You are on page 1of 10

Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems).

1/13 (2017), 11-20


DOI: http://dx.doi.org/10.21609/jsi.v13i1.514

ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN MANAJEMEN


PENGETAHUAN: STUDI KASUS BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN,
KEMENTERIAN KEUANGAN

Hafid Mukhlasin, Indra Budi

Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya
Nomor 4, Jakarta, 10430, Indonesia

E-mail: hafidmukhlasin@gmail.com, indra@cs.ui.ac.id

Abstract

One strategy of the Ministry of Finance in the institutional transformation is to strengthen the role of
Financial Education and Training Agency (FETA) in the development of human resources is to be-
come a corporate university. Furthermore, base on theory that one of the important elements that should
exist in an organization to become a corporate university is knowledge management (KM). The problem
which occurs in FETA is that the organization does not have specific mechanisms to manage the
knowledge. Moreover, to overcome that problem, the organization need to build a KM system that
allows each individual to share useful knowledge for the organization. As the first step, it needs a good
preparation to lessen the failure in implementing it; which is by measuring the readiness level of
knowledge management implementation. Therefore, this study aims to measure the readiness level of
knowledge management implementation in FETA in order to provide recommendations for improving
the readiness of it. The readiness level is measured based on the variables mapping including KM
Infrastructure, KM Enabler, and KM Critical Success Factor and then mapped into the KM aspects.
The data were collected by using a sample survey method which were gathered from the employees of
FETA. The data are then analyzed descriptively and inferentially to get the description about the
readiness level of FETA in implementing knowledge management. Based on this research, it can be
concluded that FETA is at the receptive level of readiness in implementing knowledge management. It
indicates that all the indicators in KM, have been very supportive to the implementation of KM in
FETA.

Keywords: knowledge management, knowledge management readiness, KM enabler, KMCSF, KM


infrastructure

Abstrak

Salah satu strategi Kementerian Keuangan dalam transformasi kelembagaan adalah memperkuat pe-ran
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) dalam pengembangan sumber daya manusia yaitu
dengan menjadi corporate university. Berdasarkan teori, salah satu elemen penting yang harus ada pada
sebuah organisasi untuk menjadi corporate university adalah manajemen pengetahuan (KM). Permasa-
lahan yang terjadi adalah BPPK belum memiliki mekanisme untuk mengelola pengetahuan tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut, BPPK perlu membangun sistem KM sehingga memudahkan setiap
individu untuk berbagi pengetahuan yang bermanfaat bagi organisasi. Sebagai langkah awal, diperlukan
persiapan yang matang untuk mengurangi kegagalan dalam penerapannya yaitu dengan mengukur
tingkat kesiapan penerapan KM. Oleh karenanya penelitian ini bertujuan mengukur tingkat kesiapan
penerapan KM di BPPK sehingga dapat memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kesiapannya.
Tingkat kesiapan ini diukur berdasarkan pemetaan variabel KM Infrastructure, KM Enabler, dan KM
Critical Success Factor yang kemudian dipetakan ke dalam aspek KM. Data penelitian dikumpulkan
menggunakan metode survei tehadap sampel pegawai BPPK. Data tersebut kemudian dianalisis secara
deskriptif dan inferensial untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kesiapan BPPK. Berdasarkan
penelitian ini diketahui bahwa BPPK berada pada tingkat receptive yang mengindikasikan bahwa
semua indikator dalam KM sudah sangat mendukung untuk diterapkannya KM di BPPK

Kata Kunci: manajemen pengetahuan, kesiapan manajemen pengetahuan, KM enabler, KMCSF, KM


infrastructure

1. Pendahuluan wa Kemenkeu memiliki unit eselon satu yang me-


miliki tugas utama melaksanakan pendidikan dan
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) pelatihan (diklat) di bidang keuangan negara yaitu
nomor 184 tahun 2010 tentang organisasi dan tata Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
kerja kementerian keuangan (Kemenkeu) [1], bah- (BPPK).

11
12 Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems), Volume 13, Issue 1, April 2017

