You are on page 1of 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/344550973

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN KUALITAS LINGKUNGAN


BIOFISIK DI TAMAN HUTAN RAYA NGURAH RAI BALI

Article  in  ECOTROPHIC Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of Environmental Science) · October 2020

CITATIONS READS

0 669

14 authors, including:

Dietriech Geoffrey Bengen Meutia Samira Ismet


Bogor Agricultural University Bogor Agricultural University
258 PUBLICATIONS   1,202 CITATIONS    31 PUBLICATIONS   30 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Symbiotic bacterial of marine benthic organisms View project

HAB/benthic HAB project View project

All content following this page was uploaded by Dietriech Geoffrey Bengen on 09 October 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Struktur Vegetasi Mangrove Berdasarkan Kualitas Lingkungan Biofisik di Taman Hutan Raya…. [Ajie Imamsyah, dkk.]

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN KUALITAS


LINGKUNGAN BIOFISIK DI TAMAN HUTAN RAYA NGURAH RAI
BALI

Ajie Imamsyah*, Dietriech Geoffrey Bengen, Meutia Samira Ismet


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor
*
Email: ajieimamsyah21@gmail.com

ABSTRACT

STRUCTURE OF MANGROVE VEGETATION BASED ON BIOPHYSICAL


ENVIRONMENTAL QUALITY IN NGURAH RAI FOREST PARK BALI

Mangroves are typical coastal plants whose habitat is influenced by tidal and substrate
characteristics. Mangrove ecosystems have a variety of functions that can be utilized both in
terms of physical, biological, and economic. Utilization of mangrove ecosystems that do not pay
attention to environmental sustainability and conservation aspects cause damage of a whole
coastal ecosystems. This study aims to analyze the structure of mangrove vegetation based on
biophysical environment quality. This research was conducted on February until March 2017 at
Ngurah Rai Forest Park Bali. The results of study show that the conditions of temperature, pH,
and salinity are still in accordance with the specified quality standards, however dissolved
oxygen has been classified as polluted by anthropogenic waste. The analysis of the structure and
distribution of mangrove vegetation found that species of S. alba dominated at the location
research, followed by R. apiculata, R. mucronata, B. gymnorrhiza, R. stylosa, X. granatum, A.
marina, and A. corniculatum. Overall, the mangrove condition was damaged category with a
mangrove density value < 1000 ind/ha.

Keywords: Coastal; Environmental; Mangrove; Vegetation

ekosistem pesisir, salah satunya adalah


1. PENDAHULUAN ekosistem mangrove.
Ekosistem pesisir adalah ekosistem Mangrove adalah tumbuhan khas yang
peralihan antara darat dan laut dimana tumbuh di pantai dan estuari serta tergenang
terdapat ekosistem penunjang kehidupan oleh pasangasurut airalaut. Ekosistem
organisme seperti ekosistem terumbu karang, mangrove dapat dikatakan bersifat kompleks,
padang lamun, danamangrove. Selain untuk dinamis, dan labil. Dikatakan kompleks
penunjang kehidupan organisme laut, karena ekosistem mangrove merupakan
ekosistem pesisir juga memiliki peran vital habitat monyet, ular, burung, dan organisme
secara fisik yaitu melindungi pantai dari perairan. Dikatakan dinamis karena adaptif
gelombang pasang, erosi, dan abrasi. Secara terhadap kondisi lingkungan dan bersifat labil
ekonomis, ekosistem pesisir juga dapat karena rentan rusak dan memerlukan waktu
dimanfaatkan sebagai penghasil sumberdaya yang lama untuk mengembalikan fungsi
dan produktivitas hayati yang bernilai ekosistem (Ashton et al., 2003). Ekosistem
ekonomis tinggi, penyedia jasa lingkungan, mangrove termasuk ekosistem dengan
dan kawasan ekowisata. Namun adanya keanekaragaman hayati dengan berbagai
pemanfaatan ekosistem secara berlebihan macam fungsi baik secara fisik, biologis, dan
ditengarai akan menyebabkan perubahan ekonomis. Di samping itu, ekosistem
mangove juga dimanfaatkan oleh organisme
88 ECOTROPHIC14(1):88–99 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395
Struktur Vegetasi Mangrove Berdasarkan Kualitas Lingkungan Biofisik di Taman Hutan Raya…. [Ajie Imamsyah, dkk.]

