You are on page 1of 9

Versi Online: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip J. Teknol.

dan Industri Pangan


DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.27 Vol. 28(1): 27-35 Th. 2017 ISSN: 1979-7788
Hasil Penelitian Terakreditasi Dikti: 80/DIKTI/Kep/2012

SINTESIS NANOPARTIKEL EKSTRAK KULIT MANGGIS MERAH DAN KAJIAN


SIFAT FUNGSIONAL PRODUK ENKAPSULASINYA

[Nanoparticle of Red Mangosteen Peel Extract Synthesis and


the Functional Characteristics of Its Encapsulated Products]

Nurmalia Ningsih1), Sedarnawati Yasni1)*, dan Sri Yuliani2)


1)
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor
2)
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor

Diterima 14 Maret 2017 / Disetujui 18 Mei 2017

ABSTRACT

Utilization of mangosteen fruit waste tends to be less practical, so nanoparticle based encapsulation
is an effective approach. The objective if this research was to utilize the waste from the red mangosteen
peel Garcinia forbesii (GF) and Garcinia mangostana (GM) to produce nanoparticle extract, its
encapsulation products, and determine its functional properties. This research consists of three stages:
extraction, synthesis of nanoparticle, and encapsulation. The parameters evaluated were the yield of
extracts, antioxidant, total phenolic content (TPC), particle size, index of polydispersity, and surface
morphology of the encapsulated product. Synthesis of nanoparticles was carried out by using ionic
gelation method. The functional values was calculated based on 10% extracts in the nanoparticles
solution. The results showed that extraction by reflux method gave better results than that with maceration.
Formula of nanoparticles containing 0.2% of chitosan concentration and 0.1% STPP and products
encapsulated with casein and maltodextrine gave the best result with increased functional values.

Keywords: encapsulation, nanoparticle, red mangosteen skin

ABSTRAK
Pemanfaatan limbah kulit buah manggis cenderung kurang praktis, sehingga enkapsulasi berbasis
nanopartikel merupakan pendekatan yang efektif. Tujuan penelitian ini adalah pemanfaatan limbah kulit
manggis merah Garcinia forbesii (GF) dan Garcinia mangostana (GM) untuk menghasilkan nanopartikel
ekstrak, produk enkapsulasinya, dan mengetahui sifat fungsionalnya. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap,
yaitu ekstraksi, sintesis nanopartikel, dan enkpasulasi. Parameter yang digunakan adalah rendemen
ekstrak, nilai fungsional antioksidan dan Total Senyawa Fenol (TSF), ukuran partikel, indeks
polidispersitas, dan morfologi permukaan enkapsulat. Sintesis nanopartikel dilakukan menggunakan
metode gelasi ionik. Perhitungan nilai fungsional menggunakan konsentrasi ekstrak sebesar 10% dalam
larutan nanopartikel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan metode refluks memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan metode maserasi. Formula 2 nanopartikel dengan konsentrasi
kitosan 0,2% dan STPP 0,1% dan produk enkapsulasinya dengan bahan penyalut Maltodekstrin Kasein
(MK) memberikan hasil yang terbaik dengan peningkatan nilai fungsional.

Kata kunci: enkapsulasi, kulit manggis merah, nanopartikel

PENDAHULUAN 1 manggis biasa (Garcinia mangostana). Komponen


zat aktif terdapat dalam kulit manggis di antaranya
Salah satu buah Indonesia yang potensial ber- xanthon, antosianin, tanin, dan senyawa fenolik
khasiat bagi kesehatan adalah buah manggis. Wa- lainnya. Selain itu juga dilaporkan dapat bertindak
laupun kulit buah manggis tergolong dalam limbah, sebagai pencegah penyakit degeneratif seperti
namun mengandung senyawa zat aktif yang ber- jantung koroner, kanker, diabetes, hipertensi, struk,
khasiat bagi kesehatan. Buah manggis ada berbagai dan penyakit alzheimer (Lako et al., 2007). Pada
jenis, salah satunya manggis merah (Garcinia penelitian Randy (2014) dan Mranani (2015) telah
forbesii) atau dikenal dengan nama mundar dan dilakukan pengolahan minuman fungsional berbasis
Garcinia forbesii dan kajiannya sebagai pengawet
alami. Kulit buah manggis merah memiliki aktivitas
*Penulis Korespondensi: antioksidan yang tinggi sebesar 2216,6±1,06 AAE
E-mail: sedarnawati@yahoo.com

27
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.27 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 27-35 Th. 2017

