You are on page 1of 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/336873984

ALLOMETRI BIOMASSA JENIS BIDARA (ZIZIPHUS MAURITIANA) DI PULAU


TIMOR UNTUK PENDUGAAN BIOMASSA

Article · April 2017


DOI: 10.20886/jpkf.2019.3.2.59-74

CITATIONS READS

0 280

2 authors:

Hery Kurniawan Eko Pujiono


Research and Development Institute of Forest Fiber Technology Universitas Gadjah Mada
19 PUBLICATIONS   20 CITATIONS    12 PUBLICATIONS   22 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Belum ada proyek View project

All content following this page was uploaded by Hery Kurniawan on 08 November 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ALLOMETRI BIOMASSA ATAS TANAH Ziziphus mauritiana
UNTUK PENDUGAAN BIOMASSA DI PULAU TIMOR

Above Ground Biomass Allometry of Ziziphus mauritiana for Estimating Biomass in Timor
Island

Hery Kurniawan1
Eko Pujiono2

ABSTRACT
One of the dominant species that form a savanna type of the eight types in Nusa Tenggara and Maluku is the savanna Ziziphus
mauritiana (Bidara). Ziziphus mauritiana Lam., Belongs to the Rhamnaceae family group. This plant is commonly used by
communities on Timor Island to improve the quality of land. There is currently no biomass allometric equation specifically
developed for this species. In connection with the provision of data with the level of detail (Tier) 3 in the framework of climate
change mitigation, it is necessary to build a specific allometric equation for the species Z. mauritiana in order to estimate the
potential carbon stocks. A total of 18 sample trees were selected, the sample tree size taken was grouped in 6 diameter classes,
each diameter class taken 3 tree samples. The results showed the best equation for allometry stem biomass with dbh: y =
50,75X2,35; allometry branches biomass with dbh: y = 28,20X2,308; allometry twigs biomass with dbh: y = 40.785X2.077.
Keywords : Allometry, biomass, carbon stock, Ziziphus mauritiana
ABSTRAK
Salah satu jenis dominan yang membentuk satu tipe savana dari delapan tipe yang ada di Nusa Tenggara dan Maluku, adalah
savana Ziziphus mauritiana (Bidara). Ziziphus mauritiana Lam., masuk dalam kelompok family Rhamnaceae. Tanaman ini biasa
digunakan oleh masyarakat di Pulau Timor untuk memperbaiki kualitas lahan. Saat ini belum ada persamaan allometrik
biomassa yang khusus dikembangkan untuk jenis ini. Berkaitan dengan penyediaan data dengan tingkat kerincian (Tier) 3
dalam rangka mitigasi perubahan iklim maka perlu dibangun persamaan allometrik khusus untuk jenis Z. mauritiana guna
pendugaan potensi cadangan/simpanan karbonnya. Sebanyak 18 pohon sampel dipilih, ukuran pohon sampel yang diambil
dikelompokkan dalam 6 kelas diameter, masing-masing kelas diameter diambil 3 sampel pohon. Hasil penelitian menunjukkan
persamaan terbaik untuk allometri biomassa batang dengan dbh: y = 50,75x2,35; allometri biomassa cabang dengan dbh: y =
28,20x2,308; allometri biomassa ranting dengan: y = 40,785x2,077.
Kata Kunci : Allometri; biomassa; stok karbon; Ziziphus mauritiana

Author Institution : 1Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat Tanaman Hutan Kuok - Jl. Raya Bangkinang-
Kuok Km.9, Kampar, Riau
2Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang - Jl. Alfons

Nisnoni no. 7b, Air Nona, Kupang, NTT


Koresponding Author : herykurniawan2012@gmail.com
ekopujiono78@gmail.com
Articel History : Received 7 February 2019; received in revised from 8 April 2019; accepted 10 September 2019; Available online
since 30 Oktober 2019

http://doi.org/10.20886/jpkf.2019.3.2.59-74
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74

