You are on page 1of 15

PERAN WTO DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN

IMPOR BAJA GALVALUME ANTARA INDONESIA DAN VIETNAM

Oleh : Ade Maryanto


ademaryantoo@gmail.com
Pembimbing : Dr. Pazli. M.Si
Bibliografi : 15 Jurnal, 17 Buku, 3 Skripsi, 14 Website
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28294
Telp/fax. 0761-63277

Abstract

This research will describe the role of the World Trade Organization on
settlement the trade dispute between Indonesia and Vietnam. The method of
analysis used in this study is a qualitative research. This study used the
perspective of Neoliberalism which consider that the state is not the only one
actors who played a role in international relations. Neoliberalism is the theory
that descibes concepts of rationality and contract, and focuses on the role of
institutions and organizations in international politics.
One of the functions of the WTO is to be an formal forum trade disputes
for it’s member countries. One such trade disputes has been involving among
Indonesia and Vietnam on 2014, right after Indonesia imposed a specific duty on
galvalume steel product. This duty means to be a safeguard measures meaning of
the WTO Agreement on Safeguards. Vietnam’s as one of the main importing
country of galvalume to Indonesia complaint this duty to WTO. Vietnam’s argued
that if the duty were disriminated because exclude Vietnam from 120 other
developing countries which have been extempted from the Spesefic Duty regulated
on PMK No. 137/PMK.011/2014, and in the duty any event inconsistent with
Indonesia’s MFN obligation under GATT Article I. In the settlement of this trade
disputes, WTO consider the Spesific Duty has imposed by Indonesia is not a
safeguard measures as regulated on the Agreement on Safeguard. On 12 March
2019 Indonesia has Stopped the Spesific Duty regulated through the PMK
No.26/PMK.010/2019.

Kata kunci: WTO, Disputte Settlement, Neoliberalism, Safeguard, Political


Economy


Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Riau.

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 1


I. PENDAHULUAN melakukan perundingan terkait kerjasama
perdagangan, (iii) sebagai forum penyelesaian
Globalisasi dan keinginan negara-negara sengketa.2
untuk melakukan perdagangan dengan lebih
mudah membawa perdagangan internasional ke Namun dalam praktiknya tidaklah mudah
dalam tren perdagangan bebas. Hal ini terutama untuk menerapkan aturan-aturan yang menjadi
dikarenakan oleh adanya upaya-upaya seperti kesepakatan di dalam perjanjian WTO sehingga
mengurangi hambatan perdagangan melalui kemungkinan penyimpangan dalam proses
berbagai perjanjian seperti Perjanjian General liberalisasi yang menekan posisi industri dalam
Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan negeri sangat rentan terjadi, terutama bagi
dibentuknya lembaga perdagangan dunia negara-negara berkembang. Oleh karenanya,
seperti World Trade Organization (WTO). tindakan pengamanan terhadap kegiatan
perdagangan internasional menjadi penting bagi
Manfaat perdagangan bebas yang dapat setiap negara anggota dalam kerangka menjaga
dilihat secara langsung ialah keberagaman fair trade yang saling menguntungkan.
produk-produk yang tersedia. Dengan adanya
barang-barang yang beragam diharapkan Sebagai salah satu mother industry yang
masyarakat akan mempunyai pilihan produk- memiliki peran yang sangat strategis bagi
produk terbaik yang mereka butuhkan sehingga pertumbuhan ekonomi, sangat penting bagi
produktivitas dapat ditingkatkan.1 Namun suatu negara untuk dapat melindungi
diantara manfaat-manfaat tersebut, kehadiran kepentingan industri dalam negerinya. Hal ini
pasar bebas justru menyulitkan bagi beberapa dikarenakan industri besi baja berperan sebagai
negara terutama negara-negara yang sedang penyedia bahan baku baik untuk kebutuhan
berkembang. infrastruktur seperti pembangunan gedung,
jalan, jembatan, jaringan listrik dan
Adanya perdagangan bebas ini justru akan telekomunikasi, ataupun produksi barang modal
menyulitkan industri-industri strategis yang seperti mesin pabrik dan material pendukung
baru tumbuh di negara-negara berkembang serta suku cadangnya, juga alat-alat
dalam hal persaingan harga dan peningkatan transportasi, alat otomotif, hingga persenjataan
impor. Hal ini akan menyebabkan industri- sehingga keberlangsungan industri besi baja
industri dalam negeri tidak dapat berkembang. merupakan kepentingan nasional.
Segala upaya hambatan perdagangan akan
diterapkan oleh suatu pemerintah untuk Indonesia merupakan salah satu konsumen
melindungi para pelaku usaha dalam negeri terbesar sekaligus produsen bagi industri baja.
agar tidak tersisih oleh produk dari luar negeri. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian,
Namun seringkali terjadi kesalahpahaman dan industri logam dasar besi dan baja nasional
sengketa perdagangan apabila terjadi perbedaan tumbuh sebesar 12,74% pada semester I tahun
kepentingan di antara negara-negara dalam 2012 dan konsumsi baja di Indonesia pada
perdagangan internasional. tahun 2014 mencapai 12,54 juta ton dan terus
meningkat seiring dengan meningkatnya
Sebagai satu-satunya rezim perdagangan pembangunan infrastruktur di Indonesia. 3
dunia yang secara khusus mengatur masalah-
masalah mengenai perdagangan dunia, World
Trade Organization (WTO) memiliki tiga
fungsi utama yaitu, (i) sebagai suatu perangkat
2
ketentuan (aturan) multilateral, (ii) sebagai Jamilus, Analisis Funsi dan Manfaat WTO Bagi Negara
forum atau wadah bagi anggotanya untuk Berkembang (Khususnya Indonesia),
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum, JIKH Vol.
11 No. 2 Juli 2017, Hlm 205, Diakses dari
1
Kajian Dampak Kesepakatan Perdagangan Bebas https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/kebijakan/
Terhadap Daya Saing Produk Manufaktur article/download/271/pdf_1, Diunduh
Indonesia. Diakses dari: pada 25 Oktober 2018
3
ttps://www.kemendag.go.id/files/pdf/2014/01/06/Full- Septina Tri Hartati, Analisis Strategi PT Krakatau Steel
Report-Kajian- Dalam Menghadapi Persaingan Produk
Manufaktur.pdf diunduh pada 12 September 2018 Baja. Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 2


Sejak tahun 2008 permintaan pasar
domestik akan produk baja canai lantaian atau
baja galvalume mengalami peningkatan dimana
kebutuhan akan baja ringan sebagai bahan dasar
Pangsa Pasar Tiga Negara Asal Impor
konstruksi bangunan semakin diminati.
Utama
Sebagian besar kebutuhan bahan baku akan
baja jenis galvalume dipenuhi melalui impor
Pangsa Impor Pangsa Impor
dimana industri dalam negeri baru mampu Negara
2008 (%) 2012 (%)
memenuhi 30% dari kebutuhan nasional.
Vietnam 48,59 60,04
Sedangkan volume impor baja galvalume
periode 2008 hingga 2012 mengalami Taiwan 6,66 21,00
peningkata impor secara absolut dengan tren Korea
11,67 96,26
sebesar 42%. Selatan
Jumlah 66,92 96,26
Jumlah Impor Produk Baja Baja Sumber: KPPI

Tahun Berdasarkan Tabel di atas, pangsa pasar


Uraian 2011 2012 ketiga negara pengimpor utama baja galvalume
2008 2009 2010
mengalami peningkatan yang cukup pesat pada
Jumlah 251.315
79.279 50.482 123.794 161.759 tahun 2012 jika dibandingkan dengan pangsa
(Ton)
pasar tahun 2008. Tercatat bahwa produk baja
Perubahan 55
(36) 145 31 galvalume yang dimaksud paling banyak
(%)
diimpor dari Vietnam dengan andil 60,04%.
Tren (%) 42 Peningkatan pangsa pasar untuk negara
Galvalume4 Vietnam yaitu sebesar 11,45%.

