You are on page 1of 8

Fisioterapi P-ISSN :1858-4047

Jurnal Ilmiah Fisioterapi E-ISSN : 2528-3235

EFEKTIVITAS PENINGKATAN AKTIFITAS FUNGSIONAL DENGAN


INTERVENSI ICE MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS
PLANTAR FASCIITIS
Siti Muawanah1 Muhammad Azhari Herli1
Program studi D-III Fisioterapi
1

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas


Abdurrab Jl. Riau Ujung no. 73 Pekanbaru
siti.muawanah@univrab.ac.id

Abstract

The purpose of this study was to describe the differences in the effectiveness of ice massage
interventions and exercise therapy in increasing functional activity in plantar fasciitis conditions. This
research method was quasi experiment design. The research sample of patients in the Physiotherapy
Clinic of Abdurrab University. Nine patients in group I were given ice massage intervention and nine
patients in group II were given exercise therapy intervention. Physical examination of physiotherapy
and measurement of increased functional activity were carried out using the foot and ankle disability
index (FADI). The results of the normality test used the Saphiro Wilk test and the data homogeneity
test using the Levene's test. The results of the paired sample t-test in treatment group I, a significant
value of p = 0.000 (p <0.05) means that the ice massage intervention can increase functional activity
in cases of plantar fasciitis. The results of group II tests with non-parametric tests with the Wilcoxon
signed ranks test because the normality value before p> 0.05, the value after intervention is obtained
with the result of p = 0.008 (p <0.05), meaning that exercise therapy can increase functional activity
in cases of fasciitis. plantaris. The results of the independent sample t-test p = 0.002 (p <0.05)
means that there is a difference between the ice massage intervention and exercise therapy in
increasing functional activity in case of plantar fasciitis. Conclusion: Exercise therapy is more effective
compared to ice massage in increasing functional activity in cases of plantar fasciitis which can be
seen from the mean difference between the ice massage group 15.11±4.81 and the exercise therapy
group 29.11±10.07, so it can be an option as a physiotherapy intervention.
Keywords: Ice massage, exercise therapy, functional activities, FADI, fascitis plantaris

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perbedaan efektivitas intervensi ice massage dan terapi
latihan pada peningkatan aktifitas fungsional kondisi plantar fasciitis. Metode penelitian dengan desain
quasi experiment. Sampel penelitian adalah pasien Klinik Fisioterapi Universitas Abdurrab 9 pasien
kelompok I diberi intervensi es massage dan 9 pasien kelompok II diberi intervensi terapi latihan.
Dilakukan pemeriksaan fisik fisioterapi dan pengukuran peningkatan aktivitas fungsional dengan foot
and ankle disability index (FADI). Hasil uji normalitas menggunakan Saphiro Wilk test dan uji
homogenitas data dengan Levene’s test. Hasil paired sample t-test pada kelompok perlakuan I nilai
signifikan p = 0,000 (p< 0,05) berarti intervensi ice massage dapat meningkatkan aktivitas fungsional
pada kasus plantar fasciitis. Hasil uji kelompok II dengan non parametric dengan Wilcoxon signed
ranks test karena nilai normalitasnya sebelum p>0,05 maka didapat nilai sesudah intervensi dengan
hasil p=0,008 (p<0,05), berarti terapi latihan dapat meningkatkan aktifitas fungsional pada kasus
fasciitis plantaris. Hasil independent sample t-test p=0,002 (p< 0,05) berarti ada perbedaan intervensi
ice massage dengan terapi latihan dalam meningkatkan aktivitas fungsional pada kasus fasciitis
plantaris. Kesimpulan: Terapi latihan lebih efektif diibandingkan dengan ice massage dalam

Jurnal Fisioterapi Volume 21 Nomor 1, April 2021 29


Fisioterapi P-ISSN :1858-4047
Jurnal Ilmiah Fisioterapi E-ISSN : 2528-3235

meningkatkan aktivitas fungsional pada kasus plantar fasciitis yang dapat dilihat dari nilai rerata selisih
kelompok ice massage 15.11+4.81 dan kelompok terapi latihan 29.11+10.07, sehingga dapat menjadi
pilihan sebagai intervensi fisioterapi.