Untuk mendukung reformasi birokrasi seba- akan ikut berpindah bersama dengan pemiliknya
gaimana yang diamanatkan oleh pemerintah mela- apabila tidak terdokumentasi dengan baik.
lui peraturan presiden (Perpres) nomor 81 tahun Oleh karena itu perlu adanya mekanisme un-
2010 tentang grand design RB 2010-2015 [2], tuk mengelola pengetahuan dengan baik sehingga
maka Kemenkeu melakukan transformasi kelem- memudahkan setiap individu untuk berbagi pe-
bagaan yang diatur dalam keputusan menteri keu- ngetahuan maupun belajar hal baru yang berman-
angan (KMK) nomor 36 tahun 2014 tentang cetak faat bagi organisasi. Berdasarkan hasil wawancara
biru program transformasi kelembagaan Kemen- dengan pejabat internal diperoleh informasi BPPK
keu tahun 2014-2025 [3]. memang belum menerapkan KM.
Berdasarkan KMK nomor 36 tahun 2014 ter- KM ini sejalan dengan salah satu strategi
sebut, bahwa terdapat peluang untuk memperkuat BPPK yang tertuang dalam rencana strategis
peran BPPK sebagai badan diklat agar dapat me- (Renstra) BPPK 2015–2019 [6], terutama untuk
mainkan peran yang lebih besar dalam transfor- mendukung arah kebijakan dan strategi BPPK ter-
masi Kemenkeu yaitu dengan menjadikan BPPK kait pengembangan SDM yaitu pengembangan
sebagai unit yang memiliki peran strategis dalam KM untuk kebutuhan diklat yang diarahkan untuk
pengembangan sumber daya manusia (SDM) di menjadi bagian utama dalam pengembangan sis-
Kemenkeu. tem KM Kemenkeu.
Allen [4] mendefinisikan bahwa corporate Sebelum menerapkan KM pada organisasi,
university (Corpu) adalah entitas pendidikan yang perlu dilakukan pengukuran kesiapannya sehingga
merupakan alat strategis yang dirancang untuk diharapkan bisa mengurangi risiko kegagalan da-
membantu organisasi. Di samping itu, Allen [5] lam penerapan manajemen pengetahuan tersebut.
juga menjelaskan bahwa Corpu adalah penang- Menurut Atrinawati dan Surendro [8], beberapa
gung jawab dalam pengembangan SDM dan pen- proyek penerapan KM mengalami kegagalan. Hal
ingkatan kemampuan organisasi. itu terjadi karena penerapan hanya dilakukan ber-
Berdasarkan konsep tersebut dapat disim- dasarkan teori dan tidak mempertimbangkan as-
pulkan bahwa transformasi BPPK merupakan se- pek-aspek tertentu dari organisasi.
buah perubahan bentuk organisasi dari unit diklat Berdasarkan hasil wawancara yang dilaku-
biasa menjadi sebuah Corpu. kan, dapat disimpulkan bahwa BPPK hingga saat
Berkaitan dengan hal tersebut, melalui ke- ini belum melakukan kajian yang mengukur kesi-
putusan menteri keuangan nomor 466 tahun 2015 apan penerapan KM. Oleh karena itu pertanyaan
tentang rencana strategis (renstra) Kemenkeu penelitian ini adalah sejauh mana tingkat kesiapan
2015-2019 [6], bahwa salah satu strategi yang di- BPPK dalam menerapkan manajemen pengetahu-
lakukan adalah melakukan integrasi diklat yang an.
jelas dan menyeluruh dengan konsep Corpu mela- Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
lui penguatan lembaga pendidikan kedinasan yang yaitu: mengetahui tingkat kesiapan BPPK dalam
saat ini ada dan penguatan fungsi perencanaan, menerapkan KM sehingga dapat memberikan re-
pengembangan dan evaluasi pelatihan untuk men- komendasi berupa strategi perbaikan untuk me-
jamin terjadinya link and match dengan tujuan ningkatkan kesiapan BPPK dalam menerapkan
strategis dari organisasi. KM tersebut.
Menurut Alen [5], salah satu elemen penting
yang harus ada dalam sebuah organisasi untuk Perkembangan Rencana Penerapan KM BPPK
menerapkan konsep Corpu adalah adanya mana-
jemen pengetahuan (KM). Hal ini juga senada de- Berdasarkan hasil observasi dan wawan-cara ter-
ngan Perpres nomor 81 tahun 2010 [2] bahwa kait kondisi perkembangan BPPK menuju penera-
strategi RB adalah menerapkan KM agar terjadi pan KM, maka dapat disimpulkan bahwa:
suatu proses pembelajaran dan tukar pengalaman 1) Ada arahan dan komitmen dari pimpi-nan
yang efektif bagi organisasi dalam melaksanakan tertinggi dalam hal ini Menteri Keuangan dan Ke-
reformasi birokrasi. pala BPPK untuk membangun KM yang disam-
Apabila ditinjau dari sudut pandang SDM, paikan pada kegiatan resmi BPPK (Rakor BPPK
maka dapat diketahui fakta bahwa tingkat mutasi 2016)
dan promosi pegawai BPPK pada dua tahun ter- 2) BPPK telah membentuk tim KM pusat yg
akhir (2014 dan 2015) mencapai lebih dari seper- bertugas untuk melakukan insialisasi KM di BPPK
tiga (35%) jumlah pegawai BPPK yang aktif. Pa- seperti menyusun kebijakan atau peraturan terkait
dahal menurut Mulyono, Harisno, dan Kristianto KM, merancang prototype KM, merancang KMS,
[7], pengetahuan yang ada pada individu ini bisa mengadakan workshop KM
saja hilang ketika mereka tidak lagi berada pada 3) BPPK telah mempersiapkan prototype
jabatan tersebut dalam organisasi hal ini karena model KM dimana KM dibagi menjadi dua yaitu
pengetahuan yang tersimpan di dalam individu KLC (Knowledge Learning Center) sebagai media
Hafid Mukhlasin, et al., Analisis Pengukuran Tingkat Kesiapan Penerapan Manajemen 13

