You are on page 1of 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326080291

LITERATUR REVIEW STUDY LITERATUR: PENGKAJIAN LUKA KAKI DIABETES


ABSTRACT Nothing Nothing Conflict of interest: Funding resources

Article · June 2018

CITATIONS READS

0 1,183

3 authors, including:

Saldy Yusuf Takdir Tahir


Universitas Hasanuddin Universitas Hasanuddin
25 PUBLICATIONS   65 CITATIONS    10 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Breastfeeding and Depression View project

Health Education and Health Coaching to Improve Self Care Management on DM Type 2 Patient in Community View project

All content following this page was uploaded by Takdir Tahir on 30 June 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

LITERATUR REVIEW
How to cite:
STUDY LITERATUR:
Rasyid Nurawaliah, Yusuf saldy,
Tahir Takdir. Study Literatur
Pengkajian Luka Kaki Diabetes.
PENGKAJIAN LUKA KAKI DIABETES
Jurnal Luka Indonesia. 2018,
4(2): 123-137

Nurawaliah Rasyid1, Saldy Yusuf2, Takdir Tahir2


Conflict of interest:
Nothing 1 Mahasiswa Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Funding resources:
Universitas Hasanuddin Makassar
2 Dosen Program Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Nothing Universitas Hasanuddin Makassar

Corresponding authors:

Saldy_yusuf@yahoo.com ABSTRACT

Note: Background:
Diabetic foot ulcer (DFU) is one of the complications caused by Diabetes
Mellitus disease. The healing process will be complicated if care
management is not done well. One of them is to conduct assessment or
standardized assessment in the management of DFU. Several assessment
of DFU were done using a classification system and wound assessment
instruments. The purpose of this literature study is to identify an
instrument that can be used in assessing DFU.
Methods:
The data base used in this literature review is Pubmed, Science Direct,
Google Scholar and Cochrane.
Results:
There are 47 articles identified and published from 2010-2018. There are
7 articles from 47 articles that meet the inclusion criteria. Some of the
results showed DFU assessment either by using a classification system or
by using the DFU assessment instrument.
Conclusions:
Several wound assessments have been made to assist nurses in
monitoring the status and healing progress of diabetic foot ulcer. Nurse
can use a classification system to see the severity of the wound as well as
the assessment instrument to predict wound healing.
Keywords: diabetic foot ulcer, assessment, wound healing

123
123
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang memiliki


LATAR BELAKANG angka prevalensi yang cukup tinggi. Salah satu komplikasi dari DM adalah luka
kaki diabetes (International Diabetes Federation, 2017). Prevalensi kaki
diabetes bervariasi antara 3 % di Oceania sampai 13 % di Amerika Utara
dengan prevalensi di tingkat global rata-rata 6,4 % (Zhang et al., 2017).
Demikian pula negara di Asia seperti India, diperkirakan terdapat 42 juta
orang menderita DM dan sekitar 15 % disertai dengan komplikasi luka kaki
(Ramachandran et al., 2016). Di Indonesia Timur, prevalensi luka kaki diabetes
sekitar 12 % dan prevalensi risiko luka kaki diabetes sekitar 55.4 % (Yusuf et
al., 2016). Dengan demikian, DM dengan komplikasi luka kaki diabetes
membutuhkan manajemen perawatan yang baik.
Luka kaki diabetes bisa menjadi rumit dan membutuhkan waktu
penyembuhan yang lama jika tidak dilakukan perawatan yang baik.
Manajemen perawatan kaki diabetes yang berfokus pada vaskular,
mikrobiologi/ infeksi, mekanik, edukasi dan perawatan luka (Turns, 2011).
Selain itu salah satu manajemen perawatan luka kaki diabetes adalah
penilaian atau pengkajian terstandar dan pengelolaan luka kaki diabetes
(Roberts & Newton, 2015). Dalam praktek klinis, karakteristik luka dapat
dinilai dengan menggunakan sistem klasifikasi yang digunakan dalam
mengkaji luka(Lavery, Armstrong, & Harkless, 1996; Oyibo, S et al., 2001;
Wagner, 1981). Namun sistem klasifikasi ini hanya dapat digunakan untuk
evaluasi dan penentuan tingkat keparahan luka tetapi tidak dapat
memprediksi waktu penyembuhan luka (Zubair, Malik, & Ahmad, 2015).
Selain sistem klasifikasi, penilaian terhadap luka kaki diabetes dapat
dilakukan dengan menggunakan instrumen pengkajian luka untuk prediksi
penyembuhan luka seperti Bates-Jansen Wound Assessment Tool
(BWAT)(Harris, Nancy, Rose, Mina, & Ketchen, 2010) dan The New Diabetic
Foot Ulcer Assessment Scale (DFUAS) (Arisandi et al., 2016). Tujuan dari studi
literatur ini adalah untuk mengidentifikasi pengkajian yang dapat digunakan
dalam menilai luka kaki diabetes (Karthikesalingam et al., 2010)

