You are on page 1of 6

Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember

Lande,2015
Kepel, Siagian: Gambaran faktor resiko...

GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN KOMPLIKASI PENCABUTAN


GIGI DI RSGM PSPDG-FK UNSRAT

1
Randy Lande
2
Billy J. Kepel
3
Krista V. Siagian

1
Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2
Bagian Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
3
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi
Email: randylande@rocketmail.com

Abstract: Tooth extraction is the process of pulling a tooth out from the alveolus since the
tooth can not be treated anymore. The risk factors for complicated tooth extraction are
systematic diseases, local state of oral cavity, and age of the patient. The complications that
might occur in tooth extraction are bleeding, fracture (crown, root, and mandibula), dry socket,
swelling, mandibula dislocation, and shock. This study aimed to obtain the risk factors and
complications of tooth extraction at RSGM PSPDG-FK Unsrat. This was a descriptive
observational study with a cross sectional design. The total population was 76 patients. There
were 44 samples obtained by using a consecutive sampling technique. The results showed that
the risk factors oftenly found were hypertension 20.45%, age >60 years 20.45%, and
temporomandibular disorders 6.82%. The highest percentage of tooth extraction complications
was fractures 31.82% meanwhile the lowest percentage was swelling 2.27%. Conclusion: The
risk factors that most often found in tooth extraction patients at RSGM PSPDG-FK Unsrat
were hypertension and age >60 years and the complications that frequently occured was
fractures.
Keywords: tooth extraction, risk factor, complications of tooth extraction.

Abstrak: Pencabutan gigi adalah proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi
tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Faktor risiko terjadinya komplikasi pada
pencabutan gigi antara lain: penyakit sistemik, keadaan lokal rongga mulut, dan umur pasien.
Komplikasi yang mungkin terjadi selama tindakan pencabutan gigi ialah perdarahan, fraktur
(mahkota, akar, mandibula), dry socket, pembengkakan, dislokasi mandibula, syok, dan
beberapa komplikasi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor
risiko dan komplikasi yang terjadi akibat pencabutan gigi di RSGM PSPDG-FK Unsrat.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan desain potong lintang.
Teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling. Jumlah populasi sebanyak 76 pasien,
dan berdasarkan rumus teknik pengambilan sampel tersebut diperoleh jumlah sampel
sebanyak 44 pasien. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko yang dijumpai selama
penelitian yaitu berturut-turut hipertensi 20,45%, umur >60 tahun 20,45%, dan gangguan pada
temporomandibular joint 6,82%. Komplikasi pencabutan gigi yang tertinggi yaitu fraktur
31,82% sedangkan komplikasi terendah ialah pembengkakan 2,27%. Simpulan: Faktor risiko
yang paling banyak dijumpai pada pasien pencabutan gigi di RSGM PSPDG-FK Unsrat ialah
hipertensi dan umur >60 tahun sedangkan komplikasi yang banyak terjadi ialah fraktur.
Kata kunci: pencabutan gigi, faktor resiko, komplikasi pencabutan gigi

