Professional Documents
Culture Documents
514-Article Text-1517-3-10-20170831 PDF
514-Article Text-1517-3-10-20170831 PDF
Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya
Nomor 4, Jakarta, 10430, Indonesia
Abstract
One strategy of the Ministry of Finance in the institutional transformation is to strengthen the role of
Financial Education and Training Agency (FETA) in the development of human resources is to be-
come a corporate university. Furthermore, base on theory that one of the important elements that should
exist in an organization to become a corporate university is knowledge management (KM). The problem
which occurs in FETA is that the organization does not have specific mechanisms to manage the
knowledge. Moreover, to overcome that problem, the organization need to build a KM system that
allows each individual to share useful knowledge for the organization. As the first step, it needs a good
preparation to lessen the failure in implementing it; which is by measuring the readiness level of
knowledge management implementation. Therefore, this study aims to measure the readiness level of
knowledge management implementation in FETA in order to provide recommendations for improving
the readiness of it. The readiness level is measured based on the variables mapping including KM
Infrastructure, KM Enabler, and KM Critical Success Factor and then mapped into the KM aspects.
The data were collected by using a sample survey method which were gathered from the employees of
FETA. The data are then analyzed descriptively and inferentially to get the description about the
readiness level of FETA in implementing knowledge management. Based on this research, it can be
concluded that FETA is at the receptive level of readiness in implementing knowledge management. It
indicates that all the indicators in KM, have been very supportive to the implementation of KM in
FETA.
Abstrak
Salah satu strategi Kementerian Keuangan dalam transformasi kelembagaan adalah memperkuat pe-ran
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) dalam pengembangan sumber daya manusia yaitu
dengan menjadi corporate university. Berdasarkan teori, salah satu elemen penting yang harus ada pada
sebuah organisasi untuk menjadi corporate university adalah manajemen pengetahuan (KM). Permasa-
lahan yang terjadi adalah BPPK belum memiliki mekanisme untuk mengelola pengetahuan tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut, BPPK perlu membangun sistem KM sehingga memudahkan setiap
individu untuk berbagi pengetahuan yang bermanfaat bagi organisasi. Sebagai langkah awal, diperlukan
persiapan yang matang untuk mengurangi kegagalan dalam penerapannya yaitu dengan mengukur
tingkat kesiapan penerapan KM. Oleh karenanya penelitian ini bertujuan mengukur tingkat kesiapan
penerapan KM di BPPK sehingga dapat memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kesiapannya.
Tingkat kesiapan ini diukur berdasarkan pemetaan variabel KM Infrastructure, KM Enabler, dan KM
Critical Success Factor yang kemudian dipetakan ke dalam aspek KM. Data penelitian dikumpulkan
menggunakan metode survei tehadap sampel pegawai BPPK. Data tersebut kemudian dianalisis secara
deskriptif dan inferensial untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kesiapan BPPK. Berdasarkan
penelitian ini diketahui bahwa BPPK berada pada tingkat receptive yang mengindikasikan bahwa
semua indikator dalam KM sudah sangat mendukung untuk diterapkannya KM di BPPK
11
12 Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems), Volume 13, Issue 1, April 2017
Untuk mendukung reformasi birokrasi seba- akan ikut berpindah bersama dengan pemiliknya
gaimana yang diamanatkan oleh pemerintah mela- apabila tidak terdokumentasi dengan baik.
lui peraturan presiden (Perpres) nomor 81 tahun Oleh karena itu perlu adanya mekanisme un-
2010 tentang grand design RB 2010-2015 [2], tuk mengelola pengetahuan dengan baik sehingga
maka Kemenkeu melakukan transformasi kelem- memudahkan setiap individu untuk berbagi pe-
bagaan yang diatur dalam keputusan menteri keu- ngetahuan maupun belajar hal baru yang berman-
angan (KMK) nomor 36 tahun 2014 tentang cetak faat bagi organisasi. Berdasarkan hasil wawancara
biru program transformasi kelembagaan Kemen- dengan pejabat internal diperoleh informasi BPPK
keu tahun 2014-2025 [3]. memang belum menerapkan KM.
