You are on page 1of 11

METAFORA DAN METONIMI KONSEPTUAL

(DATA BAHASA MANDAILING)

Namsyah Hot Hasibuan


Universitas Sumatera Utara, Medan

Abstract
It was Lakoffians side stated metaphor as a mentally matter conceptualized
structurally prior to linguistic expression. Among of the studies concerning
with that conceptual metaphor are such as orientational metaphor,
ontological metaphor, and structural metaphor. In application to the case of
bahasa Mandailing, theoretical view of orientational metaphor perceived
ASCEND-DISCEND (NAIK-TURUN) respectively as ones luck and
unluck, or something good and bad happened to anyone else is apparentl
yontradictory. In bahasa Mandailing, anything indicated as ASCEN c
DNAIK) in metaphors are not merely all perceived as something good (
ucky. With so many orientational metaphors, in bahasa Mandailin l
or
g,scending matters are not always perceived as positive-valued thing
aonversely, society of the language will perceive DISCEND (TURUN)
s.omething reachable as positive-valued things. As another characteristic
Che language concerned is divisibility of its metaphorical structure, i.e. th
is possible for the other linguistic unit, in the kind of words, to be inserteor
s etween the metaphorical components. to
t at
it d
b ELAKANG dalam bentuk media yang ber
muatan informasi kebahas
bangan linguistik telah
1. LATAR penelitian
kepada itu. Khusus
tawaran anekamenyangkut
teor yang disebut
sikan sejumlah karya, baik tataran semantik, misalnya,
B un dalam bentuk lain yang terakhir ini, telah banyak sumber
mlahnya. Memahami akan hal sumber dengan liputan aspek y
Perkem h terlalu sulit apabila dan berbeda dari sebelumnya.
mengakumula dengan sifat objek material malah ada yang hadir dengan
k yang senantiasa mengalami khusus, dengan pengarahan fo
tertulis maup aspek semantik tertentu. N
ahasa jelas akrab dengan
tidak terkira ju disadari bahwa hasil penelit
itu tidakla
dihubungkan
dari linguisti
perubahan. B
perubahan sebagai akibat dinamika yang
terdapat dalam masyarakat. Perubahan yang
tetap ada pada setiap bahasa menyiratkan
sekaligus bahwa teori kebahasaanpun dapat
berubah dan berkemang sejalan dengan
intensitas penelitian kebahasaan yang
dilakukan terhadapnya. Dari fenomena ini,
hal menarik dan yang patut diamati tidak
saja terbatas pada pemerian bahasa tertentu
beserta keunikan yang dimunculkannya,
tetapi juga pada aneka cara pendekatan
beserta teori baru yang diperoleh dari hasil

Universitas Sumatera Utara


beda dengan bahasa tertentu sebagai sumber lahirnya
aan teori dapat menyiratkan problema tentang
sampai tingkat keberterimaan teori itu sendiri untuk
inya. semua bahasa. Hal ini sekaligus memberi
Pada telah asumsi bahwa tidak ada teori kebahasaan,
banyak ang termasuk teori semantik, yang secara utuh
lebih luas pas terhadap hasil kajian aspek-aspek
Di semantik berbagai bahasa yang ada di dunia.
antaranya Dalam hubungan ini, penerapan teori
liputan semantik terhadap bahasa lain di luar bahasa
secara kus yang menjadi model buat pemunculan suatu
pada satu teori dapat dipandang sebagai upaya melihat
amun, tingkat keberterimaan teori tersebut di satu
perlu ian
terhadap
pihak, serta keunikan yang terdapat pada Secara umum data dalam tulisan ini terbagi
bahasa yang diteliti di pihak lain. Menyadari atas dua jenis. Jenis pertama bersifat leksikal,
akan hal bahasa daerah yang terdapat di dengan liputan: kata dasar dan derivasinya, kata
wilayah Indonesia yang jumlahnya mencapai ulang, kata majemuk, dan idiom. Jenis kedua
726 buah (Sugono 2005), kehadiran teori berupa frasa dan kalimat. Untuk perolehan data
semantik modern di era, yang oleh sebagian yang bersifat leksikal, kamus menjadi
orang katakan, modern ini merupakan sumbernya. Dalam hubungan ini, kamus
tantangan tersendiri dalam memahami lebih sumbernya dalah kamus bahasa daerah
jauh ihwal semantik kebahasaan kita yang Angkola/Mandailing yang disusun oleh H.J.
bhinneka itu. Kepemilikan kita terhadap Eggink 1936 (Angkola en Mandailing Bataksch
bahasa-bahasa daerah sudah jelas dan Nederlandsch Woordenboek). Perolehan data
tercatat sebagai keberuntungan tersendiri berupa frasa dan kalimat bersumber dari buku
dalam menjaga terpeliharanya kelangsungan bacaan berbahasa daerah Mandailing.
kehidupan budaya daerah yang merupakan Sumber
kekayaan nasional (Halim1981). Salah satu
di antara bahasa daerah, yang jumlahnya
disebutkan
Mandailing. B
penulis, baha
bahasa yang
sentuhan pe
modern, teru
Keinginan u
ihwal semant
pengaplikasia
atas, mendasa
untuk men
terhadapnya
Dengan pene
metafora konse
diharapkan h
memberi ga
aspek seman
kedua kateg
tulisan ini.

