You are on page 1of 19

SISTEM RESI GUDANG DALAM PERSPEKTIF KELEMBAGAAN PENGELOLA DAN PENGGUNA DI KABUPATEN SUBANG: 55

Studi Kasus KSU Annisa Iwan Setiajie Anugrah, Erwidodo, dan Erma Suryani

SISTEM RESI GUDANG DALAM PERSPEKTIF KELEMBAGAAN PENGELOLA


DAN PENGGUNA DI KABUPATEN SUBANG: Studi Kasus KSU Annisa

Warehouse Receipt System (WRS) in Institutional Perspectives of Service


Supplier and Users in Subang Regency: A Case Study of KSU Annisa
Iwan Setiajie Anugrah, Erwidodo, dan Erma Suryani

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Jl. A. Yani No. 70, Bogor 16161
E-mail: iwansetiajie@yahoo.com

Naskah diterima: 29 Januari 2015 Direvisi: 9 Februari 2015 Disetujui terbit: 23 April 2015

ABSTRACT

A drop in agricultural commodity prices at harvest season and difficulty of obtaining farm financing are
problems often faced by farmers. Warehouse Receipt System (WRS) is expected to be one among other
government efforts to facilitate farmers to cope with these problems. WRS is a delay selling strategy by farmers
in a way to temporarily storage their products in the warehouse and sell them at the right time to get the possible
highest price. Warehouse Receipt (WR) may be used by farmers as collateral to get loan from designated bank
and other financial institution. In general, the implementation of the WRS has been slow and has not been widely
used by farmers and other WRS target participants. This paper aims to analyze policy in the implementation of
WRS with regard to institutional perspectives of service supplier and users in Subang Regency and to formulate
policy options for future performance improvement. Some findings indicate that small land size, the immediate
need of cash during harvest season and famers’ limited ability to meet quality standards are regarded as
constraining factors for farmers to utilize WRS. Lacks of understanding of the concept, benefits, and
implementation procedures of WRS remain fundamental problems. These occur at the farm level and in related
agencies including local government officials. Dissemination and advocacy of WRS to farmers, farmer groups
and all stakeholders need to be undertaken in a wider scale. An active role of local government is urgently
needed to accelerate the dissemination of SRG.

Keywords: Warehouse Receipt System, institution, farmers’ group, cooperative, local government

ABSTRAK

Merosotnya harga komoditas pertanian saat musim panen dan kesulitan memperoleh pembiayaan usaha tani
merupakan fenomena yang seringkali dihadapi oleh para petani. Sistem Resi Gudang (SRG) diharapkan menjadi
salah satu upaya pemerintah untuk memfasilitasi petani dan peserta skim SRG lainnya dalam menghadapi
permasalahan tersebut. SRG merupakan strategi tunda jual yang dilakukan petani dengan cara menyimpan hasil
panennya di gudang pengelola SRG dan menjualnya pada saat yang tepat untuk memperoleh harga yang
tertinggi. Resi Gudang (RG) dapat dipergunakan oleh para petani sebagai jaminan untuk memperoleh kredit
perbankan atau lembaga keuangan lain yang ditunjuk. Secara umum pelaksanaan SRG masih berjalan lambat
dan belum banyak dimanfaatkan oleh para petani dan sasaran peserta skim SRG lainnya. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk menganalisis kebijakan penyelenggaraan SRG dalam perspektif kelembagaan pengelola dan
pengguna di Kabupaten Subang dan merumuskan alternatif kebijakan untuk meningkatkan kinerja SRG.
Terbatasnya luas lahan garapan, kebutuhan untuk memperoleh uang tunai serta persyaratan kualitas dan volume
minimal produk yang ditetapkan pengelola SRG, merupakan pembatas tingkat partisipasi petani dalam
memanfaatkan SRG. Keterbatasan pemahaman tentang konsep dan manfaat SRG maupun tata cara
pelaksanaannya menjadi permasalahan mendasar, tidak hanya di tingkat petani sebagai sasaran, tetapi juga
terjadi pada para petugas pelaksana instansi terkait, termasuk aparat Pemda setempat. Oleh karenanya, sosialisasi
dan advokasi tentang SRG kepada petani, kelompok tani, dan semua pemangku kepentingan perlu ditingkatkan
dan diperluas. Peran aktif Pemda setempat sangat dibutuhkan untuk mempercepat penyebarluasan SRG.

Kata kunci: Sistem Resi Gudang, kelembagaan, kelompok tani, koperasi, Pemerintah Daerah
Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 1, Juni 2015: 55-73
56

PENDAHULUAN Sistem tunda jual selain mendorong petani


untuk menjual hasil pada saat harga tertinggi,
juga menjadi pendorong peningkatan kualitas
Fluktuasi harga yang terjadi pada komoditas produk hasil pertanian (Suryani et al., 2014).
pertanian dan terbatasnya akses kepada sumber
Penyelenggaraan SRG, khususnya di
permodalan seringkali menjadi fenomena yang
Kabupaten Subang, belum dimanfaatkan secara
harus dihadapi oleh para petani dalam proses
optimal oleh para petani dan sasaran pengguna
usaha tani dan pemasaran hasil. Terjadinya
lainnya, meskipun Resi Gudang (RG)
penurunan harga komoditas pertanian pada saat
merupakan instrumen untuk stabilisasi harga
panen raya hingga titik terendah, tidak sedikit
dan sekaligus sebagai alternatif pembiayaan.
menyebabkan para petani harus menerima
Pengelolaan SRG masih terbatas untuk
kerugian. Begitu pula akses yang dimiliki para
pemasaran komoditas padi ketan yang
petani terhadap sumber permodalan untuk
diprogramkan Ditjen P2HP sebelumnya.
keberlanjutan pengelolaan usaha tani melalui
Pemasyarakatan tentang SRG secara lebih luas
pihak perbankan relatif masih sangat terbatas.
maupun implementasi di lapangan belum
Hal ini terkait dengan agunan yang harus
sepenuhnya berjalan sesuai harapan, termasuk
dijaminkan untuk memperoleh pinjaman.
hubungan antarpelaku dan kelembagaan serta
Situasi dan kondisi seperti ini seakan terus
fasilitas yang terkait. Perkembangan aktivitas/
berlangsung pada setiap proses pemasaran hasil
kegiatan SRG pada umumnya masih berjalan
pertanian maupun dalam pembiayaan usaha di
secara lambat jika dibandingkan dengan potensi
sektor pertanian. Fenomena di atas juga
produksi padi yang dihasilkan di Kabupaten
dikemukakan dalam tulisan Ashari (2007, 2010,
Subang. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
2011), Erawan (2008), dan Haryotejo (2013).
menganalisis secara deskriptif tentang
Seperti halnya komoditas pertanian lain, kebijakan penyelenggaraan SRG berdasarkan
produksi padi dalam bentuk gabah maupun pendekatan kelembagaan pengelola maupun
beras juga menghadapi fluktuasi harga. Saat pengguna di Kabupaten Subang. Tulisan ini
panen raya harga anjlok dan tidak memberikan juga bertujuan untuk merumuskan alternatif
keuntungan usaha yang memadai bagi para atau langkah kebijakan yang diperlukan untuk
petani, sedangkan di luar musim panen memperbaiki kinerja dan penyebarluasan SRG.
(paceklik) harganya melonjak sehingga
membebani petani padi yang sebagian besar
merupakan petani kecil ’net rice consumer’. METODE PENELITIAN
Namun, anjoknya harga gabah dan beras pada
saat panen dapat ditekan atau dihindari dengan
Penelitian tentang Analisis Kebijakan dan
kebijakan/program pembelian oleh Perum
Kinerja SRG dilakukan di Kabupaten Subang
Bulog untuk Cadangan Beras Pemerintah
pada bulan November-Desember 2014 dengan
(CBP). Lonjakan harga beras pada saat musim
metode penelitian kualitatif dan berjenjang,
paceklik diredam dengan kebijakan harga atau
berdasarkan sumber informasi SRG. Lokasi
melalui operasi pasar Perum Bulog dan
penelitian dilakukan di KSU Annisa, sebagai
program beras untuk kelompok miskin (raskin)
satu-satunya koperasi yang sejak tahun 2008
seperti yang diungkapkan Erwidodo el al.
mendapat rekomendasi Bappebti untuk
(2014).
mengelola kegiatan penyelenggaraan SRG di
Sistem tunda jual yang diimplementasi- Kabupaten Subang. Penelusuran data dan
kan melalui kegiatan Sistem Resi Gudang informasi tentang keterkaitan kelembagaan
(SRG) merupakan salah satu upaya yang pengelola maupun pengguna Skim SRG
dilakukan untuk menolong petani dari dampak dilakukan dengan mengikuti alur penelusuran
negatif merosotnya harga pada saat musim informasi dari masing-masing partisipan utama
panen. Melalui sistem tunda-jual diharapkan yang terkait dengan topik penelitian. Partisipan
petani akan memperoleh harga ekonomis atau utama penelitian, di antaranya ketua KSU
harga layak untuk kelangsungan usaha taninya. Annisa, pengelola SRG, ketua gapoktan dan
SISTEM RESI GUDANG DALAM PERSPEKTIF KELEMBAGAAN PENGELOLA DAN PENGGUNA DI KABUPATEN SUBANG: 57
Studi Kasus KSU Annisa Iwan Setiajie Anugrah, Erwidodo, dan Erma Suryani

