You are on page 1of 8

WARTA RIMBA ISSN: 2579-6267

Volume 5, Nomor 1 Hal: 63-70


Maret 2017

POTENSI VEGETASI HUTAN MANGROVE DI WILAYAH PESISIR PANTAI


DESA KHATULISTIWA KECAMATAN TINOMBO SELATAN
KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Lisna1), Adam Malik2), Bau Toknok2)


Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km.9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1)
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
2)
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract
Mangrove is a coastal vegetation community which dominated by several species of mangrove
trees. They are able to grow and to flourish in the tidal area of muddy beach. This study aims to
determine a stand and volume potency of mangrove forest in Coastal Territory of Equator
village. The applied method was a partition strip. This method means to use combination
between strip and partition process. On the tree level, it is used partition process while on the
seedling and stake level, they are applied a small strip in the big one. The result describes that
there are 5 (five) mangrove species in the spot namely Sonneratia ovata, Rhizophora
mucronata, Avicennia lanata, Xylocarpus moluccensis dan Acanthus ilicifolius, particularly in
Equator village. The higher INP is Avicennia lanata species which is 93, 69% level of the tree,
90,72% of the stake, and 70, 51% of seedling while the lower INP is Xylocarpus moluccensis
species which is 48, 09% level of the tree, 49, 99% level of the stake and 13, 97% level of
seedling. Then, it is concluded that Avicennia lanata becomes the most dominant species in
mangrove forest. On the tree level potency of each hectare, Avicennia lanata species with 3,
638 m2 is higher than Xylocarpus moluccensis species with 1, and 819 m2 and the potency value
of stall level is 110,25 m3/Ha. The percentage of stake volume potency of Xylocarpus
moluccensis type with 0,439 m3 is lower than Avicennia lanata type with 0, 0795 m3 in an area
10, 36 m3/Ha potency of each hectare.
Keywords: Mangrove Forest Vegetation

PENDAHULUAN yang terbawa oleh arus ke kawasan hutan


mangrove, mengendalikan laju intrusi air laut
Hutan mangrove merupakan ekosistem
sehingga air sumur disekitarnya menjadi lebih
utama pendukung kehidupan penting di
tawar, melindungi daerah di belakang
wilayah pesisir dan kelautan. Selain
mangrove dari hempasan gelombang, angin
mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia
kencang dan bahaya tsunami (Setiawan,
nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan
2013).
dan asuhan (nursery ground) berbagai macam
Hutan mangrove merupakan suatu
biota perairan, penahan abrasi pantai, amukan
ekosistem yang kompleks dan khas, serta
angin taufan dan tsunami, penyerap limbah,
memiliki daya dukung cukup besar terhadap
pencegah interusi air laut, hutan mangrove
lingkungan di sekitarnya. Oleh karenanya
juga mempunyai fungsi ekonomis yang tinggi
ekosistem mangrove dikatakan produktif dan
seperti sebagai penyedia kayu, obat-obatan,
memberikan manfaat tinggi melalui fungsi
alat dan teknik penangkapan ikan
ekonomi maupun ekologis.
(Rahmawaty, 2006).
Sebagai suatu ekosistem dan sumberdaya
Fungsi hutan mangrove dapat digolongkan
alam, pemanfaatan mangrove diarahkan untuk
menjadi tiga macam yaitu fungsi fisik, fungsi
kesejahteraan umat manusia dan untuk
ekologis dan fungsi ekonomis. Fungsi hutan
mewujudkan pemanfaatannya agar dapat
mangrove secara fisik di antaranya: menjaga
berkelanjutan, maka ekosistem mangrove
kestabilan garis pantai dan tebing sungai dari
perlu dikelola dan dijaga keberadaannya.
erosi atau abrasi, mempercepat perluasan
Kerangka pengelolaan hutan mangrove
lahan dengan adanya jerapan endapan lumpur