laut untuk memulai rantai makanan dengan sangat potensial dalam pemanfaatan di sektor
memanfaatkan serasah mangrove. Tidak pariwisata, bisnis, dan letaknya yang dekat
hanya organisme laut, masyarakat juga dengan pemukiman penduduk. Tentu saja hal
seringkali memanfaatkan areal mangrove ini menyebabkan terjadinya tekanan
sebagai tambak, kayu bakar, bahan obat - lingkungan akibat adanya limbah domestik.
obatan, dan lainnya. Tidak hanya limbah, alih fungsi lahan juga
Kondisi ekosistem mangrove sebagai menyebabkan ekosistem mangrove menjadi
habitat berbagai macam organisme kini rusak. Mengingat peran ekosistem mangrove
eksistensinya terancam. Seiring bertambahnya sangat penting bagi kehidupan makhluk
jumlah penduduk dan ditambah dengan hidup, maka dari itu perlu adanya kajian
meningkatnya kebutuhan sehari - hari, secara komprehensif untuk mengalisis
ditengarai akan membuat ekosistem struktur vegetasi mangrove di Tahura
mangrove perlahan kehilangan perannya NgurahaRai Bali.
sebagai penyangga ekosistem pesisir. Hal ini
juga didukung dengan adanya pemanfaatan 2. METODOLOGI
ekosistem mangrove yang tidak melihat dari
aspek kelestarian lingkungan dan konservasi 2.1 Lokasiadan WaktuaPenelitian
seperti yang terjadi di Taman Hutan Raya Penelitian iniadilakukan padaabulan
(Tahura) Ngurah Rai Bali. Februari-Maret 2017 diaTahura Ngurah Rai,
Kawasan Tahura Ngurah Rai Bali. Lokasi penelitian dibagi menjadi tiga
Baliamerupakan habitat ekosistem mangrove stasiun yaitu di Pantai Mertasari (Stasiun 1),
terluas di Baliayang terletak di Kabupaten Sungai Mati (Stasiun 2), dan Tanjung Benoa
Badung dan Kota Denpasar. Kawasan Tahura (Stasiun 3) (Gambar 1).
Ngurah Rai Bali merupakan lokasi yang

Gambar 1. Lokasi Penelitian di Tahura Ngurah Rai Bali

batas darat sampai dengan batas laut


2.2 Prosedur Penelitian
tumbuhnya mangrove. Adapun di dalam
Pengamatan vegetasi mangrove transek garis dipasang transek kuadrat (plot)
dilakukan pada tiga stasiun penelitian, dimana sesuai dengan kategori vegetasi mangrove.
pada tiap stasiun penelitian ditentukan tiga Menurut Bengen (2004), transek berukuran
sub stasiun yang dipasang transek garis dari 10 x 10 m2 digunakan untuk pengambilan
89
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

data pohon mangrove, transek 5 x 5 m2 untuk


pengambilan anakan mangrove, dan transek 1 Frekuensi relatif (RF𝑖) adalahaperbandingan
x 1 m2 untuk pengambilan data semai antara frekuensi spesies i (F𝑖) dengan jumlah
mangrove. Pengambilan sampel kualitas frekuensi untuk seluruh jenis (∑F)
lingkungan perairan dan substrat (pH tanah
dan redoks potensial) dilakukan secara in situ P𝑖
RF𝑖= x100% (4)
ketika kondisi surut agar memudahkan dalam ∑F
mobilisasi di lokasi penelitian. Sementara itu,
analisis fraksi substrat menggunakan metode Keterangan:
ayakan saringan bertingkat untuk melihat RF𝑖 : Frekuensi relatif jenis i
ukuran butiran substrat. Analisis fraksi F𝑖 : Frekuensi spesies ke-i
substrat dilakukan di Laboratorium ∑F : Jumlahafrekuensi untukaseluruh
Lingkungan Budidaya Perairan, Institut jenis
Pertanian Bogor.

2.3 Analisis Data Penutupan spesies dan penutupan relatif


Penutupanaspesies (C𝑖) adalahaluas
Kerapatan spesies dan kerapatan relatif
penutupanajenis i dalamasuatu unit area
mangrove
Kerapatan spesies merupakan nilai yang ∑BA
C𝑖 = (5)
dapat menggambarkan banyaknya individu A
suatu jenis perasatuan luas (Ghufran dan
Kordi 2012). Keterangan:
C𝑖 : Luas penutupan jenis i
πDBH
n𝑖 BA : A , (π = 3.1416)
D𝑖 = A (1)
A : Luas total area pengambilan contoh
Keterangan: (m2)
Di : Kerapatanaspesies ke-i (ind/m2)
n𝑖 : Jumlahatotalategakan ke-i Penutupanarelatif jenis (RCi)
A : Luasaareaatotalapengambilanacontoh adalahaperbandingan antara luas
2
(m ) areaapenutupan jenis i (C𝑖) dan total luas area
penutupan untuk seluruh jenis (∑C)
Kerapatanarelatif (RDi)
adalahaperbandingan antaraajumlah tegakan C𝑖
jenis i dan jumlah total tegakanaseluruh jenis RC𝑖= x 100 % (6)
∑C
(∑n).
Keterangan:
n𝒊 RC𝑖 : Penutupan relatif jenis i
RD𝑖= ∑n x100% (2)
C𝑖 : Luas penutupan spesies ke –i
∑C : Total luas area penutupan untuk
seluruh pengaruh
Frekuensi spesies dan frekuensi relatif
Frekuensi (F𝑖) adalahapeluang ditemukannyaajenis
i dalam plotayang diamatia Indeks Nilai Penting (INP)
IndeksaNilai Penting (INP) adalah analisa
P𝑖
F𝑖= (3) secara kuantitatifayang menggambarkan
∑p
adanya spesies yang mendominasi dalam
Keterangan: vegetasi. Perhitungan INP dapat melihat
F𝑖 : Frekuensi spesies ke – i pengaruh suatu spesies mangrove di dalam
P𝑖 : Jumlahaplotaditemukannya jenis ke-i ekosistem.
∑P : Jumlahaplotapengamatan
90
Struktur Vegetasi Mangrove Berdasarkan Kualitas Lingkungan Biofisik di Taman Hutan Raya…. [Ajie Imamsyah, dkk.]