kelompok tani, penanggung jawab gudang, Bappebti bekerja sama dengan


serta institusi dinas/SKPD yang terkait dengan Pemerintah Daerah (Pemda) sejak tahun 2009.
pelaksanaan SRG di Kabupaten Subang. Materi Hingga tahun 2013 telah dibangun 98 gudang
yang digunakan untuk substansi penulisan SRG di 78 kabupaten di 21 provinsi. Khusus di
makalah ini berdasarkan pada sumber data dan Provinsi Jawa Barat, telah dibangun 11 gudang
informasi primer serta sumber informasi lain SRG yang tersebar di 10 kabupaten. Pada
sebagai pendukung. Informasi primer diperoleh tahun 2014, Bappebti di bawah koordinasi
dari stakeholder/partisipan yang terkait Kementerian Perdagangan bersama dengan
penyelenggaraan SRG di Kabupaten Subang, Pemda kembali melakukan pembangunan
sementara data dan informasi pendukung fasilitas gudang sebanyak 19 unit dan
lainnya diperoleh dari berbagai sumber dilengkapi dengan mesin pengering (dryer) di
publikasi dan media. 19 kabupaten (Bappebti, 2008 dan 2014).
Data Bappebti (2008) dan kajian Putri
(2012) menunjukkan bahwa sejak SRG
HASIL DAN PEMBAHASAN
diinisiasikan pada tahun 2008 dan
perkembangannya hingga tahun 2010, secara
Penyelenggaraan dan Tinjauan Konsep nasional jumlah penerbitan RG mencapai 85
Sistem Resi Gudang (SRG) RG dengan volume 2.971,88 ton atau nilai
setara Rp10,45 miliar. Dari nilai RG yang
Sejak tahun 2006 pemerintah mengeluarkan
diterbitkan, pengguna dapat mengajukan
kebijakan SRG yang didasarkan pada Undang-
Undang No. 9 Tahun 2006 tentang SRG yang pembiayaan kepada lembaga keuangan bank
dan nonbank dengan jaminan kepemilikan RG.
dikembangkan untuk membantu mengatasi
persoalan petani padi pada musim panen Nilai pembiayaan yang diterima dari lembaga
keuangan sebesar Rp4,47 miliar atau 42,8
(Erawan, 2008). SRG mulai dikenal di
Indonesia sejak tahun 2008, namun sebelum persen dari nilai RG yang diterbitkan.
muncul Undang-Undang No. 9 Tahun 2006 Data resmi dari Badan Pengawas
tentang SRG berbagai macam terobosan telah Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti)
ditempuh baik oleh pemerintah maupun pelaku Kementerian Perdagangan memperlihatkan
usaha dalam sistem tata niaga komoditas bahwa pelaksanaan SRG masih terbatas,
pertanian. Beberapa di antaranya yang hampir meskipun terjadi peningkatan cukup nyata
mirip dengan SRG adalah sistem tunda jual, dalam penerbitan resi gudang selama tiga tahun
gadai gabah, dan yang terakhir adalah CMA terakhir. Sejak 2008-Desember 2014,
(Collateral Management Agreement) seperti dilaporkan 1.812 resi gudang telah diterbitkan
yang dikemukakan Putri (2012). dengan total nilai Rp362 miliar. Sebanyak
Ditinjau dari kelengkapan infrastrukur 1.544 pemilik RG memperoleh kredit dari
lembaga keuangan/perbankan dengan total nilai
sistem dan keamanannya, SRG merupakan
kredit Rp226 miliar. Berdasarkan jenis
sistem yang paling aman dan “canggih” jika
dibandingkan dengan beberapa sistem yang komoditas, penerbitan RG masih didominasi
gabah mencapai sekitar 90%, selebihnya untuk
pernah ada di Indonesia. Dalam SRG terdapat
jaminan keamanan bagi perbankan karena komoditas beras, jagung, dan komoditas lainnya
(Erwidodo et al., 2014).
semua data penatausahaan RG terpusat di Pusat
Registrasi dan diawasi oleh Bappebti. Selain
itu, terdapat kepastian mutu bagi pemilik Konsep dasar sebagai pendekatan penelitian
barang maupun calon pemilik barang karena
Pembahasan tentang konsep dan pendekatan
barang yang disimpan dikelola dengan baik
SRG telah banyak dikemukakan dalam berbagai
oleh Pengelola Gudang dan diuji mutu
tulisan, sebagaimana disampaikan oleh Boen
sebelumnya oleh Lembaga Penilaian
(2007), Ashari (2007, 2010, 2011), Erawan
Kesesuaian independen yang telah mendapat
(2008), Sanuri (2008), Wahyudin (2011),
sertifikasi dari KAN dan disetujui oleh
Prayitno (2011), Noviyanto (2011), Ashari et
Bappebti (Putri, 2012).
Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 1, Juni 2015: 55-73
58

al. (2013), Sunarto (2012), Putri (2012), Devita atas barang yang disimpan di gudang yang
(2012), Herlindah (2013), Haryotejo (2013), diterbitkan oleh pengelola gudang. Peserta S-
Listiani dan Haryotejo (2013), Suryani et al. SRG adalah petani, kelompok tani, gabungan
(2014), Yulistiyono (2014), serta berbagai kelompok tani atau koperasi yang disetujui
informasi terkait SRG dari media. Konsep dasar bank pelaksana/lembaga keuangan nonbank
dan pendekatan yang disampaikan, semuanya sebagai penerima S-SRG. Dalam Peraturan
berlandaskan pada uraian ketentuan: (1) UU Menteri ini, yang dimaksud dengan S-SRG
No. 9/2006 tentang Sistem Resi Gudang; (2) adalah kredit yang mendapat subsidi bunga dari
Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) pemerintah dengan jaminan RG yang diberikan
No. 66/M-DAG/PER/12/2009 tentang Pelak- oleh bank pelaksana/lembaga keuangan
sanaan Skema Subsidi Resi Gudang; (3) nonbank kepada petani, kelompok tani,
Permendag No. 26/MDAG/PER/6/2007 tentang gabungan kelompok tani, dan koperasi.
Barang yang Dapat Disimpan di Gudang Beberapa pendekatan konseptual yang
(Gabah, Beras, Kopi, Kakao, Lada, Karet, terkait peserta S-SRG disebutkan bahwa: (1)
Rumput Laut dan Jagung); (4) UU No. 9/2011 petani adalah perorangan warga negara
tentang Perubahan UU No. 9/2006; (5) Indonesia yang mengelola usaha di bidang
Peraturan Pemerintah No. 36/2007 tentang pertanian/perkebunan/budi daya perikanan; (2)
Pelaksanaan UU No. 9/2006 mengenai Sistem kelompok tani adalah kumpulan petani/
Resi Gudang, serta (6) Peraturan Kepala pekebun/pembudi daya perikanan yang
Bappebti No. 01/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,
tentang Persyaratan dan Tata Cara untuk kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
Memperoleh Persetujuan sebagai Pengelola sumber daya, tempat), dan keakraban untuk
Gudang. meningkatkan dan mengembangkan usaha
Konsep dasar dan pendekatan SRG yang anggota; (3) gabungan kelompok tani adalah
terkait dengan materi penulisan makalah ini, kumpulan beberapa kelompok tani yang
antara lain meliputi: SRG, RG, Skim SRG (S- bergabung dan bekerja sama untuk
SRG), pengelola, pengguna (kelompok tani, meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi
gapoktan, petani, koperasi), fasilitas, serta usaha dan (4) koperasi adalah koperasi primer
kebijakan (pusat dan daerah) yang tercantum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
dalam perundang-undangan tentang SRG Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
maupun dalam Permendag. Berdasarkan UU yang anggotanya terdiri dari
No. 9/2011, SRG adalah kegiatan yang petani/pekebun/pembudi daya perikanan.
berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, Persyaratan komoditas pertanian yang
penjaminan, dan penyelesaian transaksi RG. dapat diresigudangkan, sebagaimana diatur
Pengertian RG adalah dokumen bukti dalam Permendag No. 26/M-DAG/PER/6/2007,
kepemilikan atas barang yang disimpan di yaitu: (1) memiliki daya simpan paling sedikit
gudang yang diterbitkan oleh Pengelola tiga bulan, (2) memenuhi standar mutu tertentu,
Gudang. SRG bertujuan untuk meningkatkan dan (3) jumlah minimum barang yang
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan disimpan. Jika dilihat dari ketentuan
sosial berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. perdagangan berjangka komoditas, persyaratan
Perubahan UU Resi Gudang tahun 2011 komoditas yang dapat diperdagangkan
menetapkan bahwa Pengelola Gudang adalah berjangka adalah: (1) memiliki harga yang
pihak yang melakukan usaha pergudangan, baik berfluktuasi; (2) tidak ada intervensi
gudang milik sendiri maupun milik orang lain, pemerintah, semata-mata atas dasar permintaan
yang melakukan penyimpanan, pemeliharaan, dan pasokan; dan (3) tersedia dalam jumlah
dan pengawasan barang yang disimpan oleh yang cukup, bersifat homogen, dan tidak
pemilik barang serta berhak menerbitkan RG. dimonopoli oleh kelompok tertentu; serta (4)
Kemudian, dalam Peraturan Menteri merupakan komoditas potensial dan sangat
Perdagangan ditetapkan bahwa yang dimaksud berperan dalam perekonomian daerah setempat
dengan RG adalah dokumen bukti kepemilikan dan nasional karena menyangkut ketahanan
pangan dan ekspor.
SISTEM RESI GUDANG DALAM PERSPEKTIF KELEMBAGAAN PENGELOLA DAN PENGGUNA DI KABUPATEN SUBANG: 59
Studi Kasus KSU Annisa Iwan Setiajie Anugrah, Erwidodo, dan Erma Suryani

