelitian geokimia batuan
penutup untuk memprediksi potensi

78
Geokimia batuan penutup (overburden) batubara untuk memprediksi potensi air asam tambang
di PIT 1 IUP PWR, di daerah Kasai, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
(Ahmad Helman Hamdani & Yoga Adriana Senjaya)

Lokasi penelitian dilakukan pada  Stratigrafi Bagian Bawah dari for-


rencana PIT 1 di daerah pertambang- masi pembawa batubara ini dido-
an batubara IUP PT. PWR di daerah minasi oleh batulempung abu-abu
Kasai dan sekitarnya, Kabupaten dengan sisipan batubara multiple
Berau, Kalimantan Timur (Gambar.1) seam dengan ketebalan yang ber-
variasi, berwarna coklat kehitam-
an, gores coklat, kusam, banded,
TINJAUAN PUSTAKA
agak lunak kadang dijumpai peng-
Geologi Daerah Penelitian otor damar dan struktur kayu ma-
sih terlihat.
Menurut Peta Geologi Lembar Tan-
 Stratigrafi Bagian Tengah dari for-
jung Redeb (Situmorang, Burhan,
masi ini juga didominasi oleh batu-
1992) wilayah IUP PT. Patriot Wira-
lempung, warna abu-abu, masif,
perkasa hampir seluruhnya merupa-
kadang terdapat material karbonan
kan daerah sebaran Formasi Sajau
berupa pita-pita batubara. Lapisan
(TQps) yang berumur Plio-Plistosen,
batubara, warna coklat kehitaman,
dan hanya terbatas di daerah pesisir
gores coklat, banded, setempat di-
pantai, terutama daerah aliran S.
jumpai pengotor damar, agak lu-
Mangkupadi, S. Pidada, S. Bakau, S.
nak, struktur kayu masih terlihat,
Kelaputan, S. Pimping, S. Birang, S.
dengan ketebalan bervariasi antara
Kuning yang kesemuanya bermuara di
0,50 m – 9,50 m. Batupasir, warna
laut yang merupakan sebaran Allu-
putih kekuningan, sedang – kasar,
vium (Qa).
sub rounded – rounded, terdiri dari
Berdasarkan hasil penyelidikan di
kuarsa, masif, dengan sisipan ba-
lapangan hanya terdapat dua satuan
tupasir konglomeratan berbutir se-
batuan yaitu :
dang, sub rounde – rounded, de-
- Satuan Batupasir; (TQPS) berupa
ngan fragmen kwarsit, rijang, batu-
perselingan batuan konglomerat,
an beku.
batulempung, batulanau, batupa-
sir dengan sisipan batubara yang
Pengertian Air Asam Tambang
menurut Peta Geologi Lembar
Tanjung Redeb termasuk dalam Air asam tambang – AAT (acid
Formasi Sajau (TQps) yang ber- mine drainage ‐ AMD) atau juga
umur Plio-Plistosen. disebut sebagai air asam batuan –
- Satuan Aluvium (Qa) yang terdiri AAB (acid rock drainage ‐ ARD) adalah
dari lempung / tanah, pasir, ke- air yang bersifat asam (tingkat
rikil-kerakalan; menurut Peta Geo- keasaman yang tinggi dan sering
logi Lembar Tanjung Redeb terma- ditandai dengan nilai pH yang rendah
suk dalam endapan Alluvium (Qa) di bawah 5) sebagai hasil dari oksidasi
yang berumur Holosen. mineral sulfida yang terpapar
(exposed) di udara dengan kehadiran
Satuan batuan yang termasuk da-
air. Istilah lain yang sering digunakan
lam Formasi Sajau tersebut menem-
adalah Drainase Asam dan Logam
pati sekitar 85% dari seluruh daerah
(DAL) atau Acid and Metalliferous
penyelidikan sedangkan endapan
Drainage (AMD). Istilah DAL di-
alluvium menempati sekitar 15 %
gunakan mengingat bahwa tidak se-
(Gambar 2)
mua drainase yang bermasalah terkait
dengan oksidasi sulfida bersifat
Stratigrafi Daerah Penelitian
masam. Di beberapa lokasi, drainase
Stratigrafi daerah penyelidikan yang bersifat hampir-netral namun
berdasarkan pengamatan terhadap mengandung logam dapat sama
hasil pemboran; dapat dikelompokan sulitnya untuk dikelola seperti halnya
ke dalam tiga unit stratigrafi (Gambar air masam. Ada beberapa lokasi di
3), sebagai berikut : mana pembentukan asam dapat di-

