Professional Documents
Culture Documents
Lilis Zuhriyah-Fkik
Lilis Zuhriyah-Fkik
Skripsi
Oleh :
LILIS ZUHRIYAH
NIM : 1111104000055
ABSTRACT
Smoking habit of family member without regard to the surrounding environment not
only can cause problems for smokers themselves but also can make problems for
other people, including a toddler who lives with them. One of the problems which
often appears in young children due to the exposure of cigarette smoke is Acute
Respiratory Infection (ARI). ARI in toddler is a major cause of toddler health care
visits and toddler mortality in Indonesia. The purpose of this study is to describe
smoking habit of family member in ARI in the toddlers at the Puskesmas Bungah
Gresik. Samples of this study are 100 toddlers suffering from ARI and the technique
used is purposive sampling. This research employs descriptive quantitative method
and the instrument used is a questionnaire. The results show that from 100 toddler
respondents, male 56%, female 44%; aged ≤ 12 months 28%, 72% aged 13-59
months; malnourished nutrient status 6%, poor 15%, good 78%, overweight 1%;
Mother’s last education, primary school 5%, junior highschool/equal 24%, senior
highschool/equal 60%, 11% college; smoking habit of family members 73%, with no
smoking habit of family members 27%; smoking habits without regard to the
environment 58.90%, 41.10% attention to the environment (n = 73); 25.58% one
smoker, more than one person 74.42% (n=43); mild smoker (30.24), moderate
smoker 34.88%, 34.88% severe smoker (n=43). Results of this study are expected to
provide information about the dangers of cigarette smoke, especially for children, so
that the family can change their smoking habit.
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
ABSTRAK
iv
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
HP : +6285782012787
Email : Lilis.zuhriyah@gmail.com
PENDIDIKAN
1. TK Muslimat NU 03
2. MI Assa’adah Sampurnan Bungah 1999-2005
3. MTS Assa’adah 2 Sampurnan Bungah 2005-2008
4. MA Assa’adah Sampurnan Bungah 2008-2011
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-sekarang
ORGANISASI
1. PMII 2011-sekarang
2. CSS MORA 2011-sekarang
3. BEM IK 2011-2015
viii
KATA PENGANTAR
1. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya
2. Maulina Handayani, S.Kp. MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah membeikan
informasi tentang penulisan skripsi sehingga membuat penulis semangat
melakukan penulisan skripsi penelitian
3. Jamaludin, M.Kep selaku pembimbing I dan Yenita Agus,
M.Kep.,Sp.Mat.,PhD selaku pembimbing II yang sudah bersedia meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dengan sabar dan ikhlas
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
4. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang senantiasa memberi arahan, semangat, dan motivasi dari awal
perkuliahan sampai saat ini
5. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan doa, semangat, dan
motivasi yang membuat penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi
6. Sahabat-sahabat Rumah Jambu yang senantiasa memberikan dukungan dan
semangat untuk selalu rajin dan cepat menyelesaikan skripsi
ix
7. Teman-teman seangkatan PSIK 2011 yang selalu memotivasi
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ............................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
xi
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
1. Tujuan Umum ................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus ................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ................................................................................... 9
1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan ................................................... 9
2. Bagi Responden ................................................................................. 9
3. Bagi Praktisi Kesehatan ..................................................................... 10
4. Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................................... 10
F. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 10
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Karakteristik Responden........................................................................... 44
B. Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga ................................... 47
C. Gambaran Karakteristik Balita berdasarkan
Adanya Paparan Asap Rokok ................................................................... 50
BAB VI PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 73
B. Saran ....................................................................................................... 77
Daftar Pustaka
Lampiran
xiii
DAFTAR SINGKATAN
RI : Republik Indonesia
APA : American Psychological Association
ASI : Air Susu Ibu
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BB/U : Berat Badan/Umur
PB/U : Panjang Badan/Umur
xiv
HB : Hepatitis B
OR : Odds Ratio
Ig : Immunoglobulin
IL : Interleukin
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Anggota Keluarga
xvi
DAFTAR BAGAN
Halaman
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kelingking dan biasanya bisa dibungkus dengan kertas atau daun nipah (KBBI, 2014).
Rokok adalah silinder dari kertas yang memiliki ukuran antara 70 mm sampai 120
cacah (Jaya, 2009 dalam Ambarwati dkk., 2014). Terdapat tiga zat yang paling
penting dalam rokok yang dapat menyebabkan kanker, yaitu tar yang merupakan
bahan kimia yang dapat merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker , nikotin
yang merupakan salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung,
sirkulasi darah, dan menyebabkan kecanduan, dan karbon monoksida yakni gas
Terdapat dua jenis perokok, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok
aktif adalah seseorang yang melakukan aktivitas merokok, sedangkan perokok pasif
adalah seseorang yang tidak merokok namun secara tidak sengaja mengisap asap
rokok dari orang lain (Rafael, 2006). Terdapat dua macam asap yang dikeluarkan
ketika batang rokok dibakar, yakni asap utama dan asap sampingan. Asap utama
adalah asap rokok yang terisap langsung dan masuk ke paru-paru perokok aktif,
sedangkan asap rokok sampingan yaitu asap rokok yang berasal dari ujung rokok
1
2
yang terbakar. Asap sampingan inilah yang dihisap oleh seorang perokok pasif
(Gunawan, 2006).
2007, presentase penduduk Indonesia umur 10 tahun ke atas yang merokok sebesar
23.7% dan pada tahun 2013 sebesar 29.3% (Riskesdas, 2008, 2013). Berdasarkan
tingkat usia, proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari di Indonesia terjadi pada
kelompok usia 30-34 tahun yaitu sebesar 33.4% dan kelompok usia 35-39 tahun
sebesar 32.2%. Jika berdasarkan kelompok jenis kelamin, perokok aktif setiap hari
pada laki-laki sebesar 47.5% dan pada perempuan sebesar 1.1% (Riskesdas, 2013).
Survei yang dilakukan oleh Global Adult Tobacco Survey (2011) menyebutkan
73.3% pada kelompok usia 25-44 tahun dan 72.4% pada kelompok usia 45-64 tahun.
aktivitas merokok di rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain (85.4%).