INP = RDi + RFi+ RCi (7) Suhu perairan pada setiap stasiun
penelitian yaitu 29 - 29,4 °C. Sesuai dengan
Keterangan: Kepmen LH No. 51 (2004), kisaran suhu yang
RDi : Kerapatanarelatif ideal bagi kehidupan mangrove adalah 28 - 32
RFi : Frekuensiarelatif °C. Berdasarkan hasil penelitian, kisaran suhu
RCi : Penutupanarelatif perairan tidak ada perbedaan secara
signifikan. Hal ini terjadi karena kerapatan
mangrove yang hampir sama pada setiap
3. HASILaDANaPEMBAHASAN stasiun penelitian. Perbedaan suhu perairan
disebabkan oleh tinggi rendahnya kerapatan
3.1 Karakteristik FisikaaKimiaaPerairan mangrove sehingga memengaruhi intensitas
cahaya matahari yang diterima oleh perairan.
Pengambilan data kualitas lingkungan
Pernyataan ini serupa dengan pendapat
perairan meliputi suhu, pH air, salinitas, dan
Poediharajoe et al., (2017) dimana suhu tinggi
oksigen terlarut. Berdasarkan hasil
disebabkan adanya cahaya matahari yang
pengukuran terdapat terdapat perbedaan nilai
masuk ke dalam kawasan mangrove yang
pada setiap stasiun (Tabel 1).
agak terbuka.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan


Parametera Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Suhu (°C) 29 ± 0,68 29,1 ± 0,81 29,4 ± 0,57
pH air 7,54 ± 0,32 7,26 ± 0,15 7,56 ± 0,11
Salinitas (‰) 20,4 ± 4,22 13,8 ± 1,58 20,7 ± 1,73
DO (mg/l) 4,18 ± 1,69 2,85 ± 0,5 4,06 ± 0,4

Nilai pHaperairan pada lokasi penelitian masukan air tawar dari daratan sehingga
adalah 7,26 - 7,56. Sesuai dengan Kepmen salinitas menjadi rendah. Hal ini sesuai
LH No. 51 (2004), kisaran pH perairan yang dengan pendapat Asri et al., (2015); Geng et
cocok untuk pertumbuhan mangrove adalah al., (2016), dimana adanya air payau dengan
6,5 - 8,5. Salah satu faktor yang kondisi salinitas yang fluktuatif karena
mempengaruhi nilai pH perairan di kawasan adanya akumulasi air laut dan air tawar.
mangrove adalah adanya serasah mangrove. Kepmen LH No. 51 (2004) menyatakan
Hal ini sesuai dengan pernyataan Adeleke et kisaran salinitas pada suatu perairan tidak
al., (2017) dimana serasah mangrove yang lebih dari 34 ‰ sehingga dapat dikatakan
jatuh terdekomposisi oleh mikroorganisme bahwa salinitas cocok untuk pertumbuhan
sehingga menghasilkan detrius yang mangrove.
menyebabkan perairan menjadi asam. Oksigen terlarut (DO) merupakan
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat indikator kualitas lingkungan perairan yang
dikatakan bahwa nilai pH perairan cocok sangat penting bagi organisme laut.
untuk pertumbuhan ekosistem mangrove. Kandungan DO dibutuhkan dalam proses
Salinitas adalah kandungan garam respirasi dan metabolisme yang selanjutnya
dalam perairan yang dapat menentukan menghasilkan energi untuk
kehidupan ekosistem mangrove. Hasil perkembangbiakan organisme laut (Dubuc et
pengukuran salinitas pada stasiun penelitian al., 2019). Hasil pengukuran kandungan DO
berkisar antara 13,8 - 20,7 ‰. Terdapat pada stastiun penelitian berkisar antara 2,85 –
perbedaan kadar salinitas yang signifikan 4,18 mg/l. Tinggi rendahnya nilai DO terjadi
pada stasiun penelitian. Hal ini terjadi karena karena lokasi penelitian yang dekat dengan
lokasi penelitian stasiun 1 dan stasiun 3 pusat kegiatan masyarakat sehingga
berada di wilayah pantai sedangkan stasiun 2 menghasilkan limbah. Gedan et al., (2017),
berada di wilayah estuari. Lokasi yang berada menyatakan bahwa nilai DO akan rendah
di estuari menyebabkan adanya pengaruh apabila limbah masuk ke perairan. Hal ini
91
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

karena DO dimanfaatkan oleh Pengamatan parameter fisika kimia


mikroorganisme aerobik dalam proses substrat pada lokasi penelitian didapatkan
dekomposisi bahan organik dari limbah. bahwa adanya perbedaan nilai pH tanah,
Dalam keadaan tertentu, apabila hal ini terus redoks potensial, dan fraksi substrat. Adapun
terjadi maka akan mengganggu kehidupan hasil pengamatan disajikan padaaTabel 2 dan
ekosistem pesisir secara keseluruhan. Tabel 3.

