Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
NINDYAR HARUMI SUKMA
SKRIPSI
NINDYAR HARUMI SUKMA
Oleh
NINDYAR HARUMI SUKMA
D24102020
Dr. Ir. Panca Dewi M. H. K. S., MSi. Prof. Dr. Soedarmadi H., MSc.
NIP. 131 672 157 NIP. 130 345 018
Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1984 di Rembang, Jawa Tengah, sebagai
anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Purwanto dan Ibu Eny Sakdiatuz
Zahrok.
Pendidikan dasar dimulai di SD Negeri II Pamotan, Rembang pada tahun
1990-1996, selanjutnya diterima di SLTP Negeri 1 Pamotan, Rembang dan lulus
pada tahun 1999. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 2
Rembang dan lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2002, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis selama menjadi mahasiswa aktif di Kelompok Pecinta Alam Fakultas
Peternakan IPB (KEPAL-D) dan Himpunan Keluarga Rembang Bogor (HKRB).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil’alamin
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, kasih sayang,
dan ijinNya sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi yang berjudul ”Pengujian
Efektivitas Inokulum Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dengan Media Tanam
dan Tanaman Inang Berbeda pada Rumput Brachiaria humidicola”. Skripsi ini
ditulis berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis pada bulan Mei 2005 sampai
dengan bulan Februari 2006 di Laboratorium Lapang Agrostologi dan Laboratorium
Agrostologi, Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor, serta di Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan,
Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
Penyediaan hijauan makanan ternak (HMT) sebagai komponen utama pakan
ternak ruminansia merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk kelangsungan
peningkatan produktivitas ternak. Usaha peningkatan produksi dan kualitas hijauan
makanan ternak secara intensif dilakukan melalui pemanfaatan spesies rumput yang
cocok, disamping itu juga pemberian input yang tinggi antara lain pupuk buatan
(Urea, KCl, dan SP36) untuk merangsang pertumbuhan. Mahalnya pupuk buatan
merupakan salah satu alasan penulis mencari alternatif pupuk yang lebih murah.
Pemanfaatan pupuk hayati berupa inokulum cendawan mikoriza arbuskula (CMA)
bagi tanaman merupakan alternatif yang tepat. Selain mudah dan murah, CMA juga
dapat meningkatkan produktivitas hijauan pakan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi peminat atau
pemerhati percobaan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN............................................................................................. ii
ABSTRACT................................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xii
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................ 1
Perumusan Masalah ........................................................................ 2
Tujuan ............................................................................................. 2
Manfaat ........................................................................................... 2
METODE.................................................................................................... 11
Lokasi dan Waktu ........................................................................... 11
Materi.............................................................................................. 11
Rancangan....................................................................................... 12
Peubah................................................................................. 12
Prosedur .......................................................................................... 14
Nomor Halaman
1. Analisis Tanah Latosol ................................................................... 9
2. Rekapitulasi Analisis Ragam .......................................................... 17
3. Rataan Pertambahan Jumlah Stolon (buah per minggu)................. 18
4. Rataan Pertambahan Panjang Stolon (cm per minggu) .................. 19
5. Rataan Berat Kering Tajuk (g)....................................................... 20
6. Rataan Persentase Infeksi Akar (%) ............................................... 22
7. Rataan Jumlah Spora (per 50 g tanah) ............................................ 25
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Gambar Vesikula............................................................................. 4
2. Gambar Arbuskula ......................................................................... 4
3. Penampang Memanjang Anatomi Mikoriza yang Disederhanakan 5
4. Rumput Brachiaria humidicola di Lapangan ................................. 16
5. Akar Terinfeksi Mikoriza................................................................ 24
6. Akar Tidak terinfeksi Mikoriza....................................................... 24
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Stolon Periode I....................... 33
2. Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Stolon Periode II ..................... 33
3. Sidik Ragam Pertambahan Panjang Stolon Periode I ..................... 33
4. Sidik Ragam Pertambahan Panjang Stolon Periode II.................... 33
5. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Periode I ................................... 34
6. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Periode II ................................... 34
7. Sidik Ragam Persentase Infeksi Akar Periode I ............................ 34
8. Sidik Ragam Persentase Infeksi Akar Periode II ........................... 34
9. Sidik Ragam Jumlah Spora Periode II ............................................ 35
10. Bagan Percobaan dan Pengacakan Penelitian ................................. 36
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyediaan hijauan makanan ternak (HMT) sebagai komponen utama pakan
ternak ruminansia merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk kelangsungan
peningkatan produktivitas ternak. Ketersediaan hijauan makanan ternak, didukung
oleh produksi hijauan yang berkualitas, berkecukupan, dan berkelanjutan.