atau tempat belajar dan KBS (Knowledge Base nakan sebagai sarana untuk saling berinteraksi.
System) sebagai tempat penyimpanan pengetahu- Dengan mengakses intranet setiap hari, pegawai
an. Prototype ini akan dijalankan untuk BPPK dan BPPK diharapkan mampu memperoleh informasi
Pusdiklat mulai tahun 2017, untuk kemudian jika terkait BPPK.
dianggap bagus maka akan dijadikan model KM
bagi unit eselon 1 lain di Kemenkeu sampai akhir- Manajemen Pengetahuan (KM)
nya menjadi model KM Kemenkeu.
4) BPPK telah menyelenggarakan work-shop Menurut Fernandez dan Sabherwal [9], Crane [12],
KM sebanyak dua kali (Oktober 2016 dan No- dan Cheng [11], KM dapat diartikan sebagai
vember 2016) yang dihadiri oleh perwakilan dari strategi manajemen dalam hal menemukan, me-
tiap Pusdiklat. Tujuan dari workshop ini ada-lah nangkap, berbagi, dan menerapkan pengetahuan
memberikan pemahaman tentang KM sehing-ga dengan tujuan untuk mendukung organisasi dalam
setiap Pusdiklat dapat menerapkan KM yang seja- menciptakan struktur yang mampu mempertahan-
lan dengan rencana strategis BPPK. kan, menciptakan dan menerapkan pengetahuan
5) BPPK telah mengadakan workshop KM yang tidak hanya untuk pemecahan masalah tetapi
sebanyak tiga angkatan, yang materinya lebih ke juga untuk mencapai tujuan orga-nisasi.
arah teknis TI yaitu tentang pembuatan materi-
materi digital (multimedia) yang nantinya sebagai KM Readiness
media penyebaran pengetahuan.
6) BPPK telah mengadakan studi banding ke KM readiness adalah seperangkat kemampuan
organisasi atau perusahaan yang telah sukses me- suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai
nerapkan KM seperti Telkom dan Pertamina. infrastruktur yang dibutuhkan dalam KM serta ka-
7) BPPK telah membentuk tim KM Pus-di- pasitas dalam memanfaatkannya Holt, Bartczak,
klat yang bertugas memberikan kontribusi terha- Clark, dan Trent [13]. Adapun menurut Karim,
dap prototype aplikasi KLC berupa materi diklat Mohammad, Abdullah, dan Razi [14], KM rea-
dari Pusdiklat diness adalah sikap anggota organisasi ter-hadap
8) Widyaiswara dan dosen BPPK akan men- KM (pesimisme, afektif, kelangsungan, dan nor-
jadi ujung tombak KM BPPK, dalam hal: pengisi matif) dan menemukan faktor-faktor yang meme-
konten, tim sosialisasi, fasilitator pembuatan ma- ngaruhinya (individu, konteks, konten, dan pro-
teri digital. ses).
9) BPPK telah memiliki aplikasi-aplikasi la- Menurut Mohammadi, Khanlari, dan Sohrabi
in yang cukup menunjang untuk proses KM seper- [15], KM readiness adalah kemampuan organisa-
ti BPPK TV, forum intranet BPPK, SIM Diklat, si, departemen, atau suatu kelompok supaya da-pat
SMS gateway, dsb. berhasil mengadopsi dan mengambil manfaat dari
10) Di samping itu, BPPK mulai tahun 2016 KM. KM readiness dapat menjawab dua per-
ini mencanangkan program internalisasi nilai-nilai tanyaan dasar, yaitu: 1) Bagaimana kondisi ke-
Kemenkeu (INKK). Adapun nilai-nilai Kemenkeu mampuan KM organisasi saat ini? 2) Perubahan
tersebut yaitu: integritas, profesionalisme, sinergi, apa yang diperlukan organisasi sebelum mengim-
pelayanan dan kesempurnaan. Terdapat beberapa plementasikan KM?
kegiatan dalam nota dinas tersebut yang terkait
dengan KM, yaitu: Solusi dan Pondasi KM
a) Penyebarluasan informasi mengenai kode
etik dan disiplin pegawai secara rutin terutama Menurut Fernandez dan Sabherwal [9], KM ber-
untuk pegawai baru. gantung pada dua aspek yaitu solusi KM dan pon-
b) Melakukan knowledge sharing minimal dasi KM. Solusi KM mengacu kepada langkah-
satu minggu sekali untuk meningkatkan pengeta- langkah spesifik KM yaitu (menemukan, menang-
huan pegawai dalam melaksanakan tugas sehari- kap, berbagi, dan menerapkan pengetahuan) yang
hari. dapat dicapai.
c) Akses ke surat elektronik yang berguna Adapun pondasi KM mengacu pada aspek
untuk menambah pengetahuan pegawai mengi- organisasi secara keseluruhan yang mendukung
ngat Kemenkeu senantiasa mengirimkan infor- KM baik jangka pendek maupun jangka panjang.
masi terkait kegiatan, kebijakan, maupun buletin Solusi KM meliputi proses KM dan sistem KM
yang diterbitkan oleh Kemenkeu. sedangkan pondasi KM meliputi: infrastuktur KM,
d) Melakukan sosialisasi tugas dan fungsi mekanisme KM, dan teknologi KM.
serta uraian jabatan kepada pegawai yang beralih Sesuai dengan konteks organisasi, infra-
tugas atau yang menduduki jabatan baru struktur KM meliputi lima komponen utama (bu-
e) Akses ke intranet, yang mana intranet se- daya organisasi, struktur organisasi, infrastruktur
bagai wadah berbagi informasi dapat juga digu- teknologi informasi, pengetahuan umum, dan lin-
14 Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems), Volume 13, Issue 1, April 2017