Sumber: KPPI Tingginya impor tersebut menimbulkan


masalah tersediri bagi industri nasional yang
Nilai impor baja galvalume pada tahun memicu diambilnya tindakan pengamanan
2009 dengan total impor sebesar 50.482 juta perdagangan dalam bentuk pengenaan Bea
Metrik Ton adalah sebesar US$ 41,7 juta. Pada Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) dan Bea
tahun 2010 meningkat secara signifikan Masuk Anti-Dumping (BMAD).6
menjadi 123 juta Metrik Ton dengan nilai US$
111, 8 juta. Pada tahun 2011 meningkat lagi Pada bulan Juli Tahun 2014, Indonesia
menjadi 161 juta Metrik Ton dengan nilai US$ mengenakkan Bea Masuk Tindakan
161,8 juta. Peningkatan terjadi lagi pada tahun Pengamamanan (BMTP) terhadap impor
2012 dengan total impor mencapai 249 juta produk baja galvalume yang merupakan salah
Metrik Ton dengan nilai US$ 231,9 juta. Pada satu tipe dari flat-rolled iron or non-alloy steel
tahun 2013 jumlah impor meningkat menjadi yang dispesifikasikan sebagai “produk canai
280 juta Metrik Ton dengan nilai US$ 280,9 lantaian dari besi atau baja bukan paduan,
juta.5 dengan lebar 600 mm (enam ratus milimeter)
atau lebih, disepuh atau dilapisi dengan paduan
alumunium-seng, mengandung karbon kurang
dari 0,6% (nol koma enam persen) menurut
beratnya, dengan ketebalan sampai dengan 0,7
4
KPPI, Laporan Akhir Penyelidikan Atas Importasi
mm (nol koma tujuh milimeter) yang termasuk
Produk Baja Paduan, Diunduh dari: dalam Pos Tarif/Kode HS. 7210.61.11.00.7
http://kppi.kemendag.go.id/asset/direktori/produk/lapora
n%20akhir%20hasil%20penyelidikan%20versi%20tidak
6
%20rahasia.pdf Pusat Kebijakan Luar Negeri, Laporan Analisis
5 Kebijakan Pengamanan Perdagangan Produk Besi Baja
Data Ekspor Impor Besi Baja Code HS 7210 Periode
2009-2018,Diaksesdari: Nasional
7
https://kemenperin.go.id/jawaban.php?id=38767-37478 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
137.1/PMK.011/2014

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 3


Bahan baku barang produk galvalum atau canai menyelesaiakan perselisihan. 8 Sehingga pada
lantaian dari besi atau baja adalah Cold Rolled tangga 18 September 2015 Vietnam meminta
Coil (CRC). Bahan baku ini diperoleh dari kepada Badan Penyelesain Sengketa WTO
Industri Dalam Negeri yaitu PT. Krakatau untuk membentuk Panel sesuai dengan Pasal
Steel, Tbk dan PT. Essar Indonesia. sebagian 4.7 dan Pasal 6 DSU, Pasal 14 Perjanjian
lainnya diimpor, yaitu antara lain dari Korea Pengamanan, dan Pasal XXIII GATT 1994.
Selatan, Taiwan, dan Vietnam.
Pada 1 Desember 2015, Vietnam
Bea Masuk Tindakan Pengamanan Produk mengajukan permintaan kepada Dispute
Galvalume Settlement Body WTO untuk menentukan
susunan Panel menurut Pasal 8.7 DSU. Pada 9
Period Duty Desember 2015, Direktur Jenderal WTO
22 July 2014 – 21 membentuk Panel.
Rp 4,998,784 per ton
July 2015
22 July 2015 – 21 Vietnam meminta kepada Panel untuk
Rp 4,314,161 per ton menemukan bahwa Bea Spesifik yang
July 2016
22 July 2016 – 21 dikenakkan Indonesia diterapkan secara tidak
Rp 3,629,538 per ton konsisten dengan Perjanjian Pengamanan
July 2017
Sumber: PMK No. 137.1/PMK.011/2014 (Agreement on Safeguard) karena Indonesia
tidak memberikan penjelasan yang memadai
Indonesia menerapkan bea spesifik pada mengenai fakta-faka pendukung indikator
impor produk baja galvalume yang berasal dari kerugian serius yang dialami Indonesia dan
semua negara, kecuali 120 negara yang hubungan logis antara lonjakan impor dengan
dikecualikan berdasarkan Peraturan Menteri kerugian serius. Vietnam menganggap kondisi
Keuangan Republik Indonesia Nomor darurat menurut Pasal XIX GATT tidak
137.1/PMK.011/2014 Tentang Pengenaan Bea terpenuhi karena Indonesia tidak memberikan
Masuk Tindakan Pengamanan Terhadap Impor data terbaru atau yang relevan pada saat
Produk Canai Lantaian dari Besi atau Baja menerapkan Bea Masuk Tindakan
Bukan Paduan, dan berdasarkan notifikasi Pengamanan. Vietnam juga menganggap
Indonesia pada Komite Pengamanan WTO Indonesia tidak mematuhi Pasal 12.1 WTO
menurut Pasal 9.1 Perjanjian Pengamanan. untuk memberikan notifikasi sebelum
diberlakukannya Bea Masuk.
Pada tahun 2015, Vietnam meminta
diadakan konsultasi dengan Indonesia sesuai Sebagai gugatan alternatif, Vietnam
dengan Pasal 1 dan 4 Understanding on Rules mengajukan gugatan alternatif bahwa, dalam
and Procedures Governing the Settlement of hal apapun bea spesifik yang diterapkan
Disputes (DSU), Pasal XXII General Indonesia bertentangan dengan kewajiban
Agreement on Tariffs and Trade 1994 (GATT) Indonesia di bawah Pasal 1:1 GATT 1994
dan Pasal 14 Perjanjian Safeguards atas sejauh ia terapkan bertentangan dengan Prinsip
pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Most-Favored Nation atas impor galvalum
(BMTP) terhadap impor produk baja mereka. karena diterapkan secara diskriminatif.
Vietnam merasa dirugikan karena produk yang
berasal dari negaranya dikecualikan dari 120 II. Landasan Teori
negara berkembang lain yang dibebaskan dari
Perspektif Neoliberalisme
pengenaan BMTP untuk mengekspor barang
mereka ke Indonesia. Tindakan ini dinilai Dalam penelitian ini penulis memakai
Vietnam mendiskriminasi produk galvalume perspektif Neoliberalisme yang memandang
yang berasal dari negaranya. bahwa negara bukanlah satu-satunya aktor yang
berperan dalam Hubungan Internasional. Dalam
Konsultasi diadakan antara Indonesia dan
penyelesaian sengketa perdagangan
Taiwan pada tanggal 16 April 2015 dan antara
Vietnam dan Indoensia pada 28 Juli 2015 8
namun konsultasi-konsultasi itu gagal Indonesia-Safeguard on Certain Iron or Steel Products
(report of the Panel)