Usaha peningkatan produksi dan kualitas hijauan makanan ternak dilakukan
melalui pemanfaatan spesies rumput yang cocok. Disamping itu juga pemberian
input yang tinggi antara lain pupuk buatan (Urea, KCl, dan SP36) untuk merangsang
pertumbuhan. Penggunaan pupuk buatan untuk meningkatkan produktivitas hijauan
makanan ternak memiliki beberapa kendala yaitu memerlukan biaya dan energi yang
relatif tinggi, serta menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan apabila
digunakan secara berlebihan.
Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) dalam meningkatkan
produktivitas hijauan makanan ternak merupakan salah satu cara yang tepat.
Kolonisasi sistem perakaran cendawan mikoriza arbuskula menghasilkan manfaat
langsung bagi tanaman inang yaitu meningkatkan serapan hara khususnya fosfat,
meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, tahan terhadap serangan patogen akar
dan mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh misalnya auksin, sitokinin, dan
giberelin (Imas et al., 1989). Zat pengatur tumbuh ini sangat diperlukan untuk proses
pembelahan sel, memacu pertumbuhan serta mencegah atau memperlambat proses
penuaan sehingga memperlama fungsi akar sebagai penyerap unsur hara dan air
(Setiadi, 1989). Meningkatnya serapan hara akibat kolonisasi CMA disebabkan
sedikitnya oleh tiga hal, yaitu 1) CMA mampu mengurangi jarak yang harus
ditempuh permukaan akar tanaman untuk mencapai unsur hara, 2) meningkatnya
serapan unsur hara dan konsentrasi pada permukaan penyerapan, 3) mengubah secara
kimia sifat-sifat unsur hara kimia sehingga memudahkan penyerapan unsur hara
tersebut ke dalam akar tanaman (Sylvia, 1999).
Efektivitas cendawan mikoriza arbuskula sangat tergantung pada jenis CMA,
tanaman inang, dan media tumbuh. Pada penelitian sebelumnya telah diketahui
bahwa Pueraria javanica dan zeolit merupakan tanaman inang dan media tanam
yang baik untuk CMA (Sulistyaningsih, 2003). Pueraria javanica dan Centrosema
pubescens dengan media tanam zeolit, dan Centrosema pubescens dengan media
tanam tanah latosol merupakan kombinasi terbaik untuk produksi massal cendawan
mikoriza arbuskula (Ariyanti, 2005).
Penelitian pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula untuk produksi massal
CMA dengan menggunakan tanaman inang dan media tanam yang sesuai dalam
skala rumah kaca telah banyak dilakukan, sedangkan pengujian hasil inokulum CMA
dalam skala lapang masih jarang informasinya. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian lanjutan pengujian inokulum cendawan mikoriza arbuskula pada kondisi
lapang.