METODE Studi literatur ini melalui penelusuran hasil publikasi ilmiah dengan
rentang tahun 2010-2018 dengan menggunakan database Pubmed, Science
PENELITIAN Direct, Google Scholar dan Cochrane berdasarkan teknik pencariaan PICOT .
Dalam studi literatur ini, kata kunci PICOT yang digunakan adalah P (diabetic
foot ulcer “OR” diabetic wound), I (assessment), C (valid “OR” reliable), O
(healing) dan T (-). Selain itu, penyusunan studi literatur ini menggunakan
check list Prisma.
Untuk data base Pubmed menggunakan keyword diabetic foot ulcer
“OR” diabetic wound “AND” assessment “AND” valid “OR” reliable “AND”
healing. Untuk data base Science Direct dengan menggunakan keyword
diabetic foot ulcer “OR” diabetic wound “AND” assessment “AND” valid “OR”
reliable “AND” healing. Untuk data base Cochrane dengan menggunakan
keyword diabetic foot ulcer “OR” diabetic wound “AND” assessment “AND”
valid “OR” reliable “AND” healing. Untuk data base Google Scholar dengan
menggunakan keyword diabetic foot ulcer “OR” diabetic wound “AND”

124
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

assessment “AND” valid “OR” reliable “AND” healing. Pada pencarian Google
Scholar dilakukan skrining tahun (2010-2018) dan menggunakan frase
“diabetic foot ulcer assessment”.

Berdasarkan hasil pencarian literatur dari 48 artikel yag didapatkan,


HASIL PENELITIAN terdapat 7 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian-penelitian
tersebut mengidentifikasi penilaian dan pengkajian luka kaki diabetes.
Pengkajian luka kaki diabetes dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
klasifikasi. Menurut Karthikesalingam et al (2010) terdapat beberapa sistem
klasifikasi untuk menilai luka kaki diabetes dan telah di uji validitasnya antara
lain University of Texas (UT), SAD score, Perfusion, Extent, Depth, Infection and
Sensation (PEDIS), Depth, Extent of bacterial colonization, Phase of healing
and Associated aetiology (DEPA), Diabetic Ulcer Severity Score (DUSS) , MAID
dan Site, Ischemia, Neuropathy, Bacterial, Infection, and Depth (SINBAD).
Pada penelitian Chuan et al (2015) dijelaskan bahwa sistem klasifikasi
PEDIS juga dapat digunakan untuk mengkaji luka kaki diabetes. Penelitian ini
membandingkan sistem klasifikasi PEDIS dengan Wagner dan SINBAD. Untuk
validitas klasifikasi PEDIS, ROC pada AUC sebesar 0.95 dengan sensitivitas 93
% dan spesifitas 82 %. Sebagai perbandingan, kurva ROC pada skoring SINBAD
dan Wagner memiliki AUC masing-masing 0.88 dan 0.86 dengan sensitivitas
masing-masing 90.5 dan 88.5 serta spesifitas masing-masing 73 % dan 80 %.
Demikian pula dengan penelitian Forsythe et al (2016) yang mengevaluasi
reliabilitas intraobserver 3 sistem klasifikasi luka kaki diabetik yaitu PEDIS,
SINBAD dan UT. Reliabilitas single observer sedikit sampai sedang untuk
semua sistem penilaian (UT 0.53; SINBAD 0.44; PEDIS 0.23-0.42), namun
reliabilitas intraobserver hampir sempurna (UT 0.94; SINBAD 0.91; PEDIS
0.80-0.90). Agreement untuk pengamat saat mengkaji infeksi (SINBAD 0.28;
PEDIS 0.28), iskemia (SINBAD 0.26; PEDIS 0.23), atau keduanya (UT 0.25);
Namun, hasil yang baik untuk agreement multi observer (infeksi: 0.83;
iskemia: 0.80-0.82; keduanya: 0.81). Sistem klasifikasi ini dapat digunakan
oleh beberapa pengamat, misalnya, saat melakukan penelitian dan
pemeriksaan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pengambilan data
hanya dilakukan di satu rumah sakit saja sehingga tidak bisa di generalisasikan
dengan rumah sakit yang lain atau pada setting yang berbeda.
Selain menggunakan sistem klasifikasi, luka kaki diabetes dapat dikaji
dengan pengkajian BWAT. Penelitian yang dilakukan oleh Harris et al (2010)
untuk menilai validitas pengkajian BWAT dengan menggunakan foto atau
gambar. Hal ini membantu perawat dalam meningkatkan pendidikan untuk
pengkajian luka dengan menggunakan media visual sebagai bahan atau
sumber praktik. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu Tahap 1 : dilakukan
pemilihan foto luka dengan kualitas dan resolusi tinggi dan akan divalidasi
oleh peneliti, Tahap 2 : latihan validasi dengan tatap muka langsung dan Tahap
3 : dengan menggunakan survei elektronik melihat validasi secara online.
Sebanyak 214 foto yang dievaluasi pada penelitian ini. 73 % (n=55) foto dapat
divalidasi pada tahap 2 dan 100 % (n=53) dapat divalidasi pada tahap 3.
Namun keterbatasan dalam penelitian ini, meskipun peserta penelitian
memiliki pengalaman dalam merawat luka namun mereka belum