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 4


internasional terdapat organisasi internasional 1. Keterlibatan negara dalam suatu
yang terlibat dalam penyelesaian sengketa pola kerjasama.
tersebut. Neoliberalisme merupakan sebuah 2. Adanya pertemuan-pertemuan
teori dalam hubungan internasional yang secara berkala
menggambarkan mengenai konsep-konsep 3. Adanya staff yang bekerja sebagai
mengenai rasionalitas, dan kontrak, serta pegawai sipil internasional
memberikan fokus pada peranan institusi dan (international civil servant).
organisasi dalam politik internasional.
Neoliberalisme mengurangi campur tangan Adapun beberapa fungsi organisasi
negara dalam ekonomi, dan pasar dijadikan internasional adalah sebagai berikut:
salah satu sistem untuk mengatur perekonomian
1. Tempat terhimpunnya negara-negara
dan sekaligus satu-satunya tolok ukur untuk
anggota bila organisasi internasional
menilai keberhasilan kebijakan pemerintah.
itu Inter-Government Organization
Keberadaan neoliberalisme juga kerap (antar negara atau pemerintah) dan
disepadankan dengan neokonservatisme bagi kelompok masyarakat atau
mengingat kebangkitannya di Inggris melekat lembaga swadaya masyarakat
pada Thatcher yang berasal dari partai apabila organisasi internasional itu
konservatif. Di tingkat global gagasan masuk katagori Inter Non-
neoliberalisme juga menjadi landasan dalam Government
diplomasi ekonomi internasional yang 2. Untuk menyusun atau merumuskan
tercermin dari kebijakan-kebijakan yang agenda bersama (yang menyangkut
diambil oleh lembaga-lembaga ekonomi kepentingan semua anggota) dan
internasional seperti IMF, WTO, dan Bank memprakarsai berlangsungnya
Dunia. perundingan untuk menghasilkan
perjanjian-perjanjian internasional
Teori Organisasi Internasional 3. Untuk menyusun dan menghasilkan
kesepakatan mengenai aturan atau
Organisasi Internasional adalah suatu pola norma atau rezim-rezim
kerjasama yang melintasi batas-batas negara internasional penyedian saluran
yang didirkan atas dasar sebuah kesepatakan untuk berkomunikasi diantara
yang lebih bersifat multilateral dan didirikan sesama anggota dan adakalanya
dengan tujuan-tujuan tertentu. Organisasi merintis akses komunikasi bersama
internasional didirikan berdasarkan perjanjian dengan non anggota
yang bersifat tertulis yang dilakukan oleh 4. Penyebarluasan informasi yang bisa
sekurang-kurangnya tiga negara atau dimanfaatkan sesama anggota.
pemerintah atau organisasi-organisasi
internasional yang sudah ada atau kelompok Menurut Clive Archer, organisasi
non- pemerintah. internasional dapat diklarifikasikan berdasarkan
keanggotaan, tujuan, aktivitas, dan strukturnya.
Organisasi internasional dibentuk dan Organisasi internasional bila dilihat
didirikan dengan maksud untuk saling keanggotaanya dapat dibagi lagi berdasarkan
kerjasama dan bahu membahu dalam tipe keanggotaan dan jangkauan keanggotaan
memecahkan masalah atau persoalan-persoalan extend of membership. Selain pengertian,
yang dihadapi oleh negara-negara anggota fungsi, dan tujuan WTO sebagai suatu lembaga
maupun negara-negara non anggota yang hasil internasional yang menangani dan berfokus
akhirnya adalah untuk meningkatkan pada permasalahan perdagangan internasional
kesejahteraan negara. sangat berperan penting dalam penelitian ini,
organisasi ini mengatur segala regulasi
Berdasarkan pengertian sederhana di atas,
mengenai arus perdagangan internasional dan
organisasi internasional mecakup tiga unsur,
memiliki tujuan untuk mereduksi peran
yaitu:
pemerintah dalam restriksi kebijakan
perdagangan internasional.

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 5


Sengketa perdagangan yang terjadi antara Sementara impor baja pada semester
Indonesia dan Vietnam setelah Indonesia pertama tahun 2014 mencapai ton dengan nilai
menerapkan Tindakan Pengamanan (safeguard) US$ 6,2 juta. Meningkatnya impor
berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan menyebabkan kontroversi antara produsen
(BMTP) terhadap impor baja galvalume. Bea dalam negeri dengan pihak importir. Dimana
Masuk Tambahan ini diterapkan terhadap peningkatan impor baja dengan harga yang
semua negara kecuali 120 berkembang yang lebih murah dibandingkan produk sejenis
tercantum dalam daftar Pengenaan Bea Masuk produksi dalam negeri menyebabkan industri
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan dalam negeri tidak mampu bersaing.
Nomor 137/PMK.011/2014. Vietnam sebagai
salah satu negara utama asal impor produk baja Indonesia melakukan sejumlah tindakan
galvalume menilai Indonesia telah bersikap untuk melindungi industri baja dalam negerinya
diskriminatif karena mengecualikan Vietnam dari adanya ancaman kerugian serius yang
dari 120 negara berkembang yang diloloskan diakibatan oleh adanya perdagangan bebas
dari pengenaan Bea Masuk Tindakan mengigat kegiatan impor dapat selalu
Pengamanan atas impor baja galvalume merugikan industri dalam negeri baik yang
tersebut. dilakukan secara tidak jujur seperti praktik
tindakan dumping dan tindakan subsidy,
Pada tanggal 18 September 2015 Vietnam maupun yang dilakukan secara jujur tetapi
meminta kepada Badan Penyelesaian Sengketa menyebabkan lonjakan impor yang tidak wajar.
DSB WTO untuk membentuk Panel karena Tindakan yang dapat dilakukan untuk
upaya penyelesaian sengketa melalui konsultasi mengantisipasi produk dumping dan produk
tidak dapat menyelesaikan perselisihan. bersubsidi adalah dengan bentuk pengenaan bea
Sehingga pada pertemuan tanggal 28 masu impor tambahan yaitu Bea Masuk Anti
September 2015, Badan Penyelesaian Sengketa Dumping (BMAD) dan Bea Masuk Imbalan
WTO membentuk Panel sesuai dengan Pasal atau Countervailing Duties (CVD). Sedangkan
9.1 Understanding on Rules and Procedures tindakan pemulihan perdagangan untuk
Governing the Settlement of Disputes (DSU) mengendalikan dampak impor yang melonjak
untuk memeriksa perselisihan ini. adalah tindakan pengamanan (safeguard)
berupa bea masuk tambahan dan pembatasan
III. Hasil dan Pembahasan impor.
Sebagai bahan baku utama bagi industri Pada tanggal 12 Desember 2012, PT
manufaktur dan bahan pembangunan BlueScope Steel dan PT Sunrise Steel yang
infrastruktur, konsumsi baja Indonesia terus merupakan industri baja galvalume di dalam
mengalami peningkatan. Sejak tahun 2013, negeri mengajukan permohonan kepada Komite
kebutuhan konsumsi baja Indonesia rata-rata 6- Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI)
8 juta ton per tahun dengan tren pertubuhan 5- untuk melakukan penyelidikan terkait adanya
8% setiap tahunnya. peningkatan impor baja galvalume yang
menyebabkan kerugian bagi Industri baja
Nilai impor besi baja Indonesia periode
galvalume dalam negeri. Dasar pengajuan
2008-2012 cukup fluktuatif. Data Direktorat
permohonan tersebut adalah bahwa terjadi
Industri Material Dasar Logam menunjukkan
lonjakan impor selama periode 2008-2012
bahwa pada periode 2008-20012 impor baja
untuk produk baja galvalume. Selain itu, harga
Indonesia secara keseluruhan mengalami tren
jual produk baja galvalume impor di pasar
peningkatan sebesar 4.43% per tahun. Pada
domestik lebih rendah jika dibandingkan
tahun 2008 nilai impor baja Indonesia sebesar
dengan total biaya operasional baja galvalume
US$10 juta. Namun pada tahun 2009 nilai
domestik sehingga produsen dalam negeri
impor baja turun menjadi US$ 6 juta akibat
mengalami penurunan keuntungan.
dampak krisis global, kemudian meningkat di
tahun 2012 mencapai US$13 juta. Setahun Pada bulan Juli 2014, Pemerintah
kemudian nilai impor baja mengalami Indonesia melalui Kementerian Keuangan
penurunan kembali menjadi US$12.5 juta. Republik Indonesia mengeluarkan Putusan