63
WARTA RIMBA ISSN: 2579-6267
Volume 5, Nomor 1 Hal: 63-70
Maret 2017

terdapat dua konsep utama. Pertama, merupakan zona penyangga kehidupan di


perlindungan hutan mangrove yaitu suatu wilayah pesisir (Alwidakdo, dkk 2004).
upaya perlindungan terhadap hutan mangrove Tujuan dan kegunaan
menjadi kawasan hutan mangrove konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Kedua, rehabilitasi hutan mangrove yaitu potensi tegakan dan potensi volume hutan
kegiatan penghijauan yang dilakukan terhadap mangrove di wilayah pesisir pantai Desa
lahan-lahan yang dulu merupakan salah satu Khatulistiwa Kecamatan Tinombo Selatan
upaya rehabilitasi yang bertujuan bukan saja Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah.
untuk mengembalikan nilai estetika, tetapi Diharapkan hasil penelitian ini dapat
yang paling utama adalah untuk dijadikan sebagai bahan informasi untuk
mengembalikan fungsi ekologis kawasan pengelolaan dan kegiatan rehabilitasi hutan
hutan mangrove yang telah ditebang dan mangrove yang ada di wilayah pesisir pantai
dialihkan fungsinya kepada kegiatan lain Desa Khatulistiwa Kecamatan Tinombo
(Patang, 2012). Selatan Kabupaten Parigi Moutong.
Ekosistem mangrove di Indonesia tersusun Materi dan Metode Penelitian
sedikitnya atas 202 jenis tumbuhan meliputi Penelitian ini dilaksanakan di kawasan
89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis Hutan Mangrove Pesisir Pantai Desa
pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit Khatulistiwa Kecamatan Tinombo Selatan
dan 1 jenis paku (Noor, Khazali dan Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi
Suryadiputra, 2006 dalam Wahyuni IN, Tengah, selama 3 bulan dari bulan Juni
2012). sampai Bulan Agustus 2014.
Ekosistem mangrove, selain mempunyai Bahan dan Alat
fungsi ekologis, juga mempunyai potensi Bahan yang diteliti adalah kawasan hutan
vegetasi dan manfaat ekonomi yang sangat mangrove yang terdapat di pesisir pantai Desa
besar. Potensi vegetasi memberi kontribusi Khatulistiwa. Alat yang digunakan yaitu:
secara nyata bagi peningkatan pendapatan Meteran roll, pita diameter, tongkat meteran,
masyarakat, devisa untuk daerah Parang, tali rafia, kalkulator untuk
(desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, menganalisis data, tally sheet, alat tulis-
provinsi), dan negara. Salah satu kawasan menulis, buku panduan pengenalan jenis-jenis
hutan mangrove yang terdapat di Sulawesi mangrove di Indonesia (Rusila NY dkk. 1999)
Tengah yaitu Desa Khatulistiwa yang terletak dan kamera.
di Wilayah pesisir pantai Teluk Tomini Metode Penelitian
Kecamatan Tinombo Selatan Kabupaten Pengambilan data pada lokasi penelitian
Parigi Moutong yang memiliki potensi dengan menggunakan metode jalur berpetak “
vegetasi hutan mangrove yang terus menerus Nested Sampling”, yaitu kombinasi antara
dilestarikan dengan kondisi yang cukup stabil. jalur dan garis berpetak. Pengamatan tingkat
Produk yang diperoleh dari ekosistem pohon dilakukan dengan cara jalur, sedangkan
mangrove berupa kayu bakar, bahan pengamatan tingkat semai dan pancang
bangunan, pupuk, bahan baku kertas, bahan dilakukan dengan cara garis berpetak
makanan, obat-obatan, minuman, peralatan (Toknok, 2012 dalam Fuad Anugra 2009).
rumah tangga, bahan baku testil dan kulit, Prosedur Penelitian
lilin, madu, rekreasi tempat pemancingan, dan Observasi lapangan dilakukan dengan
lain-lain. melihat lokasi penelitian. Observasi meliputi:
Dari uraian tersebut, dapat diketahui membuat jalur sebanyak 2 jalur dari laut tegak
pentingnya fungsi hutan mangrove bagi lurus ke arah daratan dengan jarak antara jalur
kehidupan masyarakat dan ekosistem global 500 m. Di setiap jalur dibuat 5 plot
sehingga perlu upaya rehabilitasi kawasan pengamatan, dengan jumlah plot sebanyak 10
hutan mangrove. Upaya rehabilitasi hutan plot pada dua jalur pengamatan. Dalam plot
mengrove tersebut dilaksanakan untuk yang berukuran 10 m x 10 m dibuat plot yang
mencapai keseimbangan fungsi yaitu fungsi berukuran 5 m x 5 m untuk tingkat pancang di
hutan mangrove sebagai zona ekonomi dan dalamnya di buat ukuran 2 m x 2m untuk
fungsi lingkungan dimana hutan mangrove tingkat semai. Skema penempatan jalur dan
petak pengamatan plot pada setiap tingkat

