You are on page 1of 20

KANDAI

Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 167—186

PENERJEMAHANBENTUK METAFORA GRAMATIKAL


SEBAGAI INDIKATOR KESULITAN PENERJEMAHAN
TEKS SAINS DAN HUMANIORA
(Translating Grammatical Metaphors as A Difficulty Indicator inTranslating
Science and Humanities Texts)

Hero Patrianto
Balai Bahasa Jawa Timur
Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo 61252, Indonesia
pos-el: heropatrianto@gmail.com
(Diterima: 29 Februari 2016; Direvisi: 29 Agustus 2016; Disetujui: 5 Oktober 2016)
Abstract
This article aims to describe the comparison between science and humanities text
translations from English into Indonesian through the dimension of lexical difference. The
comparison is focused on the translations of grammatical metaphor forms in the source texts.
The forms of grammatical metaphor in the source texts are identified through the systemic
functional analysis. The translation of the grammatical metaphor forms in the target texts are
subsequently analyzed by using the choice network analysis to identify the lexical variation of
the target texts toward the source texts. The data are the clauses of the source and target texts.
The data sourcesare four English texts (two science texts and two humanities texts) and their
translations supplied by five translators. Based on the analysis, it has been found that the
number of grammatical metaphor forms in the humanities source text is higher than of science
source text. It has also been found that the lexical difference variation of the humanities target
text is higher than that of the science target text. Both findings simoultaneously indicate that
humanities texts are more difficult to translate that science texts.
Keywords: science text, humanities text, grammatical metaphor, lexical variation

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk memerikan perbandingan antara penerjemahan teks sains dan
humaniora dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia melalui dimensi perbedaan leksikal.
Perbandingan tersebut difokuskan pada penerjemahan bentuk metafora gramatikal yang ada
pada teks sumber. Bentuk metafora gramatikal pada teks sumber diidentifikasi dengan
menggunakan analisis fungsional sistemik. Terjemahan bentuk metafora gramatikal dalam teks
sasaran kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis jejaring pilihan untuk
mengidentifikasivariasi leksikal teks sasaran terhadap teks sumber. Data berupa klausa dari
teks sumber dan teks sasaran. Sumber data adalah empat teks berbahasa Inggris (dua teks
sains dan dua teks humaniora) dan terjemahan keempat teks sumber tersebut yang dilakukan
oleh lima penerjemah. Berdasarkan analisis ditemukan bahwa jumlah bentuk metafora
gramatikal pada teks sumber humaniora lebih besar daripada teks sumber sains. Ditemukan
pula bahwa variasi perbedaan leksikal teks sasaran humaniora lebih tinggi daripada teks
sasaran sains. Dua temuan tersebut bersama-sama menjadi indikasi bahwa teks humaniora
lebih sulit diterjemahkan daripada teks sains.
Kat-kata kunci: teks ilmiah, teks sains, teks humaniora, metafora gramatikal, variasi leksikal

167
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 167—186

PENDAHULUAN teks ilmiah selama ini masih melibatkan


teks ilmu pasti atau terapan (yang lazim
Pengkajian terhadap penerjemahan disebut teks sains). Salah satunya
teks ilmiah selama ini masih dikaitkan dicontohkan oleh Patrianto (2013).
erat dengan teks sains semata. Padahal, Dengan mengikuti langkah Palumbo
di samping teks sains, dalam dunia teks (2008), Patrianto menerapkan analisis
ilmiah, juga dikenal teks humaniora. jejaring pilihan (choice network
Dilthey (dalam Makkreel & Rodi, 1989) analysis) untuk melihat peran metafora
membagi jenis ilmu menjadi dua bagian gramatikal dalam teks sumber (TSu)
besar, ilmu alam dan humaniora. Ilmu terhadap variasi terjemahan pada teks
alam merupakan segala pengetahuan sasaran (TSa). Berdasarkan hasil analisis
tentang alam dan menjadi pengalaman data, Patrianto menemukan bahwa
eksternal manusia. Jenis ilmu ini juga variasi perbedaan struktural dalam TSa
dikenal dengan istilah ilmu pasti humaniora lebih tinggi daripada TSa
dan/atau ilmu terapan. Sementara itu, sains. Temuan tersebut mengindikasikan
pengetahuan yang berkaitan dengan bahwa, dari segi struktur, kesulitan
segala pengalaman internal manusia dalam menerjemahkan teks humaniora
disebut ilmu kemanusiaan, atau lebih lebih tinggi daripada menerjemahkan
lazim disebut ilmu humaniora. Dengan teks sains.
demikian, pelibatan teks humaniora Dalam menjelaskan peran
menjadi sangat penting dalam fenomena metafora gramatikal dalam
mendeskripsikan seluk-beluk penerjemahan penerjemahan teks ilmiah, Palumbo
teks ilmiah. (2008) sebenarnya menyajikan dua jenis
Akibat fokus terhadap teks sains deskripsi, yakni dari segi struktural dan
saja, deskripsi mengenai seluk-beluk leksikal. Namun, Patrianto (2013) hanya
proses penerjemahan teks ilmiah lebih menyajikan deskripsi perbandingan
diwarnai oleh karakteristik teks sains. antara penerjemahan teks sains dan
Salah satu yang paling mencolok adalah humaniora dari segi struktural saja. Oleh
aksioma bahwa kesulitan dalam karena itu, artikel ini bermaksud untuk
penerjemahan teks ilmiah berawal dari melengkapi deskripsi tersebut dengan
istilah teknis. Semakin banyak istilah menyajikan deskripsidari segi leksikal.
teknisnya, semakin sulit sebuah teks Dalam hal ini, artikel ini menyajikan
ilmiah diterjemahkan. Sebaliknya, peran metafora gramatikal melalui
semakin sedikit istilah teknisnya, sebuah perbandingan antara penerjemahan teks
teks ilmiah dianggap lebih mudah sains dan humaniora dari bahasa Inggris
diterjemahkan. Lantas, apakah teks ke bahasa Indonesia. Selain itu, untuk
humaniora, yang umumnya tidak melengkapi penjelasan mengenai
memiliki banyak istilah teknis, dapat metafora gramatikal, diskusi dalam
dianggap lebih mudah untuk artikel ini juga didahului dengan sajian
diterjemahkan dibandingkan teks sains demonstrasi dalam mengidentifikasi
yang sarat akan istilah teknis? Jika bentuk metafora gramatikal dalam teks
memang istilah teknis yang menjadi sumber.
satu-satunya tolak ukur, jawabannya
mungkin ‘ya’. Namun, jika yang menjadi LANDASAN TEORI
pokok permasalahan adalah kesulitan
untuk menerjemahkan sebuah teks Metafora Gramatika
ilmiah, jawabannya mungkin ‘tidak’. Makna selain makna harfiah atau
Upaya untuk melibatkan teks denotatif dari sebuah ekspresi sering
humaniora dalam pengkajian penerjemahan disebut sebagai metafora. Misalnya, kata