Perumusan Masalah
Penelitian Ariyanti (2005) dalam skala rumah kaca menghasilkan inokulum
CMA dengan persentase infeksi akar dan jumlah spora yang tinggi. Dari hasil diatas
dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji efektivitas inokulum CMA yang
ditumbuhkan pada media tanam dan tanaman inang yang berbeda pada skala lapang
dengan menggunakan Brachiaria humodicola sebagai tanaman inang, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan produksi hijauan pakan ternak dan mengurangi biaya
produksinya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan inokulum cendawan mikoriza
arbuskula (CMA) dengan media tanam dan tanaman inang berbeda yang cocok bagi
perkembangan hijauan makanan ternak khususnya Brachiaria humidicola di lahan
tanah latosol sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menggunakan inokulum
cendawan mikoriza arbuskula (CMA) sebagai pupuk alternatif, guna meningkatkan
produktivitas hijauan makanan ternak tanpa menimbulkan efek negatif terhadap
lingkungan.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Mikoriza
Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistis antara
cendawan (mykes) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tinggi. Adanya bentuk asosiasi
antara cendawan mikoriza dan akar, sebenarnya adalah suatu bentuk parasitisme,
dimana cendawan menyerang sistem perakaran, tetapi tidak sebagaimana halnya
parasit yang berbahaya (patogen). Dalam hal ini cendawan tidak merusak atau
membunuh tanaman inangnya, tetapi memberikan keuntungan kepada tanaman inang
(host) dan sebaliknya cendawan dapat memperoleh karbohidrat dan faktor
pertumbuhan lainnya dari tanaman inang (Setiadi, 1989). Berdasarkan struktur tubuh
dan cara infeksi terhadap tanaman inang, Fakuara (1988) mengelompokkan mikoriza
dapat ke dalam tiga kelas yaitu :
1) Endomikoriza: perakaran yang terinfeksi tidak membesar dan tidak memiliki
selubung cendawan. Adanya hifa-hifa cendawan yang menembus akar secara
intraseluler yang membentuk vesikula dan arbuskula, jenis ini lebih dikenal
sebagai cendawan mikoriza arbuskula.
2) Ektendomikoriza: mempunyai ciri-ciri antara ekto dan endo mikoriza, tetapi
kepentingan ekologisnya lebih sedikit dibandingkan dengan kelas lainnya.
Ektendomikoriza mempunyai penyebaran terbatas pada tanah-tanah hutan dan
ditemukan pada pohon hutan yang secara normal membentuk ektomikoriza.
3) Ektomikoriza: mudah dikenali karena perakaran yang terinfeksi membesar dan
struktur hifa seperti jala. Hifa cendawan tidak menembus sel, tetapi hanya berada
di dinding-dinding sel jaringan korteks.
4
atau cabang-cabang hifa yang terletak di bagian tengah sel korteks, arbuskula, yang
merupakan unit kolonisasi percabangan hifa yang kompleks tampak seperti pohon
kecil yang mempunyai cabang-cabang, dan vesikula yang memiliki bentuk bulat
yang berasal dari hifa yang membengkak (Gunawan, 1993).
5
membentuk miselium di sekeliling akar yang menghambat perkembangan miselium
bagian luar atau pertumbuhan akar dihambat oleh miskinnya suplai hara. Spora lebih
banyak pada tingkat fosfat sedang daripada tingkat fosfat rendah, jika kekurangan
fosfat membatasi pertumbuhan dan mempengaruhi keseluruhannya (Fakuara, 1988).
Tanaman Inang
Cendawan mikoriza arbuskula membutuhkan tanaman inang yang dapat
tumbuh dengan baik pada media dan sesuai dengan spesies cendawan yang
diinokulasikan. Terdapat beberapa syarat untuk inang agar perkembangan cendawan
mikoriza arbuskula mencapai optimal yaitu (1) Mikotropik, (2) Dapat beradaptasi
pada keadaan iklim tempat asal CMA, (3) Tumbuh baik pada medium tumbuh, (4)
Tahan terhadap kekeringan dan penyakit (Sieverding, 1991). Selain itu juga toleran
terhadap sifat kimia tanah yaitu asam dan basa dan memiliki perakaran yang banyak
(Gunawan, 1993).