64
WARTA RIMBA ISSN: 2579-6267
Volume 5, Nomor 1 Hal: 63-70
Maret 2017

pertumbuhan disajikan pada gambar 6 berikut Indeks Nilai Penting (INP) untuk tingkat
ini. pohon dan pancang = KR + FR + DR
10 m Indeks Nilai Penting (INP) untuk tingkat
semai = KR + FR
2m 5m 2m 5m Potensi Volume
Selanjutnya potensi suatu pohon yang
10m5m 10m dinyatakan dengan volume pohon (m3)
Gambar 1. Skema penempatan plot Pada didapatkan dengan rumus:
5m Setiap Tingkat Pertumbuhan  V = ¼ π. d2 x F x T
Analisis Data Dimana : T = Tinggi Pohon (m)
Potensi tegakan dan kayu F = angka bentuk pohon (0,7)
Data vegetasi mangrove dianalisis dengan d = diameter (cm)
rumus Indeks Nilai Penting (INP), merujuk 𝜋 = 3,14 (3758)
pada (Fachrul 2007 dalam Martuti, 2013).
Rumus untuk menghitung INP: HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Individu Jenis-jenis Mangrove Pada Setiap Tingkat
Kerapatan (K) = Luas petak contoh
Kerapatan suatu jenis
Pertumbuhan
KR = Kerapatan seluru jenis x100% Hasil penelitian pada hutan mangrove di
jmlh di tmukn suatu jnis Desa Khatulistiwa ditemukan sebanyak 5
Frekuensi (F) =
jmlah seluruh petak contoh jenis yang terdiri dari 5 famili yang ditemukan
Frekuensi suatu jenis
FR = x100% pada 10 petak contoh pengamatan. Kelima
Frekuensi seluruh jenis
LBD suatu jenis
mangrove tersebut yaitu: Sonneratia ovata,
Dominansi (D) = Luas petak contoh Rhizophora mucronata, Avicennia lanata,
Dominansi suatu jenis Xylocarpus moluccensis dan Acanthus
DR = x100%
Dominansi seluruh jenis ilicifolius. Hasil selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Jenis-jenis Vegetasi Mangrove yang ditemukan di Desa Khatulistiwa.
No Nama Lokal Nama Latin Famili Tipe Hutan
1 Bogem Sonneratia ovata Sonneratiaceae Mangrove Sejati
2 Banggo Rhizophora mucronata Rhizophoraceae Mangrove Sejati
3 Api-api Avicennia lanata Avicenniaceae Mangrove Sejati
4 Nyirih /siri Xylocarpus moluccensis Maliaceae Mangrove sejati
5 Daruyu Acanthus ilicifolius Acanthaceae Mangrove sejati
Potensi Vegetasi Hutan Mangrove di Desa Avicennia lanata yang lebih dominan di
Khatulistiwa temukan pada kawasan hutan mangrove
Jenis vegetasi mangrove yang di temukan tersebut. Sedangkan di wilayah pesisir yang
di kawasan hutan mangrove yang terdapat di tidak bermuara sungai, pertumbuhan vegetasi
Desa Khatulistiwa, jenis yang paling banyak mangrove tidak tumbuh optimal. Sehingga
ditemukan adalah jenis Avicennia lanata hal jenis mangrove Xylocarpus moluccensis lebih
ini dapat didasarkan pada kondisi dan tempat sedikit ditemukan. Mangrove tidak atau sulit
tumbuh hutan mangrove. Mangrove yang tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan
tumbuh optimal di wilayah pesisir yang berombak besar dengan arus pasang surut
memiliki muara sungai besar dan delta yang kuat.
aliran airnya banyak mengandung lumpur. Pada kawasan hutan mangrove yang
Avicennia lanata yang memiliki kemampuan terdapat di Desa khatulistiwa yang dulunya
toleran dengan salinitas air yang tinggi adalah salah satu ekosistem mangrove yang
membuat spesies ini mampu hidup di zona memiliki vegetasi cukup stabil. Namun
terdepan (menghadap laut) sampai zona kondisi vegetasi tersebut terus mengalami
terbelakang (dekat dengan darat). penurunan dikarenakan adanya konversi untuk
Kemampuan ini disebabkan spesies Avicennia pertambakan dan pemukiman serta
lanata memiliki akar pensil dan kelenjar pengambilan kayu secara berlebihan akan
garam di daun untuk mengontrol kelebihan terus mengurangai luas hutan mangrove.
garam dalam tubuh. Sehingga jenis mangrove Maka dari itu potensi vegetasi di Desa