Kata kunci: Es massage, terapi latihan, aktivitas fungsional, FADI, fasciitis plantaris

Pendahuluan dengan intervensi neuromuscular taping dan


ultrasound untuk menurunkan nyeri akan tetapi
Fasciitis plantaris dapat terjadi pada usia nyeri kambuh kembali setelah beberapa minggu
40 tahun jika memiliki kelainan bentuk kaki sesudah penelitian. Melihat belum ada
seperti flat foot dan obesitas. Biasanya fasciitis efektivitas metode terapi yang diteliti, untuk itu
plantaris terjadi pada usia 40–70 tahun. peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Penelitian di Amerika Serikat memperkirakan efektivitas peningkatan aktifitas fungsional kaki
fasciitis plantaris mempengaruhi 10% populasi dengan kombinasi intervensi ice massage dan
dari satu juta kunjungan pasien pertahun sekitar terapi latihan pada kasus fasciitis plantaris
80% mengelukan nyeri tumit, umumnya selama (Muawanah & Selviani, 2018).
seumur hidup dan kejadian 8-15%, kunjungan Ice massage mempuyai efek analgesic
rawat jalan fasciitis plantaris 600.000 yang seiring dengan penurunan aliran darah ke
mengalami fasciitis plantaris pada semua jaringan karena menyempitnya permeabilitas
penyebab. Pada populasi yang tidak banyak kapiler dan penurunan metabolisme serta
bergerak terjadi 7% berusia 65 tahun, pemanfaatan penurunan kebutuhan oksigen sel,
atlet/pelari dan olah raga lainnya sekitar 8%. sehingga kepekaan akhiran saraf bebas maka
Terjadinya fasciitis plantaris tidak diketahui peradangan berkurang dan terjadi penurunan
penyebab jelasnya akan tetapi ada bebrapa nyeri (Mirawati et al., 2018).
faktor fasciitis plantaris dapat terjadi yaitu Terapi latihan dengan gerakan aktif dan
kelebihan berat badan (obesitas) 65 % usia 40- peregangan akan memberikan manfaat yang
50 tahun wanita lebih banyak dari pada pria, begitu banyak untuk meningkatkan kekuatan
kehamilan, kesalahan biomekanik kaki/kelainan otot ankle and foot dan elastisitas pada fascia
bentuk kaki/arkus kaki yang datar, degenerasi, plantaris. Eveluasi untuk melihat adanya
aktivitas berlebihan/ penguluran yang berlebihan peningkatan aktivitas fungsional pada kasus
sering terjadi pada atlit dan pekerja toko, plantar fasciitis, sebeum dan sesudah diberikan
pekerja pabrik dan perawat (Sonu, P., & Aman intervensi ice massage dan terapi latihan maka
2015). menggunakan pengukuran dengan foot and
Fasciitis plantaris sering ditandai nyeri ankle disability index (FADI).
pada pagi hari ketika bangun tidur untuk berdiri FADI salah satu pengukuran dengan
dan di awal melangkah, namun dalam beberapa skala yang dirancang untuk semua kasus
langkah selanjutnya nyeri akan hilang. Akan gangguan muskuloskeletal anggota tubuh gerak
tetapi nyeri akan kambuh kembali di sore hari bawah. Informasi dari pasien yang didapat dari
atau menjelang tidur malam ketika setelah alat ukur FADI yaitu terkait dengan nyeri yang
melakukan berbagai aktivitas berlebih dan terus dirasakan pasien, keterbatasan gerak sendi, dan
menerus seperti berdiri terlalu lama, berjalan gangguan aktifitas fungsional. Kuesioner FADI
dan berlari (Pollack, Y., Shashua, A., & memiliki 24 jenis pertanyaan, penjelasan
Kalichman, L. 2018). intensitas nyeri terdiri dari 4 pertanyaan,
Peran fisioterapi pada kasus fasciitis kemudian dilanjutkan dengan 22 kuesioner
plantaris membantu meningkatkan aktivitas pertanyaan menjelaskan tentang nyeri yang
fungsional dengan metode intervensi ice berhubungan dengan gangguan aktivitas
massage dan terapi latihan. Sebelumnya fungsional sehari-hari. Pasien sebagai
peneliti sudah meneliti kasus plantar fasciitis

