Professional Documents
Culture Documents
Aspek Sosio-Psikologis Usia Lanjut Di Indonesia: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada
Aspek Sosio-Psikologis Usia Lanjut Di Indonesia: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada
Johana E. Prawitasari *
Abstract
Old age can be considered as the last phase of development in the life of men.
Although most Indonesians have to retire at 55 years, it is more appropriate to consider the
age group 65 and over as the old age group. This last phase of human development is a result of
the success of earlier development. If the tasks of earlier developments was succesfully undertaken,
the individual will be able to adapt to the changes which have to faced in old age.
As the present and the near future the position of old age people in Indonesia will still
be a respectable one. Homes for old people will be required for the low socio-economic groups. It
is necessary that old persons maintain activities to be healthy and happy. To face old age it
is necessary to make adequate preparations. Good mental and physical health is very important.
Those who do not have good health and are suffering from terminal diseases may need hospices.
Hospices can be developed as places where old people and their famities can leam to face death
and dyling.
In Yogyakarta where life expectancy has already reached 70 years for women and 68 years
for men, "posyandu" or integrated health posts for old people have been developed. The
"posyandu" for old people must also be developed in other areas of Indonesia, where old age
have become a
problem.
usila untuk bersedia berubah seperti itu. Salah sehingga akan banyak dijumpai manusia usila.
satu penyebabnya adalah adanya perasaao Contohnya adalah Yogyakarta. Usia harapan
bahwa ia telah berpengalaman. Jadi karena hidup adalah 70 tahun bagi wanita dan 68 tahun
ketuaannya ia merasa Jebih tahu daripada bagi pria. Hal ini mendekati barapan hidup
mereka yang muda. la merasa tidak perlu orang Amerika yang lebih tua dua tahun saja.
belajar lagi. Anggapannya bahwa apa yang Situasi demikian ini teotu mempunyai dampak
diketahuinya telah cukup untuk menghadapi terteotu, misalnya negara iui akan dipenuhi
masyarakat yang konsumtif dan kurang
kehidupan sebari-hari. Mungkin pula karena
produktif. Untuk itu perlu Jangkah-langkah
keterbatasan ingatan, ia tidak mampu lagi
kongkrit untuk mempersiapkan manusia usila
belajar. lni yang kadang-kadang menghambat
supaya mer eka dapat sehat fisik
kelenturan untuk berubah, sehingga tcrkesan
maupun mentalnya. Meskipun mereka telah
kaku. mengalami usila, mer eka tetap d apat
Batasan umur mengenai masa usila masih berkarya dan produktif sehingga m e r ek
diperdebatkan oleh para ahli yang banyak a mempunyai perasaan positif tcrhadap diri
meneliti masalah ini. Ada yang mengatakan mereka sendiri.
bahwa usia lanjut dimulai sejak seseorang Dalam tulisan ini akan dik ernukak an
dipensiun dari pekerjaannya. Padahal masa tentang masa usila. Kemudian akan
pensiun orang Indonesia dimuJai ketika ia dikemukakan tentang manusia usila Indonesia.
berumur 55, kecuali untuk orang dengan fungsi Akan dikemukakan pula aspek sosio-psikologik
tertentu seperti profesor, ahli hukum, dokter baik saat ini rnaupun kecenderungan di masa
atau profesional lain yang biasanya pensiun menjelang tahun 2000. Langkah-langkah yang
ketika ia berumur 65 tahun. Banyak orang di perlu dilakukan untuk mcngaotisipasi
Indonesia beranggapan bahwa ia telah tua keceoderungan tersebut akan pula dikemu•
karena ia telah mempunyai cucu meskipun ia kakan. Tulisan ini ak an dia khir i
belum pensiun. Untuk itu seyogyanya batas dengan kesimpuJan. Pembahasan tulisan
masa usila adalah umur 65 sampai mati, karena berdasarkan kepustakaan, basil peoelitian, dan
usia 55 masih merupakan masa usia tengah baya. pengamatan di lingkungan masyarakat.
