Professional Documents
Culture Documents
net/publication/336873984
CITATIONS READS
0 280
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hery Kurniawan on 08 November 2019.
Above Ground Biomass Allometry of Ziziphus mauritiana for Estimating Biomass in Timor
Island
Hery Kurniawan1
Eko Pujiono2
ABSTRACT
One of the dominant species that form a savanna type of the eight types in Nusa Tenggara and Maluku is the savanna Ziziphus
mauritiana (Bidara). Ziziphus mauritiana Lam., Belongs to the Rhamnaceae family group. This plant is commonly used by
communities on Timor Island to improve the quality of land. There is currently no biomass allometric equation specifically
developed for this species. In connection with the provision of data with the level of detail (Tier) 3 in the framework of climate
change mitigation, it is necessary to build a specific allometric equation for the species Z. mauritiana in order to estimate the
potential carbon stocks. A total of 18 sample trees were selected, the sample tree size taken was grouped in 6 diameter classes,
each diameter class taken 3 tree samples. The results showed the best equation for allometry stem biomass with dbh: y =
50,75X2,35; allometry branches biomass with dbh: y = 28,20X2,308; allometry twigs biomass with dbh: y = 40.785X2.077.
Keywords : Allometry, biomass, carbon stock, Ziziphus mauritiana
ABSTRAK
Salah satu jenis dominan yang membentuk satu tipe savana dari delapan tipe yang ada di Nusa Tenggara dan Maluku, adalah
savana Ziziphus mauritiana (Bidara). Ziziphus mauritiana Lam., masuk dalam kelompok family Rhamnaceae. Tanaman ini biasa
digunakan oleh masyarakat di Pulau Timor untuk memperbaiki kualitas lahan. Saat ini belum ada persamaan allometrik
biomassa yang khusus dikembangkan untuk jenis ini. Berkaitan dengan penyediaan data dengan tingkat kerincian (Tier) 3
dalam rangka mitigasi perubahan iklim maka perlu dibangun persamaan allometrik khusus untuk jenis Z. mauritiana guna
pendugaan potensi cadangan/simpanan karbonnya. Sebanyak 18 pohon sampel dipilih, ukuran pohon sampel yang diambil
dikelompokkan dalam 6 kelas diameter, masing-masing kelas diameter diambil 3 sampel pohon. Hasil penelitian menunjukkan
persamaan terbaik untuk allometri biomassa batang dengan dbh: y = 50,75x2,35; allometri biomassa cabang dengan dbh: y =
28,20x2,308; allometri biomassa ranting dengan: y = 40,785x2,077.
Kata Kunci : Allometri; biomassa; stok karbon; Ziziphus mauritiana
Author Institution : 1Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat Tanaman Hutan Kuok - Jl. Raya Bangkinang-
Kuok Km.9, Kampar, Riau
2Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang - Jl. Alfons
http://doi.org/10.20886/jpkf.2019.3.2.59-74
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74
60
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)
Kupang, TTS dan Malaka, jenis ini terdapat jenis ini. Berkaitan dengan penyediaan data
pada berbagai bentuk tutupan lahan pada dengan tingkat kerincian (Tier) 3 dalam rangka
ketinggian 35-448 m dpl. Menurut Widiyono, mitigasi perubahan iklim maka perlu
(2010) bidara merupakan jenis lokal yang dibangun persamaan allometrik khusus untuk
cocok ditanam di daerah tangkapan air di jenis bidara untuk pendugaan potensi
Kabupaten Belu, dan memiliki fungsi lainnya cadangan/simpanan karbonnya. Berdasarkan
sebagai penyedia kayu bakar dan sebagai pertimbangan di atas, adanya potensi populasi
pohon pelindung tanaman. Jenis bidara di bidara di Kabupaten TTU yang diduga kuat
Kabupaten TTU tumbuh di hampir semua lebih tinggi dibanding lokasi lainnya, maka
tempat, hingga ketinggian di atas 1.000 mdpl. penelitian ini difokuskan di Kabupaten TTU.
Menurut Agu dan Neonbeni (2019), pohon
bidara mampu tumbuh pada dataran tinggi II. METODE PENELITIAN
hingga ketinggian 1700 mdpl, terutama pada A. Lokasi dan Waktu Penelitian
model silvopastur suf, pohon bidara Pengambilan sampel jenis bidara
dimanfaatkan untuk konservasi dan manfaat dilaksanakan pada tipe penutupan lahan
ekonomi lainnya. savana yang tersebar di Desa Letmafo,
Sebaran bidara di P. Timor cukup Kecamatan Insana Tengah dan Desa Keun,
merata dengan pola sporadis. Keberadaannya Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah
sangat penting sebagai penyeimbang Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur
lingkungan savana yang sangat diperlukan (Gambar 1). Waktu pengambilan sampel
masyarakat Timor. Belum ada persamaan adalah pada bulan September tahun 2014.