Dalam Permendag Nomor 26/M- antara SRG dan Perdagangan Berjangka


DAG/PER/6/2007 juga telah ditetapkan delapan Komoditas; (4) pengembangan standardisasi
komoditas pertanian sebagai barang yang dapat komoditas dan pengembangan infrastruktur
disimpan digudang melalui penyelenggaraan teknologi informasi; (5) pemberian kemudahan
SRG. Delapan komoditas dimaksud, meliputi: bagi sektor koperasi, usaha kecil dan menengah,
(1) gabah, (2) beras, (3) kopi, (4) kakao, (5) serta kelompok tani di bidang SRG; dan (6)
lada, (6) karet, (7) rumput laut, dan (8) jagung. penguatan kelembagaan SRG dan infrastruktur
Penetapan komoditas lainnya tentang barang pendukungnya, khususnya sektor keuangan dan
dalam kaitan SRG dilakukan dengan pasar lelang komoditas. Urusan Pemerintah
rekomendasi dari Pemda setempat, instansi Pusat di bidang pembinaan SRG sebagaimana
terkait, atau asosiasi komoditas. Namun dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dan
demikian, harus tetap memperhatikan dikoordinasikan oleh Menteri.
persyaratan Pasal 3 SK Mendag No. 6 Tahun
Terkait dengan peran dan fungsi
2007 tentang Daya Simpan, Standar Mutu, serta
Pemerintah Daerah, disebutkan bahwa urusan
Jumlah Minimum Barang yang Disimpan.
Pemerintah Daerah di bidang pembinaan SRG
Konsep tentang infrastruktur meliputi: (1) pembuatan kebijakan daerah untuk
penyelenggaraan SRG, meliputi: (1) gudang, mempercepat pelaksanaan SRG; (2)
adalah semua ruangan yang tidak bergerak dan pengembangan komoditas unggulan di daerah;
tidak dapat dipindah-pindahkan dengan tujuan (3) penguatan peran pelaku usaha ekonomi
tidak dikunjungi oleh umum, tetapi untuk kerakyatan untuk mengembangkan pelaksanaan
dipakai khusus sebagai tempat penyimpanan SRG; dan (4) fasilitasi pengembangan pasar
barang yang dapat diperdagangkan secara lelang komoditas. Urusan Pemerintah Daerah di
umum dan memenuhi syarat-syarat lain yang bidang pembinaan SRG sebagaimana dimaksud
ditetapkan oleh Menteri; (2) barang, adalah pada ayat (1) dikoordinasikan dengan Badan
setiap benda bergerak yang dapat disimpan Pengawas.
dalam jangka waktu tertentu dan
diperdagangkan secara umum; dan (3) barang
Pelaksanaan Sistem Resi Gudang di
bercampur, adalah barang-barang yang secara
Kabupaten Subang
alami atau kebiasaan dalam praktik
perdagangan dianggap setara serta sama satuan Potensi dan pelaku usaha komoditas padi
unitnya dan dapat disimpan secara bercampur. Kabupaten Subang memiliki areal lahan sawah
Dalam manajemen SRG dikemukakan bahwa terluas ketiga di Jawa Barat setelah Indramayu
Pemegang RG adalah pemilik barang atau pihak dan Karawang, sekaligus menjadi penyumbang
yang menerima pengalihan dari pemilik barang produksi padi terbesar ketiga di Jawa Barat.
atau pihak lain yang menerima pengalihan lebih Potensi lahan sawah pada tahun 2013 mencapai
lanjut. Hak Jaminan atas RG, yang selanjutnya luasan 84.928 hektar atau 41,39% dari total luas
disebut Hak Jaminan, adalah hak jaminan yang wilayah Kabupaten Subang dan sebagian besar
dibebankan pada RG untuk pelunasan utang, lahan sawah berpengairan teknis. Potensi
yang memberikan kedudukan untuk diutamakan produksi padi sawah di Kabupaten Subang pada
bagi penerima hak jaminan terhadap kreditor tahun 2013 mencapai 1,2 juta ton, dengan luas
yang lain. panen 177,5 ribu hektar dan rata-rata produksi
Pengaturan tugas dan peran lembaga mencapai 6,79 ton per hektar. Potensi produksi
penentu kebijakan yang terkait dengan SRG, padi sawah paling besar tercatat di Kecamatan
disebutkan bahwa urusan Pemerintah Pusat di Ciasem (99.843 ton), Patokbeusi (84.297 ton),
bidang pembinaan SRG meliputi: (1) Tambakdahan (77.623 ton), serta Kecamatan
penyusunan kebijakan nasional untuk Blanakan (68.692 ton) (BPS Kabupaten
mempercepat pengembangan SRG; (2) Subang, 2014).
pengoordinasian antarsektor pertanian, Berdasarkan produksi padi yang
keuangan, perbankan, dan sektor terkait lainnya dihasilkan dari 30 wilayah kecamatan yang ada
untuk pengembangan SRG; (3) pengoordinasian di Kabupaten Subang (1,2 juta ton),
Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 1, Juni 2015: 55-73
60

diperkirakan baru sebagian kecil produksi yang kecamatan sekitarnya di Kabupaten Subang.
telah diikutsertakan dalam program SRG. Pelaksanaan program tersebut ditujukan untuk
Selain penyelenggaraan SRG masih mengurangi substitusi impor sebesar 10%.
terkonsentrasi pada beberapa kecamatan juga
Dalam percepatan penyelenggaraan SRG
spesifikasi jenis padi yang ditangani masih
di wilayah kerjanya, KSU Annisa pada tahun
terfokus pada padi ketan sebagai komoditas
2010 memperoleh kesempatan untuk
yang dikelola oleh SRG. Mengacu pada jumlah
menggunakan/mengelola fasilitas gudang milik
produksi padi yang dihasilkan dari setiap
Bappebti yang ada di Kecamatan Binong. Jenis
wilayah produksi tersebut, maka potensi
komoditas yang diusahakan dalam
pengembangan program SRG, khususnya untuk
penyelenggaraan SRG difokuskan pada
komoditas gabah dan beras masih sangat
komoditas gabah ketan varietas Derti dan Gebro
prospektif dilaksanakan di wilayah Kabupaten
yang banyak ditanam masyarakat di sekitarnya.
Subang.
Penanaman beras ketan di Kabupaten Subang
Di sisi lain, data pengelolaan usaha tani secara intensif dilakukan sejak tahun 2002 di
padi di Kabupaten Subang pada tahun 2013 Desa Citra, Kecamatan Binong, Subang, Jawa
(BPS Kabupaten Subang, 2014) menunjukkan Barat. Pola tanam padi ketan dilakukan petani
bahwa jumlah petani penggarap mencapai dua kali setahun. Musim panen raya biasanya
461.634 orang, terdiri atas pemilik sawah terjadi pada bulan April dan Agustus. Rata-rata
33,08% dan sebagian besar (66,92%) sebagai produksi pada bulan April mencapai 7,5
penggarap bukan pemilik sawah. Rata-rata ton/hektar, sedangkan pada bulan Agustus rata-
lahan yang digarap oleh petani pemilik dan rata 6 ton/hektar.
bukan pemilik pada tahun 2013 adalah 0,184
Direktorat Jenderal Pengolahan dan
hektar per penggarap dan hasil produksi yang
Pemasaran Hasil Pertanian (Ditjen P2HP) telah
diperoleh rata-rata mencapai 2,61 ton untuk
menggalang kemitraan antara petani beras ketan
setiap petani penggarap.
dengan penggilingan dan importir melalui
Besarnya persentase petani penggarap program substitusi beras ketan impor di Subang
yang bukan pemilik lahan garapan, baik itu Jawa Barat. Selama periode tahun 2010-2011,
dilakukan dengan sistem sewa, maro, bagi hasil, luas areal ketan mencapai ± 7.250 ha yang
dan pola penggarapan lainnya akan sangat tersebar di 8 kecamatan dan 30 desa. Kebijakan
menentukan proses pengambilan keputusan substitusi impor sebesar 75% yang
dalam penjualan hasil panen (jual langsung atau diprogramkan Ditjen P2HP berdampak pada
tunda-jual). Kelembagaan lain terkait usaha tani penyerapan beras ketan lokal. Program ini
di Kabupaten Subang seperti bawon, borongan, cukup berhasil, terlihat dari minat petani untuk
dan lainnya turut mewarnai keputusan yang tetap memilih komoditas gabah ketan sebagai
akan diambil terkait pemasaran hasil panen komoditas usaha taninya. Meningkatnya
terutama yang mengarah pada penerapan SRG. produksi gabah ketan dan tidak adanya
kebijakan HPP untuk gabah ketan, mendorong
harga gabah ketan berfluktuasi di pasaran (Sinar
Kinerja KSU Annisa sebagai pengelola SRG
Tani, 2011). Instrumen SRG yang dikelola KSU
Penyelenggaraan Skim SRG di Kabupaten Annisa diharapkan mampu menjadi solusi
Subang dilaksanakan melalui model kegiatan pengguna untuk melindungi petani dari
usaha yang dikelola oleh Koperasi. Koperasi ketidakstabilan harga tersebut.
Serba Usaha (KSU) Annisa yang berlokasi di
Bappebti melaporkan lima besar
Kecamatan Binong, merupakan satu-satunya
penyelenggara RG menurut nilai RG yang
koperasi yang menjadi pengelola SRG di
diterbitkan pada akhir tahun 2014. KSU Annisa
Kabupaten Subang. Usaha ini dimulai pada
merupakan salahsatu penyelenggara SRG yang
tahun 2008 dengan mengelola komoditas
termasuk berhasil berdasarkan jumlah RG yang
khusus (gabah dan beras ketan) yang
diterbitkan. Jumlah RG yang diterbitkan oleh
diprogramkan oleh Ditjen P2HP Kementerian
pengelola SRG KSU Annisa mencapai 173
Pertanian di wilayah Kecamatan Binong dan
dengan nilai Rp16,85 miliar. Dari jumlah RG
SISTEM RESI GUDANG DALAM PERSPEKTIF KELEMBAGAAN PENGELOLA DAN PENGGUNA DI KABUPATEN SUBANG: 61
Studi Kasus KSU Annisa Iwan Setiajie Anugrah, Erwidodo, dan Erma Suryani

