You are on page 1of 9

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No.

2, September 2018

JRPB, Vol. 6, No. 2, September 2018, Hal. 172-180


DOI: https://doi.org/10.29303/jrpb.v6i2.79
ISSN 2301-8119, e-ISSN 2443-1354
Tersedia online di http://jrpb.unram.ac.id/

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK PENGERINGAN


KERUPUK SAYUR

Studying The Drying Characteristics of Vegetable Crackers

Annie Widya Subagya1,*),Tamrin1, Cicih Sugianti1, Diding Suhandy1


1
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Email*):subagyaannie@gmail.com

Diterima: Agustus 2018


Disetujui: September 2018

ABSTRACT

Crackers is one of the popular food products among the people of Indonesia. The addition
of cassava leaves into crackers take advantage of the availability of cassava leaves,
especially during harvesting. The research aims to determine some parameters of drying
characteristics of vegetable crackers. Drying crackers were conducted using sun drying
and rack dryers with the temperature of 50 °C and crackers’s thickness of 2 mm, 3 mm,
and 4 mm. The results showed that drying using dryer with cracker’s thickness of 2 mm,
3 mm, and 4 mm spent a drying time about 3.5-4.5 hours that was faster than sun drying
around 4.5 – 5.5 hours. The decrease of moisture content in the dryer was quicker than
sun drying. The final moisture content of cracker using dryer had average value of 8.28%
which was lower than the sun drying of 12.95% . The color changes that occured after
the drying process using dryer and sun drying produced value <0.5 which had a
meaningless or unchanged after the drying process. Depreciation of material diameter
on dryers had a value of 11.92% which was greater than that of sun drying. The mean of
moisture balance (Me) in the dryer of 7.348 %wb (equilibrium moisture content) was
lower than using sun drying. Drying constant of crackers value using dryer had an
average value of 1.196 /hours that was higher than using the sun drying of 0.84 /hour.

Keywords: vegetable crackers, sun drying, rack dryer, drying constants

ABSTRAK

Kerupuk merupakan salah satu produk makanan kering yang populer dikalangan
masyarakat Indonesia. Penambahan daun singkong kedalam adonan kerupuk untuk
memanfaatkan ketersediaan daun singkong terutama saat panen. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui beberapa karakteristik pengeringan kerupuk sayur. Pengeringan
kerupuk dilakukan dengan metode penjemuran konvensional di bawah sinar matahari dan
alat pengering tipe rak dengan suhu pengering 50°C ketebalan 2 mm, 3 mm, 4 mm. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengeringan menggunakan alat pengering dengan

172
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 2, September 2018

ketebalan 2 mm, 3 mm, dan 4 mm memiliki waktu pengeringan selama 3,5-4,5 jam yang
lebih cepat dibandingkan dengan pengeringan sinar matahari dengan perlakuan yang
sama membutuhkan waktu yaitu 4,5-5,5 jam. Penurunan kadar air pada alat pengering
lebih cepat dibandingkan dengan pengeringan dengan sinar matahari. Kadar air akhir
pada pengeringan menggunakan alat pengering tipe rak memiliki nilai rata-rata 8,28%
yang lebih rendah dibandingkan pengeringan sinar matahari yaitu 12,95%. Perubahan
warna yang terjadi setelah proses pengeringan menggunakan alat pengering dan sinar
matahari menghasilkan nilai <0,5 yang memiliki arti kurang jelas atau tidak mengalami
perubahan setelah dilakukan proses pengeringan. Penyusutan diameter bahan pada alat
pengering memiliki nilai 11,92% yang lebih besar dari pengeringan sinar matahari. Nilai
rata-rata kadar air keseimbangan (Me) pada alat pengering yaitu 7,348 lebih rendah
dibandingkan pada pengeringan sinar matahari. Nilai konstanta pengeringan pada alat
pengering lebih memiliki nilai 12,05% lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan
sinar matahari yaitu 8,28%.

Kata kunci: kerupuk sayur, pengeringan sinar matahari, pengeringan alat tipe rak,
konstanta pengeringan.