2. DATA
T

Universitas Sumatera Utara


Istilah metafora konsept
di atas, adalah bahasa
erdasarkan pada pengetahuan dikaitkan
seperti denganHal
Johnson. Lakoff dan li
itu beralas
sa ini masih tergolong kepada bahwa keduanya pernah
masih jarang mendapat
terakhir ini meliputi dua buahteori
buku,linguistik
yaitu penelitian khusus terhadap pe banyak, kan,
ngaplikasian konseptual (Eynon 2002). Mel
tama dari tataran
buku Sibulusbulus Sirumbukrumbuk, karyasemantiknya. keduanya wa
ntuk lapangan dan dengan pero
Willem Iskander, dan memperoleh
Impola ni Hatainformasi
yang ungkapan-
ik bahasa Mandailing melalui ungkapan metaforis
dari hasil analisis yang
yang terb
dilaku
ditulis oleh n teori,
Maracub. Selanjutnya di
seperti dimaksudkan banyak itu
sebagai data tambahan, digunakan data memperoleh kesimpulan bah ri metafora
lisan yang berasal ri upaya
dari yang penulis
penutur lakukan
bahasa ungkapan metaforis yang lebih terbatas
gadakan telaah singkat sesungguhnya berasal da
Mandailing. Dalam guna hal ini, penulistulisan
mewujudkan yang ini. konseptual yang jumlahnya pan metaforis
tapan fokus
juga sebagai penutur bahasatelaah pada aspek
Mandailing, dari realisasi ungkapan-ungkaJohnson 1980,
ptual dan metonimi konseptual,
sewaktu-waktu berperan sebagai sumber yang ditemukan (Lakoff & 02)). Menurut
asil telaah singkat ini dapat
buat perolehan kedua jenis data di atas. Lakoff 1987 (dalam Eymon 20 f yang masih
Data tulismbaran singkat pula dan
diidentifkasi tentang mereka, baik metafora kreatikonvensional
dikelompokkan tis menurut
bahasa kebutuhan
Mandailing akan pada produktif maupun metafora nis ini berasal
ori yang tersebut pada judul yang telah arkhais, kedua je
contoh untuk setiap aspek atau subaspek dari metafora konseptual. O leh Johnson
semantik yang dibicarakan. onseptual itu
(1987) sendiri, metafora k
ELAAH n skemata
diidentikkan juga denga
3. METAFORA (schemata). Menurut Johnson awalnya,
KONSEPTUAL ungkapan metaforis diambil dari skemata
yang telah ada, dan kemudian
ual
melengkapinya dengan tujuan untuk
sering nguis
memperoleh efek-efek langsung tertentu
lainnya, an
bagi pendengar atau pembaca. Dari hasil
mengingat
penelitian Lakoff 1993, selanjutnya,
melakukan
diperoleh pemahaman bahwa metafora itu
rihal
sama sekali tidak berada pada bahasa
metafora
melainkan pada ranah mental seseorang
alui
yang telah terkonsepsi lebih dahulu. Dari
penelitian
uraian singkat di atas dapat dirumuskan
lehan
bahwa metafora konseptual itu adalah
contoh ilang
metafora asali yang telah terkonsepsi lebih
dahulu dalam ranah mental penutur bahasa. metafora ont di
Jadi, dia merupakan struktur konseptual dalamnya f
yang diekspresikan melalui atau pada manusia diga
bahasa. fenomena f
Terdapat sejumlah penjenisan dalam tersebut pe
kajian metafora konseptual, seperti metafora sebagai hubu
orientasional, metafora ontologikal, dan metafora wadah (cont
struktural. Ketiga jenis metafora konseptual wadah yang d
tersebut diekspresikan pada bahasa. Untuk visual, akti
metafora orientasional, ada juga yang Pemahaman
mengidentikkannya dengan metafora spasial dapat dilihat
yang menggambarkan, baik jarak maupun mengisyaratk
ruang. Yang termasuk ke dalam kelompok struktural ter
ini adalah metafora dengan orientasi NAIK- struktur atau sistem. Tentang metafora dan
TURUN, yang masing-masing dimaknai inferensi, dari Leech (1981) diperoleh pemikiran
sebagai kemaslahatan atau kebaikan dan bahwa spesifikasi morfologis maupun sintaksis
kemudaratan antara ungkapan bermakna hurufah dan yang
semacam ini, bersifat metaforis tidak berbeda; yang
2000) dise membedakan keduanya hanyalah terdapatnya
pengalaman perubahan semantis pada ungkapan yang
raganya yang bersifat metaforis. Dengan kenyataan seperti itu
yang dihub adalah logis apabila metafora mengisyaratkan
kondisi kesa keharusan adanya inferensi. Tanpa
kekuatan ses memperhatikan latar atau konteks metafora
(1980) sela digunakan inferensi terhadap