3.2 Karakteristik Fisika Kimia Substrat

Tabel 2. HasilaPengukuran Parameter Fisika Kimia Substrat


Parametera Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
pH substrat 5.36 ± 0.57 5.23 ± 0.5 6.04 ± 0.7
Redoks Potensial (mV) 74 78 92

Redoks potensial (Eh) dan pH tanah fraksi substrat dapat menggambarkan kondisi
memiliki hubungan erat pada kelarutan dan lingkungan perairan untuk pertumbuhan
ketersediaan hara bagi pertumbuhan ekosistem pesisir secara keseluruhan.
mangrove (Cyio, 2008). Nilai Eh substrat Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan
merupakan suatu besaran potensial listrik bahwa tekstur substrat pada setiap stasiun
yang dapat menggambarkan proses penelitian memiliki persentase yang berbeda
dekomposisi bahan organik dalam substrat (Tabel 3). Tekstur substrat pasir kasar (pasir)
yang berlangsung pada keadaan reduksi atau dominan ditemukan pada stasiun 1 (68,9 %)
oksidasi (Kurniawan, 2012). Odum (1993) dan stasiun 3 (35,1 %). Sementara itu, tekstur
menyatakan nilai Eh >+ 0 mV masuk ke substrat halus (lumpur) dominan dijumpai
dalam proses oksidasi. Nilai Eh substrat pada pada stasiun 2 (44,2 %). Adanya perbedaan
stasiun penelitian berkisar 74 - 92 mV persentase karena karakteristik lokasi
sehingga dapat dikatakan pada kondisi penelitian yang berada dekat dengan sungai
oksidasi terjadi proses dekomposisi bahan dan pantai. Tingginya persentase substrat
organik. kasar (pasir) pada stasiun 1 dan stasiun 3
Sementara itu, pH substrat karena terletak dekat dengan pantai sehingga
menggambarkan keseimbangan asam dan adanya pengaruh arus dan gelombang yang
basa dalam substrat. Berdasarkan hasil dapat mengubah komposisi substrat.
penelitian didapatkan nilai pH substrat Pernyataan ini senada dengan Abdulkarim et
berkisar antara 5,23 - 6,04. Menurut Onrizal al., (2011); Wang et al., (2016) dimana
dan Kusmana (2008), pH substrat yang layak substrat kasar (pasir) umumnya dijumpai pada
bagi pertumbuhan mangrove berkisar antara 6 kondisi perairan yang memiliki arus kuat
- 7. Nilai pH substrat yang sedikit asam sedangkan kondisi arus yang tenang lebih
diduga dipengaruhi oleh adanya serasah banyak ditemukan substrat halus (lumpur).
mangrove yang jatuh ke tanah. Pernyataan ini Selain itu juga substrat pasir halus dominan
sesuai dengan pendapat Setiawan (2013), ditemukan pada stasiun 2 karena lokasi yang
dimana nilai pH substrat yang asam terjadi dekat dengan sungai sehingga pengaruh arus
karena adanya proses dekomposisi serasah tidak terlalu signifikan terjadi. Menurut
mangrove oleh bakteri pengurai pada substrat Roswaty et al., (2014), butiran substrat
yang nantinya akan menghasilkan asam lumpur memiliki ukuran yang halus karena
organik sehingga menurunkan pH substrat. kecepatan arus yang melemah pada daerah
muara sungai.
Substrat merupakan material yang
berasal dari proses pelapukan batuan yang
tersusun dari organisme, proses kimiawi laut,
dan detritus (Prarikeslan, 2016). Pengukuran
92
Struktur Vegetasi Mangrove Berdasarkan Kualitas Lingkungan Biofisik di Taman Hutan Raya…. [Ajie Imamsyah, dkk.]

3.3 Kerapatan Mangrove


Tabel 3. Fraksi Substrat Dasar di Berdasarkan hasil pengamatan
StasiunaPenelitian didapatkan beberapa spesies penyusun zonasi
Stasiun Stasiun Stasiun
mangrove. Dalam penelitian ini ditemukan 8
Substrat (%) 1 2 3
(delapan) spesies mangrove yang ditemukan
Pasir Halus 14,9 44,2 18,9 yaitu A. marina, A. corniculatum, B.
gymnorrhiza, R. apiculata, R. mucronata, R.
Pasir Sedang 8,4 20,1 26,5 stylosa, S. alba, dan X. granatum. Hasil
Pasir Kasar 68,9 26,5 35,1 penelitian juga menemukan bahwa terdapat
perbedaan kerapatan spesies mangrove yang
Kerikil 7,8 9,2 16,7 dapatadilihat padaaTabela4, Tabela5, dan
Tabela6.

