You are on page 1of 22

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323143412

KEPUASAN KERJA DAN PERILAKU KEWARGAAN ORGANISASIONAL PADA


KARYAWAN

Research · February 2018

CITATIONS READS

0 457

3 authors, including:

Nicholas Simarmata Dewi Puri Astiti


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
24 PUBLICATIONS   7 CITATIONS    13 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

gotong royong in organization View project

All content following this page was uploaded by Nicholas Simarmata on 13 February 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KEPUASAN KERJA DAN PERILAKU KEWARGAAN
ORGANISASIONAL PADA KARYAWAN
Nicholas Simarmata
Dewi Puri Astiti
I Gusti Ayu Putu Wulan Budisetyani
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

ABSTRACT

When employees work, there must be expected by employees. That


expectation is the fulfillment of job satisfaction. By the fulfilled of job satisfaction,
employees will emerge organizational citizenship behavior. The companies in the
beginning need to fulfill employees job satisfaction. But if the job satisfaction of
employees is fulfilled, then the companies also feel its benefit, because employees
will show organizational citizenship behavior. Therefore, this study will test the
relationship between job satisfaction and organizational citizenship behavior on
employees.
Data collection was conducted at PT. Bali Tourism Development, PO Box
3, 80363 Nusa Dua, Bali in June 2011. The subjects of this study are 50
employees. The reliability score of Job Satisfaction Scale is 0,906 and the
reliability score of Organizational Citizenship Behavior scale is 0,965. The
normality score of job satisfaction variable is 0.867 and the normality score of
Organizational Citizenship Behavior is 0.245. Job satisfaction and organizational
citizenship behavioral is linear because its probability score is 0.052. From
correlation score is 0,287 and probability score is 0.043, it indicates that there is
a relationship between job satisfaction and organizational citizenship behavior.
The coefficient of determination is 0.08.
From the result of this study is expected to contribute to the sciences such as
Industrial Organizational Psychology, Organizational Behavior, Human
Resource Management and Industrial Relation and also practically to the
sustainability of the company as an employer and employee as workers.

Keywords: job satisfaction, organizational citizenship behavior, employees

Kepuasan Kerja dan Perilaku Kewargaan Organisasional Pada Karyawan


1
(Nicholas, Dewi Puri dan I Gusti Ayu)
INTISARI

Pada saat bekerja, tentunya ada yang diharapkan karyawan. Harapan itu
adalah terpenuhinya kepuasan kerja. Dengan terpenuhinya kepuasan kerja, maka
karyawan akan memunculkan perilaku kewargaan organisasional. Perusahaan
tentu pada awalnya perlu memenuhi kepuasan kerja karyawan, namun bila
kepuasan kerja karyawan terpenuhi, maka perusahaan juga yang merasakan
untungnya, sebab karyawan akan memperlihatkan perilaku kewargaan
organisasional. Oleh karena itu, studi ini akan meneliti hubungan antara kepuasan
kerja dan perilaku kewargaan organisasional pada karyawan.
Pengambilan data dilaksanakan di PT. Pengembangan Pariwisata Bali, PO
Box 3, Nusa Dua 80363, Bali pada bulan Juni 2011. Subjek penelitian ini
sejumlah 50 karyawan. Reliabilitas skala dalam penelitian ini yaitu skala
Kepuasan Kerja sebesar 0,906 dan skala Perilaku Kewargaan Organisasi sebesar
0,965. Normalitas variabel kepuasan kerja sebesar 0,867 dan variabel Perilaku
Kewargaaan Organisasional sebesar 0,245 Hal ini menunjukkan bahwa sebaran
datanya. Variabel kepuasan kerja dan variabel perilaku kewargaaan organisasional
linier karena memiliki probabilitas (p) sebesar 0,052. Dari nilai (r) = 0,287 dengan
angka probabilitas (p) sebesar 0,043 menunjukkan bahwa ada hubungan antara
kepuasan kerja dan perilaku kewargaan organisasional. Koefisien determinasinya
(r2) sebesar 0,08.
Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan secara
keilmuwan terhadap bidang Psikologi Industri Organisasi, Perilaku Organisasi,
Manajemen Sumber Daya Manusia dan Hubungan Industrial serta secara praktis
terhadap kesinambungan antara perusahaan sebagai pihak pemberi kerja dan
karyawan sebagai pekerja.

Kata kunci: kepuasan kerja, perilaku kewargaan organisasional, karyawan

Jurnal SPIRITS Vol. 4, No. 2, Mei 2014 ISSN: 2087-7641 2


PENDAHULUAN lapangan bahwa karyawan dalam
Agar organisasi bisa bekerja mempunyai harapan terhadap
mengalami perubahan dan kemajuan, perusahaannya. Harapan tersebut
maka organisasi ini membutuhkan adalah terpenuhinya faktor pekerjaan,
kinerja karyawan yang tidak hanya faktor gaji, faktor promosi, faktor
sesuai dengan perannya saja (in-role), supervisi, faktor fasilitas, faktor rekan
melainkan cenderung kepada prilaku kerja dan faktor kondisi kerja (Lianda,
kerja yang melebihi perannya (extra- 2003). Jika ada kesesuaian antara
role). Perilaku kerja yang sesuai harapan karyawan dan kenyataan di
dengan perannya yaitu prilaku yang tempat kerjanya maka akan tercapai
menunjukkan bahwa karyawan kepuasan kerja (Johan, 2002).
melakukan pekerjaan hanya sesuai Tercapainya kepuasan kerja
dengan tugas yang ada dalam deskripsi merupakan kebutuhan setiap karyawan
kerja, sedangkan perilaku kerja yang yang bekerja, bukan saja yang bersifat
melebihi perannya yaitu karyawan fisik namun juga lebih bersifat psikis
yang memberikan sesuatu lebih dari (Widyastanti, 1998). Artinya kepuasan
standar formal kerja dan dinamakan kerja lebih mengarah kepada perasaan
sebagai Organizational Citizenship karyawan terhadap pekerjaannya.
Behavior (Bateman dan Organ dalam Maka arti dari kepuasan kerja adalah
William & Anderson, 1991; Lovell, suatu respon emosional saat seorang
1999). Organizational Citizenship karyawan mendapatkan kesenangan
Behavior diterjemahkan ke dalam dari suatu pekerjaan (Muchinsky,
bahasa Indonesia dengan nama 1987). Johan (2002) menambahkan
Perilaku Kewargaan Organisasional. bahwa kepuasan kerja pada dasarnya
Terdapat banyak faktor yang merujuk pada seberapa besar seorang
mempengaruhi Perilaku Kewargaan karyawan menyukai pekerjaannya.
Organisasional, misalnya yaitu Oleh karena itu, jika karyawan
karakteristik individu, karakteristik mempunyai perasaan yang positif
pekerjaan, karakteristik organisasi, terhadap pekerjaannya, maka
budaya organisasi, iklim organisasi, karyawan akan mau bekerja melebihi
kepribadian, suasana hati, persepsi standar kerjanya. Maka dari itu,
terhadap dukungan organisasional, peneliti tertarik untuk meneliti
masa kerja, jenis kelamin, komitmen hubungan antara kepuasan kerja
organisasi, kepuasan kerja, dengan Perilaku Kewargaan
kepemimpinan transformasional dan Organisasional. Rumusan masalah
pertukaran atasan-bawahan. penelitian ini yaitu apakah ada
Dari beberapa faktor yang hubungan antara Kepuasan Kerja dan
mempengaruhi Perilaku Kewargaan Perilaku Kewargaan Organisasional
Organisasional, peneliti tertarik untuk pada karyawan? Tujuan dalam
meneliti lebih lanjut tentang kaitan penelitian ini adalah untuk
antara Perilaku Kewargaan mengetahui hubungan antara
Organisasional dengan kepuasan kerja. Kepuasan Kerja dan Perilaku
Hal ini berangkat dari situasi nyata di

