Professional Documents
Culture Documents
Full Paper: Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : 203-212 ISSN: 0853-6384 203
Full Paper: Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : 203-212 ISSN: 0853-6384 203
Full Paper
Abstract
Ikan botia (Chromobotia macracanthus Ikan botia memiliki nilai ekonomis tinggi
Bleeker) atau lebih dikenal dengan karena diperdagangkan sebagai ikan
nama clown loach merupakan spesies hias pengisi akuarium air tawar. Menurut
ikan endemik Indonesia dari Famili Kottelat & Whitten (1996) ikan botia di
Cobitidae yang distribusinya terbatas Indonesia menjadi spesies utama dalam
hanya di pulau Kalimantan dan perdagangan ikan hias. Ratusan ribu
Sumatera saja. Di Kalimantan, ikan ikan botia diekspor dari Indonesia setiap
botia menghuni Sungai Barito, Kahayan, tahunnya (Kottelat et al., 1993) dengan
Kapuas, Bongan dan Mahakam, tujuan negara-negara Eropa seperti
sedangkan di Sumatera, ikan hias ini Denmark, Jerman, Swedia, Perancis,
menghuni Sungai Pangabuang, Norwegia; Australia;Amerika Serikat;
Kwanten, Batanghari, Teluk Betung, beberapa negara Asia antara lain
Musi dan aliran sungainya serta Danau Jepang, Singapura dan Hongkong
*)
Komplek Perikanan No. 10 RT 01 RW 02 Pancoranmas, Depok 16436
**)
IRD- representatives, Wisma Anugraha, Jl Taman Kemang 32B. Jakarta 12730. Telp 021 71792114
***)
Jurusan MSP, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Kampus Darmaga. Bogor
♠)
Penulis untuk korespondensi: E-mail : bukembar@yahoo.com
dengan total volume ekspornya Biologi dan Nutrisi, Loka Riset Budidaya
mencapai 75% dari pasokan dunia Ikan Hias Air Tawar (LRBIHAT), Depok
(Anonim, 2004). dibawah Departemen Kelautan dan
Perikanan (DKP).
Produksi ikan botia di Indonesia hingga
kini masih banyak bergantung hasil Sampel ikan botia yang berasal dari
tangkapan dari alam sedangkan populasi Kalimantan (sungai Kapuas,
keberhasilan upaya budidayanya sendiri Kalimantan Barat) dan populasi
masih berlangsung dalam skala Sumatera (sungai Batanghari, Jambi;
laboratorium. Seperti halnya yang telah sungai Musi, Sumatera Selatan dan
dilaporkan oleh Satyani et al. (2006) sungai Tulang Bawang, Lampung)
bahwa pembenihan ikan botia di habitat diperoleh dari nelayan pengumpul pada
buatan sudah berhasil dilakukan oleh setiap lokasinya. Sampel yang diambil
Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar berjumlah antara 20 – 30 ekor untuk
Departemen Kelautan dan Perikanan setiap lokasinya (kecuali sungai Musi
(LRBIHAT-DKP) Depok-Indonesia yang berjumlah 14 ekor) dengan metode non-
bekerjasama dengan Institut de invasive sampling dimana jaringan
Recherche pour le Développement tubuh yang diambil hanya bagian sirip
(IRD) Perancis, namun upaya ini masih saja sehingga tidak membunuh ikannya.
dalam skala laboratorium dan sampai Sampel diawetkan menggunakan
saat ini calon induk masih tetap alkohol murni (ethanol 100%),
didatangkan dari hasil tangkapan alam. dimasukkan ke dalam tabung eppendorf
2 ml kemudian disimpan dalam deep
Penangkapan ikan botia yang terus freezer.