168
Hero Patrianto: Penerjemahan Bentuk Metafora…

jago, yang secara denotatif berarti ‘ayam bahasa yang memiliki hubungan alami
jantan dewasa’, secara konotatif merujuk dengan makna yang diekspresikannya.
pada makna ‘calon utama’ atau ‘juara’.
Dengan kata lain, metafora menunjukkan Teknikalisasi dan Abstraksi
variasi makna dari sebuah ekspresi
tertentu. Namun, Halliday (1994, hlm. Dari segi ketatabahasaan, Martin
342) memandang metafora dari sudut (1993, hlm. 203-267) berpendapat
pandang ketatabahasaan. Dari perspektif bahwa ada dua fenomena kebahasaan
yang berlawanan arah, Halliday yang membedakan teks sains dan
menganggap bahwa metafora juga dapat humaniora: teks sains diwarnai oleh
dipahami sebagai variasi ekspresi dari teknikalitas, sedangkan teks humaniora
sebuah makna tertentu. Lebih lanjut, sarat dengan abstraksi. Sumber daya
variasi ekspresi tersebut dianggap kebahasaan yang efektif untuk
sebagai metafora karena memiliki membentuk teknikalitas adalah metafora
hubungan yang tidak alami atau abstrak gramatikal berupa nominalisasi
dengan makna yang diekspresikannya (Wignell, et al, 1993, hlm. 146).
(Martin, 1993, hlm. 218). Jadi, dengan Penggunaan istilah teknis atau
sudut pandang ini, sebuah makna teknikalisasi berpotensi membuat teks
tertentu dapat diejawantahkan dalam ilmiah menjadi sulit dibaca, dipahami,
ekspresi atau bentuk gramatikal yang atau diterjemahkan. Abstraksi juga
berbeda. Metafora semacam ini disebut merupakan fenomena kebahasaan yang
metafora gramatikal. diakibatkan oleh metafora gramatika
Pengaruh paling signifikan akibat (Halliday, 1993, 1994, dan 2004).
penggunaan metafora gramatikal adalah Berbeda dengan teknikalisasi,
berkurangnya kadar kongruensi sebuah abstraksi tidak hanya bertumpu pada
bentuk gramatikal. Halliday (1994, hlm. nominalisasi, tetapi juga dapat
xix) memandang bahwa bentuk yang menggunakan verbalisasi, adjektivalisasi,
kongruen adalah bentuk gramatikal yang dan sebagainya. Teknikalisasi, dalam
memiliki hubungan alamiah dengan pandangan Martin (1993), lebih mudah
maknanya: partisipan diekspresikan oleh diatasi dibandingkan dengan abstraksi.
nomina; proses oleh verba; kualitas oleh Untuk memahami istilah teknis yang
adjektiva; hubungan logis oleh banyak ditemukan dalam teks sains,
konjungsi; dan seterusnya. Apabila seorang pembaca dapat dibantu dengan
sebuah makna diekpresikan oleh bentuk kamus. Melalui kamus, variasi ekspresi
selain bentuk yang secara umum bahasa dari sebuah makna atau konsep
dianggap sebagai representasi makna teknis dapat diminimalkan. Karena
tersebut, bentuk tersebut dianggap minimalnya variasi ekpresi bahasa,
takkongruen (Halliday, 1994, hlm. xvii). seiring waktu seorang pembaca teks
Contohnya, kemalasan Kabayan sudah sains akan mudah memahami istilah
di luar batas; kemalasan dianggap teknis. Sebaliknya, abstraksi harus
sebagai bentuk tak kongruen karena dipahami sesuai dengan konteks dalam
makna kualitas ‘malas’ diekspresikan teks. Oleh sebab itu, seorang pembaca
oleh nomina kemalasan, alih-alih harus selalu membuat interpretasi baru
adjektiva malas. Proses seperti nominalisasi, terhadap sebuah abstraksi karena setiap
deverbalisasi, deadjektivalisasi, dan teks tentu memiliki konteksnya sendiri.
sebagainya dianggap sumber daya Dengan demikian, teks humaniora yang
metafora gramatikal karena menghasilkan mengandung lebih sedikit istilah teknis,
ekpresi bahasa yang abstrak, ekspresi tetapi sarat akan abstraksi dapat saja

169
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 167—186

lebih sulit dibaca dibandingkan teks hlm. 22-24) menjelaskan bahwa metode
sains. AJP menganalisis terjemahan (teks
sasaran) sebuah teks sumber yang sama,
METODE PENELITIAN tetapi dihasilkan oleh beberapa
penerjemah. Tata cara kerja AJP seperti
Data yang digunakan dalam artikel yang dicontohkan oleh Hale dan
ini sama dengan yang digunakan Campbell (2002, hlm. 18) melibatkan
Patrianto (2013). Ada dua jenis data unsur-unsur yang mereka sebut options,
dalam penelitian ini, yaitu data teks alternative renditions, dan choice.
sumber dan data teks sasaran. Data teks Options adalah serangkaian
sumber adalah empat teks berbahasa kemungkinan (pilihan/opsi) yang
Inggris: dua teks sains (teks sumber 1 tersedia bagi subjek ketika
[TSu 1] dan teks sumber dua [TSu 2]) menerjemahkan sebuah item tertentu.
dan dua teks humaniora (teks sumber 3 Alternative renditions adalah sebuah
[TSu 3] dan teks sumber 4 [TSu 4]) yang opsi atau pilihan yang telah dipilih oleh
diambil artikel J.R. Martin Life as A subjek dari serangkaian kemungkinan
Noun: Arresting the Universe in Science atau pilihan. Choice adalah istilah yang
and Humanities (1993, hlm. 223-224). mencakupi proses memilih (alternative
Data teks sasaran disediakan oleh lima rendition) dari serangkaian pilihan
mahasiswa (dalam penelitian disajikan (option). Selain metode AJP, diterapkan
dengan inisial FZ, SM, SU, FR, dan DA) pula metode analisis kontrastif
S-1 jurusan bahasa Inggris dari fungsional yang merupakan metode
Universitas Islam Negeri Maulana Malik analisis kontrastif berbasiskan makna
Ibrahim Malang. dan proses semiosis (Chesterman, 1998).
Metode analisis yang digunakan Untuk melengkapi metode AJP
dalam artikel ada dua, yaitu metode dan analisis kontrastif, analisis data juga
analisis untuk mengidentifikasi bentuk akan melibatkan analisis kuantitatif.
metafora gramatikal dalam teks sumber Analisis kuantitatif digunakan untuk
dan metode analisis yang digunakan menghitung rasio yang dihasilkan oleh
untuk menganalisis penerjemahan. AJP dalam teks humaniora dan sains,
Metode analisis yang digunakan untuk kemudian membandingkan hasil
mengidentifikasi metafora gramatikal penghitungan sehingga perbedaan rasio
adalah analisis fungsional sistemik antara teks humaniora dan sains menjadi
(Halliday, 1994, 2004; Bloor & Bloor, lebih jelas.
1995; Parera, 2009). Dengan metode ini,
semua unsur dalam sebuah klausa PEMBAHASAN
diidentifikasi fungsi dan kategori
sintaksisnya. Selanjutnya, unsur klausa Identifikasi Bentuk Metafora
tersebut diintepretasi maknanya. Gramatikal dalam Teks Sumber
Langkah terakhir untuk mengidentifikasi
bentuk metafora gramatikal adalah Salah satu proses yang sangat aktif
mengidentifikasi kealamian hubungan menghasilkan bentuk metafora gramatikal
kategori sintaksis dan makna sebuah adalah nominalisasi (Halliday, 1994,
unsur klausa. Seperti artikel Patrianto hlm. 352). Oleh sebab itu, upaya pertama
(2013), metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi bentuk metafora
untuk menganalisis proses penerjemahan gramatikal difokuskan pada frasa
adalah analisis jejaring pilihan (AJP), nominal dalam teks sumber. Berikut
metode analisis kontrastif fungsional, adalah beberapa contoh metafora
dan analisis kuantitatif. Palumbo (2008, gramatikal yang disebabkan oleh

170
Hero Patrianto: Penerjemahan Bentuk Metafora…

nominalisasi. Segmen 2 pada TSu 1 orfem able merupakan sebuah adjektiva


(Tabel1), the ability to carry electricity, yang memiliki makna kualitas. Morfem -
merupakan sebuah frasa nominal. Kata ity merupakan salah satu morfem dalam
tersebut terdiri atas kata penanda takrif nominalisasi yang membentuk nomina
the, nomina ability, dan frasa preposisi de-adjektival (Huddlestone, 1988, hlm.
to carry electricity. Elemen pertama 103). Oleh sebab itu, ability dianggap
yangdicurigai sebagai bentuk metafora sebagai bentuk metafora gramatikal
gramatikal adalah nomina ability. Secara karena kualitas able tidak direalisasikan
morfologis, ability terdiri atas morfem dalam bentuk adjektiva, tetapi dalam
bebas able dan morfem terikat -ity. M bentuk nomina.
Tabel 1
Metafora Gramatikal berupa Nomina Deadjektival pada Teks Sumber
Segmen 2 TSu 1
Sumber FZ SM SU FR DA
the ability kemampuan kemampuan kemampuan kemampuan kemampuan
to carry membawa/mengangka memuat mengangkut untuk untuk
elecricity t listrik listrik listrik menjaga membawa
listrik tenaga listrik
tersebut

