You are on page 1of 11

ASPEK SOSIO-PSIKOLOGIS USIA LANJUT DI INDONESIA

Johana E. Prawitasari *
Abstract

THE SOCIO-PSYCHOLOGIC ASPECT OF OLD AGE IN INDONESIA

Old age can be considered as the last phase of development in the life of men.
Although most Indonesians have to retire at 55 years, it is more appropriate to consider the
age group 65 and over as the old age group. This last phase of human development is a result of
the success of earlier development. If the tasks of earlier developments was succesfully undertaken,
the individual will be able to adapt to the changes which have to faced in old age.
As the present and the near future the position of old age people in Indonesia will still
be a respectable one. Homes for old people will be required for the low socio-economic groups. It
is necessary that old persons maintain activities to be healthy and happy. To face old age it
is necessary to make adequate preparations. Good mental and physical health is very important.
Those who do not have good health and are suffering from terminal diseases may need hospices.
Hospices can be developed as places where old people and their famities can leam to face death
and dyling.
In Yogyakarta where life expectancy has already reached 70 years for women and 68 years
for men, "posyandu" or integrated health posts for old people have been developed. The
"posyandu" for old people must also be developed in other areas of Indonesia, where old age
have become a
problem.

Pendahuluan perkembangan psikologis, sosial, dan spiritual


tidak akan pernah berhenti. Manusia selalu
Masa usia lanjut (usila) adalah masa belajar dari pengalaman sejak lahir sampai
perkembangan terakhir dalam hidup manusia. mendekati akhir hayatnya. Ia akan selalu belajar
Dikatakan sebagai perkembangan terakhir oleh dan berubah untuk menyesuaikan diri dengan
karena ada sebagian anggapan bahwa ha) yang dibadapinya. Ia akan bersedia
perkembangan manusia berakhir setelah mengganti pol a tingkah laku yang kurang sesuai
manusia menjadi dewasa. Manusia tidak pernah dengan pola tingkah laku yang lebih sesuai
berhenti sampai ia mati, bisa saja perkembangan dengan tuntutan kenyataan dan lingkungan.
fisik berhenti sampai masa remaja, tetapi Hanya kadang-kadang agak sulit bagi manusia

Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Dul PeneUt. Kesebat. 21 (4) 1993 73


Aapd: IIOOio-poitologio Johana £ f'nwilMari

usila untuk bersedia berubah seperti itu. Salah sehingga akan banyak dijumpai manusia usila.
satu penyebabnya adalah adanya perasaao Contohnya adalah Yogyakarta. Usia harapan
bahwa ia telah berpengalaman. Jadi karena hidup adalah 70 tahun bagi wanita dan 68 tahun
ketuaannya ia merasa Jebih tahu daripada bagi pria. Hal ini mendekati barapan hidup
mereka yang muda. la merasa tidak perlu orang Amerika yang lebih tua dua tahun saja.
belajar lagi. Anggapannya bahwa apa yang Situasi demikian ini teotu mempunyai dampak
diketahuinya telah cukup untuk menghadapi terteotu, misalnya negara iui akan dipenuhi
masyarakat yang konsumtif dan kurang
kehidupan sebari-hari. Mungkin pula karena
produktif. Untuk itu perlu Jangkah-langkah
keterbatasan ingatan, ia tidak mampu lagi
kongkrit untuk mempersiapkan manusia usila
belajar. lni yang kadang-kadang menghambat
supaya mer eka dapat sehat fisik
kelenturan untuk berubah, sehingga tcrkesan
maupun mentalnya. Meskipun mereka telah
kaku. mengalami usila, mer eka tetap d apat
Batasan umur mengenai masa usila masih berkarya dan produktif sehingga m e r ek
diperdebatkan oleh para ahli yang banyak a mempunyai perasaan positif tcrhadap diri
meneliti masalah ini. Ada yang mengatakan mereka sendiri.
bahwa usia lanjut dimulai sejak seseorang Dalam tulisan ini akan dik ernukak an
dipensiun dari pekerjaannya. Padahal masa tentang masa usila. Kemudian akan
pensiun orang Indonesia dimuJai ketika ia dikemukakan tentang manusia usila Indonesia.
berumur 55, kecuali untuk orang dengan fungsi Akan dikemukakan pula aspek sosio-psikologik
tertentu seperti profesor, ahli hukum, dokter baik saat ini rnaupun kecenderungan di masa
atau profesional lain yang biasanya pensiun menjelang tahun 2000. Langkah-langkah yang
ketika ia berumur 65 tahun. Banyak orang di perlu dilakukan untuk mcngaotisipasi
Indonesia beranggapan bahwa ia telah tua keceoderungan tersebut akan pula dikemu•
karena ia telah mempunyai cucu meskipun ia kakan. Tulisan ini ak an dia khir i
belum pensiun. Untuk itu seyogyanya batas dengan kesimpuJan. Pembahasan tulisan
masa usila adalah umur 65 sampai mati, karena berdasarkan kepustakaan, basil peoelitian, dan
usia 55 masih merupakan masa usia tengah baya. pengamatan di lingkungan masyarakat.