(μg/mL). Permasalahan yang terjadi dalam peman- manggis dengan hasil yang optimal. Pada ekstraksi
faatan limbah buah kulit manggis yaitu zat aktifnya dilakukan analisis rendemen, aktivitas antioksidan,
sebagai sumber antioksidan alami cenderung dan Total Senyawa Fenol (TSF). Tahap sintesis
kurang praktis, memiliki ketidakstabilan terhadap nanopartikel ekstrak kulit manggis merah dan kulit
warna, kelarutan yang rendah, rasa pahit yang manggis biasa menggunakan metode gelasi ionik
kurang diharapkan, mengalami penurunan sifat dengan dua perlakuan konsentrasi kitosan dan dua
fungsional selama pengolahan maupun penyimpa- perlakuan konsentrasi Sodium tripolifosfat (STPP).
nan, serta bagaimana melindungi zat aktif kulit buah Hasil nanopartikel dianalisis ukuran partikel, indeks
manggis agar optimum sifat fungsionalnya ketika polidispersitas, Transmission Electron Microscopy
diaplikasikan dalam produk pangan. (TEM), aktivitas antioksidan, dan TSF. Formula
Saai ini teknologi nano banyak dikembangkan nanopartikel terpilih dienkapsulasi menggunakan
dan menjadi tren dalam pengembangan dan pening- spray dryer dengan dua perlakuan bahan pengisi
katan kualitas produk pangan fungsional. Nano-tek- yaitu kombinasi antara maltodekstrin (M) (Setia-
nologi sangat berkembang karena memiliki banyak guna, Bogor) dengan derajat ekuivalen DE 13% dan
keunggulan seperti ukuran partikel yang lebih kecil isolat protein (ISP) (Marksoy 90 Markaindo Corp,
memiliki sifat yang khas dibandingkan dengan Indonesia), dan kombinasi antara maltodekstin (M)
ukuran partikel yang lebih besar dan fleksibel di- dan kasein (K) (Sigma-Aldrich, US). Hasil produk
kombinasikan dengan teknologi lain sehingga dapat enkapsulasinya dianalisis dengan Scanning Electron
dikembangkan untuk berbagai keperluan. Teknologi Microscopy (SEM), aktivitas antioksidan, dan TSF.
nano banyak dikembangkan sebagai penghantar zat
aktif dalam suatu produk pangan maupun obat untuk Ekstraksi kulit manggis (Modifikasi Prasad et al.,
mengatur laju pelepasan senyawa zat aktif, mening- 2009 dan Dewandari et al., 2013)
katkan kelarutan, dan meningkatkan penyerapan Buah manggis dicuci dan dipisahkan antara
dalam tubuh. Enkapsulasi berbasis nanopartikel me- kulit dan daging buah. Kulit buah manggis dikering-
rupakan pendekatan yang efektif dalam memasuk- kan dengan suhu 40-50°C sekitar 3 jam sampai
kan senyawa bioaktif dalam bahan pangan. mencapai kadar air 10-12%, kemudian digiling
Tujuan penelitian ini adalah melakukan eks- dengan ukuran 40 mesh. Ekstraksi kulit manggis
traksi ekstrak Garcinia forbesii dan Garcinia ma- akan dilakukan dengan 2 metode, yaitu refluks dan
ngostana, sintesis nanopartikel ekstrak Garcinia maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%
forbesii dan Garcinia mangostana, menghasilkan (Merck, Germany). Bahan baku ditimbang dan di-
produk enkapsulasinya, dan mengetahui sifat fung- tambahkan pelarut dengan perbandingan 1:5 (b/v).
sionalnya. Penggunaan teknologi nano ini diharap- Waktu ekstraksi refluks yang akan dilakukan sekitar
kan berfungsi sebagai pengantar dalam mening- 1 dan 3 jam dengan suhu tidak melebihi 60°C. Se-
katkan dispersi senyawa bioaktif yang diharapkan mentara itu, waktu maserasi yang akan dilakukan
dalam produk makanan, melindungi terhadap de- adalah 6 dan 24 jam pada suhu ruang. Pada ma-
gradasi mutu yang tidak diinginkan, mengurangi sing-masing ampas dilakukan penyaringan dan filtrat
dampak organoleptik yang tidak diharapkan dalam dikumpulkan. Pada ampas dilakukan penambahan
produk makanan, dan meningkatkan bioavailabilitas pelarut dengan perbandingan 1:3. Filtrat dari ma-
serta mengontrol penyerapannya dalam saluran sing-masing cara dicampurkan dan dipekatkan
pencernaan. dengan rotary vaccum evaporator (Buchi R-300,
o
Swizterland) pada suhu 40-45°C sampai 20 brix.
Metode ekstraksi dari kedua metode akan dipilih
BAHAN DAN METODE berdasarkan parameter dari rendemen, aktivitas
antioksidan, dan TSF (AOAC, 2012).
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
Sintesis nanopartikel ekstrak kulit manggis
terdiri dari manggis merah Garcinia forbesii (GF),
(Modifikasi Rismana et al., 2013)
manggis Garcinia mangostana (GM) (diperoleh dari
Sintesis nanopartikel akan dilakukan dengan
konsultan buah-buahan tropis, Mekarsari Bogor),
metode gelasi ionik. Nanopartikel kitosan sebagai
kitosan (diperoleh dari Laboratorium Departemen
penyalut ekstrak kulit manggis akan dibuat dengan
Teknologi Hasil Perikanan, IPB) dengan derajat
mencampurkan STPP (Setia-guna, Bogor), larutan
deasetilasi (DD) 85%.
kitosan, dan ekstrak kulit manggis. Larutan kitosan
Metode dibuat dengan konsentrasi 0,2 dan 1%. Pembuatan
Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu (1) larutan kitosan dengan konsentrasi 0,2% dilakukan
tahap ekstraksi, (2) tahap sintesis nanopartikel, (3) dengan melarutkan 0,2 g kitosan ke dalam 100 mL
tahap enkapsulasi. Tahap ekstraksi dilakukan de- asam asetat glacial (Merck, Germany) 1% untuk
ngan dua metode, yaitu maserasi dan refluks de- Garcinia mangostana dan asam asetat glacial 0,1%
ngan tujuan untuk mendapatkan cara ekstraksi kulit (Merck, Germany) untuk Garcinia forbesii, demikian

28
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.27 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 27-35 Th. 2017