Bentuk metafora gramatikal enlarge sendiri merupakan sebuah


berikutnya adalah hasil nominalisasi metafora gramatikal yang merupakan
yang membentuk nomina deverbal. hasil verbalisasi, proses mengubah kata
Nomina deverbal ditandai oleh sufiks atau frasa menjadi verba (Kridalaksana,
seperti -or, -ion, -ation, -ment, -ing, dan 2008, hlm. 255). Secara morfologis,
sebagainya (Huddlestone, 1988, hlm. enlarge terdiri atas en- dan large.
103). Contoh nomina deverbal adalah Morfem large merupakan sebuah
kata conductor yang ditemukan di TSu adjektiva sehingga memiliki makna
1, di antaranya, pada segmen 14 (Tabel 2 kualitas. Pemasangan prefiks en-
[a]). Nomina conductor secara menjadikannya sebuah verba
morfologis terdiri atas morfem conduct deadjektival. Dalam penelitian ini,
dan -or. Morfem conduct merupakan analisis metafora gramatikal hanya
sebuah verba yang memiliki makna dibatasi pada tahap pertama, yakni
proses. Namun, akibat sufiks -or, makna enlargement sebagai hasil nominalisasi
proses tersebut menjadi direalisasikan yang menghasilkan nomina deverbal.
dalam bentuk nomina. Tidak semua Nominalisasi tidak selalu melibatkan
nomina deverbal ternyata mengalami afiksasi. Ada juga nomina deverbal yang
proses nominalisasi. Misalnya, nomina bentuknya sama dengan verba;
enlargement pada segmen 44 TSu 4 contohnya adalah nomina increase pada
(Tabel 2 [b]). Secara morfologis, nomina segmen 30 TSu 4 (Tabel 2 [c]). Kata
tersebut dibentuk oleh enlarge + -ment. increase memiliki makna proses yang
Morfem enlarge adalah sebuah verba, lazimnya direalisasikan dalam verba
sehingga enlargement dikatakan sebagai increase.
nomina deverbal. Akan tetapi, verba

171
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 167—186

Tabel 2
Metafora Gramatikal Berupa Nomina Deverbal pada Teks Sumber
(a) Segmen 14 TSu 1
Sumber FZ SM SU FR DA
conductors konduktor Konduktor Konduktor konduktor konduktor-
konduktor

(b) Segmen 44 TSu 4


Sumber FZ SM SU FR DA
the pembesaran/ semakin perluasan … perluasan perluasan …
enlargement perluasan besarnya mesin-mesin kemampuan … kendaraan
of Australia’s kapasitas … kapasitas … motor dan kendaraan bermotor
… vehicles di Australia Australia motor

(c) Segmen 30 TSu 4


Sumber FZ SM SU FR DA
the increase peningkatan peningkatan ini peningkatan kenaikan seperti
ini ini peningkatan ini ini

Hasil nominalisasi tidak hanya adjektiva common yang bermakna


dalam bentuk sebuah nomina, tetapi juga kualitas direalisasikan dalam bentuk
dapat berbentuk frasa nominal— pewatas depan (premodifier) untuk
kumpulan kata yang berinduk nomina nomina induk insulator sehingga dia
dan fungsinya menyerupai nomina. diperlakukan sebagai bagian frasa
Contohnya adalah segmen 45 TSu 1, nominal dan bersama dengan unsur
some common insulator (perhatikan pembentuk yang lain berperilaku sebagai
Tabel 3). Pada frasa nominal tersebut, nomina.
Tabel 3
Nominalisasi dalam Frasa Nominal pada Teks Sumber
Segmen 45 TSu 1
Sumber FZ SM SU FR DA
some biasanya beberapa beberapa beberapa beberapa contoh
common beberapa insulator insulator yang jenis insulator dari insulator-
insulator insulator biasanya sudah umum insulator

Tidak semua elemen dalam frasa kongruen seharusnya merupakan sebuah


nominal yang merupakan hasil klausa. Namun, untuk dapat menjadi
nominalisasi menduduki posisi sebagai bagian frasa nominal, ia dinominalisasikan.
pewatas depan. Contohnya adalah frasa Dengan dasar tersebut, semua frasa
nominal pada segmen 2 TSu 1, the preposisi yang berisi klausa sematan,
ability to carry electricity (lihat Tabel 4). baik dalam frasa nominal atau bagian
Pada frasa nominal tersebut, ditemukan dari klausa dianggap sebagai metafora
adanya pewatas belakang (postmodifier) gramatikal. Dalam klausa, frasa
yang menduduki posisi di belakang preposisi yang mengandung klausa
nomina induk. Pewatas belakang sematan dianggap sebagai metafora
tersebut berbentuk frasa preposisi. Frasa gramatikal karena alih-alih menjadi
preposisi dapat menjadi elemen dalam sebuah klausa ia dianggap sebagai
frasa nominal yang jauh lebih rumit bagian dari sebuah klausa—sehingga
karena dapat mengandung klausa dianggap ada pemadatan leksikal dalam
sematan (Morley, 2000, hlm. 56). Frasa proses tersebut.
preposisi to carry electricity secara

172
Hero Patrianto: Penerjemahan Bentuk Metafora…

Tabel 4
Metafora Gramatikal berupa Klausa Sematan dalam Frasa Preposisi
Segmen 2 TSu 1
Sumber FZ SM SU FR DA
the ability kemampuan kemampuan kemampuan kemampuan kemampuan
to carry membawa/mengangkat memuat mengangkut untuk untuk
electricity listrik listrik listrik menjaga membawa
listrik tenaga
listrik
tersebut

Selain preposisi, klausa sematan jointhe army increased menjadi nomina


dalam sebuah frasa nominal juga dapat sehingga berpotensi menjadipartisipan
ditandai dengan hadirnya pronomina dalam sebuah klausa. Oleh sebab itu,
relatifsebagai penanda nominalisasi yang semua klausa sematan yang ditandai
terjadi pada klausa. Contohnya adalah dengan pronomina relatif akan dianggap
frasa nominal pada segmen 46 TSu 2, sebagai metafora gramatikal dalam
this region where air goes 'thinner’ penelitian ini. Proses menjadikan klausa
(lihat Tabel 5 [a]). Pada frasa nominal menjadi bagian dari frasa nominal, baik
tersebut, klausa air goes thinner dalam bentuk frasa preposisi maupun
diperlakukan sebagai nomina karena hadirnya pronomina relatif, disebut
dianggap sebagai perluasan pronominal “rankshift” (Halliday, 1994, hlm. 263)
where. Bahkan, pronomina relatif juga yang diindonesiakan oleh Kridalaksana
dapat menjadikan klausa bukan sebagai (2008, hllm. 189) menjadi pergeseran
bagian dari frasa nominal, melainkan tataran. Pergeseran tataran merupakan
sebagai nomina induk, seperti segmen 6 fenomena sintaksis ketika unsur sebuah
TSu 3, that the movement to have women tataran (rank) digunakan sebagian atau
join the army increased (Lihat Tabel 5 seluruhnya dalam tataran yang lebih
[b]). Pronomina relatif that menjadikan kecil (Bloor & Bloor, 1995, hlm. 154).
klausa the movement to have women

Tabel 5
Klausa Sematan yang Ditandai Pronomina Relatif
(a)Segmen 46 TSu 2
Sumber FZ SM SU FR DA
this region bagian dimana daerah ini ini adalah bagian ini yang bagian ini
where air udara menjadi dimana udara daerah dimana mana ketika merupakan
goes ‘thinner’ tener menipis udara bisa udara menuju sebuah
keluar dengan bahan bagian
“encer” pengencer dimana
udara-udara
bisa “mencair

(b) Segmen 6 TSu 3


Sumber FZ SM SU FR DA
that the dimana terdapat pergerakan yang mana yang mana hal yang mana
movement pergerakan wanita yang perubahan demikian itu pergerakan
to have mengikutsertakan bergabung wanita untuk adalah sebuah tersebut
women join perempuan dalam dengan bergabung pergerakan memiliki
the army tentara bertambah tentara menjadi keikutsertaan seorang
increased meningkat pasukan perempuan wanita yang
tentara terus dalam pernah ikut