Semakin maju sebuah negara, berarti


semakin makmur penduduknya dan semakin
Masa Usla Lanjut (Usila).
tinggi puJa harapan hidup mereka. Saal ini
Indonesia telah memenuhi kebutuhan pokok Istilah usila lebih disukai karena tua
penduduknya seperti kebutuhan sandang dan biasanya diasosiasikan dengan muda.
pangan. Banyak ahli memperkirakan bahwa Seolah-olah kalau disebut tua, seseorang sudah
pada tahun kelahiran turun. Diperkirakan pula tidak muda lagi, sudah jompo, tidak berdaya,
bahwa angka kematian juga akan turun, dan tidak berguna. Padahal banyak orangsecara
kronologis boleh dikatakan tua, tetapi
ia

74 Bui. Penebt, Kesebat, 21 (4) 1993


mempunyai vitalitas seperti orang muda. hidup untuk tetap berjuang baik secara
Apabila digunakan istilah usila maka seseorang ekonomik maupun psikologik. Secara ekonomik
telah berumur lanjut tetapi tidak ada _asosiasi manusia usila diharapkan untuk tetap produktif
dengan kelesuan, ketidakberdayaan, dan meskipun usianya telah lanjut, dan secara
ketidakbergunaan. ekonomik punya komitmen sehingga akan
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa punya harga diri yang stabil Ini akan menambah
masa usila adalah masa perkembangan terakhir keyakinan diri dan keseimbangan mentalnya.
dalam hidup manusia. Disebut perkembangan Contoh manusia seperti ini di Indonesia adalah
di sini bukan berarti perkembangan fisik seperti St. 'Iakdir Alisjahbana yang baru saja pension
yang diaJami remaja. Yang dimaksud adalah dalam usia 86 tahun.
perkembangan psikologis dan sosiaJ. Dalam hal Usia manusia sebetulnya dapat dibagi
ini togas perkembangan pada usia lanjut adalah menjadi usia biologik, psikologik, dan sosial.
tercapainya integritas dalam diri seseorang. Menurut Birren dan Renner, usia biologis dapat
Artinya ia berhasil memenuhi komitmen dalam diberi batasan sebagai suatu estimasi posisi
hubungan dengan dirinya sendiri dan dengan seseorang dalam hubungannya dengan potensi
2
pribadi lain, menerima kelanjutan usianya, jangka hidupnya. Jadi seseorang dikatakan
menerima keterbatasan kekuatan fisiknya, lebih muda atau lebih tua bergantung jangka
mungkin pula menerima penyakit yang hidupnya. Apabila secara potensil manusia
dideritanya. Sebaliknya ia dapat pula menerima dapat hidup sampai 100 tahun maka di usia
apapun perlakuan orang lain terhadap dirinya 50-an, dapat dikatakan lebih muda dibanding•
yang sesungguhnya merupakan cerminan kan dengan manusia dengan usia sama tetapi
perlakuan dirinya terhadap orang lain tersebut. secara potensil jangka hidupnya lebih pendek
Kalau seseorang t idak dapat misalnya hanya sampai 60 tahun. Eisdorfer dan
mencapai Wilkie mengatakan bahwa usia biologis adalah
1
integritas, maka ia akan mengalami keputusan. proses genetik yang berhubungan dengan waktu
Selain itu togas perkembangan manusia usila tetapi terlepas dari stress, trauma,
adalah komitmen moral. Manusia usila atau
sebaiknya mempunyai komitmen untuk merasa 4
penyakit. Seseorang dianggap muda secara
mampu dan mempunyai penguasaan terhadap biologik apabila secara kronologis tua tetapi
2
apa yang dihadapinya. Ahli lainnya lagi, organ-organ tubuhnya seperti orang muda.
Lowenthal menambahkan bahwa kondisi Jantung, bati, ginjal pencernaan tetap berfungsi
esensial adalah ketiga komitmen tersebut di alas dengan baik seperti ketika masih muda. Lain
baik dalam perjuangan hidup secara fisik, halnya usia psikologik. Hal itu merupakan
3
ekonomik, maupun psikologik. Tampaknya kapasitas individu untuk adaptif dalam ha)
manusia usila sebaiknya mempunyai ingatan, be I ajar, inteligensi,
gairah
ketrampilan,