yang diterbitkan, sebanyak 170 RG (98,27%) bulan Januari-Februari. Jangka waktu


diajukan menjadi sumber pembiayaan dengan penyimpanan gabah ketan di gudang tergantung
nilai kredit sebesar Rp11,56 miliar melalui kualitas gabah yang ditentukan dari kadar
Bank BJB (Bank Jabar-Banten) Cabang airnya. Proses pengeringan gabah yang
Kabupaten Subang. Hanya 1,73% RG yang dilakukan sangat memegang peranan penting,
disimpan sebagai tanda bukti kepemilikan terkait dengan proses penyimpanan dan kualitas
barang di gudang SRG dan tidak diajukan untuk gabah yang dihasilkan. Penanganan maupun
jaminan kredit (Erwidodo et al., 2014). sarana pengeringan akan menentukan
kandungan kadar air dan kualitas gabah yang
Pelaksanaan SRG oleh KSU Annisa terus
selanjutnya akan berpengaruh pada masa
berkembang, sejalan dengan program
penyimpanan. Pengeringan gabah dengan dryer
pengembangan komoditas padi ketan yang
dapat menghasilkan gabah dengan kadar air
diintroduksikan. Pengelolaan gudang SRG yang
14%, sedangkan pengeringan dengan panas
semula hanya satu unit tidak mampu
matahari menghasilkan gabah dengan kadar air
menampung produksi gabah ketan petani yang
lebih dari 14%. Gabah dengan kadar air hingga
terus bertambah. Jumlah petani yang menjadi
14% dapat disimpan di gudang selama 3-6
pengguna SRG meningkat, sehingga KSU
bulan, sebaliknya jika kadar air lebih dari 14%,
Annisa memutuskan untuk menambah gudang
maka gabah hanya tahan disimpan selama 2-3
melalui sistem sewa. Berdasarkan informasi
bulan.
pengelola gudang, biaya sewa gudang mencapai
Rp11.500/m2 per lima bulan atau Rp27.600/m2
per tahun. Hingga akhir 2014, gudang SRG Proses penerbitan resi gudang
yang dikelola KSU Annisa seluruhnya menjadi
Penerbitan RG diawali dengan proses
empat unit gudang SRG, di mana tiga unit
permohonan yang dilakukan pemilik barang
dalam bentuk sewa dan satu unit melalui pinjam
baik atas nama individu atau kolektif. Setiap
pakai milik Bappebti. Lokasi gudang berada di
pemohon resi gudang harus mengikuti aturan
Kecamatan Binong (tiga desa) dan di Keca-
yang ditetapkan pengelola gudang, sesuai
matan Compreng (satu desa). Luas keempat
ketentuan yang sudah dipersyaratkan dalam
gudang mencapai 2.180 m2 dengan daya
peraturan Menteri Perdagangan. Proses
tampung sebanyak 2.790 ton. Kondisi pada
penerbitan resi gudang yang dilakukan di KSU
bulan Desember 2014, pengisian gudang baru
Annisa dapat dilihat pada Gambar 1.
mencapai 2.636,5 ton (94,5%), artinya gudang
masih memiliki kapasitas simpan sebesar 5,5%, Dalam permohonan penerbitan RG,
jika terjadi penambahan barang dari pengguna. pengelola gudang mensyaratkan bahwa untuk
mendapatkan satu sertifikat RG atau untuk satu
Salah satu gudang yang disewa KSU
nama (pemohon) kepemilikan RG, pengajuan
Annisa pada dasarnya merupakan milik
barang (gabah) minimal 10 ton gabah yang
pengurus kelompok tani yang juga menjadi
dipersyaratkan. Oleh karena itu, jika volume
anggota KSU Annisa dan pengelola SRG. Hal
barang yang dimiliki petani kurang dari 5 ton
ini dilakukan karena jumlah dan ketersediaan
atau dari jumlah yang ditetapkan, maka petani
gudang yang ada di wilayahnya juga terbatas.
tersebut harus bergabung dengan petani lain
Lokasi gudang tersebut berada di antara lahan
atau kelompok tani, hingga mencapai volume
usaha tani yang dikelola petani yang menjadi
minimal yang disyaratkan pengelola gudang.
anggota kelompok. Pemanfaatan gudang
tersebut dapat mengurangi beban biaya Berdasarkan pengalaman pengelola
transportasi, khususnya untuk ongkos angkut gudang, proses pengusulan untuk permohonan
yang harus dikeluarkan petani pada saat RG melalui satu nama yang tergabung dalam
membawa gabah hasil panen atau beras yang Gapoktan ataupun Koptan akan sangat
akan disimpan ke gudang SRG KSU Annisa. memudahkan dalam pengaturan administrasi
pengelola gudang. Namun, keinginan pengelola
Gudang SRG umumnya menerima
gudang ini perlu mempertimbangkan
banyak gabah pada bulan April–Mei serta pada
kepentingan dan fleksibilitas pemilik barang,
bulan Oktober-Desember dan mulai terjual pada
Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 1, Juni 2015: 55-73
62

Permohonan simpan
barang

tidak tidak

Ruang Tersedia Mutu barang


Ya sesuai?

Ya

Pembongkaran,
Asuransi barang penimbangan dan
penumpukkan barang

Pengalihan Penerbitan resi Penjaminan


resi gudang gudang resi gudang tidak

Cidera janji?

Penyimpanan dan Perubahan


perawatan barang pembebanan hak tidak
Ya jaminan
Ya

RG Penyelesaian Penghapusan
dijaminkan transaksi pembebanan hak
jaminan
Penyerahan
objek hak
tidak jaminan

STOP

Sumber: KSU Annisa (2014), diolah

Gambar 1. Bagan alir sistem resi gudang di KSU Annisa, Kabupaten Subang

jika sewaktu-waktu menarik dan menjual keuntungan maksimum, sebagaimana ungkapan


barang yanga disimpan, untuk memenuhi ”do not put your eggs in one basket”.
kebutuhan keluarganya. Bagi pengelola gudang
Seluruh kegiatan pragudang untuk gabah
menerbitkan RG dalam volume besar mungkin
yang akan diresigudangkan di KSU Annisa
lebih efisien karena mengurangi waktu
dilakukan pemilik barang. Hal ini mengingat
pengurusan dan proses administrasi penerbitan
sejak beroperasi hingga Desember 2014, KSU
RG. Sebaliknya, bagi pemilik barang, RG
Annisa belum memiliki fasilitas untuk kegiatan
dalam pecahan volume kecil akan memberikan
pragudang, seperti pengeringan, pengemasan,
fleksibilitas bagi pemilik dalam melakukan
dan proses penjahitan karung. Secara teknis,
strategi pemasaran untuk memperoleh
SISTEM RESI GUDANG DALAM PERSPEKTIF KELEMBAGAAN PENGELOLA DAN PENGGUNA DI KABUPATEN SUBANG: 63
Studi Kasus KSU Annisa Iwan Setiajie Anugrah, Erwidodo, dan Erma Suryani

pengelola gudang menerima barang yang sudah yang disimpan di gudang SRG diasuransikan
dikemas oleh pemilik barang. Namun demikian, terhadap risiko kebakaran melalui perusahaan
sebelum barang diterima untuk masuk ke Asuransi Central Asia. Setelah seluruh tahapan
gudang, pengelola terlebih dahulu melakukan dalam proses SRG dilakukan, pengelola gudang
pengecekan atas ketersediaan tempat di gudang akan segera menerbitkan RG. Selanjutnya RG
dan uji mutu barang melalui Ujastama Bulog tersebut dapat dijadikan sebagai agunan untuk
Subdrive Kabupaten Subang sebagai lembaga mengajukan kredit di bank BJB Cabang
kompeten yang ditunjuk untuk melakukan hal Kabupaten Subang. Proses permohonan kredit
tersebut. di Bank BJB Kabupaten Subang relatif sama
dengan proses permohonan kredit di Bank BJB
Setiap barang yang akan diresigudangkan
lainnya yang memberikan fasilitas kredit
harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan
melalui kegiatan SRG. Hal ini karena kebijakan
pengelola gudang. Standar mutu ditetapkan
perbankan BJB dalam proses kredit untuk
menurut jenis komoditas yang dikelola oleh
kegiatan SRG telah ditentukan melalui standar
SRG. Standar mutu beras giling yang
ketentuan secara terpusat. Besaran skim kredit
ditetapkan gudang KSU Annisa sesuai SNI 01-
melalui instrumen RG ditetapkan 70% dari nilai
6128-1999. Standar yang sudah ditetapkan
RG atau maksimum sebesar Rp75 juta untuk
untuk mutu beras giling, meliputi derajat sosoh,
perorangan.
kadar air maksimum, persentase beras kepala
dan keutuhan butiran, benda asing serta tingkat
kebersihan dalam proses pengilingan gabah Proses penaksiran harga
menjadi beras. Sementara untuk penetapan
Proses penaksiran harga pada komoditas gabah
mutu gabah sesuai SNI 01-0224-1987. Standar
ketan yang diresigudangkan di KSU Annisa,
mutu gabah yang dipersyaratkan meliputi,
dilakukan pengelola gudang dengan beberapa
persentase jumlah kadar air, gabah hampa,
tahapan. Tahapan yang dilakukan, yaitu: (1)
kualitas butiran gabah, benda asing maupun
melakukan survei harga pasar, (2)
jenis varietas gabah yang akan disimpan di
memperkirakan biaya angkut gabah dari lokasi
gudang SRG.
sawah ke gudang, dan (3) memperhitungkan
Pada saat proses barang sudah lolos uji biaya penyusutan barang pada proses
mutu dan tempat di gudang masih tersedia, pengeringan. Sebagai ilustrasi, dengan
maka pengelola gudang akan menerima barang menggunakan harga pasar gabah dan komponen
tersebut untuk diproses masuk penyimpanan di biaya 2014, tahapan penaksiran harga gabah
gudang. Sebelum RG diterbitkan, pengelola ketan yang akan diresigudangkan disajikan
gudang juga harus mengurus asuransi sebagai pada Gambar 2.
penjamin risiko kerusakan atau kehilangan
Pada tahap awal, survei harga pasar
barang selama disimpan di gudang. Dalam
dilakukan dengan cara melihat harga pasaran
dokumen Resi Gudang tercantum bahwa barang
gabah ketan dengan beragam kualitas di

SURVEI HARGA PASAR Biaya angkut dari sawah Biaya penyusutan


- Gabah ketan kualitas rendah Rp5.00/kg ke gudang pada proses
- Gabah ketan kualitas sedang Rp5.800/kg Rp580/kg
Rp 580/kg pengeringan sekitar
- Gabah ketan kualitas tinggi Rp6.100-6.200/kg 15-20%
- Harga
Harga rata-rata Rata-rata
Rp6.000/kg
Rp 6 000/kg