173
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 167—186

meningkat kelompok bergabung


tentara dalam
pertumbuhan
bala tentara

Metafora gramatikal tidak hanya menjadi verba denominal. Segmen 44


berbentuk nomina yang dihasilkan oleh TSu 3 (Tabel 6), encircled, merupakan
nominalisasi. Bentuk metafora contoh bentuk metafora gramatikal yang
gramatikal juga dapat merupakan hasil merupakan hasil dari adjektivalisasi.
dari verbalisasi dan adjektivalisasi. Adjektiva encircled merupakan derivasi
Segmen 5 TSu 1 (lihat Tabel 6), can dari verba encircle yang sebenarnya juga
place, merupakan contoh metafora sudah merupakan metafora gramatikal
gramatikal yang dihasilkan oleh dari verbalisasi nomina circle. Hasil
verbalisasi. Secara kongruen, place identifikasi bentuk metafora gramatikal
memiliki makna partisipan sehingga dapat dilihat pada Tabel 6 (bentuk
lazimnya direalisasikan oleh nomina. metafora gramatikal disajikan dalam
Namun, pada segmen tersebut, nomina angka yang dicetak tebal).
tersebut mengalami verbalisasi sehingga

Tabel 6
Metafora Garamatikal Berupa Verbalisasi dan Adjektivalisasi
(a) Segmen 5 TSu 1 (verbalisasi)
Sumber FZ SM SU FR DA

can place bisa dapat bisa berbagi dapat bisa menempatkan


meletakkan menempatkan meletakkan

(b) Segmen 44 TSu 3 (adjektivalisasi)


Sumber FZ SM SU FR DA

Encircled dari Dikelilingi disekitarnya dengan dengan cara


pengepungan pengepungan mengelilinginya

Variasi Leksikal dalam Teks Sasaran metafora gramatikal, contoh yang akan
disajikan juga merupakan analisis
Analisis untuk mengidentifikasi terhadap terjemahan dari segmen yang
variasi teks sasaran terhadap teks sumber diidentifikasi sebagai metafora
dari segi leksikal ini mengikuti petunjuk gramatikal.
yang diberikan oleh Palumbo (2008,
hlm. 115), yaitu memperhatikan kata Variasi Leksikal dalam Teks Sains
penuh (content word) pada setiap
terjemahan. Namun, berbeda dengan Analisis variasi leksikal meliputi
Palumbo yang mengabaikan perbedaan terjemahan yang memiliki kesamaan
morfologis, dalam penelitian ini leksikal, terjemahan yang memiliki
perbedaan morfologis yang memberikan perbedaan leksikal, dan terjemahan yang
pengaruh signifikan pada perbedaan memiliki perbedaan leksikal yang rumit.
makna akan diperhitungkan. Analisis Seperti dijelaskan sebelumnya, dalam
terhadap terjemahan setiap segmen teks sains banyak ditemukan istilah
bertujuan untuk mengidentifikasi teknis. Oleh sebab itu, analisis variasi
persamaan dan perbedaan leksikalnya. leksikal dalam teks sains (TSu 1 dan TSu
Karena fokus penelitian ini adalah 2)juga mencakupi analisis pada segmen

174
Hero Patrianto: Penerjemahan Bentuk Metafora…

yang diidentifikasi sebagai istilah teknis konduktor. Pengulangan yang dilakukan


dan diidentifikasi sebagaibentuk oleh DA dianggap tidak menghasilkan
metafora gramatikal. perbedaan makna leksikal yang
Contoh yang pertama adalah signifikan. Hal yang menarik adalah
terjemahan kata conductors pada segmen ideologi pengasingan yang dipilih oleh
14 TSu 1 (lihat Tabel 7) yang subjek dalam menerjemahkan kata
diidentifikasi sebagai metafora tersebut. Namun, hal tersebut dapat saja
gramatikal. Terjemahan yang dihasilkan disebabkan oleh ketidaktahuan subjek
oleh kelima penerjemah untuk nomina bahwa bahasa Indonesia memiliki
tersebut menghasilkan rasio 1/52, semua padanan yang bukan penyerapan dari
terjemahan dikelompokkan ke dalam istilah asing, yaitu penghantar.
satu tipe. Semua subjek menerjemahkan
nomina conductors menjadi nomina

Tabe l7
Contoh Terjemahan dengan Makna Leksikal yang Sama dalam Teks Sains
Segmen 14 TSu 1
Tsu FZ SM SU FR DA

conductors konduktor konduktor konduktor konduktor konduktor-


konduktor

Jika subjek tidak menerjemahkan Satu-satunya subjek yang tetap


kata dalam teks sumber atau tetap mencantumkan bentuk asli dalam teks
menggunakan kata dalam teks sumber di sumber adalah SU; SU tetap
dalam teks sasaran, kata tersebut tetap mencantumkan nonconductors dan
dianggap sebagai sebuah menambahkan tanda petik dua untuk
variasi.Fenomena tersebut ditemukan mengapit kata tersebut. Oleh sebab itu,
pada terjemahan kata nonconductors variasi terjemahan untuk kata
pada segmen 33 TSu 1 (lihat Tabel 8). nonconductors menghasilkan rasio 2/5.

Tabel 8
Contoh Terjemahan dengan Leksikal yang Berbeda pada Teks Sains
Segmen 33 TSu 1
Tsu FZ SM SU FR DA

Nonconductors bukan non- “nonconductors” non- non-


konduktor/nonkond konduktor konduktor konduktor
uktor

Contoh terjemahan yang berbeda tekanan. Terjemahan SU dan DA sama-


untuk sebuah istilah teknis yang sama menggunakankata kompression
merupakan hasil nominalisasi adalah yang dilengkapi denganmakna tambahan
terjemahan untuk frasa nominal a yang mereka pahami. Dalam hal ini, kata
compression pada segmen 38 TSu 2 kompression mereka tambahkan dengan
(lihat Tabel 9). Terdapat empat tipe kata penyingkatan (SU) dan
makna leksikal yang dihasilkan oleh pengkompresan (DA). Dua kata tersebut
subjek sehingga menghasilkan rasio 4/5. memiliki makna yang berbeda sehingga
Subjek FZ dan SM sama-sama secara leksikal dianggap sebagai
menerjemahkan a compression menjadi terjemahan yang berbeda. Subjek FR

175
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 167—186

menerjemahkan segmen tersebut menjadi pemadatan.

Tabel 9
Contoh Terjemahan Berbeda untuk Istilah Teknis
yang Merupakan Hasil Nominalisasi dalam Teks Sains
Segmen 38 TSu 2
Tsu FZ SM SU FR DA

a compression tekanan tekanan kompression/ pemadatan kompresion/pengkompresan


penyingkatan

Contoh-contoh sebelumnya udara sebagai induk frasa nominal.