Tabel 4. Kerapatan Mangrove pada Stasiun 1

Kerapatan Mangrove (ind/ha)


Spesies Mangrove
Pohon Anakan Semai
S. alba 822 1467 67780
R. apiculataa 722 844 15556
R. mucronataa - - -
R. stylosaa 56 444 10000
B. gymnorrhizaa 100 - 32222
A. corniculatum - - -
X. granatum - 178 -
A. marina - - -

Tabel 5. Kerapatan Mangrove pada Stasiun 2

Kerapatan Mangrove (ind/ha)


Spesies Mangrove
Pohon Anakan Semai
S. alba 122 - -
R. apiculataa 400 - 21111
R. mucronataa 733 1822 62222
R. stylosaa - - -
B. gymnorrhizaa 56 444 -
A. corniculatum - - -
X. granatum 89 356 -
A. marina - - -

93
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

Tabel 6. KerapatanaMangrove pada Stasiuna3

Kerapatan Mangrove (ind/ha)


Spesies Mangrove
Pohon Anakan Semai
S. alba 767 1600 17778
R. apiculataa 489 111 15556
R. mucronataa - - -
R. stylosaa 133 444 10000
B. gymnorrhizaa 111 711 11111
A. corniculatuma 122 756 -
X. granatum - 667 12222
A. marina 78 - -

Kerapatan spesies mangrove di stasiun jarang (rusak) serta kategori anakan dan
1 pada tingkat pohon dominan ditemukan S. semai tergolong pada kelompok kategori baik
alba (822 ind/ha) dan terendah spesies R. (rapat) dengan nilai ≥ 1500 ind/ha.
stylosa (56 ind/ha). Berikutnya pada tingkat Kerapatan spesies mangrove di stasiun 3
anakan, spesies S. alba mendominasi (1467 pada tingkat pohon, anakan, dan semai
ind/ha) dan terendah dijumpai spesies X. mangrove tertinggi dijumpai spesies S. alba.
granatum (178 ind/ha). Sementara itu, pada Adapun pada kategori pohon kerapatan
tingkat semai spesies S. alba paling banyak mangrove S. alba (767 ind/ha), diikuti oleh R.
dijumpai (67780 ind/ha) dan spesies yang apiculata (489 ind/ha), dan R. Stylosa (133
jarang ditemukan yaitu R. stylosa (10000 ind/ha) serta spesies yang paling sedikit
ind/ha) (Tabel 4). Menurut Kepmen LH No. ditemukan yaitu A. marina (78 ind/ha).
201 (2004) bahwaakerapatan spesies Berikutnya pada tingkat anakan ditemukan
mangrove yang tergolong jarang (rusak) sebesar 1600 ind/ha, dan kategori semai
memiliki nilai <1000 ind/ha, baik (sedang) sebesar 17778 ind/ha. Di lain pihak, pada
≥1000 ind/ha, dan baik (rapat) ≥1500 ind/ha. tingkat anakan mangrove R. apiculata paling
Jadi dapat dikatakan bahwa kerapatan pohon jarang dijumpai dengan nilai 111 ind/ha dan
mangrove termasuk kategori jarang (rusak), R. stylosa sebesar 10000 ind/ha pada tingkat
sebagian anakan mangrove berada pada semai mangrove. Berdasarkan hasil tersebut
kategori baik (sedang) dan sebagian termasuk maka dapat dikatakan bahwa pohon mangrove
dalam kategori jarang (rusak), dan semai berada pada kategori jarang (rusak) serta
mangrove masih tergolong baik (rapat). kategori anakan dan semai tergolong pada
Kerapatan spesies mangrove di stasiun kelompok kategori baik (rapat) dengan nilai ≥
2 pada tingkat pohon mangrove ditemukan 1500 ind/ha.
spesies R. mucronata mendominasi (733
ind/ha), diikuti oleh R. apiculata (400 ind/ha),
dan S. alba (122 ind/ha) serta spesies yang 3.4 Indeks Nilai Penting
paling jarang dijumpai yaitu B. gymnorrhiza
Perhitungan Indeks NilaiaPenting (INP)
(56 ind/ha). Selanjutnya pada tingkat anakan
dilakukan menggunakan analisis vegetasi yang
dan semai mangrove, spesies R. mucronata
meliputi total hasil dari kerapatanarelatif,
paling banyak dijumpai sebesar 1822 ind/ha
frekuensiarelatif, dan penutupanarelatif. Nilai
(anakan) dan 62222 ind/ha (semai) (Tabel 5).
INP memiliki kisaran antara 0 - 300 dan dapat
Berdasarkan hasil tersebut maka menandakan
dilihat pada Gambar 2.
bahwa pohon mangrove berada pada kategori