476
Pencabutan gigi adalah suatu proses Beberapa peneliti telah banyak meneliti
pengeluaran gigi dari alveolus, dimana mengenai perdarahan dan dry socket yang
pada gigi tersebut sudah tidak dapat merupakan komplikasi pencabutan gigi
2
dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi yang sering terjadi.
juga merupakan tindakan bedah minor pada Berdasarkan data RISKESDAS pada
bidang kedokteran gigi yang melibatkan tahun 2013 diperoleh data dari hasil
jaringan keras dan jaringan lunak pada wawancara sebesar 25,9% penduduk
1
rongga mulut. Pencabutan gigi adalah Indonesia mempunai masalah gigi dan
pengeluaran suatu gigi yang utuh atau sisa mulut dalam 12 bulan terakhir (potential
akar tanpa menyebabkan rasa sakit dan demand). Diantara mereka, terdapat 31,1%
2
trauma. Pada tindakan pencabutan gigi yang menerima perawatan dan pengobatan
harus memerhatikan keadaan lokal maupun dari tenaga medis (perawat gigi, dokter gigi
keadaan umum penderita dan memastikan atau dokter gigi spesialis), sementara
penderita dalam keadaan sehat. 68,9% lainnya tidak dilakukan perawatan.
Seluruh rencana perawatan pada Secara keseluruhan kemampuan untuk
tindakan pencabutan gigi harus didasari mendapatkan pelayanan dari tenaga medis
dengan ketelitian dalam memeriksa gigi/ effectiv Medical Demand (EMD)
keadaan umum pasien sebelum melakukan hanya 8,1%. Provinsi Sulawesi Utara
tahap perawatan. Dalam melakukan merupakan salah satu provinsi yang
tindakan pencabutan gigi akan dijumpai mempunyai masalah gigi diatas rata-rata
4
beberapa masalah kesehatan yang sama dan nasional yaitu 31,6%. Khusus kota
terdapat pada masing-masing pasien Manado, kasus pencabutan gigi di seluruh
pencabutan gigi. Hal demikian yang akan puskesmas yang terdapat di 9 kecamatan
5
menjadi faktor resiko terjadinya komplikasi ialah 2.296 kasus pada tahun 2011.
pencabutan gigi. Beberapa faktor resiko Pada penelitian di tahun 2013 yang
yang biasanya menjadi penyebab dilakukan di RSGMP drg. Halimah
komplikasi pencabutan gigi antara lain Dg.Sikati FKG UNHAS menunjukkan data
penyakit sistemik, umur pasien, keadaan prevalensi komplikasi akibat pencabutan
akar gigi, dan adanya gangguan pada sendi gigi sebesar 16,8% fraktur mahkota, 13,6%
3
temporomandibula. fraktur akar, 4% dry socket, 1,6%
6
Komplikasi akibat pencabutan gigi perdarahan, dan rasa sakit sebesar 1,6%.
dapat terjadi karena berbagai faktor dan Berdasarkan survei awal yang
bervariasi pula dalam hal yang ditimbul- dilakukan pada tanggal 30 Maret hingga 1
kannya. Komplikasi dapat digolongkan April 2015 di RSGM PSPDG-FK
menjadi intraoperatif, segera sesudah UNSRAT menunjukkan angka rata-rata
1
pencabutan dan jauh setelah pencabutan. pencabutan gigi pasien dewasa tiap
Komplikasi yang sering ditemui pada bulannya sebanyak 76 pasien. Total
pencabutan gigi antara lain perdarahan, perkunjungan pada bagian Bedah Mulut
pembengkakan, rasa sakit, dry socket, selama enam bulan terakhir berjumlah 461
2
fraktur, dan dislokasi mandibula. pasien dewasa.
Pengetahuan yang mendalam tentang Berdasarkan hal tersebut, peneliti
teknik-teknik pencabutan gigi mutlak tertarik untuk melakukan penelitian
diketahui dalam melakukan tindakan mengenai gambaran faktor resiko dan
pencabutan khususnya dengan jalan komplikasi pencabutan gigi di RSGM
pembedahan, agar dapat mencegah atau PSPDG FK-UNSRAT.
mengurangi terjadinya efek samping/
komplikasi yang tidak diinginkan. Selain METODE PENELITIAN
itu, perawatan pasca pembedahan juga Penelitian ini bersifat deskriptif
merupakan suatu hal yang penting agar observasional dengan desain cross
prosedur pencabutan gigi yang dilakukan sectional dan dilakukan pada bulan
berhasil dengan baik dan sempurna. Februari-Agustus 2015. Subjek pada
penelitian ini ialah semua pasien yang kriteria inklusi ialah responden perempuan
datang berkunjung di bagian bedah mulut sebanyak 25 (56%) dan laki - laki sebanyak
RSGM PSPDG-FK UNSRAT dan 19 responden (44%).
memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel
dalam penelitian ini. Metode pengambilan Tabel 1. Distribusi karakteristik responden
sampel ialah consecuctive sampling dengan berdasarkan jenis kelamin
jumlah sampel 44 orang.
Instrumen yang digunakan pada Jenis
n %
penelitian ini ialah lembar pemeriksaan. Kelamin
Data diperoleh melalui pengamatan L 19 43,18
P 25 56,82
langsung terhadap subjek penelitian,
TOTAL 44 100
kemudian data yang didapatkan dituliskan
kedalam lembar pemeriksaan atau lembar
Data pada Tabel 2 menunjukkan
penelitian. Data yang telah dikumpulkan
distribusi sampel berdasarkan umur dan
diolah dan disajikan berdasarkan distribusi
dari 44 sampel penelitian yang memenuhi
frekuensi dalam bentuk tabel kemudian
kriteria inklusi terdapat pasien yang
dianalisis secara deskriptif berdasarkan
berumur 14 - 60 tahun lebih banyak
hasil persentase.
daripada pasien yang berumur diatas 60
tahun.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data dari hasil penelitian
Tabel 2. Distribusi karakteristik responden
yang dilakukan di RSGM PSPDG-FK berdasarkan umur
UNSRAT pada bulan Juni - Juli 2015,
diperoleh 44 pasien yang berkunjung pada Umur (tahun) n %
bagian Bedah Mulut dan memenuhi kriteria 14-30 13 29,55
inklusi untuk dipilih menjadi sampel dalam 30-60 22 50
penelitian ini. >60 9 20,45
Sampel pada penelitian ini berjumlah TOTAL 44 100
44 responden dengan karakteristik
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin
Hasil penelitian faktor risiko dan
dan umur. Data pada Tabel 1 menunjukkan
komplikasi pencabutan gigi di RSGM
bahwa jumlah responden yang bersedia
PSPDG-FK UNSRAT untuk periode Juni-
menjadi sampel penelitian dan memenuhi
Juli 2015 disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3.Distribusi faktor resiko terjadinya komplikasi pencabutan gigi