pula dengan konsentrasi kitosan 1%. Sementara itu, gelap selama 20 menit. Selanjutnya dilakukan pe-
larutan STPP 0,2% dibuat dengan mencampurkan ngukuran absorbansi dengan spektrofotometer pada
0,2 g STPP ke dalam 100 mL akuades, begitu pula panjeng gelombang 517 nm. Larutan blanko dibuat
dengan konsentrasi STPP 0,1%. sesuai tahapan diatas, namun mengganti 100 μL
larutan sampel dengan 50 μL metanol (Merck,
Enkapsulasi nanopartikel ekstrak kulit manggis Germany).
(Modifikasi Desai dan Park, 2005)
Setelah pembuatan nanopartikel ditambahkan Analisis total senyawa fenol (Strychartz dan
bahan penyalut dengan total padatan 20% (b/b). Shetty, 2002)
Bahan penyalut terdiri atas kombinasi antara malto- Larutan asam galat (Merck, Germany) yang di-
dekstrin 60% dengan isolat protein kedelai 40% gunakan untuk membuat kurva standar dibuat
(MISP), dan kombinasi antara maltodekastrin 60% dengan melarutkan 10, 25, 50, 75, 100, 125, 150
dengan kasein 40% Maltodekstrin Kasein (MK). ppm asam galat dalam akuades. Larutan reagen
Setelah itu dilakukan homogenisasi selama 5 menit dibuat dengan menambahkan 50 mL larutan
dengan homogenizer (T25 digital Ultra Turrax), akuades dan 50 mL pereaksi Folin CiocalteauI
kemudian dihidrasi seama 18 jam pada suhu 4°C. (Merck, Germany). Sebanyak 0,5 mL larutan standar
Setelah dihidrasi sesaat sebelum di spray dying maupun larutan sampel dalam 2,5 mL akuades dan
dihomogenisasi kembali selama 30 detik. Spray 0,5 mL etanol, lalu dihomogenisasi dan ditambahkan
drying dilakukan dengan Spray Dryer (LabPlant SD- 2,5 mL larutan reagen. Larutan tersebut didiamkan
05) laju umpan 15 mL/menit dengan suhu inlet selama 5 menit dalam ruang gelap, lalu ditambah-
170°C dan tekanan noozle atomizer 1 bar. kan 0,5 mL Na2CO3 5% (Setiaguna, Bogor) (agar
kondisi basa dan folin bekerja optimum) dan
Karakterisasi nanopartike dan enkapsulat nano- didiamkan kembali dalam ruang gelap selama 1 jam
partikel ekstrak kulit manggis setelah itu diukur nilai absorbansinya pada panjang
Karakterisasi sifat fisik nanopartikel dan produk gelombang 725 nm.
enkapsulatnya meliputi pengukuran distribusi ukuran
partikel indeks polidispersitas menggunakan Particle Analisis kadar vitamin C (asam askorbat) (Apri-
Size Analyzer (PSA) (Malvern Zetasizer Nano series yantono et al., 1989)
Nano-ZS, Malvern Instrument, Malvern UK) dengan Larutan 10 g filtrat sampel dalam 10 mL larutan
metode Dynamic Light Scattering. Pengamatan asam metaphosfat 5% (Merck, Germany) - asam
morfologi nanopartikel menggunakan Transmission asetat 10% (Merck, Germany) ditambahkan 0,75 mg
Electron Microscopy (TEM) (FEI Tenchai G2 Spirit arang aktif. Hasil saringan ditambahkan 1 tetes pe-
120 KV) dengan cara sampel diletakkan pada grid reaksi thiourea 10% (Merck, Germany) dan 1 mL
emas dengan ukuran 2,5 mm yang sangat tipis, lalu larutan dinitrofenilhidrazin (Merck, Germany) (dalam
didalam tabung ruang hampa elektron akan menuju tabung reaksi). Balnko dibuat dengan tahap yang
spesimen yang akan menganalisis ukuran sampel sama tanpa penambahan dinitrofenilhidrazin (diganti
pada perbesaran 500-10000x. Pengamatan mor- air). Tabung reaksi ditempatkan dalam water bath
fologi permukaan enkapsulat nanopartikel dilakukan 37°C selama 3 jam, lalu didinginkan dalam es.
menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) Selanjutnya, ditambahkan 5 mL H2SO4 85% (Merck,
(ZEISS EVO MA 10) dengan cara sampel enkap- Germany) dan dibiarkan selama 30 menit, setelah
sulat ditempelkan pada stub dengan diameter 10 itu diukur nilai absorbansinya pada panjang gelom-
mm menggunakan pita perekat dua sisi yang bang 540 nm.
dilapisis emas dan diamati morfologi permukaannya
pada perbesaran 500-5000x.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis aktivitas antioksidan metode DPPH
(Kubo et al., 2002) Hasil ekstraksi tepung Garcinia forbesii (GF)
Analisis aktivitas antioksidan dilakukan dengan dan tepung Garcinia mangostana (GM) pada me-
membuat terlebih dahulu kurva standar mengguna- tode maserasi dan refluks dapat dilihat pada Tabel
kan asam askorbat pada konsentrasi 100, 200, 300, 1. Perhitungan rendemen dilakukan untuk mege-
400, 500, dan 600 ppm. Prosedur pembuatan laru- tahui efisiensi proses ekstraksi. Rendemen diper-
tan standar sama dengan pengujian dengan sampel, oleh dengan membandingkan berat ekstrak (bk)
yaitu dengan memasukkan sebanyak 2 mL larutan dengan berat bahan kering dikali 100%. Ekstraksi
buffer asetat (pH 5,5) dicampurkan dengan 3,75 mL dengan metode maserasi memberikan rendemen
metanol (Merck, Germany) dan 200 μL DPPH (1 yang lebih kecil dibandingkan dengan refluks.
mM) (Merck, Germany) kemudian divortex. Larutan Tingkat polaritas pelarut etanol yang sama dengan
standar atau sampel sebanyak 50 μL dan divortex zat aktif dalam kulit manggis juga sangat mem-
kembali dan diinkubasi pada suhu ruang di tempat pengaruhi jumlah zat aktif yang terekstrak.