Berdasarkan KMK nomor 36 tahun 2014 ter- KM ini sejalan dengan salah satu strategi
sebut, bahwa terdapat peluang untuk memperkuat BPPK yang tertuang dalam rencana strategis
peran BPPK sebagai badan diklat agar dapat me- (Renstra) BPPK 2015–2019 [6], terutama untuk
mainkan peran yang lebih besar dalam transfor- mendukung arah kebijakan dan strategi BPPK ter-
masi Kemenkeu yaitu dengan menjadikan BPPK kait pengembangan SDM yaitu pengembangan
sebagai unit yang memiliki peran strategis dalam KM untuk kebutuhan diklat yang diarahkan untuk
pengembangan sumber daya manusia (SDM) di menjadi bagian utama dalam pengembangan sis-
Kemenkeu. tem KM Kemenkeu.
Allen [4] mendefinisikan bahwa corporate Sebelum menerapkan KM pada organisasi,
university (Corpu) adalah entitas pendidikan yang perlu dilakukan pengukuran kesiapannya sehingga
merupakan alat strategis yang dirancang untuk diharapkan bisa mengurangi risiko kegagalan da-
membantu organisasi. Di samping itu, Allen [5] lam penerapan manajemen pengetahuan tersebut.
juga menjelaskan bahwa Corpu adalah penang- Menurut Atrinawati dan Surendro [8], beberapa
gung jawab dalam pengembangan SDM dan pen- proyek penerapan KM mengalami kegagalan. Hal
ingkatan kemampuan organisasi. itu terjadi karena penerapan hanya dilakukan ber-
Berdasarkan konsep tersebut dapat disim- dasarkan teori dan tidak mempertimbangkan as-
pulkan bahwa transformasi BPPK merupakan se- pek-aspek tertentu dari organisasi.
buah perubahan bentuk organisasi dari unit diklat Berdasarkan hasil wawancara yang dilaku-
biasa menjadi sebuah Corpu. kan, dapat disimpulkan bahwa BPPK hingga saat
Berkaitan dengan hal tersebut, melalui ke- ini belum melakukan kajian yang mengukur kesi-
putusan menteri keuangan nomor 466 tahun 2015 apan penerapan KM. Oleh karena itu pertanyaan
tentang rencana strategis (renstra) Kemenkeu penelitian ini adalah sejauh mana tingkat kesiapan
2015-2019 [6], bahwa salah satu strategi yang di- BPPK dalam menerapkan manajemen pengetahu-
lakukan adalah melakukan integrasi diklat yang an.
jelas dan menyeluruh dengan konsep Corpu mela- Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
lui penguatan lembaga pendidikan kedinasan yang yaitu: mengetahui tingkat kesiapan BPPK dalam
saat ini ada dan penguatan fungsi perencanaan, menerapkan KM sehingga dapat memberikan re-
pengembangan dan evaluasi pelatihan untuk men- komendasi berupa strategi perbaikan untuk me-
jamin terjadinya link and match dengan tujuan ningkatkan kesiapan BPPK dalam menerapkan
strategis dari organisasi. KM tersebut.