BuL PeoeUL Kesehat, 21 (4) 1993 75


perasaan, motivasi dan emosi. Apabila ing.atan biasa masak secara genetik, mewakili kondisi•
seseorang tetap jernih, inteligensinya tidak ko ndi si lingkungan, dan terjadi dengan
terganggu, perasaan stabil, motivasi tetaptinggi, bertambahnya usia kronologis. Terjemahan
emosi sehat, sehingga boleh dikatakan secara bebasnya yakni, usia lanjut adalah perubahan
psikologis dewasa. Selanjutnya usia sosial lebih biasa yang muncul pada kematangao genetik
menekankan pada peran maupun kebiasaan representasi kondisi-kondisi lingkungan ketika
sosial seseorang dalam hubungannya dengan mereka bertambah usia krooologisnya.
2
anggota masyarakat. Seseorang dianggap
Kapan masa usila dimulai merupakao
dewasa secara sosial apabila mampu pertaoyaao yang tidak mudah dijawab. Dengan
berhubungan dengan orang lain, mampu semakin majunya teknologi didunia ini, semakin
menjadi anggota masyarakat dan berperan serta tinggi pula barapan hidup seseoraog. Dalam
di dalamnya. Masa usila tidak harus bala ini peoulis memberi batasan usia 65 sampai
mempeogaruhi kedewasaan biofogis, mati bagi usia lanjut, meskipuo batasao ini
psikologik, dan sosial. Justru pada masa ini mungkin akan menimbulkao masalah. Batasao
manusia usila dapat berperan melalui berbagai ini dikemukakan berdasarkan masa pensiun
peogalaman dengan generasi muda. Mereka goloogao fungsiooal di Indonesia. Mungkin
dapat merupakan teladan bagi kaum muda, batasao ini akan meojadi tidak tepat lagi kalau
kehidupan di negara ini makin maju, makmur,
sehingga ajika pada masa usila dapat tetap
sejahtera, sebingga memberi kesempatao
produktif, penuh harga diri, sehat fisik dan
penduduoya mengeoyam usia sangat laojut.
mental, maka hal ini dapat ditunjukkan pada
Orang mungkio dapat hidup sampai 90 tahunao.
manusia yang relatif lebih muda tapi sangat Umur 65 terlibat muda bila dibaodiogkao
tidak bergairah dalam hidup. dengan usia barapan yang 90 tahun tersebut.
Masa usila merupakan ha) yang tidak
sederhana. Usia tersebut dapat disoroti dari Maousia Usila Indonesia.
berbagai bidang baik bidang psikologi, sosial, Usia laojut d i Indonesia biasanya
kedokteran, biologi, maupun kebudayaan .. dikaitkan dengao kearifao. Makin tua seseoraog
Masing-masing disiplin ilmu akan mempuoyai makin dianggap arif dan bijaksaoa. Anak cucu
teori maupun analisisnya mengenai usia lanjut. akan datang dan mint a restu padanya. Meskipuo
Birren dan Renner mengajukan definisi "aging' sudah pikun; anak, cucu, ataupun keluarga
untuk ilmu-ilmu tingkah laku sebagai berikut lainnya akan merawatoya dengao peoub
''Aging refers to regular charges that occur hormat. Banyak pula orang yang telah lanjut
in
usia mempuoyai rumah taogga sendiri. Biasaoya
mature genetically representativ environmental
mereka bidup berdekatao deogao anggota
conditions as they advance in chronological age".
2 keluarga lainnya. Dalam banyak ha) maousia