Presentase terbesar yang menjadi perokok pasif adalah balita (59.1%) dengan
perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang tidak begitu signifikan (L:59.2%,
P:59%). Pada tahun 2010 terjadi sedikit penurunan perokok pasif pada balita, yaitu
sebesar 56.8% (L:56.7%, P:56.9%). Namun angka tersebut masih terbilang tinggi,
karna perokok pasif pada balita berada pada peringkat ketiga perokok pasif setelah
kelompok usia 10-14 tahun (57.5%) dan 5-9 tahun (57.4%) ( Riskesdas, 2010, dalam
Buku Fakta Tembakau, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Pradono dan Kristanti
(2003) juga menyebutkan bahwa perokok pasif terbesar adalah anak balita dengan
3
prevalensi 69.5%. Tingginya prevalensi perokok pasif pada balita adalah karna
mereka masih tinggal satu rumah dengan orang dewasa, baik orang tua atau saudara,
Dampak negatif akibat rokok tidak hanya dirasakan oleh perokok aktif saja,
perokok pasif juga dapat terkena dampak tersebut. Hal tersebut dikarenakan perokok
pasif menghirup asap sampingan yang dikeluarkan oleh rokok yang dibakar. Salah
satu masalah yang seringkali terjadi pada balita yang terkena paparan asap rokok
adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Penelitian yang dilakukan oleh
Cheragi dan Salvi (2009) menyebutkan bahwa terpaparnya anak terhadap asap rokok
mempengaruhi balita ketika mereka lahir saja. Paparan asap rokok lingkungan sejak
kehamilan pada trimester ketiga juga berhubungan dengan kejadian asma dan
timbulnya gejala alergi pada anak usia preschool (Xepapadaki dkk, 2009). Selain
mempengaruhi kondisi fisik balita, paparan asap rokok di dalam rumah juga
mempengaruhi kondisi psikis balita dan ekonomi keluarga. Paparan asap rokok di
sebesar $117 yang digunakan sebagai biaya kesehatan karna terjadi gangguan pada
sistem pernafasan pada anak usia 0-4 tahun. Hal tersebut juga mempengaruhi kondisi
4
psikis anak. Anak (usia 1-4 tahun) akan menjalani hari “yang buruk” karna kondisi
pernafasan yang biasanya dibagi menjadi dua bagian, yaitu infeksi saluran pernafasan
bagian atas dan infeksi saluran pernafasan bagian bawah (Djojodibroto, 2009).
dunia, khususnya pada balita. Angka kematian balita di Indonesia menjadi peringkat
pertama dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Pada tahun 2011, 2012 dan
2013 angka kematian balita sebesar 162.000, 149.000, dan 136.000. Penyebab
pertama kematian balita di Indonesia yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) .
Pada tahun 2011, 28.7% kejadian ISPA menjadi penyebab kematian pada balita.
Pada dua tahun berikutnya tidak terjadi perubahan presentase yang signifikan yaitu
29.1% pada tahun 2012 dan 28.2% pada tahun 2013 (WHO,2014).
kesehatan. WHO (2014) menyebutkan bahwa pada tahun 2012, sebanyak 75.3%
Pernafasan Akut (ISPA). Angka insidensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di
Indonesia pada tahun 2007 dan 2013 tidak jauh berbeda. Pada tahun 2007 prevalensi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebesar 25.5% dengan insidensi paling
banyak pada kelompok usia 1-4 tahun (42.53%), dan pada tahun 2013 sebanyak 25 %
5
dengan insidensi paling banyak juga pada kelompok usia 1-4 tahun (25.8%)
Salah satu faktor dari insidensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
adalah adanya anggota keluarga yang merokok. Retna dan Fajri (2015) dalam
memiliki anggota keluarga perokok aktif. Penelitian yang lain juga menyebutkan
bahwa perilaku merokok berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Sempor II (Winarni, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Baker
(2006) juga menyebutkan bahwa balita dengan ibu yang merokok pada masa prenatal
dan orang dewasa lainnya yang merokok dapat meningkatkan jumlah infeksi saluran
Hasil berbeda terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Kristensen dan
Olsen (2006) yang menyebutkan bahwa kepadatan rumah dan kondisi kehidupan
secara umum merupakan faktor penting terhadap kejadian ISPA, pemberian ASI
menjadi faktor protektif terhadap ISPA. Terdapat beberapa faktor yang kurang
memiliki hubungan terhadap insisdensi ISPA pada balita, yaitu pendidikan ibu yang
rendah, jenis kelamin dan perilaku merokok. Penelitian yang dilakukan di asrama
merokok yang dilakukan anggota keluarga tidak memiliki hubungan dengan kejadian
tahun 2010, jumlah insidensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pneumonia pada Balita
sebanyak 4.643 insidensi (Profil Kesehatan Kabupaten Gresik, 2011). Data sekunder
yang diperoleh dari Puskesmas Bungah Gresik, dari bulan Januari sampai Oktober
2014 ditemukan kejadian ISPA pneumonia pada balita sebanyak 347 kejadian dan
modifikasi Riskesdas tahun 2013 pada 14 balita di desa Bungah yang menderita
ISPA didapatkan hasil bahwa dari 14 balita yang menderita ISPA 12 diantaranya
B. Rumusan Masalah
penelitian lain menyebutkan bahwa perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga
yang tinggal dalam satu rumah berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Sempor II (Winarni, 2010). Hasil studi pendahuluan juga
C. Pertanyaan Penelitian
Puskesmas Bungah?
jumlah anggota keluarga yang merokok pada balita yang menderita Infeksi
banyaknya rokok yang dihirup setiap hari pada balita yang menderita
Puskesmas Bungah?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Bungah
Bungah
E. Manfaat Penelitian
Akut (ISPA)
10
2. Bagi Responden
anggota keluarga pada balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan desain studi descriptive. Data
penelitian ini adalah balita yang datang ke puskesmas dan didiagnosa ISPA oleh
tenaga kesehatan. Waktu penelitian ini pada tanggal 9 April-5 Mei 2015.
Pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan Purposive Sampling dan analisis
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi ISPA
bersifat akut yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai
ISPA dibagi menjadi dua bagian, yaitu infeksi saluran pernafasan bagian atas
12
13
2. Etiologi ISPA
cairan lambung, dan inhalasi zat-zat asing seperti racun atau bahan kimia,
infeksi oleh berbagai jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi
4. Klasifikasi ISPA
(Chest Indrawing)
a. Faktor Lingkungan
kejadian ISPA yaitu luas ventilasi kamar, tipe lantai rumah, dan
17
bahwa luas ventilasi rumah yang sehat yaitu minimal 10% luas
lantai.
Lantai rumah yang sehat adalah lantai yang kedap air, tidak
3) Kepadatan Hunian
4) Tingkat Kelembaban
udara. Jumlah uap air dalam udara dipengaruhi oleh cuaca dan
kejadian ISPA pada balita yaitu tingkat pendidikan orang tua dan
2) Pendapatan Keluarga
Beberapa faktor resiko ISPA jika dilihat dari individu balita sebagai
1) Status Nutrisi
Badan atau Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB), dan Indeks Massa
2) Status Imunisasi
dasar yang harus diberikan pada balita sesuai dengan jadwal, yaitu
22
(Polio 1, 2 ,3, dan 4), DPT (DPT 1, DPT 2, DPT 3), dan Campak
(Depkes, 2009).
Manfaat ASI akan meningkat jika bayi hanya diberikan ASI saja
bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
timbul pada bayi akibat berat badan lahir rendah yaitu hipotermi,
2005).
d. Faktor Perilaku
ISPA pada balita, yaitu perilaku merokok orang tua dan kebiasaan
23
Prameswari, 2011).
secara tidak sengaja mengisap asap rokok dari orang lain (Romy
OR 5,743.