76
usila di Indonesia mempunyai kelebihan 5
Jakarta merasa cukup bahagia hidup di sana.
dtbandingkan dengan manusia usila di negara• Penelitian Dersonolo menyebutkan bahwa
negara yang telah maju seperti di Amerika mereka yang masih bekerja dalam usia lanjut
Serikat. Selain mereka biasanya masih dihargai akan lebih bahagia dan harga · dirinya tetap
7
oleh anak cucunya maupun masyarakat di tinggi. Siti Rabayu Haditono dkk.
8
sekitarnya, mereka biasanya juga aktif dalam men yamp aikan laporan ya�g senada. •
mengasuh cucu-cucu mereka. Mereka biasanya Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa
tinggal di rumah sendiri atau rumah anak atau orang di masa usila lebih senang mempunyai
aktivitas dan mempunyai bubµngan sosial, baik
cucunya, bukan di panti wreda.
untuk kelompok yang bekerja maupun yang
Beberapa penelitian menunjukkan adanya tidak bekerja. Penelitian Sri Mulyani Martaniah
keragaman kehidupan manusia usila Indonesia. 9
juga menunjukkan fenomena yang saipa.
Ada yang hidup bahagia di panti wreda. Ada Manusia usila masih menghendaki aktivitas,
yang lebih suka mandiri dan tinggal di rumah pergaulan dan kemandirian. Kebanyakan
sendiri. Banyak yang masih menghendaki manusia lansia lebih menyukai kerja sosial atau
tinggal di rumah anak. Menurut penelitian kegiatan lain untuk mengisi waktu luang
Rianto Adi, orang yang masuk ke panti wreda mereka. Selain itu sebagian dari mereka masih
biasanya berasal dari keluarga miskin dan mengharapkan pekerjaan yang menghasilkan
biasanya atas permintaannya sendiri atau uang clan prestise. Evans yang meneliti
kiriman dari dinas sosial.5 Siti Rahayu kesehatan dan kesejahteraan orang-orang tua
Haditono melaporkan bahwa manusia usila di J awa di Solo, menyatakan bahwa keluarga besar
Yogyakarta, Manado, Padang dan Surabaya yang biasanya clipunyai oleb orang Jawa
mempunyai preferensi tempat tinggal yang merupakan sumber penopang ekonomi maupun
6
berbeda. Secara umum penelitian ini emosi, clan akan merawat anggota kel uarga yang
menunjukkan bahwa preferensi untuk hidup lebih tua. Banyak duda tua hidup dengan ana.k
bersama anak masih menonjol, Preferensi hidup perempuan mereka, akan tetapi banyak janda
mandiri di sebuah pemukiman khusus didisain
tua dan beberapa duda tua bidup sendiri.i"
untuk manusia usila mulai diminati. Bahkan
Senada clengan basil penelitian Evans tersebut,
orang Manado jauh lebih suka hidup di
Siti Rahayu Haditono melaporkan bahwa
pemukiman khusus tersebut dibandingkan
manusia usila merasa kesepian sebingga mereka
orang Yogyakarta, Surabaya, dan Padang Orang
mendekatkan diri pada Toban. Mereka yang
Yogyakarta lebih senang hidup di rumahnya
mandiri di rumah sendiri merasa adanya
sendiri. Beberapa penelitian menunjukkan
kehangatan dan tidak terlalu merisaukan
bahwa manusia usila di Indonesia merasa cukup
keterbatasan ekonomi. Sebaliknya mereka yang
bahagia. Akan tetapi ada pula yang merasa
tinggal di panti wreda merasa sedih karena
kesepian. Rianto Adi selanjutnya melaporkan
keterbatasan ekonomi, meskipun kebutuhan
bahwa orang usila di beberapa panti wreda di
mereka sehari-sehari terpenuhi. lebih lanjut
dilaporkan tidak adanya keinginan mandiri bagi ketrampilannya, kelebihan dan kelemahannya,
mereka yang berada di panti wreda. Keduanya ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Iapun
baik yang di panti maupun tinggal di rumah mengenal apa yang d.ipikirkan, dirasakan, dan
sen menya dari1 k e luaannya. dilakukannya, serta menggunakan kemampuan
dim. 1l psikologisnya dalam hubungannya dengan
individu lainnya. Memberi dan menerima
Aspek Sosio-Psikologik.