Jadi usia lanjut mempunyai unsur perubahan

Bul PenellL Kesebat, 21 (4) 1993

76
usila di Indonesia mempunyai kelebihan 5
Jakarta merasa cukup bahagia hidup di sana.
dtbandingkan dengan manusia usila di negara• Penelitian Dersonolo menyebutkan bahwa
negara yang telah maju seperti di Amerika mereka yang masih bekerja dalam usia lanjut
Serikat. Selain mereka biasanya masih dihargai akan lebih bahagia dan harga · dirinya tetap
7
oleh anak cucunya maupun masyarakat di tinggi. Siti Rabayu Haditono dkk.
8
sekitarnya, mereka biasanya juga aktif dalam men yamp aikan laporan ya�g senada. •
mengasuh cucu-cucu mereka. Mereka biasanya Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa
tinggal di rumah sendiri atau rumah anak atau orang di masa usila lebih senang mempunyai
aktivitas dan mempunyai bubµngan sosial, baik
cucunya, bukan di panti wreda.
untuk kelompok yang bekerja maupun yang
Beberapa penelitian menunjukkan adanya tidak bekerja. Penelitian Sri Mulyani Martaniah
keragaman kehidupan manusia usila Indonesia. 9
juga menunjukkan fenomena yang saipa.
Ada yang hidup bahagia di panti wreda. Ada Manusia usila masih menghendaki aktivitas,
yang lebih suka mandiri dan tinggal di rumah pergaulan dan kemandirian. Kebanyakan
sendiri. Banyak yang masih menghendaki manusia lansia lebih menyukai kerja sosial atau
tinggal di rumah anak. Menurut penelitian kegiatan lain untuk mengisi waktu luang
Rianto Adi, orang yang masuk ke panti wreda mereka. Selain itu sebagian dari mereka masih
biasanya berasal dari keluarga miskin dan mengharapkan pekerjaan yang menghasilkan
biasanya atas permintaannya sendiri atau uang clan prestise. Evans yang meneliti
kiriman dari dinas sosial.5 Siti Rahayu kesehatan dan kesejahteraan orang-orang tua
Haditono melaporkan bahwa manusia usila di J awa di Solo, menyatakan bahwa keluarga besar
Yogyakarta, Manado, Padang dan Surabaya yang biasanya clipunyai oleb orang Jawa
mempunyai preferensi tempat tinggal yang merupakan sumber penopang ekonomi maupun
6
berbeda. Secara umum penelitian ini emosi, clan akan merawat anggota kel uarga yang
menunjukkan bahwa preferensi untuk hidup lebih tua. Banyak duda tua hidup dengan ana.k
bersama anak masih menonjol, Preferensi hidup perempuan mereka, akan tetapi banyak janda
mandiri di sebuah pemukiman khusus didisain
tua dan beberapa duda tua bidup sendiri.i"
untuk manusia usila mulai diminati. Bahkan
Senada clengan basil penelitian Evans tersebut,
orang Manado jauh lebih suka hidup di
Siti Rahayu Haditono melaporkan bahwa
pemukiman khusus tersebut dibandingkan
manusia usila merasa kesepian sebingga mereka
orang Yogyakarta, Surabaya, dan Padang Orang
mendekatkan diri pada Toban. Mereka yang
Yogyakarta lebih senang hidup di rumahnya
mandiri di rumah sendiri merasa adanya
sendiri. Beberapa penelitian menunjukkan
kehangatan dan tidak terlalu merisaukan
bahwa manusia usila di Indonesia merasa cukup
keterbatasan ekonomi. Sebaliknya mereka yang
bahagia. Akan tetapi ada pula yang merasa
tinggal di panti wreda merasa sedih karena
kesepian. Rianto Adi selanjutnya melaporkan
keterbatasan ekonomi, meskipun kebutuhan
bahwa orang usila di beberapa panti wreda di
mereka sehari-sehari terpenuhi. lebih lanjut