Harga taksiran gabah ketan

Rp7.000/kg
Sumber: Informasi dari KSU Annisa (2014), diolah

Gambar 2. Proses penaksiran harga gabah ketan di Pengelola Gudang KSU Annisa
Kabupaten Subang
Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 1, Juni 2015: 55-73
64

beberapa bakul, penggilingan beras (PB) dan mencapai 517 hektar. Dengan demikian, tidak
calo-calonya serta berdasarkan harga standar seluruh anggota gapoktan memanfaatkan SRG
musim sebelumnya. Setelah diperoleh harga sebagai sarana untuk memasarkan hasil
rata-rata, selanjutnya memperhitungkan biaya panennya.
angkut dari sawah ke gudang SRG, dan biaya
Bagi petani yang tidak memanfaatkan
penyusutan gabah setelah proses pengeringan.
SRG, hasil panen langsung dijual lepas ke
Proses penaksiran harga harus didasarkan kelompok tani dan langsung mendapat uang
pada harga yang terjadi di pasaran. Jika taksiran tunai. Petani tidak bisa menahan gabah hingga
harga lebih tinggi dari pasaran (over-estimate), kering karena tidak memiliki tempat
akan berpotensi menimbulkan masalah ketika penyimpanan maupun tempat jemur. Dorongan
RG dijaminkan ke bank untuk memperoleh kebutuhan untuk pemenuhan konsumsi dan
kredit. Taksiran harga yang cenderung tinggi, keperluan uang tunai untuk memenuhi
berpeluang barang sulit terjual hingga batas kebutuhan rumah tangga menjadi alternatif para
jatuh tempo dan pada akhirnya muncul NPL petani, khususnya petani berlahan sempit harus
(Non-Performing Loan) atau kredit macet. Pada segera menjual gabah. Sebagian petani dengan
umumnya pembeli gabah dari gudang KSU terpaksa menjual gabah ke tengkulak dengan
Annisa adalah unit penggilingan beras. Jika konsekuensi memperoleh harga rendah
pembelinya penggilingan beras, maka yang (Bappebti, 2008).
dijadikan patokan harga untuk pembelian gabah
Sebagian besar petani yang berlahan
adalah konversi harga eceran beras ketan.
terbatas umumnya menjual hasil panennya
Dalam proses penggilingan gabah ke secara tebasan. Kecenderungan menggunakan
beras rata-rata rendemennya sebesar 54%. sistem tebasan karena: (1) pertimbangan jumlah
Sebagai gambaran, jika gabah yang digiling produksi terbatas dibandingkan dengan
sebanyak 10 ton, maka akan diperoleh beras perhitungan biaya panen dan proses
ketan sebanyak 5,4 ton. Pembeli (PB) akan penanganan hasil yang harus dikeluarkan; (2)
memperoleh keuntungan dari produk adanya kebutuhan dana tunai yang mendesak,
sampingan hasil pengolahan gabah ke beras, (3) ketersediaan sarana pengeringan yang
berupa menir sebesar 10% dan dedak 1% dari terbatas dan (4) tidak mau menjalani proses
total volume gabah yang digiling. Menir dan SRG yang dianggap rumit, dengan
dedak sebagai hasil sampingan pada saat jumlah/volume dan kualitas yang
penggilingan gabah mempunyai nilai jual dipersyaratkan pengelola; (5) kurangnya
masing-masing Rp8.500/kg dan Rp2.300/kg. pemahaman SRG, berkaitan dengan kurangnya
sosialisasi awal dan para petani belum
merasakan manfaat SRG.
Kinerja pengguna SRG
Dalam memanfaatkan SRG, gapoktan
Pengguna SRG yang dikelola KSU Annisa,
juga tidak hanya mengandalkan pembelian
baru mencapai 200 orang petani, baik secara
gabah dari anggotanya. Secara aktif gapoktan
individu maupun tergabung dalam kelompok
melakukan pembelian gabah dari luar anggota
tani dan Gapoktan “Tani Sejahtera”. Selain
gapoktan. Pemahaman pengurus tentang konsep
petani dan kelompok tani, pengguna SRG juga
SRG mendorong pengurus gapoktan lebih aktif
terdiri atas enam orang pedagang yang
melakukan pembelian gabah untuk
sekaligus merupakan anggota kelompok tani
diresigudangkan, sekaligus melakukan
dan secara bersama-sama memanfaatkan empat
sosialisasi SRG kepada para petani. Dalam
gudang yang disediakan oleh pengelola. Jumlah
aktivitas ini, pengurus tidak hanya berperan
anggota gapoktan seluruhnya mencapai 426
sebagai petani atau ketua kelompok, tetapi juga
orang yang terdiri atas 8 kelompok tani, dan 6
berperan sebagai pedagang.
kelompok di antaranya yang telah aktif
memanfaatkan SRG. Total luas sawah dari Pemanfaatan SRG dilakukan melalui
seluruh anggota gapoktan (420 petani) kelompok secara intensif pada tahun 2011. Pada
SISTEM RESI GUDANG DALAM PERSPEKTIF KELEMBAGAAN PENGELOLA DAN PENGGUNA DI KABUPATEN SUBANG: 65
Studi Kasus KSU Annisa Iwan Setiajie Anugrah, Erwidodo, dan Erma Suryani

tahun 2014, jumlah gabah yang diikutsertakan tentang manfaat penerapan SRG bagi pengelola
dalam kegiatan SRG mencapai 2.800 ton. maupun pengguna khususnya yang
Proses pengajuan RG pada tahap I dilakukan dilaksanakan di KSU Annisa pada bulan
atas nama gapoktan yang mewakili 426 Oktober, secara finansial menguntungkan
anggota. Pada tahap II pengurusan RG (Tabel 1). Asumsi yang digunakan pada Tabel
menggunakan atas nama perorangan. 1, berdasarkan volume gabah ketan yang
Berdasarkan pengalaman kelompok, pengajuan disimpan sebanyak 60 ton dengan harga pasar
secara perorangan dirasakan lebih rumit Rp5.000/kg. Biaya penyimpanan yang
dibandingkan dengan sistem gabungan dibayarkan kepada PT Pertani selaku pengelola
kelompok tani (gapoktan). Pengajuan melalui Gudang di Kabupaten Subang adalah sebesar
gapoktan dianggap lebih efisien, sederhana, dan Rp4,5 juta. Pada bulan Desember gabah ketan
lebih nyaman dalam proses pengajuan di bank yang disimpan selama dua bulan dibeli dengan
karena proses kelengkapan dokumen yang harga Rp5.900/kg. Dalam selang waktu dua
harus disiapkan secara kelompok lebih mudah. bulan KSU Annisa memperoleh selisih harga
sebesar Rp900/kg.
Meskipun masih banyak petani yang
enggan mengimplementasikan SRG, KSU Analog dengan simulasi perhitungan
Annisa dianggap cukup sukses mengelola Tabel 1, jika digunakan untuk kondisi data yang
gudang SRG, terlihat dari ekspansi pengadaan diperoleh dari hasil penelitian Analisis
gudang yang tersebar di beberapa desa di Kebijakan pada Desember 2014, dengan
Kecamatan Binong. Keberhasilan ini tidak volume gabah yang disimpan di empat lokasi
terlepas dari hasil sosialisasi yang secara gencar Gudang KSU Annisa mencapai 2.636,5 ton
dilakukan selama tahun 2012-2013, hingga gabah ketan. Biaya sewa gudang sebesar
petani mendapat informasi tentang manfaat Rp11.500/m2/5 bulan dengan luas/kapasias total

Tabel 1. Analisis simulasi potensi keuntungan penyelenggaraan SRG di Kabupaten Subang

Uraian Rincian Nilai (Rp000)


Gabah dijual langsung 60 ton x Rp5.000/kg 300.000
Biaya penyimpanan 2 bln 4.500
Biaya bunga bank 6 % x 2/12 x Rp189 juta 1.890
Harga jual setelah simpan 2 bln 60 ton x Rp5.900/kg 354.000
Keuntungan*) 47.610
Sumber: Putri (2012)
Keterangan: *)Keuntungan = (harga jual setelah disimpan) - (pendapatan jika dijual langsung + biaya
penyimpanan + biaya bunga)

adanya SRG. Proses sosialisasi dilakukan dari tiga unit gudang (sewa) mencapai 1.480 m2.
anggaran pemanfaatan RG. Pada periode Harga pembelian gabah ketan Rp6.000/kg
selanjutnya, intensitas pertemuan petani untuk GKG. Harga jual setelah masa simpan dua
kegiatan sosialisasi dilakukan di gapoktan. bulan diproyeksikan dengan harga Rp7.000/kg.
Kegiatan sosialisasi juga dilakukan di Analisis keuntungan pada proses pengelolaan
kabupaten dengan penyuluh swadaya, dan gudang SRG di KSU Annisa dapat dilihat pada
kemudian dengan RMU. Tabel 2.
Sementara, untuk biaya operasional
Prospek dan perkiraan keuntungan gudang dan lainnya, secara tidak langsung
penyelenggaraan SRG ditanggung oleh pemilik barang (pengguna),
melalui jasa penyimpanan gabah
Berdasarkan hasil analisis yang
petani/pengguna di gudang sebesar Rp100/kg
dilakukan oleh Bappebti dan Putri (2012)
Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 1, Juni 2015: 55-73
66

Tabel 2. Analisis simulasi keuntungan pada proses penyelenggaraan SRG di Gudang KSU Annisa,
Kabupaten Subang, 2014

Uraian Rincian Nilai (Rp000)


Gabah dijual langsung 2.636,5 ton x Rp6.000/kg 15.819.000
Biaya sewa gudang 2 bln 6.808*)
Biaya bunga bank 6 % x 2/12 x Rp11.563 juta**) 115.630
Harga jual setelah disimpan 2 bln 2.636,5 ton x Rp7.000/kg 18.455.500
Keuntungan ***) 2.514.062
*)
Keterangan: Penggunaan gudang milik Bappebti (700 m²) tidak dikenakan biaya sewa
**)
Data terakhir Bappebti (2014): Asumsi dari 170 RG yang diajukan KSU Anisa dengan nilai kredit
Rp11.563 miliar, melalui Bank BJB Cabang Kabupaten Subang (Erwidodo et al., 2014).
***)
Keuntungan = (harga jual setelah disimpan) - (pendapatan jika dijual langsung + biaya penyimpanan +
biaya bunga)

Tabel 3. Analisis simulasi biaya petani pengguna SRG di KSU Annisa, Kabupaten Subang, 2014