berlangsung di alam tanpa
memperhitungkan kuantitas Bahan analisa terdiri dari lysis buffer
sumberdayanya yang terbatas, baik proteinase-K ((0,1 M EDTA (ethylene
untuk keperluan ekspor maupun diamene tetraacetic acid); 0,05 M Tris-
kebutuhan calon induk setiap tahunnya, HCl pH 8; 1% SDS (sodium dodecyl
dapat menurunkan produksi alaminya sulfate)), proteinase-K, lysis buffer
sekaligus mengancam kelestariannya di CTAB (5% CTAB (cethyl/hexadecyl
masa mendatang. Untuk itu, informasi trimethyl ammonium bromide); 5 M
mengenai struktur genetika dari NaCl; 0,5 M EDTA pH 8; 1 M Tris-HCl
populasi alami ikan botia perlu diketahui pH 8; 0,2% β Mercapto-ethanol),
untuk menentukan arah dan strategi Chloroform, isopropanol, ethanol 70%.
pengelolaannya di masa mendatang. Primer universal intron dari gen Aldolase
Selain itu dengan diketahuinya informasi B berdasarkan Hassan et al. (2002) (10
mengenai struktur genetika μM Aldob1-1F (upstream primer) 5’
populasinya, diharapkan juga akan GCTCCAGGAAAGGGAATCCTGGC 3’;
berguna untuk proses seleksi induk 10 μM Aldob1-2R (downstream primer)
(broodstock) di dalam upaya 5’CTCGTGGAAGAAGATGATCCCGCC
budidayanya. 3’), GoTaq®Green Master Mix Ready To
Use (Promega), agarose ultrapure, TAE
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (tris acetate EDTA), Wide Mini Gel
mendapatkan gambaran mengenai Acrylamyde etidium bromide (Elchrom
struktur genetika populasi ikan botia scientific), TAE 1X (Elchrom scientific),
(Chromobotia macracanthus Bleeker) di Blue Dye, Gene Ruler 50 kbp
alam, sebagai informasi dasar untuk (Fermentas) dan Gel/PCR DNA
upaya budidaya, pengelolaan stok alami Fragments Extraction Kit (Geneaid).
maupun konservasi dimasa mendatang.
DNA total diekstraksi dari sirip ikan botia
Bahan dan metode dengan metode proteinase-K
dilanjutkan metode CTAB. Amplifikasi
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium intron gel aldose dilakukan dengan
Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : 203-212 ISSN: 0853-6384 205
teknik EPIC-PCR (Exon Primed Intron Kondisi panmixia setiap populasi ikan
Crossing Polymerase Chain Reaction) botia diujikan terhadap keseimbangan
sebanyak 2 tahap menggunakan mesin Hardy-Weinberg menggunakan uji Chi-
PTC-100 Master Cycler (Mj Research). kuadrat. Populasi yang termasuk ke
Elektroforesis untuk uji kualitas dan dalam keseimbangan Hardy-Weinberg
kuantitas DNA pada gel agarose 2% adalah populasi yang setiap individunya
atau 2,5%. Elektroforesis untuk memiliki kemungkinan sama untuk
dilakukan pada genotyping pada gel bereproduksi antara satu dengan yang
acrylamide 20oC pada mesin ORIGINS lainnya (kawin acak). Dalam kasus
migration tools Elchrom Scientific. ketidakseimbangan (disequilibrium)
Purifikasi DNA untuk memurnikan DNA Hardy-Weinberg, didapatkan adanya
produk PCR menggunakan Gel/PCR penurunan nilai heterozigositas.
DNA Fragments Extraction Kit
(Geneaid). DNA hasil pemurnian dikirim Keseimbangan Hardy-Weinberg diuji
ke Macrogen, Korea Selatan untuk berdasarkan persamaan :
disequencing menggunakan mesin
Automatic Sequencer 3730xl. (Ho He) 2
(Chi) 2
He
Hasil sekuensing dianalisis dengan
perbedaan sequence (urutan basa) Ho = Heterozigositas observasi
intron 1 dari gen Aldolase B untuk setiap He = Heterozigositas teoritis (expected)
populasi ikan botia. Analisis statistik
terhadap seluruh parameter struktur Sedangkan untuk memperoleh nilai
populasinya digunakan packages heterozigositas teoritis (He), dihitung
Genetics dari software R program berdasarkan persamaan :
(www.R-project.org).