I. PENDAHULUAN atau pohon kecil, berduri, evergreen yang


tingginya bisa mencapai 15 m, dengan
Jumlah populasi dan spesies kupu-kupu
diameter batang bisa mencapai 40 cm atau
Hutan merupakan tempat utama bagi
lebih, tajuknya lebar, duri tumbuh dari stipula
pertukaran sebagian besar karbon dari
dan cabangnya umumnya mendatar
atmosfer ke biosfer daratan, sehingga wajar
(Rameshkumar & Eswaran, 2013). Bidara,
dikatakan bahwa kehutanan memainkan
masuk dalam kelompok famili Rhamnaceae.
peranan penting dalam siklus karbon
Pohon ini juga sering disebut dengan nama
(Wibowo, 2009). Lebih jauh lagi, biomassa
Jujube Ber (Rathore et al., 2012). Sementara di
hutan sangat relevan dengan isu perubahan
Pulau Timor khususnya, jenis ini sering disebut
iklim. Biomasa hutan berperan penting dalam
dengan kom atau bidara. Bidara merupakan
siklus biogeokimia terutama dalam siklus
salah satu tanaman yang biasa digunakan oleh
karbon. Sekitar 50% dari keseluruhan karbon
masyarakat di Pulau Timor untuk
hutan, tersimpan dalam vegetasi hutan.
memperbaiki kualitas lahan atau setidaknya
Sebagai konsekuensi, karbon di atmosfer akan
untuk mempertahankan produktivitasnya
bertambah jika terjadi kerusakan hutan,
(Djogo et al., 2007).
kebakaran, pembalakan dan sebagainya
(Sutaryo, 2009). Hasil analisa peta penutupan lahan
provinsi NTT tahun 2016, savana memiliki
Menurut Monk et al. (1997) salah satu
luas 10.719 km2 (23% dari luas daratan NTT),
jenis dominan yang membentuk satu tipe
yang merupakan tipe penutupan lahan
savana dari delapan tipe yang ada di Nusa
dominan di NTT setelah tipe penutupan lahan
Tenggara dan Maluku, adalah savana Bidara
berupa hutan lahan kering dan pertanian
(Ziziphus mauritiana). Ketujuh savana lainnya
lahan kering yang masing-masing memiliki
adalah Albizzia chinensis, Palem-paleman,
proporsi luas sebesar 35% dan 26% dari total
Eucalyptus alba, Melaleuca cajuputi, Acacia
luas daratan NTT (BPKH Wil XIV Kupang,
leucophloea, Casuarina junghuhniana, dan
2017). Savana di NTT paling banyak
Tamarind. Savana merupakan tipe ekosistem di
ditemukan di pulau Sumba, Flores dan Timor
dataran rendah, atau dataran tinggi, dengan
yang secara berurutan memiliki proporsi
komunitasnya terdiri dari beberapa pohon
sebesar 56%, 25% dan 12% dari total luas
yang tersebar tidak merata dan lapisan
savana di NTT. Di pulau Timor, total luas
bawahnya didominasi oleh suku
savana sekitar 1.269 km2, yang sebagian besar
rumput‐rumputan (Ford, 2009; Gottsberger
terdistribusi di Kabupaten Timor Tengah
& Silberbauer-Gottsberger, 2009). Savanna
Utara (34%), Timor Tengah Selatan (29%) dan
adalah vegetasi padang rumput yang
Kupang (24%) (BPKH Wil XIV Kupang, 2017).
ditumbuhi pohon atau sekelompok pohon
yang terpencar‐pencar (Sutomo, 2015). Hasil penelitian Hendrik (2017),
Sebaran jenis bidara di P. Timor terdapat di menunjukkan di Kabupaten Kupang dan TTS
setiap kabupaten yakni di Kabupaten Kupang, jenis bidara memiliki INP >19% pada fase
Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah tiang dan pohon di hutan primer dan
Utara (TTU) dan Belu. sekunder. Hasil penelitian Ndappa dkk.,
(2017) menunjukkan bahwa pada tiga
Bidara merupakan tumbuhan semak
kabupaten yang disurvei yakni Kabupaten

60
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)

Kupang, TTS dan Malaka, jenis ini terdapat jenis ini. Berkaitan dengan penyediaan data
pada berbagai bentuk tutupan lahan pada dengan tingkat kerincian (Tier) 3 dalam rangka
ketinggian 35-448 m dpl. Menurut Widiyono, mitigasi perubahan iklim maka perlu
(2010) bidara merupakan jenis lokal yang dibangun persamaan allometrik khusus untuk
cocok ditanam di daerah tangkapan air di jenis bidara untuk pendugaan potensi
Kabupaten Belu, dan memiliki fungsi lainnya cadangan/simpanan karbonnya. Berdasarkan
sebagai penyedia kayu bakar dan sebagai pertimbangan di atas, adanya potensi populasi
pohon pelindung tanaman. Jenis bidara di bidara di Kabupaten TTU yang diduga kuat
Kabupaten TTU tumbuh di hampir semua lebih tinggi dibanding lokasi lainnya, maka
tempat, hingga ketinggian di atas 1.000 mdpl. penelitian ini difokuskan di Kabupaten TTU.
Menurut Agu dan Neonbeni (2019), pohon
bidara mampu tumbuh pada dataran tinggi II. METODE PENELITIAN
hingga ketinggian 1700 mdpl, terutama pada A. Lokasi dan Waktu Penelitian
model silvopastur suf, pohon bidara Pengambilan sampel jenis bidara
dimanfaatkan untuk konservasi dan manfaat dilaksanakan pada tipe penutupan lahan
ekonomi lainnya. savana yang tersebar di Desa Letmafo,
Sebaran bidara di P. Timor cukup Kecamatan Insana Tengah dan Desa Keun,
merata dengan pola sporadis. Keberadaannya Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah
sangat penting sebagai penyeimbang Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur
lingkungan savana yang sangat diperlukan (Gambar 1). Waktu pengambilan sampel
masyarakat Timor. Belum ada persamaan adalah pada bulan September tahun 2014.
allometrik yang khusus dikembangkan untuk

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel penelitian di Kab.TTU, Prov. NTT