Kepuasan Kerja dan Perilaku Kewargaan Organisasional Pada Karyawan


3
(Nicholas, Dewi Puri dan I Gusti Ayu)
Kewargaan Organisasional pada Perilaku karyawan yang
karyawan. melebihi peran kerjanya disebut
sebagai Perilaku Kewargaan
Perilaku Kewargaan Organisasional Organisasional, yaitu perilaku kerja
Perilaku Kewargaan karyawan yang dalam menjalankan
Organisasional adalah perilaku yang tugasnya, melebihi deskripsi kerja dan
dilakukan karyawan yang tidak secara memberikan dampak positif bagi
tegas diberi penghargaan apabila organisasi (Pearce dan Gregersen,
mereka melakukan dan juga tidak akan 1991; Organ dalam Indrawijaya, 1988;
diberi hukuman apabila mereka tidak MacKenzie dkk, 1998; Podsakoff dkk,
melakukan serta tidak merupakan 2000; Brief dan Motowidlo, 1986;
bagian dari deskripsi pekerjaan George, 1990; Organ, 1990; Katz dan
karyawan. Dasar dari Perilaku Kahn, 1978; McAlister, 1991; Van
Kewargaan Organisasional yaitu Dyne dkk, 1995). Perilaku Kewargaan
adanya kecenderungan karyawan yang Organisasional merupakan perilaku
kooperatif, suka menolong, perhatian yang tidak bisa ditumbuhkan dengan
dan bersungguh-sungguh dalam basis kewajiban peran formal, namun
bekerja (Luthans, 2006; Organ dan Perilaku Kewargaan Organisasional
Konovsky, 1988). Perilaku Kewargaan merupakan kebebasan karyawan dalam
Organisasional merujuk pada tindakan berperilaku, tidak diakui sistem
yang dilakukan karyawan, melampaui imbalan secara langsung dan
peran yang disyaratkan organisasi, dan memberikan kontribusi terhadap
tindakan tersebut memajukan lingkungan sosial dan psikologis
organisasi (Witt dalam Lovell, 1999; (Organ dalam William dan Anderson,
Greenberg dan Baron, 2003). Menurut 1991; Katz, 1964; Organ dan Ryan,
Kreitner dan Kinicki (2001), Perilaku 1995; Podsakoff dkk, 2000; Organ,
Kewargaan Organisasional yaitu 1988; Rotundo dan Sackett, 2002;
perilaku karyawan diluar tugasnya, Organ, 1997). Contohnya meliputi
misalnya seperti mengusulkan bantuan pada rekan kerja untuk
pendapat yang dapat membangun meringankan beban kerja mereka,
departemen tempatnya bekerja, saran tidak banyak beristirahat,
untuk peningkatan, memberi pelatihan melaksanakan tugas yang tidak
kepada karyawan baru, kepedulian diminta, membantu rekan kerja dalam
terhadap properti organisasi dan menyelesaikan masalah, bekerja
kehadiran diatas standar. Perilaku melebihi jam kerja meskipun tidak
Kewargaan Organisasional adalah diminta dan menolong rekan kerja
perilaku yang memberikan kontribusi meskipun itu bukan bagian dari
untuk memelihara dan memperbaiki pekerjaannya (Organ dalam Van Dyne
situasi sosial dan psikologis suatu dan Ang, 1998). Terdapat bukti yang
organisasi serta mendukung kinerja mengatakan bahwa karyawan yang
karyawan (Organ dalam Farh dkk, menunjukkan Perilaku Kewargaan
2003). Organisasional, memiliki kinerja yang
lebih baik dan menerima evaluasi

Jurnal SPIRITS Vol. 4, No. 2, Mei 2014 ISSN: 2087-7641 4


kinerja yang lebih tinggi (Luthans, kerja, dimana semua hal ini
2006). Perilaku Kewargaan memberikan keuntungan bagi
Organisasional penting bagi dunia organisasi (Smith dkk, 1983;
organisasi masa kini karena dapat Truckenbrodt, 2000). Inti dari
meningkatkan kinerja organisasi, altruisme yaitu prilaku menolong
memperlancar interaksi sosial anggota orang lain terkait dengan tugas di
organisasi, mengurangi terjadinya organisasi.
perselisihan dan meningkatkan b. mendengarkan kata hati
efisiensi pekerjaan (Smith dkk, 1983; (conscientiousness): Yaitu perilaku
Borman dan Motowidlo, 1993; karyawan yang selalu bekerja dengan
Bienstock dkk, 2003). tepat waktu, tidak malas bekerja, tidak
Dari semua penjelasan diatas, membuang waktu pada saat menelepon
maka peneliti menyimpulkan bahwa orang lain, mengerjakan tugas yang
pengertian Perilaku Kewargaan diberikan, mematuhi peraturan dan
Organisasional yaitu perilaku memenuhi tingkat di atas standar
karyawan yang melampaui tugas yang minimum yang disyaratkan dan semua
diberikan, memberikan kontribusi pada ini menguntungkan organisasi
keefektifan organisasi dan tidak secara (Truckenbrodt, 2000). Inti dari
langsung dikaitkan dengan sistem mendengarkan kata hati yaitu prilaku
pemberian imbalan secara formal. yang melebihi apa yang disyaratkan
organisasi.
Dimensi Perilaku Kewargaan c. kebajikan (civic virtue): Yaitu
Organisasional perilaku karyawan yang tampak pada
Berikut ini dimensi Perilaku kesediaan untuk menghadiri rapat
Kewargaan Organisasional secara sukarela, mau ikut terlibat
selengkapnya menurut Organ (1988), dalam aktivitas organisasi, memiliki
Gibson dkk (2003), Podsakoff dkk kepedulian terhadap organisasi dan
(2000), Organ dan Ryan (1995), tidak ketinggalan informasi tentang
Greenberg dan Baron (2003) serta berbagai kejadian dan perubahan
Luthans (2006) : dalam organisasi (Graham, 1986).
a. altruisme (altruism): Yaitu Contoh dari kebajikan yaitu prilaku
perilaku karyawan yang menunjukkan asertif dan mandiri (Farrell dan
adanya sifat mementingkan Finkelstein, 2007). Hal pokok dari
kepentingan orang lain. Sifat ini kebajikan yaitu prilaku yang
tampak dalam kesediaan karyawan mengindikasikan bahwa karyawan
untuk membantu rekan kerja, mempunyai tanggung jawab terhadap
menolong karyawan baru dalam kehidupan organisasi.
menyesuaikan diri, menggantikan d. sportif (sportsmanship): Yaitu
tugas rekan kerja jika rekan kerja perilaku karyawan yang bertindak
sedang berhalangan, adanya kemauan dengan sportif, tidak pernah mengeluh
untuk memberikan bantuan kepada atas tugas yang diberikan, kemauan
pihak lain yang merupakan prilaku untuk bersikap toleran dengan keadaan
sukarela dan bukan bagian dari kontrak sekitar dan tidak membesar-besarkan