PENDAHULUAN kerupuk sayur dengan tambahan daun


singkong.
Kerupuk merupakan produk Pengeringan kerupuk sayur yang
makanan kering yang telah lama dikenal dilakukan masih secara alami atau
masyarakat Indonesia. Konsumsi kerupuk menggunakan sinar matahari. Pengering
biasanya bukan sebagai makanan utama alami dapat dilakukan dengan mudah pada
melainkan sebagai makanan kecil, daerah tropis, tetapi akan bermasalah saat
makanan ringan atau sebagai pelengkap musim hujan sebab bahan akan turun
hidangan yang umumnya dikonsumsi kualitasnya karena pengeringan
dalam jumlah kecil dan banyak terhambat. Untuk itu perlu dilakukan
penikmatnya. Jenis makanan ini hampir altenatif pengeringan kerupuk dengan
digemari oleh hampir semua lapisan menggunakan alat pengering tipe rak.
masyarakat. Tidak heran sampai saat ini Metode ini menggunakan udara panas
bisnis kerupuk masih banyak di produksi yang dihembuskan ke bagian ruang
dan konsumennya juga semakin pengering. Pengeringan mekanis bahan
meningkat. Pada dasarnya bahan baku diletakkan pada rak pertama (Putro, 2016).
pembuatan kerupuk adalah tepung tapioka Tujuan penelitian ini yaitu
atau tepung singkong dimana tepung membandingkan beberapa parameter
terigu merupakan produk impor dari luar karakteristik pengeringan kerupuk sayur
Indonesia. Saat ini sudah banyak ditemui dengan menggunakan sinar matahari dan
jenis kerupuk dengan berbagai variasi menggunakan alat pengering tipe rak.
bahan tambahan seperti kerupuk dengan
penambahan ikan, kerupuk bawang METODE PENELITIAN
dengan penambahan bawang dan akhir-
akhir ini banyak kerupuk dengan Waktu dan Tempat
penambahan berbagai jenis sayur seperti Penelitian dilaksanakan pada bulan
wortel, kentang dan lainnya September sampai Desember 2017 di
(Wahyuningtyas, dkk., 2014). Kelompok Laboratorium Daya Alat dan Mesin
Wanita Tani Mawar yang bertempat di Pertanian dan Laboratorium Bioproses
Trimurjo Lampung Tengah membuat

173
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 2, September 2018

Pasca Panen di Jurusan Teknik Pertanian Nilai konstanta pengeringan dengan cara
Fakultas Pertanian Universitas Lampung. simulasi dengan menggunakan persamaan
1, dengan menggunakan metode kuadrat
Alat dan Bahan terkecil dengan sumbu y adalah ln (m –
Alat yang digunakan dalam me)/(mo-me) dan waktu (t) sebagai sumbu
penelitian ini meliputi para-para dan mesin x.
pengeringan tipe rak ‘’tray drayer’’. 𝑀−𝑀𝑒
= 𝑒 (−𝑘𝑡) .........................(1)
𝑀0−𝑀𝑒
Sedangkan bahan penelitian yang
Dimana:
digunakan pada penelitian ini yaitu
k : konstanta pengeringan (1/jam)
komposisi adonan yang dibuat sesuai
Mo : kadar air awal (%)
petunjuk yang didapat dari Kelompok
Me : kadar air keseimbangan (%)
Wanita Tani Mawar.
M : kadar air pada waktu ke- (%)
t : waktu pengeringan (jam)
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan 2
Warna kerupuk sayur diidentifikasi
perlakuan pengeringan, yaitu penjemuran
dengan menggunakan alat color meter tipe
konvensional di bawah sinar matahari
TES 135A. Color meter ini akan
dengan suhu rata-rata 36 °C dan
menghasilkan total perbedaan warna ∆
menggunakan alat pengering tipe rak
E*ab juga dapat diistilahkan dengan TDC
dengan suhu 50°C) dan tingkat ketebalan
(total difference color) dan didefinisikan
irisan bahan kerupuk (2 mm, 3 mm dan 4 dengan persamaan berikut :
mm). Irisan kerupuk ini disusun diatas rak
pada alat pengering dengan tebal satu lapis. TDC = √(∆L*)2 + (∆a*)2 + (∆b*)2.......(2)
Sampel dari kerupuk sayur ditimbang setiap
setengah jam, kemudian sampel dimasukkan
Setelah menghasilkan nilai TDC
lagi ke dalam ruang pengering. Pengamatan
kemudian gunakan tabel di bawah ini
yang dilakukan adalah mengukur penurunan
untuk menunjukkan besar kecilnya
bobot, kadar air bahan, perubahan diameter
perbedaan nilai warna (TDC) sampel yang
kerupuk, dan perubahan warna, kadar air
telah diberikan perlakuan.
keseimbangan dan konstanta pengeringan.
Tabel 1. Pengukuran perubahan nilai warna pada uji L* a* b*