Menurut Alen [5], salah satu elemen penting
yang harus ada dalam sebuah organisasi untuk Perkembangan Rencana Penerapan KM BPPK
menerapkan konsep Corpu adalah adanya mana-
jemen pengetahuan (KM). Hal ini juga senada de- Berdasarkan hasil observasi dan wawan-cara ter-
ngan Perpres nomor 81 tahun 2010 [2] bahwa kait kondisi perkembangan BPPK menuju penera-
strategi RB adalah menerapkan KM agar terjadi pan KM, maka dapat disimpulkan bahwa:
suatu proses pembelajaran dan tukar pengalaman 1) Ada arahan dan komitmen dari pimpi-nan
yang efektif bagi organisasi dalam melaksanakan tertinggi dalam hal ini Menteri Keuangan dan Ke-
reformasi birokrasi. pala BPPK untuk membangun KM yang disam-
Apabila ditinjau dari sudut pandang SDM, paikan pada kegiatan resmi BPPK (Rakor BPPK
maka dapat diketahui fakta bahwa tingkat mutasi 2016)
dan promosi pegawai BPPK pada dua tahun ter- 2) BPPK telah membentuk tim KM pusat yg
akhir (2014 dan 2015) mencapai lebih dari seper- bertugas untuk melakukan insialisasi KM di BPPK
tiga (35%) jumlah pegawai BPPK yang aktif. Pa- seperti menyusun kebijakan atau peraturan terkait
dahal menurut Mulyono, Harisno, dan Kristianto KM, merancang prototype KM, merancang KMS,
[7], pengetahuan yang ada pada individu ini bisa mengadakan workshop KM
saja hilang ketika mereka tidak lagi berada pada 3) BPPK telah mempersiapkan prototype
jabatan tersebut dalam organisasi hal ini karena model KM dimana KM dibagi menjadi dua yaitu
pengetahuan yang tersimpan di dalam individu KLC (Knowledge Learning Center) sebagai media
Hafid Mukhlasin, et al., Analisis Pengukuran Tingkat Kesiapan Penerapan Manajemen 13
atau tempat belajar dan KBS (Knowledge Base nakan sebagai sarana untuk saling berinteraksi.
System) sebagai tempat penyimpanan pengetahu- Dengan mengakses intranet setiap hari, pegawai
an. Prototype ini akan dijalankan untuk BPPK dan BPPK diharapkan mampu memperoleh informasi
Pusdiklat mulai tahun 2017, untuk kemudian jika terkait BPPK.
dianggap bagus maka akan dijadikan model KM
bagi unit eselon 1 lain di Kemenkeu sampai akhir- Manajemen Pengetahuan (KM)
nya menjadi model KM Kemenkeu.
4) BPPK telah menyelenggarakan work-shop Menurut Fernandez dan Sabherwal [9], Crane [12],
KM sebanyak dua kali (Oktober 2016 dan No- dan Cheng [11], KM dapat diartikan sebagai
vember 2016) yang dihadiri oleh perwakilan dari strategi manajemen dalam hal menemukan, me-
tiap Pusdiklat. Tujuan dari workshop ini ada-lah nangkap, berbagi, dan menerapkan pengetahuan
memberikan pemahaman tentang KM sehing-ga dengan tujuan untuk mendukung organisasi dalam
setiap Pusdiklat dapat menerapkan KM yang seja- menciptakan struktur yang mampu mempertahan-
lan dengan rencana strategis BPPK. kan, menciptakan dan menerapkan pengetahuan
5) BPPK telah mengadakan workshop KM yang tidak hanya untuk pemecahan masalah tetapi
sebanyak tiga angkatan, yang materinya lebih ke juga untuk mencapai tujuan orga-nisasi.
arah teknis TI yaitu tentang pembuatan materi-
materi digital (multimedia) yang nantinya sebagai KM Readiness
media penyebaran pengetahuan.
6) BPPK telah mengadakan studi banding ke KM readiness adalah seperangkat kemampuan
organisasi atau perusahaan yang telah sukses me- suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai
nerapkan KM seperti Telkom dan Pertamina. infrastruktur yang dibutuhkan dalam KM serta ka-
7) BPPK telah membentuk tim KM Pus-di- pasitas dalam memanfaatkannya Holt, Bartczak,
klat yang bertugas memberikan kontribusi terha- Clark, dan Trent [13]. Adapun menurut Karim,
dap prototype aplikasi KLC berupa materi diklat Mohammad, Abdullah, dan Razi [14], KM rea-
dari Pusdiklat diness adalah sikap anggota organisasi ter-hadap
8) Widyaiswara dan dosen BPPK akan men- KM (pesimisme, afektif, kelangsungan, dan nor-
jadi ujung tombak KM BPPK, dalam hal: pengisi matif) dan menemukan faktor-faktor yang meme-
konten, tim sosialisasi, fasilitator pembuatan ma- ngaruhinya (individu, konteks, konten, dan pro-
teri digital. ses).