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 6


Kementerian Keuangan Nomor
137.1/PMK.011/2014 tentang Pengenaan Bea
Masuk Tindakan Pengamanan (PMK) Terhadap Gugatan Vietnam Terahadap Indonesia di
Impor Produk Canai Lantaian Dari Besi Atau WTO
Baja Bukan Paduan. Pengenaan Bea Masuk ini
Vietnam yang merupakan salah satu negara
dikenakkan terhadap semua Produk asal impor
pengimpor utama produk baja galvalume ke
kecuali 120 negara berkembang yang
Indonesia merasa dirugikan atas dikenakannya
dikecualikan dalam daftar yang tercantum
BMTP terhadap produk baja mereka. Vietnam
dalam PMK tersebut.
menilai Pemerintah Indonesia telah bersikap
Kebijakan ini diambil berdasarkan diskriminatif karena mengecualikan impor baja
remomendasi Kementerian Perdagangan atas galvalume asal Vietnam dari pembebasan bea
ditemukannya ancaman kerugian serius akibat masuk besi baja yang berlaku bagi 120 negara
dari terjadinya lonjakan impor produk canai berkembang lain. Vietnam mengklaim bahwa
lantaian dari besi atau baja bukan paduan tindakan pengamanan perdagangan yang
berdasarkan hasil penelitian Komite diterapkan Indonesia tidak sesuai dengan:
Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI).
1. Article I:I, GATT
Dampak Kebijakan Indonesia Terhadap 2. Article XIX:1 (a), GATT
Impor Baja Galvalume Asal Vietnam 3. Article XIX: (2), GATT
4. Articles 2.1 of the Agreement on
Impor Baja galvalume atau Lapis Safeguards
Alumuniun – Seng (BJLAS) meningkat sejak 5. Articles 3.1 of the Agreement on
tahun 2009 dan peningkatannya terus Safeguards
berlangsung hingga tahun 2013 dengan tren 6. Articles 4.1 (a), 4.1 (b), 4.1 (c) of the
sebesar 55,5% setiap tahun. Sementara Agreement on Safeguards
peningkatan impor tertingginya terjadi di tahun 7. Articles 4.2 (a), 4.2 (b), 4.2 (c) of the
2010, yang naik signifikan mencapai 145,2% Agreement on Safeguards
dari tahun sebelumnya. Sejak dikenakannya 8. Articles 12.2, dan Articles 12.3 of the
BMTP atas impor BJLAS di tahun 2013, impor Agreement on Safeguards
BJLAS memperlihatkan penurunan yang
berarti. Selama satu tahun berlakunya BMTP Pada tahun 2015, Vietnam meminta
tersebut, impor BJLAS telah berhasil ditekan konsultasi dengan Indonesia berdasarkan Pasal
hingga menjadi 225,570 ton atau turun 30,0% 1 dan 4 Understanding on Rules and
dibanding impornya di tahun lalu yang Procedures Governing the Settlement of
mencapai 321,896 ton. Disputes (DSU), Pasal XXII General
Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan
Sebelum diberlakukannya Bea Masuk Pasal 14 Perjanjian Safeguards atas pengenaan
Tindakan Pengamanan (BMTP) pada tahun Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP)
2013 jumlah impor yang berasal dari Vietnam terhadap impor baja mereka.
adalah sebesar 203,638 Metrik Ton. Setelah
diberlakukannya BMTP pada tahun 2014 Konsultasi diadakan antara Indonesia dan
berdasarkan Putusan Menteri Keuangan Nomor Vietnam pada 28 Juli 2015 namun konsultasi-
137.1/PMK.011/2014, impor baja galvalume konsultasi itu gagal menyelesaiakan
9
Vietnam menurun menjadi 175,462 Metrik perselisihan. Sehingga pada tangga 17
Ton. Dan menurun lagi secara signifikan pada September 2015 Vietnam meminta kepada
periode Semester 1 2015 menjadi 1,550 Metrik Badan Penyelesain Sengketa WTO untuk
Ton. Dan terus mengalami penurunan pada membentuk Panel sesuai dengan Pasal 4.7 dan
Semester 2 tahun 2015 menjadi 108 Metrik
Ton.

9
Indonesia-Safeguard on Certain Iron or Steel Products
(report of the Panel)

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 7


Pasal 6 DSU, Pasal 14 Perjanjian Pengamanan, Elena Reyes de la Torre11 yang merupakan
dan Pasal XXIII GATT 1994.10 anggota Dewan Penasihat untuk Praktek
Perdagangan Internasional Kementerian
Vietnam meminta kepada Panel untuk Ekonomi. Dia juga merupakan bagian dari
menemukan bahwa Bea Spesifik yang daftar ahli yang ditunjuk oleh Pemerintah
dikenakkan Indonesia diterapkan secara tidak Meksiko untuk berpartisipasi sebagai panelis
konsisten dengan Perjanjian Pengamanan dalam prosedur penyelesaian sengketa untuk
(Agreement on Safeguard) karena Indonesia Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan
tidak memberikan penjelasan yang memadai untuk panel bi-nasional di bawah bab XIX dari
mengenai fakta-faka pendukung indikator NAFTA. Para ahli yang dipilih sebagai anggota
kerugian serius yang dialami Indonesia dan antara lain; Mr Jose Perez Gabilondo dan Mr
hubungan logis antara lonjakan impor dengan Guillermo Valles. Negara-negara yang turut
kerugian serius dalam menerapkan Tindakan berpartisipasi sebagai pihak ketiga di antaranya:
Pengamanan. Vietnam menganggap kondisi Australia, Chile, China, the European Union,
darurat menurut Pasal XIX GATT tidak India, Japan, Korea, the Russian Federation,
terpenuhi karena Indonesia tidak memberikan Ukraine, and the United States.12
data terbaru atau yang relevan pada saat
menerapkan Bea Masuk Tindakan Panel memulai pekerjaannya lebih lama
Pengamanan. Vietnam juga menganggap dari yang direncanakan karena kendala staf
Indonesia tidak mematuhi Pasal 12.1 WTO dalam Sekretariat WTO.13 Persidangan dengan
untuk memberikan notifikasi sebelum para pihak yang bersengketa berlangsung pada
diberlakukannya Bea Masuk. tanggal 5 Oktober 2016, dan melakukan
persidangan dengan pihak ketiga pada tanggal 6
Sebagai gugatan alternatif, Vietnam dan Oktober 2016. Panel menyampaikan
Taiwan mengajukan gugatan bahwa dalam hal laporannya (interim report) kepada para pihak
apapun bea spesifik yang diterapkan Indonesia pada tanggal 5 April 2017.
bertentangan dengan kewajiban Indonesia di
bawah Pasal 1:1 GATT 1994 sejauh ia terapkan Temuan Panel
bertentangan dengan Prinsip Most-Favored
Nation atas impor galvalume karena diterapkan Panel menemukan bahwa Indonesia tidak
secara diskriminatif. memiliki konsesi tarif di bawah perjanjian
WTO yang dapat ditangguhkan, atau
Mekanisme Penyelesaian Sengketa dimodifikasi untuk mencegah adanya kerugian
Perdagangan Impor Baja Galvalume Antara serius atau ancamana keruian serius yang
Indonesia dan Vietnam di WTO diakibatkan oleh impor.