65
WARTA RIMBA ISSN: 2579-6267
Volume 5, Nomor 1 Hal: 63-70
Maret 2017

khatulistiwa semakin hari semakin berkurang sehingga pada kawasan mangrove yang luas
dikarenakan hal tersebut. keberadaan dan kelestarian suatu spesies lebih
Luas kawasan mangrove sangat terjaga (Setyawan. D. A, dkk 2004).
menentukan keanekaragaman spesies Untuk itu, hasil identifikasi dari jenis-jenis
tumbuhan di dalamnya. Area yang luas vegetasi mangrove pesisir pantai Desa
memungkinkan adanya ruang yang cukup Khatulistiwa dapat dianalisis dengan
untuk tumbuh dan mengurangi kompetisi menghitung nilai penting jenisnya.
antar spesies dalam memperebutkan ruang, Indeks Nilai Penting (INP)
unsur hara, dan cahaya matahari. Area yang Indeks Nilai Penting (INP) adalah
luas juga memungkinkan menyebarnya parameter kuantitatif yang dipakai untuk
aktivitas manusia dalam memanfaatkan menyatakan tingkat dominansi (tingkat
kawasan mangrove, sehingga disturbansi penguasaan) spesies-spesies dalam suatu
terhadap ekosistem ini dapat teredam. komunitas tumbuhan (Soegianto, 1994).
Apabila disuatu lokasi terjadi kerusakan Spesies-spesies yang dominan dalam suatu
vegetasi, misalnya akibat pembabatan hutan, komunitas tumbuhan akan memiliki indeks
maka pada saat yang sama di tempat lain nilai penting (INP) yang tinggi, sehingga
sedang terjadi pemulihan (restorasi), sehingga spesies yang paling dominan tentu memiliki
pertumbuhan dan keanekaragaman mangrove INP yang paling besar (Indriyanto, 2006
dapat dipertahankan (Setyawan DA, dkk dalam Ghufran H, Kordi K. 2012).
2004). Penguasaan serta peranan suatu jenis
Kawasan mangrove yang luas juga dalam satu komunitas dapat ditentukan dari
memungkinkan terjadinya pertukaran genetik nilai penting jenisnya. Nilai penting suatu
di dalam populasi secara luas. Banyaknya jenis dapat menggambarkan nilai ekologis
individu anggota populasi memungkinkan paling tinggi dan menunjukkan tingkat
terbentuknya kombinasi gen-gen baru, yang kekuasaan dalam komunitasnya paling besar
diperlukan sebagai tanggapan adaptasi atau disebut dominan. Untuk menetapkan
terhadap perubahan lingkungan. Pada dominansi dalam suatu tegakan dapat
kawasan mangrove yang luas, kemungkinan digunakan besaran-besaran luas bidang dasar
untuk menerima sumber biji (propagul) dari volume, atau dengan menghitung indeks nilai
kawasan mangrove lain juga besar, sebagai penting INP (Kiswan, 2010). Untuk lebih
penyuplai sumber genetik baru. Adanya jelasnya hasil perhitungan Indeks Nilai
mutasi di dalam populasi dan masukan gen Penting pada masing-masing tingkat
baru dari luar populasi memungkinkan pertumbuhan disajikan pada tabel 2 berikut
tingginya daya adaptasi tumbuhan mangrove, ini.
Tabel 2. Indeks Nilai Penting (INP) Jenis Masing-masing Tingkat Pertumbuhan
Tingkat Pertumbuhan Nama Jenis Jumlah Individu INP
Avicennia lanata 19 93,69
Sonneratia ovata 16 82,42
Pohon Rhizophora mucronata 14 73,82
Xylocarpus moluccensis 9 48,09

Avicennia lanata 13 90,72


Pancang Rhizophora mucronata 12 89,33
Sonneratia ovata 10 69,98
Xylocarpus moluccensis 7 49,99

Avicennia lanata 14 70,51


Semai Sonneratia ovata 11 45,02
Rhizophora mucronata 10 51,67
Acanthus ilicifolius 4 18,85
Xylocarpus moluccensis 2 13,97
Pada tabel 2 menunjukan bahwa secara yang terbentang dari garis pantai kearah
keseluruhan tegakan penyusun formasi daratan baik dari tingkat pertumbuhan
pada indeks nilai penting hutan mangrove pohon, pancang dan semai adalah jenis