9) BPPK telah memiliki aplikasi-aplikasi la- Menurut Mohammadi, Khanlari, dan Sohrabi
in yang cukup menunjang untuk proses KM seper- [15], KM readiness adalah kemampuan organisa-
ti BPPK TV, forum intranet BPPK, SIM Diklat, si, departemen, atau suatu kelompok supaya da-pat
SMS gateway, dsb. berhasil mengadopsi dan mengambil manfaat dari
10) Di samping itu, BPPK mulai tahun 2016 KM. KM readiness dapat menjawab dua per-
ini mencanangkan program internalisasi nilai-nilai tanyaan dasar, yaitu: 1) Bagaimana kondisi ke-
Kemenkeu (INKK). Adapun nilai-nilai Kemenkeu mampuan KM organisasi saat ini? 2) Perubahan
tersebut yaitu: integritas, profesionalisme, sinergi, apa yang diperlukan organisasi sebelum mengim-
pelayanan dan kesempurnaan. Terdapat beberapa plementasikan KM?
kegiatan dalam nota dinas tersebut yang terkait
dengan KM, yaitu: Solusi dan Pondasi KM
a) Penyebarluasan informasi mengenai kode
etik dan disiplin pegawai secara rutin terutama Menurut Fernandez dan Sabherwal [9], KM ber-
untuk pegawai baru. gantung pada dua aspek yaitu solusi KM dan pon-
b) Melakukan knowledge sharing minimal dasi KM. Solusi KM mengacu kepada langkah-
satu minggu sekali untuk meningkatkan pengeta- langkah spesifik KM yaitu (menemukan, menang-
huan pegawai dalam melaksanakan tugas sehari- kap, berbagi, dan menerapkan pengetahuan) yang
hari. dapat dicapai.
c) Akses ke surat elektronik yang berguna Adapun pondasi KM mengacu pada aspek
untuk menambah pengetahuan pegawai mengi- organisasi secara keseluruhan yang mendukung
ngat Kemenkeu senantiasa mengirimkan infor- KM baik jangka pendek maupun jangka panjang.
masi terkait kegiatan, kebijakan, maupun buletin Solusi KM meliputi proses KM dan sistem KM
yang diterbitkan oleh Kemenkeu. sedangkan pondasi KM meliputi: infrastuktur KM,
d) Melakukan sosialisasi tugas dan fungsi mekanisme KM, dan teknologi KM.
serta uraian jabatan kepada pegawai yang beralih Sesuai dengan konteks organisasi, infra-
tugas atau yang menduduki jabatan baru struktur KM meliputi lima komponen utama (bu-
e) Akses ke intranet, yang mana intranet se- daya organisasi, struktur organisasi, infrastruktur
bagai wadah berbagi informasi dapat juga digu- teknologi informasi, pengetahuan umum, dan lin-
14 Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems), Volume 13, Issue 1, April 2017
gkungan fisik), mekanisme KM adalah cara atau 2) Pradana dkk [21] yaitu: keahlian berben-
langkah-langkah yang digunakan organisasi atau tuk T, kepemimpinan, kemampuan dan keahlian
struktural untuk mempromosikan KM, sedangkan yang dibutuhkan dalam tugas, motivasi, suasana
teknologi KM adalah teknologi informasi yang keja unit, ekspektasi performa dan ekspektasi usa-
dapat digunakan untuk memfasilitasi KM. ha, struktur informal, struktur desentralisasi.
Terkait dengan pengukuran kesiapan KM, 3) Rafieyzadeh [22] yaitu: budaya organisa-
maka komponen-komponen yang perlu diukur si, kepemimpinan organisasi, strategi organisasi,
adalah komponen-komponen pada area KM foun- teknologi informasi, akuisisi pengetahuan, kon-
dation. Hal ini karena komponen-komponen pada versi pengetahuan, penyimpanan pengetahuan dan
area inilah yang menjadi pondasi atau kaki dari pemanfaatan pengetahuan.
berdirinya KM. 4) Mamaghani dkk [23] yaitu: strategi pe-
ngetahuan, dukungan manajemen, pengukuran
KM Enabler performa, struktur organisasi, pembelajaran orga-
nisasi, dukungan keuangan, budaya organisasi,
Menurut Lee dan Choi [16], KM enabler sebagai dorongan motivasi, komunikasi dan kerja kelom-
mekanisme organisasi dalam mengembangkan KM pok, infrastuktur teknis, operasional terpadu, kea-
secara konsisten. Fitriadi [17] telah mengi- manan.
dentifikasi KM enabler dari hasil penelitian sebe- 5) Al-Bastaki dan Shajera [24] yaitu: keper-
lumnya, bahwa terdapat tiga KM enabler yaitu cayaan, kolaborasi, pembelajaran, desentralisasi,
struktur organisasi, budaya organisasi dan infra- informal, sistem reward, dukungan TI.
struktur TI.