Kepuasan Kerja dan Perilaku Kewargaan Organisasional Pada Karyawan


5
(Nicholas, Dewi Puri dan I Gusti Ayu)
masalah. Inti dari sportif yaitu atasan-bawahan, masa kerja dan jenis
kemauan untuk toleran terhadap situasi kelamin. Faktor-faktor yang
yang tidak diinginkan dan tidak mempengaruhi Perilaku Kewargaan
mengeluh. Organisasional menurut Muchinsky
e. kesopanan (courtesy): Yaitu (2003); faktor disposisional yaitu
perilaku karyawan dalam bertindak kepribadian dan komitmen organisasi
dengan sopan, tidak ditemukan dan faktor situasional yaitu kepuasan
kesalahan pada tugas yang diberikan, kerja sebagai bentuk dari sikap kerja
tidak membuat masalah dengan rekan karyawan.
kerja serta berbuat baik dan hormat
kepada orang lain. Kesimpulannya Kepuasan Kerja
bahwa kesopanan merupakan perilaku Hoppeck (dalam As’ad, 1978)
yang bertujuan mencegah timbulnya menegaskan bahwa kepuasan kerja
masalah dengan rekan kerja yang merupakan penilaian dari pekerja
terkait dengan pekerjaan. bahwa seberapa jauh pekerjaannya
secara keseluruhan memuaskan
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi kebutuhannya. Wexley dan Yukl
Perilaku Kewargaan Organisasional (1977) menyatakan bahwa kepuasan
Menurut Farh dkk (2003) faktor- kerja adalah cara seorang pekerja
faktor yang mempengaruhi Perilaku merasakan pekerjaannya. Feldman dan
Kewargaan Organisasional adalah Arnold (1983) juga mengungkapkan
karakteristik individu, karakteristik bahwa kepuasan kerja adalah
pekerjaan, karakteristik organisasi, banyaknya pengaruh atau perasaan
kepemimpinan dan pertukaran yang positif yang dimiliki individu terhadap
terjadi di organisasi. Gibson dkk pekerjaan mereka. Individu yang
(2003) juga mengutarakan faktor- mempunyai kepuasan kerja adalah
faktor yang mempengaruhi Perilaku individu yang pada umumnya
Kewargaan Organisasional, yaitu menyukai dan menilai pekerjaan
kepemimpinan yang diterima oleh secara baik serta mempunyai perasaan
karyawan dari pimpinan, kepercayaan positif terhadap pekerjaan tersebut.
antara seorang karyawan dan seorang Landy (1989) mengatakan bahwa
pimpinan dan gaya suatu manajemen kepuasan kerja merupakan perasaan
yang mendorong berkembangnya suatu yang dimiliki individu terhadap
keahlian memimpin diantara para pekerjaan mereka. Locke (dalam Statt,
karyawan yang telah ditemukan untuk 1994) berpendapat bahwa kepuasan
mendorong laku warga organisasi ini. kerja adalah pernyataan emosi positif
Faktor-faktor yang mempengaruhi yang menyenangkan sebagai hasil dari
Perilaku Kewargaan Organisasional penilaian seseorang terhadap
menurut Organ dan Konovsky (1988) pekerjaannya atau pengalamannya
yaitu budaya dan iklim organisasi, dalam bekerja. Jadi arti dari kepuasan
kepribadian dan suasana hati, persepsi kerja adalah perasaan positif pada
terhadap dukungan organisasional, seorang karyawan terhadap
persepsi terhadap kualitas interaksi pekerjaannya.

Jurnal SPIRITS Vol. 4, No. 2, Mei 2014 ISSN: 2087-7641 6


Faktor-faktor yang Menentukan pekerjaan menurut cara yang sesuai
Kepuasan Kerja dengan cara berpikirnya dalam batas-
Faktor-faktor yang menentukan batas yang diperbolehkan dapat
kepuasan kerja adalah (Lianda, 2003): memberikan kepuasan (Wexley dan
a. Pekerjaan: Karyawan cenderung Yukl, 1988).
lebih menyukai pekerjaan yang b. Gaji: Beberapa studi menemukan
memberi kesempatan untuk bahwa gaji merupakan penyebab
menggunakan ketrampilan dan paling mungkin terhadap
kemampuan yang mereka miliki, ketidakpuasan kerja (Porter dan
adanya kesempatan untuk berhasil dan Lawler dalam Wexley dan Yukl,
belajar, kebebasan dan menawarkan 1988). Yang menjadi penyebab utama
beragam tugas serta tingkat kesulitan ketidakpuasan adalah ketidakadilan.
(Locke dalam McCormick and Ilgen, Jika gaji yang diberikan oleh
1980). Karakteristik ini membuat kerja perusahaan lebih rendah dari upah
secara mental menantang. Pekerjaan yang berlaku dalam masyarakat untuk
yang kurang menantang menciptakan suatu pekerjaan, para karyawan sangat
kebosanan, tetapi jika terlalu mungkin tidak akan puas dengan
menantang dapat mengakibatkan gajinya. Gaji juga dilihat adil apabila
frustasi dan perasaan gagal. Pada sesuai dengan tuntutan pekerjaan,
kondisi tantangan yang sedang, tingkat ketrampilan dan standar
kebanyakan karyawan akan mengalami perusahaan (Robbins, 1998). Sistem
kepuasan (Robbins, 1998). Pekerjaan pembayaran juga bisa menjadi sumber
yang memiliki beragam aktivitas kepuasan atau ketidakpuasan. Para
membuat pekerjaan tidak karyawan menginginkan sistem
membosankan. Apalagi jika pekerjaan pembayaran yang adil, jelas dan sesuai
itu sesuai dengan minat karyawan dengan harapan mereka. Kepuasan
sehingga dapat memberikan kepuasan kerja cenderung tinggi ketika
tersendiri. Selain itu, semakin menarik karyawan percaya bahwa sistem
tugas-tugas yang ada dalam suatu tersebut adil dan dijalankan oleh pihak
pekerjaan, maka semakin besar rasa perusahaan dan manajemen secara adil
puas yang diperoleh karyawan dan tidak memihak dibandingkan
(Hardjana, 2002). Wright (dalam apabila sistem pembayaran tidak
Baron, 1995) mengatakan bahwa dilaksanakan dengan adil dan
pekerjaan yang memiliki beban kerja menunjukkan adanya perbedaan atau
dan tingkat yang beragam dapat pilih kasih (Miceli dan Lane dalam
memberikan kepuasan kerja yang Baron, 1995). Di samping
tinggi. Pekerjaan yang menggunakan pertimbangan keadilan, kepuasan
banyak ketrampilan dan bakat yang terhadap gaji dipengaruhi oleh
dimiliki karyawan akan membuat kebutuhan dan nilai-nilai karyawan.
karyawan merasa bahwa ia melakukan Jika upah karyawan cukup untuk
pekerjaan yang berarti. Selain itu, memenuhi kebutuhan keluarga dan
pekerjaan yang memberikan kebebasan dirinya, ia akan lebih puas dibanding
kepada karyawan untuk mengerjakan jika ia menerima upah lebih rendah