Brachiaria humidicola
Rumput ini terkenal dengan nama rumput Koronivia dan rumput Creeping
signal, yang berasal dari Afrika Selatan dan kemudian menyebar ke daerah Fiji dan
Papua New Guinea. Rumput ini merupakan rumput tahunan, perkembangan vegetatif
dengan stolon yang begitu cepat sehingga bila ditanam di lapangan segera
membentuk hamparan. Batang yang berkembang dapat mencapai tinggi 20-60 cm.
Helai daun berwarna hijau terang ( Bright green ), lebar 5-6 cm dan panjang 12-25
cm. Daunnya tidak berbulu dan umumnya menggulung untuk menahan penguapan
air (Jayadi, 1991).
Tanaman ini tahan kekeringan dan cukup tahan genangan akan tetapi tidak
setahan Brachiaria mutica. Rumput ini tahan terhadap penggembalaan berat dan
mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap invasi gulma, tetapi kurang cocok bila
dilakukan tanaman campuran dengan leguminosa karena cepat sekali menutup tanah
sehingga akan menekan pertumbuhan leguminosa. Tanaman ini tahan terhadap tanah
yang mengandung Aluminium tinggi dan sangat responsive terhadap pemupukan
Nitrogen yang tinggi. Tanaman ini tidak tahan terhadap pembakaran, dan dapat
tumbuh dengan baik dibawah pohon kelapa. Rumput ini sangat efektif untuk
menahan erosi (IPB, 2002). Kapasitas produksi mencapai 20 ton/ha (Jayadi, 1991)
6
Centrosema pubescens Benth
Legume Centrosema pubescens termasuk sub familia Papilionaceae dari
familia Leguminoceae. Spesies ini berasal dari Amerika Selatan. Spesies legum ini
tumbuh baik di daerah-daerah tropik dan sub tropik (Reksohadiprodjo, 1981).
Tanaman ini merupakan tanaman berumur panjang (perennial), yang tumbuh
kuat dengan cara merambat dan memanjat yang tumbuh menyebar sehingga cepat
menutupi tanah dengan tinggi antara 40 - 45 cm dalam waktu 4 - 8 bulan setelah
ditanam. Tanaman ini berdaun banyak, batangnya agak berbulu dan batangnya tidak
berkayu sampai umur 18 bulan. Legume ini tahan terhadap kekeringan karena sistem
perakaran yang dalam dan tahan penggembalaan, akan tetapi jangan digembalakan
sebelum berumur 1 tahun. Tanaman ini akan dapat tumbuh pada tanah yang cukup
luas dari tanah berpasir sampai tanah liat. Respon terhadap pemupukan posfor yaitu
100 - 200kg P2O5 per ha. Produksi bahan kering dapat mencapai 12 ton/ha di
Australia dari kultivar Belalto. Produksi biji berkisar 300 - 600 kg/ha/tahun.
Kandungan nutrisi dari tanaman ini yaitu protein kasar berkisar 11 - 24 %,
mengandung asam oksalat 2,22 %, kecernaan bahan kering 53,5 %, kecernaan bahan
organic 53.2 % dan kecernaan protein kasar 62,4 %. Serat kasar berkisar 33 % (IPB,
2002).
7
permukaan air tinggi dan dapat hidup di tanah-tanah yang berat maupun berpasir.
Akan tetapi, Puero tidak tahan terhadap penggembalaan berat atau pemotongan yang
dilakukan sedemikian sehingga sisa tanaman hanya tinggal sedikit di atas tanah.
Kudzu tropika ini mengandung 23% bahan kering, 34,6% serat kasar, 19,2% protein
kasar (Hartadi et al., 1993), 0,25-0,65% fosfor, dan 0,46-0,88% Ca (Blasco dan
Bohorguez, 1968).