25
1. Pengertian Balita
Balita adalah anak yang berusia 0-59 bulan (Depkes, 2014). Usia
balita merupakan suatu periode penting dalam proses tumbuh kembang anak
serangan agens asing (Otto, 2005). Fungsi sistem imun adalah melindungi
tubuh dari patogen dan menghancurkan sel-sel yang dianggap sebagai zat
asing (James et al, 2008). Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan daya
tahan tubuh pada balita, yaitu, pertama dengan cara pemberian gizi yang
adekuat, mulai dari pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, pemberian ASI
sampai usia 2 tahun dengan makanan pendamping ASI yang lengkap akan
bugar dan tahan terhadap serangan berbagai penyakit. Ketiga yaitu dengan
26
kematian pada anak usia dibawah lima tahun (balita) pada tahun 2013 sebesar
6.3 juta atau sekitar 17.000 balita meninggal dunia setiap hari. Penyebab
kematian balita yaitu pneumonia (13%), Diare (9%), malaria (7%), dan
anomali kongenital dan penyakit tidak menular (7%). Kejadian ISPA pada
Indonesia pun masih cukup terbilang tinggi. Tahun 2007 prevalensi Infeksi
banyak pada kelompok usia 1-4 tahun (42.53%), dan pada tahun 2013
sebanyak 25 % dengan insidensi paling banyak juga pada kelompok usia 1-4
bagaimana nikotin dalam asap rokok dapat menyebabkan depresi sistem imun
Rothi, 1984 dalam, Kum-Nji et al, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh
Kandungan nikotin pada asap rokok telah terbukti mampu meneken sel
imterleukin, seperti IL-4, IL-5, IL-10, dan IL-13 . Produksi sitokin ini
penyakit atopik seperti asma, eksim, rhinitis alergi dan gangguan alergi
pembunuh alami.
komponen rokok secara pasif pada epitel saluran pernafasan yang dapat
D. Penelitian Terkait
1. Retna, Rusfita, dan Umi Nur Fajri (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
sampling. Adapun sampel penelitian ini adalah 26 balita. Hasil penelitian nya
penggunaan bahan bakar kayu bakar dan gas (16 responden), balita tidak
diberikan ASI Eksklusif (19 responden), dan adanya anggota keluarga yang
2. Winarni, Basirun Al Ummah, dan Safrudin Agus Nur Salim (2010) dalam
Tua dan Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah dengan
ISPA pada anak dibawah usia 5 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian
29
adalah dengan uji Chi Square bertujuan untuk menemukan hubungan antara
perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga lain dirumah dengan
kejadian ISPA pada balita. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa ada
hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga lain di
dalam rumah dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p=0.000.
30
E. Kerangka Teori
Faktor Lingkungan :
Etiologi :
3. Virus
Faktor Sosial Ekonomi : 4. bakteri
Konsep adalah abtraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
Berdasarkan latar belakang dan teori yang sudah dijelaskan oleh peneliti, maka
dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui gambaran kebiasaan merokok anggota
keluarga pada balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Berikut
1. Lokasi merokok
2. Jumlah anggota keluarga yang
merokok
3. Banyaknya rokok yang dihirup
setiap hari
31
32
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Umur Lamanya masa hidup Wawancara Kuesioner 1 = ≤ 12 bulan Nominal
balita dihitung mulai 2 = 13-59 bulan
dari tanggal lahir (Depkes, 2014)
sampai dengan hari
ulang tahun terakhir
2. Jenis Kelamin Identitas diri balita Wawancara Kuesioner 1 = Laki-laki Nominal
sesuai dengan kondisi 2 = Perempuan
biologis
3. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan Wawancara Kuesioner 1 = tidak lulus SD Ordinal
ibu formal kedua orang tua 2 = lulus SD
berdasarkan pada 3 = SMP/sederajat
ijazah terakhir yang 4 = SMA/sederajat
diterima 5 = perguruan tinggi
4. Status Nutrisi Kondisi atau keadaan Pengukuran Timbangan 1 = gizi buruk (<-3SD) Ordinal
33
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
gizi balita pada saat 2 = gizi kurang (-3SD - <-
dilakukan pengambilan 2SD)
data yang diukur 3 = gizi baik (-2 SD – 2 SD)
berdasarkan BB/U 4 = gizi lebih (> 2 SD)
(Kemenkes, 2011)
5. Kebiasaan merokok Kebiasaan merokok Wawancara Kuesioner 1 = ada (bila ada anggota Nominal
anggota keluarga yang dilakukan oleh keluarga yang tinggal
anggota keluarga yang bersama yang memiliki
tinggal bersama kebiasaan merokok)
didalam rumah 2 = tidak ada ( bila tidak ada
anggota keluarga yang
tinggal bersama yang
memiliki kebiasaan
merokok)
6. Jumlah perokok Banyaknya anggota Wawancara Kuesioner 1 = bila terdapat lebih dari Nominal
keluarga yang tinggal satu anggota keluarga yang
bersama yang memiliki tinggal bersama yang
34
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Kebiasaan merokok memiliki kebiasaan
merokok
2 = bila ada satu anggota
keluarga yang tinggal
bersama yang memiliki
kebiasaan merokok
7. Jumlah rokok yang Jumlah rokok yang Wawancara Kuesioner 1 = berat (apabila jumlah Ordinal
dihirup dihirup setiap hari oleh rokok yang dihirup setiap
anggota keluarga hari ≥ 15 batang)
2 = sedang (apabila jumlah
rokok yang dihirup setiap
hari 5-14 batang)
3 = ringan (apabila jumlah
rokok yang dihirup setiap
hari 1-4 batang)
(Smet, 1994 dalam Hasnida,
2005)
35
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
8. Lokasi merokok Lokasi kebiasaan Wawancara Kuesioner 1 = tanpa memperhatikan Nominal
merokok anggota lingkungan dengan balita
keluarga disekitar perokok
2 = memperhatikan
lingkungan tanpa ada balita
di sekitar perokok
9. Infeksi Saluran Merupakan infeksi Observasi Kuesioner 1 = ada ISPA Nominal
Pernafasan Akut saluran pernafasan akut 2 = tidak ada ISPA
(ISPA) yang terjadi pada balita
berdasarkan hasil
diagnosa oleh tenaga
kesehatan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
kebiasaan merokok anggota keluarga pada balita yang menderita Infeksi Saluran
berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Bungah pada bulan Januari sampai
Oktober 2014 ditemukan kejadian ISPA pneumonia pada balita sebanyak 347
1. Populasi Penelitian
36
37
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) oleh tenaga kesehatan. Oleh karena itu,
2. Sampel Penelitian
(2006) bahwa sampel 100 dari 5000 populasi secara kasar mempunyai
10. Maka total sampel pada penenlitian ini adalah 110. Teknik
Sampel penelitian ini yaitu ibu balita karna ibu balita sebagi
sumber informasi pada penelitian ini. Namun pada penelitian ini sampel
lebih berfokus pada balita. sehingga kriteria inklusi dan eksklusi sampel
D. Instrumen Penelitian
membutuhkan suatu alat atau yang sering disebut dengan instrumen. Dalam
Kuesioner merupakan suatu alat pengumpul data dengan cara memberikan daftar
kuesioner penelitian ini adalah tentang data individu balita, pendidikan orang tua,
1. Uji Validitas
penelitian ini yaitu dengan menggunakan validitas isi yang dilakukan oleh
2. Uji Reliabilitas
guttman dan jumlah pertanyaan yang ada di dalam kuesioner ini berjumlah
korelasi antara belahan genap dan belahan ganjil lebih besar dari nilai r
SPSS 16 dan didapatkan nilai korelasi antara belahan genap dan belahan
ganjil 0,700. Nilai r tabel yang digunakan adalah 0,361 karna responden
Karna hasil yang didapatkan lebih besar dari r tabel maka dapat dikatakan
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
melalui kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari puskesmas. Berikut ini
adalah beberapa tahap yang dilakukan dalam pengambilan data dalam penelitian ini :
dan judul penelitian. Setelah itu peneliti membuat surat perizinan studi
Bungah.
anggota keluarga.
data.
