You are on page 1of 14

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

PENYERAPAN TENAGA KERJA


DI PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh:
Riyadi Nurrohman
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang
E-mail/No. Hp: - /081703667100

Zainal Arifin
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang
E-mail/No. Hp: azainala@yahoo.com/08155528001

Abstract

This study aims to determine the pattern of economic growth and employment
potential in districts of Central Java Province the period 2005 - 2009, and the causality
between economic growth and employment in the province of Central Java. The analysis
used in this study is analysis of economic growth, typology, ILOR Klassen (Labour
Incremental Output Ratio), and granger causality test. The results of this study indicate
that the economic growth that occurred in 2005-2009 with an average value of the highest
economic growth> 4.45 in eight districts, or 22.85% of the total districts / cities in Central
Java province. Average value of the highest economic growth between 3.08 to 3.35 as
much as 15 districts, or 42.85%. While the average value of the lowest economic growth
<2.61 only one district or 2.85% of the entire district. Employment in the province of
Central Java with a big potential categories found as many as five districts / cities, the
category of potentially as many as 26 districts, while the categories are not potentially as
many as four counties. From the Granger Causality test result yielded that the relationship
between them is one way that employment cause/affect economic growth.

Keywords: economic growth, employment absorption, Causality.

PENDAHULUAN masalah utama dalam jangka pendek yang


Masalah utama dan mendasar dalam selalu dihadapi setiap negara. Karena itu,
ketenagakerjaan di Indonesia adalah setiap perekonomian negara pasti
masalah upah yang rendah dan tingkat menghadapi masalah pengangguran, yaitu
pengangguran yang tinggi serta pengangguran alamiah (natural rate of
peertambahan penduduk yang terus unemployment). BPS mencatat jumlah
meningkat. Hal tersebut disebabkan pengangguran di Indonesia pada Februari
karena, pertambahan tenaga kerja baru 2009 mencapai 9.259.000 orang. Arfida
jauh lebih besar dibandingkan dengan (2003:64) Jumlah tenaga kerja
pertumbuhan lapangan kerja yang dapat keseluruhan yang disediakan bagi suatu
disediakan setiap tahunnya. Pertumbuhan perekonomian tergantung pada 1) jumlah
tenaga kerja yang lebih besar disbanding- penduduk; 2) persentase jumlah penduduk
kan dengan ketersediaan lapangan kerja yang memilih masuk dalam angkatan
menimbulkan pengangguran yang tinggi. kerja; 3) jumlah jam kerja yang
Pengangguran merupakan salah satu ditawarkan oleh angkatan kerja.
Analisis Pertumbuhan Ekonomi …. (Riyadi Nurrohman dan Zainal Arifin)

Total jumlah penduduk Jawa sektor pertanian, sektor pertambangan dan


Tengah pada tahun 2007 sebesar penggalian. Sedangkan sektor sekunder,
32.380.279 atau hanya sekitar 14% dari terdiri dari sektor industri pengolahan,
total penduduk di Indonesia. Ada yang sektor listrik, gas dan air bersih serta
berpendapat bahwa dengan jumlah sektor bangunan. Sektor tersier terdiri
penduduk yang besar akan meguntungkan dari sektor perdagangan, hotel dan
bagi pembangunan ekonomi, hal tersebut restoran, sektor pengangkutan dan
dikaitkan dengan pertumbuhan income per komunikasi, sektor keuangan, persewaan,
capita. Akan tetapi ada pula yang jasa perusahaan, dan sektor jasa.
mempunyai pendapat lain jika Negara Pendekatan pengukuran angka
dengan penduduk yang kecil akan pengangguran biasanya dilakukan melalui
mempercepat proses pembangunan dua indikator, yaitu tingkat pengangguran
ekonomi. Dengan begitu banyaknya terbuka (TPT) dan tingkat setengah
penduduk yang ada di Indonesia dan di pengangguran (TSP). Masih terbatasnya
Jawa Tengah pada khususnya tidak diikuti pilihan kerja dan daya serap sektoral
dengan penyerapan tenaga kerja yang memberikan pilihan yang sulit bagi tenaga
besar pula. kerja dengan memilih bekerja seadanya
Suatu daerah dapat dikatakan maju dengan jam kerja yang rendah atau tetap
apabila ditunjang dari segi pengetahuan mencari pekerjaan sesuai yang diinginkan
masyarakat yang tinggi, adanya sumber dengan kata lain masih tetap menganggur.
daya alam yang cukup memadai yang Menurut Kuncoro (2003)
dikelola oleh sumber daya manusia yang Pertumbuhan dengan distribusi atau
mempunyai potensi besar guna redistribusi dari pertumbuhan pada
tercapainya kemajuan pembangunan hakikatnya mengajarkan NSB agar tidak
daerah. Salah satu indikasinya adalah hanya memusatkan perhatian pada
minimnya pengangguran di daerah pertumbuhan ekonomi (memperbesar
tersebut, apabila pengangguran dapat “kue” pembangunan) namun juga
ditekan sedemikian rupa maka bisa mempertimbangkan bagaimana distribusi
dikatakan daerah tersebut telah bisa “kue” pembangunan tersebut. Dengan
memanfaatkan sumber daya manusianya kata lain pertumbuhan ekonomi di Jawa
untuk masuk ke dalam sektor-sektor Tengah akan berhasil jika diikuti dengan
perekonomiannya guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merata
pembangunan daerah. disetiap kota/kabupaten serta diikuti juga
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan dengan penyerapan tenaga kerja.
ekonomi di daerah Jawa Tengah setiap Melihat kondisi yang ada di Jawa
tahunnya mengalami fruktuatif, sektor Tengah saat ini, baik berupa potensi
yang paling mendominasi adalah sektor maupun peluang yang dapat diciptakan,
industri pengolahan, hal ini lebih khususnya pada tingkat kabupaten/kota
disebabkan karena sumbangan UKM dalam kemampuan menyerap tenaga
terhadap penyerapan tenaga kerja di kerja. Maka penulis dalam penelitian ini
Provinsi Jawa Tengah sekitar 96% bertujuan untuk mengetahui pola
(sumber: bappeda jateng). Untuk dapat pertumbuhan ekonomi pada tingkat
melihat kemampuan suatu sektor ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah,
dalam menyerap tenaga kerja dan juga mengetahui potensi penyerapan tenaga
sekaligus sebagai tolak ukur kemajuan kerja pada tingkat kabupaten/kota di
perekonomian suatu daerah, dapat dilihat Provinsi Jawa Tengah, dan mengetahui
melalui pendekatan distribusi sektoral. hubungan kausalitas (timbal balik) antara
yaitu sektor primer, yang terdiri dari pertumbuhan ekonomi dan penyerapan