gkungan fisik), mekanisme KM adalah cara atau 2) Pradana dkk [21] yaitu: keahlian berben-
langkah-langkah yang digunakan organisasi atau tuk T, kepemimpinan, kemampuan dan keahlian
struktural untuk mempromosikan KM, sedangkan yang dibutuhkan dalam tugas, motivasi, suasana
teknologi KM adalah teknologi informasi yang keja unit, ekspektasi performa dan ekspektasi usa-
dapat digunakan untuk memfasilitasi KM. ha, struktur informal, struktur desentralisasi.
Terkait dengan pengukuran kesiapan KM, 3) Rafieyzadeh [22] yaitu: budaya organisa-
maka komponen-komponen yang perlu diukur si, kepemimpinan organisasi, strategi organisasi,
adalah komponen-komponen pada area KM foun- teknologi informasi, akuisisi pengetahuan, kon-
dation. Hal ini karena komponen-komponen pada versi pengetahuan, penyimpanan pengetahuan dan
area inilah yang menjadi pondasi atau kaki dari pemanfaatan pengetahuan.
berdirinya KM. 4) Mamaghani dkk [23] yaitu: strategi pe-
ngetahuan, dukungan manajemen, pengukuran
KM Enabler performa, struktur organisasi, pembelajaran orga-
nisasi, dukungan keuangan, budaya organisasi,
Menurut Lee dan Choi [16], KM enabler sebagai dorongan motivasi, komunikasi dan kerja kelom-
mekanisme organisasi dalam mengembangkan KM pok, infrastuktur teknis, operasional terpadu, kea-
secara konsisten. Fitriadi [17] telah mengi- manan.
dentifikasi KM enabler dari hasil penelitian sebe- 5) Al-Bastaki dan Shajera [24] yaitu: keper-
lumnya, bahwa terdapat tiga KM enabler yaitu cayaan, kolaborasi, pembelajaran, desentralisasi,
struktur organisasi, budaya organisasi dan infra- informal, sistem reward, dukungan TI.
struktur TI.
Adapun Setiawan [18] juga telah mengiden- Kerangka Kerja KM Readiness
tifikasi KM enabler dari penelitian sebelumnya,
bahwa terdapat sembilan KM enabler yaitu orga- Kerangka kerja KM readiness yang digunakan
nisasi, budaya, pembelajaran, kepemimpinan, du- untuk penilaian kesiapan organisasi dalam mene-
kungan IT, T-shaped skill, strategi, proses, dan rapkan KM ini dibuat memetakan variabel dari KM
pengetahuan. infrastructure, KM enabler, dan KMCS.
Komponen-komponen di atas jika dikaitkan Hal ini karena, KM infrastructure merupa-
dengan solusi dan pondasi KM maka masuk ke kan bagian dari KM foundation yang dapat digu-
area KM foundation. nakan untuk mengetahui kesiapan KM. Adapun
menurut Holt dkk [13], faktor KM enabler juga
KM Critical Success Factor menunjukkan kesiapan suatu organisasi terhadap
KM. Demikian juga menurut Mohammadi, Khan-
KMCSF (KM Critical Success Factor) me-rupakan lari, dan Sohrabi [15], instrumen yang digunakan
faktor-faktor yang menjadi kunci keber-hasilan untuk melakukan penilaian dapat dibangun berda-
penerapan KM pada suatu organisasi. Hal ini sarkan KMCSF.
sebagaimana yang dipaparkan Al-Mabrouk [19], Penilaian kesiapan organisasi terhadap pene-
bahwa KMCSF telah diidentifikasi dan dia-kui rapan KM dapat direalisasikan menggunakan sur-
sebagai dasar bagi keberhasilan organisasi dan vei dengan respondennya adalah manajer maupun
peningkatan kinerja pada berbagai bidang kegia- staf (Mahmod, Rosnan, dan Hazman-Fitri [25]).
tan. Selain itu, kesiapan ini perlu diukur agar penera-
Faktor-faktor KMCSF yang digunakan pada pan KM pada organisasi bisa berjalan lancar sesuai
penelitian ini merujuk pada lima penelitian sebe- rencana. Hal ini sebagaimana yang disam-paikan
lumnya sebagai berikut. oleh Fernandez dan Sabherwal [9], bahwa
1) Nejadhussein dan Azadbakht [20] yaitu: pengukuran KM merupakan faktor penting (criti-
monopoli pengetahuan, pengetahuan adalah keku- cal factor) dalam penerapan KM.
atan, reward dan pengakuan, kepercayaan, sum-ber
pengetahuan, kurangnya atmosfer kerjasama, Aspek KM
kurangnya ketertarikan menggunakan teknologi
informasi, kompetisi antar individu, kurangnya Menurut Hlupic, Pouloudi, dan Rzevski [26], as-
kerjasama profesional antara professor di univer- pek dari KM dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1)
sitas, skill riset yang minim, pendidikan yang me- hard, 2) soft, 3) abstract.
lampaui batas, kurangnya relevansi program di- Aspek hard atau teknis merupakan peralatan
klat terkait inisiatif KM, kurangnya dukungan un- yang diperlukan untuk menciptakan pengetahuan,
tuk berpartisipasi dalam seminar dan konferensi, mengodifikasi pengetahuan, dan memindahkan
kurangnya tempat bagi para staf untuk bertemu pengetahuan dari individu ke departemen serta ke
satu sama lain, kurangnya kerjasama dengan sek- organisasi.
tor industri untuk melakukan riset.
Hafid Mukhlasin, et al., Analisis Pengukuran Tingkat Kesiapan Penerapan Manajemen 15

Aspek soft yaitu aspek KM yang dipengaruhi Metode Pengumpulan Data


oleh manusia dan organisasi, sedangkan aspek ab-
stract yaitu terkait dengan pemahaman individu Berdasarkan kedelapan penelitian terdahulu Neja-
terhadap definisi KM, manfaat dan peranan KM, dhussein dkk [20], Pradana dkk [21], Rafieyzadeh
serta dampak KM bagi organisasi dan bagaimana dkk [22], Mamaghani dkk [23], Al-Bastaki dan
menerapkan KM. Shajera, [24], Zaidiah, [29], Fitriadi, [17], dan
Pada penelitian ini, variabel penelitian dikla- Setiawan, [18] yang telah dibahas pada bagian se-
sifikasikan berdasarkan tiga aspek KM. belumnya yang sama-sama menggunakan metode
pengumpulan data survei dengan instrumennya
2. Metode Penelitian adalah kuesioner, maka penelitian ini juga meng-
gunakan metode tersebut.
Alur Penelitian Menurut Sugiyono [28] metode survei ada-
lah metode penelitian yang dilakukan pada popu-
Rujukan yang digunakan untuk menyusun alur pe- lasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipela-jari
nelitian adalah berasal dari Creswell [27] dan Su- adalah data dari sampel yang diambil dari po-pulasi
giyono [28] kemudian diolah kembali untuk dise- tersebut.
suaikan dengan kondisi penelitian ini ditunjukkan
oleh Gambar 1. Metode Analisis Data