G. Pengolahan Data
pertanyaan kuesioner yang sudah diisi oleh responden. Terdapat tiga hal
jawaban.
masing-masing jawaban.
42
data).
status nutrisi, dan pendidikan ibu balita serta gambaran kebiasaan merokok anggota
keluarga berdasarkan lokasi merokok, jumlah anggota keluarga yang merokok dan
banyaknya rokok yang dihirup setiap hari, dan gambaran karakteristik balita
I. Etika Penelitian
berhubungan dengan manusia (Hidayat, 2008b). Berikut ini adalah prinsip etik yang
peneliti gunakan selama proses penelitian (Hidayat, 2008b, dan Notoatmodjo, 2010) :
1. Informed Consent
nama responden pada instrumen dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
4. Privacy
HASIL PENELITIAN
Hasil yang disajikan dalam penelitian ini berupa analisis univariat. Analisis
univariat merupakan analisis yang dilakukan pada setiap variabel penelitian dan
(Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat yang dilakukan pada penelitian ini adalah
status nutrisi, pendidikan terakhir ibu, presentasi anggota keluarga yang memiliki
banyaknya rokok yang dihirup setiap hari oleh anggota keluarga. Berikut ini hasil
A. Karakteristik Responden
45
46
menderita ISPA dalam penelitian ini terdapat 56 balita dengan jenis kelamin
menderita ISPA dalam penelitian ini terdapat 28 balita yang berusia kurang
dari 12 bulan (28%) dan 72 balita yang berusia 13-59 bulan (72%).
ini lebih banyak pada kelompok usia 13-59 bulan daripada balita kelompok
usia ≤ 12 bulan.
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 100 balita yang menderita ISPA
dalam penelitian ini, terdapat 6 balita dengan status gizi buruk (6%), 15
balita dengan status gizi kurang (15%), 78 balita dengan status gizi baik
(78%), dan 1 balita dengan status gizi lebih (1%). Berdasarkan hasil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa balita pada penelitian ini paling banyak memiliki
status nutrisi baik dan paling sedikit memiliki status nutri lebih.
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 100 balita yang menderita ISPA
disimpulkan bahwa pendidikan terakhir ibu pada penelitian ini paling banyak
dalam penelitian ini memiliki anggota keluarga yang tinggal bersama dengan
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita pada penelitian ini memiliki
Merokok
kebiasaan merokok hanya satu orang (25,58%), dan 32 balita yang memiliki
balita yang mendapat paparan asap rokok pada penelitian ini memiliki
anggota keluarga dengan kebiasaan merokok lebih dari satu orang perokok
aktif lebih banyak daripada hanya satu anggota keluarga yang memiliki
kebiasaan merokok.
4. Gambaran banyaknya rokok yang dihirup setiap hari oleh anggota keluarga
merokok kategori ringan (1-4 batang rokok setiap hari) (30,24%), 15 balita
(5-14 batang rokok setiap hari) (34,88%), dan 15 balita yang memiliki
bahwa balita yang mendapatkan paparan asap rokok pada penelitian ini
rokok
penelitian ini terdapat 43 balita (43%) yang terpapar asap rokok dan 57 balita
terpapar asap rokok dan 31 balita laki-laki (55.4%) tidak terpapar asap rokok.
terpapar asap rokok dan 26 balita (59.1%) tidak terpapar asap rokok.
yang tidak terpapar asap rokok lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah
N 13 15 28
≤12 bulan
% 46.4% 53.6% 100 %
Usia Balita
N 30 42 72
13-59 bulan
% 41.7% 58.3% 100%
N 43 57 100
Total
% 43% 57% 100%
Tabel 5.10 dari 28 balita yang berusia ≤12 bulan, terdapat 13 balita
(46.4%) terpapar asap rokok dan 15 balita (53.6%) tidak terpapar asap rokok.
terpapar asap rokok dan 42 balita (58.3%) tidak terpapar asap rokok.
13-59 bulan pada balita yang tidak terpapar asap rokok lebih banyak jika
dibandingkan dengan proporsi balita yang berusia ≤12 bulan yang tidak
rokok
Paparan Asap
Rokok Total
Ya Tidak
N 3 3 6
Gizi Buruk
% 50% 50% 100%
N 4 11 15
Gizi Kurus
Status Nutrisi % 26.7% 73.3% 100%
Balita N 35 43 78
Gizi Baik
% 44.9% 55.1% 100%
N 1 0 1
Gizi Lebih
% 100% 0% 100%
N 43 57 100
Total
% 43% 57% 100%
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 6 balita dengan status gizi buruk
terdapat 3 balita(50%) terpapar asap rokok dan 3 balita (50%) yang tidak
terpapar asap rokok; 15 balita dengan status gizi kurang terdapat 4 balita
(26.7%) yang terpapar asap rokok dan 11 balita (73.3%) yang tidak terpapar
asap rokok; dari 78 balita dengan status gizi baik terdapat 35 balita (44.9%)
terpapar asap rokok dan 43 balita (55.1%) tidak terpapar asap rokok; dan
terdapat 1 balita (100%) dengan gizi lebih yang terpapar asap rokok.
yang signifikan pada balita dengan status gizi baik pada kelompok terpapar
asap rokok dan tidak terpapar asap rokok, sedangkan pada balita dengan status
54
gizi kurang proporsi balita yang tidak terpapar asap rokok lebih banyak jika
Paparan Asap
Rokok Total
Ya Tidak
N 3 2 5
SD
% 60% 40% 100%
N 15 9 24
Pendidikan SMP/sederajat
% 62.5% 37.5% 100%
Terakhir
N 22 38 60
Ibu SMA/sederajat
% 36.7% 63.3% 100%
N 3 8 11
Perguruan Tinggi
% 27.3% 72.7% 100%
N 43 57 100
Total
% 43% 57% 100%
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 5 balita memiliki ibu dengan
2 balita (40%) yang tidak terpapar asap rokok; dari 24 balita memiliki ibu
terpapar asap rokok dan 9 balita (37.5%) yang tidak terpapar asap rokok; 60
balita (36.7%) terpapar asap rokok dan 38 balita (63.3%) tidak terpapar asap
rokok; dan dari 11 balita memiliki ibu dengan pendidikan terakhir perguruan
tinggi terdapat 3 balita (27.3%) terpapar asap rokok dan 8 balita (72.7%)
55
bahwa pada kelompok balita yang tidak terpapar asap rokok memiliki ibu
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
Perbedaan proporsi jenis kelamin balita ISPA pada penelitian ini tidak
dalam penelitian nya juga menyebutkan bahwa dari 100 balita yang menderita
jenis kelamin laki-laki dan 48 balita dengan jenis kelamin perempuan (48%).