66
WARTA RIMBA ISSN: 2579-6267
Volume 5, Nomor 1 Hal: 63-70
Maret 2017

Avicennia lanata yang merupakan jenis dan Rhizophora spp., baik secara sendiri-
yang paling dominan ditemukan di sendiri maupun bersama-sama, hampir selalu
kawasan pesisir Desa Khatulistiwa, karena dijumpai dalam plot penelitian. Hal ini wajar
secara kuantitas memiliki Indeks Nilai mengingat ketiganya merupakan tumbuhan
Penting (INP) jenis yang tertinggi. jenis mangrove mayor yang selalu berada di garis
Avicennia lanata mempunyai nilai penting terdepan berhadapan dengan garis pantai atau
tertinggi dikarenakan pada lokasi pesisir muara sungai.
pantai Desa Khatulistiwa (tabel 2) INP pada setiap tingkatan yaitu dari
mempunyai kerapatan, frekuensi dan tingkat pohon, pancang dan semai memiliki
dominansi tertinggi. Hal ini nilai berbeda-beda. Hal ini
mengindikasikan bahwa potensi dalam tiap menggambarkan pengaruh suatu jenis
jenis yang tertinggi adalah Avicennia dalam komunitas mangrove yang dapat
lanata dengan nilai sebesar 254,92%. disebabkan oleh kerapatan, frekuensi atau
Sedangkan Indeks Nilai Penting terendah besar kecilnya dominansi vegetasi
pada setiap tingkat pertumbuhan adalah mangrove. Desa Khatulistiwa salah satu
jenis Xylocarpus moluccensis dengan nilai Desa yang memiliki kawasan hutan
sebesar 112,05%. mangrove yang cukup luas memiliki jenis
Nilai Penting berkisar antara 0 sampai mangrove Avicennia lanata dengan
300%. Nilai ini memberikan suatu gambaran memiliki nilai kerapatan tertinggi,
mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis frekuensi dan dominansinya. Jenis ini
tumbuhan mangrove dalam komunitas disamping merupakan hasil dari
mangrove. Nilai Penting tertinggi dimiliki penanaman juga memiliki keunggulan
oleh spesies Avicennia lanata dan terendah dalam menyesuaikan diri dengan kondisi
oleh spesies Xylocarpus moluccensis. Hal lingkungan setempat sehingga jenis ini bisa
ini menunjukkan bahwa kawasan mangrove juga dikatakan dapat menguasai tempat
Desa Khatulistiwa didominasi oleh jenis tumbuh habitatnya.
Avicennia lanata yang memiliki peran dan Tingginya persentase INP jenis
pengaruh terbesar terhadap keadaan Avicennia lanata berhubungan positif dengan
komunitas mangrove di sana. Nilai Penting ketiga nilai lainnya (KR, FR dan DR). Dari
berhubungan positif dengan ketiga nilai hasil individu menunjukan bahwa pada
lainnya. tingkat pertumbuhan pohon, pancang dan
Tingginya persentase indeks nilai semai jenis Avicennia lanata memiliki nilai
penting jenis Avicennia lanata pada semua individu yang relatif banyak. Nilai individu
tingkat pertumbuhan umumnya dari jenis Avicennia lanata sangat
dikarenakan banyaknya individu yang berpengaruh pada kerapatan relatif (KR),
dijumpai dan memiliki penyebaran yang frekuensi relatif (FR) dan dominansi Relatif
luas. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan (DR). Nilai ini memberikan suatu gambaran
tempat tumbuh, ketahanan jenis terhadap mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis
arus ombak, penggenangan dan kadar tumbuhan mangrove dalam komunitas
garam, selain itu juga di lapangan spesies mangrove tersebut.
Avicennia lanata yang semua terdapat pada Nilai kerapatan suatu jenis menunjukkan
plot pengamatan (zona terdepan sampai kelimpahan jenis dalam suatu ekosistem dan
terbelakang). Hal ini tentunya sesuai dengan nilai ini dapat menggambarkan bahwa jenis
teori karena pada dasarnya Avicennia dengan kerapatan tertinggi memiliki pola
bertoleransi tinggi pada salinitas sehingga penyesuaian yang besar. Kerapatan sangat
memungkinkannya untuk hidup di zona mana dipengaruhi oleh jumlah ditemukannya suatu
saja (terdepan sampai terbelakang). spesies dalam suatu kawasan penelitian.
Selain jenis vegetasi Avicennia lanata, Semakin banyak suatu spesies, maka
jenis Sonneratia ovata dan Rhizophora kerapatan relatifnya semakin tinggi.
mucronata yang berada diurutan kedua dan Keberadaan jenis Avicennia lanata
ketiga, karena memiliki nilai individu hampir ditentukan oleh kondisi lingkungan yang
selalu dijumpai dalam plot penelitian. Hal ini dapat memungkinkan mangrove untuk
dikarenakan Avicennia spp., Sonneratia spp., tumbuh optimal. Hal ini menunjukkan bahwa