Populasi dan Sampel Rumusan masalah pada penelitian ini ter-golong


rumusan masalah deskriptif yaitu rumusan ma-
Populasi yang dijadikan objek penelitian adalah salah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap
semua pegawai BPPK (PNS) yaitu 1.316 orang keberadaan variabel mandiri baik hanya pada satu
yang tersebar di 13 wilayah Indonesia, dikurangi variabel atau lebih, tidak ada perbandingan antar
dengan pegawai yang dipekerjakan di luar instansi variabel serta tidak ada pencarian hubungan antar
BPPK (20 pegawai), sehingga totalnya 1296. variabel. Oleh karenanya menurut Sugiyono [28],
Untuk menentukan ukuran atau jumlah sam- analisis datanya menggunakan metode statistik
pel yang dibutuhkan dalam penelitian ini meng- deskriptif.
gunakan metode Slovin yaitu metode yang umum Pada penelitian ini, hipotesis tidak dirumus-
dan mudah digunakan untuk menghitung jumlah kan sehingga analisis data difokuskan untuk men-
sampel minimal. Adapun rumus n = N / (1+Ne2). jawab pertanyaan penelitian, namun apabila hipo-
Diketahui jumlah populasi (N) adalah 1.296, dan tesis dirumuskan maka analisis data difokuskan
batas toleransi kesalahan (e) = 5% karena untuk menguji hipotesis (Sugiyono [28]).
penelitian ini adalah penelitian sosial. Oleh karena Oleh karenanya untuk menjawab pertanyaan
itu, didapatkan bahwa jumlah sampel mini-mal penelitian ini maka dilakukan dengan cara meng-
yang dibutuhkan sebanyak 306 sampel. hitung bobot rata-rata dari setiap jawaban atas item
pertanyaan pada setiap variabel. Untuk ke-mudian
hasil dari rata-rata setiap variabelnya di-
kelompokkan berdasarkan aspeknya baru kemu-
dian dihitung rata-rata totalnya untuk dibanding-
kan dengan level kesiapan KM.
Hanya saja menurut Sugiyono [28], analis-is
deskriptif tidak serta merta dapat digunakan untuk
mengambil kesimpulan secara general pada popu-
lasi melainkan hanya berlaku untuk sampelnya sa-
ja. Oleh karena itu hasil perhitungan tersebut per-
lu diuji terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan supa-
ya bisa digeneralisir ke populasi. Adapun nilai hi-
potesis disusun berdasarkan persentase pada ting-
katan kesiapan KM.
Misalnya jika nilai rata-rata total berada pa-
da kesiapan KM tingkat ready (41% sampai de-
ngan 60%) maka rumusan hipotesisnya yaitu hi-
potesis nol adalah nilai rata-rata total lebih besar
sama dengan 41%, sedangkan hipotesis alternatif:
nilai rata-rata total kurang dari 41%. Atau bisa
disingkat menjadi H0: μ0≥41% dan Ha: μ0<41%.
Gambar 1. Alur Penelitian
16 Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems), Volume 13, Issue 1, April 2017

TABEL 1
VARIABEL DAN INDIKATOR PENELITIAN
No Variabel Indikator
1 Budaya Adanya rasa saling percaya antar individu untuk berbagi pengetahuan [20], [24]
organisasi Adanya komunikasi yang terjalin antar individu dalam rangka berbagi pengetahuan [23]
Adanya kolaborasi atau kerjasama antar individu dalam rangka berbagi pengetahuan [20], [24], [21], [18]
2 Struktur Adanya unit / SDM (Chief Knowledge Officer) untuk mendukung KM [9]
organisasi Adanya fleksibilitas aturan dan prosedur yang ada di organisasi sehingga mendorong proses KM /
informalisasi [21]
Adanya distribusi konsentrasi pengambilan keputusan pada suatu organisasi / desentralisasi [21], [20]
Adanya sistem penghargaan sesuai dengan keterlibatannya pada proses KM [24] [20]
3 Infrastruktur Adanya sistem berbasis TI (baik hardware maupun software) yang mendukung proses KM [18], [20], [9],
TI [17], [22], [23]
Adanya penggunaan TI terkait proses KM [24]
Adanya fasilitas atau prosedur untuk mendukung keamanan data dan informasi [23]
4 Pengetahuan Adanya kumpulan pengetahuan organisasi yang meliputi segala informasi spesifik bagi organisasi [9], [18],
umum [24]
Adanya pemahaman tentang KM [9]
5 Lingkungan Adanya ruangan khusus bagi individu-individu dalam organisasi untuk bertemu dan berbagi pengetahuan
Fisik [24]
Adanya desain ruang kerja yang memudahkan untuk berinteraksi antar individu dalam rangka berbagi
pengetahuan [9]
6 Strategi KM Adanya strategi untuk mendukung KM [23]
Adanya keselarasan antara strategi KM dengan strategi organisasi [18], [22]
Adanya evaluasi terhadap performa KM [23]
7 Kepemim- Adanya dukungan dan komitmen dari pimpinan/manajemen baik dalam bentuk program kerja, arahan
pinan maupun penyediaan sumber daya untuk mendukung kegiatan KM [18], [21], [22], [23], [24]
Adanya anggaran untuk memfasilitasi atau mendukung kegiatan KM [23]
8 Pembelajar- Adanya kesempatan diklat yang merata untuk meningkatkan pengetahuan [24]
an Adanya relevansi program diklat terkait inisiatif KM [24]
Adanya penciptaan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi organisasi (best practice) dari hasil diklat,
pengalaman individu maupun benchmarking dengan organisasi lain [23], [18], [20], [31]
9 Kemampuan Adanya kemampuan dan keahlian individu yang dibutuhkan oleh organisasi [21], [18]
dan keahlian Adanya pemerataan pengetahuan pada masing-masing individu [24]
Adanya kemampuan untuk mempelajari atau meneliti hal baru dalam organisasi [24]
10 Motivasi Adanya tren bagi individu untuk melakukan atau mengambil peran dalam proses KM [21], [23]
Adanya kompetisi antar individu dalam melakukan proses KM [24]
Adanya keyakinan bagi individu bahwa dengan melakukan proses KM akan meningkatkan kinerja [21]

Menurut Sugiyono [30], pengujian hipo-tesis daan signifikan antara nilai rata-rata sampel di-
deskriptif pada dasarnya merupakan proses peng- bandingkan dengan nilai rata-rata populasi.
ujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan Uji ini dapat dilakukan dengan membanding-
pada satu sampel variabel. Kesimpulan yang diha- kan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat
silkan dari pengujian ini adalah apakah hipotesis kolom signifikansi pada masing-masing t hitung.
yang diuji itu dapat digeneralisasikan. Jenis uji t yang digunakan adalah uji t satu sampel
Adapun teknik analisis statistik yang diguna- atau parsial karena pengujiannya dilaku-kan pada
kan untuk pengujian tergantung pada bentuk hipo- satu kolom.
tesis dan jenis data yang akan dianalisis. Oleh ka- Nilai t tabel diketahui berdasarkan tabel t Su-
rena penelitian ini menggunakan bentuk hipotesis giyono [30] dengan asumsi error level 5% (pene-
deskriptif dan jenis datanya interval (skala likert litian sosial) dan jenis pengujian hipotesisnya one
yang diberi bobot) maka analisis data yang digu- tail test atau uji satu pihak karena hipotesisnya
nakan adalah analisis statistik inferensial uji t. menggunakan operator ≥ atau ≤.
Menurut Sugiyono [30], uji t dikenal dengan Cara pengambilan kesimpulannya adalah ji-
uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana penga- ka nilai t hitung lebih besar atau lebih kecil (ter-
ruh masing-masing variabel bebasnya secara sen- gantung operatornya) dari t tabel maka hipotesis
diri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Jika di- nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak, de-
kaitkan dengan konteks penelitian ini maka tujuan mikian juga sebaliknya.
uji t adalah untuk mengetahui apakah ada perbe-
Variabel dan Indikator Penelitian