Hasil serupa juga dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Goel et al
(2012), yaitu dari 234 balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) terdapat 126 balita (53,84%) dengan jenis kelamin laki-laki dan 108
balita yang menderita ISPA yang tidak begitu signifikan ini dapat disebabkan
56
57
karna distribusi jenis kelamin balita dalam penelitian ini (n=450) hampir sama
menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dalam penelitian ini sesuai
responden paling banyak pada kelompok usia 13-59 bulan sebanyak 72 balita
(72%).
kurang dari 13-59 bulan. Suyami dan Sunyoto (2006) dalam penelitian nya
membagi usia balita dalam tiga kelompok, yaitu 2 bulan- < 1 tahun, 1 tahun- <
2 tahun, dan 2-5 tahun. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa dari 40 balita
bulan- < 1 tahun, 5 balita berusia 1 tahun- < 2 tahun, dan 32 balita berusia 2-5
tahun. Tingginya kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita
usia 1 tahun – 5 tahun disebabkan karna balita sudah mulai banyak kontak
Pernafasan Akut (ISPA) lebih banyak terjadi pada balita usia 13-59 bulan. Hal
tersebut terjadi karna balita sudah mulai mengenal dunia luar dan kontrol
orang tua terhadap balita tidak begitu ketat. Hal tersebut dapat menyebabkan
Akut (ISPA).
Status nutrisi balita pada yang menderita ISPA pada penelitian ini
paling banyak pada balita dengan status baik yaitu sebanyak 78 balita (78%).
Sedangkan hanya 6 balita (6%) dengan status gizi buruk yang menderita
ISPA.
Akut (ISPA), 49 balita memiliki status gizi baik (94%), 2 balita dengan status
gizi kurang (4%), dan 1 balita dengan status gizi buruk (2%). Utami (2013)
menyebutkan bahwa balita dengan status gizi buruk disebabkan karna adanya
flek pada paru-paru balita dan rendahnya status ekonomi keluarga balita
diantaranya memiliki status nutrisi normal (25%) dan 1 balita dengan status
nutrisi kurang (20%). Sedangkan dari 46 balita yang tidak menderita Infeksi
normal (75%) dan 4 balita dengan status nutrisi kurang (80%). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2015) menyebutkan bahwa tidak ada
Banyaknya balita dengan status gizi baik yang menderita ISPA serta
sedikitnya balita dengan status gizi kurang dan buruk yang menderita Infeksi
yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bungah yang memiliki status gizi
kurang dan buruk. Tahun 2010 tercatat hanya 9 balita (0,24%) yang memiliki
status gizi bawah garis merah dan 4 balita dengan status gizi buruk (0,11%).
Wilayah kerja Puskesmas Bungah juga memiliki status bebas gizi buruk
terakhir ibu paling banyak pada ibu balita dengan pendidikan terakhir
SD, 10 ibu balita (18.5%) memiliki pendidikan terakhir SMP, 23 ibu balita
memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi. Retna dan Fajri (2015) dalam
memiliki ibu dengan pendidikan terakhir dasar (SD), 17 (65%) balita memiliki
keluarga
(73%) yang menderita ISPA dalam penelitian ini memiliki anggota keluarga
dari 234 balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 183
balita (78.20%) memiliki orang tua dengan kebiasaan merokok dan 51 balita
kebiasaan merokok orang tua pada balita yang menjadikan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut menjadi dasar bahwa kebiasaan merokok orang tua menjadi
di udara tergantung pada tiga unsur alami yang ada pada orang sehat, yakni
keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveolus dan antibodi.
Sel makrofag sangat banyak terdapat di alveolus paru-paru dan nantinya akan
dimobilisasi ke tempat lain jika terjadi infeksi oleh benda asing. Adanya
Kusumawati, 2010).
yang dilakukan oleh mukosiliaris. Pergerakan silia menjadi lambat dan kaku
akibat iritasi oleh bahan pencemar. Paparan asap rokok juga dapat
balita yang tinggal bersama terpapar oleh asap rokok yang mengandung
banyak sekali bahan kimia berbahaya. Balita yang terpapar dengan asap rokok
anggota keluarga
yang menderita ISPA mendapat paparan asap rokok akibat adanya kebiasaan
pada balita. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa dari 52 balita
dari 39 balita yang tidak menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),
merokok.
64
Penelitian yang dilakukan oleh Hariani dkk (2014) juga memiliki hasil
bahwa dari 30 balita yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),
16 balita (29.6%) terpapar oleh asap rokok dan 14 balita (25.9%) tidak
terpapar asap rokok. Sedangkan dari 24 balita yang tidak menderita Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 13 balita (24.1%) terpapar asap rokok dan
resiko 7,8 kali lebih besar untuk terkena Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) dibandingkan dengan balita yang tidak terkena paparan asap rokok.
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita yakni kebiasaan merokok dengan
adanya paparan asap rokok terhadap balita. Adanya paparan asap rokok atau
tidak dapat dinilai dari lokasi anggota keluarga tersebut merokok. Anggota
sekitar perokok dapat menjadikan balita terpapar oleh asap rokok dari
perokok.
memiliki lebih dari satu anggota keluarga dengan kebiasaan merokok tanpa
bahwa jumlah perokok yang lebih dari satu orang dalam anggota keluarga
meningkat.
keluarga yang semakin berat maka semakin besar pula potensi balita untuk
orang dapat menyebabkan paparan asap rokok terhadap balita yang tinggal
dalam satu rumah semakin besar. Besarnya paparan asap rokok juga nantinya
kebiasaan merokok sedang. Peningkatan polusi asap rokok dalam rumah dapat
paparan asap rokok itu pula yang dapat meningkatkan resiko balita yang
tinggal dalam satu rumah untuk menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA).