Universitas Sumatera Utara
atau keburukan. Metafora masing-masing dimaknai
oleh Lakoff dkk. (lihat Saeed kemaslahatan, keberuntunga
but sebagai penggambaran apabila NAIK atau mengarah
manusia dari pengamatan kemudaratan, kerugian, kebur
metafora tidak dapat
dapattegak atau tergeletak
dilakukan begitu TURUN atau mengarah ke baw raganya eletak
ungkan dengan
saja; baik itu terhadap konteks fsik, hal, seperti semacam ini, oleh Lakoff, dkk. yang eperti
daran, kesehatan,
konteks psikologis, konteks nasib, ataupun
ontologis, 2000:305), disebut sebagai p kondisi ib,
eorang. Lakoff
dan sebagainya. Konteks yang berbeda,dan Johnson pengalaman manusia yang m ataupun m
menurut Leech, njutnyamenuntut
menjelaskanupaya bahwa dapat berdiri tegak atau terg hal yang
penginferensianologikal
yang adalah
berbedametafora
pula,yang dihubungkan dengan hal, s isalnya, pada
enomena non-fisik
sekalipun terhadap metafora yang sama.pengalaman kesadaran, kesehatan, nasanya metafora
mbarkan sebagaimana halnya kekuatan seseorang. Dala naik; seperti
3.1 sik konkret. Oleh kedua ahli
Metafora menyangkut keberuntungan, mut ini.
Orientasional nggambarannya diibaratkan bahasa Mandailing dikenal ad
Sebutan metafora orientasional dan
ngan antara isi (substances) yang menggunakan kata naek
Menurut dengan
ainer). diidentikkan
ada kalanya keduanya, terdapat pada contoh (01) berik).
imaksud dapat berupa
metafora yang bersifat spasial, baik yang bidang
menggambarkanvitas,ruang
ataupun keadaan.
ataupun jarak. (01) Mur naek godang nia. gunakan kata
tentang yang
metafora struktural Dia bertambah besar (gemukat dipandang
Dalam metafora tergolong ke
dalam kelompok orientasional atauyang
pada Siregar 2004, sebagai metafora yang mengisyaratkan
Metafora dengan
keberuntungan. Dalammenghubunan ini,
spasial, an bahwa pada
metaforanya metafora
berorientasi
dapat kemiripan naek pada (01) di atas dap
metafora (01) mengungkapkan maksud
kepada dikotomi NAIK pada TURUN, tingkat
yang sebagai penuturnya yang melihat seseorang beranjak
n, dewasa yang ditandai dengan peningkatan
kebaikan ke ukuran tubuh atau berat tubuh orang yang
atas, dan dimaksudkannya. Selain itu, metafora (01)
ukan dapat juga diinterpretasikan bahwa penutur
apabila ah. melihat seseorang (nia dia) yang semakin
Metafora gemuk. Dalam hubungan ini, keadaan
(dalam gemuk dapat juga diasosiasikan dengan
Saeed, keberuntungan; misalnya karena kebutuhan
enggambara konsumtifnya telah terpenuhi atau beban
n elihat fkiran yang semakin berkurang, sehingga
dapat berdampak pada naiknya timbangan Dalam
(obisitas) seseorang. Sebaliknya, dalam hal contoh metaf
yang berhubungan dengan kemudaratan NAIK justru
atau kerugian, misalnya, dalam bahasa Oleh masyara
Mandailing dikenal metafora yang NAIK atau
menggunakan kata dabu atau madabu jatuh, dipersepsi se
seperti ditemukan pada contoh (02) berikut positif (sepe
ini. sombong; n
pelamun; g
(02) Madabu oncongku di sia. mujur, dan se
Saya mengutuknya. mempersepsi
bawah (dan
Pada metafora (02) terdapat kata sesuatu yang roha
madabu yang mengisyaratkan kemudaratan orang r mujur,
atau kerugian. Dalam hubungan ini, yang dan se
jatuh adalah kutukan dari si penutur kepada
seseorang (sia
yang dihind 3.2 Metafora Ontologikal
apabila kutuk Dengan merujuk kepada Lakoff dan
kepada Johnson 1980 (dalam Saeed 2000) diperoleh
seseor sebagai pemahaman bahwa metafora ontologikal adalah
kemu metafora yang di dalamnya fenomena nonfsik
kebalikan dalam pengalaman manusia digambarkan
keberuntung sebagaimana halnya memandang fenomena fsik
yang konkret. Oleh Lakoff dan Johnson, lebih
Universitas Sumatera Utara
lanjut, dijelaskan sekemanya seperti Johnson, wadah yang dimaksud dapat
hubungan antara isi (substances) dan wadah berupa bidang visual, aktivitas, dan keadaan.
(container). Dalam hubungan ini, menurut Bidang visual sebagai wadah, kedua ahli
Lakoff dan tersebut mencontohkannya melalui sejumlah
kalimat, seperti terdapat pada (05a-c) berikut
ini.