79
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2011: 77-96

netralkan oleh kelompok mineral Tidak semua mineral sulfida


alami, yang secara efektif mengelu- menghasilkan asam selama oksidasi,
arkan logam-logam beracun dari air, namun sebagian besar memiliki ka-
namun meninggalkan cairan lindi pasitas untuk melepaskan logam bila
(leachate) yang kandungan garam- terpapar air yang masam. Mineral-
garamnya tinggi (higly saline). mineral sulfida yang mudah ter-
Air yang bermasalah dengan ada- oksidasi merupakan mineral penghasil
nya asam dan logam dapat di- asam yang paling umum, mineral
tunjukkan oleh satu atau beberapa tersebut diantaranya pirit (FeS2),
karakteristik kimia sebagai berikut: pirhotit (FeS), markasit (FeS2),
1. pH rendah (nilainya berkisar antara kalkopirit (CuFeS2), molybdenite
1,5 hingga 4) (MoS2), arsenopirit (FeAsS) dan lain-
2. konsentrasi logam dapat larut yang lain. Dari semua mineral sulfida, pirit
tinggi (seperti besi, alumunium, diketahui sangat reaktif dalam proses
mangan, kadmium, tembaga, ti- pembentukan AAT (molar metal/sulfur
mah, seng, arsenik dan merkuri) ratio < 1). Kondidsi sulfida-sulfida
3. nilai kemasaman yang meningkat reaktif terpapar ke udara dan air
(seperti misalnya setara 50-15.000 secara terus-menerus terjadi antara
mg/L CaCO3) lain pada timbunan batuan sisa
4. salinitas (sulfat) yang tinggi (kon- (waste rocks), timbunan bijih tam-
sentrasi sulfat umumnya antara bang (ores), fasilitas-fasilitas penyim-
500–10.000 mg/L; salinitas panan tailing, lubang-lubang tambang
umumnya antara 1000–20.000 (pits), tambang-tambang bawah
μS/cm) tanah, timbunan-timbunan pelindian
5. konsentrasi yang rendah dari bijih tambang (heap and dump leach).
oksigen terlarut (seperti kurang
dari 6 mg/L) Pembentukan Air Asam Tambang
6. tingkat kekeruhan (turbiditas) atau
Pembentukan asam (H+) umum-
total padatan tersuspensi yang ren-
nya terjadi bila mineral-mineral besi
dah (dikombinasikan dengan satu
sulfida bereaksi dengan oksigen (baik
atau lebih karakteristik di atas).
dari udara maupun yang terlarut
dalam air) serta adanya air yang
Indikator-indikator utama kehadiran
melarutkannya. Proses ini dapat
DAL termasuk:
dikatalisasis dengan kuat oleh aktivi-
1. air berwarna merah atau jernih
tas bakteri. Oksidasi sulfida mengha-
tidak alami
silkan asam sulfat dan endapan
2. endapan-endapan oksida besi
(precipitate) berwarna oranye, feri
oranye-coklat pada saluran-saluran
hidroksida (Fe(OH)3), seperti yang di-
drainase
rangkum dalam Reaksi 1. Lihat Ske-
3. matinya ikan atau organisme-
ma reaksi pembentukan asam (H+ )
organisme air lainnya
4. terbentuknya lapisan endapan pada
FeS2 + 3,75 O2 + 3,5 H2O Fe(OH)3 (s)
lokasi pencampuran DAL dan
+ 2 SO4 + 4H+
badan penerima, atau pada
pertemuan-pertemuan aliran
Reaksi pembentukan asam dari
5. produktivitas yang buruk pada
pirit tersebut melalui dua proses
areal-areal yang terganggu (seperti
utama yaitu:
lokasi penimbunan batuan sisa
1. Oksidasi sulfida (S22-) menjadi
tambang)
sulfat (SO42-)
6. vegetasi yang mengalami mati
2. Oksidasi besi ferus (Fe2+) menjadi
ranting (dieback) atau tanah-tanah
besi ferik (Fe3+) dan selanjutnya
seperti bekas terbakar
pengendapan dari ferik hidroksida.
7. korosi pada struktur beton atau
baja.