merokok dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) balita juga
67
menyebutkan hasil yang serupa. Responden penelitian ini terdiri dari 17 balita
merokok anggota keluarga, maka semakin besar dan berat pula kemungkinan
ISPA ringan, maka banyak faktor lain yang dapat menyebabkan hal tersebut
yang dihisap setiap hari oleh anggota keluarga juga dapat mempengaruhi
besar kecilnya paparan asap rokok terhadap balita. Semakin banyak rokok
yang dihisap oleh anggota keluarga atau semakin parah kategori perokok
semakin tingginya tingkat paparan asap rokok pada balita dapat meningkatkan
Asap Rokok
rokok dan tidak terpapar asap rokok tidak terdapat perbedaan proporsi yang
signifikan berdasarkan jenis kelamin dan juga jumlah balita laki-laki yang
tidak terpapar asap rokok lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah
Akut (ISPA) sesuai dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
kejadian). Selain itu jumlah balita laki-laki yang menderita ISPA yang tidak
terpapar asap rokok lebih banyak daripada perempuan dapat disebabkan karna
tingkat aktivitas yang dilakukan oleh balita laki-laki. Balita laki-laki biasanya
cenderung lebih aktif daripada balita perempuan, sehingga mereka lebih besar
10. Distribusi Karakteristik Usia Balita Berdasarkan Adanya Paparan Asap Rokok
yang signifikan berdasarkan usia balita ≤ 12 bulan dan usia 13-59 bulan pada
berusia usia ≤ 12 bulan dan 40 balita (74.1%) berusia 13-59 bulan. Retna dan
Fajri (2015) dalam penelitiannya membagi usia balita menjadi dua kelompok,
yaitu balita usia < 1 tahun dan 1-4 tahun. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
pneumonia terdapat 10 balita (38%) berusia < 1 tahun dan 16 balita (62%)
berusia 1-4 tahun. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) lebih banyak
tubuh balita tersebut. Balita memiliki kekebalan tubuh yang belum sempurna,
70
salah satunya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ( Baker et al, 2006).
kelompok yang tidak terpapar asap rokok dapat disimpulkan bahwa kejadian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang terjadi pada balita dapat terjadi
karna faktor lain selain paparan asap rokok. Rendahnya balita yang berusia ≤
12 bulan yang menderita ISPA dan tidak terpapar asap rokok dapat
disebabkan karna faktor aktivitas yang dilakukan oleh balita tersebut belum
terlalu banyak dan segala aktivitas yang mereka lakukan lebih diperhatikan
oleh orang tua mereka. Sehingga meskipun daya tahan tubuh balita ≤12 bulan
belum sempurna, namun terdapat faktor lain yang menjadi protektif bagi
Sebaliknya pada balita berusia 13-59 bulan dengan daya tahan tubuh yang
belum sempurna tapi mereka memiliki aktivitas yang lebih banyak daripada
faktor penyebab infeksi lebih besar jika dibandingkan dengan balita yang usia
≤12 bulan.
Asap Rokok
pada balita yang tidak terpapar asap rokok lebih banyak daripada pada balita
Akut (ISPA), 49 balita memiliki status gizi baik (94%), 2 balita dengan status
gizi kurang (4%), dan 1 balita dengan status gizi buruk (2%). Suyami dan
dengan status gizi buruk, 7 balita (17,5%) dengan status gizi kurang, 11 balita
(27,5%) dengan status gizi sedang, dan 5 balita (12,5%) dengan status baik.
hal tersebut dapat dikarenakan anak dengan status gizi buruk memiliki daya
tahan tubuh yang menurun baik sistemik maupun lokal, efektifitas barier dari
epitel dan respon batuk menurun sehingga balita lebih mudah untuk terkena
infeksi.
Jumlah balita yang menderita status gizi kurang pada balita yang tidak
terpapar asap rokok lebih banyak daripada balita yang terpapar asap rokok
paparan asap rokok. Faktor lain tersebut yakni status nutrisi yang kurang.
Status nutrisi yang kurang dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya asupan
nutrisi dari makanan ataupun dari vitamin yang didapatkan oleh balita. Tidak
Hal tersebut dapat menyebabkan balita dengan status gizi kurang dapat
perguruan tinggi pada balita yang tidak terpapar asap rokok lebih banyak
dibandingkan dengan balita yang terpapar asap rokok, yakni pada pendidikan
rokok dan 22 balita pada kelompok terpapar asap rokok; dan pada pendidikan
terakhir perguruan tinggi sebanyak 8 balita pada kelompok tidak terpapar asap
sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup (Tim Pengembang Ilmu
seseorang dalam bersikap hidup yang bersih dan sehat serta sikap dalam
tinggi yang lebih banyak pada kelompok balita yang tidak terpapar asap rokok
dilakukan oleh anggota keluarga. Ibu balita mengetahui efek yang didapatkan
oleh anggota keluarga, sehingga dapat menyebabkan balita yang tinggal dalam
satu rumah dapat terpapar asap rokok ataupun tidak terpapar asap rokok.
B. Keterbatasan Penelitian
penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
masih bersifat umum dan tidak dikaji lebih dalam lagi tentang tingkat
74
keparahan ISPA dan jenis ISPA nya, yakni ISPA pneumonia dan ISPA
non pneumonia.
responden.
BAB VII
A. Kesimpulan
Akut (ISPA) berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini antara proporsi
jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Responden 100
Akut (ISPA) berdasarkan kelompok usia balita pada penelitian ini paling
banyak pada kelompok usia balita 13-59 bulan, yakni sebanyak 72 balita
usia ≤ 12 bulan.
Akut (ISPA) berdasarkan status nutrisi balita pada penelitian ini paling
banyak pada balita dengan status gizi baik, yakni sebanyak 78 balita
75
76
balita (15%), balita dengan status gizi buruk sebanyak 6 balita (6%), dan
merokok.
(74,42%) memiliki jumlah lebih dari satu anggota keluarga yang memiliki
kebiasaan merokok.
8. Banyaknya rokok yang dihirup setiap hari oleh anggota keluarga juga
akan menentukan banyak atau tidaknya paparan asap rokok terhadap balita
dan 31 balita (55.4%) tidak terpapar asap rokok. Sedangkan dari 44 balita
10. Dari 28 balita yang berusia ≤12 bulan, terdapat 13 balita (46.4%) terpapar
asap rokok dan 15 balita (53.6%) tidak terpapar asap rokok. Sedangkan
dari 72 balita berusia 13-59 bulan, terdapat 30 balita (41.7%) terpapar asap
11. Dari 6 balita dengan status gizi buruk terdapat 3 balita (50%) terpapar
asap rokok dan 3 balita (50%) yang tidak terpapar asap rokok; 15 balita
dengan status gizi kurang terdapat 4 balita (26.7%) yang terpapar asap
rokok dan 11 balita (73.3%) yang tidak terpapar asap rokok; dari 78 balita
dengan status gizi baik terdapat 35 balita (44.9%) terpapar asap rokok dan
43 balita (55.1%) tidak terpapar asap rokok; dan terdapat 1 balita (100%)
balita(60%) yang terpapar asap rokok dan 2 balita (40%) yang tidak
9 balita (37.5%) yang tidak terpapar asap rokok; 60 balita memiliki ibu
terpapar asap rokok dan 38 balita (63.3%) tidak terpapar asap rokok; dan
terdapat 3 balita (27.3%) terpapar asap rokok dan 8 balita (72.7%) tidak
B. Saran
dijelaskan sebelumnya, berikut ini beberapa saran yang dapat diberikan kepada
1. Bagi Responden
mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan oleh asap rokok, baik bagi
setiap harinya.