menunjukkan terjemahan untuk segmen Perbedaan terjemahan FZ dan FR
yang memuat sebuah kata (kecuali diidentifikasi dari perbedaan strukturnya.
segmen 38 TSu2). Perbedaan leksikal Perbedaan struktur yang signifikan
akan lebih sulit lagi ketika sebuah tersebut ternyata diidentifikasi
segmen memiliki lebih banyak kata. menghasilkan perbedaan makna yang
Contohnya adalah terjemahan yang signifikan: penempatan bagian-bagian
dihasilkan subjek untuk segmen 35 TSu menjadi induk frasa menyebabkan
2, the neighbouring air particles (lihat makna terjemahan FZ berbicara tentang
Tabel 10). Segmen ini memiliki tiga ‘bagian’ bukan berbicara tentang
kata, yakni neighbouring, air, dan ‘partikel udara’. Pemisahan partikel dan
particles. Semua subjek udara dalam tataran yang berbeda
menerjemahkanair particles menjadi padafrasa nominal mengisyaratkan
partikel udara atau partikel-partikel bahwa ‘partikel’ yang dimaksud
udara, kecuali FR yang memisahkan bukanlah ‘partikel udara’. Terjemahan
partikel-partikel dengan udara. SM, SU, dan FR memiliki struktur yang
Terjemahan FR menempatkan partikel- sama. Namun, terjemahan ketiganya
partikel sebagai induk dalam nomina, dibedakan berdasarkan makna kata yang
sedangkan udara ditempatkan dalam dianggap sebagai terjemahan dari kata
frasa preposisi dalam sebuah klausa teks sumber neighbouring.
sematan sehingga makna ‘udara’ sebagai Subjek SM dan DA menerjemahkan
pengklasifikasi makna ‘partikel’ tidak neighbouring berdasarkan sudut pandang
dapat diidentifikasi dalam terjemahan jarak: berhimpitan (SM) dan berdekatan
FR. Oleh sebab itu, terjemahan FR (DA). Subjek SU menerjemahkannya
dianggap berbeda dengan empat dari sudut pandang cara: mengelilingi
terjemahan lainnya. Selanjutnya, pada (SU). Oleh sebab itu, terjemahan SM
terjemahan FZ, meskipun dan DA dianggap memiliki tipe yang
tercantumpartikel udara, penempatan sama. Tipe terjemahan merekadianggap
bagian-bagian sebagai induk frasa yang berbeda dengan tipe terjemahan
nominal menjadikan maknanya berbeda SU. Dengan demikian, terjemahan untuk
daritiga terjemahan lainnya: SM, SU, segmen 35 TSu 2 dianggap
dan DA menempatkan partikel-partikel menghasilkan rasio 4/5.

Tabel 10
Contoh Terjemahan Segmen yang Mengandung Lebih Banyak Kata pada Teks Sains
Segmen 35 TSu 2
TSu FZ SM SU FR DA

the neighbouring bagian- partikel- partikel- partikel- partikel-


bagian partikel udara partikel udara partikel yang partikel udara

176
Hero Patrianto: Penerjemahan Bentuk Metafora…

air particles partikel berhimpitan yang berada di yang


udara mengelilingi sekitar udara berdekatan
tersebut

Variasi perbedaan leksikal dengan relatif sederhana terhadap sebuah kata


rasio lebih tinggi, yaitu 5/5 dicontohkan penuh. Pada terjemahan segmen 46 TSu
padaterjemahan segmen 46 TSu 2, this 2, perbedaan leksikal dapat dilihat pada
region where air goes ‘thinner’ (lihat kata yang merupakan terjemahan
Tabel 11). Frasa nominal this region ‘thinner’. Semua subjek diidentifikasi
where air goes ‘thinner’ diterjemahkan menghasilkan terjemahan yang berbeda
oleh semua penerjemah menjadi frasa untuk kata tersebut: FZ
nominal. Namun, kadang-kadang menerjemahkannya menjadi tener; SM
ditemukan terjemahan yang sepertinya menerjemahkannya menjadi menipis; SU
rumit untuk dibedakan (karena menerjemahkannya menjadi dengan
strukturnya panjang atau memiliki kata ‘encer’; FR menerjemahkannya menjadi
pembentuk yang banyak).Akan bahan pengencer; DA menerjemahkannya
tetapi,terjemahan tersebut sebenarnya menjadi ‘mencair’.
dapat dibedakan dengan analisis yang

Tabel 11
Contoh Terjemahan dengan Rasio Perbedaan Makna Leksikal yang Tinggi pada Teks Sains
Segmen 46 TSu 2
Tsu FZ SM SU FR DA

this where bagian daerah ini ini adalah bagian ini bagian ini
air goes dimana udara dimana udara daerah yang mana merupakan sebuah
‘thinner’ menjadi tener menipis dimana udara ketika udara bagian dimana
bisa keluar menuju bahan udara-udara bisa
dengan pengencer “mencair”
“encer”

Variasi Leksikal dalam Teks nominalisasi dari verba die; destruction


Humaniora merupakan nominalisasi dari verba
destroy. Tampaknya subjek tidak
Teks humaniora tidak memiliki mengalami banyak kendala dalam
banyak istilah teknis. Teks humaniora menerjemahkan kata-kata tersebut.
(TSu 3 dan TSu 4) memiliki banyak Meskipun merupakan metafora
sekali abstraksi yang diakibatkan oleh gramatikal (berupa nomina abstrak),
nominalisasi. Berikut ini adalah contoh- kata-kata tersebut sudah lazim muncul
contoh metafora gramatikal dalam teks 3 dan padanannya mudah diidentifikasi.
dan 4, baik yang menyajikan terjemahan Hal itu dibuktikan dengan rasio
yang sama maupun berbeda dari segi perbedaan yang dihasilkan, yakni 1/5.
leksikal. Semua subjek menerjemahkan death
Contoh pertama adalah terjemahan menjadi kematian, sedangkan
pada segmen 6 TSu 4 (lihat Tabel12). destruction diterjemahkan menjadi
Segmen tersebut merupakan nomina kerusakan (FZ dan DA) dan kehancuran
death and destruction. Kedua nomina (SM, SU, dan FR). Dua terjemahan
tersebut dianggap sebagai bentuk untuk destruction dianggap memiliki
metafora gramatika: death merupakan makna leksikal yang sama sehingga

177
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 167—186

tidak dianggap sebagai tipe terjemahan yang berbeda.

Tabel 12
Contoh Terjemahan dengan Makna Leksikal yang Sama pada Teks Humaniora
Segmen 6 TSu 4
Tsu FZ SM SU FR DA

death and kematian dan kematian dan kematian dan kematian dan kematian dan
destruction kerusakan kehancuran kehancuran kehancuran kerusakan

Terjemahan yang menunjukkan menjadi verba transitif pasif dikelilingi.


perbedaan leksikal dicontohkan oleh Terjemahan SU, di sekitarnya,
terjemahan pada segmen 44 TSu 3 (lihat merupakan frasa preposisi bermakna
Tabel 13). Seperti halnya analisis ‘lokasi’. Frasa preposisi dengan
struktur, analisis variasi leksikal pengepungan yang disajikan FR
terhadap terjemahan segmen tersebut memiliki makna ‘cara’. Frasa preposisi
juga melibatkan lintas-segmen (segmen yang disuguhkan DA, dengan cara
41—44). Tabel 13 menunjukkan bahwa mengelilinginya, juga memiliki makna
adjektiva deverbal encircled ‘cara’, tetapi perbedaan yang paling
diterjemahkan ke dalam kata yang signifikan terletak pada kata
berbeda-beda maknanya oleh setiap pengepungan dan mengelilingi. Oleh
subjek. FZ menerjemahkannya ke dalam sebab itu, kelima terjemahan dianggap
frasa preposisi dari pengepungan yang memiliki makna yang saling berbeda dan
bermakna ‘asal’. Subjek SM menghasilkan rasio perbedaan paling
menerjemahkan adjektiva tersebut tinggi, yakni 5/5.