80
Geokimia batuan penutup (overburden) batubara untuk memprediksi potensi air asam tambang
di PIT 1 IUP PWR, di daerah Kasai, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
(Ahmad Helman Hamdani & Yoga Adriana Senjaya)

4. Reaksi keempat merupkan reaksi


pembentukan endapan besi(III)
hidroksida melalui reaksi hidrolisis.
Pembentukan endapan besi(III)
hidroksida tergantung pH, yaitu
lebih banyak pada pH di atas 3,5

1. Reaksi pertama merupakan reaksi


pelapukan pirit yang disertai reaksi
oksidasi. Sulfur dioksidasi menjadi Berdasarkan reaksi tersebut, ke-
sulfat dan dilepaskan besi(II). beradaan asam dalam air bukan ha-
Reaksi tahap pertama ini juga da- nya disebakan oleh oksidasi sulfida.
pat terjadi melalui proses pelarutan Begitu sulfida teroksidasi menjadi sul-
(ionisasi) pirit lebih dulu seperti fat, sulit untuk menghindari terjadinya
pada reaksi 1a kemudian dengan oksidasi besi(II) yang larut dalam air
adanya oksigen terjadi reaksi (aqeous) menjadi besi(III), yang di-
oksidasi sulfur menjadi sulfat. Hal ikuti dengan pengendapan besi(III)
ini terjadi bila mineral sulfida ber- hidroksida. Tahap pengendapan (pre-
ada dalam air dan reaksi ini ber- sipitasi) ini adalah tahap yang meng-
jalan lambat karena kelarutan hasilkan asam yang disebabkan oleh
oksigen dalam air relatif rendah. besi(II) pada pirit. Selain itu interaksi
antara besi(III) (Fe3+) terlarut
dengan mineral-mineral besi sulfida
yang segar dapat juga menyebabkan
peningkatan proses pembentukan
asam yang signifikan.

2. Reaksi kedua melibatkan reaksi ok- METODE PENELITIAN


sidasi besi(II) yang terlarut men- Sampling
jadi besi(III) dalam kondisi asam,
dalam hal ini untuk setiap satu mol Pengambilan sampel mengikuti
besi menyerap satu mol ion hidro- pengeboran untuk sampling geoteknik
nium (H+). Reaksi tersebut berja- atau eksplorasi dengan stratifikasi
lan lambat pada pH < 5 dan kon- sekitar 3m dengan memperhatikan
disi abiotik. Kehadiran bakteri litologi batuannya. Sampel yang
acidithiobacillus ferrooxidans dapat diambil secara komposit/grab dengan
mempercepat reaksi 5-6 kali. ukuran sekitar 30 cm (1-2kg) dan
3. Reaksi ketiga merupakan oksidasi dimasukkan dalam wadah kedap
pirit lanjutan oleh besi(III) terlarut udara yang selanjutnya dibawa ke
sehingga terbentuk kembali laboratorium untuk dipreparasi dan
besi(II) dan ion sulfat, reaksi diuji.
terjadi pada kondisi dimana
Uji Laboratorium
terdapat jumlah besi (III) terlarut
yang cukup (kondisi asam). Reaksi Neraca Asam-Basa
ketiga ini lebih cepat 2-3 kali Neraca asam-basa (ABA) sering
dibandingkan dengan oksidasi pirit digunakan untuk mengevaluasi ke-
oleh oksigen dan menghasilkan seimbangan antara proses-proses
keasaman yang lebih banyak per pembentukan asam (oksidasi mineral-
mol piritnya. mineral sulfida) dan proses penetralan
asam (pelarutan karbonat-karbonat
alkalin, perpindahan basa-basa yang