Kepuasan Kerja dan Perilaku Kewargaan Organisasional Pada Karyawan


7
(Nicholas, Dewi Puri dan I Gusti Ayu)
dari yang diperlukan untuk memenuhi tunjangan hidup yang lebih baik maka
standar hidup yang memadai dapat menambah tingkat kepuasan
(Goodman dalam Wexley dan Yukl, kerja. Karyawan yang diberi
1988). kebebasan oleh perusahaan untuk
c. Promosi: Promosi memberikan memilih fasilitas yang disediakan
kesempatan untuk pertumbuhan sesuai dengan kebutuhannya
pribadi dan meningkatkan status sosial tampaknya lebih puas.
(Robbins, 1998). Gilmer (1971) e. Kondisi Kerja: Kondisi kerja tidak
mengemukakan bahwa promosi juga hanya terbatas pada ventilasi yang
merupakan kesempatan untuk cukup, penerangan yang memadai,
memperoleh pengalaman dan suhu ruangan, tata ruang dan
peningkatan kemampuan selama kerja. kebersihan tempat kerja, tetapi juga
Karyawan yang melihat kemungkinan meliputi lokasi tempat kerja yang
akan dipromosikan, merasa jauh lebih dekat dengan rumah, peralatan dan
puas dengan pekerjaannya perlengkapan kerja, jam kerja maupun
dibandingkan dengan karyawan yang waktu istirahat (Siagian, 1989).
tidak memiliki kesempatan tersebut Karyawan memperhatikan lingkungan
(Ghiselli dan Brown, 1955). Karyawan tempat kerjanya karena lingkungan
yang merasa bahwa keputusan promosi kerja yang baik dan mendukung dapat
dibuat dengan adil, kemungkinan membuat mereka merasa nyaman dan
mengalami kepuasan kerja melalui memudahkan mengerjakan pekerjaan
pekerjaan mereka (Robbins, 1998). dengan baik. Membicarakan kepuasan
Jika karyawan merasa bahwa promosi kerja juga tidak lepas dari masalah
dalam perusahan tidak didasarkan pada keamanan kerja. Tingkat keamanan
kriteria yang obyektif, melainkan kerja sangat mempengaruhi kepuasan
berdasarkan berbagai pertimbangan kerja. Beberapa studi menemukan
yang subyektif, seperti nepotisme, bahwa karyawan lebih menyukai
kesukuan, asal daerah dan lain keadaan yang aman dan nyaman,
sebagainya, akan timbul perasaan karena keadaan yang aman sangat
diperlakukan tidak adil. Hal ini dapat mempengaruhi perasaan karyawan
berakibat pada tingkat kepuasan yang selama kerja (Gilmer, 1971).
rendah dan tidak menutup f. Supervisi: Prilaku supervisor juga
kemungkinan dapat berdampak merupakan hal yang menentukan dari
terhadap prilaku karyawan yang kepuasan kerja. Umumnya studi
negatif (Siagian, 1989). menemukan bahwa karyawan merasa
d. Fasilitas yang Disediakan: puas bila supervisor bersifat ramah dan
Perusahaan yang memberikan fasilitas dapat memahami, memberikan pujian
seperti dana pensiun, jaminan asuransi atas kinerja yang baik, mendengarkan
kesehatan dan jiwa, pengobatan rumah pendapat karyawan dan menunjukkan
sakit, cuti tahunan, liburan atau suatu perhatian pada karyawan
perumahan, apabila dapat dipenuhi (Robbins, 1998). Selain itu, karyawan
akan menimbulkan rasa puas terhadap merasa puas dengan supervisor mereka
kerja (Gilmer, 1971). Dengan adanya jika mereka memberi kesempatan

Jurnal SPIRITS Vol. 4, No. 2, Mei 2014 ISSN: 2087-7641 8


untuk berpartisipasi dalam yang telah dicapai karyawan, adanya
pengambilan keputusan yang pujian atas pekerjaan yang dikerjakan
berhubungan dengan mereka (Locke dengan baik dan juga memberikan
dan Schweiger dalam Baron, 1995). kritik atau masukan kepada karyawan,
Hal ini dapat berdampak positif setidaknya dapat membantu karyawan
terhadap karyawan karena mereka untuk mengetahui apakah prestasi
akan merasa bahwa dirinya merupakan kerjanya sudah sesuai dengan harapan
bagian yang penting dari perusahaan dan tuntutan perusahaan (Siagian,
(Ghiselli dan Brown, 1955). Menurut 1989).
Callan (dalam Baron, 1995), karyawan g. Rekan Kerja
cenderung memiliki kepuasan kerja Bagi kebanyakan karyawan,
yang lebih tinggi jika mereka percaya bekerja juga untuk memenuhi
bahwa supervisor mereka memiliki kebutuhan akan interaksi sosial. Lloyd-
kompetensi, memperhatikan Davis (dalam Fraser, 1992) dalam
kepentingan karyawan, penelitiannya menemukan bahwa
memperlakukan mereka dengan baik alasan utama karyawan memilih
dan memiliki banyak kesempatan perusahaan sebagai tempat mereka
berhubungan dengan supervisor. bekerja adalah karena adanya relasi
Dalam situasi pekerjaan dimana yang baik dengan rekan kerjanya.
karyawan melakukan peran yang Karyawan yang bekerja di dalam
membingungkan, mereka cenderung kelompok yang menerima dirinya
lebih menyukai seorang supervisor dapat membuat ia merasa menjadi
yang memberikan petunjuk dan bagian dari kelompok tersebut (Tiffin
ketentuan yang diperlukan (Siagian, dan McCormick, 1961). Motiwidlo
1989). Gilmer (1971) mengemukakan (dalam Smither, 1994) mengatakan
bahwa komunikasi yang lancar dengan bahwa karyawan yang puas dengan
pihak manajemen dan kesediaan pihak pekerjaannya tampaknya lebih peka
supervisor untuk mau mendengar, dan perhatian terhadap rekan kerjanya.
memahami dan mengakui pendapat Oleh karena itu, tidak mengherankan
atau prestasi karyawannya sangat bahwa kehadiran rekan kerja yang
berperan dalam menciptakan rasa puas. bersahabat, suka menolong, kompeten
Karyawan umumnya menunjukkan dan mendukung dapat membawa
kepuasan dalam bekerja karena kepada kepuasan kerja (Smith, Kendall
pekerjaan mereka diperhatikan, dan Hullin dalam Gibson dkk, 1996).
prestasi dan cara kerja mereka dihargai Hipotesis Penelitian
oleh supervisor (Vamplew dalam Kepuasan kerja merupakan hal
Fraser, 1992). Sebaliknya, karyawan yang cukup penting karena dengan
merasa tidak dianggap dan tidak adanya kepuasan kerja pada karyawan
berarti jika supervisor tidak maka hal ini bisa menjadi modal
memberikan penghargaan atas prestasi ataupun hasil baik dan positif bagi
yang telah mereka sumbangkan kepada kinerja karyawan. Seperti yang
perusahaan (Hardjana, 2002). dikatakan Locke (dalam Statt, 1994),
Pemberian penghargaan atas prestasi bahwa kepuasan kerja adalah

Kepuasan Kerja dan Perilaku Kewargaan Organisasional Pada Karyawan


9
(Nicholas, Dewi Puri dan I Gusti Ayu)
pernyataan emosi positif yang Perilaku Kewargaan Organisasional
menyenangkan sebagai hasil dari merupakan kebebasan karyawan dalam
penilaian seseorang terhadap berprilaku, tidak diakui sistem imbalan
pekerjaannya atau pengalamannya secara langsung dan memberikan
dalam bekerja. Kepuasan kerja kontribusi terhadap lingkungan sosial
memiliki manfaat bagi karyawan yaitu dan psikologis (Organ dalam William
menimbulkan kemauan yang lebih dan Anderson, 1991; Katz, 1964;
besar untuk bertahan terhadap Organ dan Ryan, 1995; Podsakoff dkk,
pekerjaan (Davis, 1989), karyawan 2000; Organ, 1988; Rotundo dan
akan bekerja dengan bergairah dan Sackett, 2002; Organ, 1997).
sungguh-sungguh mencurahkan Contohnya meliputi bantuan pada
perhatian dan kemampuan pada rekan kerja untuk meringankan beban
pekerjaannya (Arnila, 2002) serta kerja mereka, tidak banyak
menjadi pendorong untuk bekerja lebih beristirahat, melaksanakan tugas yang
giat lagi (Asri dan Budi, 1986). tidak diminta, membantu rekan kerja
Manfaat kepuasan kerja bagi dalam menyelesaikan masalah, bekerja
perusahaan yaitu menunjang melebihi jam kerja meskipun tidak
terbentuknya semangat kerja karyawan diminta dan menolong rekan kerja
(Rahmawati, 1994) serta membawa meskipun itu bukan bagian dari
dampak pada prestasi dan pekerjaannya (Organ dalam Van Dyne
produktivitas perusahaan (Khan dalam dan Ang, 1998). Terdapat bukti yang
Johan, 2002). mengatakan bahwa karyawan yang
Adanya kepuasan kerja pada menunjukkan Perilaku Kewargaan
karyawan bisa memunculkan prilaku Organisasional, memiliki kinerja yang
positif dan produktif di tempat kerja. lebih baik dan menerima evaluasi
Karyawan akan berperilaku melebihi kinerja yang lebih tinggi (Luthans,
peran kerjanya. Perilaku karyawan 2006). Perilaku Kewargaan
yang melebihi peran kerjanya disebut Organisasional penting bagi dunia
sebagai Perilaku Kewargaan organisasi masa kini karena dapat
Organisasional, yaitu perilaku kerja meningkatkan kinerja organisasi,
karyawan yang dalam menjalankan memperlancar interaksi sosial anggota
tugasnya, melebihi deskripsi kerja dan organisasi, mengurangi terjadinya
memberikan dampak positif bagi perselisihan dan meningkatkan
organisasi (Pearce dan Gregersen, efisiensi pekerjaan (Smith dkk, 1983;
1991; Organ dalam Indrawijaya, 1988; Borman dan Motowidlo, 1993;
MacKenzie dkk, 1998; Podsakoff dkk, Bienstock dkk, 2003).
2000; Brief dan Motowidlo, 1986; Dari penjelasan kepuasan kerja
George, 1990; Organ, 1990; Katz dan dan perilaku kewargaan organisasional
Kahn, 1978; McAlister, 1991; Van diatas, maka bisa disimpulkan bahwa
Dyne dkk, 1995). Perilaku Kewargaan karyawan yang mengalami kepuasan
Organisasional merupakan perilaku kerja maka akan memunculkan
yang tidak bisa ditumbuhkan dengan perilaku kewargaan organisasional
basis kewajiban peran formal, namun (Gadot dan Cohen, 2004). Greenberg