Perancangan instrumen penelitian pada penelitian


ini dilakukan dengan memetakan variabel dari KM
infrastructure, KM enabler, dan KMCSF. Hal ini
Gambar 2. Skala KM Readiness (dalam satuan %) disebabkan karena ketiga hal ini meru-pakan
Hafid Mukhlasin, et al., Analisis Pengukuran Tingkat Kesiapan Penerapan Manajemen 17

TABEL 2 Instrumen kuesioner disusun berdasarkan variabel


PERHITUNGAN TOTAL KM READINESS dan indikator penelitian.
Aspek Variabel Nilai
Hard Infrastruktur TI 76,47%
78,03%
3. Hasil dan Pembahasan
Lingkungan Fisik 79,58%
Soft Budaya organisasi 84,01%
74,25% Struktur organisasi 65,61% Uji Validitas dan Reliabilitas
Kepemimpinan 74,57%
Pembelajaran 77,26% Jumlah responden yang digunakan pada uji validi-
Kemampuan dan keahlian 71,47% tas dan reliabilitas ini adalah 32 orang atau 10%
Motivasi 72,58%
Abstract Pengetahuan umum 71,42%
dari total jumlah responden pada penelitian ini.
71,57% Strategi KM 71,72% Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bah-
Rata-rata 74,47% wa terd apat tiga pertanyaan yang tidak valid. Oleh
karenanya, strategi yang dilakukan terhadap tiga
variabel penting untuk membangun sebuah KM pertanyaan tersebut adalah pertanyaan tersebut
pada organisasi. tidak akan dimasukkan ke dalam perhitungan
Pemetaan dilakukan dengan mengelompok- Berdasarkan uji reliabilitas, diketahui bahwa
kan variabel-variabel tersebut yang memiliki ke- tingkat reliabilitas semua variabel penelitian ini
samaan makna dan ruang lingkup. Selanjutnya di- baik dan atau dapat diterima sehingga dapat di-
lakukan validasi oleh ahli di bidang KM atau da- simpulkan bahwa instrumen penelitian dari kese-
lam hal ini dosen KM, dan pejabat di BPPK yang puluh variabel tersebut dapat menghasilkan data
mengikuti perkembangan KM BPPK dan atau yang konsisten dari waktu ke waktu
menjadi tim KM BPPK, serta widyaiswara BPPK
yang merupakan ujung tombak dari KM BPPK. Pengumpulan Data
Tabel 1 hasil dari pemetaan tersebut.
Variabel penelitian tersebut juga dipetakan ke Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan
dalam tiga aspek KM yaitu: hard (infrastruktur TI, menyebarkan kuesioner penelitian ke seluruh unit
lingkungan fisik), soft (budaya organisasi, struktur kerja di lingkungan BPPK. Terdapat dua versi ku-
organisasi, kepemimpinan, pembelajaran, esioner yang digunakan pada pen-elitian ini yaitu
kemampuan dan keahlian, motivasi), dan abstract versi online dan offline.
(pengetahuan umum, strategi KM). Periode penyebaran kuesioner dilakukan mu-
lai tanggal 8 November 2016 sampai dengan 4
Penyusunan Tingkat Kesiapan KM Desember 2016. Total kuesioner yang disebar
adalah sebanyak 372 kuesioner dan yang me-
Penamaan tingkatan kesiapan KM pada penelitian ngembalikan atau mengisi kuesioner sebanyak 309
ini mengacu pada penelitian Rao [32] yang mem- responden.
bagi tingkat kesiapan menjadi lima tingkatan yaitu
not ready, preliminary, ready (accepted), recep- Analisis Tingkat Kesiapan KM
tive (advocating and measuring), dan optimal (in-
stitusionalized). Berdasarkan lima tingkatan terse- Proses penilaian tingkat kesiapan penera-pan KM
but kemudian Zaidiah [29] membuat skala tingka- di BPPK ini menggunakan metode sta-tistik
tan kesiapan KM sebagaimana ditunjukkan pada deskriptif rata-rata dari keseluruhan variabel KM,
Gambar 2. kemudian dibandingkan dengan tingkat kes-iapan
Zaidiah [29] menggunakan persentase yang KM atau KM readiness level.
proporsional pada setiap tingkatannya. Tingkat not
ready artinya organisasi tersebut belum siap Secara keseluruhan, nilai rata-rata semua va-
menerapkan KM. Tingkat preleminary artinya or- riabel dalam penelitian ini adalah 74,47%. Oleh
ganisasi tersebut masih perlu dilakukan langkah- karenanya, berdasarkan tingkat kesiapan KM ma-
langkah untuk mencapai kesiapan KM. Tingkat ka nilai tersebut berada pada tingkat receptive ka-
ready artinya organisasi tersebut telah siap mene- rena berada pada range 61% sampai dengan 80%,
rapkan KM. Tingkat receptive artinya organisasi artinya menurut persepsi dari responden disim-
tersebut sudah ada efisiensi dari proses KM dan pulkan bahwa semua indikator pada masing-
standard/aturan KM. Tingkat optimal artinya or- masing variabel penelitian sudah sangat mendu-
ganisasi tersebut statusnya memiliki kemampuan kung untuk diterapkannya KM.
beradaptasi terhadap ketentuan untuk mencapai Hasil tingkat kesiapan tersebut perlu diuji
KM readiness. terelebih dahulu sebelum digeneralisasi ke po-
pulasi yaitu apakah ada perbedaan signifikan an-
Penyusunan Kuesioner Penelitian tara nilai rata-rata keseluruhan variabel penelitian
ini yang berada pada level receptive (61% sampai
18 Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems), Volume 13, Issue 1, April 2017