He = 1 – ( ∑( Frekuensi alel homozigot )2 )
Analisa keragaman alel dan genotipe
dihitung secara manual dengan cara Tingkat perbedaan genetik dihitung
membaca data sequence (urutan basa) menggunakan fixation index Wright (FST)
hasil sequencing bukan dari pergerakan yang dibandingkan antara populasi-
pita DNA saat elektroforesis populasinya. Adapun persamaan yang
(electrophoretic mobility). Sedangkan digunakan adalah sebagai berikut :
analisa frekuensi alel dihitung dari
proporsi jumlah setiap tipe alel H T HS
FST
dibandingkan dengan jumlah total HT
semua alel dalam suatu populasi.
Adapun persamaan yang digunakan HT = Heterozigositas Total
adalah sebagai berikut : HS = Heterozigositas Subpopulasi
1.00
FREKUENSI
0.90
0.90
0.80
0.80
0.70 0.70
0.60 0.60
0.50 0.50
0.40 0.40
0.30 0.30
0.20 0.20
0.10
0.10
0.00
0.00
B1 A5 A1 A3 A2 A4 C1 B2
B1 A5 A1 A3 A2 A4 C1 B2
TIPE ALEL
TIPE ALEL
FREKUENSI
0.90 0.90
0.80 0.80
0.70 0.70
0.60 0.60
0.50 0.50
0.40 0.40
0.30 0.30
0.20 0.20
0.10 0.10
0.00 0.00
B1 A5 A1 A3 A2 A4 C1 B2 B1 A5 A1 A3 A2 A4 C1 B2
TIPE ALEL TIPE ALEL
Gambar 1. Histogram frekuensi alel pada setiap populasi ikan botia (Chromobotia
macracanthus)
Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : 203-212 ISSN: 0853-6384 207
(2002) perbedaan genetik yang signifikan sistem intron lagi, seperti : Aldolase B5
(diantara populasi-populasi yang (intron Aldo5), Aldolase C1 (intron
dibandingkan) umumnya berada AldoC1); S7 Ribosomal Protein (intron
pada nilai FST di atas 0,15. RPex); Growth Hormon 2 (intron GH2)
dan Creatin kinase 7 (intron Ck7) yang
Juga tidak terdapat perbedaan genetik semuanya telah teruji dan dapat
yang signifikan (nilai FST berkisar 0,0033 – digunakan pada awal penelitian untuk
0,0129) antara populasi-populasi mengamplifikasi sistem intron dari ikan
Sumatera (sungai Batanghari, Musi dan botia (Chromobotia macracanthus)
Tulang Bawang) yang dibandingkan (data tidak dibahas dan ditampilkan).
dengan populasi Kalimantan (sungai
Kapuas) (Tabel 3). Namun demikian, nilai Pembahasan
FST diantara populasi-populasi ikan A. Sequencing Alel
botia tersebut secara umum memiliki Hasil screening terhadap polimorfisme
nilai yang lebih besar jika dibandingkan intron 1 dari gen Aldolase B yang diikuti
dengan nilai FST diantara populasi- dengan proses sequencing alel sangat
populasi Sumatera itu sendiri. Nilai F ST cocok dalam genetika populasi. Dengan
yang lebih besar ini menunjukkan bukti menggunakan cara migrasi klasik dan
bahwa sebenarnya memang terdapat juga genotyping pada gel acrylamide,
perbedaan genetik antara populasi hanya dapat diamati 2 tipe alel saja (alel
Kalimantan dengan Sumatera, namun A dan B) dari setiap populasi ikan botia
hanya dengan menggunakan satu yang diteliti (polimorfisme rendah)
sistem intron 1 dari gen Aldolase B saja (Gambar 2). Sequencing terhadap kedua
kemungkinan masih belum cukup tipe alel tersebut (alel A dan B)
signifikan untuk menjelaskan adanya menghasilkan 6 tipe alel untuk alel A (A-1,
perbedaan tersebut. Untuk itu maka A-2, A-3, A-4, A-5 dan C-1) dan 2 tipe
diperlukan penambahan beberapa alel untuk alel B (B-1 dan B-2).