67
WARTA RIMBA ISSN: 2579-6267
Volume 5, Nomor 1 Hal: 63-70
Maret 2017

keberadaan mangrove jenis Avicennia lanata ditemukannya suatu spesies, makin kecil
mendominasi di unit areal kawasan tersebut frekuensi spesies tersebut. Dengan
dan memiliki sistem perakaran yang banyak demikian, frekuensi menggambarkan
dan kuat, sehingga mampu menahan tingkat penyebaran spesies dalam habitat
hempasan ombak dan arus, penyebaran jenis yang dipelajari, meskipun belum dapat
cukup baik mudah tumbuh secara cepat menggambarkan tentang pola
menjadi individu baru kemudian ditunjang penyebarannya.
oleh bentuk buah yang mudah terendam pada Frekuensi digunakan untuk menyatakan
lumpur sehingga mampu mendominasi tingkat proporsi antara jumlah sampel yang berisi
pertumbuhan pohon, pancang dan semai pada suatu spesies tertentu terhadap jumlah total
lokasi penelitian. sampel. Frekuensi spesies tumbuhan
Kondisi keanekaragaman yang cukup adalah jumlah petak contoh tempat
tinggi di wilayah ini perlu mendapat perhatian ditemukannya suatu spesies dari sejumlah
khusus agar tidak terjadi penurunan petak contoh yang dibuat. Frekuensi
keanekaragaman jenis, mengingat peranan merupakan besarnya intensitas
ekologi mangrove dalam mendukung wilayah ditemukannya suatu spesies organisme
pesisir dan laut. Pengetahuan masyarakat dalam pengamatan keberadaan organisme
mengenai keanekaragaman jenis masih pada suatu komunitas atau ekosistem.
kurang, sehingga perlu upaya sosialisasi Luas penutupan (coverage) adalah proporsi
mengenai keanekaragaman jenis mangrove antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies
serta potensinya di wilayah ini (Irawan, 2005). tumbuhan dengan luas total habitat. Luas
Sedangkan yang memiliki persentase penutupan dapat dinyatakan dengan
terendah dari pertumbuhan tingkat pohon menggunakan luas penutupan tajuk ataupun
hingga tingkat semai adalah jenis Xylocarpus luas bidang dasar (Luas Basal Area).
moluccensis. Hal ini dikarenakan selain Dengan mengetahui nilai rata-rata INP
jumlah individunya yang sedikit ditemukan pada setiap tingkat pertumbuhan vegetasi
pada lokasi penelitian juga memiliki diameter mangrove yang terdapat di Desa Khatulistiwa,
batang yang kecil. Jenis Xylocarpus selanjutnya ditentukan nilai dari potensi
moluccensis sangat jarang ditemukan pada tegakan pada kawasan tersebut.
lokasi penelitian, dan jenis ini lebih menyukai Potensi Tegakan
tempat tumbuh pada substrat pasang surut Potensi tegakan berdasarkan hasil
serta terdapat di sepanjang pesisir pantai. penelitian yang dilakukan, potensi volume
Apabila pengamatan dilakukan pada tingkat pohon sebanyak 58 individu dan
petak-petak contoh, maka makin banyak tingkat pancang sebanyak 42 individu.
petak contoh yang di dalamnya ditemukan Adapun hasil perhitungan jumlah potensi
suatu spesies, berarti makin besar frekuensi volume setiap jenis mangrove untuk tingkat
spesies tersebut. Sebaliknya, jika makin pohon disajikan pada tabel 3.
sedikit petak contoh yang di dalamnya
Tabel 3. Volume Tingkat Pohon dan Pancang Pada Setiap Jenis Mangrove.
∑ V (m3/ Ha)
Tingkat Pertumbuhan Nama Jenis Famili
Avicennia lanata Avicenniaceae 3,638
Pohon Sonneratia ovata Sonneratiaceae 2,925
Rhizophora mucronata Rhizophoraceae 2,643
Xylocarpus moluccensis Maliaceae 1,819

Avicennia lanata Avicenniaceae 0,0795


Pancang Rhizophora mucronata Rhizophoraceae 0,0729
Sonneratia ovata Sonneratiaceae 0,0625
Xylocarpus moluccensis Maliaceae 0,0439
Keterangan : ∑ V (m3/ Ha) = Jumlah volume

Dari tabel 3 di atas menunjukan bahwa sebesar 3,638 m3, diikuti oleh jenis Sonneratia
potensi tegakan tingkat pohon dalam setiap ovata dengan nilai sebesar 2,925 m3, jenis
jenis yang mempunyai volume tertinggi Rhizophora mucronata sebesar 2,643 m3 dan
adalah jenis Avicennia lanata dengan nilai yang mempunyai persentase volume terendah