29
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.27 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 27-35 Th. 2017

Tabel 1. Hasil eksraksi tepung kulit manggis


Maserasi Refluks
Parameter Sampel
6 jam 24 jam 1 jam 3 jam
a a b b
Rendemen GF 31,34±1,16 32,43±3,07 41,60±1,78 42,00±1,41
c c d d
(%bk) GM 38,54±0,54 40,38±1,00 41,67±0,24 41,53±1,51
a b c d
Aktivitas GF 2550,00±122,47 5550,00±223,60 13425,00±82,91 13100,00±165,83
e f g h
antioksidan GM 2375,00±268,09 4975,00±277,26 12425,00±86,60 10200,00±82,91
AEAC μg/mL
a b c d
Total senyawa GF 291,85±2,37 370,65±3,43 785,87±4,61 861,41±3,21
e f g h
fenol (TSF) GM 4078,80±27,74 4546,00±11,53 5105,98±218,12 5793,48±24,90
GAE μg/mL
pH GF 2,65 2,69 2,51 2,85
GM 2,92 2,74 3,14 3,22
Keterangan: Data merupakan nilai rata-rata±SD (n=2), huruf yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata
pada taraf signifikan 0,05; GF: Garcinia forbesii (kulit manggis merah); GM: Garcinia mangostana (kulit manggis
biasa)

Panas yang digunakan pada metode refluks miliki nilai TSF yang lebih tinggi dibandingakan
dapat menyebabkan degradasi pada dinding sel dengan metode maserasi. Menurut Randy (2014),
sehingga memudahkan senyawa fenol keluar dan kandungan air yang lebih tinggi pada Garcinia
terekstrak serta pemanasan juga dapat mengin- forbesii memberikan pH yang asam yang lebih tinggi
aktivasi enzim polifenol oksidase sehingga dapat karena kandungan asam organik yang sangat kuat
menurunkan kerusakan fenol, meningkatkan ren- seperti asam malat, asam tartarat, asam sitrat, dan
demen, dan meningkatkan stabilitas fenolnya asam asetat. Dalam penelitian ini, hasil analisis
(Susanti, 2008). Melalui metode ekstraksi dengan kandar vitamin C Garcinia forbesii sebesar 10,73
refluks (metode panas) dapat meningkatkan jumlah mg/g. Kandungan asam yang tinggi tersebut sangat
rendemen karena suhu panas yang dibutuhkan oleh berperan dalan memengaruhi nilai aktivitas antiok-
pelarut etanol 70% untuk mencapai titik didih yang sidannya karena kandungan asam organik yang
dapat malarutkan komponen zat aktif yang tidak lebih tinggi pada Garcinia forbesii dibandingkan
terekstrak pada metode maserasi (metode tanpa dengan Garcinia mangostana, sehingga Garcinia
panas) (Dewandari et al., 2013). Hasil pengukuran forbesii memiliki nilai aktivitas antioksidan yang lebih
aktivitas antioksidan ekstrak Garcinia forbesii tinggi (Randy, 2014).
maupun Garcinia mangostana menunjukkan nilai
aktivitas antioksidan tertinggi diperoleh mengguna- Sintesis nanopartikel kulit manggis
kan metode refluks 1 jam. Hasil tersebut disebabkan Nanopartikel merupakan salah satu formulasi
oleh refluks (metode panas) dapat meningkatkan suatu partikel yang terdispersi pada ukuran nano-
jumlah rendemen karena suhu panas yang dibutuh- meter. Kitosan merupakan polimer yang diperoleh
kan oleh pelarut etanol 70% untuk mencapai titik dari hasil hidrolisis polimer kitin cangkang hewan
didih yang dapat malarutkan komponen zat aktif laut (kepiting, udang). Kitosan lebih banyak dipilih
yang tidak terekstrak pada metode maserasi karena memiliki sifat khas, yaitu kemampuan untuk
(metode tanpa panas) (Dewandari et al., 2013). membuka kait antar sel (tight junction) pada mem-
Selain itu, nilai aktivitas antioksidan pada metode bran usus secara sementara (Masotti et al., 2007)
refluks 3 jam lebih rendah dibandingkan dengan sehingga sangat potensial dikembangkan sebagai
metode refluks 1 jam, hal ini dapat disebabkan bahan untuk pembuatan nanopartikel dalam aplikasi
walaupun panas dan pelarut etanol yang digunakan penghantar terkontrol suatu zat aktif. Selain itu,
dapat mengoptimalkan ektraksi senyawa aktif, kitosan yang memiliki muatan positif pada gugus
namun semakin lama waktu dan panas yang amonium dapat berinteraksi ionik dengan asam
digunakan dalam ekstraksi dapat merusak antiok- sialat pada membran intestinal saluran cerna
sidan senyawa aktifnya. Salah satu antioksidan (Vllasaliu et al., 2010). Kitosan juga bersifat biode-
dalam kulit manggis yaitu flavonoid yang merupakan gradable, biokompatibel, food grade, memiliki toksi-
golongan fenol memiliki sistem konjugasi dapat sitas yang rendah (alergi), dan metode preparasi
mudah rusak pada suhu tinggi yang terlalu lama. yang sederhana. Batas maksimum penggunaan
Senyawa fenolik memiliki aktivitas antioksidan kitosan adalah CPPB (jumlah yang secukupnya di-
karena gugus hidroksil fenolik mampu mereduksi perlukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan),
senyawa radikal, namun tidak semua senyawa yang sedangkan STPP memiliki batas penggunaan mak-
memiliki nilai aktivitas antioksidan merupakan se- simum 70 mg/kg bb (BPOM, 2013). Kemampuan
nyawa fenolik. Hasil pengukuran TSF menjukkan kitosan dalam pembuatan nanopartikel sudah ba-
bahwa ekstraksi dengan metode refluks 3 jam me- nyak diteliti, di antaranya nanopartikel paclitaxel