Jurnal SPIRITS Vol. 4, No. 2, Mei 2014 ISSN: 2087-7641 10


dan Scott (1996) menyatakan bahwa Skala yang digunakan terdiri
kepuasan kerja akan menginspirasi dari 2 bagian yaitu skala kepuasan
karyawan untuk memunculkan kerja dan skala laku warga organisasi.
perilaku kewargaan organisasional. Skala kepuasan kerja disusun
Organ and Konovsky (1989) berdasarkan aspek-aspek kepuasan
mengatakan bahwa adanya hubungan kerja menurut Simarmata (2005) yang
yang kuat antara kepuasan kerja terdiri dari tujuh aspek yaitu:
dengan perilaku kewargaan pekerjaan, gaji, promosi, fasilitas,
organisasional. Bateman and Organ kondisi kerja, supervisi dan rekan
(1983) juga menyebutkan bahwa ada kerja. Skala perilaku kewargaan
hubungan antara kepuasan kerja organisasional yang digunakan pada
dengan perilaku kewargaan penelitian ini merupakan skala
organisasional. Organ (1998) juga pengukuran yang mengungkap lima
mengatakan bahwa kepuasan kerja aspek perilaku kewargaaan
meningkatkan perilaku kewargaan organisasional menurut Simarmata
organisasional. Oleh karena itu, (2008), yaitu sifat mementingkan
peneliti menduga bahwa ada hubungan orang lain, sifat berhati-hati, sifat
antara kepuasan kerja dengan perilaku kebajikan, sikap sportif dan
kewargaan organisasi. Maka, hipotesis kesopanan. Kedua skala tersebut
penelitian ini yaitu ada hubungan disusun dengan menggunakan metode
antara kepuasan kerja dan perilaku penilaian yang dijumlahkan atau
kewargaan organisasional pada summated rating method. Penskalaan
karyawan. dalam penelitian ini mengacu pada
skala Likert dengan 4 jenjang
METODOLOGI penilaian. Dalam memberikan
Variabel bebas penelitian ini jawaban, subjek dipersilakan memilih
adalah Kepuasan Kerja dan variabel satu dari 4 alternatif jawaban yang
tergantung penelitian ini yaitu Perilaku tersedia yang paling menggambarkan
Kewargaan Organisasional. diri mereka sendiri. Keempat alternatif
Karakteristik subjek dalam penelitian pernyataan negatif (unfavorabel)
ini yaitu karyawan pria dan wanita, berikut pemberian nilainya yaitu : SS
telah bekerja minimal 1 tahun dan (sangat setuju) = 1, S (setuju) = 2, TS
berpendidikan minimal SLTA atau (tidak setuju) = 3 dan STS (sangat
sederajat. Penelitian ini menggunakan tidak setuju) = 4. Untuk pernyataan
tehnik pengambilan sampel dengan positif (favorabel) berikut pemberian
cara purposive random sampling yaitu nilainya yaitu : STS = 4, S = 3, TS = 2
memilih sekelompok subjek dan STS = 1.
berdasarkan atas ciri atau sifat yang Validitas yang digunakan dalam
dipandang mempunyai sangkut paut penelitian ini yaitu Validitas isi yang
yang erat dengan ciri atau sifat dipandang dari segi isi skala yaitu
populasi yang sudah diketahui sejauhmana skala tersebut isinya telah
sebelumnya (Hadi, 2000). dianggap dapat mengukur hal-hal yang
mewakili keseluruhan tentang hal-hal

Kepuasan Kerja dan Perilaku Kewargaan Organisasional Pada Karyawan


11
(Nicholas, Dewi Puri dan I Gusti Ayu)
yang hendak diukur (Suryabrata, 1983; Kepemimpinan Transformasional dan
Azwar, 1997). Di dalam validitas isi Pertukatan Atasan Bawahan dengan
ada validitas tampang atau kondisi Laku Warga Organisasi Karyawan
penampilan skala yaitu diselidiki (Simarmata, 2008) yang mempunyai
dengan cara satu orang atau lebih, baik nilai alfa (α) sebesar 0,965.
pakar maupun subjek yang hendak Sebaran data pada variabel
dites diminta memeriksa alat ukur kepuasan kerja memiliki nilai
tersebut dan menyimpulkan apakah tes signifikansi dengan probabilitas (p) 0,
tersebut memberi kesan mengukur 867 atau mempunyai probalilitas di
sifat yang mau diukur (Supratiknya, atas 0,05 (p>0,05). Hal ini
1998) dan validitas logis yaitu blue menunjukkan bahwa sebaran data pada
print (kisi-kisi atau tabel spesifikasi) variabel kepuasan kerja bersifat
yang menjadi acuan dalam membuat normal. Sebaran data pada variabel
pernyataan untuk dijadikan item pada Perilaku Kewargaaan Organisasional
alat ukur. memiliki nilai signifikansi dengan
Dalam penelitian ini digunakan probabilitas (p) 0, 245 atau
pendekatan konsistensi internal yaitu mempunyai probalilitas di atas 0,05
melakukan satu kali pengujian alat (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
ukur pada sejumlah subyek (single- sebaran data pada variabel Perilaku
trial administration) dan tehnik Kewargaan Organisasional bersifat
estimasi yang digunakan adalah normal.
koefisien reliabilitas Alpha Cronbach Hasil pengujian menunjukkan
(α) yang dilakukan secara komputasi bahwa hubungan antara variabel
melalui program SPSS for Windows kepuasan kerja dan variabel perilaku
versi 19. Teknik statistik yang kewargaaan organisasional adalah
digunakan untuk melakukan analisis linear karena memiliki probabilitas (p)
data dalam penelitian ini adalah analisi sebesar 0,052 atau memiliki taraf
korelasi product moment Pearson. signifikansi untuk linieritas sama besar
Penghitungan statistik ini akan dari 0,05 (p<0,05) sehingga dikatakan
dilakukan secara komputasi melalui bahwa hubungan antara skor variabel
program olah data SPSS for Windows kepuasan kerja dan variabel perilaku
versi 19. kewargaaan organisasional
menunjukkan adanya garis yang
HASIL DAN PEMBAHASAN sejajar atau lurus.
Penelitian ini mengadaptasi Melalui hasil pengolahan
skala Kepuasan Kerja dari penelitian secara komputasi tersebut diperoleh
yang berjudul Hubungan antara nilai koefisien korelasi (r) sebesar
Kecerdasan Emosional dan Kepuasan 0,287 dan diperoleh angka probabilitas
Kerja pada Karyawan (Simarmata, (p) 0,043 dimana angka tersebut
2005) yang mempunyai nilai alfa (α) mencerminkan p<0,05. Hal ini
sebesar 0,906 dan skala Perilaku menunjukkan adanya hubungan antara
Kewargaan Organisasi dari penelitian variabel kepuasan kerja dan variabel
yang berjudul Hubungan antara perilaku kewargaan organisasional.