Jurnal Fisioterapi Volume 21 Nomor 1, April 2021 30


Fisioterapi P-ISSN :1858-4047
Jurnal Ilmiah Fisioterapi E-ISSN : 2528-3235

responden diminta untuk mengisi kuesioner Otot tibialis posterior begerak sebagai plantar
tersebut sebelum dan sesudah diberi intervensi fleksi dan supinasi. Otot peroneus longus dan
ice massage dan terapi latihan pada kasus brevis bergerak sebagi plantar fleksi dan
plantar fasciitis (Hale et al., 2007) pronasi. Kelainan yang paling umum pada
Fasciitis plantaris sebagai nyeri telapak individu mengeluhkan nyeri akibat plantar
kaki atau (plantar heel pain), heel spur fasciitis (Goff & Crawford, 2011)
syndrome atau painful heel syndrome. Hal ini Patofisiologi Plantar Fasciitis
terajadi adanya microtrauma berulang dari Patofisiologi plantar fasciitis terjadi
overstretch dan overuse pada plantar fascia di dipengaruhi oleh beberapa penyebab
medial calcaneus sehingga menyebabkan diantaranya faktor anatomi seperti arkus kaki
terjadinya inflamasi yang diakibatkan aktivitas yang datar yang terjadi pada kasus pes
planus/flat foot dan arkus yang tinggi pada
yang terlalu lama seperti berjalan maupun
kasus pes cavus, dan tekanan tubuh yang
berdiri atau lari jarak jauh. Ketika
berlebih atau obesitas. Pada faktor biomekanik
mempertahankan posisi tersebut terlalu lama termasuk tightness pada tendon achilles,
maka penyokong kaki menjadi lebih kecil dan kelemahan flexor plantar fascia. Pada faktor
membuat kerja lebih dari plantar fascia sehingga lingkungan bisa disebabkan oleh trauma, dan
terjadilah iritasi dan inflamasi bahkan robek aktivitas yang berlebih). Plantar fasciitis diawali
(Cleland et al., 2009). adanya stress yang berlebihan dari plantar fascia
(Mcpoil et al., 2008)
Anatomi dan Biomekanik Kaki Beberapa faktor penyebab terjadinya
Kaki dibagi menjadi tiga unit fungsional plantar fasciitis yaitu kurangnya fleksibilitas dari
yaitu anterior, middle dan posterior. Unit plantar fascia, tightnes otot-otot gastrocnemius
fungsional posterior posisinya di bawah tibia dan atau soleus, kelemahan dari otot-otot intrinsic
bertujuan menyangga tubuh, terdiri dari os talus dan otot tibialis posterior pada ankle,
dan os calcaneus. Talus adalah bagian yang penambahan berat badan (obesitas), aktivitas
menjadi kunci mekanikal dalam menyangga yang berat, penurunan proprioceptive, adanya
berat badan pada kaki, bagian atas bersendi deformitas dari struktur kaki seperti pes cavus
dengan ankle, bagian bawah berhubungan dan fore foot varus, lanjut usia dan proses
dengan calcaneus. Unit fungsional medial terdiri degeneratif, penurunan dorsi fleksi ankle,
dari tulang tulang yang membentuk suatu penurunan ekstensi metatarso phalengeal I,
lengkungan atau arcus yaitu os naviculare, os gerak pronasi yang berlebihan menyebabkan
cuboideum, os cuniform lateral, os cuniform penguluran yang berlebih pada plantar fascia
intermedial dan cuniform medial. dan terjadi inflamasi yang disertai nyeri sehingga
Bagian tengah fascia plantaris bersifat terjadi perubahan pada serabut collagen yang
tebal dan fascia profunda bersifat tipis pada diikuti perlengketan jaringan dan abnormal
dorsu pedis. Fascia plantaris berfungsi crosslink (Goff & Crawford, 2011).
menyokong arkus dan melindungi struktur pada
kaki. Otot ekstensor digitorum longus dan otot Modalitas Ice Massage
ekstensor halucis longus untuk gerak ekstensor Modalitas ice massage bertujuan untuk
jari-jari kaki. Pada calcaneus medial dari saraf mengurangi rasa nyeri dan peradangan yang
tibialis menginervasi fascia plantaris, ada
disebabkan oleh pembengkakan yang terjadi
hubungan anatomi antara tendon achilles dan
setelah cedera. intervensi ice massage
aponeurosis plantar tendon achiles yang
mempunyai insersi yang lebar pada calcaneus diberikan selama 5-10 menit. Intervensi yang
merupakan tendon gabungan dari muscullus diberikan selama 5 menit akan mempengaruhi
gastrocnemius dan soleus. Otot tibialis amterior penurunan suhu pada kulit sebesar 18,9-2,7
berfungsi untuk gerak dorsal fleksi dan supinasi. derajat sedangkan intervensi ice massage yang