81
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2011: 77-96

dapat dipertukarkan dan pelapukan Jika PKM kurang dari KPA maka
silikat-silikat). Ini melibatkan penen- PPAN negatif, mengindikasikan bahwa
tuan maximum potential acidity (MPA) sampel mungkin memiliki KPA yang
atau potensi kemasaman maksimum mmadai untuk mencegah pemben-
(PKM) dan acid-neutralising capacity tukan asam. Sebaliknya, jika PKM le-
(ANC) atau kapasitas penetral asam bih dari KPA maka PPAN positif,
(KPA). mengindikasikan bahwa bahan mung-
Parameter PKM biasanya merupa- kin pembentuk asam.
kan estimasi sulfur pirit dari kadungan Rasio KPA/PKM menunjukkan
sulfur total menggunakan menggu- suatu indikasi aman atau tidaknya
nakan faktor 30,6 (PKM = %S x satu bahan. Berbagai nilai rasio
30,6). Penggunaan sulfur total me- KPA/PKM direferensikan didalam lite-
rupakan pendekatan yang konservatif ratur untuk mengindikasikan nilai-nilai
karena beberapa sulfur mungkin yang aman bagi pencegahan pem-
berada dalam bentuk-bentuk selain bentukan asam. Nilai-nilai ini umum-
pirit. Mineral sulfat (gipsum, anhidrit, nya antara 1,5 hingga 3. Sebagai satu
alunit) dan sulfur sebagai unsur ada- aturan umum, rasio KPA/PKM bernilai
lah bentuk sulfur bukan pembentuk 2 atau lebih menandakan bahwa
asam. Beberapa sulfida-sulfida logam kemungkinan besar bahan tersebut
lainnya (seperti kovelit, kalkosit, akan tetap berkadar pH mendekati
sfalerit dan galena) yang meng- netral dan tidak menimbulkan
hasilkan kemasaman lebih kecil dari masalah air asam tambang.
pirit atau, dalam beberapa kasus,
bukan-pembentukasam. Uji Pembentukan Asam Neto (PAN)
Kapasitas penetral asam (KPA) Uji PAN digunakan bersama-sama
biasanya ditentukan dengan penam- dengan PPAN untuk menggolongkan
bahan asam khlorida ke suatu sampel potensi pembentukan asam dari suatu
(contoh), kemudian dititrasi balik sampel. Uji PAN melibatkan reaksi
dengan natrium hidroksida untuk me- suatu sampel dengan hidrogen perok-
nentukan jumlah asam yang di- sida untuk dengan cepat mengoksi-
konsumsi. Parameter KPA digunakan dasi setiap mineral-mineral sulfida.
untuk mengukur kapasitas suatu sam- Baik pembentukan maupun penetral-
pel dalam menetralisir asam. Seperti an asam terjadi secara bersamaan
MPA, penentuan KPA tidak tepat dan dan hasilnya mewakili satu pengukur-
rentan terhadap potensi intervensi an langsung asam yang dihasilkan.
dan mungkin tidak mewakili KPA yang Nilai pH setelah reaksi (pH PAN)
benar-benar tersedia untuk me- kurang dari 4,5 mengindikasikan
netralisir air asam tambang. Kar- bahwa sampel tersebut adalah
bonat-karbonat yang mengandung pembentuk asam neto. Jumlah asam
besi seperti siderit, ankerit dan dolo- ditentukan oleh titrasi dan dinyatakan
mit ferroan berpotensi menimbulkan dalam satuan yang sama seperti PPAN
kekhawatiran kesalahan dalam (kg H2SO4/ton).
penentan KPA.
Potensi Produksi Asam Neto Klasifikasi
(PPAN) dan rasio KPA/PKM dihitung Secara individual, uji-uji PPAN dan
berdasarkan pengukuran ABA. PPAN PAN memiliki keterbatasan-keterba-
adalah ukuran kualitatif dari perbe- tasan, namun bila dikombinasikan ke-
daan antara kapasitas sampel untuk andalannya untuk memprediksi AAT
membentuk asam (PKM) dan kapa- akan meningkat besar. Risiko salah
sitasnya untuk menetralkan asam menggolongkan bahan Bukan Pem-
(KPA). PPAN, MPA dan ANC dinya- bentuk Asam (NAF) sebagai Pem-
takan dalam satuan kg H2SO4/ton bentuk Asam Potensial (PAF), dan
batuan dan NAPP dihitung dengan bahan PAF sebagai NAF, secara nyata
persamaan : PPAN = PKM – KPA berkurang dengan menggunakan se-