Adapun Setiawan [18] juga telah mengiden- Kerangka Kerja KM Readiness
tifikasi KM enabler dari penelitian sebelumnya,
bahwa terdapat sembilan KM enabler yaitu orga- Kerangka kerja KM readiness yang digunakan
nisasi, budaya, pembelajaran, kepemimpinan, du- untuk penilaian kesiapan organisasi dalam mene-
kungan IT, T-shaped skill, strategi, proses, dan rapkan KM ini dibuat memetakan variabel dari KM
pengetahuan. infrastructure, KM enabler, dan KMCS.
Komponen-komponen di atas jika dikaitkan Hal ini karena, KM infrastructure merupa-
dengan solusi dan pondasi KM maka masuk ke kan bagian dari KM foundation yang dapat digu-
area KM foundation. nakan untuk mengetahui kesiapan KM. Adapun
menurut Holt dkk [13], faktor KM enabler juga
KM Critical Success Factor menunjukkan kesiapan suatu organisasi terhadap
KM. Demikian juga menurut Mohammadi, Khan-
KMCSF (KM Critical Success Factor) me-rupakan lari, dan Sohrabi [15], instrumen yang digunakan
faktor-faktor yang menjadi kunci keber-hasilan untuk melakukan penilaian dapat dibangun berda-
penerapan KM pada suatu organisasi. Hal ini sarkan KMCSF.
sebagaimana yang dipaparkan Al-Mabrouk [19], Penilaian kesiapan organisasi terhadap pene-
bahwa KMCSF telah diidentifikasi dan dia-kui rapan KM dapat direalisasikan menggunakan sur-
sebagai dasar bagi keberhasilan organisasi dan vei dengan respondennya adalah manajer maupun
peningkatan kinerja pada berbagai bidang kegia- staf (Mahmod, Rosnan, dan Hazman-Fitri [25]).
tan. Selain itu, kesiapan ini perlu diukur agar penera-
Faktor-faktor KMCSF yang digunakan pada pan KM pada organisasi bisa berjalan lancar sesuai
penelitian ini merujuk pada lima penelitian sebe- rencana. Hal ini sebagaimana yang disam-paikan
lumnya sebagai berikut. oleh Fernandez dan Sabherwal [9], bahwa
1) Nejadhussein dan Azadbakht [20] yaitu: pengukuran KM merupakan faktor penting (criti-
monopoli pengetahuan, pengetahuan adalah keku- cal factor) dalam penerapan KM.
atan, reward dan pengakuan, kepercayaan, sum-ber
pengetahuan, kurangnya atmosfer kerjasama, Aspek KM
kurangnya ketertarikan menggunakan teknologi
informasi, kompetisi antar individu, kurangnya Menurut Hlupic, Pouloudi, dan Rzevski [26], as-
kerjasama profesional antara professor di univer- pek dari KM dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1)
sitas, skill riset yang minim, pendidikan yang me- hard, 2) soft, 3) abstract.
lampaui batas, kurangnya relevansi program di- Aspek hard atau teknis merupakan peralatan
klat terkait inisiatif KM, kurangnya dukungan un- yang diperlukan untuk menciptakan pengetahuan,
tuk berpartisipasi dalam seminar dan konferensi, mengodifikasi pengetahuan, dan memindahkan
kurangnya tempat bagi para staf untuk bertemu pengetahuan dari individu ke departemen serta ke
satu sama lain, kurangnya kerjasama dengan sek- organisasi.
tor industri untuk melakukan riset.