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 1 Juli 2010 248


Analisis Pertumbuhan Ekonomi …. (Riyadi Nurrohman dan Zainal Arifin)

tenaga kerja yang ada di Provinsi Jawa sektor jasa. Dari hasil uji estimasi model
Tengah. antara PDRB provinsi Sumatera Utara
terhadap pertumbuhan tenaga kerja
TINJAUAN PUSTAKA sektoral provinsi Sumatera Utara adalah
Sutikno (2006) melakukan peneli- bersifat inelastic jika ditinjau dari tahun
tian mengenai Analisis Peran Sektor 1987-2002 dengan penyerapan tenaga
Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga kerja terbesar dari sektor pertanian dan
Kerja (Studi Pada Kabupaten/Kota Di merupakan salah satu sektor yang mampu
Wilayah Jawa Timur). Dalam penelitian mengurangi pengangguran.
tersebut, berdasarkan hasil analisis Konsepsi pro-growth menunjukkan
kesenjangan antara penawaran dan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi
permintaan tenaga kerja di masing-masing hanya memiliki hubungan kausalistis
kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur dengan prospek penciptaan lapangan
mempunyai tipologi penawaran tenaga kerja. Tetapi dengan catatan, hubungan
kerja tinggi dan permintaan tenaga kerja kausalitas itu diwarnai oleh begitu banyak
tinggi (STDT) sebanyak 17 daerah atau formasi. Seiring dengan terjadinya
44,74%. Daerah yang mempunyai tipologi pertumbuhan ekonomi, maka penyerapan
penawaran tenaga kerja rendah dan tenaga kerja bergantung dan ditentukan
permintaan tenaga kerja tinggi (SRDT) oleh corak industri penyokong
sebanyak 8 daerah atau 21,05%. Daerah pertumbuhan ekonomi. Dalam realitas
yang mempunyai tipologi penawaran Indonesia, kuantitas terbesar tenaga kerja
tenaga kerja tinggi dan permintaan tenaga disesaki lulusan pendidikan rendah.
kerja rendah (STDR) sebanyak 1 daerah Sejauh industri penyokong pertumbuhan
atau 2,63%. Dan daerah yang mempunyai ekonomi bercorak labor-intensive, maka
tipologi penawaran tenaga kerja rendah sejauh itu pula terjadi penyerapan tenaga
dan permintaan tenaga kerja rendah kerja dalam jumlah besar dari kalangan
(SRDR) sebanyak 12 daerah atau 31,58%. berpendidikan rendah. Namun jika
Sedangkan sektor yang paling banyak ternyata pertumbuhan ekonomi
menyerap tenaga kerja adalah sektor merupakan resultan dari bekerjanya
pertanian, perindustrian dan perdagangan. industri bercorak techno-intensive atau
Sinaga (2005) melakukan penelitian capital-intensive, maka kecil
dengan judul Analisis Kesempatan Kerja kemungkinannya pertumbuhan ekonomi
Sektoral Di Provinsi Sumatera Utara. paralel dengan besarnya tingkat
Dalam penelitian tersebut, Sinaga penyerapan tenaga kerja.
membahas penelitiannya dengan model
penyerapan tenaga kerja untuk METODE PENELITIAN
mengetahui besaran elastisitas dan tingkat Penelitian ini bersifat deskriptif
signifikasi dari setiap variable-variabel kuantitatif dan kualitatif, yaitu
diamati dengan metode ekonometrika memberikan gambaran data-data yang
klasik “Method of Ordinary Least ada, menafsirkan data serta menganalisa
Squares” (OLS). Hasil uji model OLS data dan menginterpretasikan data tersebut
menjelaskan bahwa masing-masing yang bertujuan untuk memperoleh
variable memberikan pengaruh positif deskripsi mengenai pertumbuhan ekonomi
terhadap kesempatan kerja sektoral di dan penyerapan tenaga kerja di
Sumatera Utara dan secara umum jika kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah.
dilihat dari hasil analisis, maka struktur Data yang digunakan adalah data
lapangan pekerjan terbesar didominasi sekunder. Data sekunder adalah data yang
oleh sektor pertanian, sektor industri, dan tidak diperoleh secara langsung. Data ini