But Penelil Kesehat, 21 (4) 1993


77
AJpet �itologi• Johana I!. Prawiwari

dilaporkan tidak adanya keinginan mandiri bagi ketrampilannya, kelebihan dan kelemahannya,
mereka yang berada di panti wreda. Keduanya ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Iapun
baik yang di panti maupun tinggal di rumah mengenal apa yang d.ipikirkan, dirasakan, dan
sen menya dari1 k e luaannya. dilakukannya, serta menggunakan kemampuan
dim. 1l psikologisnya dalam hubungannya dengan
individu lainnya. Memberi dan menerima
Aspek Sosio-Psikologik.
dukungan psikologis dan sosial merupakan
Manusia sebagai makhluk sosial tidak
warna yang selalu ada dalam bubungan antar
akan terlepas dari lingkungan sosialnya. Ia tidak manusia, Hubungan antar individu berdasarkan
akan dapat hidup tanpa manusia lainnya. Saling kemampuan ini yang disebut aspek sosial
bergantung satu dengan lainnya merupakan ciri psikologis.
khas manusia. Seorang bayi tidak akan dapat Saat ini Indonesia sedang membangun di
tumbuh dan berkembang tanpa r aw at
segala bidang. Dalam pengembangan ini sering
an, tun tu nan, dan didikan orang tua atau orang
timbul perubahan-perubahan yang menggon•
yang merawatnya. Setelah menjadi anak-anak
cangkan. Inflasi yang dialami merupakan contoh
dan mulai bersekolah, ia mulai
kongkrit, sehingga barang-barang melonjak
membutuhkan teman-temannya di samping
naik. Selain itu mungkin pula terjadi
orang tuanya dan saudara-saudaranya. Ketika
ketimpangan sosial yang dapat diamati secara
mencapai usia remaja, secara fisik telah
nyata oleh masyarakat luas. Banyaknya korupsi
matang, tetapi secara psikologis, ekonomis,
maupun penyelewengan, baik yang dilaku.kan
maupun sosial ia mungkin masih mentah.
oleh individu ataupun oleh sekelompok individu
Remaja membutuhkan dukungan emosi
memperparah situasi. Keadaan sosial seperti ini
dan ekonomi. lni akan dibawanya sampai
mungkin akan menimbulkan ketegangan
menjadi dewasa. Setelah dewasa dan punya psikologis ataupun tekanan psikologis yang
penghasilan sendiri, ia dapat terlepas dari lebih dikenal dengan istilah stress. Mungkin
ketergantungan ekonomi. Dukungan pula terjadi yang disebut oleh Eisdofcr dan
emosi dan psikologis akan tetap dibutubkan Wilkie sebagai "secondary aging" yaitu
sampai menjelang kematiannya. Dalam ketidakmampuan yang disebabkan oleh trauma
hidup, ia masih harus tetap belajar atau sakit kronik. Mungkin pula terjadi
menyusaikan diri dengan lingkungan dan perubahan-perubahan dcgeneratif yang timbul
kenyataan yang dihadapinya. Penyusaian diri ini karena stress yang dialarni oleh individu.Stress
akan dibawa terus sampai usia dewasa, usila, ini dapat memercepat proses ketuaan dalam
bahkan sampai mendekati ajalnya. waktu tertentu. Degenerasi akan pula
Manusia lansia tidak akan terlepas dari bertambah apabila terjadi penyakit fisik dan
aspek sosio-psikologik ini. Sebagai individu ia berinterraksi dengan usia lanjut."
mengenal dirinya baik kemampuannya,

78 Bu! Penellt, Kesebat, 21 (4) 1993


Aapel:. IOli<>-psikologj• Johana 8. Prawitasari

Proses ketuaan ini mungkin pula terjadi untuk mengatasi masalab yang dihadapi
pada manusia Indonesia sekarang ini. Apabila dibandingkan dengan mereka yang
disertai faktor-faktor psikosial seperti pola berpendidikan lebih rendah. Selain itu bagi
perilaku tipe A dengan karakteristik mudah wanita usila terutama setelah mereka berusia
cemas dan selalu takut, perubahan-perubahan lebih dari 70 tahun, kesadaran religius
hidup yang meoekan seperti kebilangan orang 14
mempunyai arti signifikan. Kesadaran religius
yang dicintai entab karena kematian atau ini mempunyai hubungan dengan kecemasan
perceraian. Individu akan mudah memperoleh yang merupakan bentuk goncangan emosi yang
4
sakit jantung koroner. • Demikian pula sering dialami manusia usila. Lebih lanjut Lidia
penelitian Durkheim tentang butuh diri L. Hidayat mengemukakan dalam penelitiannya
menunjukkan hal yang sama. Ahli ini bahwa kesadaran religius ini merupakan
berpendapat bahwa tingkah laku harus ungkapan keadaan sosio-psikologik mereka. Ia
diterangkan melalui kehidupan masyarakat menyadari bahwa ia membutuhkan kepasrahan
12
tempat individu tadi berada. Selain itu Gentry total terhadap Yang Kuasa. Untuk itu ia akan
dan Kobasa menyebutkan pentingnya dukungao
aktif dalam kegiatan sosial dan spiritual untuk
sosial dan cara individu mengatasi masalah yang mempersiapkan diri sebelum ia mati.
15