WTO Membentuk Panel Pembukaan Perjanjian Pengamanan


(Agreement on Safeguard) mensyaratkan bahwa
Pada pertemuan tanggal 28 September penerapan Tindakan Pengamanan harus sesuai
2015 panel membentuk panel atas permintaan dengan perjanjian yang sudah diatur
Vietnam sesuai dengan Pasal 9.1 sebelumnya pada GATT 1948 di mana Pasal
Understanding on Rules and Procedures XIX GATT menyatakan bahwa apabila terjadi
Governing Settlement of Disputes (DSU). Panel peningkatan yang tidak terkendali akibat
yang dibentuk pada pertemuan 28 September adanya impor yang merugikan atau
2015 akan memeriksa kasus yang ada pada
dokumen DS490. Pada 1 Desember 2015,
11
Vietnam meminta kepada Direktur Jenderal Luz Elena Reyes de la Torre has over 20 years of
WTO untuk menentukan susunan panel. Pada professional experience in international trade disputes,
tanggal 9 Desember 2015 WTO menentukan both in the private and public sector; she has also
conducted studies on the competitive position of
susunan panel ahli yang diketuai oleh Ms Luz production sectors facing international competition while
garnering that experience.
12
Ibid. Hlm 11
10 13
Permintaan Vietnam untk Pembentukan Panel, Komunikasi dari Panel (diedarkan pada 13 Juni 2016),
WT/DS496/3 (Viet Nam’s panel request). WT/DS490/4 WT/DS496/5.

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 8


membahayakan produk sejenis yang secara memperbaiki kerugian industri dalam negeri
langsung bersaing, maka negara tersebut berhak dengan cara yang seharusnya tidak
untuk menangguhkan, menarik diri atau bertentangan dengan larangan penerapan
memodifikasi, ketentuan yang menghalanginya pembatasan-pembatasan kuantitatif dalam Pasal
untuk melakukan pemulihan sejauh yang tersebut. Penangguhan kewajiban-kewajiban
diperlukan untuk mengatasi kerugian tersebut. Anggota yang memungkinkan untuk
Dalam teks tersebut jelas bahwa tindakan menyesuaikan kembali keseimbangan dalam
pemulihan semacam itu harus mengakibatkan tingkat konsesi antara Anggota dan Anggota
penangguhan, penarikan atau modifiakasi pengekspor lainnya untuk mencegah kerugian
terhadap perjanjian GATT sejauh yang serius.14 Dengan tidak adanya kewajiban yang
diperlukan untuk tujuan pemulihan. menghalangi negara Anggota untuk melakukan
perbaikan, jelas tidak perlu bagi Anggota
Tafsiran Panel atas Pasal XIX GATT untuk tersebut dibebaskan dari komitmen WTO.
menerapkan Tindakan Pengamanan adalah
bahwa adanya penangguhan, penarikan, atau Berdasarkan temuan Panel dalam kasus
modifikasi terhadap kewajiban dan konsesi Dominican Republic – Safeguard Measures
GATT yang menghalangi anggotanya untuk menyatakan bahwa Anggota WTO dapat
menerapkan tindakan pemulihan sejauh yang menangguhkan kewajiban GATT, asalkan telah
diperlukan untuk mencegah atau memperbaiki menunjukkan bahwa dampak dari kewajiban
kerugian serius. Panel menemukan bahwa Bea atau konsesi ini menyebabkan kerugian pada
Masuk Tindakan Pengamanan yang diterapkan industri dalam negeri.
Indonesia gagal memenuhi persyaratan tersebut
karena penerapan BMTP tersebut tidak Seperti dijelaskan di atas, Indonesia tidak
menangguhkan, menarik, atau memodifikasi memiliki kewajiban tarif yang mengikat
kewajiban GATT untuk tujuan memperbaiki sehubungan dengan galvalume dalam Daftar
atau mencegah kerugian serius akibat impor. Konsesi WTOnya (Schedules of concessions on
goods). Hal ini berarti bahwa, ssejauh
Dalam kasus impor baja galvalume ini, berdasarkan kewajibannya berdasarkan Pasal II
Indonesia tidak memiliki konsesi tarif yang GATT 1994, Indonesia bebas memberlakukan
mengikat (bounding tariff obligation) atas sejumlah bea masuk yang dianggap sesuai pada
impor baja galvalume dalam konsesi WTO nya. impor galvalume, termasuk bea masuk yang
Dengan tidak adanya kewajiban yang diterapkan melalui pengoperasian PMK No.
mencegah Anggota untuk melakukan 137.1/PMK.011/2014. Memang, setelah
pemulihan, maka jelas tidak perlu bagi Anggota diberlakukannya bea spesifik yang
tersebut dibebaskan dari komitmen WTO dan dipermasalahkan, Indonesia secara sepihak
oleh karena itu tidak adanya “yang disesuaikan menaikkan tingkat kewajiban ad volarem MFN
selama waktu yang diperlukan.” pada impor galvalume dari 12,5% menjadi
20%.15 Dengan demikian, kewajiban Indonesia
Dalam Appellate Body Report kasus berdasarkan Pasal II GATT 1994 tidak
Argentina – Footwear (EC) misalnya, Panel menghalangi penerapan bea spesifik impor
menafsirkan bahwa hanya tindakan-tindakan galvalume, yang menyiratkan bahwa bea
yang menangguhkan, menarik, memodifikasi spesifik tersebut tidak menangguhkan, menarik,
kewajiban atau konsesi GATT yang membuat atau memodifikasi kewajiban Indonesia
suatu Anggota merasa perlu untuk jangka berdasarkan Pasal II 1994.
waktu tertentu melepaskan diri dalam rangka
untuk melakukan tindakan yang perlu untuk Setelah persidangan substantif kedua,
mencegah atau memperbaiki kerugian serius Indonesia menyampaikan bahwa kewajiban-
yang akan merupakan “ Tindakan Safeguard”. kewajiban tarif 0% atas impor galvalume yang
Misalnya, di mana semua persyaratan untuk dikenakkan di bawah Kerja Sama Perdagangan
pengenaan tindakan Safeguard telah terpenuhi,
Pasal XI GATT 1994 untuk jangka waktu 14
Appellate Body Report, Argentina – Footwear (EC),
tertentu dan membatasi volume impor ke hal. 93-94
tingkat tertentu yang mencegah atau 15
Peraturan Menteri Keuangan RI No.97/PMK.010/2015