Figure 1. Map of research samples were taken in TTU Regency, Province NTT

61
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74

>25 – 30 cm terdiri dari ukuran 26,75 cm


Analisis biomassa dilaksanakan di
; 27,36 cm ; 28,66 cm
Laboratorium Balai Penelitian Kehutanan
>30 – 35 cm terdiri dari ukuran 30,23 cm
Kupang, pengarangan/karbonasi dan uji
; 31,5 cm ; 33,12 cm
karbon arang dilakukan di laboratorium Kimia
>35 – 40 cm terdiri dari ukuran 35,6 cm ;
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan
37,58 cm ; 39,49 cm
Pengolahan Hasil Hutan Bogor, uji karbon
cuka dan ter dilakukan di laboratorium Selanjutnya dilakukan prosedur
Padatan Balai Besar Teknologi Kesehatan pengambilan data dan analisis sebagai berikut :
Lingkungan dan Penyakit Menular Jogjakarta. a. Pengukuran tinggi total, diameter pangkal,
diameter segmen batang dengan rentang 1
B. Metode Penelitian
s.d. 2 meter dari pangkal dilanjutkan
1. Pengumpulan Data
sampai ujung batang. Pengukuran segmen
Pendugaan cadangan karbon dimulai batang dilakukan untuk mencari volume
dengan pendugaan biomasa menggunakan batang dan bilangan bentuk. Tinggi total
modelling yang spesifik terhadap spesies dan diukur pada kondisi pohon rebah, setelah
tempat (site). Pendekatan destruktif masih penebangan pohon rata tanah.
dianggap sebagai metode paling akurat dalam b. Selanjutnya dilakukan pemisahan bagian-
pendugaan biomassa pohon (Shi & Liu, 2017). bagian pohon yang dalam hal ini terdiri dari
Metode ini memerlukan penebangan pohon- batang, cabang, ranting dan daun. Jenis
pohon dan menimbang bobot keseluruhan bidara ini pada umumnya memiliki
bagian-bagiannya. Mengingat savana NTT percabangan yang banyak, dari 18 pohon
merupakan wilayah semi arid yang kering, sampel hanya 2 pohon yang tak bercabang,
maka perlu memperhatikan kepentingan yakni pada kelas diameter paling kecil
konservasi dalam penentuan jumlah pohon (>10-15 cm).
sampelnya. Sebanyak 18 pohon sampel dipilih, c. Untuk bagian batang diambil sampel dalam
ukuran pohon sampel yang diambil bentuk disc pada bagian pangkal, tengah
dikelompokkan dalam 6 kelas diameter, dan ujung dan dilakukan penimbangan
masing-masing kelas diameter diambil 3 berat terhadap disc-disc sampel tersebut di
sampel pohon. Diameter ditentukan samping juga dilakukan pengukuran
berdasarkan pada ukuran diameter setinggi diameter dan tebalnya (± 5 cm). Pada
dada. Kelas diameter diambil berdasarkan bagian cabang yang besar juga dilakukan
sebaran riil di lapangan, dari diameter tingkat pengambilan sampel dalam bentuk disc.
tiang (terkecil) hingga diameter pohon d. Untuk bagian ranting dan daun dilakukan
terbesar. Adapun ukuran pohon sampel yang penimbangan berat totalnya dan dilakukan
diambil : pengambilan sampel masing-masing seberat
>10 – 15 cm terdiri dari ukuran 10,13 cm ; 200 gram.
12,57 cm ; 14,32 cm e. Sampel batang, cabang, ranting dan daun
>15 – 20 cm terdiri dari ukuran 16,24 cm ; dibawa untuk kemudian dilakukan
18,77 cm ; 19,09 cm pengeringan menggunakan oven di
>20 – 25 cm terdiri dari ukuran 21,32 cm ; laboratorium untuk diketahui biomasanya
23,25 cm ; 23,9 cm dan selanjutnya dilakukan analisis untuk

62
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)

diketahui kandungan karbonnya. Metode untuk menghitung biomassa pada seluruh


pengambilan sampelnya sebagaimana bagian tanaman, maka idealnya harus
dijelaskan di atas. digunakan persamaan yang bersifat lokal atau
f. Pengukuran berat kering untuk menentukan BEM pada skala lokal (Henry et al., 2011).
kadar air dan menghitung biomassa Penyusunan allometri untuk pendugaan
dilakukan dengan mengeringkan sampel biomassa bidara dilakukan menggunakan
yang dibawa dari lapangan menggunakan bantuan program komputer SPSS 23, bentuk
oven pada suhu 103 ± 20C sampai persamaan yang digunakan sebelum dipilih
didapatkan berat konstan (Centre, 2011; adalah menggunakan persamaan power
Govett et al., 2010; Nelson et al., 1999; function, linear dan polinomial (Mascaro et al.,
Sluiter et al., 2016). Dengan metode ini 2011) ; Packard, 2014; Shi & Liu, 2017; Sileshi,
umumnya lebih cepat diperoleh berat 2014). Tiga bentuk persamaan ini paling
konstan dibandingkan metode SNI. sering digunakan pada penyusunan allometri
g. Terhadap komponen pohon yang terdiri untuk tumbuhan berkayu. Parameter statistik
dari batang, cabang, ranting/daun dan buah yang digunakan untuk memilih model terbaik
yang telah dilakukan pengukuran berat adalah koefisien determinasi (R2); nilai
kering, diambil sampel dengan berat signifikansi (F value) dan Mean Standart Error
tertentu untuk dilakukan proses (MSE) (Diedhiou et al., 2017; Jara et al., 2015;
pengarangan atau karbonasi dengan Mascaro et al., 2011), serta residual standart
menggunakan retort listrik pada suhu akhir error (RSE) (Dumont et al., 2013). R2
500 oC selama ± 4 jam. menunjukkan seberapa besar variasi variabel
h. Pada suhu akhir 500 oC proses dihentikan, dependen dapat dijelaskan oleh variasi
selanjutnya sisa pembakaran berupa arang variabel independen. Nilai F menunjukkan
dikeluarkan dan ditimbang beratnya untuk
apakah secara statistik koefisien regresi
mengetahui rendemen arang dari bahan signifikan atau tidak. Nilai MSE
baku. Produk dari proses karbonasi yang mengindikasikan signifikansi dari model
berupa distilat dan arang selanjutnya allometrinya. Sedangkan RSE mengindikasikan
dilakukan pengujian untuk mengetahui keterandalan hubungan variabel penjelas
kadar karbon dari masing-masing produk. dengan variabel bergantungnya. Rumus RSE
(dalam Emadi & Mahfoud 2011; Mbow et al.
2. Penyusunan Allometri Biomassa
2014) adalah sebagai berikut:
Bidara
Peneliti dan pelaksana proyek 
cenderung mengandalkan Biomass Estimation RSE = n
(1)
y
Model (BEM), yang menghubungkan biomassa
Keterangan :
pohon dengan dimensi yang mudah diukur
y = rerata sampel biomassa hasil observasi
berdasarkan pemikiran bahwa terdapat
σ = standar deviasi
hubungan standar seperti diameter dengan
n = jumlah sampel
massa atau tinggi dengan massa (West, 2015).
Disebabkan adanya variasi karakteristik
pohon antar kondisi ekologi, dan kebutuhan