30
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.27 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 27-35 Th. 2017

suatu obat antikanker dengan ukuran 116 nm (Li J ikatan silang semakin rendah dan menyebabkan
dan Qingrong Y, 2012); kombinasi 5-fluorourasil dan ukuran partikel menjadi lebih besar.
leucovorin suatu obat anti kanker kolon dengan
ukuran partikel 40,73-78,53 nm (Li J dan Qingrong F1 F2 F3 F4
Y, 2012), deksametason natrium fosfat suatu obat A
antiinflamasi dengan ukuran partikel 250-350 nm
(Dustgani et al., 2008).
Metode pembuatan nanopartikel kitosan yaitu
dengan metode gelasi ionik. Sodium Tripolifosfat
(STPP) merupakan salah satu poliaion yang banyak
digunakan, dimana larut dalam air mengion mem-
bentuk ion hidroksil dan ion tripolifosfat (Kafshgari et
al., 2011). Reaksi sambung silang secara ionik ter- F1 F2 F3 F4
jadi antara ion tripolifosfat (polianion) dan gugus B
amin -NH3+ (kation) kitosan (Ko S dan Lee SC,
2010). Semakin banyak terjadi reaksi sambung
silang ionik antara kitosan dan STPP, maka semakin
banyak molekul nanopartikel zat aktif yang ter-
bentuk. Pada penelitian Yu-Hsin et al. (2008) mela-
porkan bahwa STPP sebagai polianion berinteraksi
membentuk ikatan silang dengan kitosan yang ber-
sifat kation akan membentuk nanopartikel yang lebih
stabil dan memiliki penembusan membran yang Gambar 1. Larutan nanopartikel ekstrak Garcinia
lebih baik. STPP dipilih memiliki sifat food grade, forbesii (GF) (A) dan Garcinia mango-
lebih aman, dan tidak menimbulkan efek samping. stana (GM) (B)
Hasil pengujian nanopartikel Garcinia forbesii dan
Garcinia mangostana (Gambar 1) terhadap karak-
teristik sifat fisik dan fungsional pada beberapa
formula konsentrasi kitosan dan STPP dapat dilihat
pada Tabel 2. Hasil analisis pada Tabel 2 menunjuk-
kan formula F2 memiliki ukuran partikel terbaik
karena paling kecil dibandingkan formula lainnya
baik pada Garcinia forbesii (Gambar 2) maupun
Garcinia mangostana (Gambar 3). Ukuran partikel
nanopartikel yang disepakati secara umum memiliki Gambar 2. Hasil analisis Transmission Electron
ukuran di bawah 1 mikron atau 1000 nm (Buzea et Microscopy (TEM) nanopartikel ekstrak
al., 2007), namun ukuran dibawah 500 nm memiliki Garcinia forbesii (GF)
karakteristik yang lebih baik. Dalam penelitian ini
formula F2 memberikan hasil yang terbaik, selanjut-
nya akan dilakukan enkapsulasi. Semakin tinggi
konsentrasi kitosan dengan jumlah STPP yang
sama menyebabkan peningkatan ukuran partikel di-
sebabkan aglomerasi pada molekul kitosan, karena
partikel yang terbentuk karena interaksi kitosan dan
STPP lebih banyak dan semakin padat, sehingga
partikel cenderung bergerombol dan beraglomerasi
membentuk agregat menjadi partikel yang lebih
besar berukuran mikro (Wahyono, 2010). Peningka- Gambar 3. Hasil analisis Transmission Electron
tan ukuran partikel dipengaruhi oleh kondisi pH, Microscopy (TEM) nanopartikel ekstrak
volume, dan kecepatan pengadukkan stirrer. Variasi Garcinia mangostana (GM)
pH akan memengaruhi ionisasi kitosan yang akan Nilai indeks polidispersitas menunjukkan
memengaruhi pada kekuatan ikatan pada kompleks keseragaman ukuran partikel. Menurut Yuan et al.
nanopartikel yang terbentuk (Lopez-Leon et al., (2008), semakin kecil nilai indeks polidispersitas
2005). Pada pH rendah tripolifosfat banyak terioni- maka ukuran partikel semakin homogen. Menurut
sasi ke dalam bentuk ion tripolifosfat dibandingkan Avadi et al. (2010), nilai indeks polidispersitas lebih
dengan ion hidroksil, sedangkan pada pH basa besar dari 0,5 menunjukkan heterogenitas yang
sebaliknya, sehingga pada pH basa terbentuknya tinggi, dan sebaliknya jika mendekati nilai 0 menun-
jukkan ukuran partikel yang seragam.

31
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.27 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 27-35 Th. 2017

Table 2. Hasil analisis karakterisasi nanopartikel


Ukuran Partikel Indeks Aktivitas Antioksidan Total Fenol GAE
Formula
(nm) Polidispersitas AEAC (μg/mL) (μg/mL)
a a a a
F1 GF 478,60±17,97 0,45±0,01 4854,17±287,72 1736,41±10,87
b b b a
F2 GF 214,40±3,50 0,36±0,02 5729,17±198,74 1714,67±16,30
c c c a
F3 GF 928,50±69,25 0,52±0,02 5104,17±313,88 1714,67±5,43
d d d a
F4 GF 806,80±35,84 0,60±0,05 4104,17±90,81 1725,54±5,43
a a a a
F1 GM 6897,00±252,03 1,00±0,00 4416,67±544,85 2766,30±19,02
b b a a
F2 GM 285,20±5,99 0,46±0,01 4562,50±198,73 2711,96±13,58
c c b a
F3 GM 764,80±65,08 0,62±0,03 3791,67±131,75 2875,00±8,15
d d b a
F4 GM 1655,00±780,10 0,88±0,08 3020,83±108,25 2828,80±10,87
Keterangan: Data merupakan nilai rata-rata±SD (n=2), huruf yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata
pada taraf signifikan 0,05; GF: Garcinia forbesii, GM: Garcinia mangostana; F1: 0,2% kitosan dan 0,2% STPP; F2:
0,2% kitosan dan 0,1% STPP; F3: 1% kitosan dan 0,2% STPP; F4: 1% kitosan dan 0,1% STPP