125
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

berpengalaman menggunakan pengkajian BWAT sehingga membatasi


kemampuan mereka dalam membaca foto luka. Penelitian yang sama juga
dilakukan oleh Karahan, Kilicarslan, Aysun, Aysel, & Agah (2014) untuk
mengevaluasi validitas isi dan validitas konstruk pengkajian luka BWAT versi
Bahasa Turki. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil content validity
agreement 0.82, reliabilitas interrater dari instrumen 0.82, konsistensi
internal dihitung dengan nilai cronbach alpha 0.85.
Penelitian tentang pengkajian luka dengan penggunaan foto juga
dilakukan oleh Hazenberg, Baal, Manning, Bril, & Bus (2010) dimana
penelitian tersebut dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas
pengkajian ulserasi kaki pada daerah plantar dan lesi pra ulserasi dengan
menggunakan media foto digital. Pengumpulan data dilakukan pada 32 pasien
dengan luka kaki diabetes atau yang berisiko diambil gambar atau foto yang
memiliki kualitas tinggi (gambar foto permukaan plantar kaki). Setiap kaki
dikaji atau dinilai 2 minggu kemudian dan 4 minggu kemudian untuk melihat
kondisi ulkus, adanya kalus serta ada tidaknya tanda. Setiap kaki dinilai oleh
empat spesialis perawatan kaki. Ulserasi kaki secara kumulatif dinilai 59 kali,
kalus 78 kali, tidak ada tanda ulserasi 149 kali selama pengkajian. Validitas
pengkajian dengan foto untuk ulkus K = 0.87, untuk tidak adanya tanda ulkus
K = 0.83 serta kalus K = 0.61. Untuk sensitivitas dan spesifitas untuk ulkus
masing-masing 88 % dan 98 %, kalus 69 % dan 89 % serta untuk tanpa tanda
ulkus masing-masing 90 %. Intraobserver agreement antara pengkajian
fotografi berulang sangat bagus untuk hasil dan pengamat (K antara 0.70 dan
1.00). Interobserver agreement untuk pengkajian foto pada ulkus K=0.72-
0.88, tanpa tanda ulkus K=0.59-0.75 sedangkan kalus K=0.48-0.73. Untuk
pengkajian langsung, nilai interobserver agreement hanya sedikit yang lebih
tinggi. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sampel yang sedikit dimana
pasien yang mengalami luka, fisura maupun eritema jumlahnya terbatas.
Selain itu penelitian ini terbatas hanya mengkaji daerah plantar pasien
sedangkan luka kaki diabetes tidak hanya terjadi didaerah plantar saja tapi
juga bisa terjadi didaerah dorsal kaki.
Selain penggunaan pengkajian BWAT, luka kaki diabetes dapat dikaji
dengan menggunakan pengkajian DFUAS. Menurut penelitian Arisandi et al
(2016) pengkajian DFUAS merupakan pengkajian khusus yang dibuat untuk
luka kaki diabetes. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi validitas
konkuren, validitas konstruk dan validitas prediktif dari pengkajian luka kaki
diabetes DFUAS di Indonesia. Dalam penelitian tersebut untuk uji validitas
konkuren dievaluasi korelasi DFUAS dengan pengkajian BWAT dan pengkajian
PUSH dan diperoleh hasil masing-masing r = 0.92 dan r = 0.87. Demikian juga
dengan uji validitas konstruk dengan membandingkan pengkajian DFUAS
dengan status luka kronik dengan tes kruskal wallis dan diperoleh nilai p <
0.001 sedangkan uji validitas prediktif melihat akurasi DFUAS dan diperoleh
hasil sensitifitas 89 %, spesifitas 71 %, PPV 86 % dan NPV 77 %. DFUAS : AUC
0.90 (95% CI : 0.81-0.99) BWAT : AUC 0.89 (95 % CI : 0.79-0.99),PUSH : AUC
0.97 (95 % CI ; 0.93-1). Meskipun dalam penelitian ini jumlah sampel sedikit
namun pengkajian DFUAS ini dapat digunakan untuk mengkaji luka kaki
diabetes.