Jurnal Fisioterapi Volume 21 Nomor 1, April 2021 31


Fisioterapi P-ISSN :1858-4047
Jurnal Ilmiah Fisioterapi E-ISSN : 2528-3235

diberikan selama 10 menit akan menurunkan impairment lainnya diantaranya nyeri pada otot
suhu kulit 26,6 derajat celcius pada kedalaman gastrocnemius, nyeri pada tumit, dan nyeri
kulit sekitar 2 cm (Mirawati et al., 2018). tajam pada medial dan lateral calcaneus. Orang
dikatakan tidak sehat apabila adanya suatu
Terapi Latihan gangguan yang dirasakan terhadap gerak dan
Terapi latihan yang digunakan pada kasus fungsi tubuh. Salah satunya yang terjadi
fasciitis plantaris yaitu strengthening dan gangguan adalah pada kaki di mana pada kaki
stretching secara aktif maupun pasif yang dan pergelangan kaki merupakan penyangga
bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot kuat badan yang dinamis untuk melakukan
kaki dan fleksibiitas fascia plantaris (Mcpoil et gerak fungsional. Tetapi jika kaki kita mengalami
al., 2008). masalah hal tersebut dapat menggangu kualitas
Tehnik terapi latihan ini diberikan selama dalam berjalan dan aktivitas dalam keseharian.
15 menit di setiap intervensi sebanyak 6 kali Salah satu gangguannya adalah plantar fasciitis.
setiap 2-3 hari sekali selama 2 minggu. Bentuk Pada fascia plantaris yaitu dapat memicu
terapi latihan dan dosisnya pada masing-masing nyeri bertahap maupun nyeri hebat secara tiba-
terapi latihan yang digunakan pada plantar tiba. Adanya nyeri tersebut mempengaruhi
fasciitis adalah stretching the calf dosis, impairment akibat penderita tidak sering
stretching the plantar fascia/towel stretching, menggerakan kaki sehingga terbatasnya lingkup
foot flexes,: repetisi : 8 kali pengulangan, gerak sendi, dampak selanjutnya adalah
intensitas : 3 set/hari, frekuensi: 3 kali menurunnya kemampuan aktivitas fungsional
seminggu, durasi : 10 detik, rest: 30 detik, , seperti berjalan dan berdiri dalam waktu yang
towel curls dosis: repetisi: 3 kali pengulangan, lama. Hal ini dikarenakan terjadinya penguluran
intensitas: 3 set/hari, frekuensi: 3 kali seminggu, atau adanya beban yang berlebihan pada arkus
durasi : 10 detik, rest : 30 detik, marble pickups longitudinal dan hilangnya arkus longitudinal
: siapkan 20 kelereng dan mangkuk kemudian (Muawanah & Iit, 2018).
kaki mengambil satu 1 kelereng setiap kali
dengan melengkungkan jari-jari kaki, dan Metode Penelitian
masukkan kelereng itu ke dalam mangkuk Penelitian dilakukan di klinik Universitas
sesuai banyaknya kelerang, dynamic stretches Abdurrab Pekanbaru pada tanggal 27 Juli sampai
for plantar fascia/calf raises exercise : repetisi: 3 30 Agustus 2020. Pnelitian ini menggunakan
kali pengulangan, intensitas : 3 set/hari, quasi eksperiment untuk melihat perbedaan
frekuensi: 3 kali seminggu, durasi 8 detik, rest : intervensi ice massage dan terapi latiahan
30 detik. Tujuan terapi latihan pada plantar terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada
fasciitis yaitu dapat menghilangkan rasa nyeri, kasus plantar fasciitis. Peningkatan aktivitas
meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan fungsional di ukur dengan menggunakan
fleksibilitas pada otot-otot kaki dan ligament, instrumen FADI. Rancangan penelitian yang
sehingga terapi latihan yang diberikan akan dilakukan berupa pretest dan posttest control
memperbaiki aktifitas fungsional dalam jangka group design, yaitu sampel dibagi menjadi dua
waktu yang lama (Pollack et al., 2018). kelompok. Kelompok satu perlakuan I dengan
intervensi ice massage dan kelompok dua
Penurunan Fungsional Pada Kondisi dengan perlakuan dua dengan terapi latihan.
Fasciitis Plantaris Hasil pengukuran peningkatan aktivitas
Penurunan aktivitas fungsional sehari- fungsional dianalisis dan dibandingkan pada
hari pada pasien fasciitis plantaris diawali kedua kelompok tersebut sebelum dan sesudah
adanya nyeri pada fascia. Nyeri terjadi akibat perlakuan. Dimana pada kelompok perlakuan I
adanya ambang rangsang yang dilewati. Nyeri diberikan intervensi ice massage sebelum
pada fasciitis plantaris tersebut akibat adanya perlakuan dilakukan pengukuran aktifitas
inflamasi maka akan menyebabkan anatomic fungsional dengan menggunakan FADI dan