Ketentuan Harga dan Pangsa thd


Nilai
No. Uraian pengelola biaya nilai barang
(Rp)
gudang (Rp/kg) (%)
1. Nilai taksiran barang (10 ton) GKG 7000 70.000.000 100.00
2. Biaya-biaya
a. Biaya pragudang
- Biaya pengeringan (10 ton) 200-240/kg 200 2.000.000 2,86
- Biaya karung (10 ton) 4.000/ku 40 400.000 0,57
- Biaya angkut (10 ton) 50.000/ton 5 50.000 0,07
- Biaya bongkar-muat (10 ton) 3.000/ku 30 300.000 0,43
Biaya total pragudang 2.750.000 3,93
b. Biaya penyimpanan/gudang (biaya
uji mutu, asuransi, tagihan KBI,
perawatan/fumigasi, gaji karyawan 100/kg*) 100 1.000.000 1,43
dan biaya lain) (10 ton)
Biaya total gudang 1.000.000 1,43
3. Total biaya 3.750.000 5,36
Sumber: KSU Annisa (2014), diolah
Keterangan: *)Perhitungan biaya untuk penyimpanan selama empat bulan

untuk perhitungan biaya penyimpanan 5,36% dari taksiran nilai gabah jenis ketan
maksimal gabah selama empat bulan atau (Rp7.000/kg), di mana rata-rata harga
Rp50/kg per dua bulan. Biaya penyimpanan penjualannya relatif lebih tinggi dibandingkan
tersebut meliputi biaya uji mutu, asuransi, dengan jenis gabah dari varietas padi lainnya
tagihan KBI, perawatan dan fumigasi, gaji (Tabel 3).
karyawan, dan biaya lain.
Berdasarkan analisis simulasi data pada
Biaya-biaya pragudang yang dibayar/ Tabel 1 dan 2, pengelolaan SRG untuk
dikeluarkan oleh petani/pengguna meliputi komoditas gabah ketan menunjukkan potensi
biaya pengeringan, karung, dan bongkar-muat, keuntungan dan cukup prospektif, sekalipun
diperhitungkan mencapai rata-rata Rp275 per dalam tulisan ini nilai atau hasil keuntungan
kg dan untuk proses penyimpanan gabah di akhir yang diperoleh pengelola maupun
Gudang SRG Rp100/kg. Jumlah biaya pengguna sebagai pendapatan riil belum
keseluruhan yang dibayar petani/pengguna, diperhitungkan dengan pengurangan seluruh
mencapai Rp375 per kg atau setara dengan biaya manajemen usaha pengelola maupun
SISTEM RESI GUDANG DALAM PERSPEKTIF KELEMBAGAAN PENGELOLA DAN PENGGUNA DI KABUPATEN SUBANG: 67
Studi Kasus KSU Annisa Iwan Setiajie Anugrah, Erwidodo, dan Erma Suryani

biaya usaha tani yang dikeluarkan petani Keterkaitan Pelaksanaan Sistem Resi
sebagai pengguna. Namun demikian, diperoleh Gudang dengan Pemda, sebagaimana
gambaran awal bahwa jika kapasitas dan ditetapkan dalam ketentuan UU No. 9/2006 dan
volume gabah ketan yang tersimpan melalui perubahannya, menegaskan bahwa urusan
pengelola SRG dalam jumlah cukup banyak, pemerintah daerah di bidang pembinaan SRG,
maka kegiatan pengelolaan SRG sebagai meliputi pembuatan kebijakan daerah untuk
pendekatan bisnis, sangat memungkinkan mempercepat pelaksanaan SRG, pengembangan
menjadi peluang bagi para pelaku usaha lain komoditas unggulan di daerah, penguatan peran
melakukan investasi dalam pengelolaan jasa pelaku usaha ekonomi kerakyatan untuk
SRG serta usaha jasa pendukung lainnya yang mengembangkan pelaksanaan SRG, dan
terkait dengan penyelenggaraan program SRG fasilitas pengembangan pasar lelang komoditas.
di Kabupaten Subang. RG juga akan menjadi Semua urusan pemerintah daerah di bidang
peluang bisnis bagi kalangan perbankan dan pembinaan SRG ini dilakukan melalui
pengembangan layanan jasa kredit bagi para koordinasi dengan Badan Pengawas.
nasabahnya (Erawan, 2008). Dalam implementasi kegiatan SRG di
Kabupaten Subang, peran serta dan kebijakan
Kebijakan Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah belum sepenuhnya
memfasilitasi pelaku usaha yang
Pencanangan percepatan implementasi Sistem mengembangkan kegiatan SRG maupun kepada
Resi Gudang telah dilakukan oleh Menteri pengguna. Begitu pula dalam melakukan fungsi
Perdagangan Kabinet Jokowi-JK di Lokasi Pemerintah Daerah dalam hal percepatan
Gudang KSU Annisa, Desa Binong, Kecamatan pengembangan pelaksanaan SRG di wilayah
Binong, Kabupaten Subang, pada tanggal 5 potensial maupun untuk komoditas lainnya,
Januari 2015. Momentum ini menjadi pengembangan komoditas unggulan yang bisa
sinyalemen dukungan pemerintah terhadap disinergiskan dengan SRG, penguatan
pelaksanaan Skim SRG yang selama enam kebijakan bagi pelaku usaha dan pengguna yang
tahun berjalan (2008-2014) belum banyak mengembangkan SRG, maupun fasilitasi
dimanfaatkan oleh para pengguna, pengembangan usaha-usaha yang terintegrasi
dibandingkan dengan potensi yang dapat dengan pengembangan SRG, belum menjadi
diikutsertakan dalam skim SRG. prioritas nyata dalam implementasinya. Peran
Beberapa pernyataan penting yang serta yang telah dilakukan oleh Pemda setempat
disampaikan Menteri Perdagangan dalam selama ini adalah dengan kegiatan sosialisasi
proses pencanangan ini, bahwa “selain menjadi terbatas melalui dinas instansi terkait yang
salah satu instrumen yang bisa berperan penting disesuaikan dengan tupoksi SKPD.
mewujudkan stabilitas harga, SRG juga dapat Peran institusi melalui dinas/instansi
menjadi salah satu instrumen pengukuran terkait dalam pelaksanaan kegiatan SRG
ketersediaan stok nasional, khususnya bahan berdasarkan kompetensinya melibatkan Dinas
pangan seperti beras, gabah, dan jagung. Perdagangan dan Dinas Pertanian serta Dinas
Instrumen pengukuran dapat dicapai sejalan Koperasi. Peran Dinas Pertanian dalam kaitan
dengan terintegrasinya data ketersediaan stok di SRG secara tidak langsung hanya terkait dalam
setiap gudang SRG melalui Sistem Informasi sosialisasi di tingkat petani dan kelompok tani,
Terpadu Resi Gudang (IS-WARE). Dengan sesuai dengan kegiatan teknis yang selama ini
sistem ini pemerintah bisa mengetahui dilaksanakan. Peran serta dinas terkait dalam
ketersediaan komoditas di setiap wilayah lokasi penyelenggaraan kegiatan SRG juga dilakukan
gudang SRG, sehingga menjadi alat bantu Dinas Perdagangan maupun Dinas Koperasi,
dalam mengambil kebijakan terkait distribusi hanya saja masih tergantung pada aktivitas
ataupun penyediaan bahan pangan di daerah- kegiatan berdasarkan struktur organisasi di
daerah” (Pikiran Rakyat, 6 Januari 2015; atasnya. Aktivitas pembinaan dalam kaitan
Bappebti, 2015) SRG selama ini belum optimal, terbatas pada
kegiatan sosialisasi pada sasaran yang masih
terbatas.
Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 1, Juni 2015: 55-73
68

Dinas Pertanian selama ini melaksanakan di setiap lokasi penyelenggaraan SRG


program lebih kearah pembinaan petani dan sebagaimana telah disampaikan melalui hasil
kelompok tani dari aspek teknis usaha tani dan kajian Erwidodo et al. (2014), Ashari et al.
penerapan teknologi pertanian. Keterkaitan (2013), Ariyani (2008), Sadaristuwati (2008),
secara institusional juga masih terbatas atau Riana (2010) yang dikutip Ashari (2011), dan
hanya pada kegiatan yang bersifat koordinasi hasil kajian Sanuri (2008). Secara umum
dan belum pada proses kebijakan “aksi” yang kendala penyelenggaraan SRG yang
terkait dengan implementasi SRG. Kebijakan disampaikan dalam beberapa hasil kajian
yang terkait dengan pelaksanaan di tingkat tersebut meliputi keterbatasan gudang yang
Pemda belum terintegrasi dengan berbagai memenuhi persyaratan, minimnya ketersediaan
pemangku kepentingan/stakeholders dalam satu alat pengering dan alat pengemasan. Selain itu,
tujuan untuk percepatan pengembangan SRG. tingginya bunga bank untuk investasi
pergudangan, ketidakpastian iklim usaha, dan
Peran Pemda dalam fasilitasi penyediaan kebijakan pemerintah merupakan beberapa
sarana dan prasarana pendukung yang penyebab rendahnya minat penyelenggara SRG.
dibutuhkan sangat dinantikan oleh Sementara itu, kurangnya pemahaman petani
penyelenggara maupun pengguna (kebutuhan dan pengguna jasa RG, terbatasnya lahan usaha
petani secara umum). Upaya yang dilakukan petani dan kecilnya volume produksi yang
melalui fasilitasi kerja sama penguatan modal, dihasilkan, persyaratan standar mutu/kualitas,
penyediaan sarana prasarana SRG, serta serta desakan kebutuhan dana tunai saat panen
mendorong peran serta lembaga kuangan merupakan kendala petani untuk memanfaatkan
bank/nonbank, melalui skim yang dibuat jasa SRG.
dengan melibatkan kebijakan Pemda untuk
pembiayaan pengembangan SRG, belum Dalam uraian hasil penelitian ini juga
banyak dilakukan. Koordinasi kebijakan secara ditemukan bahwa yang menjadi kendala dan
vertikal dengan beberapa lembaga dan permasalahan dalam pelaksanaan SRG di
kementerian yang terkait penyelenggaraan SRG Subang, terkait ketersediaan gudang,
masih sangat diperlukan untuk mensinergikan ketersediaan alat pengering dan pengemas,
ketentuan yang menjadi urusan pemerintah masih berlangsungnya sistem tebasan, serta
daerah dan wewenang pemerintah pusat dalam potensi munculnya persaingan tidak seimbang
penyelenggaraan SRG. Kekhawatiran pengelola dengan BUMN. Munculnya hal tersebut
yang selama ini sudah menyelenggarakan SRG menjadi kecemasan bagi pihak pelaku yang
menjadi masukan buat Pemda setempat maupun selama ini telah mengembangkan SRG di luar
pengambil kebijakan di pusat, terutama tentang BUMN, sekaligus mempertanyakan tentang
konsep pewilayahan lokasi usaha yang akan perlindungan daerah terhadap kegiatan SRG
menjadi cakupan wilayah kerja pengelola SRG yang sudah jalan/dilakukan perusahaan pribadi/
di beberapa lokasi potensi produksi lainnya, petani/koperasi/CV yang ada di daerah dalam
agar antarpengelola SRG tidak terkonsentrasi pergudangan SRG ke depan.
pada satu wilayah dan saling tumpang tindih, Kekhawatiran ini terjadi mengingat
termasuk untuk membuka peluang pengem- dalam kasus kegiatan SRG di luar BUMN tidak
bangan penyelenggaraan SRG terhadap dipandang setara dengan pihak BUMN,
komoditas potensial lainnya selain gabah dan khususnya untuk mendapatkan izin pengelolaan
beras yang selama ini juga mengalami fluktuasi SRG. Masuknya pemain baru, baik BUMN
harga. maupun swasta dan KSU lain, akan
menurunkan tingkat keuntungan KSU Annisa
Kendala dan Permasalahan tetapi tidak harus membuat KSU Annisa rugi
dan bangkrut. Pemerintah daerah bisa saja
Proses penyelenggaraan SRG masih dihadapkan menghimbau pusat (BUMN) atau membuat
pada beberapa kendala dan permasalahan, baik aturan untuk membatasi ruang usaha BUMN
pada kelembagaan pengelola maupun pengguna dan BUMD (pembagian wilayah), tetapi tidak
di setiap lokasi SRG yang telah diprogramkan. bisa membatasi KSU lain dan swasta untuk
Pembahasan tentang kendala dan permasalahan menyelenggarakan SRG.
SISTEM RESI GUDANG DALAM PERSPEKTIF KELEMBAGAAN PENGELOLA DAN PENGGUNA DI KABUPATEN SUBANG: 69
Studi Kasus KSU Annisa Iwan Setiajie Anugrah, Erwidodo, dan Erma Suryani