126
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

Tabel pencarian picot

PUBMED

Cohran
Science
Direct

Scholar
Google
Kata kunci picot

Diabetic Foot Ulcer “OR” Diabetic Wound 5 10 18 14


“AND” Assessment “AND” Valid “OR” Reliable
“AND” Healing

Bagan 1. Algoritma Pencarian Literatur

127
SINTESIS GRID

No Peneliti (tahun) Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian Potensi
& Judul Penelitian Bias
1 Arisandi et al.,( Tujuan: untuk Kohort Responden sebanyak Data demografi dikumpulkan : Untuk uji validitas konkuren dievaluasi
2016)., mengevaluasi validitas Prospektif 62 orang dengan umur, jenis kelamin, pekerjaan, korelasi DFUAS dengan pengkajian
Evaluation of konkuren, validitas kriteria inklusi usia ≥ BMI, lama menderita DM, jenis BWAT dan pengkajian PUSH dan
Validity of The konstruk dan validitas 20 tahun dan di terapi DM yang diperoleh, diperoleh hasil masing-masing r = 0,92
New Diabetic prediktif dari diagnosa DM tipe 2 neuropati, hipertensi, ABI, TBI, dan r = 0,87. Demikian juga dengan uji
Foot Ulcer pengkajian luka kaki dengan gejala hasil GDS atau HbA1C untuk validitas konstruk dengan
Assessment diabetik di Indonesia. hiperglikemia dan mengetahui kadar glukosa dalam membandingkan pengkajian DFUAS
Scale in glukosa plasma ≥ 200 darah. dengan status luka kronik dengan tes
Indonesia mg/dl. karakteristik luka diketahui dengan kruskal wallis dan diperoleh nilai p <
mengkaji lama menderita luka, 0,001 sedangkan uji validitas prediktif
status luka (baru atau kambuh), melihat akurasi DFUAS dan diperoleh
penyebab luka dan lokasi luka. hasil sensitifitas 89 %, spesifitas 71 %,
Luka kaki diabetik dikaji dengan PPV 86 % dan NPV 77 %.
menggunakan pengkajian DFUAS, DFUAS : AUC 0,90 (95% CI : 0,81-0,99)
BWAT dan PUSH pada waktu yang BWAT : AUC 0,89 (95 % CI : 0,79-0,99)
bersamaan. Progress luka dikaji PUSH : AUC 0,97 (95 % CI ; 0,93-1).
dengan DFUAS, BWAT dan PUSH
serta foto luka sampai 4 minggu.
Luka dikaji tiap minggu sampai
sembuh atau drop out.

128
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
No Peneliti (tahun) Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian Potensi
& Judul Penelitian Bias
2 Chuan et al., Untuk menilai validitas Kohort Total pasien yang Data demografi diperoleh melalui Selama follow up selama 25 bulan,
(2015)., dari pengkajian PEDIS Retrospek menjadi responden : wawancara tersturktur dan catatan luka kaki diabetes yang sembuh
Reliability and dan untuk membuat tif 364 pasien dengan elektronik pasien seperti umur, sebanyak 217 dari 364 pasien (59,6
Validity of the sistem skoring DFU dengan kriteria jenis kelamin, IMT, riwayat %), tidak sembuh 10,2 %, amputasi 17
Perfusion, pengkajian DFU agar inklusi pasien DM merokok, asupan alkohol, jenis % dan 13,2 % meninggal. Bila diukur
Extent, Depth, memudahkan praktek tipe 1 atau 2 yang DM, pengobatan daan lama dengan klasifikasi PEDIS, hasil DFU
Infection and klinis serta memiliki 1luka kaki menderita DM serta riwayat luka memburuk dengan tingkat keparahan
Sensation membandingkan diabetik. Jika luka kaki diabetes. Selain itu meningkat dari tiap sub kategori
(PEDIS) PEDIS dengan lebih dari 1 maka dikumpulkan dataa tentang kadar Untuk validitas klasifikasi PEDIS, ROC
Classification pengkajian WEGNER diidentifikasi dengan Hb,albumin serum, GDP, HbA1C, pada AUC sebesar 0,95 dengan
System and dan SINBAD indeks luka. Jika dua WBC, laju GFR, kolesterol total,TG, sensitivitas 93 % dan spesifitas 82 %.
Score in atau lebih luka yang LDL-C, HDL-C. Selain itu Sebagai perbandingan, kurva ROC
Patients with terdeteksi maka yang dikumpulkan data tentang pada skoring SINBAD dan Wagner
Diabetic Foot diambil adalaah komplikasi yang berhubungan memiliki AUC masing-masing 0,88 dan
Ulcer yaang paaling dengan DM seperti penyakit arteri 0,86 dengan sensitivitas masing-
signifikan. perifer, retinopati, nefropati, masing 90 5 dan 88 5 serta spesifisitas
neuropati, hipertensi, penyakit masing-masing 73 % dan 80 %.
jantung koroner serta stroke.

129
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
No Peneliti (tahun) Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian Potensi
& Judul Penelitian Bias
3 Karahan, et al., Untuk mengevaluasi Kohort Sampel terdiri dari Data dikumpulkan antara bulan Content vaalidity agreemnet : 0,82 -
(2014)., validitas isi dan Prospektif 70 peraawat dan 20 Januari dan April 2011. Data Reliabilitas interrater dari instrumen
Reliability and validitas konstruk pasien yang memiliki dikumpulkan dari pasien yang 0,82
Validity of a pengkaajian luka pressure ulcer dirawat di 13 unit perawatan Konsistensi internal dihitung melalui
Turkish BWAT versi Bahasa stadium II,III dan IV intensif yang mencakup pasien nilai Cronbach α : 0,85
Language Turki serta menilai dengan pressure ulcer.
Version of the konsistensi internal Ekslusi : pasien anak, pasien
Bates-Jensen dan reliabilitas diruang operasi dan pasien rawat
Wound intertater BWAT versi jalan.
Assessment bahasa Turki
Tool
4 Karthikesalinga Menilai secara klinis Sistemati Database EMBASE Pencarian elektronik tentang Dari 197 artikel, terdapat 11 sistem
m et al., literatur tentang k review dan Medline. sistem penilaian luka kaki diabetik penilaian dan 6 sistem penilaian yang
(2010)., A sistem penilaian luka Sistem penilaian luka dilakukan dari tahun 1996 sampai telah di uji validitasnya (UT, S(AD)SAD
systematic kaki diabetes selain luka kaki 2009. Penelusuran dengan kata score, PEDIS,DEPA,DUSS, MAID,
review of diabetik di ekslusi. ‘diabetes’, ‘foot ulcer’, SINBAD)
scoring systems ‘amputation’, ‘scoring system’ and
for diabetic ‘classification’ and Medical Subject
foot Headings (MeSH)
ulcers ‘Classification’ [MeSH] and
‘Diabetic Foot’ [MeSH] digunakan
dengan bolean AND atau OR.