Media Tanam
Respon tanaman tidak hanya ditentukan oleh karakteristik tanaman dan
cendawan, tetapi juga oleh kondisi tanah dimana percobaan dilakukan. Efektivitas
mikoriza dipengaruhi oleh faktor lingkungan tanah yang meliputi faktor abiotik
(konsentrasi hara, pH, kadar air, temperatur, pengolahan tanah, dan penggunaan
pupuk atau pestisida) dan faktor biotik (interaksi mikrobial, spesies cendawan,
tanaman inang, tipe perakaran tanaman inang, dan kompetisi antar cendawan
mikoriza). Adanya kolonisasi mikoriza tapi respon tanaman yang rendah atau tidak
ada sama sekali menunjukkan bahwa cendawan mikoriza lebih bersifat parasit
(Solaiman dan Hirata, 1995).
Latosol
Menurut Buckman dan Brady (1982), tanah latosol dibentuk dari pelapukan
yang dipengaruhi oleh curah hujan yang besar dan suhu tinggi dari tropik dan semi
tropik. Latosol mempunyai ciri warna merah atau kuning, terutama di horison B dan
dapat meningkatkan drainase dalam (internal drainage). Lempung hidrat oksida
tidak memiliki sifat liat dan kohesi yang mencirikan lempung silikat di suatu daerah
tertentu. Tanah latosol yang digunakan untuk pertanian di bawah curah hujan besar
akan mengakibatkan tanah menjadi berkersik dan sukar sekali dikerjakan.
Latosol khusus kecil kemampuan pertukaran kationnya dibandingkan dengan
tanah daerah sedang yang mewakili. Hal ini sebagiab disebabkan oleh kurangnya
bahan organik dan sebagian oleh sifat hidrat oksida. Mereka umumnya sangat
kekurangan basa yang dapat tertukar dengan unsur hara yang tersedia. Oleh sebab
itu, tanah darat akan cepat habis kesuburannya jika dikerjakan tidak dengan usaha
pencegahan. Tanah ini biasanya memerlukan penutupan berat agar usaha penanaman
berhasil baik (Buckman dan Brady, 1982).
8
Tabel 1. Analisis Tanah Latosol
Jenis Pengukuran Nilai Keterangan
pH 4-5 Asam
C Organik 1,23% Rendah
N 0,11% Sangat Rendah
P 0,5 ppm Rendah
K 0,10 me/100g Rendah
Ca 2,10 me/100g Rendah
Mg 0,76 me/100g Rendah
Kapasitas Tukar Kation 13,44 me/100g Rendah
(Maryani, 2000)
Zeolit
Zeolit merupakan kelompok mineral senyawa-senyawa aluminosilikat
terhidrasi yang mengandung kation alkali dan alkali tanah, terutama Na, K, dan Ca
yang mengisi rongga-rongga kerangkan aluminosilikat. Bentuk dari kerangka zeolit
seperti spon dan mempunyai rongga-rongga yang berhubungan satu dengan yang lain
dan merupakan saluran-saluran kosong ke segala arah dengan ukuran saluran
tergantung dari garis tengah alkali atau alkali tanah yang terdapat pada strukturnya.
Susunan struktur zeolit yang porous dan mempunyai banyak saluran serta rongga
yang berkesinambungan tersebut menyebabkan mineral zeolit mempunyai karakter
yang spesifik (Mumpton, 1984).
Mumpton (1984) juga menjelaskan bahwa zeolit mempunyai nilai kapasitas
tukar kation (KTK) yang tinggi. Kapasitas tukar kation dari zeolit ini terutama
merupakan fungsi dari tingkat penggantian Si oleh Al dalam struktur kerangka.
Makin besar penggantian maka makin besar pula kekurangan muatan positif
sehingga makin banyak pula jumlah kation-kation alkali dan alkali tanah yang
dibutuhkan untuk menetralkan muatan listriknya. Kation-kation tersebut tidak terikat
secara kuat dalam kerangka kristal zeolit sehingga dapat dipisahkan atau
dipertukarkan secara mudah dengan cara pencucian dengan larutan kation yang lain.