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 1 Juli 2010 249


Analisis Pertumbuhan Ekonomi …. (Riyadi Nurrohman dan Zainal Arifin)

diperoleh dari instansi pemerintahan Tengah, yaitu sebesar 38.46%. Peran


daerah Jawa Tengah dan Badan Pusat sektor ini didominasi sektor industri
Statistik Jawa Tengah. Adapun variabel pengolahan yang memberikan kontribusi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rata-rata sebesar 31.98% selama 2 tahun
Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan terakhir.
Tenaga Kerja. Sektor Tertier yang terdiri dari dari
Tahapan dalam metode analisa yang sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran;
digunakan dalam penelitian ini adalah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi,
Analisa Laju Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Keuangan, Persewaan Bangunan
Analisa ILOR (Incrementral Labour dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa-
Output Ratio), Analisa Tipologi Klassen, Jasa. Sektor ini memberikan kontribusi
Analisa GIS (Geographic Information terbesar terhadap PDRB Provinsi Jawa
System), dan Analisis Kausalitas Granger. Tengah yaitu sebesar 41.59%. Peran
sektor ini didominasi sektor Perdagangan,
PEMBAHASAN Hotel & Restoran yang memberikan
Provinsi Jawa Tengah merupakan kontribusi sebesar 22.68%.
salah satu Provinsi yang tergolong Secara keseluruhan pada tahun 2006
memiliki tingkat aktivitas ekonomi yang dan 2007 peran rata-rata sektor primer
selalu mengalami tren positif. Hal ini sebesar 21.42%, sektor sekunder 38.46%
terlihat dari besarnya jumlah Produk dan sektor tertier 41.59%. Hal ini
Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukkan bahwa struktur perekono-
Provinsi Jawa Tengah dibandingkan mian Provinsi Jawa Tengah didominasi
dengan Provinsi yang lain yang dari tahun oleh sektor Tertier.
ke tahun selalu mengalami peningkatan. Perekonomian Jawa Tengah menga-
Kendatipun pada saat terjadi krisis global lami pertumbuhan berfluktuatif, berdasar-
pada tahun 2007 lalu Produk Domestik kan gambar 1. pertumbuhan tertinggi
Regional Bruto (PDRB) tercatat terjadi pada tahun 2007 sebesar 5.59%,
mengalami kenaikan dari 150,682,654.74 sedangkan pada tahun 2002 pertumbuhan
pada tahun 2006 menjadi 159,110,253.77 ekonomi di Jawa Tengah berada pada
pada tahun 2007 atau naik 6,03%. level paling bawah yaitu sebesar 3.55%.
Dari tabel 1, dapat dilihat ringkasan Pasca krisis global yang terjadi pada
dari peran masing-masing sektor terhadap tahun 2007 berdampak pada penurunan
PDRB. Peran sektor di atas laju pertumbuhan dari 5.59% menjadi
dikelompokkan menjadi 3 sektor pokok, 3.93% pada tahun 2008.
yaitu sektor primer, sekunder dan tertier. Provinsi Jawa Tengah Memiliki 29
Sektor primer yang mencakup sektor Kabupaten dan 6 Kota, setiap tahun laju
pertanian, sektor pertambangan dan pertumbuhan ekonomi di setiap
Galian. Sektor ini memberikan kontribusi Kabupaten/Kota mengalami fluktuasi dari
terendah yaitu sebesar 21.42%, peran tahun 2005-2009 dan dapat disimpulkan
sektor ini didominasi sektor pertanian bahwa laju pertumbuhan ekonomi disetiap
yang memberikan kontribusi rata-rata kabupaten/kota yang berbeda di Provinsi
sebesar 20.30%. Jawa Tengah secara keseluruhan
Sektor Sekunder mencakup sektor mengalami pertumbuhan yang baik,
industri pengolahan, sektor Listrik dan Air walaupun setiap tahunnya terjadi
Bersih, dan sektor Bangunan. Peranan pergerakan fruktuatif yang berbeda-beda,
sektor sekunder memberikan kontribusi khususnya yang terjadi pada tahun 2008
rata-rata terhadap PDRB Provinsi Jawa atau paska krisis global tahun 2007.

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 1 Juli 2010 250


Analisis Pertumbuhan Ekonomi …. (Riyadi Nurrohman dan Zainal Arifin)

Tabel 1. PDRB Provinsi Jawa Tengah dan Kontribusi Masing-Masing Sektor Tahun 2006-2007
Kontribusi Masing-
PDRB Provinsi Jawa Tengah
Masing Sektor
No Sektor/Sub-sektor
Rata-
2006 2007 2006 2007
rata
1 Pertanian 31,002,199.11 31,862,697.59 20.57 20.03 20.30
2 Pertambangan & Penggalian 1,678,299.61 1,782,886.64 1.11 1.12 1.12
PRIMER 32,680,498.72 33,465,584.23 21.69 21.15 21.42
3 Industri Pengolahan 48,189,134.86 50,870,785.69 31.98 31.97 31.98
4 Listrik & Air Bersih 1,256,430.34 1,340,845.17 0.83 0.84 0.84
5 Bangunan 8,446,566.35 9,055,728.78 5.61 5.69 5.65
SEKUNDER 57,892,131.55 61,267,359.64 38.42 38.51 38.46
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 31,816,441.85 33,898,013.93 22.62 22.74 22.68
7 Pengangkutan & Komunikasi 7,451,506.22 8,052,597.04 4.95 5.06 5.00
8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 5,399,608.70 5,767,341.21 3.58 3.62 3.60
9 Jasa-Jasa 15,442,467.71 16,479,357.71 10.25 10.36 10.30
TERTIER 60,110,024.48 64,197,309.89 41.39 41.78 41.59
Produk Domestik Regional Bruto 150682654.74 159110253.8
Sumber: BPS Jateng, 2008 (diolah)