63
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74

III. HASIL DAN PEMBAHASAN bervariasi karena lokasi geografis (Feldpausch


et al., 2011). Selain itu, pada lokasi benua
A. Diameter Setinggi Dada dan
tertentu telah ditemukan bahwa hal ini telah
Allometri Biomassa
menjelaskan hampir 50% variasi dari
Persamaan allometri merupakan allometri pohon (Banin et al., 2012).
formula statistik antar parameter-parameter Tipe ataupun jenis persamaan yang
dendrometri dari pohon yaitu diameter dihasilkan berbeda pada zona ekologi yang
setinggi dada (DBH), tinggi total dan berbeda. Pada zona semak belukar, sebagian
biomassa kering (Moussa, Mahamane, & besar persamaan adalah untuk menghitung
Saadou, 2015). DBH merupakan variabel biomassa (79%), sedangkan untuk hutan hujan
prediktor yang paling mudah digunakan dan tropis sebagian besar adalah untuk
terbukti cukup akurat dalam pendugaan menghitung volume (88%). Pada daerah yang
biomassa pohon dibandingkan dengan tinggi kering, pendugaan biomassa adalah lebih
total yang lebih sulit dalam prakteknya, penting untuk mengestimasi ketersediaan
disebabkan oleh struktur hutan yang bioenergi, sementara di daerah tropis yang
kompleks dan tajuk hutan yang rapat (Chave lembap, pendugaan volume kayu komersial
et al., 2014; Fayolle, Doucet, Gillet, Bourland, untuk perdagangan digunakan untuk menilai
& Lejeune, 2013). tingkat keuntungan operasi usaha kehutanan
Analisis pada tingkat global pada saat ini (Henry et al., 2011). Proporsi biomassa pada
menunjukkan bahwa hubungan antara tinggi tiap komponen pohon bidara disajikan pada
dan diameter untuk pohon-pohon tropis Gambar 2 di bawah ini.

Sumber: data primer diolah (Source: processed primary data)


Gambar 2. Proporsi biomassa pada tiap bagian pohon bidara
Figure 2. Biomass proportion for each Zizhipus mauritiana tree component

64
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)

Pada penelitian ini yang dilakukan di terkait sebaran masing-masing tipe savana di
daerah semi arid NTT yang cukup kering, atas
sebagaimana dijelaskan, maka persamaan lebih
diarahkan kepada penyusunan allometri untuk B. Allometri Batang, Ranting dan Daun
pendugaan biomassa. Menurut Monk et al dengan Biomassanya
(1997), terdapat delapan tipe savana di Nusa Destruktif sampling dan regresi
Tenggara dan Maluku, dimana tipe savana yang merupakan teknik atau metode yang paling
mendominasi di Pulau Timor adalah savana sering digunakan untuk mendapatkan
lontar (Borassus flabbier), savana gewang biomassa hutan (Basuki et al., 2007). Secara
(Coryphautan), savana kasuarina (Casuarina keseluruhan parameter-parameter statistik
jughuhniana), savana bidara (Ziziphus dari model persamaan yang diuji ditampilkan
mauritiana) dan savana asam (Tamarindus pada Tabel 1 di bawah ini. Sebagaimana
indicus). Pada savana tersebut, jenis bidara dijelaskan pada metode, ketiga persamaan di
terlihat di seluruh wilayah NTT, yang tumbuh bawah merupakan yang paling sering
secara sporadis. Belum ditemukan studi digunakan dan sesuai dengan kondisi
terdahulu maupun laporan dari berbagai obyeknya.
instansi yang menyebutkan secara detail

Tabel 1. Parameter persamaan untuk memilih model terbaik


Table 1. Parameters of the equation to select the best model
SEE
Bag. R2/ MSE/ Mean
Persamaan/ /standart Signifikansi/
Pohon/tree determination of standart
equation error of significance
component coeficient error
estimate
Batang/stem Power 0.959 0.286 0.082 0.000
Linear 0.932 28364.134 804524087.218 0.000
Polinomial 0.938 29195.267 852363617.998 0.000
Cabang/ branches Power 0.777 0.423 0.179 0.000
Linear 0.747 20314.930 412696389.909 0.000
Polinomial 0.759 21410.989 458430464.564 0.001
Ranting/ twigs Power 0.825 0.422 0.178 0.000
Linear 0.637 18111.250 328017385.674 0.000
Polinomial 0.639 18756.551 351808194.147 0.001
Daun/ leaves Power 0.163 0.652 0.426 0.120
Linear 0.106 2308.096 5327308.104 0.219
Polinomial 0.283 2232.263 4982998.516 0.246
Sumber: data primer diolah (source:processed primary data)

Keputusan untuk memilih persamaan Parameter koefisien determinasi (R2)


mana yang akan diambil didasarkan pada bukanlah satu-satunya faktor yang
parameter-parameter statistik yang ada. menentukan allometri mana yang paling baik,