Nilai TDC (TDC value) Perbedaan (Difference)


< 0,5 Kurang jelas (trace)
0,5-1,5 Sedikit/tipis (Slight)
1,5-3,0 Agak terlihat (Noticeable)
3,0-6,0 Terlihat (Appreciable)
6,0-12 Banyak (Much)
>12 Sangat banyak (Very much)
Sumber: Asgar, dkk., 2013.

174
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 2, September 2018

HASIL DAN PEMBAHASAN sedikit. Pada pengeringan menggunakan


alat pengering bobot kerupuk konstan
Penurunan Bobot Bahan dicapai lebih cepat dibandingkan dengan
Salah satu parameter untuk pengeringan menggunakan sinar matahari,
mengetahui tingkat keberhasilan selama karena suhu yang digunakan pada alat
proses pengeringan adalah berkurangnya pengering lebih tinggi dibandingkan suhu
bobot kerupuk setelah dilakukan yang didapat pada pengeringan dengan
pengeringan. sinar matahari. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Rachmawan, 2001) makin
200 2 mm
tinggi suhu dan kecepatan aliran udara
Massa Kerupuk (g)

3 mm pengering makin cepat pula laju


150
4 mm pengeringan. Makin tinggi suhu udara
100 pengering, makin besar energi panas yang
50 dibawa udara sehingga makin banyak
0
jumlah massa air yang diuapkan dari
0 1 2 3 4 5 permukaan bahan yang dikeringkan.
Pengeringan sinar matahari, bahan
Waktu (jam)
dengan ketebalan 2 mm 3 mm dan 4 mm
Gambar 1. Grafik penurunan bobot konstan pada waktu relatif bersamaan.
kerupuk selama proses penjemuran Pengeringan menggunakan alat pengering
konvensional. dengan ketebalan 2 mm, 3 mm dan 4 mm
200 memiliki kecenderungan perbedaan,
2 mm
dimana bahan dengan ketebalan 2 mm
Massa Kerupuk (g)

3 mm
150 lebih cepat mencapai. Hal ini dapat dilihat
4 mm
pada Gambar 1 dan 2. Pada pengeringan
100
matahari berat konstan didapat secara
50 relatif bersamaan, hal ini diduga karena
pengeringan dilakukan pada suhu rendah.
0 Namun pada pengeringan menggunakan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
alat pengering bahan dengan ketebalan 2
Waktu (jam) mm lebih cepat mendapati berat konstan.
Gambar 2. Grafik penurunan bobot Hal ini sesuai pendapat Muljoharo (1987)
kerupuk selama proses pengeringan dalam Dwi (2008) yang menyatakan
menggunakan alat pengering. bahwa semakin tebal suatu bahan yang
dikeringkan, maka semakin lama waktu
Penurunan bobot kerupuk terjadi pengeringannya. Karena, jarak yang
secara eksponensial pada pengeringan ditempuh oleh panas untuk masuk ke
dengan cara penjemuran dan alat bagian dalam bahan sekaligus
pengering tipe rak, pada awal pengeringan menguapkannya menuju ke permukaan
penurunan bobot kerupuk terjadi secara bahan jadi menurun.
cepat dan mendekati laju pengeringan
konstan penurunan bobot bahan menjadi Penurunan Kadar Air
lambat. Hal ini dikarenakan pada awal Kadar air mengalami penurunan
pengeringan kandungan air yang lebih cepat dengan semakin tingginya
terkandung didalam kerupuk masih suhu pengeringan. Hal ini disebabkan
banyak, sehingga penurunan terjadi secara semakin tinggi suhu pengeringan maka
cepat dan akan lambat pada saat kadar air semakin cepat pindah panas dan
yang terkandung didalam kerupuk tinggal penguapan air dari bahan pangan.