Gambar 1. Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah


Tahun 2001-2009
Sumber: BPS Jawa Tengah (diolah)
kabupaten diatas rata-rata mengalami
Di beberapa kabupaten terjadi penurunan pertumbuhan diatas 3%.
penurunan laju pertumbuhan ekonomi Namun tidak semua Kabupaten/Kota
secara signifikan, khususnya di Kabupaten mengalami keadaan yang sama, ada
Purbalingga yang mengalami penurunan beberapa Kabupaten/Kota yang memiliki
sebesar 3.94%, Kabupaten Kebumen yang fundamental perekonomian yang kuat
mengalami penurunan sebesar 3%, sehingga dengan adanya krisis global pada
Kabupaten Purworejo mengalami tahun 2007 tidak berdampak terhadap laju
penurunan sebesar 3.15%, dan Kabupaten petumbuhan perekonomian yaitu
Pati sebesar 3.86%, dari keempat Kabupaten Cilacap, pada tahun 2007 laju

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 1 Juli 2010 251


Analisis Pertumbuhan Ekonomi …. (Riyadi Nurrohman dan Zainal Arifin)

pertumbuhan Kabupaten Cilacap sebesar Dari analisis pertumbuhan ekonomi


2.64% menjadi 8.59% pada tahun 2008. dapat diklasifikasi rata-rata pertumbuhan
Secara keseluruhan di Provinsi Jawa dari semua kabupaten/kota sebagai
Tengah masih mengalami berikut:
ketidakmerataan laju pertmbuhan
ekonomi.
Tabel 2. Peringkat Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah

Rata-rata
Klasifikasi Kab/Kota
PE
>4,91 Sangat Tinggi Cilacap, Karanganyar, Surakarta*

Purbalingga, Purworejo, Magelang, Sukoharjo, Sragen,


4,00-4,90 Tinggi
Tegal, Brebes, Salatiga*, Semarang*, Tegal*

Banyumas, Banjarnegara, Kebumen, Boyolali, Klaten,


3,08-3,99 Sedang Wonogiri, Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Kudus,
Jepara, Demak, Semarang, Temanggung, Pekalongan,
Pemalang, Magelang*, Pekalongan*
<3,07 Rendah Wonosobo, Kendal, Batang
Keterangan:
*) Kota

Gambar 2. Peta Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005-2009

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 1 Juli 2010 252


Analisis Pertumbuhan Ekonomi …. (Riyadi Nurrohman dan Zainal Arifin)

Berdasarkan pada tabel 2, dapat pertumbahan yang paling besar terjadi di


diketahui nilai rata-rata pertumbuhan Kabupaten Kendal dengan 7,11% dan
ekonomi sangat tinggi > 3,08 sebanyak 3 yang paling kecil berada di kabupaten
kabupaten/kota atau 8,57% yaitu, purbalingga dengan -0,06%. Setelah krisis
Kabupaten Cilacap, Kabupaten global pada tahun 2007 hampir seluruh
Karanganyar, Kota Surakarta. kabupaten/kota di Jawa Tengah atau
Kabupaten/kota yang termasuk ke dalam 77.14% mengalami penurunan
klasifikasi pertumbuhan ekonomi tinggi pertumbuhan tenaga kerja secra signifikan
yaitu antara 4,00-4,90 sebanyak 10 dan hanya delapan kabupaten/kota yang
kabupaen/kota atau 28,57%. Sementara dapat bertahan dan bahkan mengalami
kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kenaikan pertumbuhan tenaga kerja, yaitu,
klasifikasi pertumbuhan ekonomi sedang Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo,
yaitu antara 3,08-3,99 sebanyak 19 Kabupaten Kudus, Kota Magelang, Kota
kabupaten/kota atau 54,28%. Sedangkan Salatiga, Kota Semarang, Kota
nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi yang Pekalongan, dan Kota Tegal.
paling rendah < 3,07 terdapat tiga Langkah berikutnya yaitu melihat
kabupaten yaitu, Kabupaten Wonosobo, potensi ILOR di setiap kabupaten/kota di
Kabupaten Kendal dan, Kabupaten Provinsi Jawa Tengah, Berdasarkan dari
Batang. hasil analisis ILOR, dapat disimpulkan
Adapun Laju Pertumbuhan Tenaga bahwa ada tiga kategori yang dapat
Kerja Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa digambarkan seperti pada gambar 4.3 di
Tengah mengalami fluktuasi, rata-rata bawah ini:

Gambar 3. Peta Potensi Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Tengah


Tahun 2005-2009

Berdasarkan gambar 3, kategori dari berpotensi, Yang termasuk dalam kategori


potensi penyerapan tenaga kerja di ini adalah hasil semua nilai dari ILOR
Provinsi Jawa Tengah dapat dibedakan pada tahun 2005-2009 yang tidak
sebagai berikut: Pertama, Sangat mengalami negatif/minus, yaitu:

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 1 Juli 2010 253


Analisis Pertumbuhan Ekonomi …. (Riyadi Nurrohman dan Zainal Arifin)

