Professional Documents
Culture Documents
1 PB PDF
1 PB PDF
1
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
2
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
nuhan kebutuhan jangka pendek, te- interaksi antara lingkungan dan sosial
tapi juga mempertimbangkan pemenu- disebut sebagai livable atau dikenal
han kebutuhan pada masa yang akan juga sebagai konsep kualitas hidup
datang. yang dapat pula diartikan dalam istilah
Definisi yang paling umum kenyamanan; interaksi antara ekonomi
digunakan adalah definisi pembangu- dan lingkungan disebut sebagai viable
nan berkelanjutan sesuai dengan atau dalam artian usaha dalam me-
Brundtland Report dalam WCED ningkatkan kondisi ekonomi harus
(1987) yaitu pembangunan yang me- memperhatikan daya dukung lingku-
menuhi kebutuhan generasi saat ini ngan dan menghindari terjadinya ke-
tanpa mengorbankan pemenuhan ke- rusakan lingkungan yang dapat juga
butuhan generasi yang akan datang diartikan dalam istilah kelestarian; se-
yang konsepnya terdiri dari tiga aspek dangkan interaksi antara ekonomi,
yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. sosial dan lingkungan disebut sebagai
(Tanguay et al., 2009; Yang, Xu, & sustainable (WCED ,1987 dalam
Shi, 2016). Pembangunan berkelanju- Tanguay et al., 2009).
tan merupakan salah satu tahapan Dalam interaksi antar aspek
pembangunan jangka panjang yang dalam pembangunan berkelanjutan
kompleks dan melibatkan berbagai di- banyak muncul tanggapan pesimis
siplin ilmu (Yang et al., 2016). Pada dari para ahli baik ekonom maupun
jangka panjang, diperlukan strategi environmentalis. Para ahli tersebut
pembangunan yang seimbang antara menganggap bahwa pembangunan
aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek berkelanjutan merupakan retorika
lingkungan dengan didukung oleh as- yang tidak dapat dilakukan tanpa
pek kelembagaan yang baik. Menurut adanya trade off antar aspek (Drews
Heal dalam Fauzi & Octavianus & Bergh, 2017; Fauzi, 2009; Moore,
(2014) setidaknya terdapat dua di- 2017).
mensi dalam konsep pembangunan Kurva Kuznets merupakan
berkelanjutan yaitu dimensi waktu kurva multidimensi berbentuk U
yang menyangkut apa yang terjadi terbalik yang menunjukkan hipotesis
pada masa kini dan masa yang akan hubungan jangka panjang antara pen-
datang; dan dimensi interaksi yang dapatan per kapita dengan degradasi
menyangkut sistem ekonomi dan lingkungan dan ketimpangan
sistem lingkungan karena pemenuhan (Kuznets, 1954; Panayotou, 2003;
kebutuhan manusia pada dasarnya Todaro & Smith, 2011a). Seiring de-
selalu berhubungan dengan keterse- ngan keberhasilan pembangunan eko-
diaan dan keterbatasan sumber daya a- nomi yang diukur dengan mening-
lam. Pembangunan berkelanjutan ada- katnya pertumbuhan ekonomi/ pen-
lah penjajaran dua elemen utama yang dapatan per kapita akan terjadi pe-
penting yaitu pembangunan yang ber- ningkatan degradasi lingkungan/ ke-
tujuan untuk selalu mengembangkan timpangan sampai pada titik belok
potensi menuju kondisi yang lebih (turning point) tertentu. Setelah me-
baik, dan berkelanjutan yang mewa- lewati titik belok (turning point) ter-
kili makna ketahanan dan kelestarian sebut maka peningkatan pertumbuhan
(Cristian, Maria, Artene, & Duran, ekonomi/ pendapatan per kapita akan
2015). diikuti dengan penurunan degradasi
Interaksi antara ekonomi dan lingkungan/ ketimpangan.
sosial disebut sebagai equitable yang
dapat diartikan dalam istilah keadilan;
3
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
4
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
5
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
Gambar 1
Komposisi Wilayah Tahun 2011 dan 2015 berdasarkan Tipologi Klassen
12 10 wilayah maju
12 8 wilayah maju
Wilayah
Wilayah potensial
potensial
16 16
2 wilayah tertekan
Wilayah Wilayah
tertinggal tertinggal
Secara komposisi, tampak bahwa tidak kapita sedangkan analisis cluster di-
terdapat perubahan dalam jumlah gunakan untuk mengidentifikasi wila-
wilayah tertinggal. Hal ini menunjuk- yah berdasarkan persamaan karakte-
kan bahwa pengentasan wilayah ter- ristik variabel selain pertumbuhan e-
tinggal belum berhasil pada kurun konomi dan PDRB per kapita dengan
waktu 2011-2015. Pada tahun 2015 tujuan dapat menggabungkan infor-
wilayah tertekan tumbuh menjadi wi- masi pelaksanaan pembangunan di Ja-
layah maju sehingga komposisi wila- wa Timur dengan lebih tepat.