65
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74

namun perlu untuk memperhatikan tingkat bebasnya. Kondisi alami dari batang bidara
residu (error) yang dihasilkan dari persamaan yang tidak banyak terjadi perubahan oleh
tersebut. Bias dapat terjadi karena tidak faktor eksternal menjadikan hubungan antara
memperhatikan residunya, maka penting biomassa batang dengan dbh menjadi sangat
untuk memperhatikan nilai residu ini secara kuat. Demikian juga untuk cabang dan ranting,
khusus selain juga nilai signifikansinya (Chave meskipun untuk fase pertumbuhan semai
et al., 2014; Jara et al., 2015; Moussa et al., disukai oleh hewan ternak, namun pada fase
2015). pertumbuhan berikutnya tidak disukai lagi
karena munculnya duri yang keras pada
Berdasarkan hasil penghitungan
ranting-rantingnya. Variasi fenotip dari cabang
parameter statistik untuk persamaan
dan ranting secara okuler lebih jelas
allometri yang disusun, yakni pada Tabel 1,
dibandingkan pada batang, kondisi demikian
terlihat bahwa untuk komponen batang,
menjadi alasan utama bagi nilai R2 yang lebih
cabang dan ranting, memiliki koefisien
rendah dibandingkan pada allometri biomassa
determinasi yang tinggi (> 0,9) dan cukup
batang.
tinggi (0,7-0,9). Koefisien determinasi
merupakan nilai yang menunjukkan tingkat Pada Tabel 1, nilai koefisen determinasi
keterhandalan model persamaan yang untuk allometri biomassa batang, cabang dan
diperoleh, semakin besar nilai R2, maka model ranting tertinggi adalah pada model power
persamaan allometri yang dibangun semakin function yakni berturut-turut sebesar 0,959,
bagus (Siregar & Darmawan, 2011). Nilai 0,777 dan 0,825. Sedangkan untuk allometri
koefisien determinasi adalah nilai hubungan biomassa daun nilai R2 tertinggi adalah pada
relatif antara dua variabel yang langsung dapat model persamaan polinomial yakni 0,283.
diinterpretasikan pada tingkat persentase Nilai SSE dan MSE pada model power function
hubungan tersebut, persentase ini adalah terendah dibandingkan model
menunjukkan seberapa besar variasi variabel persamaan lainnya. Nilai SSE dan MSE yang
dependen dapat dijelaskan oleh variasi rendah, serta R2 yang lebih tinggi, menjadi
variabel independen (As-syakur, 2007; pertimbangan utama dalam memilih
Japarianto & Sugiharto, 2011). Nilai koefisien persamaan yang digunakan. Dengan demikian
determinasi ini berkisar diantara nol dan satu. model power function terpilih menjadi
Nilai koefisien determinasi (R2) = 1, artinya persamaan allometri yang digunakan untuk
variabel-variabel bebas memberikan semua pendugaan biomassa batang, cabang dan
informasi yang dibutuhkan untuk ranting jenis bidara. Sedangkan untuk daun
memprediksi variasi variabel terikat. Nilai dengan nilai R2 yang relatif kecil (0,163) dan
koefisien determinasi (R2) = 0, artinya variabel nilai signifikansi > 0,05, maka dinyatakan tidak
independen tidak mampu menjelaskan variasi- layak untuk digunakan. Pada Gambar 3 (grafik
variasi variabel dependen (Ernawati & allometri biomassa daun) terlihat sebaran
Widyawati, 2015; Munparidi, 2012). daunnya tidak membentuk pola tertentu,
menunjukkan adanya variasi yang sangat tinggi
Koefisien determinasi untuk batang
pada biomassa daunnya.
sebesar 0,959 berarti dari persamaan
tersebut terdapat sekitar 95% variabel Parameter lainnya yang dapat dijadikan
bergantung yang dapat dijelaskan oleh variabel acuan dalam pemilihan model persamaan

66
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)

terbaik adalah standart residual error (RSE). dengan nilai RSE kurang dari 20% berarti
Menurut Dumont et al. (2013), berdasarkan hubungan antara variabel penjelas dengan
pengaruh dari nilai persentase eror, biomassa variabel bergantungnya dapat diandalkan.
dapat menjadi overestimated atau Sementara Sileshi (2014), menyatakan bahwa
underestimated, hubungannya yang terbaik persamaan allometri untuk pendugaan
dapat ditemukan menggunakan RSE. biomassa berkayu dapat diterima jika nilai RSE
Mc Cune dan Grace (2002), nya kurang dari 30%. Nilai RSE untuk masing-
menyatakan bahwa pada kajian ekologi masing bagian pohon adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Nilai Residual Standar Error data sampel bagian pohon


Table 2. Value of data Residual Standart Error for each tree component
Bagian pohon (trees component)
RSE Batang (stem) Cabang (branch) Ranting (twigs) Daun (leaves)
0.249 0.233 0.289 0.539
Sumber: data primer diolah (source: processed primary data)

Nilai RSE pada tabel 2 di atas untuk masing- al., 2013), bahwa nilai R2 yang lebih tinggi
masing bagian pohon, nilainya kurang dari menunjukkan persamaan yang lebih baik, dan
30%, dengan demikian persamaan yang ini akan mengecilkan nilai RSE nya. Sebaliknya
dihasilkan layak untuk digunakan sebagai pengurangan sampel pada allometri cabang
penduga biomassa, kecuali untuk bagian daun. meningkatkan nilai SEE nya meski tidak
Grafik allometri beserta persamaannya dapat signifikan, ini karena jumlah sampelnya
dilihat pada Gambar 3 di bawah ini. menjadi lebih kecil (Puspaningdiah et al.,
Gambar 3 menunjukkan nilai koefisien 2014).
determinasi (R2) beserta persamaan power Pada bagian daun pohon bidara memiliki
function yang terpilih. Diketahui nilai R2 nilai R2 yang rendah yakni hanya 0,163, artinya
tertinggi adalah allometri untuk biomassa hanya sekitar 16% variasi dari variabel
batang (0,92), diikuti selanjutnya adalah bergantung yang dapat dijelaskan oleh variabel
biomassa ranting, cabang dan daun berturut- bebasnya. Nilai ini sangat rendah, dan nilai SEE
turut nilainya 0,825; 0,777; 0,163. Pada juga cukup tinggi yaitu 0,652, dengan nilai
allometri cabang terdapat pengurangan signifikansi di atas 5% yakni 0,12 yang berarti
sebanyak 2 sampel, karena pohon sampel tidak berbeda nyata. Nilai R2 yang rendah juga
tidak memiliki cabang, sedangkan pada meningkatkan nilai RSE allometri biomassa
allometri biomassa ranting terdapat daun dengan dbh. Nilai RSE yang dihasilkan
pengurangan sebanyak 2 sampel juga karena 2
adalah 0,539, yang berarti lebih besar dari
sampel tersebut termasuk outlier. 30%. Kondisi ini dapat dijelaskan berdasarkan
Pengurangan 2 sampel outlier pada allometri pengamatan di lapangan bahwa daun bidara
biomassa ranting ini mampu meningkatkan memiliki daur hidup yang berbeda dengan
nilai R2 dan menurunkan nilai SEE nya. Ini daur hidup pohonnya.
sebagaimana yang dinyatakan oleh (Oliveras et