130
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
No Peneliti (tahun) Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian Potensi
& Judul Penelitian Bias
5 Forsythe et al., Untuk mengevaluasi Kohort 12 multidisipliner Pasien di nilai saat melakukan Sebanyak 37 pasien (78,4% laki-laki) -
(2016)., reliabilitas prospektif profesional kunjungan klinik, melakukan dinilai oleh kumpulan 12 pengamat.
Interobserver intraobserver dari 3 kesehatan yang biasa perawatan medis . data demografi Reliabilitas single observer sedikit
Reliability of sistem penilaian DFU terlibat dalam dikumpulkan dan penilaian sampai sedang untuk semua sistem
Three (PEDIS, SINBAD dan perawatan DFU penelitian dilakukan oleh masing- penilaian (UT 0,53; SINBAD
Validated UT) seperti ahli bedah masing pengamat secara terpisah 0,44; PEDIS 0,23-0,42), namun
Scoring vaskuler, ahli dan tanpa kolaborasi. reliabilitas intraobserver hampir
Systems in the diabetes dan Setiap penilai harus menyelesaikan sempurna (UT 0,94; SINBAD 0,91;
Assessment of podiatrists. Semua penilaian dan skor dihitung diakhir PEDIS 0,80-0,90).
Diabetic Foot anggota tim adalah penilaian. agreement terburuk untuk pengamat
Ulcers yang memiliki saat mengkaji infeksi (SINBAD 0,28;
pengalaman dalam PEDIS 0,28), iskemia (SINBAD 0,26;
merawat pasien PEDIS 0,23), atau keduanya (UT 0,25);
dengan DFU Namun, hasil yang baik untuk
termasuk cara agreement multi observer (infeksi:
melakukan palpasi 0,83; iskemia: 0,80-0,82; keduanya:
kaki. Penilai 0,81). Sistem klasifikasi ini dapat
menerima kuliah digunakan secara andal oleh banyak
pengantar sebelum pengamat, misalnya,
melakukan saat melakukan penelitian dan
penelitian tenang pemeriksaan.
cara menggunakan
instrumen.

131
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
No Peneliti (tahun) Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian Potensi
& Judul Penelitian Bias
6 Hazenberg et Untuk mengetahui Kohort Responden dari 32 Pengumpulan data : dari 32 pasien
Ulserasi kaki secara kumulatif dinilai 59 -
al., (2010)., The validitas dan Prospektif pasien diabetes yang dengan luka kaki diabetes ataukali, kalus 78 kali, tidak ada tanda
Validity and reliabilitas pengkajian menderita luka kaki yang berisiko diambil gambar atau
ulserasi 149 kali selama pengkajian.
Reliability of ulserasi plantar dan diabetes atau yang foto yang memiliki kualitas tinggi
Validitas pengkajian dengan foto untuk
Diagnosing lesi pra ulseratif pada berisiko (total ada 60 (gambar foto permukaan plantarulkus K = 0,87, untuk tidak adanya
Foot Ulcers pasien diabetes kaki) kaki). Setiap kaki dikaji atau dinilai
tanda ulkus K = 0,83 serta kalus K =
and Pre- dengan menggunakan 2 minggu kemudian dan 4 minggu0,61. Untuk sensitivitas dan spesifisitas
Ulcerative foto digital kemudian untuk melihat kondisiuntuk ulkus masing-masing 88 % dan
Lesions in ulkus, adanya kalus serta ada 98 %, kalus 69 % dan 89 % serta untuk
Diabetes Using tidaknya tanda. Setiap kaki dinilai
tanpa tanda ulkus masing-masing 90 %.
Advanced oleh empat spesialis perawatanIntraobserver agreement antara
Digital kaki. pengkajian fotografi berulang sangat
Photography bagus untuk hasil dan pengamat (K
antara 0,70 dan 1,00). Interobserver
agreement untuk pengkajian foto pada
ulkus K=0,72-0,88, tanpa tanda ulkus
K=0,59-0,75 sedangkan kalus K=0,48-
0,73. Untuk pengkajian langsung, nilai
interobserver agreement hanya sedikit
yang lebih tinggi.
7 Harris et al., Menilai validitas Kohort Responden : pada Tahap 1 : dilakukan pemilihan foto Sebanyak 214 foto yang dievaluasi -
(2010)., Bates- pengkajian BWAT Prospektif fase 2 terdiri dari luka dengan kualitas dan resolusi pada penelitian ini. 73 % (n=55) foto
Jensen Wound dengan menggunakan perawat WOC tinggi dan akan divalidasi oleh dapat divalidasi pada tahap 2 dan 100
Assessment foto atau gambar. dengan pengalaman peneliti % (n=53) dapat divalidasi pada tahap 3.
Tool Membantu perawat terhadap luka selama Tahap 2 : latihan validasi dengan
dalam meningkatkan 11,5 tahun tatap muka langsung