Kabupaten Boyolali, Kabupaten Ketiga, Tidak Berpotensi, Yang


Sukoharjo, Kabupaten Demak, Kabupaten termasuk dalam kategori ini adalah hasil
Pekalongan, dan Kota Semarang. nilai dari ILOR pada tahun 2005-2009
Kedua, Berpotensi, Yang termasuk yang didominasi oleh nilai negatif/minus,
dalam kategori ini adalah hasil nilai dari yaitu: Kabupaten Cilacap, Kabupaten
ILOR pada tahun 2005-2009 yang Purbalingga, Kabupaten Wonogiri,
didominasi oleh nilai positif/tidak minus, Kabupaten Semarang.
yaitu: Kabupaten Banyumas, Kabupaten Analisis berikutnya yaitu tipologi
Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, klassen, berdasarkan analisis tipologi
Kabupaten Purworejo, Kabupaten klassen, dari 35 kabupaten/kota yang
Wonosobo, Kabupaten Magelang, berada di Provinsi Jawa Tengah sebanyak
Kabupaten Klaten, Kabupaten enam kabupaten/kota yang berkategori
Karanganyar, Kabupaten Sragen, daerah cepat maju dan cepat tumbuh,
Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, tujuh kabupaten/kota berkategori daerah
Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, berkembang cepat, lima diantaranya
Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, berkategori daerah maju tertekan, dan
Kabupaten Temanggung, Kabupaten sebanyak 17 kabupaten berkategori
Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten sebagai daerah relatif tertinggal. Untuk
Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten mengetahui hasil dari tipologi klassen di
Brebes, Kota Magelang, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat seperi
Kota Salatiga, Kota Pekalongan, dan Kota pada tabel 3.
Tegal
Tabel 3. Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen di Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah
Daerah Cepat Maju & Cepat Tumbuh Berkembang Cepat
Purbalingga
Cilacap
Purworejo
Sukoharjo
Magelang
Karanganyar
Sragen
Surakarta*
Tegal
Semarang*
Brebes
Tegal*
Salatiga*
Maju Tapi Tertekan Relatif Tertinggal
Kudus Banyumas
Semarang Banjarnegara
Kendal Kebumen
Magelang* Wonosobo
Pekalongan* Boyolali
Klaten
Wonogiri
Grobogan
Blora
Rembang
Pati
Jepara
Demak
Temanggung
Batang
Pekalongan
Pemalang
Keterangan:
*) Kota

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 1 Juli 2010 254


Analisis Pertumbuhan Ekonomi …. (Riyadi Nurrohman dan Zainal Arifin)

Tabel 4. Perbandingan antara Tipologi Klassen dan ILOR

No Kab/Kota Hasil Klassen Hasil ILOR


1 Cilacap Cepat Maju dan Tumbuh Tidak Berpotensi
2 Sukoharjo Cepat Maju dan Tumbuh Sangat Berpotensi
3 Karanganyar Cepat Maju dan Tumbuh Berpotensi
4 Surakarta* Cepat Maju dan Tumbuh Berpotensi
5 Semarang* Cepat Maju dan Tumbuh Sangat Berpotensi
6 Tegal* Cepat Maju dan Tumbuh Berpotensi
7 Purbalingga Berkembang Cepat Tidak Berpotensi
8 Purworejo Berkembang Cepat Berpotensi
9 Magelang Berkembang Cepat Berpotensi
10 Sragen Berkembang Cepat Berpotensi
11 Tegal Berkembang Cepat Berpotensi
12 Brebes Berkembang Cepat Berpotensi
13 Salatiga* Berkembang Cepat Berpotensi
14 Kudus Maju Tertekan Berpotensi
15 Semarang Maju Tertekan Tidak Berpotensi
16 Kendal Maju Tertekan Berpotensi
17 Magelang* Maju Tertekan Berpotensi
18 Pekalongan* Maju Tertekan Berpotensi
19 Banyumas Relatif Tertinggal Berpotensi
20 Banjarnegara Relatif Tertinggal Berpotensi
21 Kebumen Relatif Tertinggal Berpotensi
22 Wonosobo Relatif Tertinggal Berpotensi
23 Boyolali Relatif Tertinggal Sangat Berpotensi
24 Klaten Relatif Tertinggal Berpotensi
25 Grobogan Relatif Tertinggal Berpotensi
26 Blora Relatif Tertinggal Berpotensi
27 Rembang Relatif Tertinggal Berpotensi
28 Pati Relatif Tertinggal Berpotensi
29 Jepara Relatif Tertinggal Berpotensi
30 Demak Relatif Tertinggal Sangat Berpotensi
31 Temanggung Relatif Tertinggal Berpotensi
32 Batang Relatif Tertinggal Berpotensi
33 Pekalongan Relatif Tertinggal Sangat Berpotensi
34 Pemalang Relatif Tertinggal Berpotensi
35 Wonogiri Relatif Tertinggal Tidak Berpotensi
Keterangan:
*) Kota
Kabupaten/kota yang ada di berkembang cepat, atau daerah cepat maju
Provinsi Jawa Tengah masih didominasi dan cepat tumbuh.
oleh kabupaten/kota yang berkategori Hasil yang didapat dari
daerah relatif tertinggal, dengan kondisi membandingkan antara analisis tipologi
seperti ini perekonomian di Provinsi Jawa klassen dan ILOR (Incremental Labour
Tengah masih dapat berkembang lagi, Output Ratio) dapat dilihat seperti pada
sehingga pada tahun mendatang 17 tabel 4. Berdasarkan empat kategori pada
kabupaten/kota yang berkategori daerah tipologi klassen yaitu, Cepat Maju dan
relatif tertinggal dapat berubah menjadi Tumbuh, Berkembang Cepat, Maju
daerah maju tapi tertekan, daerah Tertekan, dan Relatif Tertinggal,