Tabel13
Contoh Perbedaan Leksikal pada Terjemahan Teks Humaniora
Segmen 44 TSu 3
Tsu FZ SM SU FR DA

keeping menjaga pos menjaga menjaga menjaga menjaga tonggak-


their posts mereka secara pos-pos pos-pos di daerah mereka tonggak mereka dengan
permanently permanen dari mereka sekitarnya dengan cara mengelilinginya
encircled pengepungan dikelilingi secara pengepungan secara permanen
secara terus- secara tetap
permanen menerus

Rasio perbedaan leksikal yang tinggi. Contohnya adalah terjemahan


tinggi, seperti terjemahan segmen 44 untuk segmen 6 TSu 3 (perhatikan Tabel
TSu 3 cenderung mudah ditemukan 14) yang juga menghasilkan rasio 5/5.
dalam teks humaniora (teks 4 dan 5) Analisis leksikal terhadap bentuk yang
terutama pada bentuk metafora memiliki banyak kata penuh semacam
gramatikal yang merupakan nominalisasi itu cukup rumit. Setiap terjemahan harus
klausa. Karena asalnya adalah klausa, dianalisis secara khusus untuk kemudian
jumlah kata yang membentuknya diperbandingkan dengan terjemahan
cenderung banyak. Jumlah kata yang lainnya. Oleh sebab itu, analisisnya akan
banyak itu mengakibatkan disajikan dalam paragraf berbeda
kecenderungan perbedaan leksikal sebagai berikut.
nomina semacam itu menjadi semakin

178
Hero Patrianto: Penerjemahan Bentuk Metafora…

Terjemahan FZ memunculkan kata Terjemahan SM juga merupakan


dimana. Klausa sematan yang dihasilkan frasa nomina yang merupakan
oleh FZ memiliki makna eksistensi, nominalisasi sebuah klausa, tetapi tidak
yaitu ditandai dengan verba terdapat. menggunakan pronomina relatif. Klausa
Eksistensi yang dimaksud adalah tersebut terdiri atas sebuah frasa nominal
eksistensi pergerakan (terjemahan (pergerakan… tentara) dan verba
movement). Selanjutnya, FZ meningkat. Dengan demikian,
menerjemahkan to have join menjadi penerjemahan movement dan increased
verba transitif aktif mengikutsertakan dilakukandengan cara yang sama dengan
sehingga dalam klausanya perempuan subjek sebelumya. Perbedaan utama ada
(terjemahan women) menjadi objek. pada terjemahan to have join. SM
Sementara itu, bertambah (terjemahan menerjemahkan verba tersebut menjadi
increased) diletakkan di belakang frasa verba intransitif bergabung dengan
preposisi dalam tentara (terjemahan wanita (women) sebagai subjeknya.
army) dan mengisyaratkan bahwa yang Perbedaan status wanita (sebagai subjek)
‘bertambah’ adalah ‘pergerakan’ karena itulah yang membedakannya dengan
bagian klausa “pergerakan… dalam terjemahan sebelumnya. Terjemahan SU
tentara” merupakan frasa nominal yang memiliki struktur yang hampir sama
diidentifikasi sebagai subjek dalam dengan terjemahan FZ, yakni sama-sama
klausa sematan dan verba intransitif frasa nominal yang memilik pronomina
bertambah adalah predikatnya. relatif (yang).

Tabel 14
Contoh Terjemahan dengan Rasio Perbedaan Leksikal yang Tinggi dalam Teks Humaniora
Segmen 6 TSu 3
Tsu FZ SM SU FR DA

that the dimana terdapat pergerakan yang mana yang mana hal yang mana
women pergerakan wanita yang perubahan demikian itu pergerakan
movement mengikutsertakan bergabung wanita adalah sebuah tersebut
to have perempuan dalam dengan untuk pergerakan memiliki
join the tentara bertambah tentara bergabung keikutsertaan seorang
army meningkat menjadi perempuan wanita yang
increased pasukan dalam pernah ikut
tentara terus kelompok bergabung
meningkat tentara dalam
pertumbuhan
bala tentara

Terkait dengan status wanita, frasa nominal yang mengandung klausa


terjemahan SU sama dengan SM:dalam dan didahululi oleh pronomina relatif
terjemahan FU juga menduduki fungsi (yang mana). Terjemahan ini juga
subjek. Perbedaan signifikan memosisikan pergerakan sebagai
diidentifikasi pada terjemahan kata nomina yang menjadi inti dalam klausa
movement. Jika dua subjek sebelumnya sematan. Perbedaan mencolok dalam
menerjemahkannya menjadi pergerakan, kedua terjemahan tersebut adalah
SU menerjemahkannya menjadi terjemahan to have join dan increased.
perubahan yang secara leksikal jelas FR menerjemahkan to have join menjadi
berbeda. nomina deverbal keikutsertaan yang
Terjemahan FR memiliki struktur berfungsi sebagai pewatas belakang
yang hampir sama dengan SU, sebuah nomina induk pergerakan—dalam hal

179
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 167—186

ini, mengklasifikasi pergerakan. nomina deverbal pertumbuhan


Sementara itu, FR sama sekali tidak (terjemahan increased) justru
menerjemahkan verba increased diklasifikasikan oleh nomina bala
sehingga makna kata tersebut tidak tentara sehingga mengisyaratkan bahwa
muncul dalam terjemahan FR. yang tumbuh bukanlah pergerakan
Terjemahan DA juga memiliki (movement) melainkan tentaranya
struktur frasa nominal berisi klausa yang (army).
diawali dengan pronomina relatif (yang
mana). Nomina pergerakan juga masih Analisis dan Pembahasan Kuantitatif
menjadi inti karena menjadi nomina
induk dalam frasa nomina yang Untuk melengkapi deskripsi
membentuk subjek klausa sematan. tentangperbandingan variasi perbedaan
Sama dengan terjemahan FZ, verba antara teks sains dan humaniora
memiliki menjadikan wanita (women) diperlukan analisis dan deskripsi
menjadi objek. Perbedaan utama adalah kuantitatif. Penelitian ini akan
pada penerjemahan makna jamak menerapkan analisis kuantitatif yang
women. Alih-alih menerjemahkan makna disarankan Hale dan Campbell (2002)
jamak, DA justru merealisasikan makna yang telah diterapkan oleh Palumbo
tunggal dengan menambahkan seorang (2008, hlm. 123). Dalam analisis variasi
sebagai pewatas depan wanita. struktural dan leksikal, analisis
Perbedaan mencolok lainnya adalah kuantitatif sudah ditampilkansekilas,
terjemahan DA untuk verba to have yakni penyebutan rasio tipe/token.
joinyang diterjemahkannya menjadi Analisis kuantitatif dalam subbab ini
pernah ikut bergabung; DA didasarkan pada rasio tipe/token untuk
menambahkan makna aspektualitas setiap segmen. Palumbo (2008, hlm.
dengan memunculkan kata pernah. 124-125) memberikan petunjuk berikut
Perbedaan signifikan yang terakhir dalam melakukan analisis kuantitatif
dalam terjemahan DA adalah terjemahan terhadap rasio setiap segmen:
kata increased. Alih-alih a) rasio perbedaan yang dihitung adalah
menerjemahkannya menjadi verba untuk rasio 3/5 ke atas;
berfungsi sebagai predikat, DA b) rasio perbedaan di bawah 3/5
menerjemahkannya menjadi nomina diabaikan.
pertumbuhan yang menjadi bagian dari Tabel 15 menyuguhkan analisis
frasa preposisi. Dalam frasa preposisi kuantitatif terhadap rasio tipe/token
dalam pertumbuhan bala tentara, dalam setiap teks sasaran.

Tabel 15
Penghitungan Rasio Tipe/Token pada Variasi Leksikal
Tipe/token TSu 1 TSu 2 TSu 3 TSu 4
5/5 7 (12%) 10 (16%) 12 (21%) 12 (15%)
4/5 8 (14%) 11 (18%) 2 (3%) 6 (8%)
3/5 8 (14%) 2 (3%) 14 (24%) 18 (22%)
Subtotal 23 (40%) 23 (37%) 28 (48%) 36 (45%)
1/5 13 (22%) 23 (38%) 12 (21%) 27 (34%)
2/5 22 (38%) 15 (25%) 18 (31%) 17 (21%)
Total 58 (100%) 61 (100%) 58 (100%) 80 (100%)