Jurnal Fisioterapi Volume 21 Nomor 1, April 2021 32


Fisioterapi P-ISSN :1858-4047
Jurnal Ilmiah Fisioterapi E-ISSN : 2528-3235

diakhir penelitian dilakukan evaluasi untuk Tabel 1


menilai hasil peningkatan aktivitas fungsional Karakteristik Responden Kelompok I dan II
pada kasus plantar fasciitis. Kelompok perlakuan Variabel Kelompok
II dengan intervensi terapi latihan, sebelum Es massage Terapi latihan
perlakuan diberikan, maka dilakukan
pengukuran aktivitas fungsional menggunakan Rerata+SB Rerata +SB
FADI dan pada akhir penelitian dievaluasi untuk Umur (th) 33.67+ 3.16 34.00+5.03
melihat hasil peningkatan aktivitas fungsional
Berat Badan 2.67+12.1 64.67+10.36
pada kasus plantar fasciitis.
Pengambilan sampel dengan teknik Tinggi Badan 157.3+ 8.85 161.3+6.32
purposive sampling, sampel dipilih peneliti yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah IMT (kg/m2 25.22+ 4.97 24.89+4.08
ditetapkan dalam penelitian yang benar-benar
mewakili status pupulasi, kemudian sampel
bersedia menjadi anggota dalam penelitian Tabel 2
dengan mengisi informed consent. Dalam Hasil Uji Normalitas
penelitian ini dari populasi plantar fasciitis dan Homogenitas
sampel yang diambil berjumlah 18 orang. Dari Normalitas Data Dengan Levene’
18 orang tersebut menjadi 2 kelompok, 9 orang ShapiroWilkTest s Test
dimasukkan pada kelompok perlakuan I, dan 9
orang lainnya dimasukkan kedalam kelompok Kelompok Kelompok
perlakuan II. Pembagian kelompok dilakukan I II
secara random dan dilakukan pemeriksaan Kelomp
Fisioterapi dan pengukuran dengan FADI. ok data
Rerata±S Rerata±SB
Sampel yang diambil dengan kriteria inklusi
B P P P
antara lain: subjek dengan jenis kelamin laki-laki 34.00 0.496
Umur 33.67+3.
dan perempuan, usia 27-50 tahun, menderita 0.82 +5.03 0.26
16
fasciitis plantaris, bersedia mengikuti program 1
penelitian dalam dua minggu dengan perlakuan
Tinggi 62.67+12 64.67 +
tiga kali dalam seminggu. Badan 0.01 0.93
.1 10.36
2 2
Hasil
Pada bagian ini disajikan karakteristik Berat 157.3+8. 161.02+6.
Badan 0.79 0.58
responden berdasarkan umur, berat badan, 85
3
32
3
tinggi badan.
Tabel 1 memperlihatkan karakteristik IMT 25.22+4. 24.89 +
0.01 0.52
responden terkait umur, berat badan, tinggi 97
5
4.08
1
badan, dan indeks massa tubuh baik pada Nilai 76.55+ 67.11 +
Kelompok perlakuan I dan kelompok Perlakuan FADI 9.51 0.25 12.03 0.44
3 9
II. sebelum
Niai 91.67+ 96.22 +
FADI 10.07 0.07 9.16 0.02
5 2
Sesudah
Niai 15.11+4. 29.11 +
FADI 81 0.49 10.07 0.40
3 1
selisih