Kemampuan zeolit dalam menjerap maupun menukarkan kation akan dapat
mengurangi kehilangan hara dalam tanah, karena proses pencucian.
9
Pasir
Pasir merupakan tanah yang bertekstur antara 2 mm-50 μ. Pasir mempunyai
luas permukaan yang kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara.
Selain itu, pasir juga mempunyai rasa kasar sangat jelas, tidak melekat, dan tidak
dapat dibentuk bola dan gulunga (Hardjowigeno, 1992).
Pasir telah digunakan secara luas sebagai media perakaran stek karena media
ini relatif murah, mudah tersedia, bersih serta memiliki daya rekat tinggi. Pasir tidak
menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekuensi penyiraman yang lebih
tinggi. Penggunaan tunggal tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat
kasar sehingga tidak memberikan hasil yang baik (Hartmann dan Kester, 1983).
10
METODE
Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah inokulum CMA yang
ditumbuhkan pada media tanam (pasir, latosol, zeolit) dan tanaman inang (Pueraria
javanica dan Centrosema pubescens) hasil penelitian Ariyanti (2005). Cendawan
mikoriza arbuskula yang digunakan yaitu mikofer terdiri atas Gigaspora margarita,
Glomus manihot, Glomus etinucatum, dan Acaulospora sp. diperoleh dari
Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan. Tanaman inang yang digunakan
untuk penanaman berupa Brachiaria humidicola dan ditanam di lahan tanah latosol
dengan luas 2x2 m2 per petak, sebanyak 21 petak. Pupuk yang digunakan yaitu Urea,
SP36, dan KCl.
Peralatan yang digunakan pada saat penanaman dan pemeliharaan adalah
cangkul, timbangan, dan selang air. Peralatan yang dipakai dalam analisis adalah
gelas objek beserta kaca penutup, gelas ukur, gelas piala, pinset, gunting, oven,
mikroskop, sentrifuse, saringan bertingkat, cawan petri, dan botol film. Bahan-bahan
kimia yang digunakan KOH 2,5%, HCl 2%, sukrosa 60%, aquadest, dan larutan
staining.
Rancangan
Rancangan percobaan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu:
PPj = inokulum CMA pasir-P. javanica;
PCp = inokulum CMA pasir-C. pubescens;
TPj = inokulum CMA tanah-P. javanica;
TCp = inokulum CMA tanah-C. pubescens;
ZPj = inokulum CMA zeolit-P. javanica;
ZCp = inokulum CMA zeolit-C. pubescens;
K = kontrol (tanpa inokulum CMA)
Penelitian ini menggunakan 21 petak percobaan, setiap petak terdapat 16
tanaman Brachiaria humidicola sebagai tanaman inang, yang ditanam di lahan tanah
latosol dengan luas 2x2 m2 per petak dengan jarak tanam 40 cm. Bagan percobaan
dan pengacakannya terlampir pada lampiran 10.
Semua data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan
sidik ragam (ANOVA), dan jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan
(Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Model statistik yang digunakan:
Keterangan: i = 1,2, … ,t
j = 1,2, … ,r
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = Rataan umum
זi = Pengaruh perlakuan ke-i
= μi - μ
εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
12
2) Pertambahan panjang stolon (cm)
Pertambahan panjang stolon diperoleh dari selisih panjang stolon antara
minggu terakhir pengukuran dengan minggu sebelumnya.
3) Berat kering tajuk (gram)
Berat kering tajuk dihitung dengan mengeringkan tajuk dioven pada suhu 700C
selama 24 jam.
4) Persentase infeksi akar (%)
Persentase infeksi akar dilakukan teknik pewarnaan akar (Phyllip dan Hayman,
1970 yang dimodifikasi oleh Koske dan Gemma, 1989). Pewarnaan akar dilakukan
dengan cara akar dicuci kemudian dipotong-potong dan dimasukkan dalam tabung
film, lalu ditambahkan 2,5% KOH dan tabung ditutup, dibiarkan selama 1-2 minggu.