175
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 2, September 2018

Menurut Estiasih (2009) semakin besar 50°C dibandingkan dengan sinar matahari
perbedaan suhu antara medium pemanas yaitu 36°C. Nurcahyono, dkk. (2015)
dengan bahan pangan semakin cepat menyatakan bahwa kadar air mengalami
pindah panas ke bahan pangan dan penurunan dengan semakin tingginya suhu
semakin cepat pula penguapan dari bahan pengeringan. Hal ini disebabkan semakin
pangan. tinggi suhu pengeringan maka semakin
cepat pindah panas dan penguapan air dari
100.000 bahan pangan.
90.000 2 mm Semakin tipis bahan semakin cepat
80.000 3 mm penurunan kadar airnya hal ini
Kadar Air (%)

70.000
60.000 4 mm dikarenakan air yang terkandung didalam
50.000 bahan mudah teruapkan dari dalam bahan.
40.000
30.000
Dilihat dari Gambar 2 kerupuk dengan
20.000 ketebalan 2 mm memiliki grafik lebih
10.000 landai dibandingkan dengan Gambar 3 dan
0.000 Gambar 4.
0 1 2 3 4 5
Waktu (jam)
Perubahan Warna
Warna merupakan salah satu
Gambar 3. Grafik penurunan kadar air parameter yang sangat penting sebagai
kerupuk dengan waktu pada suhu rata- indeks kualitas yang dapat diterima pada
rata 36°C. produk pangan. Karakteristik warna
100.000 kerupuk sayur dilihat dari hasil
90.000 2 mm
80.000 pengukuran nilai L*, a*, dan b* dalam
bentuk sebelum dan sesudah dikeringkan.
Kadar Air (%)

70.000 3 mm
60.000
4 mm
50.000 Tabel 2. Nilai TDC pada Uji L* a* b*
40.000
30.000
Kerupuk Setelah Pengeringan Dengan
20.000 Sinar Matahari dan Alat Tipe Rak
10.000 Ketebalan Nilai TDC
0.000 (mm) Sinar Matahari Alat Tipe Rak
0 1 2 3 4
Waktu (jam) 2 0,0520 0,0316
3 0,0187 0,0214
Gambar 4. Grafik penurunan kadar air 4 0,0252 0,0266
kerupuk dengan waktu pada suhu rata-
rata 50°C Nilai TDC pada Tabel 2 yang
didapat setelah proses pengeringan
Semakin berkurangnya bobot pada kemudian diterjemahkan pada Tabel 1
bahan menunjukkan bahwa kadar air yang yang menunjukkan tingkat perubahan
tersisa semakin sedikit. Pada waktu yang warna yang terjadi setelah proses
sama, kadar air akhir terendah didapat pengeringan dilakukan. Kerupuk yang
pada pengeringan dengan menggunakan telah dikeringkan dengan sinar matahari
alat pengering tipe rak dibandingkan dan alat tipe rak nilai TDC yang dihasilkan
dengan pengeringan dengan sinar yaitu < 0,5 yang artinya kurang jelas
matahari. Hal ini disebabkan pengeringan (trace) atau tidak mengalami perubahan
menggunakan alat pengering tipe rak yang berarti pada nilai L* a* b*.
menggunakan suhu yang lebih tinggi yaitu