Jurnal SPIRITS Vol. 4, No. 2, Mei 2014 ISSN: 2087-7641 12


Dari korelasi variabel kepuasan kerja organisasional didefinisikan sebagai
dan variabel perilaku kewargaan perilaku yang memiliki kebebasan
organisasional berarti hipotesis yang untuk memilih, yang tidak secara
menyatakan bahwa ada hubungan langsung atau secara eksplisit diakui
antara kepuasan kerja dan perilaku oleh sistem penghargaan formal. Ini
kewargaan organisasional pada melibatkan karyawan melakukan
karyawan diterima. sesuatu yang lebih dalam melakukan
Koefisien determinasi (r2) tugas mereka yang sangat penting
diperoleh dengan mengkuadratkan untuk pencapaian tujuan organisasi.
nilai r (0,287) sehingga didapatkan Hasil dari penelitian ini juga
hasil r2 sebesar 0,08. Koefisien sejalan dan diperkuat dengan
determinasi menunjukkan besarnya penelitian sebelumnya. Chiboiwa dkk
peran atau sumbangan yang dapat (2001) mengatakan bahwa karyawan
diberikan dari variabel bebas terhadap memperlihatkan perilaku positif
variabel tergantung. Dalam penelitian sebagai respon terhadap perlakuan
ini, sumbangan dari variabel kepuasan yang mereka terima dari organisasi.
kerja terhadap variabel perilaku Ketika karyawan merasa bahwa
kewargaan organisasional sebesar 8%. organisasi mereka mempertimbangkan
Sedangkan sumbangan selain dari dan memperhatikan pertumbuhan,
variabel kepuasan kerja terhadap perkembangan dan kemajuan
variabel perilaku kewargaan karyawan pada pekerjaannya, mereka
organisasional adalah sebesar 92%, merasa senang dan puas terhadap
yang diperoleh dari faktor-faktor oraganisasinya. Hal ini berarti
lainnya. karyawan menerapkan dan
Hipotesis dalam penelitian ini mempraktekkan sikap dan perilaku
yaitu bahwa ada hubungan antara positif yang akan menguntungkan
kepuasan kerja dengan perilaku organisasinya. Kepuasan kerja
kewargaaan organisasional diterima. karyawan adalah refleksi perasaan
Kepuasan kerja sebagai persyaratan positif karyawan terhadap pekerjaan
utama bagi organisasi yang bertujuan mereka dan terhadap kemampuan
mencapai keunggulan dalam operasi organisasi untuk meningkatkan dan
mereka. Kepuasan kerja sebagai atribut memperbaiki tingkat perasaan positif
dan perasaan orang tentang pekerjaan dengan memberikan sesuatu yang
mereka. Kepuasan kerja akan berarti konkret dan abstrak yang hal ini sangat
sikap yang positif atau menguntungkan penting bagi mereka. Ini akan
terhadap pekerjaan. Hanya karyawan berdampak pada sikap dan perilaku
yang puas yang akan mempunyai karyawan, khususnya terhadap
kebebasan dalam menentukan organisasi mereka secara keseluruhan
perilakunya yang berguna bagi (Mohammad dkk, 2011). Hal ini
keefektifan organisasi. Kepuasan kerja berarti karyawan mengidentifikasi
memainkan peran integral dalam adanya hubungan yang positif antara
pencapaian perilaku kewargaan kepuasan kerja dan perilaku
organisasional. Perilaku kewargaan kewargaan organisasional (Bateman

Kepuasan Kerja dan Perilaku Kewargaan Organisasional Pada Karyawan


13
(Nicholas, Dewi Puri dan I Gusti Ayu)
and Organ, 1983; Murphy dkk, 2002). Ryan, 1995; Smith dkk, 1983;
Perilaku kewargaan organisasional Williams dan Anderson, 1991).
juga dikaitkan dengan kepuasan kerja Disebutkan juga bahwa kepuasan kerja
yang membuat organisasi bisa terus mempunyai pengaruh yang kuat
bertahan dan mengalami kemajuan. terhadap perilaku kewargaan
Maka perilaku kewargaan organisasional (Konovsky dan Pugh,
organisasional dan kepuasan kerja 1994; Moorman, 1991). Ini berarti
berkaitan (Bateman dan Organ, 1983; bahwa karyawan yang puas
Lee dan Allen, 2002; MacKenzie dkk mempunyai emosi yang lebih positif
1998; Moorman, 1993; Morrison, dimana hal itu akan berdampak pada
1994; Organ dan Konovsky, 1989; perilaku kewargaan organisasional
Smith dkk, 1983; William dan (Williams dan Anderson, 1991). Pada
Anderson, 1991). akhirnya, kepuasan kerja dapat
Ahmad (2006) menyatakan menginspirasi karyawan untuk bekerja
bahwa kepuasan kerja mempunyai lebih seperti layaknya perilaku
dampak yang positif terhadap perilaku kewargaan organisasional.
kewargaan organisasional. Othman
(2002) menemukan bahwa kepuasan KESIMPULAN
kerja terkait dengan perilaku Berdasarkan hasil pengolahan
kewargaan organisasional. Bateman data dan pembahasan dalam penelitian
and Organ (1983) juga mengatakan ini, hipotesis yang diajukan telah
bahwa ada hubungan antara kepuasan diterima, yaitu ada hubungan antara
kerja dan perilaku kewargaan kepuasan kerja dan perilaku
organisasional (LePine dkk, 2002; kewargaan organisasioanal yang
Motowidlo dkk, 1986; Organ dan ditunjukkan oleh nilai koefisien
Konovsky, 1989; Organ dan Ryan, korelasi (r) = 0,287 dengan angka
1995; Podsakoff dkk, 2000). Williams probabilitas (p) sebesar 0,043
dan Anderson (1991) menyebutkan (p<0,05).
bahwa kepuasan kerja sebagai Saran bagi karyawan yaitu
prediktor perilaku kewargaan karyawan diharapkan bisa membuat
organisasional. Organ dan Ryan prioritas aspek kepuasan kerja mana
(1995), Bateman dan Organ (1983), yang paling penting sehingga bisa
Moorman (1991), Foote dan Li (2008), mendorong adanya perilaku kewargaan
Organ (1988) dan Brooke dkk (1988) organisasional. Karyawan juga
mengatakan bahwa kepuasan kerja sebaiknya sadar akan timbale baliknya
berhubungan dengan Perilaku terhadap perusahaan. Artinya, jika
Kewargaan Organisasional. Kepuasan kepuasan kerjanya telah terpenuhi,
kerja juga mempengaruhi perilaku maka karyawan juga diharapkan
kewargaan organisasional (Moorman, bekerja dengan produktif.
1991). Dikatakan juga bahwa kepuasan Saran bagi Perusahaan yaitu
kerja dan perilaku kewargaan perusahaan sebaiknya mengklarifikasi
organisasional berkaitan secara positif faktor-faktor yang meningkatkan
(Bateman and Organ, 1983; Organ dan kepuasan karyawan dan memfasilitasi