82
Geokimia batuan penutup (overburden) batubara untuk memprediksi potensi air asam tambang
di PIT 1 IUP PWR, di daerah Kasai, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
(Ahmad Helman Hamdani & Yoga Adriana Senjaya)

kaligus uji PPAN dan PAN. Peng- menghasilkan air asam tambang
hitungan PPAN dapat dibandingkan sehingga tidak lagi diambil sebagai
dengan hasil-hasil uji PAN untuk sampel. Kedalaman pengeboran dan
menggolongkan sampel. Kriteria klasi- litologi di setiap lokasi tidak sama
fikasi yang umum untuk jenis-jenis maka jumlah sampel dari setiap lokasi
bahan geokimia utama berdasarkan tidak sama, seperti tercantum pada
data uji PPAN dan PAN yang mengacu Tabel 4.1.
pada SNI-6597-2011 pada Tabel 1. Sampel yang telah dikelompokkan
Acuan lain dalam klasifikasi geokimia kemudian dianalisis melalui penentu-
bahan tercantum dalam Managing an pH pasta, pH PAN, PAN, dan PPAN.
Acid and Metalliferous Drainage Secara umum penggolongan batuan
Handbook seperti tercantum pada sebagai PAF dan NAP dilakukan
Tabel 2. berdasarkan kurva hubungan pH PAN
dan PPAN. Metode penggolongan
Uji pelarutan logam mengacu pada SNI-6597-2011 de-
Keberadaan air asam tambang ngan ketentuan seperti tercantum
juga dapat melarutkan senyawa ion pada Tabel 3.1.
logam berbahaya/bersifat racun se-
perti raksa, timbel, kadmium arsen Lokasi KSD11H
dan lain-lain yang terkandung dalam Lokasi pengeboran di kawasan
mineral sehingga meningkatkan renca pembukaan tambang PIT 1
jumlah ion logam terlarut dalam air. terdiri dari dua titik sampling yaitu
Pelarutan ion logam tersebut sangat KSD11H dan KSD11H2. Jumlah
berbahaya bagi kehidupan di perairan. sampel dari lokasi KSD11H yang
Uji pelarutan logam ini menggunakan dianalisis di laboratorium sebanyak 13
metode TCLP (toxicity characteristic sampel sampai kedalaman 30 m
leaching procedure). TCLP ini diran- sedangkan di lokasi KSDH2 sebanyak
cang untuk menentukan mobilitas 10 sampel sampai kedalaman 29 m.
analit baik organik dan anorganik Lapisan batubara masing-masing
hadir dalam limbah cair, padat, dan berada pada kedalaman 19,75 s.d
multifase. Padatan dengan ukuran 26,20 m dan 21 s.d. 25,8 m. Sampel
kurang dari 1 cm diekstraksi dengan kemudian dianalisis melalui
jumlah cairan pengekstraksi sama penentuan pH paste, pH PAN, PAN,
dengan 20 kali berat dari fase padat. dan PPAN. Data hasil analisis potensi
Cairan ekstraksi yang digunakan AAT di lokasi KSD11H dan KSD11H2
adalah fungsi dari alkalinitas dari masing-masing tertera pada Tabel
sampel. 4.dan 5.
Secara umum penggolongan ber-
dasarkan hasil penentuan pH PAN dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
PPAN di lokasi KSD11H dan KSD11H2
Lokasi pengambilan contoh AAT masing-masing tertera pada gambar
dilakukan di 2 lokasi titik pengambilan yang menunjukkan semua sampel
sampel yang meliputi KSD11H, termasuk kelompok NAF. Sedangkan
KSD11H2,. Data kedalaman penge- penggolongan yang mengacu pada
boran dan pengambilan sampel untuk SNI-6597-2011 dengan ketentuan
setiap lokasi sampling tercantum pada seperti tercantum pada Tabel 3.1.
Tabel 3. Hasil penggolongan yang mengacu
Sampel yang diambil dari SNI tersebut semua sampel
lapangan kemudian dikelompokkan menunjukkan batuan Tipe 1, baik di
sesuai dengan litologi dan kete- lokasi KSD11H maupun KSD11H2
balannya. Litologi berupa batubara, (Tabel 6, dan Tabel 7).
karbonan dan coaly diasumsikan Seperti telah diuraikan di atas, di
sebagai material yang berpotensi lokasi KSD11H dan KSD11H2 me-