yah maju menjadi lebih besar. Analisis Analisis cluster dalam peneli-
kuadran berdasarkan Tipologi Klassen tian ini menggunakan program SPSS
dengan tujuan untuk mengetahui kom- 20 yang hasilnya ditunjukkan oleh
posisi distribusi wilayah berdasarkan tabel 1. dan tabel 2. di bawah ini:
pertumbuhan ekonomi dan PDRB per
Tabel 1. Perbandingan Hasil Perhitungan Analisis Cluster
2011 2015
Variabel Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah
Mean Mean
Maju Potensial Tertinggal Maju Potensial Tertinggal
Gini 0.31 0.35 0.31 0.28 0.34 0.37 0.34 0.31
Kemiskinan 13.85 7.32 13.36 20.01 12.17 6.78 12.50 17.51
%Primer 27.98 3.84 28.57 46.75 25.94 3.77 31.01 41.72
%TK 20.03 3.76 21.45 31.04 17.99 4.00 21.38 27.62
primer
AHH 70.57 72.05 71.41 67.99 70.96 72.41 71.60 68.28
AMH 89.55 96.92 91.22 80.79 92.49 97.66 93.25 85.52
Density 1,805.14 4,915.51 949.29 660.76 1,858.85 4,539.72 813.61 686.79
Tk. 74.05 142.66 56.92 45.95 49.11 87.91 33.86 32.34
kriminal
CO* 1,730.00 1,994.44 1,530.00 1,840.91 6,187.13 7,614.74 5,404.27 5,947.57
% hutan 10.88 1.72 10.84 18.42 11.60 2.14 13.11 19.43
6
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
Cluster 1 Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang,
Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Kota Probolinggo, Kota Pasuruan,
Mojokerto, Kota Madiun, Kota Surabaya, Kota Mojokerto, Kota Madiun, Kota
Kota Batu (9 kota) Surabaya, Kota Batu, Sidoarjo,
Mojokerto (9 kota, 2 kabupaten)
Cluster 2 Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Pacitan, Ponorogo, Trenggalek,
Tulungagung, Blitar, Kediri, Malang, Tulungagung, Blitar, Kediri, Malang,
Banyuwangi, Sidoarjo, Pasuruan, Banyuwangi, Pasuruan, Jombang,
Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Madiun, Nganjuk, Madiun, Magetan, Ngawi,
Magetan, Ngawi, Lamongan, Gresik (18 Lamongan, Gresik, Bojonegoro (17
kabupaten) kabupaten)
Cluster 3 Lumajang, Jember, Bondowoso, Lumajang, Jember, Bondowoso,
Situbondo, Probolinggo, Bojonegoro, Situbondo, Probolinggo, Tuban,
Tuban, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Bangkalan, Sampang, Pamekasan,
Sumenep (11 kabupaten) Sumenep (10 kabupaten)
7
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
8
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
pergeseran ke sektor sekunder, se- akan sumber daya alam sehingga ber-
dangkan wilayah maju sudah bukan potensi untuk mempercepat degradasi
lagi pada struktur perekonomian lingkungan (Fauzi, 2009; Sachsida, de
primer. Struktur perekonomian primer Mendonça, Loureiro, & Gutierrez,
erat kaitannya dengan kemiskinan dan 2010).