180
Hero Patrianto: Penerjemahan Bentuk Metafora…

Tabel 15 menyuguhkan keseluruhan semua rasio pada kolom


penghitungan rasio tipe/token pada teks sumber tertentu (dalam contoh ini,
variasi leksikal. Kolom paling kiri berisi TSu 1). Pada tabel terdapat jumlah
jenis rasio tipe/token; empat kolom di subtotal dan total: jumlah subtotal
sebelah kanannya berisi jumlah rasio merupakan jumlah rasio 3/5—5/5,
yang ditemukan pada kelima teks sedangkan jumlah total merupakan
sasaran berdasarkan setiap teks sumber, jumlah rasio 1/5—5/5; jumlah subtotal
berturut-turut teks sumber 1—4. Variasi dimunculkan karena hanya rasio 3/5—
leksikal tentu saja hanya dapat 5/5 yang dihitung—dianggap sebagai
diidentifikasi dari teks sasaran. Akan variasi leksikal—sementara rasio 1/5 dan
tetapi, karena dalam penelitian ini 2/5 diabaikan—dianggap tidak
diasumsikan bahwa variasi leksikal memperlihatkan variasi leksikal.
disebabkan oleh nominalisasi yang Pada Tabel 2.1, dapat dilihat
terkandung dalam teks sumber, (T)eks bahwa secara umum, variasi perbedaan
(Su)mber tetap digunakan sebagai kode leksikal teks humaniora (TSu 3 dan 4)
dalam tabel. Angka dalam setiap kolom lebih tinggi daripada teks sains (TSu 1
(T)eks (Su)mber dapat dibaca sebagai dan 2).Variasi perbedaan leksikal TSu 3
jumlah rasio tertentu yang ditemukan (teks humaniora) adalah yang tertinggi
pada lima teks sasaran yang dihasilkan (48%), sedangkanTSu 2(teks sains)
kelima penerjemah berdasarkan sebuah memiliki variasi leksikal paling rendah
teks sumber. (37%). Lebih lanjut, dalam Tabel 2.1,
Setiap baris dalam kolom TSu juga ditunjukkan bahwa variasi
berisi angka dan persentase: angka perbedaan leksikal TSu 1 (teks sains),
menunjukkan jumlah pasti rasio yang 40%, lebih rendah daripada variasi TSu4
dimiliki oleh setiap jenis rasio (teks humaniora), 45%. Meskipun
berdasarkan teks sumber tertentu, persentase perbedaan tidak terlalu
sedangkan persentase menunjukkan signifikan, terdapat pola yang jelas dari
perbandingan antara jumlah rasio perbandingan antara teks humaniora dan
tertentu dengan jumlah keseluruhan dari teks sumber. Variasi perbedaan leksikal
semua jenis rasio. Misalnya, pada kolom pada teks humaniora (TSu 3 dan 4) lebih
TSu 1 dan baris jenis rasio 5/5, tinggi daripada teks sains (TSu 1 dan 2).
tercantum angka 7 dan 12%. Angka Jika persentase variasi leksikal setiap
tersebut menunjukkan bahwa dari lima teks sumber humaniora dibandingkan
teks sasaran dengan TSu 1 sebagai teks dengan setiap teks sumber sains, teks
sumber, ditemukan 7 rasio 5/5; sumber humaniora memiliki persentase
persentase memberikan keterangan variasi leksikal lebih tinggi rata-rata 8%
tentang perbandingan jumlah dari rasio dari teks sumber sains (Tabel 16)
tertentu tersebut dengan jumlah

Tabel 16
Rerata Perbandingan Variasi Leksikal antara Teks Humaniora dan Teks Sains
Teks Persentase Jumlah
TSu 3-TSu 1 48-40 8
TSu 3-TSu 2 48-37 11
TSu 4-TSu 1 45-40 5
TSu 4-TSu 2 45-37 8
Rata-rata 8

181
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 167—186

Korelasi Metafora Gramatikaldan segmen. Tabel 17 menyajikan semua


Variasi Leksikal segmen berdasarkan empat teks
sumberyang dianalisis dalam penelitian
Untuk mengidentifikasi dan ini termasuk metafora gramatikal dan
mendeskripsikan korelasi antara bentuk yang bukan metafora
metafora gramatikal dan variasi gramatikal.
leksikal ,perlu disajikan semua
Tabel 17
AJP terhadap Penerjemahan Metafora Gramatika
Teks Sumber I II
5/5 4/5 3/5 2/5 1/5
3, 6, 18, 40, 7, 16, 19, 23, 1, 12, 17, 21, 2, 5, 8, 9, 11, 4, 10, 14, 15,
42, 56, 58 30, 39, 45, 46 28, 36, 51, 52 13, 20, 22, 25, 24, 26, 27, 34,
29, 31, 32, 33, 41, 43, 48, 49,
TSu 1 35, 37, 38, 44, 54
47, 50, 53, 55,
57
(3%) (5%) (2%) (19%) (2%)
5/5+4/5+3/5 = 10% 2/5+1/5 = 21%
16, 18, 19, 23, 4, 11, 13, 17, 34, 57 8, 9, 12, 14, 1, 2, 3, 5, 6, 7,
25, 36, 41, 44, 24, 30, 35, 38, 21, 27, 28, 29, 10, 15, 20, 22,
46, 61 40, 45, 55 31, 32, 33, 37, 26, 39, 42, 43,
TSu 2 51, 54, 56 47, 48, 49, 50,
52, 53, 58, 59,
60
(7%) (11%) (2%) (3%) (0%)
5/5+4/5+3/5 = 20% 2/5+1/5 = 3%
1, 6, 9, 19, 22, 42, 58 3, 7, 13, 14, 2, 4, 8, 11, 12, 5, 10, 16, 20,
26, 31, 32, 38, 18, 28, 29, 34, 15, 17, 21, 23, 27, 30, 33, 35,
44, 45, 47 36, 37, 39, 43, 24, 25, 46, 48, 40, 41, 49, 52
TSu 3 50, 51 53, 54, 55, 56,
57
(19%) (2%) (12%) (8,6%) (0%)
5/5+4/5+3/5 = 33% 2/5+1/5 = 8,6%
3, 9, 15, 24, 14, 35, 38, 56, 1, 8, 16, 18, 2, 4, 10, 12, 5, 6, 7, 11, 13,
25, 36, 43, 44, 60, 61 20, 22, 28, 29, 17, 23, 26, 27, 19, 21, 30, 31,
50, 51, 68, 80 41, 46, 47, 53, 34, 37, 45, 48, 32, 33, 39, 40,
55, 58, 62, 69, 59, 67, 71, 76, 42, 49, 52, 54,
TSu 4
70, 74 77 57, 63, 64, 65,
66, 72, 73, 75,
78, 79
(12,5%) (2,5%) (11%) (7,4%) (0%)
5/5+4/5+3/5 = 26% 2/5+1/5 = 7,4%

bercetak tebal adalah segmen yang


Pada Tabel 17 dicantumkan semua diidentifikasi sebagai bentuk metafora
segmen yang dikelompokkan gramatikal. Persentase yang ada dalam
berdasarkan jenis rasio (ditunjukkan setiap kotak menunjukkan
oleh baris paling atas pada tabel) dan perbandingan jumlah metafora
teks sumber (ditunjukkan oleh kolom gramatikal dari setiap jenis rasio
paling kiri dalam tabel). Setiap kotak terhadap jumlah segmen secara
kelompok segmen berisi angka yang keseluruhan (rasio 1/5 sampai 5/5)
bercetak tebal dan tidak: angka yang pada setiap baris (teks sumber