132
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
No Peneliti (tahun) Tujuan Desain Respondent Pengumpulan data Hasil penelitian Potensi
& Judul Penelitian Bias
Pictorial Guide pendidikan untuk sedangkan pada Tahap 3 : dengan menggunakan
Validation pengkajian luka tahap 3 terdiri dari 8 survei elektronik melihat validasi
Project dengan menggunakan perawat WOC dan secara online
media visual sebagai satu spesialis
bahan atau sumber perawatan luka
praktik dengan pengalaman
sekitar 10 tahun

133
p-ISSN: 2442-2665
e-ISSN: 2614-3046 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

Luka kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi dari penyakit DM


PEMBAHASAN (Alexiadou & Doupis, 2012; Turns, 2011). Berbagai perbedaan kondisi
perkembangan luka kaki diabetes menyebabkan sulitnya menerapkan
manajemen klinis secara umum atau pada suatu populasi. Oleh karena itu,
beberapa sistem penilaian atau klasifikasi dikembangkan untuk membantu
petugas kesehatan dalam menilai luka kaki diabetes yang bervariasi. Menurut
International Working Group of the Diabetic Foot (IWGDF) , tujuan dari sistem
klasifikasi ini adalah untuk memfasilitasi komunikasi antara petugas
kesehatan, membantu manajemen harian dan memberikan informasi tentang
potensi penyembuhan luka (Schaper, 2004).
Salah satu sistem klasifikasi yang biasa digunakan untuk mengkaji luka
kaki diabetes antara lain dengan menggunakan sistem klasifikasi PEDIS
(Perfusion, Extent, Depth, Infection and Sensation) yang diklasifikasikan
menurut lima kategori yaitu perfusi, luas / ukuran luka, kedalaman /
kehilangan jaringan, infeksi dan sensasi (Schaper, 2004). Sistem klasifikasi
PEDIS memiliki kapasitas yang baik untuk mempredikisi hasil dari perawatan
luka namun sistem klasifikasi PEDIS tidak cukup secara komprehensif dan
akurat untuk menilai tingkat keparahan luka (Chuan et al., 2015).
Selain itu juga ada sistem klasifikasi luka yang dikenal dengan sistem
Meggit-Wegner Classification untuk menilai kedalaman luka dan adanya
osteomielitis atau gangren. Pengkajian ini mulai dari grade 0 sampai grade 5.
Grade 0 jika tidak ada luka terbuka, grade 1 jika terdapat luka didaerah
superfisial, grade 2 jika luka lebih dalam dan mencapai tendon, tulang atau
kapsul sendi, grade 3 jika terjadi abses pada jaringan yang lebih dalam,
osteomielitis dan biasanya terdapat tanda-tanda infeksi seperti panas,
kemerahan dan bengkak, grade 4 jika terjadi gangren pada beberapa bagian
kaki baik depan maupun belakang, gangrennya bisa basah atau kering,
kemudian grade 5 dimana terjadi gangren melibatkan seluruh kaki yang
memungkinkan terjadinya amputasi pada daerah bawah lutut (Wagner, 1981
; Oyibo, S et al., 2001). Sistem klasifikasi Wagner baik untuk menilai
kedalaman dan keparahan luka. Namun sistem klasifikasi ini dianggap sangat
sederhana karena kurang khusus mendeskripsikan tentang kondisi luka kaki
diabetes (Monteiro-Soares, Martins-Mendes, Vaz-Carneiro, Sampaio, & Dinis-
Ribeiro, 2014). Meskipun sistem klasifikasi ini menilai kedalaman luka, namun
tidak menjelaskan secara rinci definisi ketebalan penuh atau parsial pada luka
(Bolton et al., 2004).
Sistem pengkajian lainnya adalah University of Texas (UT) yang juga
merupakan sistem klasifikasi untuk melihat keparahan luka dengan melihat
adanya infeksi dan iskemik serta kedalaman ulkus. Sistem klasifikasi ini terdiri
dari 4 grade yaitu grade 0 untuk melihat pre-post ulseratif, grade 1 terdapat
luka superfisial melalui epidermis dan dermis namun tidak sampai menembus
tendon atau tulang, grade 2 terdapat luka yang menembus tendon / kapsul
sendi dan grade 3 terdapat luka yang menembus tulang. Dalam setiap grade
luka terdapat 4 tahap yaitu luka bersih non iskemik (A), luka terinfeksi non
iskemik (B), luka iskemik (C) dan luka infeksi iskemik (D) (Lavery et al., 1996).
Namun dalam sistem klasifikasi ini mengabaikan luka dan neuropati (Forsythe
et al., 2016; Karthikesalingam et al., 2010).