Hasil pengujian indeks polidispersitas formula lain dalam bahan pangan (Ahmed et al., 2012).
terpilih F2 pada Garcinia forbesii maupun Garcinia Penggunaan kombinasi bahan penyalut bertujuan
mangostana memiliki nilai indeks polidispersitas untuk mendapatkan nanopartikel sebagai sistem
kurang dari 0,5. Hal ini menunjukkan ukuran partikel penghantar zat aktif terkontrol yang lebih optimal.
nanopartikel sampel formula F2 tersebut masih Maltodekstrin adalah polisakarida yang memiliki sifat
seragam. Ukuran partikel yang tidak seragam dapat yang baik sebagai bahan enkapsulan, aman, tidak
disebabkan karena kecenderungan partikel untuk toksis, dan memiliki batas penggunaan maksimum-
beraglomerasi membentuk agregat partikel yang nya CPP (jumlah yang diperlukan secukupnya untuk
lebih besar. Faktor yang menyebabkan hal tersebut menghasilkan efek yang diinginkan) (BPOM, 2013).
dapat terjadi di antaranya adalah formula kombinasi Selain maltodekstrin, bahan penyalut seperti protein
kitosan dan STPP, pH larutan, kecepatan pengadu- juga dapat digunakan karena sifat yang dapat mem-
kan stirrer, volume saat pengadukan dengan strirrer. bentuk gel sehingga memungkinkan sebagai bahan
Hasil analisis sifat fungsional tersebut dilakukan enkapsulasi zat aktif baik lipofilik maupun hidrofilik
berdasarkan jumlah ekstrak sebesar 10% dari total (Gunasekaran et al., 2007). Selain itu, menurut
larutan nanopartikel karena merupakan jumlah op- Chen et al. (2006) protein juga melindungi senyawa
timal dalam penerapan zat aktif dalam nanopartikel aktif yang sensitif terhadap kondisi di saluran pen-
kulit manggis (Rismana et al., 2013). Berdasarkan cernaan, sehingga dapat menjadi penghantar zat
jumlah ekstrak dalam larutan nanopartikel, nilai sifat aktif secara terkontrol. Kasein dan isolat protein
fungsional nanopartikel mengalami peningkatan. Hal kedelai dipilih dalam penelitian ini sebagai kom-
ini menunjukkan bahwa sintesis nanopartikel yang binasi bahan penyalut karena ketersediaannya yang
membuat ukuran partikel semakin kecil (berukuran melimpah, lebih aman, tidak memiliki efek samping,
nanometer) akan meningkatkan luas permukaan dan murah. Hasil proses spray drying dapat mem-
partikel sehingga permeabilitasnya meningkat, hal berikan rendemen yang berbeda, hal ini dipengaruhi
ini mengakibatkan aktivitas antioksidannya juga me- oleh perbedaan nilai Dextrose Equivalent (DE),
ningkat. Karakterisasi morfologi nanopartikel meng- artinya nilai DE yang lebih tinggi menimbulkan ke-
gunakan TEM dapat dilihat pada (Gambar 2) yaitu cenderungan terjadinya karamelisasi yang semakin
nanopartikel ekstrak Garcinia forbesii (GF) dan tinggi saat dilakukan spray dryer dengan suhu tinggi,
(Gambar 3) yaitu ekstrak Garcinia mangostana (GM) sehingga banyak yang menempel di dinding tabung
menunjukkan bahwa bentuk nanopartikel kurang spray dryer yang mengakibatkan penurunan rende-
seragam. Hal ini dapat disebabkan karena pe- men (Richana et al., 2007).
ngaruh pH pada sampel, dimana pH nanopartikel Hasil pengamatan morfologi permukaan enkap-
Garcinia mangostana (GM) lebih tinggi dibandingkan sulat nanopartikel GM (Gambar 4) dan GF (Gambar
dengan nanopartikel Garcinia forbesii (GF). Hal ini 5) dan dengan bahan penyalut MISP maupun MK
menyebabkan kekuatan ikatan ionik semakin rendah terlihat morfologi permukaannya bulat, mengalami
dan mengakibatkan kecenderungan unruk ber- pengerutan, permukaan kasar, dan bentuknya cen-
aglomerasi membentuk agregat partikel yang lebih derung tidak seragam. Hal ini disebabkan oleh
besar sehingga ukuran partikel menjadi lebih besar. adanya pengaruh panas pada saat proses spray
drying, pengaruh perbandingan kombinasi bahan
Hasil spray drying nanopartikel ekstrak kulit penyalut yang digunakan, laju alir evaporasi, dan
manggis besar tekanan pada saat spray drying. Hal ini juga
Enkapsulasi nanopartikel bertujuan mening- dapat menyebabkan senyawa zat aktif dari nano-
katkan kelarutan karena luas permukaannya yang partikel GM dapat hilang karena tidak terperangkap
besar, mengontrol pelepasan zat bioaktif dalam dengan baik. Faktor yang memengaruhi bentuk
tubuh, serta melindungi dari interaksi dengan zat morfologi bubuk enkapsulat menurut Harris et al.

32
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.27 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 27-35 Th. 2017