dibadapi banyak berperan dalam munculnya


Menurut sensus penduduk Indonesia di
penyakit yang dialami oleh
13 tahun 1980,jumlah penduduk mencapai 147 juta
individu.
Dukungan sosial dapat diperoleh dari pasangan J..IWa. 161· 7 Ke d ua pene li I..I mengemu kak an
.
l lll
.
hidup, orang tua, saudara, tetangga, atasan, prakiraan bahwa jumlah peoduduk akan
bawahan, ataupun teman sejawat. Dukungan berlipat ganda pada tahun 2000. Lebih khusus
sosial dan cara pengatasan masalah merupakan Keyfitz mengemukakan bahwa pada tahun 2020
mediator dalam penyakit-penyakit sehubungan jumlah penduduk menjadi 270 juta jiwa dengan
dengan stress. Dukungan sosial yang tinggi akan 2,6 % angka kematian. Lebih lanjut ia
mempercepat pengatasan mas alah yang mengatakan bahwa jumlah manusia usila akan
dihadapi individu termasuk penyakit yang bertambah sekitar 0,09-0,30 dengan probabilitas
dideritanya. menjadi turun kurang dari 0,01. Harapan bidup
16
Cara mengatasi masalah dapat dikaitkan pada tahun 2000 ada di sekitar 63-68 tahun.
dengan pendidikan yang dimiliki oleh manusia Secara empirik dapat diamati bahwa angka
usila. Nining Setyowati melaporkan bahwa kelahiran turun, angka kematian juga akan turun
orang tua yang mempunyai pengalarnan berdasarkan pendidikan clan pelayanan medik.
pendidikan lebih tinggi akan lebih lentur dan Prakiraan Keyfitz tersebut ternyata hampir
mampu menerobos aturan-aturan panti wreda. menjadi kenyataan Jumlah penduduk tahun
Biasanya mereka mempunyai motivasi tinggi i993 sekitar 184 juta. Harapan hid up juga lebih

BuL PeneUt. Kesebal 21 (4) 1993 79


A>pet 101io-poikologi1 Jobana E. Prawitasari

tinggi yaitu 70 tahun di Yogyakarta bagi wanita dalam contob ini perlu mengetahui Jebih lanjut
dan 68 tahun bagi pria. kedudukannya dalam rumab tangga anak
Berdasarkan prakiraan di atas, pada tahun cucunya. Sik.ap keluarganya tersebut terhadap
2000 nanti akan banyak manusia usila di dirinya, dan sikap dirinya sendiri terhadap diri
Indonesia. Mungk.in akan lebih dibutuhkan maupun keluarganya perlu diketahui. Apakah
"hospice" untuk orang tua yang sakit-sakitan ia dihormati, dicintai, at au justru
dan bagi mereka yang mengalami penyakit ditolak, diabaikan oleh keluarganya perlu
18
terminal, seperti kanker, dan gaga! ginjai. dipertanyakan. Kalau ia dibormati tentunya
Hospis ini merupakan tempat tinggaJ untuk ketika s akit seluruh keluarganya
mereka yang tidak dapat disembuhkan. akan memperbatikannya. Tidak demikian bila
Pelayanan di hospis lebib ditekankan pada ia diabaikan bahkan ditolak oleh keluarganya,
pengurangan rasa sakit dan bukan pada ia tidak diperhatikan meskipun sakit terminal.
penyembuban. Selain itu juga diberikan Dukungan sosial yang diperoleh dari keluarga,
persiapan untuk mengbadapi kematian baik. staf rurnah sakit akan membuat penderitaannya
untuk penderita maupun keluarganya. lebih ringan. Lain bila dukungan sosial rendah,
Selaio bospis mungk.in peodekatan sistem penyakit yang diderita akan dirasakan lebih

sosial untuk orang tua perlu digalakkan.


19 berat. Inilah yang dimaksud dengan pendekatan
Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada sistem daJam membantu manusia usila.
interaksi antara individu dengan sistem sosial Untuk mereka yang masib sebat dan dari
yang luas. SaJah satu premis dalam orientasi golongan menengah ke atas, mereka dapat
sistem sosiaJ adalah bahwa perubahan di satu menikmati hidup, merasa lebih bebas
bagiao sistem akan mempengaruhi seluruh melakukan aktivitas yang dulu tidak sempat
sistem. Misalnya seorang usila hidup bersama dilakukannya karena harus bekerja untuk
anak atau cucunya. Kebetulan ia sakit terminaJ mengbidupi keluarga dan waktunya banyak
dan tidak diberitahu oleh dokternya tentang tersita oleh kegiatan profesi. Misalnya mereka
kanker yang dideritanya, tetapi seluruh anak dapat mengisi waktu luang untuk kegiatan sosial
ataupun agama, dan dapat mulai aktif di
cucunya tabu. Keadaan ini banyak
masyarakat Manusia golongan ini akan tetap
mempengaruhi hubungannya dengan dokter,
dihormati oleb keluarganya, meskipun mereka
staf rumah sakit, dan anak cucunya. Mereka
harus hidup sendiri di rumah. Mereka yang
semua merahasiakan apa yang dialami oleb
tetap aktif di lingk.ungan sosial dan merasa
manusia usila tersebut. Pendekatan sistem ini dibutubkan baik oleh keluarga maupun
menekankan antara sistem daJam kehidupan masyarakat di sekitarnya akan menjadi manusia
usila, kehilangan anak cucunya, dan keadaan usila yang mempunyai kepuasan hidup dan
rumah sakit. Untuk lebih mengerti manusia usila kebahagiaan tersendiri.