134
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

Pengkajian luka yang umum digunakan adalah Bates-Jansen Wound


Assessment Tool (BWAT) yang mengkaji status luka yang diakibatkan oleh
berbagai macam penyebab serta karena adanya tekanan. BWAT berisi 13
item untuk menilai ukuran luka, kedalaman, tepi luka, kerusakan jaringan,
jenis jaringan nekrotik, jumlah nekrotik, granulasi dan jaringan epitelisasi,
jenis eksudat dan jumlah, warna kulit sekitar luka, edema dan indurasi (Harris
et al., 2010). Pengkajian BWAT dapat digunakan untuk memprediksi
penyembuhan luka namun pengkajian ini dibuat untuk mengkaji luka
dekubitus. Pengkajian ini tidak melihat beberapa faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka kronik seperti maserasi dan infeksi. Komponen tersebut
juga penting dipertimbangkan penggunaan obat topikal untuk luka serta
menentukan intervensi lebih lanjut (Arisandi et al., 2016)
Beberapa hal yang perlu dikaji pada pasien dengan luka kaki diabetes
antara lain riwayat pasien, latihan fisik, uji vaskular, uji integumen, uji
muskuloskeletal, dan evaluasi serta klasifikasi luka. Pada evaluasi dan
klasifikasi luka perawat harus mampu mengkaji kondisi jaringan, ukuran luka,
kedalaman, drainase, purulens, bau dan tanda-tanda selulitis seperti eritema
pinggir luka, edema, kalor dan nyeri tekan (Neville, Kayssi, Michael, &
Buescher, 2016). Luka kaki diabetes merupakan luka kronik sehingga
membutuhkan penyembuhan jangka panjang. Proses penyembuhan luka
dipengaruhi berbagai faktor salah satunya adalah cairan yang berlebihan yang
juga akan merusak kulit disekitar luka (terjadi maserasi) dan berdampak
terhadap peningkatan luas luka dan infeksi serta proses penyembuhan luka
semakin memanjang (Haryanto et al., 2016). Oleh karena itu, komponen
maserasi dan infeksi juga merupakan komponen penting yang perlu dikaji
dalam pengkajian luka.
Pengkajian penyembuhan luka kaki diabetes juga sudah dikembangkan.
Penelitian terbaru dilakukan oleh Arisandi et al (2016) yaitu pengkajian luka
The New Diabetic Foot Ulcer Assessment Scale (DFUAS). Pengkajian ini
diharapkan bermanfaat bagi praktisi kesehatan untuk mengevaluasi
efektivitas intervensi mereka dan dapat memprediksi penyembuhan luka
dalam 4 minggu. Alat ini terdiri dari 11 domain yaitu kedalaman luka, ukuran
luka, ukuran skor, radang/infeksi, proporsi jaringan granulasi, jenis jaringan
nekrotik, proporsi jaringan nekrotik, proporsi slough, maserasi, jenis tepi luka
dan tunneling. Nilai minimum dan maksimum pada skala ini masing-masing
adalah 0 dan 98. Semakin tinggi skor yang diperoleh pasien, maka semakin
menunjukan keparahan lukanya.
Pengambilan data dalam setiap artikel dikhususkan pada penilaian atau
pengkajian luka kaki diabetes. Manfaat dari studi literatur ini adalah
memberikan informasi bagi tenaga kesehatan dalam hal penilaian atau
pengkajian luka kaki diabetes. Tenaga kesehatan dapat memilih sistem
klasifikasi atau instrumen pengkajian yang dapat digunakan dalam mengkaji
luka kaki diabetes pasien dan membantu menentukan intervensi selanjutnya.