176
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 2, September 2018

Perubahan Diameter Bahan selama pengeringan terjadi karena


Penyusutan biasanya merupakan menguapannya air selama proses
karakteristik yang dapat diketahui dengan pengeringan. Difusivitas bahan akan
menentukan perubahan yang terjadi pada berkurang dengan berkurangnya kadar air.
volume dan/atau dimensi bahan Wang, et Tabel 3 dan 4 menunjukkan perubahan
al., (2002). Untuk mengetahui pengerutan diameter pada bahan yang terjadi setelah
yang terjadi perlu dilakukan perbandingan proses pengeringan kerupuk sayur. Bahan
diameter awal bahan dan sesudah dengan ketebalan 2 mm pada pengeringan
dikeringkan. dengan sinar matahari dan menggunakan
alat tipe rak memiliki kecenderungan
Tabel 3. Perubahan Fisik pada penyusutan lebih tinggi yaitu 11,58 -
Pengeringan Kerupuk dikeringkan dengan 11,92% , dibandingkan ketebalan 3 mm
Sinar Matahari pada pengeringan sinar matahari dan rak
Ketebalan d1 d2 ∆d (%) yaitu 8,56% dan 4 mm pada pengeringan
(mm) (cm) (cm) matahari 7,36% pada pengeringan tipe rak
2 2,59 2,29 11,58 8,10%. Hal ini air lebih banyak keluar
3 2,57 2,35 8,56 pada kerupuk yang dikeringkan dengan
4 2,58 2,39 7,36 alat tipe rak dibandingkan dengan dijemur
dibawah sinar matahari.
Tabel 4. Perubahan Fisik pada
Pengeringan Kerupuk Sebelum dan Kadar Air Bahan
Sesudah dikeringkan dengan Tipe Rak Pada saat proses pengeringan,
Ketebalan d1 d2 ∆d (%) tekanan uap air didalam bahan lebih besar
(mm) (cm) (cm) dibandingkan dengan tekanan uap air di
2 2,60 2,29 11,92 dalam bahan. Hal ini menyebabkan air
3 2,57 2,35 8,56 yang ada dalam bahan menguap, sehingga
4 2,58 2,38 8,10 terjadi perpindahan massa uap air dari
bahan ke udara. Pada tahap berikutnya,
Perubahan diameter yang terjadi terjadi perpindahan air dari dalam bahan
dikarenakan kadar air yang terkandung ke permukaan secara difusi sehingga
didalam bahan hilang dan menyebabkan penurunan kadar air bahan berlangsung
pengerutan pada bahan setelah dilakukan lambat. Proses ini berlangsung sampai
proses pengeringan. Tulliza, dkk. (2010) massa bahan konstan sehingga diperoleh
menyatakan penyusutan pada temu putih kadar air keseimbangan.

Tabel 5. Data kadar air akhir kerupuk selama pengeringan


Metode Ketebalan Kadar air (%bb) Kadar air (%bk) Waktu (jam)
Pengeringan (mm) awal akhir awal akhir
Sinar matahari 2 47,55 12,6 90,72 24,07 4,5 - 5,5
3 45,85 13,5 84,72 24,28 4,5 - 5,5
4 44,4 12,75 80,05 23,00 4,5 - 5,5
Alat pengering 2 46,85 8,4 88,22 15,81 3,5
3 45,15 7,5 82,38 13,77 4 - 4,5
4 43,8 8,95 78,07 15,98 4 - 4,5