(05) a. The ship is coming into view.


b. Hes out of sight now.
c. Theres nothing in sight.

Untuk aktivitas (activities) sebagai


wadah, keduanya memberi contoh, seperti
terdapat pada kalimat-kalimat (06a-c); dan
pada (07a-c) terdapat contoh yang
menunjukkan keadaan sebagai wadah.
dia). Kutukan adalah sesuatu
ari oleh setiap orang. Tetapi, (06) a. I put a lot of energy int o washing the
windows.
an telah jatuh dan ditimpakan
b. Hes out of the race.
ang, hal demikian dipandang c. Shes deep in thought.
daratan atau kerugian, sebagai
dari kemaslahatan atau
(07) a. Hes in love.
an. b. Hes coming out of the coma now.
bahasa Mandailing, berbagai c. She got into a rage.
ora dengan orientasi TURUN-
menunjukkan hal sebaliknya. Dalam bahasa Mandaili ng, metafora
katnya, hal yang menunjukkan ontologikal yang analogi deng an contoh (05)
tinggi di atas, tidak selalu dapat ditemukan dengan pe
rbedaan pada
bagai sesuatu yang bersifat segi wadah. Pada contoh (05),
rti: na gincat roha orang yang menjadi
wadah bertalian dengan pa a
gincat angan-angan orang ndangan atau
penglihatan. Hal demikian,
incat rasoki tidak bernasib Mandailing wadah lebih lazdalam bahasa
bagainya). Sebaliknya, mereka oleh komponen metaforis yan im ditempati
sesuatu yang TURUN atau di fenomena hati atau kalbu g terdiri dari
dapat dijangkau itu) sebagai Untuk itu digunakan kata roh yang abstrak.
bersifat positif (seperti: na toruk seperti terdapat pada contoh (a hati, kalbu,
amah; rondo rasoki bernasib ini. 08a-c) berikut
baginya.

(08) a. Inda masuk tu roha nia na ipardok i.


Apa yang dikatakan tidak masuk ke
dalam fkirannya.
b. Mangincaki halak inda adong di rohana.
Mencaci orang tidak ada dalam hatinya.

c. Na sian roha nia do baenon nia.


Yang dari hatinya yang dilakukannya.