94
Struktur Vegetasi Mangrove Berdasarkan Kualitas Lingkungan Biofisik di Taman Hutan Raya…. [Ajie Imamsyah, dkk.]

200

160

Indeks Nilai Penting


120

80

40

0
SA RA BG RS SA RA BG XG RM SA RA BG RS AC AM
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Gambara2. Indeks Nilai Penting Mangrove Pada Setiap Stasiun Penelitian


Keterangan
AC : Aegiceras corniculatum RM : Rhizophora mucronata
AM : Avicennia marina RS : Rhizophora stylosa
BG : Bruguiera gymnorrhiza SA : Sonneratia alba
RA : Rhizophora apiculata XG : Xylocarpus granatum

Pertumbuhan ekosistem mangrove mengarah ke daratan pengaruh ombak yang


dapat dilihat berdasarkan kondisi vegetasi lemah, substrat lumpur yang tinggi, dan lokasi
yang menggambarkan tinggi rendanya fungsi penelitian yang berada di wilayah estuari
suatu spesies terhadap suatu ekosistem. sehingga tingkat adaptasi mangrove terhadap
Kondisi ini dapat dianalisis dengan lingkungan menjadi lebih tinggi karena
menggunakan analisis INP. Nilai INP yang melemahnya tekanan lingkungan. Pernyataan
tinggi menggambarkan spesies tertentu ini didukung oleh Darmadi dan Ardhana
adaptif terhadap kondisi lingkungan. (2010); Prabu dan Gokul (2017), dimana
Sebaliknya, rendahnya nilai INP mangrove tumbuh pada wilayah pesisir
mengindikasikan bahwa spesies tersebut dengan ombak yang tenang dan substrat
kurang mampu bersaing dengan lingkungan lumpur yang kaya akan bahan organik.
sekitar. Akbar et al., (2016) memaparkan
tingginya nilai INP yang berada di suatu 3.5 Sebaran Mangrove dengan
lokasi menandakan bahwa pertumbuhan Karakteristik Lingkungan
mangrove baik dan adaptif terhadap kondisi Hasil Principal Component Analysis
lingkungan yang ada. (PCA) yang didapatkan menggambarkan
Hasil pengamatan yang dilakukan bahwa data terkait dengan kualitas lingkungan
menunjukkan bahwa jenis S. alba dan R. biofisik pada lokasi penelitian berada pada
mucronata mendominasi di lokasi sumbu F1 dan F2 dengan keragaman total
pengamatan. Jenis mangrove yang dominan sebesar 65,99 % (Gambar 3).
ditemukan pada Stasiun 1 yaitu S. alba Sumbu 1 (F1) menerangkan keragaman
(171,63) dan terendah ditemukan jenis R. data sebesar 44,85 % yang dipengaruhi nilai
stylosa (17,78). Selanjutnya, jenis R. suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan
mucronata dominan ditemukan pada Stasiun pHaairayangatinggiapadaastasiun 1 dan
2 (155,58) dan jenis B. gymnorrhiza memiliki stasiun 3. Lokasi pengambilan data yang
nilai INP yang paling rendah diantara seluruh terletak di wilayah pesisir dan estuari
spesies yang ditemukan (13,91). Sementara menyebabkan parameter lingkungan yang
itu, pada Stasiun 3 jenis S. alba paling banyak diamati memiliki perbedaan nilai. Adanya
ditemukan (145,13) dan jenis A. marina perbedaan nilai disebabkan adanya
paling jarang ditemukan (15,06). percampuran air tawar dan tinggi rendahnya
Penyebaran jenis S. alba dan R. curah hujan.
mucronata meningkat apabila lokasi
95
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

2.5

2
Pasir sedang
1.5 1.1
1.3
1
1.2 Oksigen
terlarut

F2 (21.14 %)
0.5 pH air
2.1 Salinitas
0 Pasir sangat
2.2 3.1 kasar
Pasir sangat 3.3
-0.5 Redoks
halus Suhu
potensial
Pasir kasar
-1 2.3 pH tanah
Pasir halus
-1.5

-2 3.2

-2.5
-3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
F1 (44.85 %)
Gambar 3. Analisis PCA antara Lokasi Penelitian dengan Lingkungan

Sumbu 2 (F2) menerangkan keragaman Kamaruzzaman et al., (2002); Nugroho dan


data sebesar 21,14 % yang dicirikan oleh Basit (2014); Eddy dan Roman (2016),
substrat pasir sedang dan pasir halus yang dimana butiran substrat kasar lebih dominan
tinggi pada stasiun 2 (Gambar 3). Lokasi ditemukan pada perairan dengan arus yang
penelitian yang berada di wilayah estuari kuat sedangkan butiran substrat halus sangat
menyebabkan turbulensi arus lemah sehingga mendominasi pada kondisi perairan dengan
lebih banyak ditemukan substrat halus arus yang tenang.
(lumpur). Hal ini senada dengan

2.5

2 A. marina

1.5 A. corniculatum
F2 (25.66 %)

3.1
1

B. gymnorrhiza
0.5
2.2
X. R.
S. alba granatum mucronata
0
1.2 2.1 2.3
3.2 1.1
1.3
-0.5 3.3 R. apiculata
R.stylosa
-1
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
F1 (55.85 %)
Rows Columns