2. Bagi Puskesmas
rokok terhadap diri sendiri dan orang lain termasuk balita, bisa dilakukan
3. Bagi Peneliti
yakni tingkat keparahan ISPA dan jenis ISPA, yaitu ISPA Pneumonia
Akbar, dkk (2013). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di
Puskesmas Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai. <
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/7643/7208> diakses
02 Juni 2015 pukul 17.48 WIB
Ambarwati, dkk. (2014). Media Leaflet, Video dan Pengetahuan Siswa SD tentang
Bahaya Merokok ( Studi pada Siswa SDN 78 Sabrang Lor Mojosongo
Surakarta). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10 (1) : 7-13
Asriati, dkk (2014). Analisis Faktor Resiko Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Pada Anak Balita, Medula, 1 (2) : 57-63
Baker, Rebecca J., et al. (2006). Coal Home Heating and Environmental Tobacco
Smoke in Relation to Lower Respiratory Illness in Czech Children, from Birth
to 3 Years of Age. Environmental Health Perspective, 114(7) : 1126-1132.
Berman, Audrey., et al. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & ERB
Ed. 5. Jakarta : EGC
Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta
Cheragi, Maria dan Sundeep Salvi. (2009). Environmental Tobacco Smoke (ETS)
and Respiratory Health in Children (Abstract). European Journal of Pediatrics,
h168 (8) : 897-905
Cooper, Donald R., dan Pamela S. Schlinder. (2006). Marketing Research. New
York: McGraw-Hill
Febry, Ayu Bulan., dan Zulfito Marendra. (2008). Buku Pintar Menu Balita. Jakarta :
Wahyu Media
Hariani, dkk (2014). Hubungan Status Imunisasi, Status Gizi, dan Asap Rokok
dengan Kejadian ISPA pada Anak di Puskesmas Segeri Pangkep, Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis, 5 (5) : 639-643
Hasnida dan Indri Kemala. (2005). Hubungan Antara Stres dan Perilaku Merokok
pada Remaja Laki-Laki. Psikologia, 1(2) : 105-111
Hidayat, A Aziz Alimul. (2008a). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
Hidayati, Asih. (2005). Hubungan Kondisi Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Asrama Tentara Sokanagara Kabupaten
Banyumas Tahun 2005. (abstrak). <http://eprints.undip.ac.id/28671/> diakses
pada 19 Januari 2015 pukul 12.18 WIB.
Hill, S C, dan Lan Liang. (2008). Smoking in The Home and Children’s Health
(abstract). Tobacco Control, 17(1) : 32-7
Hockenberry, Marilyn J., and David Wilson (ed). 2013. Wong’s Essentials of
Pediatric Nursing. United States of America : Mosby Elsevier
Irva, Hertz-Picciotto., et al. (2007). Early Childhood Lower Respiratory Illness and
Air Pollution, Environmental Health Perspectives, 115(10) : 1510-8
Kamus Besar Bahasa Indonesia (online). 2014. < http://kbbi.web.id/ > diakses pada
19 November 2014 pukul 20.35 WIB
Kristensen, Ines A., Jorn Olsen. ( 2006). Determinants of acute respiratory infections
in Soweto – a population-based birth control. SAMJ, 96 (7) : 633-640
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Milo, dkk (2015). Hubungan Kebiasaan Merokok di Dalam Rumah dengan Kejadian
ISPA pada Anak Umur 1-5 Tahun di Puskesmas Sario Kota Manado, ejournal
Keperawatan, 3 (2): 1-7
Pramudiyani, Novita A., dan Galuh Nita P. (2011). Hubungan Antara sanitasi Rumah
dan Perilaku dengan Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 6 (2) : 71-78
Prietsch, Silvio O.M., et al. (2008). Acute lower respiratory illnes in under-five
children in Rio Grande, Rio Grande do Sul State, Brazil; prevalence and risk
factors. Cad. Saude Publica, 24(6) : 1429-1438
Purwanti, Hubertin Sri. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif : Buku Saku untuk
Bidan. Jakarta : EGC
Retna dan Fajri (2015). Gambaran Karakteristik Kejadian Pneumonia pada Balita di
Puskesmas Wanadadi I Kabupaten Banjarnegara Tahun 2014, Jurnal Medsains,
1 (1) : 18-22
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem Ed. 6. Jakarta :
EGC
Sinaga, Purnama dkk (2015). Hubungan Status Gizi dan Status Imunisasi dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Soposurung Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun
2014, Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi, 1 (1) : 1-9
Sugihartono dan Nurjazuli. (2012). Analisis Faktor Resiko Kejadian Pneumonia pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kota Pagar Alam, Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 11 (1) : 82-86
Suyami dan Sunyoto (2006). Karakteristik Faktor Resiko ISPA pada Anak Usia
Balita di Puskesmas Pembantu Krakitan, Bayat, Klaten, Jurnal Ilmu Kesehatan,
1(2)
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI.( 2007). Ilmu & Aplikasi Pendidikan :
Bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu. Bandung : PT. Imperial Bhakti Utama
Trisnawati dan Juwarni (2012). Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua dengan
Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten
Purbalingga 2012.
<http://journal.akbideub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/111/110> diakses
pada 03 Juni 2015 pukul 09.33 WIB
Umar, Husein. (2011). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta :
Rajawali Pers
Utami, Sari (2013). Hubungan Studi Deskriptif Pemetaan Faktor Resiko ISPA pada
Balita Usia 0-5 Tahun yang Tinggal di Rumah Hunian Akibat Bencana Lahar
Dingin Merapi di Kecamatan Salam Kabupaten Magelang, Unpublished
Skripsi, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang,
Semarang
Widjaja. (2008). Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta : Kawan
Pustaka
Winarni, dkk. (2010). Hubungan Antara Perilaku Merokok Orang Tua dan Anggota
Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen Tahun 2009.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 6(1) : 16-21
Wiwoho, Sadono., dkk (2005). Bayi Berat Lahir Rendah Sebagai Salah Satu Faktor
Resiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Bayi ( Studi Kasus di Kabupaten
Blora). (abstrak). <http://eprints.undip.ac.id/5249/> diakses pada 22 November
2014 pukul 22.59 WIB
Yuwono, Tulus Aji. (2008). Faktor-faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan
dengan kejadian pneumonia pada anak balita di wilayah kerja puskesmas
kawunganten kabupaten cilacap, Unpublished Thesis, Program Pasca Sarjana,
Universitas Diponegoro, Semarang
Ziady, L E., dan Nico Small. (2006). Prevent and Control Infection : Application
Made Easy. South Africa : Juta and Company Ltd.
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
Dengan hormat,
NIM : 1111104000055
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang
melakukan penelitian dengan tema “ Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada
Balita”.
Dalam penelitian ini, saya selaku peneliti akan merahasiakan identitas dan
jawaban yang diberikan Bapak/Ibu. informasi tersebut hanya untuk keperluan
penelitian saja. Bersama surat ini saya lampirkan lembar persetujuan menjadi
responden penelitian dan Bapak/ibu dipersilahkan menandatangani lembar
persetujuan apabila Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia menjadi responden dalam
penelitian yang dilakukan oleh :
NIM : 1111104000055
Saya sudah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang tujuan dari penelitian
ini. Saya mengerti bahwa identitas saya dan semua informasi yang saya berikan akan
dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian.
Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani tanpa adanya suatu paksaan.
Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini secara sukerela.
( )
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian
No :
Tujuan :
Petunjuk :
2. Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi sebenarnya
1. Pendidikan Terakhir :
( ) Tidak Tamat SD
( ) SD
( ) SMP/Sederajat
( ) SMA/Sederajat
( ) Perguruan Tinggi
C. Perilaku Merokok
( ) Ya ( ) Tidak
4. Berapa batang jumlah rokok yang dihirup setiap hari yang tanpa
N %
Total 30 100.0
Reliability Statistics
N of Items 2a
Total N of Items 4
a. The items are: presentasi anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok, kebiasaan merokok
anggota keluarga.
b. The items are: jumlah rokok yang dihisap anggota keluarga dekat dengan balita, banyaknya
anggota keluarga yang mmpy kebiasaan merokok dekat balita.
Lampiran 6
No Jenis Kelamin Umur Pendidikan Status Nutrisi Kebiasaan Lokasi Jumlah Banyak Paparan
1 1 2 4 3 2 3 3 4 2
2 1 2 2 2 2 3 3 4 2
3 2 2 2 2 1 2 3 4 2
4 1 2 4 3 2 3 3 4 2
5 2 2 4 3 1 2 3 4 2
6 2 2 4 3 1 1 2 2 1
7 2 2 4 3 1 1 2 1 1
8 1 2 4 3 1 1 2 3 1
9 1 2 5 3 1 2 3 4 2
10 1 2 3 3 1 1 2 3 1
11 2 1 3 3 1 2 3 4 2
12 2 2 4 3 2 3 3 4 2
13 1 1 3 3 1 1 1 3 1
14 2 2 4 2 1 2 3 4 2
15 2 2 4 3 1 1 1 3 1
16 1 2 3 3 1 1 2 1 1
17 2 2 2 3 1 1 2 2 1
18 1 1 3 3 1 2 3 4 2
19 1 2 4 3 2 3 3 4 2
20 1 1 3 3 1 1 2 3 1
21 2 2 4 3 1 2 3 4 2
22 2 2 3 3 2 3 3 4 2
23 2 2 4 3 2 3 3 4 2
24 2 2 4 3 1 1 2 1 1
25 2 2 4 3 1 1 2 1 1
26 2 1 2 3 1 1 2 1 1
27 1 2 4 3 1 1 2 1 1
28 2 2 5 3 2 3 3 4 2
29 2 2 3 3 2 3 3 4 2
30 1 2 4 1 1 1 2 2 1
31 1 2 3 3 1 2 3 4 2
32 1 2 4 3 2 3 3 4 2
33 2 2 3 3 1 1 1 2 1
34 1 1 3 3 2 3 3 4 2
35 1 2 4 2 1 1 1 2 1
36 2 1 4 2 2 3 3 4 2
37 1 2 5 3 1 1 2 3 1
38 1 2 3 3 2 3 3 4 2
39 1 1 3 3 1 2 3 4 2
40 2 2 3 3 1 1 1 3 1
41 1 2 4 1 1 1 2 3 1
42 1 1 4 3 1 1 2 3 1
43 1 2 2 3 1 1 2 2 1
44 1 2 4 3 1 1 2 1 1
45 2 1 4 3 1 2 3 4 2
46 1 2 4 3 1 2 3 4 2
47 1 2 4 3 2 3 3 4 2
48 1 1 3 3 1 1 2 1 1
49 1 2 4 3 1 2 3 4 2
50 2 2 4 3 1 2 3 4 2
51 1 1 5 1 2 3 3 4 2
52 1 1 4 3 2 3 3 4 2
53 2 2 4 2 1 2 3 4 2
54 1 2 5 3 2 3 3 4 2
55 2 2 5 2 2 3 3 4 2
56 2 2 4 2 2 3 3 4 2
57 2 1 4 3 2 3 3 4 2
58 2 2 4 2 1 1 2 3 1
59 2 2 3 2 1 1 2 1 1
60 1 2 4 3 1 1 2 3 1
61 1 1 3 3 1 1 2 2 1
62 1 2 5 3 1 1 1 2 1
63 2 2 4 3 1 2 3 4 2
64 2 2 4 1 1 1 2 3 1
65 2 2 5 3 1 1 2 1 1
66 1 2 3 3 1 1 2 2 1
67 1 1 3 3 1 1 1 1 1
68 2 2 4 2 1 2 3 4 2
69 1 1 4 3 1 2 3 4 2
70 1 2 4 2 1 2 3 4 2
71 1 2 4 2 1 2 3 4 2
72 1 2 5 3 2 3 3 4 2
73 2 2 4 1 1 2 3 4 2
74 2 1 5 3 1 2 3 4 2
75 2 2 4 3 2 3 3 4 2
76 2 1 4 3 1 1 2 2 1
77 1 2 4 2 1 1 2 2 1
78 1 2 4 3 1 2 3 4 2
79 1 1 3 4 1 1 2 1 1
80 2 2 3 3 1 1 2 2 1
81 2 1 4 3 1 1 1 2 1
82 1 2 4 3 1 2 3 4 2
83 1 1 3 3 1 1 2 3 1
84 2 2 4 3 1 2 3 4 2
85 2 1 4 3 1 2 3 4 2
86 1 2 4 1 2 3 3 4 2
87 1 2 4 3 2 3 3 4 2
88 1 2 4 3 2 3 3 4 2
89 2 2 4 3 1 1 2 1 1
90 1 1 4 3 1 2 3 4 2
91 1 1 4 3 1 1 2 1 1
92 1 1 4 3 1 1 1 2 1
93 1 2 4 3 1 2 3 4 2
94 1 2 3 3 1 1 1 2 1
95 1 1 3 3 2 3 3 4 2
96 2 2 4 3 1 2 3 4 2
97 2 2 4 3 1 1 1 1 1
98 1 2 4 2 2 3 3 4 2
99 1 2 4 3 1 2 3 4 2
100 2 1 5 3 1 2 3 4 2
Lampiran 7
Statistics
Missing 0 0 0 0
Statistics
jumlah anggota
keluarga yang
kebiasaan kebiasaan merokok memiliki kebiasaan banyaknya rokok yang
merokok anggota keluarga merokok tanpa dihirup setiap hari tanpa
anggota berdasarkan lokasi memperhatikan memperhatikan
keluarga merokok lingkungan lingkungan
Missing 0 0 0 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
jumlah anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok tanpa memperhatikan lingkungan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
ya tidak Total
perempuan Count 18 26 44
ya tidak Total
13 - 59 bulan Count 30 42 72
ya tidak Total
kurus Count 4 11 15
normal Count 35 43 78
ya tidak Total
pendidikan SD Count 3 2 5
terakhir ibu
% within pendidikan terakhir ibu 60.0% 40.0% 100.0%
SMP/sederajat Count 15 9 24
SMA/sederajat Count 22 38 60