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 9


Regional seperti ATIGA (ASEAN Trade In ditentukan dalam pasal XIX:1 yaitu
Goods Agreements Indonesia berpendapat, menangguhkan, melepaskan diri, atau
“penerapan tarif preferensial berdasarkan FTA memodifikasi kewajiban-kewajiban GATT
Indonesia mengakibatkan Indonesia tidak yang relevan untuk tujuan memperbaiki
mampu untuk melawan peningkatan impor.16 kerugian serius. Hal ini akan berbeda apabila
Konsesi ini yang menyebabkan Indonesia untuk Indonesia menerapkan Pembatasan Kuantitatif
“meningkatkan tarifnya”. Dengan demikian, dalam penerapan instrumen safeguardnya
Indonesia mendalilkan bahwa pengenaan bea karena pembatasan kuantitatif akan
spesifik atas impor galvalume yang berasal dari menangguhkan kewajibannya berdasarkan
negara-negara termasuk mitra RTA-nya berarti Pasal XI GATT tanpa perlu adanya kewajiban
bahwa “kewajiban GATT ditangguhkan adalah tarif yang mengikat dalam menerapkannya.
pengecualian berdasarkan Pasal XXIV GATT
yang mengatur bahwa anggota dapat Indonesia menyampaikan bahwa
membentuk suatu kesatuan regional konsekuensi dari temuan bahwa bea spesifik
perdagangan bebas.” tersebut bukanlah merupakan Tindakan
Pengamanan maka keseluruhan klaim
Panel menolak klaim tersebut karena Pasal penggugat berdasarkan Perjanjian Pengamanan
XXIV GATT tidak memberikan kewajiban harus ditolak. Para Penggugat menolak
kepada Indonesia untuk menerapkan tingkat implikasi dalam hal ini, namun demikian
tarif tertentu atas impor galvalume dari negara meminta agar pokok klaim mereka berdasarkan
mitra RTA-nya. Pasal XXIV tidak mengenakan Perjanjian Pengamanan sepenuhnya
kewajiban apappun untuk masuk ke dalam diselesaikan untuk mendapat “solusi positif
perjanjian perdagangan bebas (FTA) atau terhadap perselisihan ini.
memberikan suatu tingkat akses pasar terhadap
mitra FTA melalui pembatasan tarif. Kewajiban Panel menanggapi bahwa oleh sebab bea
Indonesia untuk mengenakan tarif 0% atas spesifik yang dipermasalahkan bukanlah
impor galvalume dari negara mitra dagangan Tindakan Pengamanan dalam pengertian Pasal
ASEAN-nya ditetapkan dalam Perjanjian 1 Agreement on Safeguard, maka jelas bahwa
Perdagangan Barang ASEAN, sehingga klaim tidak ada dasar hukum untuk klaim-klaim
Indonesia ditolak karena tingkat tarif penggugat berdasarkan Perjajian Pengamanan
preferensial tidak ditentukan dalam Pasal XXIV (dan juga Pasal XIX: 1 (a) dan XIX: 2 GATT
melainkan dalam Perjanjian Perdagangan 1994). Maka Panel mengabaikan keseluruhan
Barang ASEAN. Dengan kata lain, komitmen klaim tersebut.
tarif 0% diterapkan berdasarkan komitmen FTA
Pada 19 September 2017, Indonesia
masing-masing, bukan dalam perjanjian WTO.
memperpanjang Bea Masuk Tindakan
Oleh karena itu, tidak ada dasar untuk
Pengamanan (BMTP) melalui PMK Nomor
pernyataan Indonesia bahwa Pasal XXIV dari
130/PMK.010/2017 untuk jangka waktu dua
GATT 1994 menghalangi pemerintahnya untuk
tahun. Dengan besaran tarif Rp 2,891,858 per
menaikkan tarif impor galvalume.17
ton untuk periode pertama yang mulai berlaku
Panel menegaskan bahwa bea spesifik yang sejak 3 Oktober 2017 hingga 2 Oktober 2018,
diterapkan Indonesia bukanlah tindakan dan Rp 2,186,030 per ton untuk periode kedua
safeguard sebagaimana yang dimaksud dalam sejak 3 Oktober 2018 hingga 2 Oktober 2019.
pengertian dari Pasal 1 Agremeent on
Keputusan perpanjangan Bea Masuk
safeguard, karena Indonesia gagal memenuhi tersebut dilakukan Indonesia berdasarkan petisi
persyaratan untuk menerapkan Tindakan
yang diajukan oleh Industri Dalam Negeri pada
Pengamanan yang sebagaimana yang
bulan Desember 2016. PT NS BlueScope
Indonesia dan PT Sunrise Steel menyampaikan
16
Komentar-komentar umum Indonesia atas tanggapan- bahwa industri baja galvalume dalam negeri
tanggapan para penggugat atas pertanyaan Panel setelah masih membutuhkan jangka waktu untuk
sidang kedua dengan Panel, para 8
17
Panel Report, Indonesia – SAFEGUARD ON
CERTAIN IRON OR STEEL PRODUCTS

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 10


melakukan penyesuaian struktural. 18 Kedua Putusan dan Rekomendasi Badan Banding
perusahaan baja galvalume tersebut (Appellate Body)
menyampaikan dalam petisinya bahwa
meskipun kedua perusahaan telah berupaya Dalam notifikasi yang dikirimkan Badan
melakukan efisiensi biaya produksi namun Banding WTO (Appellate Body) kepada
kedua perusahaan masih kesulitan untuk Pemerintah Indonesia melalui Dokumen Nomor
bersaing dengan produk baja impor karena DS490/AB/R dan DS496/AB/R pada tanggal
harga jual yang masih sangat rendah. Selain itu 15 Agustus 2018. Badan Banding memperkuat
ada indikasi bahwa baja impor tersebut masuk temuan dari Laporan Panel bahwa bea spesifik
melalui praktik circumvention (Pengalihan bea spesifik yang diteapkan Indonesia bukanlah
nomor Harmonized System/kode pos tarif) yaitu merupakan Tindakan Pengamanan sebagaimana
dengan mengalihkan kode HS dari baja karbon yang ditentukan dalam Perjanjian WTO Pasal 1
ke baja paduan yang dilakukan dengan cara Agreement on Safeguard.19 Indonesia
menambah sedikit unsur paduan seperti boron dinyatakan melanggar kewajibannya
atau chronium ke dalam baja, sehinga baja berdasarkan prinsip Most-Favored Nation
tersebut dapat dikategorikan sebagai baja (MFN) di bawah Pasal 1:1 GATT 1994 karena
paduan. menerapkan Bea Spesifik secara diskriminatif
dengan mengecualikan 120 negara berkembang
Faktor yang disampaikan industri dalam dari pengenaan Bea Masuk tersebut.
negeri atas permohonan perpanjangan
pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Pengecualian 120 negara berkembang dari
(BMTP) yaitu (i) masih terjadi peningkatan pengenaan BMTP bisa saja dinilai sebagai
impor dari RRT dengan harga yang semain pengangguhan terhadap kewajiban Indonesia
murah; (ii) peningkatan kapasitas di negara- berdasarkan Prinsip MFN Treatment di bawah
negara ekportir utama baja galvalume; (iii) Pasal 1:1 GATT 1994, namun pengecualian ini
pengenaan trade remedies (tindakan tidak terlihat dilakukan untuk mencegah atau
pengamanan perdagangan) dari negara-negara memperbaiki kerugian serius terhadap industri
lain atas produk baja galvalume dari negara- dalam negerinya. Sebalinya, pengecualian ini
negara eksportir utama baja galvalume ke lebih berupa aspek tambahan dalam penerapan
Indonesia. Tindakan Pengamanan yang mana ditargetkan
untuk perlakuan Khusus dan Berbeda kepada
Selain itu, menurut Pemohon (Industri negara-negara berkembang.
Dalam Negeri), terdapat perusahaan-perusahaan
di Vietnam yang melakukan ekspansi untuk Badan Banding mendukung putusan Panel
menambah kinerja impornya. Ketika pangsa bahwa prinsip yang dilakukan Indonesia
pasar negara-negara tersebut terhambat, negara- sehubungan dengan impor produk galvalume
negara eksportir utama tersebut akan kembali dari Vietnam bukanlah merupakan Tindakan
melakukan impor ke Indonesia apabila Pengamann produk dalam negeri yang
pengenaan BMTP dihentikan. diizinkan WTO. Badan Banding menolak
argumen Indonesia bahwa upaya Indonesia
Pada tanggal 28 September 2017, dalam melindungi Industri dalam negerinya
Indonesia mengirim notifikasi kepada Dispute merupakan Tindakan Pengamanan sebagaimana
Settlement Body mengenai keputusannya untuk yang telah diatur dalam Perjanjian Pengamanan
mengajukan banding kepada Appellate Body (Agreement on Safeguards).
WTO untuk interpretasi masalah-masalah
hukum tertentu dalam laporan Panel. Pada 3 Untuk itu Badan Banding
Oktober 2017, Vietnam juga menyampaikan merekomenasikan Indonesia untuk membawa
keputusannya kepada DSB untuk mengajukan tindakan yang dipermasalahkan dalam sengketa
Banding (cross-appeal). perdagangan ini kepada penyesuaian dan
konsisten terhadap Pasal 1:1 GATT 1994,
18
Diunduh dari
19
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2017/130~PM http://www.fratinivergano.eu/en/trade-
K.010~2017Per.pdf perspectives/issue-number-16-7th-september-2018/