Pengeringan dengan suhu semakin proses pengeringan semakin cepat dan


tinggi maka waktu yang diperlukan untuk kadar air akhir bahan semakin rendah,

177
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 2, September 2018

sebaliknya semakin tebal pengirisan bahan mm, 3 mm, 4 mm yaitu 12,05% bb, pada
maka waktu yang diperlukan untuk pengeringan menggunakan alat pengering
pengeringan semakin lama dan kadar air dengan ketebalan 2 mm, 3 mm, 4 mm nilai
yang dihasilkan semakin tinggi. Pada Me yang diperoleh yaitu 7,348% bb.
pengeringan dengan menggunakan alat
pengeringan didapat kadar air akhir 13,7 – Semakin tinggi suhu yang
15,81 %, sedangkan pengeringan cara digunakan pada saat proses pengeringan
penjemuran menghasilkan kadar air akhir semakin kecil nilai Me yang dihasilkan.
23,0 -24,3 %. Hal ini sesuai menurut Brooker, dkk.,
Perlakuan pengeringan dan (1981) kadar air keseimbangan akan
ketebalan dalam penelitian ini tidak semakin menurun apabila suhu ruang
memberikan pengaruh yang konsisten pengering semakin meningkat. Hal ini
terhadap penurunan/peningkatan kadar air disebabkan karena pada ruang pengering
akhir yang dihasilkan. Pada pengeringan dengan kondisi suhu yang tinggi akan
matahari hal ini disebabkan suhu matahari memiliki kelembaban relatif yang rendah
yang tidak stabil dan waktu pengeringan sehingga laju penguapan akan semakin
yang dibutuhkan tidak sama. Menurut banyak dan lebih besar. Bahan dengan
Sagita (2013) pada pengeringan dengan ketebalan 2 mm pada pengeringan sinar
menggunakan alat pengeringan, adanya matahari dan pengering mekanis memiliki
kondisi ketidak stabilan kontrol suhu alat nilai kadar air keseimbangan yang lebih
pengering pada saat pengeringan. Selain besar, dibandingkan dengan ketebalan 3
itu waktu pengeringan yang berbeda pada mm dan 4 mm, hal ini menunjukkan
saat pengeringan dengan alat pengering bahwa semakin tipis bahan yang
mempengaruhi ketidak konsistenan hal dikeringkan semakin banyak air pada
tersebut. bahan yang teruapkan.

Kadar Air Keseimbangan Konstanta Pengeringan


Tabel 6. Nilai Me (Kadar air Tabel 7. Konstantan Pengeringan (k)
keseimbangan) pengeringan sinar matahari dan Alat Tipe
Me (%bb) Rak
Ketebalan Sinar
(mm) Sinar Alat Rak
Alat rak Ketebalan Matahari
Matahari
(mm)
2 12,25 7,485 k (jam-1) k (jam-1)
3 12,00 7,300 2 1,051 1,340
4 11,90 7,260 3 0,800 1,069
Rata-rata 12,05 7,348 4 0,669 1,179
Rata-rata 0,840 1,196
Kadar air keseimbangan (Me)
diperlukan diketahui pada saat Dari Tabel 7 diketahui nilai
pengeringan suatu produk pertanian. Me koefesien tertinggi yaitu pada alat
berguna untuk menentukan bertambah pengering dengan suhu pengeringan 50°C.
atau berkurangnya kadar air bahan pada Rahayoe, dkk. (2008) menyatakan
kondisi suhu dan RH udara tertentu konstanta pengeringan meningkat dengan
(Brooker, dkk., 1974). Tabel 6 semakin meningkatnnya suhu
menunjukkan nilai rata-rata nilai Me yang pengeringan. Semakin tinggi suhu udara
diperoleh selama proses pengeringan pengering maka nilai k semakin besar
dengan sinar matahari dengan ketebalan 2 karena panas yang diberikan semakin

178
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 2, September 2018

tinggi dan penguapan air juga semakin yang berbeda dari warna awal sebelum
cepat. pengeringan.
Bahan dengan ketebalan yang lebih
tipis menghasilkan nilai k yang lebih DAFTAR REFERENSI
tinggi, dapat dilihat pada Tabel 7
perlakuan bahan dengan ketebalan Asgar, A., Zain, S., Widyasanti, A. dan
pengirisan 2 mm pada pengeringan dengan Wulan, A. 2013. Kajian
sinar matahari dan alat pengering memiliki karakteristik proses pengeringan
nilai konstanta pengeringan lebih besar, jamur tiram (Pleurotus sp.)
hal ini dikarenakan air yang terkandung menggunakan mesin pengering
didalam bahan mudah teruapkan. Namun vakum. Jurnal hort. Vol. 4 (No. 23):
terdapat fenomena lain yaitu nilai Halaman 379-389
konstanta pada ketebalan 3 lebih rendah
dibandingkan dengan bahan ketebalan 4 Brooker, D. B., Bakker-Arkena, F. W. and
mm. Menurut Sagita (2013) besarnya nilai Hall, C. W. 1974. Drying Cereal
konstanta pengeringan dipengaruhi oleh Grains. Westport, Connecticut: The
kadar air awal bahan, kadar air selama AVI Publishing Co., Inc.
pengeringan, waktu pengeringan, suhu,
RH, dan kecepatan udara pengering. Brooker, D. B., Barker-Arkema F. W., and
Semakin tinggi nilai konstanta Hall C W. 1981. Drying and Storage
pengeringan menunjukkan semakin cepat of Grain and Oilseeds. New York:
suatu bahan membebaskan kandungan air. Van Nostrand Reinhold