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 1 Juli 2010 255


Analisis Pertumbuhan Ekonomi …. (Riyadi Nurrohman dan Zainal Arifin)

sedangkan kategori dalam ILOR yaitu, dan cepat tumbuh yang beriringan dengan
sangat berpotensi, berpotensi, dan tidak ILOR berpotensi terdapat di tiga
berpotensi. Terdapat fenomena menarik kabupaten/kota, yaitu, Kabupaten
pada Kabupaten Cilacap, hal ini Karanganyar, Kota Surakarta, dan Kota
dikarenakan dengan tipologi cepat maju Tegal. Darerah lain yang memiliki
dan cepat tumbuh akan tetapi hasil dari tipologi berkembang cepat yang
ILOR berkategori tidak berpotensi, hal ini beriringan dengan ILOR berpotensi
diindikasikan karena di Kabupaten terdapat di enam kabupaten/kota, yaitu,
Cilacap padat modal. Sementara pada Kabupaten Purworejo, Kabupaten
tipologi relatif tertinggal terdapat kategori Magelang, Kabupaten Sragen, Kabupaten
ILOR sangat berpotensi akan tetapi hasil Tegal, Labupaten Brebes, dan Kota
dari tipologi klassen menunjukkan sebagai Salatiga. Daerah dengan tipologi maju
daerah relatif tertinggal, yaitu, Kabupaten tertekan yang beriringan dengan ILOR
Boyolali, Kabupaten Demak, dan berpotensi terdapat di empat
Kabupaten Pekalongan. kabupaten/kota, yaitu, Kabupaten Kudus,
Berdasakan pada tabel 4, dapat Kabupaten Kendal, Kota Magelang, dan
disimpulkan bahwa dari 35 Kota Pekalongan. Dan daerah dengan
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, tipologi relatif tertinggal yang beriringan
hanya Kabupaten Sukoharjo dan Kota dengan ILOR berpotensi terdapat di 13
Semarang yang memiliki kategori daerah kabupaten, yaitu, Kabupaten Banyumas,
cepat maju dan cepat tumbuh serta sangat Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten
berpotensi dalam menyerap tenaga kerja. Kebumen, Kabupaten Wonosobo,
Sedangkan daerah dengan tipologi relatif Kabupaten Klaten, Kabupaten Grobogan,
tertinggal serta tidak berpotensi dalam Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang,
menyerap tenaga kerja terdapat di Kabupaten Pati, Kabupaten Jepara,
Kabupaten Wonogiri. Sementara daerah Kabupaten Temanggung, Kabupaten
lain yang memiliki tipologi cepat maju Batang, dan Kabupaten Pemalang.

Tabel 5. Uji Kausalitas dengan Metode Granger antara Pertumbuhan Ekonomi (G) dan Penyerapan
Tenaga Kerja (L)

G Terhadap L L Terhadap G
Lag Hasil Hasil Hubungan
(F-stat) (F-stat)

1 1.91 3.09* Satu Arah


Ho Diterima Ho Ditolak
2.64 2.64 L→G
2 0.67 2.59 Ho Tidak Ada
Ho Diterima
2.67 2.67 Diterima Kausalitas
3 0.34 2.97* Satu Arah
Ho Diterima Ho Ditolak
2.70 2.70 L→G
4 0.20 22.88** Satu Arah
Ho Diterima Ho Ditolak
6.51 6.51 L→G
Keterangan:
*) Signifikasi pada tingkat 10%
**) Signifikasi pada tingkat 1%
G = Pertumbuhan Ekonomi
L = Penyerapan Tenaga Kerja

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 1 Juli 2010 256


Analisis Pertumbuhan Ekonomi …. (Riyadi Nurrohman dan Zainal Arifin)