BuL PeocUL Kesehat, 2l (4) l993


Bagi yang kurang seimbang mentalnya, menjelang pensiun di instansi swasta maupun
kesendirian yang dialaminya mungkin akan pemerintah.
menimbulkan rasa terisolasi dan depresi yang Pusat kesehatan mental masyarakat perlu
dimanifestasikan dalam bentuk kecemasan, didirikan untuk lebih dapat memberikan
keluhan-keluhan fisik tanpa kerusakan organis. pengabdian_ pada masyarakat. Para profesional
Kerusakan otak ataupun degenerasi otak dapat dapat digunakan di pusat ini. Untuk itu perlu
pula menimbulkan berbagai kesulitan dan didirikan kursus kesehatan mental masyarakat
masalah. Mereka punya kesulitan dalam yang lebih meoekankan pada prevensi dan
ingatan, terutama bagi mereka yang sudah tidak pengalaman masalah pada saat krisis. Dapat
diperhatikan oleh keluarga maupun lingkungan pula pusat ini bekerja sama dengan PKK atau
sosialnya.18 Golongan ini mungkin akan Dharma Wanita, ataupun orgaoisasi sosial
berakhir di panti wreda. Tumpaknya panti wreda lainnya. Tampaknya kerja sama ini telah
tetap akan dihuni oleh golongan sosial ekonomi dilakukan akhir-akhir ini dengan adanya
bawah terutama yang tidak mampu. Mungkin Posyandu untuk usila.
bagi mereka yang sakit-sakitan dan anak
Kegiatan spriritual tampaknya per lu
cucunya jauh akan pula masuk ke panti. digalakkan untuk manusia usila. Keterlibatan
Keluarga yang tidak mau repot dengan manusia mereka di bidang ini akan membuat mereka
usila pikun mungkin akan mengirimnya ke sana. aktif dan merasa dibutuhkan. Ini akan
menyeimbangkan mental dan menambah harga
Langkah-Langkab Preventif. dirinya. Perpaduan kegiatan sosial dan spiritual
akan menyiapkan mereka pada masa usila yang
Senam kesegaran jasmani merupakao
bahagia.
langkah positif untuk membina kesehatan
jasmani sebagai persiapan untuk mengahadapi
masa usila. Penting pula digalakkan kursus Kesimpulan.
kesehatan mental tidak hanya untuk ibu-ibu
Masa usila merupakan masa yang sukar
tetapi juga untuk bapak-bapak. Kurs us
ditentukan batasannya meskipun dapat
kesehatan mental ini sudah lama ada di
dikatakan bahwa umur 65 tahun ke atas
Yogyakarta yang diselenggarakan oleh
merupakan masa tersebut. Perkembangan
kelompok kesehatan jiwa "Perwita Sari".
terakbir manusia ini ditandai oleh berhasil
Perlu diberikan pula cara-cara uotuk tidaknya tugas perkembangao sebelumnya.
mengatasi stress, seperti relaksasi, meditasi, Apabila tugas- tugas. tersebut dapat
yoga ataupuo strategi kognitif. Pengelolaan dipenuhinya deogao b ai k, maka
stress dapat diberikao dalam bentuk kursus• dapat diharapkan bahwa di masa usila individu
kursus dan latihan-latihan untuk umum. Dapat dapat selalu melakukan penyesuaian
pula ditawarkan pelatihan ini bagi pegawai yang terhadap apa yang dihadapinya.

BuL Penellt. Kesehat. 21 (4) 1993


81
Alpet oooio-poitologis Johana E. Pnwituari

Saal ini dan menjelang tahun 2000 4. Eisdorfer, C. & Wilkie, F. Stress, Disease, aging
diperkirakan bahwa manusia usila Indonesia and behavior. (1977). Dalam J.E. Birren & KW.
tetap mempunyai kedudukan yang terhormat Schaie (Eds.) Handbook of the psychology or aging.
New York : Van Nostrand Reinhold.
terutama pada golongan menengah dan alas.
Panti wreda diperkirakan tetap untuk golongan 5. Rianto Adi. (1982). The qed In the homes for the
aged In Jakarta: Status and perceptlons, Jakarta
bawah dan tidak mampu. Apabila pada. masa
: Pusat Penelitian Universitas Katholik Indonesia
usila individu dapat tetap aktif, dapat Atma Jaya.
diharapkan bahwa mereka akan lebih bahagia.
6. Siti Rahayu Haditono. (1991). Preferensi tempat
Untuk menghadapi masa usila dibutuhkan tinggal dan perlakuan yang diharapkan di masa usia
persiapan yang baik. Kesehatan jasmani dan lanjut. Laporan PeneUtlan. Yogyakarta : Fakultas
mental merupakan syarat yang sangat dominan Psikologi IJGM.