allometrik yang khusus dikembangkan untuk
61
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74
62
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)
63
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74
64
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)
Pada penelitian ini yang dilakukan di terkait sebaran masing-masing tipe savana di
daerah semi arid NTT yang cukup kering, atas
sebagaimana dijelaskan, maka persamaan lebih
diarahkan kepada penyusunan allometri untuk B. Allometri Batang, Ranting dan Daun
pendugaan biomassa. Menurut Monk et al dengan Biomassanya
(1997), terdapat delapan tipe savana di Nusa Destruktif sampling dan regresi
Tenggara dan Maluku, dimana tipe savana yang merupakan teknik atau metode yang paling
mendominasi di Pulau Timor adalah savana sering digunakan untuk mendapatkan
lontar (Borassus flabbier), savana gewang biomassa hutan (Basuki et al., 2007). Secara
(Coryphautan), savana kasuarina (Casuarina keseluruhan parameter-parameter statistik
jughuhniana), savana bidara (Ziziphus dari model persamaan yang diuji ditampilkan
mauritiana) dan savana asam (Tamarindus pada Tabel 1 di bawah ini. Sebagaimana
indicus). Pada savana tersebut, jenis bidara dijelaskan pada metode, ketiga persamaan di
terlihat di seluruh wilayah NTT, yang tumbuh bawah merupakan yang paling sering
secara sporadis. Belum ditemukan studi digunakan dan sesuai dengan kondisi
terdahulu maupun laporan dari berbagai obyeknya.
instansi yang menyebutkan secara detail
65
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74
namun perlu untuk memperhatikan tingkat bebasnya. Kondisi alami dari batang bidara
residu (error) yang dihasilkan dari persamaan yang tidak banyak terjadi perubahan oleh
tersebut. Bias dapat terjadi karena tidak faktor eksternal menjadikan hubungan antara
memperhatikan residunya, maka penting biomassa batang dengan dbh menjadi sangat
untuk memperhatikan nilai residu ini secara kuat. Demikian juga untuk cabang dan ranting,
khusus selain juga nilai signifikansinya (Chave meskipun untuk fase pertumbuhan semai
et al., 2014; Jara et al., 2015; Moussa et al., disukai oleh hewan ternak, namun pada fase
2015). pertumbuhan berikutnya tidak disukai lagi
karena munculnya duri yang keras pada
Berdasarkan hasil penghitungan
ranting-rantingnya. Variasi fenotip dari cabang
parameter statistik untuk persamaan
dan ranting secara okuler lebih jelas
allometri yang disusun, yakni pada Tabel 1,
dibandingkan pada batang, kondisi demikian
terlihat bahwa untuk komponen batang,
menjadi alasan utama bagi nilai R2 yang lebih
cabang dan ranting, memiliki koefisien
rendah dibandingkan pada allometri biomassa
determinasi yang tinggi (> 0,9) dan cukup
batang.
tinggi (0,7-0,9). Koefisien determinasi
merupakan nilai yang menunjukkan tingkat Pada Tabel 1, nilai koefisen determinasi
keterhandalan model persamaan yang untuk allometri biomassa batang, cabang dan
diperoleh, semakin besar nilai R2, maka model ranting tertinggi adalah pada model power
persamaan allometri yang dibangun semakin function yakni berturut-turut sebesar 0,959,
bagus (Siregar & Darmawan, 2011). Nilai 0,777 dan 0,825. Sedangkan untuk allometri
koefisien determinasi adalah nilai hubungan biomassa daun nilai R2 tertinggi adalah pada
relatif antara dua variabel yang langsung dapat model persamaan polinomial yakni 0,283.
diinterpretasikan pada tingkat persentase Nilai SSE dan MSE pada model power function
hubungan tersebut, persentase ini adalah terendah dibandingkan model
menunjukkan seberapa besar variasi variabel persamaan lainnya. Nilai SSE dan MSE yang
dependen dapat dijelaskan oleh variasi rendah, serta R2 yang lebih tinggi, menjadi
variabel independen (As-syakur, 2007; pertimbangan utama dalam memilih
Japarianto & Sugiharto, 2011). Nilai koefisien persamaan yang digunakan. Dengan demikian
determinasi ini berkisar diantara nol dan satu. model power function terpilih menjadi
Nilai koefisien determinasi (R2) = 1, artinya persamaan allometri yang digunakan untuk
variabel-variabel bebas memberikan semua pendugaan biomassa batang, cabang dan
informasi yang dibutuhkan untuk ranting jenis bidara. Sedangkan untuk daun
memprediksi variasi variabel terikat. Nilai dengan nilai R2 yang relatif kecil (0,163) dan
koefisien determinasi (R2) = 0, artinya variabel nilai signifikansi > 0,05, maka dinyatakan tidak
independen tidak mampu menjelaskan variasi- layak untuk digunakan. Pada Gambar 3 (grafik
variasi variabel dependen (Ernawati & allometri biomassa daun) terlihat sebaran
Widyawati, 2015; Munparidi, 2012). daunnya tidak membentuk pola tertentu,
menunjukkan adanya variasi yang sangat tinggi
Koefisien determinasi untuk batang
pada biomassa daunnya.