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 11


sesuai dengan kewajibannya berdasarkan adanya impor, suatu negara diperkenankan
Perjanjian tersebut. untuk mengambil tindakan yang diperlukan
untuk melindungi produsen dalam negeri dari
Pada tanggal 16 September 2018, adanya kerugian serius atau pun ancaman
Indonesia mengirimkan notifikasi kepada kerugian serius yang berpotensi merusak
Dispute Settlement Body mengenai niatnya industri dalam negerinya. Tindakan tersebut
untuk mematuhi keputusan Panel dan meminta dapat berupa pembatasan kuantitatif terhadap
jangka waktu untuk mengimplementasikan impor produk tertentu atau pun melalui
rekomendasi dari DSB dalam kasus sengketa peningkatkan tarif. Tindakan untuk melindungi
ini. merujuk pada article 21.3(b) produsen dalam negeri tersebut yaitu tindkan
Understanding on Rules and Procedures Anti-Dumping, Anti-Subsidy, dan tindakan
Governing the Settlement of Disputes (DSU), Safeguards. Hampir sama dengan tuduhan
Indonesia dan Vietnam menyetujui jangka pemberian subsidi oleh pihak produsen
waktu akan berakhir pada 27 Maret 2019 atau udang di Amerika Serikat yang tergabung
selama enam bulan setelah putusan Badan kedalam koalisi yaitu COGSI yang merasa
Penyelesaian Sengketa (DSB). mengalami tindakan unfair trade dan
merupakan tindakan yang keliru yang
Pada tanggal 22 Maret 2019, Indonesia
mengganggu perdagangan khususnya
menghentikan pengenaan Bea Masuk Tindakan
komuditas udang antara AS dan Indonesia dan
Pengamanan (BMTP) melalui Surat Putusan
negara-negara lain yang tertuduh, karena tidak
Menteri Keuangan Nomor 26/PMK.010/2019.
hanya merugikan pihak produsen udang di
IV. Kesimpulan Indonesia tetapijuga merugikan para
konsumen AS yang membutuhkan
WTO sebagai rezim internasional memiliki pasokan udang, namun dalam kasus ini lebih
tiga fungsi utama diantaranya yaitu, pertama, muda sebab penyelesaian persengketaan yang
sebagai suatu perangkan perdagangan. Kedua, dilakukan kedua negara belum sampai
sebagai forum atau wadah bagi anggotanya ketingkat WTO, tetapi masih dalam
untuk melakukan perundingan terkait kerjasama penyelesaian di tingkat bilateral yaitu
perdagangan. Ketiga, sebagai forum melakukaninvestigasi terlebih dahulu oleh
penyelesaian sengketa perdagangan bagi otoritas AS. Investigasi yang berjalan di
negara-negara anggotanya. Indonesia membuat pemerintah Indonesia
berkoordinasi terhadap pihak-pihak yang
Keberadaan WTO sebagai suatu organisasi terkait untuk melakukan dilpomasi perdagangan
internasional memiliki peran yang penting terhadap pemerintah AS.20
dalam lalu lintas perdagangan internasional.
Harapannya, setiap negara akan mendapatkan Untuk menerapkan tindakan tersebut suatu
manfaat dari adanya perdagangan internasional. negara melalui otoritasnya masing-masing
Adapun yang menjadi tujuan dari proses harus melakukan penyelidikan terlebih dahulu
interaksi ini pada umumnya adalah agar terhadap produk impor yang secara langsung
masing-masing negara memiliki kesempatan bersaing dengan produk domestik yang diduga
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri bagi menyebabkan kerugian terhadap produk
negaranya. industri dalam dalam negeri.
Namun pada prakteknya, tidak mudah Indonesia sebagai salah satu produsen baja
untuk menerapkan aturan-aturan yang menjadi berupaya melindungi industri dalam negerinya
kesepakatan dalam WTO, sehingga dari ancaman kerugian serius akibat produk
kemungkinan penyimpangan dalam proses impor yang membanjiri pasar dalam negeri.
liberalisasi yang menekan posisi industri dalam
negeri sangat rentatn terjadi, terutama bagi 20
Pazli, P., & Rahman, M. K.
negara-negar berkembang. (2014). Persengketaan Perdagangan antara
Indonesia dan Amerika Serikat dalam Ekspor
Berdasarkan Pasal XIX GATT 1994, Udang ke Amerika Serikat Tahun 2010-
apabila terjadi kerugian yang disebabkan oleh 2013 (Doctoral dissertation, Riau University).

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 12


Mengingat peran industri baja yang sangat Bandan Banding merekomendasikan Indonesia
strategis sehingga penting bagi Indonesia untuk untuk membawa Tindakan yang
melindungi produsen domestiknya dari dipermasalahkan dalam sengketa ini kepada
ancaman kebangkrutan. Sehingga pada tahun penyesuaian dan konsisten terhadap Pasal 1:1
2014, Indonesia mengenakkan Bea Masuk GATT 1994, seusai dengan kewajibannya
Tindakan Pengamamanan (BMTP) terhadap berdasarkan Perjanjian tersebut.
impor produk galvalume setelah melakukan
penyelidikan melalui otoritas yang berwenang Pada tanggal 22 Maret 2019, Indonesia
yaitu Komite Pengamanan Perdagangan menghentikan pengenaan Bea Masuk Tindakan
Indonesia (KPPI). Penyelidikan ini dilakukan Pengamanan (BMTP) melalui Surat Putusan
oleh otoritas yang berwenang melakukan Menteri Keuangan Nomor 26/PMK.010/2019.
penyelidikan perdagangan di Indonesia yaitu
Berdasarkan persengketaan ini dapat dilihat
melalui Komite Pengamanan Perdagangan
bahwa WTO berperan sebagai mediator yang
Indonesia (KPPI).
menyediakan forum bagi anggotanya untuk
Tindakan Pengamanan yang diterapkan menyelesaikan perselisihan. Dalam kasus
Indonesia dilakukan berdasarkan Tindakan Indonesia – Safeguard on Certain Iron and
Pengamanan yang diizinkan oleh WTO melalui Steel Producst ini, WTO membentuk suatu
Agreement on Safeguards. Namun pada tahun Panel Ahli untuk mengkaji apakah Tindakan
2015, Vietnam yang merupakan pengimpor Indonesia yang dipersengketakan dalam
utama Baja Galvalume ke Indonesia merasa Gugatan ini merupakan Tindakan Pengamanan
dirugikan oleh adanya tindakan ini karena sebagaimana yang diizinkan WTO dalam
Indonesia mengecualikannya dari 120 negara Agreement on Safeguards.
berkembang lain yang dibebaskan dari
Tindakan kedua negara yang
pengenaan BMTP. Vietnam menilai Indonesia
mempercayakan penyelesaian sengketanya
bersikap diskriminatif dan melanggar Prinsip
melalui suatu rezim perdagangan internasional
Most-Favored Nation berdasarkan Pasal 1:1
sesuai dengan pandangan Neoliberalisme yang
GATT 1994 karena Indonesia tidak
memberikan fokus pada peranan institusi dan
memberikan keuntungan, kelebihan, ataupun
organisasi dalam politik internasional.
privilesi yang sama terhadap semua Anggota
Perspektif Neoliberalisme mempercayai bahwa
WTO.
negara bukanlah satu-satunya aktor yang
Pada tanggal 28 September 2017, berperan dalam Hubungan Internasional. Dalam
Indonesia mengajukan banding kepada Badan hal ini terbukti bahwa suatu organisasi
Banding WTO (Appellate Body) untuk internasional yang bersifat independen dapat
mengkaji masalah-masalah hukum tertentu dan turut berperan dalam penyelesaian sengketa
interpretasi hukum tertentu dalam Laporan internasional antar negara.
Panel.
Dalam notifikasi yang dikirimkan Appellate
V. Referensi
Body pada tanggal 15 Agustus 2018 melalui
Dokumen Nomor DS/490/AB/R, Appellate Jurnal
Body mendukung temuan Panel bahwa Bea
Spesifik yang dipermasalahkan dalam sengketa Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5
ini bukanlah merupakan Tindakan Pengamanan No. 1 Juli 2011
yang sesuai dengan Perjanjian WTO Pasal 1
Agreement on Safeguard. Indonesia dinyatakan Fransico, Danestio, Dampak Ekspor Buah
bersalah karena melanggar kewajibannya Manggis Indonesia Ke Vietnam Terhadap
berdasarkan Prinsip Most-Favored Nation Indonesia Tahun 2011-2014. JOM FISIP
karena Bea Spesifik tersebut diterapkan secara Vol. 5 No, 1 April 2018
diskriminatif dengan memberikan keuntungan Hartati, Septina, Analisis Strategi PT Krakatau
terhadap 120 negara berkembang yang Steel Dalam Menghadapi Persaingan
dikecualikan dari penerapan BMTP. Untuk itu