Jurnal Fisioterapi Volume 21 Nomor 1, April 2021 33


Fisioterapi P-ISSN :1858-4047
Jurnal Ilmiah Fisioterapi E-ISSN : 2528-3235

Hasil data pengukuaran peningkatan Hasil nilai perhitungan pretest rerata±SB


aktvitas fungsional sebelum dan sesudah 67.11±12.03 dan posttest 96.22+ 9.16 pada
perlakuan pada kedua kelompok perlakuan uji perlakuan kelompok II rerata±SB dengan
normalitas (Saphiro Wilk test) berdistribusi signifikan p=0,008 dimana p<0,05, yang artinya
normal (p>0,05) dan uji homogenitas dengan intervensi terapi latihan bermakna meningkatkan
Levene’s test pada kedua kelompok perlakuan aktifitas fungsional pada pada kasus fasciitis
pretest dan posttest dengan hasil data (p>0496) plantaris.
maka (p> 0,05) maka data disimpulkan
homogen. Data normalitas pada kelompok Uji Hipotesis pada perlakuan Dua
perlakuan I, sebelum perlakuan dan sesudah Kelompok
Berdasarkan uji hipotesis beda selisih
perlakuan intervensi ice massage menggunakan
pada dua kelompok perlakuan dengan
uji parametrik paired sample t-test karena nilai
perhitungan independent sample t-test dengan
normalitasnya sebelum dan sesudah p>0,05.
nilai p=0,002 dimana p<0,05 disimpulkan bahwa
Sedangkan pada uji hipotesis II pada kelompok
terdapat perbedaan yang bermakna intervensi
II dengan pemberian intervensi terapi latihan
ice massage sebagai kelompok I dan intervensi
menggunakan uji non parametrik dengan
terapi latihan sebagai kelompok II dalam
Wilcoxon signed ranks test, dimana normalitas
meningktakan aktivitas fungsional pada kasus
nilainya sebelum p>0,05 dan sesudah perlakuan
plantar fasciitis. Hal ini dapat dilihat dari nilai
intervensi terapi latihan dengan nilai p<0,05.
rerata selisih kelompok I 15.11+4.81 dan
Hipotesis III untuk membandingkan nilai dua
kelompok II 29.11+10.07.
kelompok perlakuan menggunakan uji
parametrik yaitu independent sample t-test Pembahasan
karena nilai normalitas sebelum dan sesudah Berdasarkan tabel 1 persentase usia
p>0.05 data sesudah perlakuan atau pada penelitian ini fasciitis plantaris terbanyak
menggunakan data selisih. didapat pada usia 33-34 tahun. Usia ini
merupakan kelompok dewasa akhir yang
Uji Hipoteisi Kelompok I (intervensi Ice memiliki aktivitas yang tinggi secara fisik sebagai
Massage) karyawan dan dosen di Universitas Abdurrab dan
berdasar persentase berat badan didapat rerata
Uji ini untuk mengetahui nilai aktifitas IMT 24-25 yang dapat diartikan bahwa rerata
fungsional sebelum dan sesudah perlakuan pada responden memiliki berat badan berlebih. Hal ini
Kelompok I intervensi ice massage dihitung dapat kita simpulkan bahwa aktivitas dengan
dengan paired sample t-test. Uji hipotesis menggunakan sepatu yang tidak tepat dan berat
kelompok I menjelaskan uji hipotesis dengan badan berlebih bisa dikatakan faktor penyebab
variabel sampel 9 orang didapat nilai fasciitis plantaris (Urse, 2012).
perbandingan pretest perlakuan kelompok I Gambaran umum sampel dalam
rerata±SB 76.55±9.51 dan posttest penelitian ini adalah 18 orang dibagi menjadi 2
91.67+10.07, dengan nilai signifikan dengan kelompok dengan karakteristik dari pasien yang
hasil p= 0,000 dimana p<0,05, hasil ini menderita fasciitis plantaris. Setelah dilakukan
penelitian dengan pemeriksaan fisioterapi dan
menjelaskan ice massage bermakna
intervensi ice massage untuk kelompok I dan
meningkatkan aktivitas fungsional pada kasus
terapi latihan untuk kelompok 2 dengan tujuan
plantar fasciitis. meningkatkan aktifitas fungsional. Pemeriksaan
Uji Hipotesis Perlakuan intervensi dimulai dari assessment dan hasil akhir atau
evaluasi peningkatan aktifitas fungsional yang
Terapi Latihan
diukur dengan FADI. Proses penelitian