dukungan psikologis dan sosial merupakan
Manusia sebagai makhluk sosial tidak
warna yang selalu ada dalam bubungan antar
akan terlepas dari lingkungan sosialnya. Ia tidak manusia, Hubungan antar individu berdasarkan
akan dapat hidup tanpa manusia lainnya. Saling kemampuan ini yang disebut aspek sosial
bergantung satu dengan lainnya merupakan ciri psikologis.
khas manusia. Seorang bayi tidak akan dapat Saat ini Indonesia sedang membangun di
tumbuh dan berkembang tanpa r aw at
segala bidang. Dalam pengembangan ini sering
an, tun tu nan, dan didikan orang tua atau orang
timbul perubahan-perubahan yang menggon•
yang merawatnya. Setelah menjadi anak-anak
cangkan. Inflasi yang dialami merupakan contoh
dan mulai bersekolah, ia mulai
kongkrit, sehingga barang-barang melonjak
membutuhkan teman-temannya di samping
naik. Selain itu mungkin pula terjadi
orang tuanya dan saudara-saudaranya. Ketika
ketimpangan sosial yang dapat diamati secara
mencapai usia remaja, secara fisik telah
nyata oleh masyarakat luas. Banyaknya korupsi
matang, tetapi secara psikologis, ekonomis,
maupun penyelewengan, baik yang dilaku.kan
maupun sosial ia mungkin masih mentah.
oleh individu ataupun oleh sekelompok individu
Remaja membutuhkan dukungan emosi
memperparah situasi. Keadaan sosial seperti ini
dan ekonomi. lni akan dibawanya sampai
mungkin akan menimbulkan ketegangan
menjadi dewasa. Setelah dewasa dan punya psikologis ataupun tekanan psikologis yang
penghasilan sendiri, ia dapat terlepas dari lebih dikenal dengan istilah stress. Mungkin
ketergantungan ekonomi. Dukungan pula terjadi yang disebut oleh Eisdofcr dan
emosi dan psikologis akan tetap dibutubkan Wilkie sebagai "secondary aging" yaitu
sampai menjelang kematiannya. Dalam ketidakmampuan yang disebabkan oleh trauma
hidup, ia masih harus tetap belajar atau sakit kronik. Mungkin pula terjadi
menyusaikan diri dengan lingkungan dan perubahan-perubahan dcgeneratif yang timbul
kenyataan yang dihadapinya. Penyusaian diri ini karena stress yang dialarni oleh individu.Stress
akan dibawa terus sampai usia dewasa, usila, ini dapat memercepat proses ketuaan dalam
bahkan sampai mendekati ajalnya. waktu tertentu. Degenerasi akan pula
Manusia lansia tidak akan terlepas dari bertambah apabila terjadi penyakit fisik dan
aspek sosio-psikologik ini. Sebagai individu ia berinterraksi dengan usia lanjut."