Setelah itu, akar dicuci dan diberi dengan larutan HCl 2%, direndam selama 24 jam.
Kemudian diganti dengan larutan staining dibiarkan selama 24 jam dan simpan pada
tabung film. Untuk menghitung infeksi akar, ambil potongan akar dengan panjang ±1
cm sebanyak 5 buah per perlakuan, kemudian diletakkan di gelas preparat dan
ditutup dengan cover glass. Penghitungan persentase infeksi akar dilihat dengan
menggunakan mikroskop yaitu dengan memberi tanda positif bila terdapat struktur
mikoriza arbuskula (hifa, vesikula, arbuskula) setiap jarak pandang. Setiap 1 cm akar
memberikan jarak pandang 7-10. Bila belum dapat dihitung akar yang terinfeksi
dapat disimpan di kulkas. Persentase jumlah akar yang terinfeksi dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Jumlah akar yang terinfeksi
Persentase infeksi = --------------------------------------- x 100 %
Total jumlah akar
13
kemudian dibilas dengan aquades agar sukrosanya hilang, setelah itu ditampung
dalam cawan petri. Jumlah spora dapat dilihat dan dihitung dengan mikroskop.
Prosedur
Tahap Penanaman
Pols rumput Brachiaria humidicola ditanam sedalam ±10 cm dari permukaan
tanah, yang sebelumnya telah diberi inokulum cendawan mikoriza arbuskula
sebanyak 100 g per pols rumput. Satu pols terdiri atas 2 individu rumput. Setiap
petak percobaan ditanam sebanyak 16 pols rumput Brachiaria humidicola.
14
Tahap pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan selama tiga bulan meliputi penyiraman,
pemberantasan gulma dan pemupukan dengan urea 1 minggu setelah penanaman,
serta pengukuran panjang penyebaran stolon dan perhitungan jumlah stolon yang
dilakukan secara intensif selama penelitian setiap minggu.
Tahap Pemanenan
Pemanenan dilaksanakan dua kali yaitu periode I dilakukan setelah tanaman
berumur ±60 hari dan periode II dilakukan setelah tanaman berumur ±45 hari.
Tanaman inang dipanen dengan menimbang berat segar total yang kemudian diambil
sampel sebanyak 100 g per perlakuan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 70oC
selama 48 jam untuk mendapatkan berat kering tajuk, kemudian dilakukan
pengambilan sampel akar untuk mengetahui persentase infeksi akar dan tanah
sebanyak 50 g pada akhir penelitian untuk menghitung jumlah spora.
15
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil secara keseluruhan menunjukkan tidak ditemukan inokulum cendawan
mikoriza arbuskula yang spesifik untuk meningkatkan produktivitas B. humidicola
dalam skala lapang. Semua inokulum yang digunakan memberikan efektivitas yang
sama dalam peningkatan produksi hijauan pakan ternak. Namun, perlakuan inokulum
TCp memberikan pertambahan jumlah stolon terbanyak pada periode I.
Saran
Diperlukan penelitian lanjutan mengenai aplikasi inokulum CMA dalam
skala lapang dengan masa penanaman lebih lama dan pemberian dosis pupuk P yang
berbeda, serta prosedur penelitian yang lebih teliti sehingga dapat memperkecil
pengaruh faktor lingkungan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahi robbil’alamin
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, kasih sayang,
dan ijinNya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tercapai tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.
Panca Dewi M.H.K.S., MSi. dan Prof. Dr. Soedarmadi H., MSc. atas segala
bimbingan, semangat, dan ilmu yang diberikan selama penelitian hingga penulisan
skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS.
sebagai dosen penguji seminar, Ir. Anita S. Tjakradidjaja, MRur.Sc. dan Dr. Ir.