Jurnal Fisioterapi Volume 21 Nomor 1, April 2021 34


Fisioterapi P-ISSN :1858-4047
Jurnal Ilmiah Fisioterapi E-ISSN : 2528-3235

berlangsung selama 2 minggu yang dilakukan 3 Hasil uji statistic dengan Wilcoxon
kali dalam seminggu, terapi dimulai pada signed rank test menunjukkan p=0,008 dimana
tanggal 11Maret 2020 berakhir tanggal 30 maret p<0,05. Hal ini menjelaskan ada perbedaan
2020, didapat bahwa pasien positif mengalami sebelum dan sesudah intervensi terapi latihan
fasciitis plantar fleksi ankle yang dilakukan dan dengan nilai yang signifikan sehingga dapat
terdapat adanya nyeri pada telapak kaki pasien dikataka bahwa terapi latihan bermakna dalam
terjadi penurunan aktifitas fungsional yang meningkatkan aktivitas fungsional yang menurun
diukur menggunakan FADI. Setelah peneliti pada kasus fasciitis plantaris. Pada kasus fasciitis
melakukan intervensi menggunakan ice massage plantaris dimana jaringan fascia plantar
dan terapi latihan sebagai modalitas utama memendek. Prosedur terapi latihan yang
dalam penanganan untuk mengetahui dilakukan dengan aktive stretching akan
keberhasilan intervensi terhadap peningkatan menghasil kontraksi isotonic. Kontraksi isotonic
aktifitas fungsional. tersebut akan menghasilkan gerak reseptor
Pasien terbanyak dosen yang dengan mengurangi iritasi serabut A delta dan
mengeluhkan nyeri saat beraktifitas berdiri dan tipe C dari golgi tendon agar segera mengulur
berjalan. Akibat nyeri tersebut pasien merasa panjang otot yang maksimal. Jika sudah terulur
adanya penurunan aktifitas fungsional saat maka menghambat ketegangan fascia plantar,
beraktifitas kegiatan sosial. Rasa nyeri di telapak tendo dan otot yang terkait sehingga terjadilah
kaki ini dirasakan lebih kurang 1 bulan dimana fleksibiitas jaringan, peningkatan kadar
pasien merasakan sakit saat melakukan gerakan hemoglobin darah, peningkatan sirkulasi dan
naik turun tangga dan berjalan dalam waktu metabolisme darah yang memenuhi nutrisi dan
yang lama. Setelah kejadian tersebut telapak oksigen jaringan serta meningkatkan kekuatan
kaki pasien mulai terasa nyeri. Nyeri semakin otot (Kristamuliana et al 2017).
bertambah apabila saat melakukan aktfitas Uji hipotesis menjelaskan hasil
seperti jongkok berdiri dan berlari. Hasil perbedaan dua kelompok yang didapat nilai
penelitian dengan pemeriksaan pengukuran statistic p=0,002 dimana p<0,05. Maka ada
pada dua kelompok didapatkan nilai FADI. perbedaan yang bermakna kelompok perlakuan
Pemberian modalitas ice massage dan terapi I dan Kelompok Perlakuan II, dapat dilihat dari
latihan dengan dosis frekuensi tiga kali nilai rerata selisih kelompok I 15.11+4.81 dan
perminggu dilakukan dalam 2 minggu. kelompok II 29.11+10.07. Berdasarkan data
Berdasarkan hipotesis sebelum dan tersebut dapat disimpulkan bahwa intervensi
sesudah I intervesi ice massage didapat hasil terapi latihan lebih efektif dibanding ice
yang signifikan p=0,000 dimana p<0,05, berarti massage dalam meningkatkan aktivitas
ice massage mampu menigkatkan aktivitas fungsional pada kasus plantar fasciitis.
fungsional pada kasus fasciitis plantaris.
Kesimpulan
Mekanisme dari ice massage yaitu terjadi
temperatur suhu yang menurun akan Berdasarkan hasil penelitian dan
mengurangi inflamasi pada plantar fascia pembahasan maka kesimpulan yang dapat
dengan menurunkan tingkat metabolisme dan diambil, ada efektivitas peningkatan aktifitas
terjadinya vasokonriksi pada pembuluh darah fungsional dengan intervensi ice massage dan
dij aringan sehingga dapat menurunkan nyeri terapi latihan pada kasus plantar fasciitis.
karena merangsang konduksi saraf sensoris.
Ice massage dengan pijatan ringan akan
Daftar Pustaka
mempengaruhi peredaran darah dan
Cleland, J. A., Abbott, J. H., Kidd, M. O.,
melancarkan aliran limfe sehingga nutrisi dan
Stockwell, S., Cheney, S., Gerrard, D. F., &
oksigen kedalam jaringan terpenuhi, maka
Flynn, T. W. (2009). Manual physical
terjadilah efek sedatif dan rileksasi pada
therapy and exercise versus electrophysical
plantar fascia (Day & Ploen, 2010).
agents and exercise in the management of