Hafid Mukhlasin, et al., Analisis Pengukuran Tingkat Kesiapan Penerapan Manajemen 15
TABEL 1
VARIABEL DAN INDIKATOR PENELITIAN
No Variabel Indikator
1 Budaya Adanya rasa saling percaya antar individu untuk berbagi pengetahuan [20], [24]
organisasi Adanya komunikasi yang terjalin antar individu dalam rangka berbagi pengetahuan [23]
Adanya kolaborasi atau kerjasama antar individu dalam rangka berbagi pengetahuan [20], [24], [21], [18]
2 Struktur Adanya unit / SDM (Chief Knowledge Officer) untuk mendukung KM [9]
organisasi Adanya fleksibilitas aturan dan prosedur yang ada di organisasi sehingga mendorong proses KM /
informalisasi [21]
Adanya distribusi konsentrasi pengambilan keputusan pada suatu organisasi / desentralisasi [21], [20]
Adanya sistem penghargaan sesuai dengan keterlibatannya pada proses KM [24] [20]
3 Infrastruktur Adanya sistem berbasis TI (baik hardware maupun software) yang mendukung proses KM [18], [20], [9],
TI [17], [22], [23]
Adanya penggunaan TI terkait proses KM [24]
Adanya fasilitas atau prosedur untuk mendukung keamanan data dan informasi [23]
4 Pengetahuan Adanya kumpulan pengetahuan organisasi yang meliputi segala informasi spesifik bagi organisasi [9], [18],
umum [24]
Adanya pemahaman tentang KM [9]
5 Lingkungan Adanya ruangan khusus bagi individu-individu dalam organisasi untuk bertemu dan berbagi pengetahuan
Fisik [24]
Adanya desain ruang kerja yang memudahkan untuk berinteraksi antar individu dalam rangka berbagi
pengetahuan [9]
6 Strategi KM Adanya strategi untuk mendukung KM [23]
Adanya keselarasan antara strategi KM dengan strategi organisasi [18], [22]
Adanya evaluasi terhadap performa KM [23]
7 Kepemim- Adanya dukungan dan komitmen dari pimpinan/manajemen baik dalam bentuk program kerja, arahan
pinan maupun penyediaan sumber daya untuk mendukung kegiatan KM [18], [21], [22], [23], [24]
Adanya anggaran untuk memfasilitasi atau mendukung kegiatan KM [23]
8 Pembelajar- Adanya kesempatan diklat yang merata untuk meningkatkan pengetahuan [24]
an Adanya relevansi program diklat terkait inisiatif KM [24]
Adanya penciptaan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi organisasi (best practice) dari hasil diklat,
pengalaman individu maupun benchmarking dengan organisasi lain [23], [18], [20], [31]
9 Kemampuan Adanya kemampuan dan keahlian individu yang dibutuhkan oleh organisasi [21], [18]
dan keahlian Adanya pemerataan pengetahuan pada masing-masing individu [24]
Adanya kemampuan untuk mempelajari atau meneliti hal baru dalam organisasi [24]
10 Motivasi Adanya tren bagi individu untuk melakukan atau mengambil peran dalam proses KM [21], [23]
Adanya kompetisi antar individu dalam melakukan proses KM [24]
Adanya keyakinan bagi individu bahwa dengan melakukan proses KM akan meningkatkan kinerja [21]
Menurut Sugiyono [30], pengujian hipo-tesis daan signifikan antara nilai rata-rata sampel di-
deskriptif pada dasarnya merupakan proses peng- bandingkan dengan nilai rata-rata populasi.
ujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan Uji ini dapat dilakukan dengan membanding-
pada satu sampel variabel. Kesimpulan yang diha- kan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat
silkan dari pengujian ini adalah apakah hipotesis kolom signifikansi pada masing-masing t hitung.
yang diuji itu dapat digeneralisasikan. Jenis uji t yang digunakan adalah uji t satu sampel
Adapun teknik analisis statistik yang diguna- atau parsial karena pengujiannya dilaku-kan pada
kan untuk pengujian tergantung pada bentuk hipo- satu kolom.
tesis dan jenis data yang akan dianalisis. Oleh ka- Nilai t tabel diketahui berdasarkan tabel t Su-
rena penelitian ini menggunakan bentuk hipotesis giyono [30] dengan asumsi error level 5% (pene-
deskriptif dan jenis datanya interval (skala likert litian sosial) dan jenis pengujian hipotesisnya one
yang diberi bobot) maka analisis data yang digu- tail test atau uji satu pihak karena hipotesisnya
nakan adalah analisis statistik inferensial uji t. menggunakan operator ≥ atau ≤.