182
Hero Patrianto: Penerjemahan Bentuk Metafora…

tertentu). Karena rasio perbedaan Pola persentase metafora


dihitung adalah rasio 3/5, secara gramatikal pada teks humaniora dapat
umum, kolom dibagi dua kelompok: menjadi indikasi bahwa variasi leksikal
kelompok I (rasio 3/5—5/5) dan cenderung dipicu oleh metafora
kelompok II (rasio 1/5—2/5). gramatikal. Dengan kata lain, metafora
Pengelompokan tersebut untuk gramatikal akan mengakibatkan variasi
menunjukkan perbandingan persentase leksikal dalam teks humaniora. Pada
metafora gramatika antara kelompok teks sains, ketidakkonsistenan
rasio 3/5—5/5 dan kelompok rasio persentase metafora gramatikal
1/5—2/5 (kelompok yang diabaikan kelompok I dan II memperlihatkan
perbedaannya). bahwa peran metafora gramatikal
Berdasarkan pengelompokan dalam memunculkan variasi leksikal
kolom tersebut, didapatkan kurang jelas pada teks sains. Akan
perbandingan analisis kuantitatif tetapi, ketidakkonsistenan tersebut
terhadap terjemahan bentuk metafora bukan berarti menafikan peran
gramatikal antara teks sains (teks 1 dan metafora gramatikal dalam memicu
2) dan humaniora (teks 3 dan 4) variasi leksikal merujuk pendapat
sebagai berikut: Martin (2003) yang menganggap
a) pada TSu 1, jumlah metafora bahwa teknikalisasi lebih mudah
gramatikal kelompok I sebesar 10 diatasi. Teknikalisasi merupakan
persen, sedangkan kelompok II akibat metafora gramatikal yang
sebesar 21 persen; terkandung dalam teks sains. Variasi
b) pada TSu 2, jumlah metafora leksikal dalam teks sains akibat
gramatikal kelompok I sebesar 20 teknikalisasi cenderung lebih mudah
persen, sedangkan kelompok II diatasi dengan menggunakan,
sebesar 3%; misalnya, kamus. Sebaliknya, pada
c) pada TSu 3, jumlah metafora teks humaniora, metafora gramatikal
gramatikal kelompok I sebesar 33 mengakibatkan abstraksi yang harus
persen, sedangkan kelompok II ditafsirkan sesuai konteks yang
sebesar 8,6 persen; dan, melatarbelakangi teks sumber; dengan
d) pada TSu 4, jumlah metafora demikian, meskipun bentuknya sama,
gramatikal kelompok I sebesar 26 sebuah metafora gramatikal dapat
persen, sedangkan kelompok II dimaknai berbeda apabila teks
sebesar 7,4%. sumbernya berbeda.
Pada teks sains (TSu 1 dan 2)
tidak tampak pola yang jelas: jumlah PENUTUP
metafora gramatikal kelompok II lebih
besar daripada kelompok I pada TSu 1, Berdasarkan penghitungan rasio
sedangkan pada TSu 2 kelompok II perbedaan atau variasi leksikal dalam
lebih kecil daripada kelompok I. teks sasaran ditemukan bahwa variasi
Sebaliknya, pada teks humaniora (TSu leksikal pada teks humaniora lebih
3 dan 4), persentase jumlah gramatikal tinggi delapan persen dibandingkan
antara kelompok I dan II menunjukkan dengan variasi perbedaan leksikal pada
pola yang lebih konsisten: persentase teks sains. Dengan demikian, dari segi
metafora gramatikal kelompok I lebih variasi leksikal, penerjemahan teks
besar daripada kelompok II pada TSu 3 humaniora disimpulkan memiliki
dan 4. kesulitan yang lebih tinggi daripada
penerjemahan teks sains. Penghitungan

183
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 167—186

terhadap terjemahan bentuk metafora Andrew, C. (1998). Contrastive


gramatikaljuga menunjukkan bahwa functional analysis. Amsterdam:
persentase bentuk metafora John Benjamins.
gramatikalyang memicu variasi Dilthey, W. (1989). Wilhelm Dilthey
perbedaan leksikal dalam teks selected works volume I:
humaniora lebih tinggi daripada teks Introduction to human sciences.
sains. Oleh sebab itu, apabila variasi (Rudolf A. Makkreel dan Frithjof
perbedaan terjemahan dianggap Rodi, editor). Princeton, New
sebagai indikasi kerumitan Jersey: Princeton University
penerjemahan dan metafora gramatikal Press.
dianggap sebagai pemicu variasi Hale, S.& Campbell, S. (2002). The
perbedaan terjemahan, teks humaniora interaction between text
dianggap lebih rumit untuk difficulty and translation
diterjemahkan karena memiliki lebih accuracy. Babel, 48(1): 14-33.
banyak metafora gramatikal yang Federation Internationale des
memicu variasi perbedaan leksikal. Traducteurs.
Secara umumdapat disimpulkan Halliday, M.A.K.& Matthiessen, C.
bahwadilihat dari segi leksikal, variasi (2004). An introduction to
teks sasaran terhadap teks sumber pada functional grammar. Edisi ke-3.
penerjemahan teks sains dan London: Hodder Arnold.
humaniora serta dari kandungan Halliday, M.A.K. (1994). An
metafora gramatikal dalam teksada introduction to functional
indikasi yang menunjukkan bahwa grammar. Edisi ke-2. London:
penerjemahan teks humaniora dari Edward Arnold.
bahasa Inggris ke bahasa Indonesia Halliday, M.A.K. (1993). Some
memiliki tingkat kesulitan yang lebih grammatical problems in
tinggi dibandingkan penerjemahan teks scientific English. Dalam
sains dari bahasa Inggris ke bahasa M.A.K. Halliday dan J.R. Martin
Indonesia. Temuan ini selaras dengan (Ed.), Writing science: Literacy
simpulan Patrianto (2013) yang and dpscursive Power. London:
menyatakan bahwa dari segi struktural, Falmer Press.
variasi teks sasaran terhadap teks Huddlestone, R. (1988). English
sumber dalampenerjemahan teks grammar: An outline.
humaniora dari bahasa Inggris ke Cambridge: Cambridge
bahasa Indonesia memiliki tingkat University Press.
kesulitan yang lebih tinggi Kridalaksana, H. (2008). Kamus
dibandingkan dengan penerjemahan linguistik. Edisi Keempat.
teks sains dari bahasa Inggris ke Jakarta: PT Gramedia Pustaka
bahasa Indonesia. Utama
Martin, J.R. (1993). Technicality and
abstraction: Language for the
DAFTAR PUSTAKA creation of specialized texts.
Dalam M.A.K. Halliday dan J.R.
Bloor, T. & Bloor, M. (1995). The Martin (Ed.), Writings literacy
functional analysis of English: A and dpscursive Power. London:
Hallidayan approach. London: Falmer Press.
Arnold. Martin, J.R. (1993). Life as a noun:
Arresting the universe in science

184
Hero Patrianto: Penerjemahan Bentuk Metafora…

and humanities. Dalam M.A.K. Human Sciences, University of


Halliday dan J.R. Martin (Ed.), Surrey.
Writing science: Literacy and Parera, J. D. (2009). Dasar-dasar
discursive power. London: analisis sintaksis. Jakarta:
Falmer Press. Erlangga.
Morley, G. D. (2000). Syntax in Patrianto, H. (2013). Perbandingan
functional grammar: An variasi struktural antara
introduction to lexicogrammar in penerjemahan teks sains dan
systemic linguistics. London: humaniora dari bahasa Inggris ke
Continuum. bahasa Indonesia oleh
Palumbo, G. (2008). Translating mahasiswa jurusan bahasa
science: An empirical Inggris. Medan Bahasa, Vol. 7
investigation of grammatical (2): 160-185.
metaphor as a source of Wignell, P., J.R. Martin, dan S. Eggins.
difficulty for a group of (1993). The Discourse of
translation trainees in English- geography: Ordering and
Italian translation. Disertasi. explaining the experiential world.
Surrey: Department of Dalam M.A.K. Halliday dan J.R.
Languages and Translation Martin (Ed.). Writing science:
Studies, Faculty of Arts and Literacy and discursive power.
London: Falmer Press.

1
Pengkodean data dalam penelitian ini menggunakan istilah “segmen 1, segmen 2, segmen 3, dan
seterusnya”. Penomoran segmen berulang dari awal pada setiap teks sumber. Oleh sebab itu, selain
penomoran, jenis teks sumber juga menjadi elemen pengkodean data. Pengkodean data secara
lengkap adalah, sebagai contoh, “Segmen 1 TSu 1” atau “Segmen 3 TSu 3”. Setiap segmen berisi satu
frasa nominal dari teks sumber dan terjemahannya (teks sasaran) yang dihasilkan lima penerjemah.
Dalam artikel ini, pengkodean tersebut dipertahankan karena semua nomor kode data tersebut akan
dimunculkan secara lengkap dalam analisis kuantitatif. Namun demikian, hanya data tertentu yang
dimunculkan sebagai contoh sehingga penyebutan kode data tidak berurutan.
2
Rasio merupakan perbandingan bentuk kata dengan jumlah penerjemah. Misalnya, rasio 1/5 berarti
ada 1 bentuk kata yang dihasilkan oleh 5 penerjemah; rasio 2/5 berarti ada 2 bentuk kata yang
dihasilkan oleh 5 penerjemah; dan seterusnya.

185
186

You might also like