dengan 80%) dibandingkan dengan nilai rata-rata 3) Memberikan peran yang lebih kepada pa-
populasi. ra pegawai untuk turut terlibat dalam pengambilan
Untuk mencapai receptive maka nilai rata- keputusan organisasi dengan meningkatkan inten-
rata minimal yang harus dicapai adalah 61%. sitas diskusi ilmiah.
Berdasarkan hal tersebut maka rumusan hipo- 4) Memberikan aturan terkait reward atau
tesisnya sebagai berikut: : 61% dan penghargaan terhadap pegawai atas keterlibatan-
: 61% nya dalam proses atau kegiatan KM.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan Jika ditinjau dari aspek KM maka aspek ab-
dengan menggunakan statistik inferensial uji t stract ini mendapatkan nilai paling rendah yaitu
parsial one sample. Uji t ini dilakukan dengan 71,57%. Berdasarkan indikator dari setiap varia-
asumsi bahwa data yang dianalisis berdistribusi bel pada aspek abstract maka penulis memberikan
normal. Oleh karenanya perlu dipastikan dahulu beberapa rekomendasi yaitu dengan lebih meng-
bahwa data tersebut normal melalui uji normalitas galakkan lagi kegiatan-kegiatan yang bertujuan
data. untuk mensosialiasikan KM kepada seluruh pega-
Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov wai, tidak hanya untuk pegawai yang menjadi tim
menunjukkan nilai perhitungan signifikansinya KM saja namun juga pegawai lainnya baik di pusat
(Asymp. Sig) sebesar 0,293 atau lebih besar dari maupun daerah.
nilai signifikansi yang ditentukan yaitu 0,05.
Sehingga data diasumsikan normal. 4. Kesimpulan

Uji T Penelitian ini telah berhasil menyusun ke-rangka


kerja untuk mengukur kesiapan BPPK dalam me-
Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis berikut. nerapkan KM yang terdiri dari sepuluh variabel
: 61% dan : 61%. Di-ketahui penelitian (struktur organisasi, budaya organisasi,
jumlah sampel sebanyak 309, error level 5%, kepemimpinan, strategi KM, pembelajaran, pe-
sehingga nilai t tabel adalah 1,645. ngetahuan umum, kemampuan dan keahlian, mo-
tivasi, teknologi informasi, dan lingkungan fisik)
dan diklasifikasikan ke dalam tiga aspek KM (ab-
stract, hard, dan soft) serta penilaiannya meng-
√ gunakan 5 tingkat kesiapan KM (not ready, prele-
178.916 – 146.4 / (24,8 / √309) = 23,05 (1) minary, ready, receptive, dan optimal).
Tingkat kesiapan penerapan KM BPPK bera-
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui da pada tingkat receptive yang mengindi-kasikan
bahwa nilai t hitung (23,05) lebih besar dari t tabel bahwa semua indikator dalam KM sudah sangat
(1,645), sehingga hipotesis nol yang menyatakan mendukung untuk diterapkannya KM di BPPK.
nilai rata-rata lebih besar sama dengan 61% dite- Diharapkan BPPK bisa segera menerapkan
rima dan hipotesis nol ditolak. KM karena tingkat kesiapan penerapan KM-nya
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa telah berada pada tingkat receptive serta menerap-
posisi BPPK menurut persepsi dari pegawainya be- kan rekomendasi yang diajukan oleh penulis guna
rada pada level receptive (61-80%) artinya semua meningkatkan tingkat kesiapan tersebut.
indikator dalam KM sudah sangat mendukung un- Pada penelitian ini penentuan sampelnya
tuk diterapkannya KM di BPPK. menggunakan teknik convenience sampling (non
probability sampling). Oleh karena itu, pada pene-
Implikasi Penelitian litian selanjutnya sebaiknya menggunakan teknik
probablity sampling sehingga diharapkan sampel
Secara umum dapat disimpulkan bahwa BPPK su- yang didapat lebih mendekati representasi dari
dah siap dalam menerapkan KM. Hanya saja ada populasi.
satu variabel yang nilainya jauh di bawah rata-rata Pada penelitian ini, aspek dan variabel pene-
(74,61%) yaitu variabel struktur organisasi litian yang memengaruhi kesiapan KM diasumsi-
(65,61%). Oleh karenanya berdasarkan indikator kan memiliki bobot yang sama. Sehingga tidak
pada variabel tersebut maka penulis memberikan dapat diketahui dengan pasti tingkat kontribusi
beberapa rekomendasi yang memang belum dila- masing-masing aspek atau variabel tersebut terha-
kukan oleh BPPK. dap kesiapan KM. Oleh karena itu pada peneli-tian
1) Membentuk unit khusus yang bertang- selanjutnya sebaiknya terlebih dahulu dilaku-kan
gung jawab terhadap proses KM di BPPK pengukuran terhadap bobot masing-masing aspek
2) Menunjuk SDM yang bertugas sebagai atau variabel sebelum digunakan untuk pengu-
Chief Knowledge Officer. kuran kesiapan KM.
Hafid Mukhlasin, et al., Analisis Pengukuran Tingkat Kesiapan Penerapan Manajemen 19