Metafora ontologikal yang wadahnya


berupa aktivitas, seperti yang terdapat pada
(06a-c), dapat ditemukan analoginya dalam
bahasa Mandailing. Contohnya terdapat
pada (09) berikut ini.
(09) a. Haroro nia mangayaon tu karejo. b. Sian mangan tu na minum santongkin do i.
Kedatangannya mengganggu kerja. Dari makan ke minum hanya sebentar
saja.
Universitas Sumatera Utara
ketiganya, di samping konteks, amat
c. Painte torus tu haruar ni danak sikola. ditentukan oleh faktor kesamaan sifat atau
Tunggu sampai keluarnya anak sekolah.
karakteristik antara masing-masing jenis
hewan yang disebutkan dengan jolma
Metafora ontologikal yang wadahnya
tertentu. Pada JOLMA songon BABIAT,
berupa keadaan, yang analogi dengan
terdapat pemersepsian jolma sebagai babiat,
contoh (07a-c), dalam bahasa Mandailing
atau babiat dipersepsikan kepada jolma. Hal
terdapat contohnya, seperti terdapat pada
demikian dapat terjadi, apabila jolma
(10a-c) di bawah ini.
tertentu, menurut pandangan penutur, sifat
atau karakteristik yang terdapat pada babiat,
(10) a. Mur tu miskinna do ia sannari.
Sekar di antaranya: 1) kuat, 2) garang, 3)
membahayakan, 4) menakutkan, 5) kuat
b. Rap tu makan, ditemukan pada diri jolma yang
Merek dimaksudkannya, seperti terdapat pada (11)
berikut ini.
c. Monjap
Kami
ang dia semakin miskin. (11) Ulang ko ke tu bagas ni halahi an, babiat do aya
nia.
3.3 Metaforapadena halahi marroha. Kau janan pergi ke rumah orang itu,
Pada ma berpikir ke arah yang lebih baik. ayahnya itu harimau.
kemiripan st
Dengan demikhami di potpot ni kobun i. Pada (11) terdapat lara ngan penutur
bersembunyi di semak kebun itu.
pada metafor agar orang tidak dengan muda h pergi begitu
kemiripan st dianggapnya
saja ke rumah orang yang
penyampaianStruktural memiliki sifat, seperti harimau, yang disebut
etafora struktural terdapat
(2005) 1
me di atas. Artinya, pen utur telah
ruktur atau kesamaan sistem.
HEWAN sebaian dapat diidentifkasi bahwa mempersepsikan orang yang dimaksudkan
jangan didatangi pada (11) itu sebagai
struktural. Ana struktural ditemukan adanya
berbahasa Ind harimau karena yang bersangk utan memiliki
ruktur atau sistem. Dalam
sifat-sifat yang disebutkan.
Mandailing materi kuliahnya, Siregar Hal ini juga
berarti bahwa penutur tela
mberi MANUSIA
JOLMA son gai salah satu contoh metafora sebagai h memetakan
sifat-sifat harimau kepada
sebagai dimaksudkannya. manusia yang
alogi dengan contoh metafora
hewan Pada pilihan JOLMA son
onesia tersebut, dalam bahasa
selanjutnya, ditemukan peme gon BODAT,
dikonseptuali ditemukan metafora seperti
sebagai bodat, atau bodat rsepsian jolma
Binatang merupakan hipernim darimanusia
gon BINATANG berbagai
kepada jolma. Kejadian sepe dipersepsikan
sebutan untuk .hewan
Dalamyang berbeda
hubungan ini,dengan
jolma
muncul apabila, menurut
karakteristiknya masing-masing.
sasikan sebagai Sebagai
binatang. rti ini dapat
hipernim, binatang masih memiliki hiponim, pandangan
seperti babiat harimau, bodat monyet, babi penutur, jolma tertentu memiliki kesamaan
babi, dan sebagainya. Oleh karena ketiga sifat dengan bodat yang dapat diidentifkasi
kata terakhir tersebut merupakan hiponim sebagai hewan yang, antara lain: 1) sulit
dari kata binatang, dalam struktur metafora diingatkan (diajari), 2) suka merusak, 3)
ini, masih dapat sebenarnya ditemukan suka mencibir, 4) selalu mencari ambilan
metafora berstruktur sama yang dapat (makanan), 5) loba makanan, dan 6)
dipandang sebaai subnya; yaitu JOLMA kedekut. Manakala penutur telah
songon BABIAT, JOLMA songon BODAT, dan mempersepsikan jolma sebagai bodat atau
JOLMA songon BABI. Pilihan di antara bodat kepada jolma, dapat diartikan bahwa
menurut penutur sifat-sifat yang terdapat
pada bodat, seperti yang disebutkan di atas,
dapat ditemukan pada jolma yang
dimaksudkannya, seperti yang terdapat
pada contoh (12) berikut.
(12) Ma hudok, so ho di si bodat!
Sudah kuingatkan, diam kau di situ
monyet!
Universitas Sumatera Utara
Contoh pada (12) mengisyaratkan (14) a. Babiat dei, disoro ia ho naron.
bahwa penutur pada awalnya telah memberi Dia itu harimau, diterkamnya kau nanti.
peringatan agar orang yang dimaksudkan
harus menunggu dan jangan meninggalkan b. Na lobi kikitna, bodat dei.
Luar biasa lokeknya, dia itu monyet.
tempat. Namun, yang terjadi adalah orang
yang dimaksudkan pada (12) tidak mau c. Babi dei, songon i hodarna.
tinggal diam. Dia beranjak dan Begitu joroknya, dia itu babi.
meninggalkan tempat yang diharuskan dia
berada di situ untuk sementara waktu. 4. METAFORA DAN INFERENSI
Harapan padanya untuk tidak meninggalkan Menurut Leech (1981) spesifkasi
tempat ternyata tidak diindahkannya. Sifat morfologis maupun sintaksis antara
orang tadi, yang memiliki kesamaan dengan ungkapan bermakna hurufiah dan yang
sifat monyet, seperti disebutkan di atas, metaforis tidak berbeda; yang berubah atau