Jurnal SPIRITS Vol. 4, No. 2, Mei 2014 ISSN: 2087-7641 14


lingkungan kerja yang baik. Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan
Perusahaan juga sebaiknya menelaah Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
lebih lanjut kepuasan kerja karyawan
secara teratur dalam rangka memahami Azwar, S. 2000, Penyusunan Skala
kebutuhan karyawan sehingga Psikologi, Yogyakarta: Pustaka
karyawan dapat memunculkan perilaku Pelajar.
kewargaan organisasional secara
sukarela yang hal itu bisa Baron, R.A. 1995, Psychology (3rd
meningkatkan kualitas kinerja ed.), Boston: Allyn and Bacon.
karyawan dan perusahaan dimana juga
akan menguntungkan pelanggan. Bateman, T.S. dan Organ, D.W. 1983.
Job satisfaction and the good
DAFTAR PUSTAKA soldier: the relationship
between affect and employee
Ahmad, Z. B. 2006. Job attitudes as a citizenship. Academy of
determinant of organizational management journal. Volume
citizenship behaviors: A study 26. Halaman 587-595.
among academic staff in
Kuching Polytechnic, Sarawak. Bienstock, C.C., DeMoranville, C.W.
Unpublished master's thesis, & Smith, R.K. 2003.
Universiti Utara Malaysia. Organizational citizenship
Retrieved 3 August 2009, from behavior and service quality.
http://ep3.uum.edu.my/96/1/zul The Journal of Service
aiha.pdf Marketing. Volume 17. Nomor
4. Halaman 357-378.
Arnila, L. 2002, Hubungan antara
Persepsi Kepemimpinan Borman, W.C. & Motowidlo, S.J.
Demokratis dan Kepuasan Kerja 1993. Personal Selection In
Karyawan, Skripsi (tidak Organizations Expanding The
diterbitkan), Fakultas Psikologi, Criterion Domain To Include
Universitas Sanata Dharma, Element Of Extra-role
Yogyakarta. Performance. Editor: Schmitt,
N. & Borman, W.C. San-
Asri, M. dan Budi, A.D.S. 1986, Francisco. Jossey-Bass.
Pengelolaan Karyawan, Edisi 1,
Yogyakarta: BPFE. Brief, A.P. & Motowidlo, S.J. 1986.
Prosocial organizational
As’ad, M. 1978, Psikologi Industri, behaviors. Academy of
Lembaga Manajemen, Yogyakarta. Management Review. Volume
11. Halaman 710-725.
Azwar, S. 1995. Sikap Manusia: Teori
dan Pengukurannya, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Kepuasan Kerja dan Perilaku Kewargaan Organisasional Pada Karyawan


15
(Nicholas, Dewi Puri dan I Gusti Ayu)
Brooke, P., Russel, D. & Price, J. Feldman, D.C., & Arnold, H.J. 1983,
1988. Discriminant validation Managing Individual and Group
of measure of job satisfaction, Behavior in Organization, New
job involvement and York: McGraw Hill, Book Co.
organizational commitment.
Journal of Applied Psychology. Foote, D.A., & Li, P.T. 2008. Job
Volume 73. Halaman 139-145. satisfaction and organizational
citizenship Behavior. Does
Chiboiwa, M.W., Chipunza, C. & team commitment make a
Samuel, M.O. 2011. Evaluation difference in self-directed
of job satisfaction and teams? Management Decision,
organizational citizenship 46 (6), 933-947.
behaviour: Case study of
selected organisations in Fraser, T.M. 1992, Stres dan Kepuasan
Zimbabwe. African Journal of Kerja, Penerjemah: L. Mulyana,
Business Management Vol. Buku Asli Diterbitkan 1983,
5(7), pp. 2910-2918, Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Pressindo.
Davis, K. & Newstrom, J.W. 1989,
Perilaku dalam Organisasi, Jilid Gadot, E.V. & Cohen, A. 2004.
1, Edisi Ketujuh, Penerjemah: Citizenship and management in
Agus Dharma, Jakarta: Erlangga. public administration:
integrating behavioural.
Farrel, S.K. & Finkelstein, L.M. 2007. London: Edward Elgar
Organizational Citizenship Publishers.
Behavior and Gender :
Expectations and Attributions George, J.M. 1990. Personality, affect
for Performance. North and behavior in groups. Journal
American Journal of of Personality and Social
Psychology. Volume 9. Nomor Psychology. Volume 75.
1. Halaman 81-96. Halaman 462-474.

Farh, J.L., Zhong, C.B. & Organ, D.W. Ghiselli, E.E. & Brown, C.W. 1955,
2003. Organizational Personnel and Industrial
Citizenship Behavior In Psychology, Tokyo: McGraw-
People’s Republic of China. Hill Kogakusha Co., Ltd.
Paper presented at Annual
Meeting in Academic of Gibson, J.L., Ivancevich, J.M. &
Management and Published in Donnelly J.H. 1996, Organisasi:
Best Paper Proceedings. Prilaku, Struktur, Proses,
Penerjemah: Ir. Nunuk Adiarni
MM, Jakarta: Binarupa Aksara.

Jurnal SPIRITS Vol. 4, No. 2, Mei 2014 ISSN: 2087-7641 16


Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., Hadi, S. 1995, Analisis Buku Manual
Donnely, Jr. H. & Konopaske, SPS (Seri Program Statistik),
R. 2003. Organization Paket Midi, Yogyakarta:
(Behavior, Structure, Universitas Gajah Mada.
Processes). 12th edition. New
York: McGraw-Hill Higher Hadi, S. 2000, Statistik, Yogyakarta:
Education. R. R. Donnelley & Penerbit Andi Offset.
Sons Company.
Hardjana, A.M. 2002, Pekerja
Gilmer 1971, Industrial and Profesional, Yogyakarta: Kanisius.
Organizational Psychology,
Tokyo: McGraw-Hill Book Co., Indrawijaya. 1988. Prilaku Organisasi.
Inc. Bandung : CV Sinar Baru.

Graham, J.W. 1986. Organizational Johan, R. 2002, Kepuasan Kerja


Citizenship Informed by Karyawan dalam Lingkungan
Political Theory. Paper Institusi Pendidikan, Jurnal
presented at Academy of Pendidikan Penabur, No. 1, Th. I,
Management Meetings. www1.bpkpenabur.or.id/jurnal.
Chicago, IL.
Katz, D. 1964. The motivational basis
Greenberg, J. & Baron, R.A. 2003. of organizational behavior.
Behavior In Organizations Behavioral Science. Volume 9.
Understanding And Managing Halaman 131-133.
The Human Side Of Work.
New Jersey: Prentice-Hall Katz, D. & Kahn, R.L. 1978. The
International. social psychology of
organizations. New York:
Greenberg, J. & Scott, K.S. 1996. Why Wiley.
do employees bite the hands
that feed them? Employee theft Kreitner, R. & Kinicki, A. 2001.
as a social exchange process. Organizational Behavior. New
In: Staw BM and Cummings York: McGraw-Hill
LL. (Eds). Res. Organ. Behav., Companies, Inc.
18: 111-66.
Landy, J.F. 1989, Psychology at Work
Hadi, S. 1989. Metodologi Research Behavior, California: Books,
untuk Penulisan Paper, Skripsi, Cole Publishing Company.
Thesis dan Disertasi, Jilid III,
Yogyakarta: Penerbit Andi
Offset.

Kepuasan Kerja dan Perilaku Kewargaan Organisasional Pada Karyawan


17
(Nicholas, Dewi Puri dan I Gusti Ayu)
Lee, K., & Allen, N. J. 2002. McAlister, D. 1991. Regrounding
Organizational citizenship organizational citizenship
behavior and workplace behavior research. Academy of
deviance: The role of affect and Management.
cognitions. Journal of Applied
Psychology, 87(1), 131–142. McCormick, E.J., and Ilgen, D.R.
(1980), Industrial Psychology
LePine, J.A., Erez, A. & Johnson, D.E. (7th ed.), Englewood Cliffs, New
2002. The nature and Jersey: Prentice-Hall, Inc.
dimensionality of
organizational citizenship Mohammad, J., Habib, F.Q. and Alias,
behavior: A critical review and M.A. 2011. Job satisfaction and
meta-analysis. Journal of organisational citizenship
Applied Psychology. Volume behaviour: an empirical study
87. Halaman 52-65. at higher learning institutions.
Asian Academy of
Lianda, W.S. 2003. Studi Eksploratif Management Journal, Vol. 16,
Tentang Faktor-faktor Kepuasan No. 2, 149–165
Kerja (Sebuah Pengamatan pada
Kelompok Karyawan PT Bank Moorman, R.H. 1991. Relationship
Danamon Indonesia Kantor Between Organizational Justice
Wilayah IV Makasar, Skripsi And Organizational Citizenship
(tidak diterbitkan), Fakultas Behaviors: Do Fairness
Psikologi, Universitas Sanata Perceptions Influence
Dharma, Yogyakarta. Employee Citizenship? Journal
of Applied Behavior. Volume
Lovell, S.E. 1999. Does Gender Affect 76. Nomor 6. Halaman 845-
The Link Between 855.
Organizational Citizenship
Behavior And Performance Moorman, R. H. 1993. The influence
Evaluation? of cognitive and affective
http://www.findarticles.com based job satisfaction measures
on the relationship between
Luthans, F. 2006. Prilaku Organisasi. satisfaction and organizational
Yogyakarta: ANDI citizenship behavior. Human
Relations, 46, 756–776.
MacKenzie, S.B., Podsakoff, P.M. &
Ahearne, M. 1998. Some Morrison, E. W. 1994. Role definitions
possible antecedent and and organizational citizenship
consequences in-role and extra- behavior: the importance of the
role salesperson performance. employee perspective.
Journal of marketing. Volume Academy of Management
62. Nomor 3. Halaman 87-98. Journal, 37, 1543–1567.