Pembagian wilayah usaha yang terkait mempunyai dryer. Jumlah kepemilikan dryer di
dengan SRG menjadi bahan pemikiran tingkat gapoktan juga terbatas sehingga tidak
kebijakan ke depan. Pengaturan kebijakan memadai dengan kebutuhan untuk pengeringan
dalam pewilayahan kegiatan dan komoditas gabah pada musim panen; (3) terkait dengan
yang di-SRG-kan, menjadi kewenangan biaya pergudangan, sehingga Pemda diharapkan
pemerintah daerah dalam menjaga iklim usaha dapat membantu biaya pemeliharaan gudang
dan pelaksanaan SRG sesuai ketetapan dalam SRG; (4) sistem pengairan yang tidak
Undang-Undang, sehingga tidak overlapping terstruktur dalam pelaksanaan dan
dengan usaha yang sudah ada saat ini. Pemda pengaturannya, sehingga berpengaruh pada
juga harus melakukan pemetaan terlebih dahulu pelaksanaan musim tanam yang sudah
terhadap potensi dan kegiatan usaha yang akan dijadwalkan.
dilakukan oleh pihak swasta serta pihak lain
Secara umum prospek SRG masih cukup
yang membuka usaha SRG di daerah, sehingga
bagus, beberapa harapan gapoktan dan KSU
pengembangan SRG dapat mempercepat
Annisa sebagai penyelenggara RG untuk
perekonomian wilayah tanpa terpusat pada satu
kedepan, yaitu (1) adanya intervensi Pemda
lokasi/wilayah usaha. Perhatian kepada para
dalam bentuk penetapan Harga Mimimal
pelaku di tingkat daerah, terutama bagi
Kabupaten (HMK); (2) pengadaan gudang SRG
kelompok tani atau gapoktan yang berpotensi
ideal, di mana 1 unit gudang per desa dan
didorong menjadi pengelola SRG baik
dikelola oleh kelompok tani, terutama oleh
berdasarkan kemampuan sendiri ataupun secara
kelompok-kelompok yang sudah mempunyai
bermitra, sehingga bisa menjadi dasar untuk
fasilitas RMU, dryer, dan fasilitas lainnya; dan
membantu peningkatan harga di tingkat petani
(3) penguatan modal kepada kelompok tani
serta memperluas pelaksanaan SRG.
dengan menyediakan dana talangan untuk
Berdasarkan kinerja yang dilakukan oleh memfasilitasi kelompok, pada saat petani
pengelola, keterbatasan sarana prasarana yang melakukan jual-lepas ke kelompok.
terkait dengan SRG menjadi kendala untuk
mengembangkan kapasitas daya tampung gabah
ketan dan kemungkinan produk pertanian lain KESIMPULAN DAN SARAN
yang akan di-SRG-kan. Eksistensi pengelola
juga dihadapkan pada keterbatasan dukungan Kesimpulan
pihak Pemda dalam memfasilitasi kinerja
pengelolaan SRG untuk percepatan SRG merupakan salah satu langkah terobosan
implementasi SRG di wilayah Kabupaten mengatasi permasalahan perdagangan
Subang lainnya. Sinergitas antarinstitusi SKPD komoditas pertanian yang seringkali
terkait dengan pelaksanaan SRG di Kabupaten dihadapkan pada fluktuasi harga. SRG
Subang belum terbangun dalam satu memberikan peluang pengelola dan pengguna
kepentingan untuk peningkatan kinerja SRG untuk mendapatkan harga penjualan produk
dari berbagai aspek. pada saat harga tertinggi. RG juga dapat
digunakan sebagai agunan pinjaman modal ke
Dari sisi teknis produksi, ada beberapa bank atau lembaga keuangan yang ditunjuk
kendala di tingkat petani, yaitu: (1) rata-rata untuk pembiayaan usaha petani.
produksi 2-3 ton karena kepemilikan lahan
sawah rata-rata kurang 0,5 hektar, sementara Penyelenggaraan SRG yang dilakukan
pengelola gudang mensyaratkan volume gabah oleh pengelola KSU Annisa telah berkembang
mencapai minimal 10 ton, untuk penerbitan satu menjadi satu unit usaha produktif, mendukung
RG. Adanya aturan tersebut, petani berlahan usaha kelompok dalam pemasaran hasil
sempit dipaksa harus berkelompok untuk produksi para anggotanya, pada saat harga
memenuhi volume minimal; (2) keterbatasan gabah atau beras ketan mengalami fluktuasi.
dryer di gudang kelompok. Keberadaan dryer Sebagai satu-satunya koperasi yang menjadi
sangat penting terutama pada saat musim hujan, pengelola SRG di Kabupaten Subang, KSU
karena hampir sebagian besar petani tidak Annisa telah memfasilitasi gapoktan/
Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 1, Juni 2015: 55-73
70

anggotanya mendapatkan pinjaman modal diresigudangkan, untuk mendapatkan RG


usaha tani, melalui RG yang diterbitkan. secara individu maupun kelompok. Secara
Pinjaman modal tersebut diperoleh dengan umum, kendala teknis di tingkat petani/
jaminan kredit dari gabah petani pengguna yang pengguna adalah luas lahan yang diusahakan,
dikelolanya, melalui BJB cabang Kabupaten ketersediaan dan kepemilikan lantai jemur
Subang sebagai bank yang ditunjuk dalam ataupun alat pengering; keperluan petani
penyelenggaraan SRG. memperoleh dana tunai secara cepat untuk
biaya hidup dan modal usaha tani berikutnya
Kegiatan pengelola SRG yang dilakukan
yang mendorong masih berlangsungnya sistem
KSU Annisa masih terbatas pada komoditas
tebasan. Kegiatan sosialisasi tentang SRG di
gabah ketan, karena terbatasnya volume gabah
tingkat petani/kelompok tani kurang
yang diikutkan dalam SRG serta cakupan/luas
menekankan penjelasan terkait manfaat dan
wilayah usahanya, dibandingkan potensi produk
potensi keuntungan SRG, sehingga tidak
yang dihasilkan di Kabupaten Subang.
seluruh petani antusias berpartisipasi dalam
Beberapa kendala dalam pengelolaan SRG yang
penyelenggaraan SRG.
dilakukan oleh KSU Annisa adalah
keterbatasan dalam penyediaan gudang Peran aktif berbagai institusi di tingkat
penyimpanan yang bersertifikat dan pemerintahan daerah dalam proses
keterbatasan sarana-prasarana pendukung penyelenggaraan SRG di Kabupaten Subang,
penyelenggaraan SRG, seperti dryer, alat masih terbatas pada kegiatan sosialisasi yang
pengemasan, serta alat untuk penumpukan dilakukan oleh petugas lapangan dari SKPD
gabah di gudang. Dinas Pertanian dan Dinas Perdagangan.
Namun demikian usaha SRG dipandang Koordinasi antarinstitusi yang berkompeten
sangat prospektif dan terbuka, terutama untuk dengan penyelenggaraan SRG di daerah
usaha jasa penyediaan sarana-prasarana yang maupun dengan pemerintah pusat relatif belum
terkait dengan penyelenggaraan SRG, sehingga sepenuhnya menjadi bagian penting dalam
memungkinkan banyak pelaku usaha baru yang usaha mempercepat penyebarluasan SRG di
akan tertarik untuk melakukan usaha jasa Kabupaten Subang.
tersebut. Kegiatan SRG yang dilakukan oleh
KSU Annisa pada masa datang akan
menghadapi persaingan usaha dari pemain baru, Saran
termasuk BUMN pengelola SRG di daerah lain. Kegiatan usaha SRG yang dikelola oleh KSU
Untuk mempertahankan usaha yang dilakukan, Annisa masih perlu dukungan pemerintah
KSU Annisa selain jeli dalam memilih jenis khususnya untuk meningkatkan sarana dan
gabah ketan sebagai komoditas utama, juga prasarana pendukung penyelenggaraan SRG.
perlu terus berupaya untuk meningkatkan Sarana dimaksud adalah sarana pergudangan,
kinerja dan pelayanan kepada pengguna serta pengeringan penggilingan, dan sarana
mempertahankan kepercayaan dari berbagai perlindungan usaha, baik dari Kementerian
institusi terkait. Perdagangan melalui Bappebti, Kementerian
SRG di Kabupaten Subang belum Pertanian, Kementerian Koperasi, maupun dari
sepenuhnya dimanfaatkan oleh pengguna dalam pemerintah daerah setempat, agar usaha
hal ini para petani, terkait dengan berbagai penyelenggaraan SRG yang sudah dilakukan
kendala dan permasalahan dalam proses saat ini tetap berjalan dan lebih berkembang
pemasaran produk yang dihasilkan. Selain serta menjadi penggerak perekonomian daerah
terbatasnya peran pengelola SRG dalam setempat.
penyediaan fasilitas pergudangan, pengeringan,
pengemasan dan penggilingan, penyeleng- Dukungan dan peran aktif pemerintah
garaan SRG juga menghadapi masalah daerah dalam kebijakan pengembangan usaha
keterbatasan kemampuan petani dalam SRG, di antaranya untuk penyediaan sarana
memenuhi persyaratan standar/kualitas dan gudang, sarana pengeringan, maupun
volume gabah minimal yang dapat penyediaan dana talangan untuk usaha
SISTEM RESI GUDANG DALAM PERSPEKTIF KELEMBAGAAN PENGELOLA DAN PENGGUNA DI KABUPATEN SUBANG: 71
Studi Kasus KSU Annisa Iwan Setiajie Anugrah, Erwidodo, dan Erma Suryani

