Professional Documents
Culture Documents
Key words: Uterine manipulation, First postpartum etrus, and Bos Sondaicus.
a0b1 49 3 53 94,23
a0b2 50 5 55 90,91
a1b1 41 4 45 91,11
a1b2 43 4 47 91,49
a2b1 41 1 42 97,62
a2b2 44 4 48 91,67
Jumlah 268 21 290 92,41
Pada Gambar 1 terlihat bahwa kadar terhadap sekresi PGF2α dalam darah
PGF2α induk kontrol baik primipara yang disekresi oleh uterus karena
maupun multipara terlihat sangat fungsi manipulasi uterus yang
rendah dibanding dengan induk- menyerupai fungsi estrogen dan
induk yang mendapat perlakuan 1 oxitocin yang menyebabkan
menit maupun 2 menit baik induk kontraksi uterus sehingga involusi
primipara maupun multipara. Sejak uteri dapat berjalan dengan cepat.
20 menit setelah perlakuan sampai Selama kontraksi uterus terjadi
300 menit setelah perlakuan a2b1 reduksi ukuran uterus disebabkan
menunjukkan adanya kadar PGF2α oleh kontraksi miometrium. Hal ini
yang tinggi berkisar antara 0,011- bertujuan untuk merangsang
0,178 ng/ml. Hal ini memberi pelepasan (release) PGF2α
gambaran bahwa perlakuan meningkatkan ritme uterus sehingga
manipulasi uterus berdampak positif mempercepat involusi uterus (Hafez
dan Hafez, 2000). Dijelaskan oleh Panjang Saluran Reproduksi
Madej et al., (2003) bahwa
Hasil analisis ragam (Lampiran
kandungan PGF2α dalam darah 3 hari
22) interaksi antara lama manipulasi
postpartum 1,702 ng/ml dan
dengan paritas tidak
menurun pada 21 hari postpartum
mempengaruhi panjang saluran
menjadi 0,190 ng/ml. Selanjutkanya
reproduksi (P>0,05), perlakuan
Heuwieser et al., (1992) mengatakan
faktor A (waktu manipulasi) tidak
bahwa kadar PGF2α tinggi pada 3 jam
berpengaruh nyata (P>0,05),
setelah partus yang placentanya
perlakuan faktor B (status paritas)
sudah keluar yaitu 0,46±0,26 ng/ml,
tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
lebih tinggi dibanding dengan
terhadap panjang saluran reproduksi.
yang masih ada placentanya yaitu
Hal ini diduga karena waktu
0,26±0,11 ng/ml. Menurut
pengukuran dilakukan saat terjadinya
Fairclough et al., (1975) bahwa
berahi sehingga telah terjadi involusi
kadar PGF2α dalam darah dari 1
sempurna, di samping itu juga
ng/ml dan kadar maksimum 4-9
pengukuran yang kurang akurat
ng/ml. Bervariasinya kadar PGF2α ini
karena yang diukur adalah tangan
sesuai dengan kondisi dan status
setelah dimasukkan ke dalam saluran
reproduksi induk sapi. Pada saat
reproduksi. Hasil analisis ragam
estrus postpartum induk sapi sudah
seperti terlihat pada Tabel 2.
mengalami involusi sempurna.
Tabel 2. Hasil Analisis Panjang Saluran Reproduksi (cm)
Faktor B
Faktor A Jumlah Rata-rata
b1 b2
a0 30,76 31,95 62,70 31,35 a
a1 29,79 30,82 60,62 30,31 a
a2 30,84 30,69 61,53 30,76 a
Jumlah 91,39 93,45
a
Rata-rata 30,46 31,15 a
Keterangan : Huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata pada taraf 5% (P > 0,05)
Pada Tabel 2 terlihat bahwa menurun secara bertahap dengan
interaksi antara waktu manipulasi kecepatan 8 – 12 menit tiap kali.
dan paritas, pengaruh lama Kontraksi ini mengakibatkan
manipulasi dan perbedaan perpendekan sel urat daging uterus
paritas tidak menyebabkan yang telah menjadi panjang. Selama
perbedaan regenerasi panjang 2 hari pertama sesudah kelahiran
saluran reproduksi. Hal ini sejumlah besar cairan (1400-1600
menunjukkan bahwa pada saat ml) yang berisi sel, darah dan sedikit
berahi setelah perlakuan sapi jaringan berada di dalam uterus. Pada
sampel yang digunakan sudah hari ke-8 cairan ini biasanya
involusi uteri sempurna sehingga menurun jumlahnya menjadi 500 ml
perlakuan relatif sama dibanding dan pada hari ke-40 hanya tinggal
kontrol. Relatif samanya saluran beberapa milliliter saja. Dalam
reproduksi ini di samping bangsa keadaan normal peristiwa involusi
yang sama, umur juga relatif sama merupakan suatu proses aseptis;
dan juga dikarenakan pengukuran namun demikian radang karena
panjang saluran reproduksi bakteri sering terjadi pada kelahiran
dilaksanakan pada saat sapi normal. Selanjutnya Budiyanto
mengalami berahi setelah perlakuan. (2012) menyatakan involusi uterus
Menurut Frandson (1993), panjang melibatkan hilangnya cairan
saluran reproduksi sapi dari servik intraluminal, penyusutan ukuran,
sampai vulva adalah 30 – 40 cm. dan perbaikan endometrium.
Selanjutnya Djanuar (1985), Selama dua hari pertama setelah
menyatakan bahwa sesudah stadium melahirkan, cairan yang
ketiga kelahiran, pengeluaran dikeluarkan adalah serosanguineous,
plasenta, kontraksi uterus dan perubahan karakter setelah
berkesinambungan dengan kecepatan terputusnya karunkula
3 menit tiap kontraksi pada hari menggambarkan eliminasi sisa-sisa
pertama. Selama hari ke 3 – 4 jaringan desidua karunkula mulai
sesudah kelahiran, kontraksi ini akan 3 sampai 4 hari setelah
kelahiran dan meningkat sampai frekuensi menurun sebesar 46% dari
hari ke-9, dan secara bertahap nilai rata-rata awal.
bercampur dengan darah yang Dari keseluruhan sapi sampel
berasal dari perdarahan pada dapat digambarkan bahwa panjang
permukaan karunkel. Frekuensi rata- saluran reproduksi rata-rata sapi Bali
rata kontraksi uterus adalah 8,9 untuk perlakuan a0b1 30,76+0,99 cm
kontraksi per jam pada 12 jam pasca dengan kisaran 25 - 41 cm, a0b2
melahirkan dengan kisaran 6 31,95+1,33 cm dengan kisaran 25 -
sampai 11 kontraksi setiap jam. 42 cm, a1b1 29,79+1,17 cm dengan
Frekuensi kontraksi menurun kisaran 25 - 39 cm, a1b2 30,82+1,48
menjadi 1,8 kontraksi per jam pada cm dengan kisaran 25 - 40 cm, a2b1
48 jam postpartum. Penurunan 30,84+1,32 cm dengan kisaran 25 -
terbesar nilai rata-rata terjadi antara 42 cm , a2b2 30,69+1,72 cm dengan
12 dan 24 jam pasca melahirkan, dan kisaran 25 - 40 cm seperti terlihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Panjang Saluran Reproduksi (cm)