pekerja dengan kategori miskin bila Variabel aspek sosial lain yang
dibandingkan dengan sektor pereko- menjadi proksi ukuran kesejahteraan
nomian yang lain (Pratomo, Saputra, sosial dari sisi kesehatan dan pen-
& Shofwan, 2015). Dengan demikian didikan yaitu Angka Harapan Hidup
perlu dilakukan upaya untuk dan Angka Melek Huruf menunjukkan
mengatasi masalah ekonomi di wi- adanya peningkatan dari tahun 2011
layah tertinggal agar tingkat kemis- ke tahun 2015. Hasil empirik me-
kinan dapat diturunkan dengan me- nunjukkan bahwa peningkatan yang
ningkatkan pembangunan pada sektor terjadi ternyata belum mampu me-
primer yang menjadi struktur pere- ngangkat kesejahteraan wilayah ter-
kononomiannya. tinggal setara atau lebih tinggi dari
Variabel kepadatan penduduk rata-rata Jawa Timur. Hal tersebut
dan tingkat kriminalitas menunjukkan sekaligus mengindikasikan masih ada-
perbedaan yang relatif sangat jauh nya ketimpangan dalam pemenuhan
antara wilayah maju dengan wilayah kebutuhan dasar antar wilayah. Dalam
potensial dan wilayah tertinggal. Hal penelitian ini aspek sosial akan dia-
tersebut mengindikasikan bahwa ting- sumsikan menuju pada pembangunan
kat kenyamanan dan keamanan di berkelanjutan apabila terjadi pening-
wilayah maju relatif rendah. Tingkat katan pada kesejahteraan sosial dan
kriminalitas dihitung dari perban- penurunan pada masalah sosial.
dingan antara jumlah kejadian kri- Pada aspek lingkungan, varia-
minal dibanding dengan jumlah pen- bel persentase luas hutan menun-
duduk yang dinyatakan per seratus ri- jukkan adanya perbedaan yang relatif
bu jumlah penduduk. sangat besar antara pada wilayah maju
Kepadatan penduduk di wila- dibandingkan dengan wilayah poten-
yah maju berada jauh di atas ke- sial dan wilayah tertinggal. Aspek
lompok wilayah yang lain dan rata- lingkungan merupakan aspek dalam
rata Jawa Timur. Kondisi tersebut wa- pembangunan berkelanjutan yang pa-
jar terjadi karena wilayah maju diang- ling sering diabaikan karena alasan e-
gap mampu memberikan kehidupan konomi (Todaro & Smith, 2011b).
yang lebih baik karena pertumbuhan Lingkungan dapat menjadi aspek yang
yang tinggi dan ketersediaan sarana malah menghambat pertumbuhan eko-
dan prasarana yang lebih lengkap. Se- nomi pada jangka panjang bila tidak
bagaimana diungkapkan dalam dijaga kelestariannya.
(Todaro & Smith, 2011a) bahwa di Perbedaan bentang alam antara
negara berkembang terjadi kepadatan kota dan kabupaten terletak pada do-
penduduk di wilayah maju yang se- minasi pemanfaatan lahan. Pada wi-
ringkali lebih tinggi dari rata-rata na- layah kota, bentang alamnya relatif
sional. Wilayah dengan kepadatan homogen oleh adanya bangunan-ba-
penduduk yang tinggi ditambah de- ngunan permanen dan semi permanen
ngan ketimpangan pendapatan yang yang relatif minim oleh ruang terbuka.
tinggi dapat meningkatkan krimina- Sebaliknya, pada wilayah kabupaten,
litas dan dari aspek lingkungan dapat bentang alamnya relatif heterogen.
dilihat sebagai konsumsi yang tinggi Sebagai kompensasi dari minimnya
9
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
ruang terbuka di wilayah maju, maka fitas lingkungan pada jangka panjang,
dalam Undang Undang Nomor 26 Ta- dan data empirik tentang peningkatan
hun 2007 yang mengatur tentang pe- persentase luas hutan wilayah terting-
nataan ruang disyaratkan minimal 30 gal di Jawa Timur tidak menunjukkan
persen dari luas wilayah perkotaan kondisi tersebut. Peningkatan terbesar
wajib digunakan sebagai ruang ter- pada persentase luas hutan di wilayah
buka hijau. Hasil penelitian ini me- tertinggal mengindikasikan sinyal
nunjukkan bahwa wilayah maju me- yang baik bagi kelestarian lingkungan.
rupakan wilayah yang didominasi oleh Dengan peningkatan tersebut dapat
wilayah perkotaan. diasumsikan bahwa kesadaran akan
Wilayah tertinggal dengan kelestarian lingkungan sudah mulai
tingkat kemiskinan yang tinggi bia- tumbuh.
sanya banyak memanfaatkan sumber Apabila dihubungkan dengan
daya alam sedemikian rupa untuk me- hipotesis Kuznets, hasil penelitian pa-
menuhi kebutuhan jangka pendek da tiap wilayah secara keseluruhan da-
namun dapat mempengaruhi produkti- pat digambarkan sebagai berikut:
10
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
11
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
12
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
13
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
14