pembelian gabah petani oleh gapoktan sangat iklim usaha yang kondusif menjadi kunci
diperlukan. Perlindungan usaha melalui sukses dalam penyelenggaraan dan penyebar-
kebijakan dan pengaturan sistem yang menjadi luasan SRG di wilayah Kabupaten Subang.
kewenangan pemda setempat, seperti insentif
pemeliharaan gudang, penguatan modal kerja
dan intensitas sosialisasi tentang SRG kepada DAFTAR PUSTAKA
seluruh pemangku kepentingan, melalui
sinergitas antar-SKPD juga sangat diperlukan, Ashari, E. Ariningsih, Y. Supriyatna, C.R.
agar usaha yang dilakukan pengelola tetap Adawiyah, dan S. Suharyono. 2013. Kajian
menjadi prioritas Pemda dalam pembinaannya. Efektivitas Sistem Resi Gudang dalam
Stabilisasi Pendapatan Petani. Laporan
Pola usaha SRG sebaiknya juga
Kegiatan Kajian Isu-Isu Aktual Kebijakan
diusahakan dengan melibatkan para pelaku Pembangunan Pertanian. Bogor: Pusat Sosial
usaha setempat yang dianggap mampu untuk Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
menjadi pengelola atau secara bermitra
menyelenggarakan resi gudang untuk Ashari. 2007. Resi gudang: alternatif model
pemasaran komoditas pertanian. Warta
komoditas pertanian selain padi (gabah dan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian
beras). Hal ini agar keikutsertaan usaha para 29(4):7.
pelaku di daerah sekaligus menjadi penggerak
perekonomian lokal/daerah setempat. Peran dan Ashari. 2010. Prospek sistem resi gudang (SRG)
sebagai alternatif pembiayaan sektor
kebijakan pemerintah daerah dalam pengaturan
pertanian. ICASEPS Working Paper No. 102.
dan penetapan iklim usaha yang terkait dengan Januari 2010. Bogor: Pusat Analisis Sosial
SRG perlu tetap berpihak pada pengembangan Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
usaha-usaha ekonomi daerah.
Ashari. 2011. Potensi dan kendala sistem resi
Mengingat pemahaman masyarakat gudang untuk mendukung pembiayaan usaha
terhadap SRG yang masih terbatas dan besarnya pertanian di Indonesia. Forum Penelitian
potensi penyebarluasan SRG di Kabupaten Agro Ekonomi 29(2):129-143.
Subang, maka kegiatan sosialisasi kepada Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Subang
seluruh stakeholder harus ditingkatkan, disertai dalam Angka 2014. Subang: BPS Kabupaten
dengan pembenahan dan perbaikan sarana dan Subang.
prasarana pendukung SRG. Kegiatan ini
Bappebti. 2008. Bappebti kaji lembaga jaminan
diharapkan dapat mempercepat penyebarluasan sistem resi gudang. https://www.ipotnews
penyelenggaraan SRG sesuai amanat UU No. .com/index.php?jdl=Bappebti_kaji_lembaga_
9/2006. jaminan_sistem_resi_gudang&level2=newsa
ndopinion&level3=&level4=politics&id=615
Komitmen dan langkah Kementerian
993#.VIoQZskxF1Y (12 Desember 2014)
Perdagangan untuk mempercepat penyebar-
luasan SRG merupakan langkah tepat dan perlu Bappebti. 2008. Sistem Resi Gudang
didukung oleh kementerian terkait dan pihak- Memberdayakan Bangsa. Jakarta: Bappebti-
pihak lainnya. Koordinasi dan sinergi antara Departemen Perdagangan.
Kementerian Perdagangan, Kementerian Bappebti. 2014. Kemendag sosialisasi sistem resi
Pertanian, Kementerian Keuangan, dan gudang kepada civitas akademika Universitas
Kementerian Koperasi mutlak diperlukan untuk Padjajaran. http://www.bappebti.go.id/id/
mempercepat penyebarluasan SRG di sektor news/press_release/detail/3390.html. (19
Januari 2015).
pertanian, terutama dalam memfasilitasi dan
mendorong pembangunan sarana dan prasarana Bappebti. 2015. Menteri Perdagangan canangkan
pergudangan yang memenuhi persyaratan. percepatan implementasi SRG.
Keterlibatan dan dukungan konkrit Pemerintah http://www.bappebti.go.id/id/news/press_rele
Daerah Kabupaten Subang dalam penciptaan ase/detail/3608.html. (28 Januari 2015).
Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 1, Juni 2015: 55-73
72

Boen, H.S. 2007. Analisa resi gudang sebagai surat Cara untuk Memperoleh Persetujuan Sebagai
berharga. http://www.hukumonline.com/ Pengelola Gudang.
berita/baca/hol17277/analisa-resi-gudang-
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
sebagai-surat-berharga. (11 Desember 2014).
Nomor: 66/M-DAG/PER/12/2009 tentang
Devita, I. 2012. Sistem resi gudang sebagai alternatif Pelaksanaan Skema Subsidi Resi Gudang
hak jaminan. http://irmadevita.com/2012/
Peraturan Pemerintah No.36/2007 tentang
sistem-resi-gudang-sebagai-alternatif-hak-
Pelaksanaan UU No.9/2006 tentang Sistem
jaminan. (11 Desember 2014). Resi Gudang.
Erawan, B. 2008. Prinsip hak jaminan resi gudang Permendag No. 26/MDAG/PER/6/2007 tentang
dalam perspektif perbankan: kajian normatif Barang yang Dapat Disimpan di Gudang
pemberdayaan petani gabah pada musim (Gabah, Beras, Kopi, Kakao, Lada, Karet,
panen. Jurnal Argumentum 8(1):1-18. Rumput Laut, dan Jagung).
Erwidodo, E. Suryani, dan I.S. Anugrah. 2014. Prayitno, B. 2011. Resi Gudang.
Kinerja dan Kendala Sistem Resi Gudang di http://prayitnobambang.blogspot.com/2011_1
Indonesia. Laporan Penelitian Analisis 1_01_ archive.html (12 Desembers/2014 ).
Kebijakan. Bogor: Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Putri, NP. 2012. Sistem Resi Gudang solusi bagi
petani. http://www.bappebti.go.id/id/topdf/
Gobel, R. 2015. Percepatan Implementasi SRG: create/1044.html. (26 Januari 2015).
SRG wujudkan stabilisasi harga komoditas
http://www.bappebti.go.id/id/news/press_rele Riana, D. 2010. Penggunaan Sistem Resi Gudang
ase/detail/3608.html. (28 Januari 2015). sebagai Jaminan bagi Perbankan di Indonesia.
Tesis. Fakultas Hukum. Program Magister
Harian Pikiran Rakyat. 2015. SRG menjaga Hukum Ekonomi. Jakarta: Universitas
stabilitas harga. Edisi 6 Januari 2015. Indonesia.
Haryotejo, B. 2013. Analisis korelasi faktor yang Sadarwati. 2008. Pentingnya sistem resi gudang bagi
mempengaruhi implementasi sistem resi petani. Makalah seminar nasional sistem resi
gudang (SRG) di Daerah. Jurnal Bina Praja gudang: pengembangan alterntatif
5(2):91-100. pembiayaan melalui sistem Resi Gudang.
Hotel Borobudur, Jakarta, 4 November 2008.
Herlindah. 2013. Hukum jaminan ”Resi Gudang”.
http://herlindahpetir.lecture.ub.ac.id. (28 Sanuri, A.S. 2008. Strategi pengembangan Sistem
Januari 2015). Resi Gudang. https://cireboninstitute.
http://wordpress.com/2008/12/15/strategi-
Listiani, N. dan B. Haryotejo. 2013. Implementasi
pengembangan-sistem-resi-gudang. (12
Sistem Resi Gudang pada Komoditi Jagung: Desember 2014) .
Studi Kasus di Kabupaten Tuban, Provinsi
Jawa Timur. Buletin Ilmiah Litbang Sinar Tani. 2011. Kemitraan untuk mengurangi
Perdagangan 7(2):193-211. impor beras ketan. http://118.97.186
.221/index.php/subMenu/informasi/berita/det
Menteri Perdagangan. 2009. Peraturan Menteri ailberita/472/2704. (26 Januari 2015).
Perdagangan Republik Indonesia Nomor:
66/M-DAG/PER/12/2009 tentang Sunarto, H. 2012. Merancang Put Option dalam
Pelaksanaan Skema Subsidi Resi Gudang. Sistem Resi Gudang sebagai elemen pasar
Jakarta: Kementerian Perdagangan. lelang Forward Agro. Proceeding for call
paper: Pekan Ilmiah Dosen FEB, UKSW (14
Noviyanto. 2011. Penerbitan Resi Gudang capai 84 Desember 2014)
Resi Gudang: Pentingnya peran SRG bagi
komoditi berjangka seperti Suryani, E., Erwidodo, dan I.S. Anugrah. 2014.
petani.http://www.lensaindonesia.com/2011/1 Sistem Resi Gudang di Indonesia: Antara
1/24/pentingnya-peran-srg-bagi-komoditi- harapan dan kenyataan. Analisis Kebijakan
berjangka-seperti-petani.html. (12 Desember Pertanian 12(1):69-86.
2014) . Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 tentang
Peraturan Kepala Bappebti No. 01/BAPPEBTI/PER- Perubahan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2006 tentang Resi Gudang.
SRG/7/2007 tentang Persyaratan dan Tata
SISTEM RESI GUDANG DALAM PERSPEKTIF KELEMBAGAAN PENGELOLA DAN PENGGUNA DI KABUPATEN SUBANG: 73
Studi Kasus KSU Annisa Iwan Setiajie Anugrah, Erwidodo, dan Erma Suryani

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Yulistiyono, H. 2014. Penerapan Sistem Resi


Tahun 2006 tentang Resi Gudang . Gudang dalam perspektif peningkatan
pendapatan asli daerah.
Wahyudin. 2011. Resi Gudang sebagai alternatif
http://asp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads
pembiayaan bagi koperasi dan UKM. Jurnal
/2014/02/Penerapan-Sistem-Resi-Gudang-
Ilmiah Ekonomi, Koperasi dan
Dalam-Perspektif-Peningkatan-Pendapatan-
Kewirausahaan 2(1):88-97.
Asli-Daerah.pdf. (19 Januari 2015).

You might also like