mengenal dirinya baik kemampuannya,
Proses ketuaan ini mungkin pula terjadi untuk mengatasi masalab yang dihadapi
pada manusia Indonesia sekarang ini. Apabila dibandingkan dengan mereka yang
disertai faktor-faktor psikosial seperti pola berpendidikan lebih rendah. Selain itu bagi
perilaku tipe A dengan karakteristik mudah wanita usila terutama setelah mereka berusia
cemas dan selalu takut, perubahan-perubahan lebih dari 70 tahun, kesadaran religius
hidup yang meoekan seperti kebilangan orang 14
mempunyai arti signifikan. Kesadaran religius
yang dicintai entab karena kematian atau ini mempunyai hubungan dengan kecemasan
perceraian. Individu akan mudah memperoleh yang merupakan bentuk goncangan emosi yang
4
sakit jantung koroner. • Demikian pula sering dialami manusia usila. Lebih lanjut Lidia
penelitian Durkheim tentang butuh diri L. Hidayat mengemukakan dalam penelitiannya
menunjukkan hal yang sama. Ahli ini bahwa kesadaran religius ini merupakan
berpendapat bahwa tingkah laku harus ungkapan keadaan sosio-psikologik mereka. Ia
diterangkan melalui kehidupan masyarakat menyadari bahwa ia membutuhkan kepasrahan
12
tempat individu tadi berada. Selain itu Gentry total terhadap Yang Kuasa. Untuk itu ia akan
dan Kobasa menyebutkan pentingnya dukungao
aktif dalam kegiatan sosial dan spiritual untuk
sosial dan cara individu mengatasi masalah yang mempersiapkan diri sebelum ia mati.
15
tinggi yaitu 70 tahun di Yogyakarta bagi wanita dalam contob ini perlu mengetahui Jebih lanjut
dan 68 tahun bagi pria. kedudukannya dalam rumab tangga anak
Berdasarkan prakiraan di atas, pada tahun cucunya. Sik.ap keluarganya tersebut terhadap
2000 nanti akan banyak manusia usila di dirinya, dan sikap dirinya sendiri terhadap diri
Indonesia. Mungk.in akan lebih dibutuhkan maupun keluarganya perlu diketahui. Apakah
"hospice" untuk orang tua yang sakit-sakitan ia dihormati, dicintai, at au justru
dan bagi mereka yang mengalami penyakit ditolak, diabaikan oleh keluarganya perlu
18
terminal, seperti kanker, dan gaga! ginjai. dipertanyakan. Kalau ia dibormati tentunya
Hospis ini merupakan tempat tinggaJ untuk ketika s akit seluruh keluarganya
mereka yang tidak dapat disembuhkan. akan memperbatikannya. Tidak demikian bila
Pelayanan di hospis lebib ditekankan pada ia diabaikan bahkan ditolak oleh keluarganya,
pengurangan rasa sakit dan bukan pada ia tidak diperhatikan meskipun sakit terminal.
penyembuban. Selain itu juga diberikan Dukungan sosial yang diperoleh dari keluarga,
persiapan untuk mengbadapi kematian baik. staf rurnah sakit akan membuat penderitaannya
untuk penderita maupun keluarganya. lebih ringan. Lain bila dukungan sosial rendah,
Selaio bospis mungk.in peodekatan sistem penyakit yang diderita akan dirasakan lebih
Saal ini dan menjelang tahun 2000 4. Eisdorfer, C. & Wilkie, F. Stress, Disease, aging
diperkirakan bahwa manusia usila Indonesia and behavior. (1977). Dalam J.E. Birren & KW.
tetap mempunyai kedudukan yang terhormat Schaie (Eds.) Handbook of the psychology or aging.
New York : Van Nostrand Reinhold.
terutama pada golongan menengah dan alas.
Panti wreda diperkirakan tetap untuk golongan 5. Rianto Adi. (1982). The qed In the homes for the
aged In Jakarta: Status and perceptlons, Jakarta
bawah dan tidak mampu. Apabila pada. masa
: Pusat Penelitian Universitas Katholik Indonesia
usila individu dapat tetap aktif, dapat Atma Jaya.
diharapkan bahwa mereka akan lebih bahagia.