Tabel 2. Frekuensi Genotipe, Heterozigositas dan Hasil Uji Keseimbangan Hardy-Weinberg
Frekuensi Genotipe
Sumatera Kalimantan
Genotipe
Batanghari Musi Tulang Bawang Kapuas
O E O E O E O E
A-1/A-1 0,0500 0,0400 0,0700 0,0121 0,0400 0,0064 - -
A-1/A-3 0,0500 0,0300 0,0700 0,0077 - 0,0064 - -
A-2/A-2 0,1000 0,0225 - 0,0016 - - - -
A-2/A-4 0,0500 0,0105 - - - - - -
A-3/A-3 0,1000 0,0225 - 0,0049 0,0400 0,0064 - 0,0009
A-3/A-4 - 0,0105 - - 0,0400 0,0032 - -
A-4/A-4 0,0500 0,0049 - - - 0,0016 - -
A-5/A-5 0,0500 0,0025 0,1400 0,0841 0,0400 0,0144 - -
B-1/A-1 0,2500 0,0760 - 0,0550 0,0800 0,0536 - -
B-1/A-2 0,0500 0,0570 0,0700 0,0200 - - - -
B-1/A-3 0,0500 0,0570 0,0700 0,0350 0,0400 0,0536 0,0500 0,0279
B-1/A-4 - 0,0266 - - 0,0400 0,0268 - -
B-1/A-5 - 0,0190 0,2900 0,1450 0,1700 0,0804 - -
B-1/B-1 0,2000 0,1444 0,2900 0,2500 0,5000 0,4489 0,8500 0,8649
B-1/B-2 - - - - - - 0,0500 0,0279
B-1/C-1 - - - - - - 0,0500 0,0279
Heterozigo- 0,4500 0,7859 0,6746 0,5355 0,1462
sitas
Poly. Inf. Content 0,7340 0,5977 0,4959 0,1359
-kuadrat 45,8833 11,9603 16,7917 0,1315
dB NA (6 alel) NA (5 alel) NA (5 alel) NA (4 alel)
P-value 0,0891 0,4516 0,4516 1,000
(>0,05)
Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : 203-212 ISSN: 0853-6384 209
FREKUENSI
0.8000 0.8000
0.7000 0.7000
0.6000 0.6000
0.5000 0.5000
0.4000 0.4000
0.3000 0.3000
0.2000 0.2000
0.1000 0.1000
0.0000 0.0000
A1
A3
A2
A4
A3
A4
A4
A5
A1
A2
A3
A4
A5
B1
B2
C1
A1
A3
A2
A4
A3
A4
A4
A5
A1
A2
A3
A4
A5
B1
B2
C1
A1
A1
A2
A2
A3
A3
A4
A5
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
A1
A1
A2
A2
A3
A3
A4
A5
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
GENOTIPE GENOTIPE
FREKUENSI
0.8000 0.8000
0.7000 0.7000
0.6000 0.6000
0.5000 0.5000
0.4000 0.4000
0.3000 0.3000
0.2000 0.2000
0.1000 0.1000
0.0000
0.0000
A1
A3
A2
A4
A3
A4
A4
A5
A1
A2
A3
A4
A5
B1
B2
C1
A1
A3
A2
A4
A3
A4
A4
A5
A1
A2
A3
A4
A5
B1
B2
C1
A1
A1
A2
A2
A3
A3
A4
A5
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
A1
A1
A2
A2
A3
A3
A4
A5
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
B1
GENOTIPE
GENOTIPE
Gambar 3. Histogram frekuensi genotipe pada setiap populasi ikan botia (Chromobotia
macracanthus)
Alel A-1, A-2, A-4 dan A-5 (249 pb) B. Struktur Genetika Populasi
dibedakan antara satu sama lainnya Keragaman alel, keragaman genotipe,
karena adanya substitusi beberapa heterozigositas dan tingkat perbedaan
pasangan basanya, sehingga meskipun genetik (FST) diantara populasi-populasi
berukuran sama namun berbeda dari ikan botia yang diteliti menunjukkan
komposisi sequence DNA-nya. Alel A-3 adanya perbedaan secara geografis.