(2011) adalah suhu inlet dan laju evaporasi pelarut Pengerutan yang terjadi dari hasil enka-psulasi
saat proses spray drying. Suhu pemanasan yang memengaruhi banyaknya senyawa zat aktif nano-
tinggi pada spray drying juga dapat menyebabkan partikel yang tersalut. Hal ini berkorelasi hasil
hilangnya senyawa aktif sehingga permukaan men- analisis aktivitas antioksidan dan TSF keempat
jadi lebih kasar, mengkerut, dan padat (Deladino et sampel bubuk enkapsulat tersebut. Pengujian akti-
al., 2008). vitas antioksidan dan TSF dilakukan untuk menge-
A tahui apakah terjadi perubahan sifat fungsional
selama proses spray drying. Perhitungan konsen-
trasi ekstrak yang digunakan adalah sebesar 10%
dalam larutan nanopartikel. Hasil analisis aktivitas
antioksidan dan TSF dapat dilihat pada Tabel 3.
Hasil analisis menunjukkan perlakuan dengan
bahan penyalut Maltodekstrin Kasein (MK) memberi-
kan nilai sifat fungsional yang lebih tinggi dibanding-
kan dengan Maltodekstrin Isolat Protein Kedelai
(MISP). Hal ini menunjukkan bahwa perlakukan
dengan bahan penyalut MK dapat melindungi zat
B aktif dengan lebih baik dibandingkan dengan MISP.
Semakin tinggi luas permukaan suatu partikel,
semakin tinggi pula nilai aktivitas antioksidan dan
TSF sampel. Dengan demikian, hal ini dapat men-
jadi pertimbangan untuk menurunkan penggunaan
dosis nanopartikel dalam aplikasinya ke dalam
pangan seperti minuman, karena dengan dosis yang
kecil dapat memberikan nilai aktivitas antioksidan
yang tinggi. Namun, perlu dikaji dalam penelitian se-
lanjutnya terkait dengan dosis penggunaan nano-
Gambar 4. Hasil analisis SEM enkapsulat nano- partikel ini dalam aplikasinya ke produk pangan,
partikel ekstrak GM bahan penyalut baik secara in vitro maupun in vivo.
MISP (maltodekstrin 60% dan isolat
protein 40%) (A) dan MK (maltodekstrin Tabel 3. Hasil analisis sifat fungsional enkapsulat
60% dan kasein 40%) (B) nanopartikel GF dan GM
Metode Aktivitas Total Senyawa
A Sampel Perlakuan Antioksidan Fenol (TSF)
Ekstraksi (μg/mL) (μg/mL)
G. M : ISP 4283,33± 1375,00±
a a
forbesii 60%:40% 721,68 8,35
M:K 5550,00± 2896,74±
b b
60%:40% 223,61 84,33
G. M : ISP 3133,33± 1743,48±
a a
mango- 60%:40% 317,98 54,67
stana M:K 5766,67± 2958,70±
b b
60%:40% 317,98 168,24
B Keterangan: Data merupakan nilai rata-rata±SD (n=2),
huruf yang sama pada kolom menunjukkan tidak ber-
beda nyata pada taraf signifikan 0,05; M: Malto-
dekstrin; ISP: Isolat protein; K: Kasein

KESIMPULAN

Ekstraksi dengan menggunakan metode refluks


1 jam memberikan hasil terbaik berdasarkan para-
meter rendemen dan sifat fungsionalnya. Formula 2
Gambar 5. Hasil analisis SEM enkapsulat nano- nanopartikel ekstrak Garcinia forbesii dan Garcinia
partikel ekstrak GF bahan penyalut mangostana terpilih yaitu konsentrasi kitosan 0,2%
MISP (maltodekstrin 60% dan isolat dan STPP 0,1% yang memberikan hasil sifat fisik
protein 40%) (A) dan MK (maltodekstrin dan fungsional yang terbaik dengan nilai ukuran
60% dan kasein 40%) (B) partikel 214,4±3,51 nm dan 285,2±5,99 nm. Hasil

33
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.27 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 27-35 Th. 2017

pengamatan morfologi permukaan enkapsulat nano- Desai GH, Park HJ. 2005. Recent developments in
partikel yaitu bulat mengalami pengerutan, permuka- microencapsulation of food ingredients. J Dry
an kasar, dan bentuknya cenderung tidak seragam. Technol 23: 1361-1394. DOI: 10.1081/drt-200
Perhitungan konsentrasi ekstrak yang digunakan 063478.
sebesar 10% dalam larutan nanopartikel memberi- Dustgani A, Ebrahim V, Mohammad I. 2008. Prepa-
kan peningkatan nilai sifat fungsional. Hasil analisis ration of chitosan nanoparticles loaded by dexa-
sifat fungsional enkapsulat terbaik adalah dengan methasone phosphat. Iranian J Pharm Sci 4:
bahan penyalut MK yang menunjukkan zat aktif 111-114.
nanopartikel dapat terlindungi dengan baik. Dengan Gunasekaran S, Sanghoon Ko, Lan Xiao. 2007. Use
demikian, Formula 2 dan pembuatan nanopartikel of whey protein foe encapsulation and con-
dan enkapsulat dengan bahan penyalut MK mem- trolled delivery applications. J Food Eng 83: 31-
berikan peningkatan nilai fungsional. 40. DOI: 10.1016/j.jfoodeng.2006.11.001.
Harris R, Lecumberri E, Mateos A, Mengibar M,
DAFTAR PUSTAKA Heras A. 2011. Chitosan nanoparticles and
microsphere for the encapsulation of natural
Ahmed K, Yan L, David JM, Hang X. 2012. Nano- antioxidants extracted from Ilex paraguariensis.
emulsion and emulsion based delivery system Carbohyd Polym 84: 803-806. DOI: 10.1016/j.
for curcumin: Encapsulation and release pro- carbpol.2010.07.003.
perties. Food Chem 132: 799-807. DOI: 10.101 Kafshgari MH, Khorram M, Khodadoost M, Khavari
6/j.foodchem.2011.11.039. S. 2011. Reinforcement of chitosan nanoparti-
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. cles obtained by an ionic cross-linking process.
th
2012. Official Methods of Analysis 16 Ed. Iranian J Polym 20: 445-456.
Arlington (US): Virginia A. Ko S, Lee SC. 2010. Effect of nanoliposomes on the
Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarna- stabilization of incorporated retinol. Afr J
wati, Budiyanto S. 1989. Petunjuk Laboratorium Biotechnol 9: 6158-6161.
Analisis Pangan. Bogor (ID): PAU Pangan dan Kubo I, Masuoka N, Xiao P, Haraguchi H. 2002.
Gizi Press. Antioxidant activity of dodecyl gallate. J Agr
Avadi MR, Assal MMS, Nasser M, Saideh A, Food Chem 50: 3533-3539. DOI: 10.1021/
Fatemeh A, Rassoul D, and Morteza R. 2010. jf011250h.
Preparation and characterization of insulin Lako J, Trenerry VC, Wahlqvist M, Wattanapen-
nanoparticle using chitosan and arabic gum paiboon N, Sotheeswaran S, Premier R. 2007.
with ionic gelation method. Nanomed Nano- Phytochemical flavonols, carotenoids and the
technol 6: 58-63. DOI: 10.1016/j.nano.2009.04. oxidant properties of a wide selection of fijian
007. fruit, vegetables and other readily available
[BPOM] Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat foods. Food Chem 101: 1727-1741. DOI: 10.10
dan Makanan. 2013. Peraturan Nomor 24 16/j.foodchem.2006.01.031.
Tahun 2013 Tentang Bahan Tambahan Pangan Li J, Qingrong Y. 2012. Rheological properties of
Penstabil. Jakarta (ID): BPOM. chitosan–tripolyphosphate complexes: From
Buzea C, Pacheco II, and Robbie K. 2007. Nano- suspensions to microgels. Carbohyd Polym 87:
material and nanoparticle: sources and toxicity. 1670–1677. DOI: 10.1016/j.carbpol.2011.09.07
Biointerphases 2: MR17. DOI: 10.1116/1.28 4.
15690. Lopez-Leon T, Carvalho ELS, Seijo B, Ortega-
Chen L, Gabriel ER, Muriel S. 2006. Food protein- Vinuesa JL, Bastos-Gozales D. 2005. Physico-
based materials as nutraceutical delivery sys- chemical characterization of chitosan nano-
tems. Trends Food Sci Technol 17: 272-283. particles: electrokinetic and stability behavior. J
DOI: 10.1016/j.tifs.2005.12.011. Colloid Interf Sci 238: 344-351. DOI: 10.1016/
Deladino L, Anbinder PS, Navarro AS, and Martino j.jcis.2004.08.186.
MN. 2008. Encapsulation of natural antioxidants Masotti A, Marino F, Ortaggi, Palocci C. 2007.
extracted from Ilex paraguariesnsis. Carbohyd Fluorescence and Scanning Electron Micros-
Polym 71: 126-134. DOI: 10.1016/j.carbpol.20 copy of Chitosan/DNA nanoparticles for appli-
07.05.030. cations. Modern Res Educational Topics
Dewandari KK, Yuliani S, Yasni S. 2013. Ekstraksi Microscopy 690-696.
dan karakterisasi nanopartikel eksrak sirih Mranani SA. 2015. Pemanfaatan Potensi Manggis
merah (Piper crocatum). J Penel Pascapanen Merah (Garcinia forbesii) sebagai Pengawet
Pertanian 10: 65-71. DOI: 10.21082/jpasca. Alami dan Minuman Fungsional. [Skripsi].
v10n2.2013.58-65.