67
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74

Sumber: data primer diolah (source: primary data processed)


Gambar 3. Grafik allometri bagian pohon (batang, cabang, ranting, daun) dengan dbh
Figure 3. Graphic of allometry between trees component with dbh

Daun bidara akan tumbuh cukup cepat bidara beradatapsi dengan baik pada kondisi
pada awal pertumbuhan hingga kurang lebih iklim yang kering dengan variasi responnya
pada ukuran DBH 25 cm, selanjutnya daun yang bisa berbeda nyata (Kala & Godara,
akan mulai gugur seiring dengan pertumbuhan 2011; Maraghni, Gorai, & Neffati, 2011),
pohonnya yang juga sudah mulai melambat. diantaranya dengan kecenderungan
Sampai dengan ukuran DBH mencapai 30 cm mengurangi pertumbuhan daunnya daripada
daun sudah tinggal sedikit saja, hingga pada pertumbuhan akarnya (Lisar et al. 2012; Bhatt
pohon ukuran DBH 40 cm daun bisa gugur et al. 2008). Dengan demikian grafik
seluruhnya. Penjelasan lainnya adalah adanya pertumbuhan daun bidara diduga kuat
pengaruh api dan kekeringan pada berbeda dengan model pertumbuhan
pertumbuhan bidara. Bidara yang mengalami pohonnya, perlu strategi waktu yang tepat
kebakaran akan memberikan respon untuk mendapatkan nilai koefisien
pertumbuhan daun yang berbeda-beda pada determinasi yang cukup tinggi (>0,5) pada
kelas pertumbuhan yang berbeda (Grice, allometrinya. Jumlah sampel untuk daun juga
1997). perlu diperbanyak dengan kelas diameter yang
lebih rinci.
Demikian pula terhadap kekeringan,

68
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMA KASIH


A. Kesimpulan Ucapan terima kasih yang sebesar-
Persamaan allometri biomassa batang, besarnya kami tujukan kepada Saudara
cabang dan ranting dengan dbh untuk jenis Martinus Lalus, selaku teknisi litkayasa di Balai
bidara (Z. mauritiana), yang terbaik adalah Litbang LHK Kupang yang telah banyak
model persamaan power function, dengan membantu kami selama di lapangan.
persamaannya adalah sebagai berikut: Masyarakat Desa Letmafo dan Desa Keun
Allometri biomassa dengan batang : y = yang telah bersedia merelakan pohonnya
2,35
50,75x sebagai sampel untuk penelitian ini.
Allometri biomassa dengan cabang : y =
2,308
28,20x DAFTAR PUSTAKA
Allometri biomassa dengan ranting : y =
2,077
Agu, Y. P. E. S., dan Neonbeni, Y. (2019).
40,785x Identifikasi Model Pengelolaan Lahan
Persamaan ini berlaku spesifik untuk lokasi Kering Dataran Tinggi Berbasis
penelitian dan Pulau Timor pada umumnya
Agroforestri Tradisional di Pulau Timor.
yang memiliki kondisi lingkungan sama. Savana Cendana, 4(1), 12–16.
Selanjutnya persamaan allometri As-syakur, A. R. (2007). Identifikasi Hubungan
biomassa daun dengan dbh jenis bidara pada Fluktuasi nilai SOI Terhadap Curah Hujan
penelitian ini tidak dapat digunakan karena Bulanan di Kawasan batukaru-Bedugul,
nilai koefisien determinasi yang rendah yakni Bali. Jurnal Bumi Lestari, 7(2), 123–129.
0,163 dan nilai signifikansi > 0,05, serta
RSE>30%. Banin, L., Feldpausch, T. R., Phillips, O. L., Baker,
T. R., Lloyd, J., Affum-Baffoe, K., … Lewis,
S. L. (2012). What controls tropical
B. Saran
forest architecture? Testing
Perlu adanya penelitian yang lebih detail environmental, structural and floristic
dan akurat lagi terkait biomassa daun bidara, drivers. Global Ecology and Biogeography,
yang pada penelitian ini diketahui memiliki 21, 1179–1190.
daur pertumbuhan yang tidak linier dengan https://doi.org/10.1111/j.1466-
daur pertumbuhan pohon. Penelitian lebih 8238.2012.00778.x
lanjut terkait biomassa daun, sebaiknya
Basuki, T. M., van Laake, P. E., Skidmore, A. K., &
dilakukan pada musim penghujan atau pada
Hussin, Y. A. (2009). Allometric equations
lokasi yang belum terkena kebakaran.
for estimating the above-ground biomass
Allometri yang dihasilkan penelitian ini, in tropical lowland Dipterocarp forests.
mungkin tidak sesuai untuk digunakan di luar Forest Ecology and Management, 257,
Pulau Timor. Disarankan hanya digunakan 1684–1694.
untuk lokasi yang berada di dalam wilayah https://doi.org/10.1016/j.foreco.2009.01.
Kabupaten TTU dan Pulau Timor pada 027
umumnya yang memiliki kondisi lingkungan
Bhatt, M. J., Patel, A. D., Bhatti, P. M., & Pandey,
sama.
A. N. (2008). Effect Of Soil Salinity On