KESIMPULAN Dwi, M. 2008. Mempelajari karakteristik


Pengeringan Chip Berbahan
Laju pengeringan bahan dengan Campuran Ubi Kayu dan Ubi Jalar
menggunakan alat pengering tipe rak lebih dengan Ketebalan yang Berbeda.
cepat mendapati bobot konstan Skripsi. Universitas Lampung.
dibandingkan laju pengeringan bahan Lampung
dengan sinar matahari. Kadar air pada
pengeringan menggunakan alat pengering Putro, M. R. 2016. Uji Kinerja Alat
tipe rak lebih rendah dibandingkan dengan Pengering Mekanis Tipe Rak Untuk
sinar matahari. Nilai Me pada alat Mengeringkan Stick Singkong.
pengering tipe rak lebih rendah daripada Skripsi. Universitas Lampung.
pengeringan dengan sinar matahari. Nilai Lampung
k pada pengeringan menggunakan alat tipe
rak lebih tinggi pada pengeringan Rachmawan, O. 2001. Pengeringan,
menggunakan sinar matahari. Pendinginan, dan Pengemasan
Selain itu, persentase perubahan Komoditas Pertanian. Direktorat
fisik dalam bentuk pengerutan pada Pendidikan Menengah Kejuruan,
pengeringan menggunakan pengering tipe Departemen Pendidikan Nasional.
rak lebih besar dibandingkan pengeringan Jakarta.
dengan sinar matahari. Perubahan warna
yang terjadi setelah pengeringan dengan Rahayoe, S., Budi, R. dan Rr., S. K. 2008.
alat pengering tipe rak dan dengan sinar Konstanta laju pengeringan daun
matahari menghasilkan rata-rata nilai sambiloto menggunakan pengering
TDC < 0,5 yang artinya kurang jelas tipe tekanan rendah. Jurnal rekayasa
(trace) atau tidak mengalami perubahan

179
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6, No. 2, September 2018

proses. Vol. 2 (No. 1). Halaman: 17- Wahyuningtyas, N., Basito. dan Windi, A.
23 2014. Kajian Karakteristik
Fisikokimia dan Sensoris Kerupuk
Sagita, A. 2013. Hubungan Penyusutan Berbahan Baku Tepung Terigu,
dengan Karakteristik Pengeringan Tepung Tapioka dan Tepung Pisang
Lapisan Tipis Simpilisia Kerupuk Kuning. Jurnal Teknosains
Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Pangan. Vol. 3 (No. 2). Halaman 76-
Roxb.). Skripsi. Institut Pertanian 85
Bogor. Jawab Barat
Nurcahyono, I. D., dan Elok, Z. 2015.
Tulliza, I. S., Armansyah, H. T., dan Pengaruh Konsentrasi
Usman, A. 2010. Pengaruh Carboxymethyl Cellulose Sebagai
Penyusutan Temu Putih (Curcuma Edible Coating dan Suhu
Zedoaria (Berg) Roscoe) Terhadap Pengeringan Terhadap Sifak Fisik
Karakteristik Pengeringan Lapisan dan Kimia Wortel Kering Instan.
Tipis. Jurnal Keteknikan Pertanian. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
Vol. 24 (No. 2). Halaman: 107-114 Vol. 3 (No. 3) Halaman : 1192-1202

180

You might also like