Gambar 4. Analisis CA antara Lokasi Penelitian dengan Mangrove

Hasil Correspondence Analysis (CA) mangrove. Hasil CA berada pada sumbu F1


menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara dan F2 dengan keragaman data sebesar 81,51
karakteristik lokasi penelitian dengan spesies % (Gambar 4). Sumbu 1 (F1) menjelaskan
96
Struktur Vegetasi Mangrove Berdasarkan Kualitas Lingkungan Biofisik di Taman Hutan Raya…. [Ajie Imamsyah, dkk.]

keragaman data sebesar 55,85 % dimana penurunan kualitas lingkungan biofisik dan
spesies R. mucronata dan X. granatum ekosistem mangrove dan perlu adanya
dominan ditemukan di stasiun 2 yang penelitian lanjutan pada lokasi yang sama
dicirikan jenis substrat halus (lumpur) namun pengambilan data dilakukan pada
(Gambar 3). Hal ini sesuai dengan pendapat waktu yang berbeda agar informasi yang
Robertson and Alongi (2016); Warsidi dan dihasilkan menjadi informasi ilimah dalam
Endayani (2017), dimana pertumbuhan R. upaya mendukung keberhasilan perencaanan
mucronata dan X. granatum optimal pada dan pengelolaan mangrove di Tahura Ngurah
kondisi arus yang tenang dan substrat lumpur Rai Bali.
yang kaya bahan organik.
Sumbu 2 (F2) menerangkan keragaman DAFTAR PUSTAKA
data sebesar 25.66 % dimana A. marina dan
Abdulkarim, R., Akintoye, A.E., Oguwuike,
Aegiceras corniculatum dijumpai pada
I.D., Imhansoeleva, T.M., Philips, I.M.,
Stasiun 3 yang dicirikan oleh suhu perairan
Ruth, F.B., Olubukola, S.O., Rasheed,
yang tinggi. Jenis A. marina yang jarang
J.O., and Banji, A.O. 2011.
ditemukan Stasiun 3 diduga karena suhu yang
Sedimentological Variation in Beach
tidak mendukung pertumbuhan kedua jenis
Sediments of the Barrier bar Lagoon
ini. Suhu ideal untuk pertumbuhan jenis A.
Coastal System, South-Western Nigeria.
marina berkisar antara 18-20 ˚C dan apabila
Nature and Science. 9(9):19-26.
suhu lebih tinggi maka akan mengganggu
pertumbuhannya (Aksornkoae, 1993). Selain Adeleke, R., Nwangburuka, C., Oboirien, B.
itu, tingginya suhu perairan karena adanya 2016. Origins, roles and fate of organic
penebangan pohon mangrove sehingga acids in soils: A review. South African
cahaya matahari langsung menembus ke Journal of Botany. 108: 393-406.
perairan. Aksornkoae, S. 1993. Ecology and
Management of Mangrove. Bangkok
4. SIMPULAN DAN SARAN (TH): IUCN.

4.1. Simpulan Akbar, N., Baksir, A., Tahir, I., Arafat, D.


2016. Struktur komunitas mangrove di
Terdapata8 (delapan) spesies mangrove Pulau Mare, Kota Tidore Kepulauan,
di kawasan Tahura Ngurah Rai Bali. Secara Maluku Utara, Indonesia. Jurnal Depik.
berturut - turut, kerapatan mangrove tertinggi 5(3): 133-142.
yaitu S. alba (122 - 822 ind/ha), diikuti oleh
R. mucronata (733 ind/ha), R. apiculata (400 Ashton, E.C., Macintosh, D., Hogarth, P.J.
- 722 ind/ha), R. stylosa (56 - 133 ind/ha), A. 2003. A Baseline Study of the Diversity
corniculatum (122 ind/ha), B. gymnorrhiza and Community Ecology of Crab and
(56 - 111 ind/ha), X. granatum (89 ind/ha), Molluscan Macrofauna in the Sematan
dan A. marina (78 ind/ha). Spesies S. alba, R. Mangrove Forest, Sarawak, Malaysia.
apiculata, dan R. mucronata dominan Journal of Tropical Ecology. 19. 127-
ditemukan pada kondisi substrat halus 142.
(lumpur) sedangkan spesies A. marina jarang Asri, F.E., Zidane, H., Maanan, M., Tamsouri,
dijumpai karena kondisi suhu perairan yang M., Errhif, A. 2015. Taxonomic
tidak mendukung pertumbuhannya. diversity and structure of the molluscan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan fauna in Oualidia Lagoon (Moroccoan
bahwa kondisi ekosistem mangrove tergolong Atlantic Coast). Environmental
jarang (rusak) karena nilai kerapatan Monitoring and Assessment. 187: 1-10.
mangrove < 1000 ind/ha.
Bengen, D.G. 2004. Pedoman Teknis
4.2. Saran Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. Bogor (ID): PKSPL-IPB.
Adanya penelitian lanjutan tentang
pengaruh limbah logam berat terhadap
97
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