135
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

Beberapa pengkajian luka telah dibuat untuk membantu perawat dalam


KESIMPULAN memonitor status dan kemajuan perkembangan penyembuhan luka kaki
diabetes. Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan sistem klasifikasi
maupun instrumen pengkajian luka untuk memprediksi penyembuhan luka
kaki diabetes. Dengan adanya pengkajian akan memberikan informasi bagi
perawat tentang kondisi luka kaki diabetes pasien sehingga menjadi dasar
bagi perawat dalam memberikan intervensi yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA Alexiadou, K., & Doupis, J. (2012). Management of Diabetic Foot Ulcers.
Diabetes Ther, 3(4). http://doi.org/10.1007/s13300-012-0004-9
Arisandi, D., Yotsu, R. R., Masaru Matsumoto, Ogai, K., Nakagami, G., Tamaki,
T., … Junko Sugama. (2016). Evaluation of Validity of The New Diabetic
Foot Ulcer Assessment Scale in Indonesia. Wound Repair and
Regeneration, 24(5), 876–884.
Bolton, L., McNees, P., Van Rijswijk, L., de Leon, J., Lyder, C., Kobza, L., … Toth,
M. (2004). Wound-healing outcomes using standardized assessment and
care in clinical practice. JWOCN, 31(2), 65–71.
Chuan, F., Tang, K., Jiang, P., Zhou, B., & He, X. (2015). Reliability and Validity
of the Perfusion , Extent , Depth , Infection and Sensation ( PEDIS )
Classification System and Score in Patients with Diabetic Foot Ulcer, 1–9.
http://doi.org/10.1371/journal.pone.0124739
Forsythe, R. O., Ozdemir, B. A., Chemla, E. S., Jones, K. G., & Hinchliffe, R. J.
(2016). Interobserver Reliability of Three Validated Scoring Systems in
the Assessment of Diabetic Foot Ulcers. http://doi.org/10.1177/
1534734616654567
Harris, C., Nancy, B. B., Rose, P., Mina, R., & Ketchen, R. (2010). Bates-Jensen
Wound Assessment Tool Pictorial Guide Validation Project, 37(June),
253–259.
Haryanto, H., Arisandi, D., Suriadi, S., Imran, I., Ogai, K., & Sanada, H. (2016).
Relationship between maceration and wound healing on diabetic foot
ulcers in Indonesia : a prospective study, 1–7. http://doi.org/
10.1111/iwj.12638
Hazenberg, C. E. V. B., Baal, J. G. van, Manning, E., Bril, A., & Bus, S. A. (2010).
The Validity and Reliability of Diagnosing Foot Ulcers and Pre-Ulcerative
Lesions in Diabetes Using. Diabetic Technology & Therapeutics, 12(12).
http://doi.org/10.1089/dia.2010.0088
International Diabetes Federation. (2017). IDF Diabetes Atlas (Eighth edi).
Retrieved from www.diabetesatlas.org
Karahan, A., Kilicarslan, E., Aysun, T., Aysel, C., & Agah, A. (2014). Reliability
and Validity of a Turkish Language Version of the Bates-Jensen Wound
Assessment Tool. J Wound Ostomy Continence Nurs, 41(4), 340–344.
http://doi.org/10.1097/WON.0000000000000036
Karthikesalingam, A., Holt, P. J. E., Moxey, P., Jones, K. G., Thompson, M. M.,
& Hinchliffe, R. J. (2010). A systematic review of scoring systems for

136
p-ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol. 4(2): Juni – September 2018
e-ISSN: 2614-3046

diabetic foot ulcers, 544–549. http://doi.org/10.1111/j.1464-


5491.2010.02989.x
Lavery, L. A., Armstrong, D. G., & Harkless, L. B. (1996). Classification of
Diabetic Foot Wounds. The Journal of Foot and Ankle Surgery, 35(6), 528–
531. http://doi.org/10.1016/S1067-2516(96)80125-6
Monteiro-Soares, M., Martins-Mendes, D., Vaz-Carneiro, A., Sampaio, S., &
Dinis-Ribeiro, M. (2014). Classification systems for lower extremity
amputation prediction in subjects with active diabetic foot ulcer : a
systematic review and meta-analysis. Diabetes Metab Res Rev,
30(January), 610–622. http://doi.org/10.1002/dmrr
Neville, R. F., Kayssi, A., Michael, S., & Buescher, T. (2016). The Diabetic Foot.
Current Problems in Surgery. http://doi.org/10.1067/
j.cpsurg.2016.07.003
Oyibo, S, O., Jude, E, B., Tarawneh, I., Nguyen, H., Harkless, L., & Boulton, A.
(2001). A Comparison of Two Diabetic Foot Ulcer.
Pathophysiology/Complication, 24(1).
Ramachandran, A., Snehalatha, C., Chan, J. C. N., Chia, K. S., Shaw, J. E., &
Zimmet, P. Z. (2016). Diabetes in Asia and the Pacific : Implications for
the Global Epidemic. Diabetes Care, 39, 472–485. http://doi.org/
10.2337/dc15-1536
Roberts, P., & Newton, V. (2015). Assessment and management of diabetic
foot ulcers. Journal of Community Nursing, 16(10).
Schaper, N. C. (2004). Diabetic foot ulcer classification system for research
purposes : a progress report on criteria for including patients in research
studies. DIABETES/METABOLISM RESEARCH AND REVIEWS, 20(Suppl 1),
90–95. http://doi.org/10.1002/dmrr.464
Turns, M. (2011). The diabetic foot: an overview of assessment and
complications, 20(15), 19–25.
Wagner, F. W. (1981). The Dysvascular Foot: A System for Diagnosis and
Treatment. Foot & Ankle International. http://doi.org/10.1177/
107110078100200202
Weber, J., & Kelley, J. H. (2010). Health Assessment in Nursing (4th ed.).
Philadelpia: Lippicontt.
Yusuf, S., Okuwa, M., Irwan, M., Rassa, S., Laitung, B., Thalib, A., … Sugama, J.
(2016). Prevalence and Risk Factor of Diabetic Foot Ulcers in a Regional
Hospital , Eastern Indonesia. Open Journal of Nursing, 6, 1–10.
Zhang, P., Lu, J., Jing, Y., Tang, S., Zhu, D., & Bi, Y. (2017). Global epidemiology
of diabetic foot ulceration : a systematic review and meta-analysis.
Annals of Medicine, 49(2), 106–116. http://doi.org/10.1080/
07853890.2016.1231932
Zubair, M., Malik, A., & Ahmad, J. (2015). Diabetic foot ulcer : A review.
American Journal of Internal Medicine, 3(2), 28–49. http://doi.org/
10.11648/j.ajim.20150302.11

137

View publication stats

You might also like