6. Siti Rahayu Haditono. (1991). Preferensi tempat
Untuk menghadapi masa usila dibutuhkan tinggal dan perlakuan yang diharapkan di masa usia
persiapan yang baik. Kesehatan jasmani dan lanjut. Laporan PeneUtlan. Yogyakarta : Fakultas
mental merupakan syarat yang sangat dominan Psikologi IJGM.
uotuk menentukan kesejahteraan masa usila. 7. Dersonolo, D.L (1981). Studi tentang perbedaan
Bagi mereka yang tidak mempunyai kesehatan self-esteem antara orang usia lanjut yang bekerja
jasmaoi yang baik dan muogkin mengalami dengan orang usia lanjut yang tidak bekerja di kota
Pati. Skrlpsl tak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas
penyakit terminal, tampakmya hospis dapat
Psikologi UGM.
diguoakao sebagai alternatif perawatan. Hospis
dapat dikembaogkan untuk tempat persiapan 8. Siti Rahayu Haditono, dkk. (1983). Aktlvitas dan
nonakthltas dalam bubungan dengan rasa
kematian baik uotuk pasien maupuo anggota
kebab11gla11n dalam usla lanjut. Yogyakarta
keluargaoya. Selaio itu akhir-akhir ioi Posyaodu Fakultas Psikologi UGM
uotuk uotuk usila juga telah diselenggarakao.
9. Sri Mulyani Martaniah. (1988). Kemampuan dan
Sebaiknya Posyandu usila dapat dikembangkao
kebutuhan psikologis kaum usia lanjut, Laporan
di daerah-daerah lain meoiru percontohao di PeneUtlan. Yogyakarta: Lernbaga Penelitian UGM.
Yogyakarta.
10. Evans, J. The bee.Ith and well belng of old people
In a Javanese city, Surakarta. (1982). Canberra :
Daftar RuJukan the Australian National University Research School
of Social Sciences, Dept. of Demography.
1. Nietzel, M.T. & Bernstein, D.A. (1987).
lntrocladlon to cllnJcal psychology (2nd,ed). 11. Siti Rahayu Haditono. (1988). Kebutuhan dan citra
Englewood Giff, NJ. : Prentice-Hall. diri orang lanjut usia. Laporan Peoelltlan.
Yogyakarta : Lembaga Penelitian UGM.
2. Birren, J.E. & Renner, VJ. (1977). Research on
the psychology of aging. Dalam J.E. Birren & KW. 12. Syme, S.L. (1984). Sociocultural factors and disease
Sehaie (Eds.), Handbook or the psychology or aging. etiology. Dalam W.O. Gentry (Ed.), Handbook of
New York : Van Nostrand Reinhold. behavioral medlcloe. New York: the Guilford Press.
3. Lowenthal, M.F. (1977). Toward a 13. Gentry, W.D. & Kobasa, S.C.O. (1984). Social
sociopsychological theory change in adulthood and psychological resources mediating stress-ilness
old age. Dalam J.E. Birren & KW. Schaie (Eds.) relationships in humans. Dalam W.D. Gentry (Ed)
Handbook or the psychology of aging. New Yark: Handbook or behavioral medicine. New York : The
Van Nostrand Reinhard. Guilford Press.
14. Nining Setyowati. (1985). Hubungan antara tingkat 17. Pasay, N.H.A. (1984). lmpll.kasl soslal ekonoml
pendidikan dan usia dengan tingkah laku "coping" penduduk Indonesia yang menua l !>80-2000.
pada wanita lanjut usia yang tinggal di panti wreda. Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
SlaipsL Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. UI.
15. Lidia L. Hidayat. (1983). Studi pendahuluan
18. Levy, S. (1981). The psychological assessment of the
mengenai hubungan antara usia dengan tingkat
kesadaran rcligius pada wanita-wanita usia lanjut. chronically ill geriatric patients. Dalam C.K. Prokop
& LA. Bradley. Medical psychology: contributions
SlaipsL Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
to behavioral medicine. New York: Academic Press.
16. Keyfitz, N. (1985). lndooeslao population lo the
21 th century. Yogyakarta : Pusat Penelitian 19. Brubaker, E. (1987). Working with the elderly.
Kependudukan UGM. Newbury Park, CA : Sage.