logis bahwa akan metafora m
melatari munculnya metafora pada contoh keharusan adanya infer
hal yang membedakan keduanya hanyalah
(12). terdapatnya
terhadap perubahan semantis pada
ilihan JOLMA songon BABI, begitu sajametafora
tanpa tidak dap
memperhati
Pada p ersepsian jolma sebagai babi; ungkapan yang bersifat metaforis. Karena itu
terdapat pemya, babi dipersepsikan kepada konteks metafora digunaka engisyaratkan
konteks yang bersifat f
atau sebalikn ini terjadi apabila menurut
enutur jolma tertentu memiliki psikologis, konteks ontoensi. Inferensi
jolma. Pilihanarakteristik babi yang dapat pengetahuan), dan sebagainya.
berbeda menuntut upaya pe at dilakukan
pandangan p sebagai hewan yang, antara kan latar atau
sifat atau k dan pemakan segala, 2) jorok, yang
sama berbeda walau
karena (lihat terhadap
Siregar 2004 n, baik itu
hitungan (emosional), 4) tidak
diidentifikasi berbeda dapat ditemukan d sik, konteks
cemburu. Jika sifat-sifat babi
lain, 1) rakusutkan, menurut pandangan metafora yang sama. Pada metlogis (ilmu
3) kurang peremukannya pada seseorang, songon BABI, misalnya, terd Konteks yang
dapat muncul adalah kemungkinan
konteks yang inferensi
melatari atas
muncuda
memiliki rasaseseorang. Artinya, orang yang nginferensian
yang diseb itu. Metafora JOLMA so metafora yang
nya dipersepsi sebagai babi, misalnya, pada contoh (13), pe
penutur, ditpat pada contoh (13) di bawah disebabkan oleh latar konteks ) pikiran yang
upaya yang
satu sifat babi (rakus dan pemaalam struktur
pembabian afora JOLMA
(omnivora)) ditemukan pada
dimaksudkannganon nia, babi do bayo i.
dimaksud oleh penuturn apat berbagai
seperti terda sar perbedaan
ini. lnya metafora
ngon BABI,
(13) Sude do pa munculannya
Semua dimakannya, orang itu (lk) babi.
bahwa salah
kan segalanya
Dari contoh (11) sampai dengan (13),
orang yang
pemersepsian hewan kepada manusia, tidak
ya. Dengan
selalu harus dengan kelengkapan semua sifat demikian, inferensi metafora pada contoh
hewan tertentu terdapat pada manusia, (13) adalah bahwa orang yang dimaksudkan
tetapi dapat juga terjadi berdasarkan satu di penutur (yang dibabikan) memiliki sifat
antara sejumlah sifat yang dimiliki masing- rakus dan pemakan segala. Karena sifat babi
masing hewan tersebut. Jadi dari masing- tercatat tidak hanya satu saja, maka
masing sifat tiga hewan di atas (babiat, bodat, pemunculan metafora yang sama (JOLMA
babi) sesungguhnya masih memungkinkan songon BABI) dapat muncul lagi dengan
untuk diperolehnya metafora dengan latar konteks yang berbeda yang didasarkan
struktur JOLMA songon BINATANG, seperti pada sifat lain yang dimiliki oleh babi. Sifat
terdapat pada contoh (14a-c) berikut ini. babi yang jorok, misalnya, melatari atau
merupakan konteks pemunculan metafora
(15a); sifat babi yang kuang perhitungan dan
emosional merupakan konteks pemunculan
metafora (15b), dan sifat babi yang tidak dari (15a) adalah bahwa orang yang dimaksud
memiliki rasa cemburu melatari munculnya penutur berkepribadian jorok; dari (15b),
metafora (15c). Inferensi yang dapat diambil orang yang dimaksudkannya mudah marah dan
Universitas Sumatera Utara
menyerang orang lain secara emosional, dan 1987 yang menyebutkan bahwa sebutan
dari (15c), orangnya permisif pada yang pengganti sesuatu itu harus dengan rujukan
asusila terhadap istri orang lain ataupun yang pasti kepada sesuatu yang khusus
suami (orang lain) terhadap istrinya. dalam struktur konseptual. Melalui cara
Kebenaran bahwa inferensi dapat berbeda penggantian sesuatu yang dimaksudkan
terhadap metafora yang sama ditemukan dengan sebutan pengganti, menurut Lakoff,
pada contoh (15a-c). Inferensi yang dapat orang akan lebih mudah mengerti,
diambil dari metafora yang sama pada (15a- mengingat, ataupun mengenalnya; malah
c) masing-masing berbeda, sekalipun bentuk dalam konteks tertentu lebih bermanfaat
singkat tentang penjelasa
metaforanya ama. untuk tujuan tertentu secara langsung.
metonimi, selanjutnya, dike
s Metonimi merupakan model baimana
Hilverty (2002), yang
bayo i, tu dia dursunna.
metonimi merupakandihubungkan
sesuatu yang tertentu pem dengan
(lk) itu babi, kemana saja jorok.
(15) a. Babi do sebutan penggantinya
sebuah model, dengan penge dalam struktur
Orang bayo i, mangkojar halak naso binoto konseptual,
tertentu dalam dansatu
hubungan itu ditandai oleh
model dija
pengganti yang lain dalamsendiri dengan
fungsi sebutan pengganti itu
b. Babi do (lk) itu babi, mengejar orang yang sesuatuDi yang
sama. samping dimaksudkan.
memberi Tambahan
salana.elas salahnya. metonimi, pada kesempatan l n rumusan
Orang
Cruse (2004) juga mengemuka mukakan oleh
tidak j bayo i, halak manengget adaboru nia
pola metonimi. Dalam menyebutkan
ngua. metonimi dengan metafora, etaan dalam
c. Babi do (lk) itu babi, dia diam istrinya tersebut mengemukakan seju
nga ma orang (lk) lain. rtian kategori
Orang