69
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74

Growth , Water Status And Nutrient as prior information. Clinical


Accumulation In Seedlings Of Ziziphus Pharmacokinetics, 52(1), 43–57.
mauritiana (RHAMNACEAE). Journal of https://doi.org/10.1007/s40262-012-
Fruit and Ornamental Plant Research, 16, 0022-9
383–401. Emadi, D., & Mahfoud, M. (2011). Comparison
BPKH Wilayah XIV. (2017). Peta Tutupan of Artificial Neural Network and
Lahan Provinsi NTT tahun 2016. BPKH Multiple Regression analysis techniques
Wil. XIV Kupang. Kupang. in predicting the mechanical properties
of A356 alloy. Procedia Engineering, 10,
Centre, B. E. (2011). Testing moisture content
589–594.
( simple method ). United Kingdom:
https://doi.org/10.1016/j.proeng.2011.04.
Forest Comission.
098
Chave, J., Réjou-Méchain, M., Búrquez, A.,
Ernawati, D., & Widyawati, D. (2015). Pengaruh
Chidumayo, E., Colgan, M. S., Delitti, W. B.
Profitabilitas, Leverage Dan Ukuran
C., … Vieilledent, G. (2014). Improved
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan.
pantropical allometric models to
Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 4(4), 17.
estimate the above ground biomass of
tropical forests. Glob Change Biol. Fayolle, A., Doucet, J., Gillet, J., Bourland, N., &
https://doi.org/10.1111/gcb.12629 Lejeune, P. (2013). Tree allometry in
Diedhiou, I., Diallo, D., Mbengue, A. A., Central Africa : Testing the validity of
Hernandez, R. R., Bayala, R., Dieme, R., … pantropical multi-species allometric
Sene, A. (2017). Allometric equations and equations for estimating biomass and
carbon stocks in tree biomass of carbon stocks. FOREST ECOLOGY AND
Jatropha curcas L . in Senegal’s Peanut MANAGEMENT, 305, 29–37.
Basin. Global Ecology and Conservation, 9, https://doi.org/10.1016/j.foreco.2013.05.
61–69. 036
https://doi.org/10.1016/j.gecco.2016.11.0 Feldpausch, T. R., Banin, L., Phillips, O. L., Baker,
07 T. R., Lewis, S. L., Quesada, C. A., …
Lloyd, J. (2011). Height-diameter
Djogo, T., Juhan, M., Aoetpah, A., & McCallie, E.
(2007). Management of Tecoma Stans allometry of tropical forest trees.
Fallows in Semi-arid, Nusa Tenggara Biogeosciences, 8, 1081–1106.
https://doi.org/10.5194/bg-8-1081-2011
Timur, Indonesia. In M. Cairns (Ed.),
Voices From The Forest: Integrating Ford, P. . L. (2009). GRASSLANDS AND
Indigenous knowledge into Sustainable SAVANNAS. In Encyclopedia of Life
Upland Farming (pp. 190–202). Support Systems (EOLSS) (Vol. Vol. III, pp.
Washington: Resources forthe Future. 252–261). EOLSS Publisher Co. Ltd.
Dumont, C., Mentré, F., Gaynor, C., Brendel, Gottsberger, G., & Silberbauer-Gottsberger, I.
K., Gesson, C., & Chenel, M. (2013). (2009). Tropical Savannas - Introduction.
Optimal sampling times for a drug and In Tropical Biology And Conservation
its metabolite using simcyp® simulations Management (Vol. Vol. X, pp. 341–351).

70
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)

EOLSS Publisher Co. Ltd. Moisture Stress on Leaf Total Proteins ,


Proline and Free Amino Acid Content in
Govett, R., Mace, T., Utilization, W., & Bowe, S.
Commercial Cultivars of Ziziphus
(2010). A Practical Guide For The
Mauritiana. Journal of Scientific Research,
Determination Of Moisture Content.
55, 65–69.
Wisconsin.
Lisar, S. Y. S., Motafakkerazad, R., Hossain, M.
Grice, A. C. (1997). Post-fire regrowth and
M., & Rahman, I. M. M. (2012). Water
survival of the invasive tropical shrubs
Stress in Plants: Causes, Effects and
Cryptostegia grandiflora and Ziziphus
Responses. (P. I. M. M. Rahman, Ed.)
mauritiana. Austral Ecology, 22(1), 49–55.
(online). InTech. Retrieved from
https://doi.org/10.1111/j.1442-
http://www.intechopen.com/books/water
9993.1997.tb00640.x
-stress/water-stress-in- plants-causes-
Hendrik, A. C. (2017). Karakteristik Populasi effects-and-responses
dan Preferensi Ekologis Kabesak ( Acacia
Maraghni, M., Gorai, M., & Neffati, M. (2011).
leucophloea ) di Timor Barat,. Institut
The Influence of Water-Deficit Stress on
Pertanian Bogor.
Growth, Water Relations and Solute
Henry, M., Picard, N., Trotta, C., Manlay, R. J., Accumulation in Wild Jujube (. Journal of
Valentini, R., Bernoux, M., & Saint-Andre, Ornamental and Horticultural Plants, 1(2),
L. (2011). Estimating tree biomass of 63–72.
Sub-Saharan African forests: A review of
Mascaro, J., Litton, C. M., Hughes, R. F.,
available allometric equations. Silva
Uowolo, A., & Schnitzer, S. A. (2011).
Fennica, 45(3 B), 477–569.
https://doi.org/10.1055/s-2002-20437 Minimizing Bias in Biomass Allometry :
Model Selection and Log-transformation
Japarianto, E., & Sugiharto, S. (2011). Pengaruh of Data. Biotropica, 43(6), 649–653.
Shopping Life Style Dan Fashion https://doi.org/10.1111/j.1744-
Involvement Terhadap Impulse Buying 7429.2011.00798.x
Behavior Masyarakat High Income
Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, Mbow, C., Verstraete, M. M., Sambou, B., Diaw,
A. T., & Neufeldt, H. (2014). Allometric
6(1), 32–41.
https://doi.org/10.9744/pemasaran.6.1.32 models for aboveground biomass in dry
-41 savanna trees of the Sudan and Sudan-
Guinean ecosystems of Southern
Jara, M. C., Henry, M., Réjou-méchain, M., Senegal. Journal of Forest Research, 19(3),
Wayson, C., Zapata-cuartas, M., Piotto, 340–347.
D., … Westfall, J. (2015). Guidelines for https://doi.org/10.1007/s10310-013-
documenting and reporting tree 0414-1
allometric equations. Annals of Forest
Science, 72, 763–768. McCune, B., Grace, J. B., & Urban, D. L. (2002).
https://doi.org/10.1007/s13595-014- Analysis of Ecological Communities.
0415-z Gleneden Beach. OR. USA.