34
DOI: 10.6066/jtip.2017.28.1.27 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 28(1): 27-35 Th. 2017

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan. Biochem 37: 805-812 DOI: 10.1016/s0032-959
Institut Pertanian Bogor. 2(01)00267-9.
Prasad KN, En Y, Chun Y, Mouming Z, Yueming J. Susanti DY. 2008. Efek Suhu Pengeringan terhadap
2009. Effects of high pressure exraction on the Kandungan Fenolik dan Kandungan Katekin
extraction yield, total phenolic content and Ekstrak Daun Kering Gambir. Prosiding
antioxidant activity of longan fruit pericarp. Seminar Nasional Teknik Pertanian Universitas
Innov Food Sci Emerg 10: 155-159. DOI: Gajah Mada. Yogyakarta (ID): UGM Press.
10.1016/j.ifset.2008.11.007. Vllasaliu D, Hariis R, Heras A, Casettari L, Garnett
Randy M. 2014. Kajian Pemanfaatan dan Pengem- M, Illum L, Stolnik S. 2010. Tight junction
bangan Potensi Ekstrak Manggis Merah modulation by chitosan nanoparticles: Compari-
(Garcinia Forbesii) Sebagai Minuman Fungsio- son with chitosan solution. Int J Pharma 400:
nal Kaya Antioksidan dan Kestabilannya. 183-193. DOI: 10.1016/j.ijpharm.2010.08.020.
[Skripsi]. Bogor (ID) Fakultas Teknologi Perta- Wahyono D. 2010. Ciri Nanopartikel Kitosan dan
nian, Institut Pertanian Bogor. Pengaruhnya pada Ukuran Partikel dan
Richana N, Fiena S, Pujoyuwono, Heti H. 2007. Efisiensi Penyalutan Ketoprofen. [Tesis]. Bogor
Optimasi Proses Produksi Maltodekstrin dan (ID): Program Studi Kimia Sekolah Pascasar-
Tapioka Menggunakan Spray Drying. Prosiding jana, Institut Pertanian Bogor.
Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pasca- Yuan Y, Gao Y, Zhao J, Mao L. 2008. Characteri-
panen Untuk Pengembangan Industri Berbasis zation and stability evaluation of β-carotene
Pertanian. Bogor (ID): Pascapanen Press. nanoparticles prepared by high pressure homo-
Rismana E, Susi K, Olivia B, Idah R, Marahmah. genization under various emulsifying conditions.
2013. Sintesis dan karakterisasi nanopartikel Food Res Int 41: 61–68. DOI: 10.1016/j.food
kitosan-ekstrak kulit manggis (Garcinia res.2007.09.006.
mangostana). J Penelitian Sains Teknol 14: Yu-Hsin L, Kiran S, Kurt ML, Jyuhn HJ, Long F, Han
189-196. Y, Hsing WS. 2008. Multi-ion-crosslinked nano-
Strychartz S, Shetty K. 2002. Peroxidase activity particle with pH-responsive charateristics for
and phenolic content in elite clonal lines of Met- oral delivery of protein drugs. J Controlled Rele-
ha Pulegium in respense to polymeric dye R- ase 132: 141-149. DOI: 10.1016/j.jconrel.2008.
478 and Agrobactericum rhizogenes. Process 08.020.

35

You might also like