Faktor Resiko YA TIDAK TOTAL


n % n % n %
Hipertensi 9 20,45 35 79,55 44 100
Umur>60 tahun 9 20,45 35 79,55 44 100
Gangguan TMJ 3 6,82 41 93,18 44 100
(clicking)

Data pada Tabel 3 menunjukkan faktor yang memiliki persentase terendah adalah
resiko terjadinya komplikasi dalam gangguan pada TMJ sebanyak 3 kasus.
pencabutan gigi. Berdasarkan data tersebut Data pada Tabel 4 menunjukkan
dapat digambarkan Hipertensi dan umur persentase tertinggi komplikasi pencabutan
>60 tahun merupakan persentase tertinggi gigi ialah fraktur sebanyak 14 kasus dan
sebanyak 9 kasus, sedangkan faktor resiko persentase terendah ialah pembengkakan
sebanyak 1 kasus, sedangkan komplikasi mandibula, alergi obat, dan infeksi tidak
berupa dry socket, syok, dislokasi terjadi selama penelitian berlangsung.

Tabel 4. Distribusi Komplikasi pencabutan gigi di RSGM PSPDG-FK UNSRAT

Komplikasi Pencabutan YA TIDAK TOTAL


Gigi n % n % n %
Fraktur 14 31,82 30 68,18 44 100
Perdarahan 2 4,55 42 95,45 44 100
Pembengkakan 1 2,27 43 97,73 44 100
Dry Socket 0 0 44 100 44 100
Syok 0 0 44 100 44 100
Dislokasi mandibula 0 0 44 100 44 100
Alergi obat 0 0 44 100 44 100
Infeksi 0 0 44 100 44 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa angka resiko yaitu pada faktor resiko gangguan
kejadian komplikasi yang diakibatkan TMJ dan hipertensi menunjukkan
faktor resiko sangat sedikit. Berdasarkan komplikasi fraktur sebanyak 1 kasus, dan
penelitian ini didapatkan hanya ada 3 kasus pada faktor resiko hipertensi menunjukkan
komplikasi yang diakibatkan oleh faktor komplikasi perdarahan sebanyak 1 kasus.

Tabel 5. Distribusi faktor resiko dan komplikasi pencabutan gigi


Faktor Resiko
Komplikasi Pencabutan
Gigi Umur >60
Hipertensi Ganggun TMJ
tahun
Fraktur 1 0 1
Perdarahan 1 0 0
Pmbengkakan 0 0 0
Dry socket 0 0 0
Syok 0 0 0
Dislokasi mandibula 0 0 0
Alergi obat 0 0 0
Infeksi 0 0 0