Kala, S., & Godara, A. K. (2011). Effect of Monk, K. A., Fretes, Y. De, & Reksodiharjo-Lilly,

71
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74

G. (1997). The ecology of Nusa Tenggara Zoology, (Mol.Dev.E(322B), 202–207.


and Maluku / . (Periplus). Hongkong: https://doi.org/10.1002/jez.b.22570
Oxford University Press. Popescu, S. C. (2007). Estimating biomass of
Moussa, M., Mahamane, L., & Saadou, M. individual pine trees using airborne lidar.
(2015). Allometric Equations for Biomass Biomass and Bioenergy, 31(9), 646–655.
Estimation of Woody Species and https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2007.
Organic Soil Carbon Stocks of 06.022
Agroforestry Systems in West African : Puspaningdiah, M., Solichin, A., & Ghofar, A.
State Of Current Knowledge. (2014). Aspek Biologi Ikan Gabus
International Journal of Research in (Ophiocephalus striatus) DI PERAIRAN
Agriculture and Forestry, 2(10), 17–33. Rawa Pening, Kabupaten Semarang.
Munparidi. (2012). Pengaruh Kepemimpinan, Journal of Maquares, 3, 75–82.
Motivasi, Pelatihan, Dan Lingkungan Kerja Rameshkumar, S., & Eswaran, K. (2013).
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Ecology , Utilization and Coastal
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Management of Salt Tolerant Plants (
Musi Kota Palembang. Jurnal Orasi Bisnis, Halophytes and Mangroves ) of Mypad
VII(Mei), 47–54. Retrieved from Coastal Regions , Andhra Pradesh, India.
jurnal.polsri.ac.id International Journal of Environmental
Ndappa, O., Nama, Y. F. M., Lalel, H. J. D., Kaho, Biology, 3((1)), 1–8.
N. R., Mahayasa, I. N. W., & Suaeudin. Rathore, S. K., Bhatt, S., Dhyani, S., & Jain, A.
(2017). Pemetaan Keberadaan Buah Minor (2012). Preliminary Phytochemical
di Pulau Timor Menggunakan Open Data Screening Of Medicinal Plant Ziziphus
Kit (No. ke-2). Kupang. Mauritiana Lam. Fruits. International
Nelson, B. W., Mesquita, R., Pereira, J. L. G., De, Journal of Current Pharmaceutical Research,
S. G. A., Teixeira, G., & Bovino, L. (1999). 4(3), 160–162.
Allometric regressions for improved Shi, L., & Liu, S. (2017). Methods of Estimating
estimate of secondary forest biomass in Forest Biomass : A Review Methods of
the central Amazon. Forest Ecology and
Estimating Forest Biomass : A Review. In
Management, 117, 149–167.
J. S. Tumuluru (Ed.), Biomass Volume
Oliveras, I., Eynden, M. V. A. N. D. E. R., Malhi, Y., Estimation and Valorization for Energy
Cahuana, N., Menor, C., Zamora, F., & Accordingly, (p. 46). London: IntechOpen.
Haugaasen, T. (2013). Grass allometry https://doi.org/10.5772/62678
and estimation of above-ground biomass
Sileshi, G. W. (2014). A critical review of forest
in tropical alpine tussock grasslands.
biomass estimation models , common
Austral Ecology, 39(4), 8.
mistakes and corrective measures. Forest
https://doi.org/10.1111/aec.12098
Ecology and Management, 329, 237–254.
Packard, G. C. (2014). Multiplicative by https://doi.org/10.1016/j.foreco.2014.06.
Nature : Logarithmic Transformation in 026
Allometry. Journal of Experimental Siregar, C. A., & Dharmawan, I. W. S. (2011).

72
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)

Stok Karbon Tegakan Hutan Alam Ling., 11(3), 353–361.


Dipterokarpa Di Pt. Sarpatim, Wibowo, A. 2009. RPI Pengembangan
Kalimantan Tengah (Carbon Stock of Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca
Dipterocarp Natural Forest Stands at PT. Kehutanan. Puslitsosek Bogor. Bogor
Sarpatim, Central Kalimantan). Jurnal
Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam,
8(4), 337–348.
Sluiter, A., Sluiter, J., Wolfrum, E., Reed, M.,
Ness, R., Scarlata, C., & Henry, J. (2016).
Biomass and Bioenergy Improved
methods for the determination of drying
conditions and fraction insoluble solids (
FIS ) in biomass pretreatment slurry.
Biomass and Bioenergy, 91, 234–242.
https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2016.
05.027
Sutaryo, D. (2009). Penghitungan Biomassa:
Sebuah pengantar untuk studi karbon dan
perdagangan karbon. Wetlands
International Indonesia Programme.
Sutomo. (2015). Asal Usul Formasi Savana :
Tinjauan Pustaka dari Savana di Nusa
Tenggara Timur dan Hasil Penelitian di
Savana Baluran Jawa Timur. In G. N.
Njurumana, S. Raharjo, M. L. Riwu Kaho,
H. Kurniawan, & M. Hidayatullah (Eds.),
Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas
Savana Nusa Tenggara (pp. 246–265).
Kupang: Balai Penelitian Dan
Pengembangan Lhk Kupang.
West, P. W. (2015). Tree and Forest
Measurement (3rd ed.). Springer
International Publishing AG Switzerland.
https://doi.org/10.1017/CBO978110741
5324.004
Widiyono, W. (2010). Inventarisasi Jenis-jenis
Tumbuhan dan Kesesuaian Lahan untuk
Konservasi Daerah Tangkapan Sumber
Mata Air “Wetihu” Desa Baudaok
Kecamatan Tasifeto Timur-Belu. Jurnal Tek.

73
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74

74

View publication stats

You might also like