Cyio, M.B. 2008. Efektivitas bahan organik 51/MENLH/1/2004 tentang Pedoman


dan tinggi genangan terhadap perubahan Penetapan Baku Mutu Lingkungan.
Eh, pH, dan status Fe, P, Al terlarut Jakarta (ID): Menteri Negara
pada tanah ultisol. Jurnal Agroland. Lingkungan Hidup.
15(4): 257-263. [MENLH] Menteri Negara Lingkungan
Darmadi, A.A.K., Ardhana, I.P.G. 2010. Hidup. 2004. Keputusan Kantor Menteri
Komposisi Jenis – Jenis Tumbuhan Negara Lingkungan Hidup No. Kep
Mangrove di Kawasan Hutan Perapat 201/MENLH/1/2004 tentang Kriteria
Benoa Desa Pemogan, Kecamatan Baku dan Pedoman Penentuan
Denpasar Selatan, Kodya Denpasar, Kerusakan Mangrove. Jakarta (ID):
Propinsi Bali. Jurnal Ilmu Dasar. 11(2): Menteri Negara Lingkungan Hidup.
167 – 171. Nugroho, S.H., Basit, A. 2014. Sebaran
Dubuc, A., Baker, R., Marchand, C., sedimen berdasarkan analisis ukuran
Waltham, N.J., Sheaves, M. 2019. butir di Teluk Weda, Maluku Utara.
Hypoxia in mangroves: occurrence and Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
impact on valuable tropical fish habitat. Tropis. 6(1): 229-240.
Biogeosciences. 16: 3959-3976. Onrizal., Kusmana, C. 2008. Studi ekologi
Eddy, E.N., Roman, C.T. 2016. Relationship hutan mangrove di Pantai Timur
between epibenthic invertebrate species Sumatera Utara. Jurnal Biodiversitas. 9
assmblaged and environmental (1): 25-29.
variables in Boston Harbor’s Intertidal Poediraharsjoe, E., Djoko, M., Frita, K.W.
Habitat. Northeastern Naturalist. 23(1): 2017. Penggunaan Principal Component
45-6. Analysis dalam distribusi spasial
Gedan, K.R., Altieri, A.H., Feller, I., Burrell, vegetasi mangrove di Pulau Utara
R., Breitburg, D. 2017. Community Pemalang. Journal of Forest
composition in mangrove ponds with Science.29-42.
pulsed hypoxic and acidified conditions. Prabu, E., Gokul, S. 2017. Mangrove: An
Ecosphere. 8(12): 1-18. incredible ecosystem for sustainable
Geng, X., Boufadel, M.C., Jackson, N.L. fisheries. Journal of Aquaculture in the
2016. Evidence of salt accumulation in Tropics. 32(3): 397-411.
beach intertidal zone due to
Prarikeslan W. 2016. Oseanografi. Jakarta:
evaporation. Scientific Reports. 6: 1-6. Penerbit Kencana.
Ghufran, H.M., Kordi, K. 2012. Ekosistem Robertson, A.I., Alongi, D.M. 2016. Massive
Mangrove: Potensi, Fungsi, dan turnover rates of fine root detrital
Pengelolaan. Jakarta (ID): Rineka carbon in tropical Australian
Cipta. mangroves. Oecologia. 180: 841-851.
Kamaruzzaman, B.Y., Shazili, N.A.M., Roswaty, S., Muskananfola, M.R., Purnomo,
Lokman. M. 2002. Particle size P.W. 2014. Tingkat Sedimentasi di
distribution in the bottom sediments of Muara Sungai Wedung Kecamatan
the Kemaman River Estuarine System, Wedung, Demak. Journal of Maquares.
Terengganu, Malaysia. Journal of 3(2): 129 - 137.
Tropical Agriculture Science. 25(2):
149 -155. Setiawan, H. 2013. Status ekologi hutan
mangrove pada berbagai tingkat
Kurniawan, A. 2012. Penyakit Akuatik. ketebalan. Jurnal Penelitian Kehutanan
Pangkal Pinang (ID): UBB Press. Wallacea. 2 (2): 104-120.
[MENLH] Menteri Negara Lingkungan Wang, X.Y., Xie, W.M., Zhang, D., He, Q.
Hidup. 2004. Keputusan Kantor Menteri 2016. Wave and vegetation effects on
Negara Lingkungan Hidup No. Kep
98
Struktur Vegetasi Mangrove Berdasarkan Kualitas Lingkungan Biofisik di Taman Hutan Raya…. [Ajie Imamsyah, dkk.]

flow and suspended sediment


characteristics: A flume study.
Estuarine Coastal and Shelf Science.
182: 1-11.
Warsidi., Endayani, S. 2017. Komposisi
Vegetasi Mangrove Di Teluk
Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur.
Jurnal Agrifor. 16(1): 115-124.

99

View publication stats

You might also like