83
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2011: 77-96

nunjukkan batuan lapisan penutup pengukuran pada core bore di


termasuk batuan Tipe 1. Tipe 1 KSD11H dan KSD11H2 saja, tidak
merupakan tipe batuan yang tidak dapat digunakan untuk memprediksi
akan membentuk asam tambang secara keseluruhan lokasi yang akan
ketika terpapar di air dan udara di tambang. Untuk menentukan
(oksigen). Hal tersebut juga ditunjang volume yang harus disingkirkan untuk
oleh rasio KPA/PKM pada Tipe 1 ini setiap kelompok perlu analisis dengan
nilainya jauh lebih besar dari 2 jumlah lubang bor yag lebih banyak
(Gambar 6 dan Gambar 7). Rasio dengan memperhitungkan kontur dari
KPA/KPM yang besar menandakan lokasi yang akan ditambang secara
kandungan material/batuan yang keseluruhan. Hal ini perlu dilakukan
berpotensi untuk menetralkan asam untuk menentukan luas areal yang
sangat tinggi sehingga bahan tersebut diperlukan untuk penyimpanan
akan tetap berkadar pH mendekati masing-masing kelompok NAF dan
netral dan tidak menimbulkan PAF. Secara ringkas pengelompokan
masalah air asam tambang. Selain hal dan uraian singkatnya dicantumkan
tersebut juga ditunjang dengan hasil pada Gambar 8 dan 9
analisis pelarutan logam (sampel dari
lokasi KSD11H2) melalui metode TCLP
KESIMPULAN
menunjukkan logam besi terlarutnya
rendah (0,6 g/L) sedangkan kadar Berdasarkan penelitian geokimia
logam kalsium dan magnesiumnya batuan penutup (overburden) pada
masing masing 0,23 g/L dan 0,47 g/L pertambangan batubara pada PIT 1
(Tabel 8). Bila diperhitungkan mol IUP PWR, Kalimantan Timur; maka
ekivalennya total kalsium dan dapat eberapa kesimpulan sebagai
magnesium lebih besar dari besi berikut :
terlarutnya, sehingga walaupun 1) Batuan penutup batubara di Sumur
terbentuk asam akan ternetralkan. KSD11 dan KSD11H tersusun oleh
Dengan demikian batuan ini akan batuan lempung.
aman selama proses penambangan 2) Batuan penutup batubara di sumur
dan tidak perlu penanganan khusus KSD11 dan KSD11H berdasarkan
untuk pencegahan pembentukan acuan SNI-6597-2011 dapat
asam tambang. dikategorikan sebagai batuan Tipe
Berdasarkan hasil analisis potensi 1.
asam dan litologi, seperti telah
3) Pengeplotan rasio pH PAN dan
diuraikan di atas, kemudian dilakukan
PPAN pada kurva pengelompokan
pengelompokan mana yang termasuk
PAF/NAF di lokasi KSD11dan
batuan berpotensi pembentuk air
KSD11H menunjukkan semua
asam tambang (PAF) dan mana yang
sampel termasuk kelompok NAF.
termasuk tidak berpotensi pembentuk
asam tambang (NAF). Pengelompokan 4) Analisa TCLP (toxicity characteristic
batuan tidak hanya berdasarkan hasil leaching procedure ) menunjukkan
analisis laboratorium saja tetapi juga logam besi terlarutnya rendah (0,6
dengan memperhatikan keberadaan g/L) sedangkan kadar logam
batubara, coaly dan karbonan yang kalsium dan magnesiumnya masing
dikelompokkan sebagai PAF. Hasil masing 0,23 g/L dan 0,47 g/L
pengelompokan menunjukkan semua (Tabel 4.7). Bila diperhitungkan
lapisan batuan yang bukan batubara mol ekivalennya total kalsium dan
termasuk NAF (Tabel 9). Sedangkan magnesium lebih besar dari besi
lapisan batubara berada pada terlarutnya, sehingga walaupun
kedalaman sekitar 20 m dengan terbentuk asam akan ternetralkan.
demikian lapisan penutup yang harus 5) Dengan demikian batuan penutup
disingkirkan setebal 20 m. di likasi PIT 1 mempunyai lapisan
Perhitungan ini hanya untuk hasil batuan yang tidak berpotensi

84
Geokimia batuan penutup (overburden) batubara untuk memprediksi potensi air asam tambang
di PIT 1 IUP PWR, di daerah Kasai, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
(Ahmad Helman Hamdani & Yoga Adriana Senjaya)

terbentuknya air asam tambang


(NAF, Tipe 1) ketika terpapar di air
dan udara, sehingga akan aman
selama penambangan dan
penyingkiran lapisan penutup
(overburden).