Menurut Sugiyono [30], uji t dikenal dengan Cara pengambilan kesimpulannya adalah ji-
uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana penga- ka nilai t hitung lebih besar atau lebih kecil (ter-
ruh masing-masing variabel bebasnya secara sen- gantung operatornya) dari t tabel maka hipotesis
diri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Jika di- nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak, de-
kaitkan dengan konteks penelitian ini maka tujuan mikian juga sebaliknya.
uji t adalah untuk mengetahui apakah ada perbe-
Variabel dan Indikator Penelitian
dengan 80%) dibandingkan dengan nilai rata-rata 3) Memberikan peran yang lebih kepada pa-
populasi. ra pegawai untuk turut terlibat dalam pengambilan
Untuk mencapai receptive maka nilai rata- keputusan organisasi dengan meningkatkan inten-
rata minimal yang harus dicapai adalah 61%. sitas diskusi ilmiah.
Berdasarkan hal tersebut maka rumusan hipo- 4) Memberikan aturan terkait reward atau
tesisnya sebagai berikut: : 61% dan penghargaan terhadap pegawai atas keterlibatan-
: 61% nya dalam proses atau kegiatan KM.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan Jika ditinjau dari aspek KM maka aspek ab-
dengan menggunakan statistik inferensial uji t stract ini mendapatkan nilai paling rendah yaitu
parsial one sample. Uji t ini dilakukan dengan 71,57%. Berdasarkan indikator dari setiap varia-
asumsi bahwa data yang dianalisis berdistribusi bel pada aspek abstract maka penulis memberikan
normal. Oleh karenanya perlu dipastikan dahulu beberapa rekomendasi yaitu dengan lebih meng-
bahwa data tersebut normal melalui uji normalitas galakkan lagi kegiatan-kegiatan yang bertujuan
data. untuk mensosialiasikan KM kepada seluruh pega-
Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov wai, tidak hanya untuk pegawai yang menjadi tim
menunjukkan nilai perhitungan signifikansinya KM saja namun juga pegawai lainnya baik di pusat
(Asymp. Sig) sebesar 0,293 atau lebih besar dari maupun daerah.
nilai signifikansi yang ditentukan yaitu 0,05.
Sehingga data diasumsikan normal. 4. Kesimpulan
[24] J. W. Creswell, Research design: Qualitative, ment (KM readiness): Studi kasus pada di-
quantitative, and mixed methods approaches, rektorat informasi kepabeanan dan cukai di-
California: Sage, 2011. rektorat jenderal bea cukai (DJBC), Univer-
[25] Sugiyono, Metodologi penelitian pendidikan sitas Indonesia, 2014.
pendekatan kualitatif, kuantitatif dan RdanD, [29] M. Rao, Knowledge management tools and
Bandung: Alfabeta, 2016. techniques: Practitioners and experts evalu-
[26] A. Zaidiah, Analisis pengukuran tingkat ate KM solutions, Burlington: Elsevier But-
kesiapan implementasi knowledge manage- terworth–Heinemann, 2005.
ment (KM readiness) pada sekretariat badan [30] B. Bergeron, Essentials of knowledge mana-
pendidikan dan pelatihan kementerian per- gement, New Jersey: John WileydanSons Inc,
tahanan, Universitas Indonesia, 2011. 2003.
[27] Sugiyono, Statistika untuk penelitian, Ban- [31] U. Sekaran dan R. Bougie, Research me-
dung: Alfabeta, 2016. thods for business, Chichester: John Wiley
[28] F. A. Kuddah, Analisa pengukuran tingkat dan Sons, 2013.
kesiapan implementasi knowledge manage-