uotuk menentukan kesejahteraan masa usila. 7. Dersonolo, D.L (1981). Studi tentang perbedaan
Bagi mereka yang tidak mempunyai kesehatan self-esteem antara orang usia lanjut yang bekerja
jasmaoi yang baik dan muogkin mengalami dengan orang usia lanjut yang tidak bekerja di kota
Pati. Skrlpsl tak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas
penyakit terminal, tampakmya hospis dapat
Psikologi UGM.
diguoakao sebagai alternatif perawatan. Hospis
dapat dikembaogkan untuk tempat persiapan 8. Siti Rahayu Haditono, dkk. (1983). Aktlvitas dan
nonakthltas dalam bubungan dengan rasa
kematian baik uotuk pasien maupuo anggota
kebab11gla11n dalam usla lanjut. Yogyakarta
keluargaoya. Selaio itu akhir-akhir ioi Posyaodu Fakultas Psikologi UGM
uotuk uotuk usila juga telah diselenggarakao.
9. Sri Mulyani Martaniah. (1988). Kemampuan dan
Sebaiknya Posyandu usila dapat dikembangkao
kebutuhan psikologis kaum usia lanjut, Laporan
di daerah-daerah lain meoiru percontohao di PeneUtlan. Yogyakarta: Lernbaga Penelitian UGM.
Yogyakarta.
10. Evans, J. The bee.Ith and well belng of old people
In a Javanese city, Surakarta. (1982). Canberra :
Daftar RuJukan the Australian National University Research School
of Social Sciences, Dept. of Demography.
1. Nietzel, M.T. & Bernstein, D.A. (1987).
lntrocladlon to cllnJcal psychology (2nd,ed). 11. Siti Rahayu Haditono. (1988). Kebutuhan dan citra
Englewood Giff, NJ. : Prentice-Hall. diri orang lanjut usia. Laporan Peoelltlan.
Yogyakarta : Lembaga Penelitian UGM.
2. Birren, J.E. & Renner, VJ. (1977). Research on
the psychology of aging. Dalam J.E. Birren & KW. 12. Syme, S.L. (1984). Sociocultural factors and disease
Sehaie (Eds.), Handbook or the psychology or aging. etiology. Dalam W.O. Gentry (Ed.), Handbook of
New York : Van Nostrand Reinhold. behavioral medlcloe. New York: the Guilford Press.

3. Lowenthal, M.F. (1977). Toward a 13. Gentry, W.D. & Kobasa, S.C.O. (1984). Social
sociopsychological theory change in adulthood and psychological resources mediating stress-ilness
old age. Dalam J.E. Birren & KW. Schaie (Eds.) relationships in humans. Dalam W.D. Gentry (Ed)
Handbook or the psychology of aging. New Yark: Handbook or behavioral medicine. New York : The
Van Nostrand Reinhard. Guilford Press.

82 BuL PeneUI. Kesehat, 2l (4) 1993


A.pet IOlio-psikologi, Johana 8. lnwilalari

14. Nining Setyowati. (1985). Hubungan antara tingkat 17. Pasay, N.H.A. (1984). lmpll.kasl soslal ekonoml
pendidikan dan usia dengan tingkah laku "coping" penduduk Indonesia yang menua l !>80-2000.
pada wanita lanjut usia yang tinggal di panti wreda. Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
SlaipsL Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. UI.
15. Lidia L. Hidayat. (1983). Studi pendahuluan
18. Levy, S. (1981). The psychological assessment of the
mengenai hubungan antara usia dengan tingkat
kesadaran rcligius pada wanita-wanita usia lanjut. chronically ill geriatric patients. Dalam C.K. Prokop
& LA. Bradley. Medical psychology: contributions
SlaipsL Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
to behavioral medicine. New York: Academic Press.
16. Keyfitz, N. (1985). lndooeslao population lo the
21 th century. Yogyakarta : Pusat Penelitian 19. Brubaker, E. (1987). Working with the elderly.
Kependudukan UGM. Newbury Park, CA : Sage.

Biii. Penelit. Kesebat. 21 (4) 1993 13

You might also like