68
WARTA RIMBA ISSN: 2579-6267
Volume 5, Nomor 1 Hal: 63-70
Maret 2017

adalah jenis Xylocarpus moluccensis dengan Fungsi sebagai pelindung atau penahan dari
nilai sebesar 1,819 m3. Volume tingkat pohon abrasi, sehingga masyarakat yang tinggal di
dalam tiap hektar sebesar 110,25 m3/ Ha. sekitar kawasan mangrove harus
Potensi tingkat pancang dalam setiap jenis meningkatkan kewaspadaannya terhadap
yang mempunyai volume tertinggi adalah ancaman abrasi yang dapat mengakibatkan
jenis Avicennia lanata dengan nilai sebesar kerusakan dan kehancuran rumah yang
0,0795 m3 diikuti jenis Rhizophora mucronata ditempatinya. Fungsi mangrove sebagai
dengan nilai sebesar 0,0729 m3, jenis lapangan pekerjaan mengalami penurunan
Sonneratia ovata dengan nilai sebesar 0,0625 yang berdampak terhadap berkurangnya
m3 dan volume terendah adalah jenis jumlah hasil tangkapan para nelayan, serta
Xylocarpus moluccensis dengan nilai sebesar menurunkan jumlah produksi ikan yang
0,0439 m3. Volume tingkat pancang dalam dihasilkan oleh para petambak dan Fungsi
tiap hektar sebesar 10,36 m3/Ha. Avicennia mangrove yang sebagai tempat tinggal untuk
lanata memiliki nilai potensi tegakan yang hewan endemik bahkan mengakibatkan hewan
tertinggi. Potensi hutan mangrove (Tabel 3) tersebut terancam kepunahan.
merupakan standing stock yang memiliki Di wilayah tropis dan subtropis hutan
potensi jasa hutan sekaligus menghasilkan mangrove mempunyai peran yang sangat
nilai ekonomi, apabila dapat dikelola dan penting dalam melindungi adanya erosi di
dimanfaatkan secara baik dan benar dengan wilayah pesisir dan menjaga fungsi hidrologis
tetap menjaga kelestarian fungsi hutan di wilayah tersebut. Dengan mengetahui
mangrove (Saprudin, 2012). perubahan luas hutan mangrove, diharapkan
Dengan mengetahui rata-rata potensi akan mendorong tingkat kesadaran
tegakan hutan mangrove dan melihat kondisi masyarakat untuk ikut serta dalam
kawasan hutan mangrove di Wilayah Pesisir melestarikan hutan mangrove di wilayah
Pantai Khatulistiwa telah mengalami Indonesia (Haryani SN. 2013). Khususnya
degradasi (potensi luas areal). Hal ini di kawasan hutan mangrove yang berada di
karenakan seiring dengan pertumbuhan Sulawesi Tengah.
jumlah penduduk dan pembangunan maka Untuk mencari solusi dalam pemanfaatan
fungsi lingkungan pantai di beberapa daerah hutan mangrove tersebut diperlukan kebijakan
di Sulawesi Tengah telah menurun atau rusak. yang menyeluruh dalam menetapkan kawasan
Desa Khatulistiwa yang terletak di wilayah hutan mangrove, terutama dengan melakukan
pesisisr pantai Teluk Tomini Kecamatan pengawasan dan menjadikan kawasan hutan
Tinombo Selatan Kabupaten Parigi Moutong mangrove sebagai kawasan hutan lindung
memiliki hutan mangrove yang terus menerus pada daerah-daerah penyangga di kawasan
dilestarikan dengan kondisi sedikit cukup pesisir pantai (Kamal, 2006).
stabil. Namun ada sebagian kawasan hutan Sebagai alternatif pemecahan masalah
mangrove telah mengalami penyusutan luas kawasan hutan mangrove yang terdapat di
kawasan. Hal ini diindikasikan karena adanya Desa Khatulistiwa sangat perlu dilakukan
proses erosi atau abrasi pantai dan konversi pengayaan jenis mangrove pada areal tersebut
hutan mangrove menjadi areal tambak, di guna mempertahankan potensi tegakan
samping itu akibat adanya pengambilan kayu vegetasi yang ada, dan dilakukan kembali
oleh masyarakat setempat. penanaman pada bekas areal atau kawasan
Potensi tegakan pada tingkat pohon dan mangrove yang telah mengalami kerusakan,
pancang memiliki nilai yang cukup rendah
KESIMPULAN
sehingga potensi tegakan tersebut belum dapat
dimanfaatkan untuk perumahan dan kontruksi Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat
kayu. Tetapi ada manfaat lain yang dapat di ditarik kesimpulan sebagai berikut:
hasilkan antara lain kayunya dapat dipakai 1. Jenis mangrove yang ditemukan pada
sebagai kayu bakar dan arang. lokasi penelitian di Desa Khatulistiwa
Akibat kerusakan dan berkurangnya luasan sebanyak 5 jenis yaitu Sonneratia ovata,
hutan mangrove sehingga mengakibatkan Rhizophora mucronata, Avicennia lanata,
menurunnya fungsi hutan mangrove di Xylocarpus moluccensis dan Acanthus
kawwasan pesisir Khatulistiwa meliputi, ilicifolius. INP tertinggi adalah jenis