Analisis yang terakhir yaitu analisis untuk penyerapan tenaga kerja dan F-
statistik kausalitas Granger (Tabel 5), Statistik 0.34209 untuk pertumbuhan
dengan menggunakan uji F, pengujian ekonomi, pada α= 10% dan df = 15
dengan uji F bertujuan untuk mengetahui diperoleh F-tabel sebesar 2,70. Hal ini
tingkat signifikasi atas pengaruh antara dapat disimpulkan bahwa F-Statistik
variabel secara keseluruhan yaitu 2.97304 > F-Tabel 2,70, berarti menolak
pertumbuhan ekonomi (Economic H0 dan menerima Hi. Pada kelambanan 3
Growth) dan penyerapan tenaga kerja penyerapan tenaga kerja mempengaruhi
(Employment Absorption). tenaga kerja pada α= 10%. Sedangkan
Berdasarkan hasil uji kausalitas pada F-Statistik 0.34209 pada α= 10%
pada lag 1 diperoleh F-statistik sebesar dan df = 15 diperoleh F-tabel sebesar 2,70
3.09335 untuk penyerapan tenaga kerja dapat disimpulkan bahwa F-Statistik
dan F-statistik 1.90608 untuk 0.66828 < 2,67 berarti menerima H0 dan
pertumbuhan ekonomi, pada α= 10% dan menolak Hi. pada kelambanan 3
df = 17 diperoleh F-tabel sebesar 2,64. pertumbuhan ekonomi tidak
Hal ini dapat disimpulkan bahwa F- mempengaruhi tenaga kerja pada α= 10%.
Statistik 3.09335 > F-Tabel 2,64, berarti Dari hasil uji kausalitas pada lag 4
menolak H0 dan menerima Hi. Pada diperoleh F-statistik sebesar 22.8757
kelambanan 1 tenaga kerja mempengaruhi untuk penyerapan tenaga kerja dan F-
pertumbuhan ekonomi pada α= 10%. Statistik 0.20330 untuk pertumbuhan
Sedangkan pada F-Statistik 1.90608 pada ekonomi, pada α= 1 % dan df = 14
α= 10% dan df = 17 diperoleh F-tabel diperoleh F-tabel sebesar 6,51. Hal ini
sebesar 2,64 dapat disimpulkan bahwa F- dapat disimpulkan bahwa F-Statistik
Statistik 1.90608 < 2,64 berarti menerima 22.8757> F-Tabel 6,51, berarti menolak
H0 dan menolak Hi. pada kelambanan 1 H0 dan menerima Hi. Pada kelambanan 4
pertumbuhan ekonomi tidak penyerapan tenaga kerja mempengaruhi
mempengaruhi tenaga kerja pada α= 10%. pertumbuhan ekonomi pada α= 1%.
Dari hasil uji kausalitas pada lag 2 Sedangkan pada F-Statistik 0.20330 pada
diperoleh F-statistik sebesar 2.58584 α= 10% dan df = 14 diperoleh F-tabel
untuk penyerapan tenaga kerja dan F- sebesar 2,73 dapat disimpulkan bahwa F-
statistik sebesar 0.66828 untk Statistik 0.20330 < 2,73 berarti menerima
pertumbuhan ekonomi, pada α= 10% dan H0 dan menolak Hi. pada kelambanan 4
df = 16 diperoleh F-tabel sebesar 2,67. pertumbuhan ekonomi tidak
Hal ini dapat disimpulkan bahwa F- mempengaruhi tenaga kerja pada α= 10%.
Statistik 2.58584< F-Tabel 2,67, berarti Hasil uji kausalitas Granger untuk
menolak Hi dan menerima H0. Pada variabel pertumbuhan ekonomi dan
kelambanan 2 tenaga kerja tidak penyerapan tenaga kerja menunjukkan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi bahwa hubungan antara keduanya bersifat
pada α= 10%. Sedangkan pada F-Statistik satu arah yaitu bahwa penyerapan tenaga
0.66828 pada α= 10% dan df = 16 kerja Granger cause pertumbuhan
diperoleh F-tabel sebesar 2,67 dapat ekonomi, hal ini sejalan dengan teori
disimpulkan bahwa F-Statistik 0.66828 < yang mengatakan bahwa pertumbuhan
2,67 berarti menerima H0 dan menolak ekonomi tergantung dari output yang
Hi. pada kelambanan 2 pertumbuhan dihasilkan, sedangkan output tegantung
ekonomi tidak mempengaruhi tenaga kerja dari tenaga kerja yang digunakan.
pada α= 10%.
Dari hasil uji kausalitas pada lag 3
diperoleh F-statistik sebesar 2.97304

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 1 Juli 2010 257


Analisis Pertumbuhan Ekonomi …. (Riyadi Nurrohman dan Zainal Arifin)

PENUTUP Tidak Berpotensi, yang termasuk


Dari hasil analisis yang telah dalam kategori ini adalah hasil dari ILOR
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan yang didominasi oleh nilai negatif/minus,
pertumbuhan ekonomi yang terjadi yaitu: Kabupaten Cilacap, Purbalingga,
dengan nilai rata-rata pertumbuhan Wonogiri, Semarang.
ekonomi yang paling tinggi >4,45 Adapun Hubungan kausalitas yang
sebanyak delapan kabupaten/kota atau terjadi antara pertumbuhan ekonomi dan
22,85% dari keseluruhan kabupaten/kota penyerapan tenaga kerja, dari hasil uji
yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kausalitas Granger dihasilkan bahwa
Sedangkan nilai rata-rata pertumbuhan hubungan antara keduanya bersifat satu
ekonomi terbanyak diantara 3,08 sampai arah yaitu bahwa penyerapan tenaga kerja
3,35 sebanyak 15 kabupaten atau 42,85% menyebabkan/mempengaruhi
yaitu, Kabupaten Banyumas, Kabupaten pertumbuhan ekonomi.
Banjarnegara, Kabupaten Boyolali, Saran yang dapat disampaikan dari
Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, penelitian ini yaitu: Pertama,
Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa
Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Tengah masih berpotensi untuk
Kabupaten Kabupaten Kudus, Kabupaten ditingkatkan, kebijakan yang harus
Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten diambil untuk mendongkrak laju
Pekalongan, Kabupaten Pemalang, dan pertumbuhan ekonomi yaitu dengan
Kota Magelang. Dan nilai rata-rata merumuskan kebijakan dan program
pertumbuhan ekonomi yang paling rendah pembangunan daerah yang lebih berfokus
< 2,61 hanya satu kabupaten atau 2,85% kepada peningkatan penyediaan lapangan
dari keseluruhan kabupaten/kota, yaitu pekerjaan melalui teknologi padat karya.
Kabupaten Batang. Kedua, Hasil tipologi klassen
Sementara Potensi penyerapan menunjukkan 17 dari 35 kabupaten/kota
tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah, yang ada di Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan pada hasil ILOR kategori termasuk kedalam daerah relatif
dari potensi penyerapan tenaga kerja di tertinggal, kegiatan ekonomi utama
Provinsi Jawa Tengah dapat dibedakan sebaiknya diarahkan pada kegiatan
sebagai berikut: Sangat berpotensi, yang pertanian atau kegiatan yang tidak
termasuk dalam kategori ini adalah hasil melibatkan teknologi modern yang
semua dari ILOR yang mengalami nilai berorientasi pada pasar yang cukup luas
positif/tidak minus, yaitu: Kabupaten seperti tanaman pangan.
Boyolali, Sukoharjo, Demak, Pekalongan, Ketiga, Tenaga kerja di Provinsi
dan Kota Semarang. Jawa Tengah dengan kategori sangat
Berpotensi, yang termasuk dalam berpotensi dalam penyerapan tenaga kerja
kategori ini adalah hasil dari ILOR yang dapat dijadikan sebagai daerah pusat
didominasi oleh nilai positif/tidak minus, pertumbuhan yang diharapkan dapat
yaitu: Kabupaten Banyumas, menularkan kepada daeah-daerah lainnya.
Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Keempat, Tenaga kerja di Provinsi
Wonosobo, Magelang, Klaten, Jawa Tengah yang berkategori tidak
Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, berpotensi dalam penyerapan tenaga kerja
Rembang, Pati, Kudus, Jepara, dapat ditingkatkan lagi yaitu dengan
Temanggung, Kendal, Batang, Pemalang, mengundang investor untuk
Tegal, Brebes, Kota Magelang, Kota menginvestasikan modal pada sektor
Surakarta, Kota Salatiga, Kota pertanian dan sektor industri pengolahan
Pekalongan, dan Kota Tegal. (sebagaimana terlampir), sehingga