Jurnal SPIRITS Vol. 4, No. 2, Mei 2014 ISSN: 2087-7641 18


Motowildo, S.J., Packard, J.S., & Organ, D.W. & Konovsky, M.A. 1988.
Manning, M.R. 1986. Cognitive Versus Affective
Occupational stress: its causes Determinants of Organizational
and consequences for job Citizenship Behavior. Journal
performance. Journal of of Applied Psychology.
Applied Psychology, 71, 618- Volume 75. Nomor 1. Halaman
29. 157-164.

Muchinsky, P.M. 1987. Psychology Organ, D. W. and K. Ryan: 1995, ‘A


Applied to Work: An Meta-Analytical Review of
Introduction to Industrial and Attitudinal and Dispositional
Organizational Psychology, Predictors of Organizational
Illonis: The Dorsey Press Citizenship Behavior’,
Chicago. Personnel Psychology 48, 775–
802.
Muchinsky, P.M. 2003. Psychology
Applied to Work. Thomson Othman. N. 2002. Antecedent of
Wadsworth, Belmont, USA. organizational citizenship
behavior. Unpublished master's
Murphy G, Athanasau J, Neville K thesis, Universiti Utara
2002. Job Satisisfaction and Malaysia.
Organisational Citizenship
Behaviour. J. Manag. Psychol. Pearce, J.L. & Gregersen, H.B. 1991.
17: 287-297. Task Interdependence And
Organ, D.W. 1988. Organizational Extra-Role Behavior: A Task
citizenship behavior. The good Of The Mediating Effects Of
soldier syndrome. Lexington, Felt Responsibility. Journal Of
MA: Lexington Books. Applied Psychology. Volume
76. Nomor 6. Halaman 838-
Organ, D.W. 1990. The motivational 844.
basis of organizational
citizenship behavior. In B.M. Podsakoff, P.M., MacKenzie, S.B.,
Staw & L.L. Cummings (Eds.). Paine, J.B. & Bachrach, D.G.
Research in organizational 2000. Organizational
behavior. Volume 12. Halaman citizenship behaviors : A
43-72. Greenwich, CT: JAI critical review of the
Press. theoretical and empirical
literature and suggestions for
Organ, D.W. 1997. Organizational future research. Journal of
citizenship behavior: It’s Management. Volume 26.
construct clean-up time. Nomor 3. Halaman 513-563.
Human Performance. Volume
10. Halaman 85-97.

Kepuasan Kerja dan Perilaku Kewargaan Organisasional Pada Karyawan


19
(Nicholas, Dewi Puri dan I Gusti Ayu)
Rahmawati, S. 1994, Hubungan antara Psikologi. Universitas Gadjah
Asertifitas dan Locus of Control Mada. Yogyakarta.
dengan Kepuasan Kerja, Skripsi
(tidak diterbitkan), Fakultas Smith, C.A., Organ, D. & Near, J.
Psikologi, Universitas Gajah 1983. Organizational
Mada, Yogyakarta. citizenship behavior: Its nature
and antecedents. Journal of
Robbins, S.P. 1998, Organizational Applied Psychology. Volume
Behavior: Concept, 68. Halaman 653-663.
Controversies, Applications (8th
ed.), Englewood Cliffs, New Smither, R.D. 1994. The Psychology
Jersey: Prentice-Hall of Work and Human
International, Inc. Performance (2 nd
ed.), New
York: Harper Collins College
Rotundo, M. & Sackett, P.R. 2002. Publisher, Inc.
The relative importance of task,
citizenship and counter- Statt, A.D. 1994, Psychology and the
productive performance to World of Work, New York
global ratings of job University Press.
performance: A policy-
capturing approach. Journal of Sudjana, N. 1992. Metode Statistik.
Applied Psychology. Volume Bandung: Tarsito
87. Halaman 66-80.
Sugiyono 2003. Statistik untuk
Siagian, S.P. 1989, Teori Motivasi dan Penelitian. Bandung: CV AlfaBeta.
Aplikasinya, Jakarta: Bina Aksara.
Supratiknya, A. 1998. Psikometri,
Simarmata, N. 2005. Hubungan antara Yogyakarta: Pusat Penerbitan
Kecerdasan Emosional dan dan Pengembangan Sumber
Kepuasan Kerja pada Belajar Fakultas Psikologi
Karyawan. Skripsi. Tidak Universitas Sanata Dharma.
diterbitkan. Fakultas Psikologi.
Universitas Sanata Dharma. Suryabrata, S. 1983, Metode
Yogyakarta. Penelitian, Jakarta: Erlangga.

Simarmata, N. 2008. Hubungan antara Suryabrata, S. 1990. Pembimbing ke


Kepemimpinan Psikodiagnostik. Edisi kedua.
Transformasional dan Yogyakarta. Raka Sarasin.
Pertukaran Atasan Bawahan
terhadap Laku Warga Tiffin, J. and McCormick, E.J. 1961,
Organisasi Karyawan. Tesis. Industrial Psychology,
Tidak diterbitkan. Fakultas Englewood Cliffs: Prentice-Hall,
Inc.

Jurnal SPIRITS Vol. 4, No. 2, Mei 2014 ISSN: 2087-7641 20


View publication stats

Truckenbrodt, Y.B. 2000. The Wexley, K.N. and Yukl, G.A. 1977,
Relationship between Leader- Organizational Behavior and
Member Exchange and Personnel Psychology, Illionis:
Commitment and Richard D. Erwin, Inc.
Organizational Citizenship
Behavior, Acquisition Review Wexley, K.N., & Yukl, G.A. 1988,
Quarterly. Prilaku Organisasi dan Psikologi
Personalia, Jilid I, Buku Asli
Van Dyne, L.N. & Ang, S. 1998. Diterbitkan Tahun 1977, Jakarta:
Organizational Citizenship Bina Aksara.
Behavior of Contingent
Workers In Singapore. Widyastanti, P. 1998, Kepuasan Kerja
Academy of Management dan Disiplin Kerja pada Polantas
Journal. Volume 41. Nomor 6. Polres Sleman Yogyakarta,
Halaman 692-703. Skripsi (tidak diterbitkan),
Fakultas Psikologi, Universitas
Van Dyne, L., Cummings, L.L. & Gajah Mada, Yogyakarta.
Parks, J.M. 1995. Extra-role
behaviors: In pursuit of William, L.J. & Anderson, S.E. 1991.
construct and definitional Job Satisfaction and
clarity. Research in Organizational Commitment as
Organizational Behavior. Predictors of Organizational
Volume 17. Halaman 215-285. Citizenship and In-role Behavior.
Journal of Management. Volume
17. Halaman 601-61.

Kepuasan Kerja dan Perilaku Kewargaan Organisasional Pada Karyawan


21
(Nicholas, Dewi Puri dan I Gusti Ayu)

You might also like