69
WARTA RIMBA ISSN: 2579-6267
Volume 5, Nomor 1 Hal: 63-70
Maret 2017

Avicennia lanata, untuk tingkat pohon Kamal Eni, 2006. Potensi Dan Pelestarian
sebesar 93,69%, tingkat pancang sebesar Sumberdaya Pesisir Hutan Mangrove
90,72% dan tingkat semai sebesar Dan Terumbu Karang Di Sumatera Barat.
70,51%. INP terendah adalah jenis Mangrove dan Pesisir. Vol. VI No. 1.
Xylocarpus moluccensis, tingkat pohon Kiswan, 2010. Potensi Tegakan Dan Nilai
sebesar 48,09%, tingkat pancang sebesar Manfaat Langsung Hutan mangrove di
49,99% dan tingkat semai sebesar Desa Ambelang Kecamatan Tinangkung
13,97%. Sehingga secara keseluruhan Kabupaten Banggai Kepulauan. Skripsi.
jenis Avicennia lanata merupakan jenis Fakultas Kehutanan Universitas
yang mendominasi kawasan hutan Tadulako. Palu.
mangrove tersebut. Martuti 2013. Keanekaragaman Mangrove di
2. Potensi tingkat pohon dalam tiap hektar Wilayah Tapak, Tugurejo, Semarang.
yang memiliki persentase tertinggi adalah Jurnal MIPA 36 (2).
jenis Avicennia lanata sebesar 3,638 m3, Noor YR, Khazali M, Suryadiputra INN.
persentase terendah adalah jenis 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di
Xylocarpus moluccensis sebesar 1,819 m3, Indonesia. PHKA/WI-IP. Bogor.
dengan nilai potensi tegakan tingkat Patang, 2012. Analisis Strategi Pengelolaan
pohon dalam tiap hektar sebesar 110,25 Hutan Mangrove (Kasus Di Desa
m3/Ha. Potensi tingkat pancang persentase Tongke-Tongke Kabupatan Sinjai).
tertinggi adalah jenis Avicennia lanata Jurnal Agrisistem. Vol. 8 No. 2
sebesar 0,0795 m3, persentase terendah Rahmawaty. 2006. Upaya Pelestarian
adalah jenis Xylocarpus moluccensis Mangrove Berdasarkan Pendekatan
sebesar 0,439 m3, dengan potensi dalam Masyarakat. Karya Tulis. Departemen
tiap hektar sebesar 10,36 m3/Ha. Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
DAFTAR PUSTAKA Saprudin. 2012. Potensi dan Nilai Manfaat
Alwidakdo A, Azham Z, Kamarubayana L. Jasa Lingkungan Hutan Mangrove di
2014. Studi Pertumbuhan Mangrove Pada Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan.
Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Desa Tanjung Limau Kecamatan Muara Alam Vol. 9 No. 3.
Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Setiawan H. 2013. Status Ekologi Hutan
Jurnal Agrifor. Vol XIII No 1. Mangrove Pada Berbagai Tingkat
Anugra F. 2009. Tingkat Kerusakan Hutan Ketebalan. Jurnal Penelitian Kehutanan
Mangrove Pantai di Desa Malakosa Wallacea Vol. 2 No. 2,
Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Setyawan AD, Winarno K, Indrowuryatno,
Moutong. Skripsi. Fakultas Kehutanan Wiryanto, Susilowati A. 2004.
Universitas Tadulako. Palu. Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa
Ghufran MH, Kordi K. 2012. Ekosistem Tengah: 3. Diagram Profil Vegetasi.
Mangrove, Potensi, fungsi. dan Biodiversitas Vol. 9 No 4.
Pengelolaan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Wahyuni IN. 2012. Cadangan Karbon Hutan
Haryani SN. 2013. Analisis Perubahan Hutan Mangrove Di Sulawesi Utara Antara
Mangrove Menggunakan Citra Landsat. Tahun 2000-2009. Info BPK Manado
Jurnal Ilmiah WIDYA Vol. 1 No. 1. Vol. 2 No. 2.
Irawan B. 2005. Kondisi Vegetasi Mangrove
Di Luwuk Banggai Sulawesi Tengah.
Jurusan Biologi FMIPA UNPAD.

70

You might also like