BAHASAN sebanyak 3 kasus dari 44 pasien yang


Berdasarkan hasil penelitian yang menjadi sampel penelitian. Prevalensi
dilakukan di RSGM PSPDG – FK tertinggi dari komplikasi yang terjadi pada
UNSRAT pada bulan Juni –Juli 2015 tindakan pencabutan gigi yaitu fraktur
prevalensi tertinggi dari faktor resiko yang sebanyak 31,82% (Tabel 4) masing–masing
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi fraktur mahkota sebanyak 23% atau 10
pada tindakan pencabutan gigi di RSGM
kasus dan fraktur akar sebanyak 9% atau 4
PSPDG – FK UNSRAT pada bulan Juni –
kasus. Penelitian ini, sejalan dengan
Juli 2015 ialah hipertensi dan usia >60
tahun sebanyak 20,45% atau 9 kasus (Tabel penelitian sebelumnya yang dilakukan Eka
2) kemudian prevalensi terendah ialah Priana pada tahun 2013 di Makassar
gangguan pada TMJ yaitu 6,82% atau menemukan prevalensi komplikasi
pencabutan gigi yang tertinggi ialah fraktur
5
mahkota dan fraktur akar. Menurut posisi operator yang tidak tepat dalam
penelitian Eka angka kejadian komplikasi melakukan pencabutan gigi dapat
fraktur mahkota yaitu 16,8% atau sebanyak menyulitkan operator sehingga
21 kasus dari 215 sampel penelitian, kemungkinan terjadinya fraktur mahkota
sedangkan angka kejadian fraktur akar gigi sangat besar. Keadaan gigi yang sangat
sebanyak 13,6% atau sebanyak 17 kasus. kuat juga menjadi salah satu penyebab
Pada penelitian ini juga menggambarkan utama terjadinya fraktur mahkota pada gigi.
prevalensi komplikasi pencabutan gigi Selain itu operator terkadang mencabut gigi
yang terbilang sedikit terjadi di RSGM saat gigi tersebut belum diluksasi secara
PSPDG- FK UNSRAT yaitu perdarahan sempurna.
4,54% atau sebanyak 2 kasus, Kasus fraktur pada akar gigi dapat
pembengkakan 2,27% atau sebanyak 1 disebabkan varisasi anatomi akar gigi dapat
kasus (Tabel 4). Pada Tabel 4 diatas menyulitkan tindakan pencabutan gigi,
menunjukkan bahwa komplikasi seperti akar gigi yang bengkok, ukuran akar
pencabutan gigi berupa dry socket, syok, gigi yang terlalu besar, hypersementosis,
dislokasi mandibula, alergi obat, dan adanya granuloma pada ujung akar gigi,
infeksi tidak terjadi selama penelitian. dan juga keadaan akar gigi yang sudah
Prevalensi dry socket pada penelitian ini rapuh dikarenakan karies. Akar yang
berbeda dengan penelitian yang dilakukan mengalami dilaserasi atau akar yang
oleh Baratollah Shaban pada tahun 2014 dirawat endodontik sering mengharuskan
yang menunjukkan angka kejadian dry dilakukannya perubahan pada rencana
socket sebanyak 27% atau 11 kasus dari 41 pencabutan, biasanya dimulai dari prosedur
7
responden. pencabutan menggunakan tang (closed
Keadaan gigi yang rapuh, adanya method) sampai melakukan pembukaan
karies yang besar, adanya tambalan pada flap (open method). Apabila sesudah
gigi yang dicabut, dan juga tekanan yang dilakukan pencabutan menggunakan tang
tidak terkontrol dapat menunjang terjadinya dengan tekanan terkontrol dan tidak terjadi
fraktur pada mahkota gigi pada saat luksasi dan dilatasi alveolus, ini
dilakukan pencabutan gigi. Selain itu, menunjukkan perlunya dilakukan
1
faktor operator juga sangat berperan dalam pembedahan.
terjadinya kasus fraktur mahkota gigi. Perdarahan yang terjadi dalam
Operator biasanya kurang tepat penelitian ini sangat sedikit (Tabel 4).
mengaplikasikan tang pada gigi, misalnya Perdarahan dapat terjadi karena trauma
operator menempatkan tang tepat pada berlebihan pada jaringan lunak pasien,
mahkota bukan pada akar gigi. Terkadang pencabutan yang dilakukan pada siang hari