merupakan ciri dari metodikan sebagai
dinaiki NIMI KONSEPTUAL metonimi dinyatakan bahmodel yang
umusan bersahaja Eynon (2002) pengganti dengan sesuatu yakarakteristik
5. METO bahwa metonimi termasuk tergabung dalam ranah tertent
ain Craft dan
Dalam r bersifat fguratif, yang di dengan mengacu pemikiran L kan sejumlah
dan Cruse mengemukakan ciri
menyebutkanrdapat penggantian sebutan
metonimi, kesesuaian ant membedakan
jenis bahasaang dimaksudkan dengan
pengganti dengan ses kedua ahli
esuatu yang ada tautan dimaksudkannya terjadi secarmlah hal yang
dalamnya te a dengan sesuatu yang
sesuatu y nimi. Dalam
menyebut s wa sebutan
pengenalanny ng digantikan
dimaksudkan tersebut. Sebagai contoh, u. Kemudian,
dengan menyebut timbako tembakau pada akoff cs, Craft
kalimat Madung habis timbako nia Sudah bahwa dalam
habis rokoknya, terdapat penggantian ara sebutan
sebutan untuk rokok. Kata timbako memiliki uatu yang
tautan pengenal dengan rokok karena a koinsidental
timbako masih merupakan komponen dari dan tidak terdapat relevansinya terhadap
rokok. Dalam hubungan ini, yang pesan yang terdapat di dalamnya; dan selain
dimaksudkan oleh penutur dengan itu, tidak terdapat pengidentikan atau
menyebut timbako, pada kalimat di atas, penyamaan antara sebutan pengganti
adalah rokok. Maksud rumusan metonimi di dengan sesuatu yang dimaksudkanya.
atas, selanjutnya, diperjelas lagi oleh Eynon Dengan ciri-ciri metonimi yang disebutkan
dengan mengemukakan pandangan Lakoff di atas, berbagai jenis metonimi telah terliput
di dalamnya. Termasuk di dalamnya, antara
lain, metonimi 1) yang menyatakan sebagian
untuk keseluruhan, seperti pada contoh (16);
2) yang menyatakan keseluruhan untuk
sebagian, seperti pada contoh (17); 3)
sebutan satu orang untuk kelompok, seperti
pada contoh (18); yang menyatakan untuk atribut, seperti pada contoh (20); dan
kelompok untuk maksud satu orang, seperti yang menyatakan atribut untuk entitas, seperti
pada contoh (19); yang menyatakan entitas pada contoh (21).
Universitas Sumatera Utara
makna kata pangguris meliputi semua orang
(16) Dua tampuk tarutung maia. yang profesinya sebagai penderes pohon
Hanya dua buah durian saja. karet. Dalam hubungan ini terjadi
penyebutan kelompok atau klas masyarakat
Arti tampuk dalam bahasa Mandailing dengan maksud untuk anggotanya secara
adalah tangkai. Dalam hubungan ini, yang individual.
menghubungkan buah durian dengan
cabang atau ranting pohon durian dapat (20) Gulaen do na iobansa.
dijadikan sebagai sebutan pengganti buat Cuma ikan yang dibawanya.
buah duriannya. Kata tampuk adalah bagian
Kata gulaen merupakan hipernim dari
dari buah. J
berbagai jenis atau nama ikan, sedangkan
yang dimaks
yang dimaksudkan dengan kata gulaen pada
buah duriann
(20) tidak mungkin meliput semua jenis ikan
bahwa pada s
yang dimaksud, melainkan terbatas hanya
buah tampuk.
untuk jenis ikan tertentu. Jika nama setiap
(17) Malo do boadi dengan menyebut tampuk, jenis ikan dipandang sebagai atribut, maka
Apakah m udkannya pada (16) adalah kata gulaen pada (20) maks udnya adalah
kelapa? ya, yang juga dapat diartikan dengan atribut atau nama terte ntu.
etiap buah durian terdapat satu
(21) Madung kehe si Kobol.
Arti Si Kobol sudah pergi.
sesungguhnya
dari pohon kdat i paijur harambir? Kata kobol artinya ge
onyet itu pandai memetik buah
batang, akar, d atribut tersebut dialamatmuk. Apabila
menyebut ka seseorang, atribut tersebut kan kepada
dimaksudkan dapat juga
berfungsi sebagai sebutan pe
terutama bua kata harambir kelapa dirinya yang sebenarnya. A ngganti nama
meliputi berbagai komponen orang yang bersangkutan tertinya, selain
elapa; di antaranya termasuk nama tersendiri, dia dapat juga lah memiliki
(18) Ligi, ma i aun, pelepah, tandan. Namun,
dengan atribut yang disand
Lihat, itu ta harambir pada (17), yang diidentifikasi
kobol.
nya adalah buah kelapanya, angnya, yaitu
Sebutan hnya yang telah tua.
5.1 Metonimi Proposisional
ditujukan kepada seseorang yang
ndu si Naku.
Ciri yang terdapat pa
berkeperibadian kurang berterima di
dia si Naku.dia tampil dengan proposisional, di antaranya a
masyarakat. Biasanya da metonimi
proposisi dan referensi. Sela
pembawaan rambut panjang dan jorok. Jadi, dalah, adanya
metonimi proposisional ter
sebutan demikian si nakudapatpada
saja (18) di atas
dialamatkan in itu, pada
kepada siapa saja yang berkeperibadian dapat prinsip
demikian. penaatan asas kebenaran. Artinya, jenis
metonimi ini memiliki kecenderungan untuk
(19) Jou panguris, maradian jolo. tidak melanggar persyaratan-persyaratan
Hai penderes, istirahat dahulu.
kebenaran; begitu juga dari segi hurufahnya
pada metonimi proposisional tidak terjadi
Kata pangguris pada (19) maksudnya
pelanggaran terhadap makna hurufiah.
adalah individual atau perorangan,
Sebagai contohnya dapat ditemukan pada
sedangkan di luar konteks kalimat (19),
(22) berikut ini.