Referensi [14] H. dan. C. B. Lee, “Knowledge management


enablers, processes, and organizational per-
[1] Kementerian Keuangan, Peraturan menteri formance: An integration and empirical exa-
keuangan 184 tahun 2010 tentang organisasi mination,” Journal of Management Informa-
dan tata kerja Kemenkeu, Jakarta: Kemen- tion Systems, p. 179–228, 2003.
terian Keuangan, 2010. A. W. Fitriadi, Analisis tingkat kesiapan imple-
[2] Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan mentasi knowledge management (KM readi-
presiden no. 81 tahun 2010 tentang grand de- ness): Studi kasus badan pusat statistik repu-
sign reformasi birokrasi 2010-2025, Jakarta: blik indonesia, Universitas Indonesia, 2016.
Republik Indonesia, 2010. [15] F. Setiawan, Analisa pengukuran tingkat
[3] Kementerian Keuangan, Keputusan menteri kesiapan implementasi knowledge manage-
keuangan no. 36 tahun 2014 tentang cetak ment (KM readiness) pada PT fajar hutama
biru program transformasi kelembagaan Ke- mandiri, Universitas Indonesia, 2013.
menkeu 2014-2025, Jakarta: Kementerian [16] K. Al-Mabrouk, “Critical success factors
Keuangan, 2014. affecting knowledge management adoption:
[4] M. Allen, The corporate university hand- A review of the literature,” Innovations in
book, New York: Amacom, 2002. Information Technology, pp. 1-6, 2006.
[5] M. Allen, The next generation of corporate [17] S. Nejadhussein dan P. Azadbakht, “Know-
universities, San Francisco: Pfeiffer, 2007. ledge management readiness in a university in
[6] Kementerian Keuangan, Keputusan menteri iran,” Journal of Knowledge-based Innova-
keuangan no. 466 tahun 2015 tentang ren- tion in China, pp. Vol. 3 Iss 3 pp. 172 - 183,
cana strategis Kemenkeu 2015-2019, Jakar- 2011.
ta: Kementerian Keuangan, 2015. [18] S. I. Pradana, A. Kurniawati dan N. Am-
[7] J. A. Mulyono, H. Harisno dan C. N. Kris- barsari, “Knowledge management system
tianto, “The development of knowledge ma- implementation readiness measurement in
nagement system model in xyz corporation,” PDII LIPI based on people and organiza-
dalam Teaching, Assessment and Learning tional structure factors,” Procedia Manufac-
for Engineering (TALE), Bali, 2013. turing 4, p. 216 – 223, 2015.
[8] L. H. Atrinawati dan K. Surendro, “Assess- [19] R. Rafieyzadeh, S. A. Ahmadi dan D. Vah-
ment for knowledge management readiness,” dat, “Assessing organizational readiness for
International Conference on Electrical Engi- knowledge management system implemen-
neering and Informatics, 2009. tation (case study: Department of informa-
I. B. Fernandez dan R. Sabherwal, Knowledge tion technology development at the ministry
management, New York: Routledge, 2015. of industry, mine and trade),” A Journal of
[9] L. Crane, Knowledge and discourse matters: Economics and Management Vol. 3 Issue 4
Relocating knowledge management’s sphere April 2014, pp. 109-123, 2014.
of interest onto language, New Jersey: John [20] N. D. Mamaghani, R. Samizadeh dan F.
Wiley dan Sons, Inc, 2016. Saghafi, “Evaluating the readiness of iranian
[10] E. C. Cheng, Knowledge management for research centers in knowledge management,”
school education, London: Springer, 2015. American Journal of Economics and Busi-
[11] D. T. Holt, S. E. Bartczak, S. W. Clark dan ness Administration Volume 3, Issue 1, pp.
M. R. Trent, “The development of an instru- 203-212, 2011.
ment to measure readiness for knowledge [21] Y. Al-Bastaki dan A. Shajera, “Organisa-
management.,” dalam 37th Annual Hawaii tional readiness for knowledge management:
International Conference on System Scien- University of bahrain case study,” European
ces, Hawaii, 2004. Conference on Knowledge Management, p.
[12] N. S. A. Karim, M. J. M. Razi dan N. 10, 2012.
Mohamed, “Measuring employee readiness [22] R. R. H. dan. H.-F. M. H. Mahmod, “Know-
for knowledge management using intention to ledge management and innovation readiness
be involved with KM SECI processes,” among SME's in malaysia,” IEEE Business
Business Process Management Journal , pp. Engineering and Industrial Applications Col-
777-791, 2012. loquium (BEIAC), p. 698–702, 2013.
[13] K. Mohammadi, A. Khanlari dan B. Sohrabi, [23] V. Hlupic, A. Pouloudi dan G. Rzevski, “To-
“Organizational readiness assessment for wards an integrated approach to knowledge
knowledge management,” International Jour- management: "hard", "soft", and "abstract"
nal of Knowledge Management Vol 5 Issue 1, issues,” Knowledge and Process Manage-
pp. 29-45, 2009. ment 9(2), p. 90–102, 2002.
20 Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems), Volume 13, Issue 1, April 2017

[24] J. W. Creswell, Research design: Qualitative, ment (KM readiness): Studi kasus pada di-
quantitative, and mixed methods approaches, rektorat informasi kepabeanan dan cukai di-
California: Sage, 2011. rektorat jenderal bea cukai (DJBC), Univer-
[25] Sugiyono, Metodologi penelitian pendidikan sitas Indonesia, 2014.
pendekatan kualitatif, kuantitatif dan RdanD, [29] M. Rao, Knowledge management tools and
Bandung: Alfabeta, 2016. techniques: Practitioners and experts evalu-
[26] A. Zaidiah, Analisis pengukuran tingkat ate KM solutions, Burlington: Elsevier But-
kesiapan implementasi knowledge manage- terworth–Heinemann, 2005.
ment (KM readiness) pada sekretariat badan [30] B. Bergeron, Essentials of knowledge mana-
pendidikan dan pelatihan kementerian per- gement, New Jersey: John WileydanSons Inc,
tahanan, Universitas Indonesia, 2011. 2003.
[27] Sugiyono, Statistika untuk penelitian, Ban- [31] U. Sekaran dan R. Bougie, Research me-
dung: Alfabeta, 2016. thods for business, Chichester: John Wiley
[28] F. A. Kuddah, Analisa pengukuran tingkat dan Sons, 2013.
kesiapan implementasi knowledge manage-

You might also like