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 1 Juli 2010 258


Analisis Pertumbuhan Ekonomi …. (Riyadi Nurrohman dan Zainal Arifin)

diharapkan dengan ketersediaan modal _ 2009. Jawa Tengah Dalam Angka.


yang cukup dapat membuka lapangan Statistik Propinsi Jawa Tegah,
kerja yang lebih banyak. Kedepannya beberapa Penerbitan
kabupaten/kota yang berkategori tidak
berpotensi mampu bangkit dan dapat _ 2010. Jawa Tengah Dalam Angka.
berkembang seperti kabupaten/kota yang Statistik Propinsi Jawa Tegah,
berpotensi/sangat berpotensi. beberapa Penerbitan

BR, Arfida. 2003. Ekonomi Sumber Daya


DAFTAR PUSTAKA Manusia. Ghalia Indonesia. Jakarta

_ 2007. Modul Ekonomika Regional. Jhingan, ML. 2007. Ekonomi


Tahun ke-2, Program Hibah Pembangunan Dan Perencanaan.
Kompetetisi A-2. Direktorat Terjemahan PT Raja Grafindo
Jenderal Pendidikan Tinggi Persada. Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak dipublikasikan Kuncoro, M. dan Aswandi H. (2002),
Evaluasi Penetapan Kawasan
Anwari Wmk. “Tiga Tahun Bersama SBY- Andalan: Studi Empiris di
JK. Analisis Berita, No. 64 , Kalimantan Selatan 1993-1999,
Volume I, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
2007(Online)http://www.lp3es.or.id/ Indonesia, Vol.7, No.1
index.php?option=com_content&tas
k=view&id=128 (diakses 16 April Mankiw, N Gregory. 2003. Teori
2009) Makroekonomi: Edisi Kelima.
Terjemahan Imam Nurmawan.
Arsyad, Lincolin. 1992. Ekonomi Erlangga. Jakarta
Pembangunan. Bagian Penerbitan
STIE YKPN. Yogyakarta Radianto, E. (2003), Evaluasi
Pembangunan Regional Pasca
BPS. 2005. Jawa Tengah Dalam Angka. Kerusuhan Maluku, Ekonomi dan
Statistik Propinsi Jawa Tegah, Keuangan Indonesia (EKI), Vol. 51
beberapa Penerbitan (4): 479-499.

_ 2006. Jawa Tengah Dalam Angka. Salvatore, Dominick. 1992. Teori


Statistik Propinsi Jawa Tegah, Mikroekonomi: Edisi Ketiga. Seri
beberapa Penerbitan Buku Schaum Teori Dan Soal-Soal.
Terjemahan Rudy Sitompul
_ 2007. Jawa Tengah Dalam Angka. danHaris Munandar. Erlangga.
Statistik Propinsi Jawa Tegah, Jakarta
beberapa Penerbitan
Samuelson, Paul A dan Nordhaus,
_ 2008. Jawa Tengah Dalam Angka. William D. 1992. Makro Ekonomi.
Statistik Propinsi Jawa Tegah, Edisi Keempatbelas. Terjemahan
beberapa Penerbitan Penerbit Erlangga. Jakarta

Simanjuntak, Payaman J. 1998. Pengantar


Ekonomi Sumber Daya Manusia:

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 1 Juli 2010 259


Analisis Pertumbuhan Ekonomi …. (Riyadi Nurrohman dan Zainal Arifin)

Edisi Kedua. Fakultas Ekonomi UI.


Jakarta

Subri, Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber


Daya Manusia Dalam Perspektif
Pembangunan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta

Soeroto. 1986. Strategi Pembangunan


Dan Perencanaan Tenaga Kerja.
Gajah Mada University Press.
Yogyakarta

Sukirno, Sadono. 1994. Mikro Ekonomi


Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT
Rajagrafindo. Jakarta

Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi


Manajemen Sumber Daya Manusia
Dan Ketenagakerjaan. Yogyakarta

Sumarsono, Sonny. 2009. Teori dan


Kebijakan Publik Ekonomi Sumber
Daya Manusia. Graha Ilmu.
Yogyakarta

Sutikno, Analisis Peran Sektor Ekonomi


Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
(Studi pada kabupaten/kota di
wilayah Jawa Timur) (Online)
http://www.google.com (diakses 2
Maret 2010)

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi


Regional Teori Dan Aplikasi. Edisi
Revisi. PT Bumi Aksara. Jakarta

Widarjono, Agus. 2005.


Ekonometrika:Teori dan Aplikasi
Untuk Ekonomi dan Bisnis.
Ekonisia. Yogyakarta

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 1 Juli 2010 260

You might also like