Jurnal Fisioterapi Volume 21 Nomor 1, April 2021 35


Fisioterapi P-ISSN :1858-4047
Jurnal Ilmiah Fisioterapi E-ISSN : 2528-3235

plantar heel pain: A multicenter randomized (DOMS) pada otot gastrocnemius. 839–845.
clinical trial. Journal of Orthopaedic and
Sports Physical Therapy, 39(8), 573–585.
Muawanah, S., & Selviani, I. (2018).
Penambahan neuromuscular tapping lebih
Day, M., & Ploen, E. (2010). The Effectiveness of baik dari pada ultrasoud saja untuk
cryotherapy in the treatment of exercise- menurunkan nyeri pada kasus plantar
induced muscle soreness. Journal of fascitis. Jurnal Ilmiah Fisioterapi 1(2), 47–
Undergraduate Research XIII, 1–6. 59.

Goff, J. D., & Crawford, R. (2011). Diagnosis and Pollack, Y., Shashua, A., & Kalichman, L. (2018).
treatment of plantar fasciitis. American Manual therapy for plantar heel pain. Foot,
Family Physician, 84(6), 676–682. 34, 11–16.

Hale, S. A., Hertel, J., & Olmsted-Kramer, L. C. Sonu, P., & Aman. (2015). Physiotherapy
(2007). The effect of a 4-week treatment in plantar fasciitis: a case report.
comprehensive rehabilitation program on Indian Journal of Physiotherapy and
postural control and lower extremity Occupational Therapy, 9(1), 54.
function in individuals with chronic ankle
instability. Journal of Orthopaedic and
Sports Physical Therapy, 37(6), 303–311. Urse, G. N. (2012). Plantar fasciitis: A review.
Osteopathic Family Physician, 4(3), 68–71.

Kristamuliana., Novianti., & Wardania, S. (2017).


Penanganan nyeri fascia plantaris dengan
active stretching pada sales promotion girls
(SPG) Di Kota Makassar Tahun 2017. Junal
Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi,
9(2), 0–3.

Mcpoil, T. G., Martin, R. L., Cornwall, M. W.,


Wukich, D. K., Irrgang, J. J., & Godges, J.
J. (2008). Heel pain-plantar fasciitis: Clinical
practice guidelines linked to the
international classification of function,
disability, and health from the Orthopaedic
Section of the American Physical Therapy
Association. Journal of Orthopaedic and
Sports Physical Therapy, 38(4), 1–19.

Mirawati, D., Sapti, A., & Leni, M. (2018).


Manfaat ice compress terhadap penurunan
nyeri akibat delayed onset muscle soreness

Jurnal Fisioterapi Volume 21 Nomor 1, April 2021 36

You might also like