Henny Nuraeni, MSi. sebagai dosen penguji sidang. Terima kasih kepada Staf
Laboratorium Agrostologi dan Staf Laboratorium Bioteknologi Hutan dan
Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih untuk rekan sepenelitian Yanti Fitriyati
atas persahabatan, kerjasama, dukungan dan pengertiannya. Widiarti, Tanti P.,
Arindiyah, Suprayitno, Heri, Fitri serta temen-temen lainnya atas semangat,
persahabatan dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian. Penulis mengucapkan
terima kasih untuk teman-teman di INMT’39, THT’39, TPT’39, SEIP’39, atas
keceriaan dan kebersamaannya selama ini.
Kepada Bapak dan Ibu tersayang terima kasih atas kasih sayang, untaian doa,
bimbingan, dan kesabaran yang tak pernah putus menyertai perjalanan hidup Penulis.
Kepada ketiga saudaraku tersayang Irma Nuranthy Purnama, Pandu Satria Laksono,
dan Harum Fadhilatunnur terima kasih atas keceriaan dan hari-hari indah yang telah
dijalani selama ini. Terima kasih kepada semua keluarga besar di Pamotan atas doa
dan dukungannya kepada Penulis.
Saran dan kritik yang membangun senantiasa Penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi peminat dan pemerhati
percobaan. Amin.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Arifanti, V. B. 1999. Pengaruh pemberian media tumbuh, pupuk NPK dan cendawan
endomikoriza Glomus etunicatum terhadap pertumbuhan Tectona grandis L.
Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ariyanti, G. J. 2005. Alternatif jenis tanaman inang dan media tanam untuk produksi
massal cendawan mikoriza arbuskula (CMA) pada hijauan pakan. Skripsi.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fakuara, M. Y. 1988. Mikoriza, Teori dan Kegunaan dalam Praktek. Pusat Antar
Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gai, J. Dan R. Lui. 2003. Effect of soil factors on arbuscular mycorrhizae (AM)
fungi around roots of wild plants. Article in Chinese. Ying Yong Sheng Tai
Xue Bao. 14(3): 470-472. http: //www.ncbi.nlm.nih.gov./pubmed. [10 Juli
2005].
Hartmann, H. T., dan D. E. Kester. 1983. Plant Propagation, Principle and Practices.
4th ed. Printice Hall Inc. Englewood Cliffs. New Jersey. 727p.
Koske, R. E., dan J. H. Gemma. 1989. A modified procedure for staining roots to
detect vesicular arbuskular mikoriza. Mycol. Res. 92 (4): 486-505.
Lukiwati, D. R. 1996. Peningkatan produksi dan nilai nutrisi legum pakan dengan
pemupukan batuan fosfat dan inokulasi mikoriza vesikular-arbuskular.
Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
30
Maryani, Y. 2000. Pengaruh inokulasi cendawan mikoriza arbuskula terhadap
pertumbuhan dan produksi rumput tropika. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
31
LAMPIRAN
Lampiran 1. Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Stolon Periode I
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 6 4,791374476 0,798562413 2,88730792* 2,848 4,456
Galat 14 3,872075333 0,27657681
Total 20 8,66344981 0,43317249
Keterangan : * berbeda nyata (p<0,05)
Coeff Var = 13,95751
33
Lampiran 5. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Periode I
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 6 224285,58 37380,93001 0,858429256 2,848 4,456
Galat 14 609640,2426 43545,73161
Total 20 833925,8226 41696,29113
Coeff Var = 31,85769
34
Lampiran 9. Sidik Ragam Jumlah Spora Periode II
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 6 389,1428571 64,85714286 0,927792916 2,848 4,456
Galat 14 978,6666667 69,9047619
Total 20 1367,809524 68,39047619
35
Lampiran 10. Bagan Percobaan dan Pengacakan Penelitian
BAGAN PENGACAKAN
PPj2 PCp2 TCp2 ZPj1 Zpj3 TPj1 TPj3 PPj3 ZCp2 PCp1 K1
36