(22) Si tingke manailion ahu idalan.


Si pincang memandang saya di jalan.

Contoh (22), jika diamati, sungguh


berbeda dengan ungkapan-ungkapan pada
(23a-c) yang melanggar persyaratan- semantiknya, sehingga setiap contoh ungkapan
persyaratan kebenaran dan logika

Universitas Sumatera Utara


yang terdapat pada (23) tidak satupun yang Pada (24), ungkapan saruas tobu seruas
dapat digolongkan kepada jenis metonimi. tebu maksud sesungguhnya adalah bagian
batang tebu di antara dua buah ruas. Di sini
(23) a. *Painte na madung kehe. jelas bahwa bagian yang dimaksud
Menunggu orang yang sudah tiada.
melibatkan dua buah ruas, yakni ruas
pertama dan ruas kedua. Jadi, ruas yang
b. *Kehe mangan angin.
Pergi makan angin. terlibat pada ungkapan metonimis pada (24)
sebenarnya terdiri dari dua buah, bukan
c. *Ronggur naso marsora. satu.
Petir yang tidak bersuara.
6. KESIMPULAN
5.2 Metonimi Referensial Berbeda dengan pandangan teoretis
Pada m tentang metafora berorientasi NAIK-
yang dihasil TURUN, yang mempersepsikan sesuatu
proposisional, kemaslahatan atau kebaikan apabila NAIK,
dalam meton dan sebaliknya, sesuatu itu merupakan
tidak kan apabila
etonimi referensial, parafrase kemudaratan atau keburu
menunju TURUN. Dalam bahasa Mandailing,
kan daripadanya tidak bersifat
seperti itu, mi berbagai contoh metafora dengan orientasi
dan apa yang dinyatakan
ungkapan ma tersebut justru menunjukkan hal sebaliknya.
imi referensial pada prinsipnya
Dalam hubun Dalam bahasa Mandailing, oleh
kkan keseluruhan bagian. Hal
metonimi t salnya, dapat ditemukan pada masyarakatnya, hal yang menunjukkan
ungkapan yambasu motor mencuci mobil. NAIK atau tinggi di atas, tidak selalu
bukan me gan ini, sifat non-proposisional dipersepsi sebagai sesuatu yang bersifat
Selanjutnya, erlihat pada keterbatasan positif (seperti: na gincat roha orang
proses pada ng hanya merupakan frasa, sombong; na gincat angan-angan orang
menunjukkanrupakan sebuah proposisi. pelamun; gincat rasoki tidak bernasib
mengisyaratk tidak tergambarnya totalitas mujur, dan sebagainya). Sebaliknya, mereka
keseluruhan. contoh metonimi di atas mempersepsi sesuatu yang TURUN atau di
bahwa metonimi referensial bawah (dan dapat dijangkau
kenyataan bah itu) sebagai
an makna sebagian untuk sesuatu yang bersifat positif (s
pencucian m eperti: na toruk
roha orang ramah; rondo ra
upaya pencuc Hal itu dapat didasarkan pada soki bernasib
mujur). Hal demikian me
berupa bak wa, orang, apabila melakukan mberi makna
obil, bagian yang dijangkau bahwa dalam masyarakat baha
d bagian- tidak semua yang menunjukk sa Mandailing
ian adalah bagian luarnya saja,
bagian atau tinggi itu dipersepsi secaan arah NAIK
an bannya; bukan termasuk
Berikut demikian juga sebaliknya, tidra positif; dan
lain dalam mobil.
menjahit celana terdapat pola makna yang menemukan persepsi negatif aak selalu kita
nya, pada manjait saraor
mirip dengan ungkapan metonimi mambasu pabila sesuatu
motor. Pada manjait saraor jelas bahwa tidak itu menunjukkan arah TURUN atau di
semua bagian dari bahan celana akan bawah.
mendapat jahitan. Yang mendapat perlakuan Bentuk metafora dalam bahasa
menjahit adalah bagian-bagian tertentu saja, Mandailing bersifat divisibel. Hubungan
terutama bagian pinggir tertentu pula dari antara komponen yang membentuk struktur
bahan yang akan dijadikan celana. Contoh sintagmatis metafora tidak tetap dan kaku.
lainnya adalah, seperti terdapat pada (24) Artinya, di antara komponen yang
berikut ini. membentuk ungkapan metaforis masih
dapat disisipi oleh unsur lain (lihat contoh
(24) Saruas tobu pe inda tarlehen ia. (11) dan (13)). Pola metonimi yang
Seruas tebupun tidak dapat diberinya. menunjukkan orang untuk lembaga, lembaga
untuk pejabat, dapat diprediksi sulit untuk
diperoleh dalam bahasa Mandailing karena
pola-pola yang disebutkan terakhir ini dapat
dikatakan sebagai akibat perubahan sistem DAFTAR PUSTAKA
kemasyarakatan yang terjadi kemudian.
Universitas Sumatera Utara
Allan, Keith. 2001. Natural Language Iskander, Willem. 1987. Si Bulus-Bulus Si
Semantics. United Kingdom: M.P.G. Rumbuk-Rumbuk. (Terbitan ke-44)
Books Ltd, Bodmin, Cornwall. Jakarta: Penerbit Puisi Indonesia.
Cruse, D.A. 1990. Language, Meaning and Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus
Sense: Semantics. Dalam N.E. Collinge Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
(Ed.): An Encyclopaedia of Language. Leech, Geoffrey N. 1981. Semantics.
Great Britain: Richard Clay Ltd. Harmonsworth: Penguin.
Eggink, H.J. 1936. Angkola en Mandailing Lyons, John. 1981. Language, Meaning and
Bataksch Nederlandsch Woordenboek. Context. Great Britain: Richard Clay
Bandoeng: A.C. NIX & Co. (The Chaucer Press).
Eynon, Terri. Maracub M, Bgd, 1958. Impola ni Hata.
United K Padangsidempuan: Pustaka Timur.
Mount: Saeed, John I. 2000. Semantics. Blackwell
Unit. Publisher Limited.
Halim, Amra Siregar, Bahren Umar. 2004. Metafora
Nasiona kekuasaan dan Metafora Melalui
2002. Cognitive Linguistics.
Nasional Kekuasaan: Melacak Perubahan
ingdom, Thorneywood
Hilverty, J Nottingham Psychotheraphy Kemasyarakatan Melalui Perilaku Bahasa
Linguis (naskah hasil penelitian untuk PELLBA
Sketch.n. 1981. Fungsi Politik Bahasa 17). Medan:
Sugono, Dendy. Bahren Umar Siregar.
2005. Perenc
Linguistil. Dalam Politik Bahasa
di Indonesia. Dalam anaan Bahasa
Thorne 1. Jakarta: PN Balai Pustaka. Perspektif Dinamika Global Bahasa Dalam
Psychot oseph. 2002. Cognitive Press. . Medan: USU
tics: An Introductory
Dalam Terry Eynon. Cognitive
cs. United Kingdom,
ywood Mount: Nottingham
heraphy Unit.

Universitas Sumatera Utara

You might also like