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 13


Produk Baja, Universitas Gadjah Mada, opini/TheGrowthOfNationalSteelIndustr
2014 y.pdf
H.S. Kartadjoemana, GATT dan WTO: Sistem, Thor B. Sinaga, Efektifitas Peran dan Fungsi
Forum dan Lembaga Internasional di WTO Dalam Penyelesaian Sengketa
Bidang Perdagangan. Jakarta: UI Press Perdagangan Internasional, Lex et
Societatis, Vol. II No. 8 September 2014
Jamilus, Analisis Fungsi dan Manfaat WTO
Bagi Negara Berkembang (Khususnya Wati, Diah Dini, Motivasi Indonesia
Indonesia), Pusat Peneltian dan Menerapkan Kebijakan Anti Dumping
Pengembangan Hukum, JIKH Vol. 11 No. 2 Terhadap Impor Baja Cold Rolled Coil
Juli 2017 (CRC) Jepang Tahun 2013, JOM FISIP No.
2 VOL. 2
Oktaviano, Aditya, Peran WTO Dalam
Menyelesaikan Sengketa Perdagangan Buku
Daging Sapi Antara Amerika-Indonesia,
JOM FISIP No. 2 Vol. 4 Adolf, Huala. 1998. Hukum Ekonomi
Internasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Pelawi, Freddy Josep, artikel Persada)
“PENYELESAIAN SENGKETA WTO DAN ----------------. 2005. Hukum Perdagangan
INDONESIA”. Jurnal Departemen Internasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo
perdagangan Republik Indonesia Persada)
Rahatesa, Quentaa, Peran WTO Dalam Bakry, Umar Suryadi. 2015. Ekonomi Politik
Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional, (Yogyakarta: Pustaka
Terhadap Ekspor Apel Selandia Baru- Pelajar)
Australia, JOM FISIP No. 2 Vol. 4
Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI)
Samuel, Richard, Gugatan Vietnam Kepada Tahun 2012
Indonesia Terkait Safeguards Produk Canai Budiarjo, Miriam, 2002.Dasar-Dasar Ilmu
Lantaian dari Besi atau Baja Bukan Politik.Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Paduan, JURNAL HUKUM No. 2 Vol. 4 Utama.
Suhardi, Peran WTO Dalam Pembentukan Christhiohorus Barutu. 2015. Seni Bersengketa
Peraturan Perdagangan Internasional, di WTO, (Bandung: PT Citra Aditya
Jurnal Hukum Pro Justisia Bakti)
Sutrisno, Nandang, Efektifitas Ketentuan- Halwani, Tjiptorerijanto. 1993. Perdagangan
ketentuan World Trade Organization Internasional: Pendekatan Ekonomi
Tentang Perlakuan Khusus dan Berbeda Mikro dan Makro, (Jakarta: Ghalia
Bagi Negara Berkembang: Implementasi Indonesia)
Dalam Praktek dan Penyelesaian Sengketa, Mas’oed Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan
JURNAL HUKUM NO EDISI KHUSUS Internasional: Disiplin dan Metodologi,
VOL. 16 OKTOBER (Jakarta: LP3ES)
_____________, Memperkuat Sistem Hukum Laporan Kemendag. 2015. Analisis Kebijakan
Remedi Perdagangan, Melindungi Industri Pengamanan Perdagangan Produk
Dalam Negeri, JURNAL HUKUM NO. 2 Besi Baja Nasional
VOL. 14 APRIL Plano Jack C, Robert E. Riggs. Helenan S
Robin. 1985. Kamus Analisa Politik,
Tambunan, Tulus, The Growth of National
(Jakarta: Rajawali Press)
Steel Industry. Diunduh dari:
http://www.kadinindonesia.or.id/endoc/ Purwito, Ali Muhammad. 2010. Kepabeanan
dan Cukai (Pajak Lalu Lintas Barang)

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 14


Konsep dan Aplikasi, Pusat Kajian Diakses dari
Fiskal FHUI. (Jakarta: Fakultas Hukum https://kemenperin.go.id/jawaban.php?id=3876
Universitas Indonesia) 7-37478
Rosdiana, Haula dan Edi Slamet Irianto. 2011. KETENTUAN IMPOR BESI ATAU BAJA,
Panduan Lengkap Tata Cara BAJA PADUAN, DAN PRODUK
Perpajakan di Indonesia. Jakarta: TURUNANNYA NOMOR 82/M-
Visimedia Pustaka. DAGPER/12/2016
Rosyidah, Rakhmawati. 2006. Hukum
Internasional dalam Era Global, KPPI, Laporan Akhir Hasil Penyelidikan Atas
(Bayumedia) Importasi Produk Canai Lantaian Dari Besi
Atau Baja Bukan Paduan Dengan Nomor HS.
Syahmin AK. 2007. Hukum Dagang 7210.61.11.00 Diakses dari
Internasional, (Jakarta: Raja Grafindo https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2014/137.
Persada) 1~PMK.011~2014Per.HTM
Sood, Muhammad. 2011. Hukum Perdagangan Marrakesh Agreement Establishing the World
Internasional. (Jakarta: Rajawali Press) Trade Organization”, diakses dari:
Tambunan, Tulus. 2001. Perdagangan http://www.wto.org/english/res_e/booksp_e/ana
Internasional dan Neraca Pembayaran. lytic_index_e/wto_agree_01_e.htm
(Jakarta: Pustaka LP3ES)
Panel Report, INDONESIA – SAFEGUARD ON
Yulianto, Syahyu. 2004. Hukum Anti Dumping IRON OR STEEL PRODUCTS, ADDENDUM
di Indonesia, Analisist dan Panduan WT/DS496/R
Praktis, (Jakarta: Galia Indonesia)
PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN
PENGAMANAN TERHADAP IMPOR
Website PRODUK CANAI LANTAIAN DARI BESI
ATAU BAJA BUKA PADUAN PMK
https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasam NOMOR 137.1/PMK.011/2014
a-multilateral/Pages/World-Trade-
Organization-(WTO).aspx Peraturan Menteri Keuangan Nomor
137.1/PMK.011/2014 Diakses dari
http://kppi.kemendag.go.id/search https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2014/137.
https://www.wto.org/english/tratop_e/dispu_e/c 1~PMK.011~2014Per.HTM
ases_e/ds496_e.htm Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri,
https://www.wto.org/english/news_e/news15_e Laporan Analisis Kebijakan Pengamanan
/safe_vnm_04sep15_e.htm Perdagangan Produk Besi Baja Nasional,
http://bppp.kemendag.go.id/media_content/201
http://kppi.kemendag.go.id/headlines/index/30/ 7/08/Analisis_Kebijakan_Pengamanan_Perdaga
KPPI%20Mulai%20Melakukan% ngan_Produk_Besi_Baja_Nasional.pdf

Dokumen Resmi
Agreement On Safeguard, Diunduh dari:
https://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/25-
safeg.pdf
Indonesia – Vietnam Joint Statement, Diakses
dari:https://treaty.kemlu.go.id/apisearch/pdf?fil
ename=VNM-2003-2004.pdf
KEMENPERIN, DATA EKPOR IMPOR BESI
BAJA HS CODE 7210 PERIODE 2009-2018,

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 15

You might also like