mengalami delesi sebanyak 3 pb Populasi ikan botia Kalimantan (sungai
sehingga berukuran lebih pendek (246 Kapuas) menunjukkan adanya
pb). Alel C-1 mengalami insersi perbedaan dari populasi Sumatera
sebanyak 10 pb dan juga delesi sebanyak (sungai Batanghari, Musi dan Tulang
5 pb sehingga berukuran lebih Bawang) didukung oleh proses
panjang sebanyak 5 pb (254 pb). Alel B-1 penyebaran dan pemisahannya pada
dan B-2 berbeda satu sama lainnya zaman dahulu.
karena adanya substitusi 1 pb saja (273
pb).
Gambar 4. Sistem sungai purba dan pola pertukaran genetik diantara populasi ikan botia
(Chromobotia macracanthus) (diedit dari Voris, 2000)
Pertukaran genetik yang terjadi diantara populasi yang ada pada masa sekarang
kedua sistem sungai purba tersebut mungkin disebabkan adanya kenaikan
kemungkinan berlangsung pada waktu air laut pada masa Pleistocene.
yang jauh lebih lama lagi. Proses
kolonisasi populasi-populasi ikan botia Daftar Pustaka
yang ada pada masa sekarang
terpisahkan antara satu sama lainnya Anonim. 2004. Iptek Kelautan &
dikarenakan terjadinya kenaikan air laut Perikanan Masa Kini. Badan Riset
pada zaman glaciation di masa Kelautan dan Perikanan,
Pleistocene (Voris, 2000). Departemen Kelautan dan
Perikanan.
Kesimpulan
Frankham, R., J. D. Ballou and D. A.
Dari hasil sequencing intron gen Briscoe. 2002. Introduction to
aldolase B dijumpai 8 tipe alel, 6 tipe alel Conservation Genetics. Cambridge
A (A-1, A-2, A-3, A-4, A-5 dan C-1) dan 2 University Press.
tipe alel B (B-1 dan B-2). Alel B-1 dan A-3
umum dimiliki oleh setiap populasi; alel Graves, J. E. and J. R. McDowell. 2003.
B-2 dan C-1 unik untuk populasi Stock Structure of the World’s
Kalimantan; sedangkan alel A-1 dan A-5 Istiophorid Billfishes : a Genetic
unik untuk kelompok populasi Perspective. Marine and
Sumatera. Keragaman genetik tertinggi Freshwater Research, 54, 287-
berasal dari populasi sungai Batanghari 298.
dan terendah dari populasi sungai
Kapuas. Tidak ada perbedaan genetik Hassan, M., C. Lemaire, C. Fauvelot and
diantara populasi-populasi ikan botia F. Bonhomme. 2002. Primer Note :
dari Sumatera dan aliran genetik atau Seventeen New Exon-Primed
pertukaran genetiknya kemungkinan Intron-Crossing Polymerase Chain
terjadi oleh adanya sistem aliran sungai Reaction Amplifiable Introns in Fish.
purba. Proses kolonisasi populasi ikan Molecular Ecology Notes (2002), 2,
botia hingga membentuk populasi- 334–340.