sebesar 0,959 berarti dari persamaan
tersebut terdapat sekitar 95% variabel Parameter lainnya yang dapat dijadikan
bergantung yang dapat dijelaskan oleh variabel acuan dalam pemilihan model persamaan
66
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)
terbaik adalah standart residual error (RSE). dengan nilai RSE kurang dari 20% berarti
Menurut Dumont et al. (2013), berdasarkan hubungan antara variabel penjelas dengan
pengaruh dari nilai persentase eror, biomassa variabel bergantungnya dapat diandalkan.
dapat menjadi overestimated atau Sementara Sileshi (2014), menyatakan bahwa
underestimated, hubungannya yang terbaik persamaan allometri untuk pendugaan
dapat ditemukan menggunakan RSE. biomassa berkayu dapat diterima jika nilai RSE
Mc Cune dan Grace (2002), nya kurang dari 30%. Nilai RSE untuk masing-
menyatakan bahwa pada kajian ekologi masing bagian pohon adalah sebagai berikut :
Nilai RSE pada tabel 2 di atas untuk masing- al., 2013), bahwa nilai R2 yang lebih tinggi
masing bagian pohon, nilainya kurang dari menunjukkan persamaan yang lebih baik, dan
30%, dengan demikian persamaan yang ini akan mengecilkan nilai RSE nya. Sebaliknya
dihasilkan layak untuk digunakan sebagai pengurangan sampel pada allometri cabang
penduga biomassa, kecuali untuk bagian daun. meningkatkan nilai SEE nya meski tidak
Grafik allometri beserta persamaannya dapat signifikan, ini karena jumlah sampelnya
dilihat pada Gambar 3 di bawah ini. menjadi lebih kecil (Puspaningdiah et al.,
Gambar 3 menunjukkan nilai koefisien 2014).
determinasi (R2) beserta persamaan power Pada bagian daun pohon bidara memiliki
function yang terpilih. Diketahui nilai R2 nilai R2 yang rendah yakni hanya 0,163, artinya
tertinggi adalah allometri untuk biomassa hanya sekitar 16% variasi dari variabel
batang (0,92), diikuti selanjutnya adalah bergantung yang dapat dijelaskan oleh variabel
biomassa ranting, cabang dan daun berturut- bebasnya. Nilai ini sangat rendah, dan nilai SEE
turut nilainya 0,825; 0,777; 0,163. Pada juga cukup tinggi yaitu 0,652, dengan nilai
allometri cabang terdapat pengurangan signifikansi di atas 5% yakni 0,12 yang berarti
sebanyak 2 sampel, karena pohon sampel tidak berbeda nyata. Nilai R2 yang rendah juga
tidak memiliki cabang, sedangkan pada meningkatkan nilai RSE allometri biomassa
allometri biomassa ranting terdapat daun dengan dbh. Nilai RSE yang dihasilkan
pengurangan sebanyak 2 sampel juga karena 2
adalah 0,539, yang berarti lebih besar dari
sampel tersebut termasuk outlier. 30%. Kondisi ini dapat dijelaskan berdasarkan
Pengurangan 2 sampel outlier pada allometri pengamatan di lapangan bahwa daun bidara
biomassa ranting ini mampu meningkatkan memiliki daur hidup yang berbeda dengan
nilai R2 dan menurunkan nilai SEE nya. Ini daur hidup pohonnya.
sebagaimana yang dinyatakan oleh (Oliveras et
67
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74
Daun bidara akan tumbuh cukup cepat bidara beradatapsi dengan baik pada kondisi
pada awal pertumbuhan hingga kurang lebih iklim yang kering dengan variasi responnya
pada ukuran DBH 25 cm, selanjutnya daun yang bisa berbeda nyata (Kala & Godara,
akan mulai gugur seiring dengan pertumbuhan 2011; Maraghni, Gorai, & Neffati, 2011),
pohonnya yang juga sudah mulai melambat. diantaranya dengan kecenderungan
Sampai dengan ukuran DBH mencapai 30 cm mengurangi pertumbuhan daunnya daripada
daun sudah tinggal sedikit saja, hingga pada pertumbuhan akarnya (Lisar et al. 2012; Bhatt
pohon ukuran DBH 40 cm daun bisa gugur et al. 2008). Dengan demikian grafik
seluruhnya. Penjelasan lainnya adalah adanya pertumbuhan daun bidara diduga kuat
pengaruh api dan kekeringan pada berbeda dengan model pertumbuhan
pertumbuhan bidara. Bidara yang mengalami pohonnya, perlu strategi waktu yang tepat
kebakaran akan memberikan respon untuk mendapatkan nilai koefisien
pertumbuhan daun yang berbeda-beda pada determinasi yang cukup tinggi (>0,5) pada
kelas pertumbuhan yang berbeda (Grice, allometrinya. Jumlah sampel untuk daun juga
1997). perlu diperbanyak dengan kelas diameter yang
lebih rinci.
Demikian pula terhadap kekeringan,
68
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)
69
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74
70
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)
Kala, S., & Godara, A. K. (2011). Effect of Monk, K. A., Fretes, Y. De, & Reksodiharjo-Lilly,
71
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74
72
Allometri Biomassa Atas Tanah Ziziphus…
(Heri Kurniawan dan Eko Pujiono)
73
Jurnal Vol. 3 No.2 Oktober 2019: 59-74
74