juga gigi yang akan dicabut sangat kuat yang menyebabkan dengan mudah
dikarenakan adanya granuloma, akar gigi terjadinya perdarahan. Perdarahan yang
yang terlalu panjang/ besar menyebabkan terjadi pada penelitian ini adalah jenis
operator sukar untuk mencabut gigi. perdarahan primer dimana perdarahan yang
Terburu – buru biasanya merupakan terjadi saat terputusnya pembuluh darah
9
penyebab dari semua kesalahan, yang dikarenakan kecelakaan atau operasi.
sebenarnya dapat dihindari bila operator Perdarahan ini berlangsung 4-5 menit.
bekerja sesuai dengan standar operasional Pembengkakan juga terjadi dalam
yang telah ditetapkan. Pemberian tekanan penelitian ini akan tetapi hanya dijumpai
berlebihan tidak dianjurkan karena dapat pada 1 kasus (Tabel 4). Banyak faktor yang
8
menyebabkan fraktur pada mahkota gigi. bisa menjadi penyebab terjadinya
Berdasarkan pengamatan pada saat pembengkakan, misalnya karena infeksi
penelitian ini ditemukan beberapa faktor bakteri, dan luka yang terlalu banyak pada
yang menyebabkan fraktur mahkota
daerah bekas pencabutan.
menjadi komplikasi yang tertinggi, yaitu
SIMPULAN gagasan dalam pemikiran penulis sehingga
Prevalensi faktor risiko terjadinya dapat menyelesaikan artikel ini.
komplikasi pada pencabutan gigi ialah
hipertensi 20,45%, umur >60 tahun DAFTAR PUSTAKA
20,45%, dan gangguan pada temporo- 1. Gordon PW. Buku Ajar Praktis Bedah
mandibular joint 6,82%. Prevalensi Mulut (4th ed). Jakarta: EGC, 2013;
komplikasi pencabutan gigi selama p. 36-44, 93-100.
penelitian yaitu fraktur sebesar 31,82%, 2. Chandra HM. Buku Petunjuk Praktis
perdarahan sebesar 4,54%, dan Pencabutan Gigi (1st ed). Makassar:
pembengkakan sebesar 2,27%. Sagung Seto, 2014.
3. Howe L Geoffrey. Minor Oral Surgery
(2nd ed.). London: John Wright &
SARAN
Sons, 1971; p. 41-5.
Bagi para mahasiswa kepaniteraan 4. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
perlu mengetahui faktor-faktor risiko Nasional 2013 p. 110-3. [cited
terjadinya komplikasi saat pencabutan gigi, Februari 2015]. Available from:
hal ini bisa dilakukan dengan http://www.depkes.go.id/gigi.pdf.
memperdalam materi atau bahkan bisa 5. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
diamati pada saat melakukan tindakan [Online] 2007. [cited Februari 2015].
pencabutan. Available from:
Komplikasi pencabutan gigi dapat http://www.litbang.depkes.go.id.simn
dicegah dengan mengetahui terlebih dahulu as.4/day.2/gigi:pdf.
faktor-faktor yang bisa menyebabkan 6. PrianaE. Prevalensi Komplikasi
terjadinya komplikasi selama atau bahkan Pencabutan Gigi di RSGMP Drg.
sesudah dilakukan pencabutan gigi. Selain Halimah, dg Sikati FKG Unhas.
itu operator wajib mengetahui dan Makassar: Universitas Hasanuddin;
melakukan tindakan pencabutan gigi sesuai 2013.
dengan standar prosedur yang sudah 7. Shaban B, Azimi HR, Naderi H, Janani
ditetapkan. A, Zarrabi MJ, Nejat AH. Effect of
0,2 Chlorheksidin Gel on Frequency
UCAPAN TERIMAKASIH of Dry Socket Following Mandibular
Blind Molar
Third ClinicalSurgery:
Trial. A Mashhad
Double-
Ucapan terima kasih disampaikan pada University. 2014;3:175-9.
drg. Christy Mintjelungan, MKes, drg.P.S 8. Riawan L. Penanggulangan Komplikasi
Anindhita, SpOrto, dan pada semua pihak Pencabutan Gigi. Bandung;2002.
yang baik secara langsung maupun tidak 9. Moya MJ. Manajemen Luka (1st ed).
langsung telah menumbuhkan ide atau Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2004; p. 222-5.

You might also like