DAFTAR PUSTAKA
Coal Mine Drainage Prediction and
Pollution Prevention in Pennsyl-
vania.
http://www.dep.state.pa.us/dep/de
putate/minres/districts/cmdp/main.
htm,
Delmar Mining., 2005, Laporan
Eksplorasi Batubara Konses PKP2B
PT. Delmar Mining, Di Kabupaten
Bulungan, Kalimantan Timur (tidak
dipublikasikan)
Situmorang, R.L., and Burhan, G.,
1995a. Geological Map of the
Tanjungredeb Quadrangle, Kali-
mantan, scale 1:250.000.
Geological Research and Develop-
ment Centre, Bandung.
Managing Acid and Metalliferous
Drainage Handbook. Leading
Practice Sustainable Development
Program, Australian Department of
Industry, Tourism & Resources and
Minerals Council of Australia,
February 2007.
SNI 6597: 2011: uji statik pengidenti-
fikasian sumber air asam tambang
SNI 7742:2011: Pengelolaan air asam
tambang

85
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2011: 77-96

Tabel 1. Penggolongan tipe batuan mengacu kepada SNI-6597-2011

Tabel 2. Kriteria klasifikasi geokimia berdasarkan data uji PPAN dan PAN

Tabel 3. Lokasi dan Jumlah Pengambilan Sampel Potensi AAT


Kedalaman Kedalaman Tebal Jumlah Kedalaman Analisa Kedalaman
Lokasi Pemboran Batubara (m) Sampel (m) AAT (m)
(m) (m)
KSD11H 30 19,75 6,45 58 30 13 30
KSD11H2 40 21 4,8 48 29 10 29

86
Geokimia batuan penutup (overburden) batubara untuk memprediksi potensi air asam tambang
di PIT 1 IUP PWR, di daerah Kasai, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
(Ahmad Helman Hamdani & Yoga Adriana Senjaya)

Tabel 4. Hasil analisa geokimia potensi AAT Sumur KSD11H

87
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2011: 77-96

Tabel 5. Hasil analisa geokimia potensi AAT Sumur KSD11H2

88
Geokimia batuan penutup (overburden) batubara untuk memprediksi potensi air asam tambang
di PIT 1 IUP PWR, di daerah Kasai, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
(Ahmad Helman Hamdani & Yoga Adriana Senjaya)

Tabel 6. Pengelompokan Geokimia Material Penutup di Sumur KSD11H

Tabel 7. Pengelompokan Geokimia Material Penutup di Sumur KSD11H

89
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2011: 77-96

Tabel 8. Hasil Analisis Pelarutan Logan Dengan Metoda TCLP

Tabel 9. Pengelompokan PAF dan NAF di loaksi sumur KSD11H dan KSD11H2

90
Geokimia batuan penutup (overburden) batubara untuk memprediksi potensi air asam tambang
di PIT 1 IUP PWR, di daerah Kasai, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
(Ahmad Helman Hamdani & Yoga Adriana Senjaya)

Gambar 1. Lokasi penelitian di daerah IUP PT. PWR di Blok Kasai, Kab. Berau.

Gambar 2.
Peta geologi wilayah IUP PT. Patriot Wiraperkasa; sebagian dari sub cekungan
Berau (Peta Geologi Lembar Tanjung Redeb, Situmorang dan Burhan, 1992

91
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2011: 77-96

Gambar 3.
Stratigrafi daerah penelitian berdasarkan rekonstruksi data pemboran
(Delmar Mining, 2005)

92
Geokimia batuan penutup (overburden) batubara untuk memprediksi potensi air asam tambang
di PIT 1 IUP PWR, di daerah Kasai, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
(Ahmad Helman Hamdani & Yoga Adriana Senjaya)

Gambar 4.
Kurva pengelompokan PAF/NAF berdasarkan hubungan antara
pH PAN dan PPAN di lokasi KSD11H

Gambar 5.
Kurva pengelompokan PAF/NAF berdasarkan hubungan antara
pH PAN dan PPAN di lokasi KSD11H2.

93
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2011: 77-96

Gambar 6. Kurva hubungan antara PKM dan KPA di sumur KSD11H

Gambar 7. Kurva hubungan antara PKM dan KPA di sumur KSD11H2

94
Geokimia batuan penutup (overburden) batubara untuk memprediksi potensi air asam tambang
di PIT 1 IUP PWR, di daerah Kasai, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
(Ahmad Helman Hamdani & Yoga Adriana Senjaya)

Gambar 8. Pengelompokan PAF dan NAF pada contoh batuan di sumur KSD11H

95
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2011: 77-96

Gambar 9. Pengelompokan PAF dan NAF pada contoh batuan di sumur KSD11H2

96

You might also like