You are on page 1of 8

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No.

1, April 2009

PENGARUH KONSENTRASI KADMIUM TERHADAP PERUBAHANWARNA DAN


PERSENTASE JENIS KELAMIN JANTAN ANAKAN Daphnia magna

INFLUENCES CONCENTRATION OF CADMIUM TO COLOUR CHANGE AND MALE SEX


PERCENTAGE NEONATES Daphnia magna

Alfi Hermawati W. S., Rahayu Kusdarwati, Setyawati Sigit dan A. Shofy Mubarak

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Kampus C Mulyorejo – Surabaya 60115 Telp. 031-5911451

Abstract

Cadmium is one of dangerous heavy metal and it can cause water pollution. As an alternative
early warning toward heavy metal in water, Daphnia magna can be used as biology indicator water
pollution that caused by heavy metal.
Daphnia magna is organism that ussualy used for bioassay in many progressing countries,
because that organism have important role in freshwater ecology, short life cycle about 3 weeks and
sensitive toward chemical environment. Grade of toxicity heavy metal can measured with lethal and sub
lethal parameter. In Daphnia magna, sub lethal parameter that can be observe are colour changes and
male sex percentage neonates.
The purpose of this research was to know the colour changes and male sex percentage neonates
Daphnia magna in different concentration of cadmium. Target of this research is to gets information
about level colour changes and male sex percentage neonates Daphnia magna in different concentration
of cadmium. The main parameter was colour changes and male sex percentage neonates and the
secondary parameters were water quality (temperature, pH, dissolved oxygen and NH3)
The result of research of giving different cadmium concentration to the adult female Daphnia
magna not showing significant influence, nevertheless it is showing significant influence toward male sex
percentage neonates Daphnia magna. The treatment with cadmium concentration 0,0004 mg/l produce
100% male neonates Daphnia magna. Water quality during research were in optimal conditions to
support Daphnia magna life, those are temperature 26°C, pH range from 8,0 – 8,2 and dissolve oxygen
(DO) range from 8,5 – 9,0 mg/l and ammonia 0 – 0,03 mg/l.

Key words : cadmium, Daphnia magna, colour changes and male sex percentage neonates.

Pendahuluan Connel and Miller, 1995). Pada Daphnia


Semakin meningkatnya kegiatan magna, parameter sub lethal yang diamati
manusia, terutama dalam bidang industri meliputi tingkatan perubahan warna dan
mendorong masalah pencemaran air oleh persentase jenis kelamin jantan anakan yang
buangan limbah industri juga semakin dihasilkan (Rider et al., 2005). Berdasarkan hal
meningkat. Salah satu masalah yang disebabkan tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang
oleh buangan limbah industri tersebut adalah pengaruh konsentrasi kadmium terhadap
bahaya toksisitas logam berat. Salah satunya perubahan warna dan persentase jenis kelamin
adalah logam berat kadmium (Sunarto, 2007). jantan anakan Daphnia magna.
Sebagai salah satu alternatif dalam Tujuan penelitian adalah untuk
upaya deteksi dini adanya logam berat perairan mengetahui tingkatan perubahan warna
adalah dengan menggunakan indikator biologis Daphnia magna pada beberapa konsentrasi
Daphnia magna. Organisme tersebut banyak kadmium (Cd) dan persentase jenis kelamin
dikembangkan sebagai uji toksisitas di berbagai jantan anakan Daphnia magna pada beberapa
negara maju, karena Daphnia magna memiliki konsentrasi kadmium (Cd).
peran penting dalam ekologi air tawar, siklus Kegunaan penelitian ini diharapkan
hidupnya yang cepat yakni selama tiga minggu dapat memberikan informasi mengenai
serta sensitif terhadap kimia lingkungan tingkatan perubahan warna dan persentase jenis
(Olmsteated, 2003). kelamin jantan anakan yang dihasilkan Daphnia
Tingkatan toksik logam berat dapat magna akibat pemaparan bahan toksik logam
ditentukan dengan menggunakan parameter berat kadmium agar dapat menjadi dasar
lethal dan sub lethal (Waldichuk, 1979 dalam pengembangan alternatif deteksi dini perubahan

43
Pengaruh Konsentrasi Kadmium Terhadap......

lingkungan menggunakan bioindikator Daphnia berat kadmium berlangsung selama 48 jam.


magna dalam membangun kewaspadaan Setelah itu, dilakukan pengamatan jumlah
terhadap akibat pencemaran lingkungan Daphnia magna yang hidup dan mati. Data
perairan. diolah dengan regresi linier (Y = a + bx) untuk
mendapatkan nilai LC 50 selama 48 jam.
Materi dan Metodologi Penelitian Berdasarkan rumus persamaan y = - 39503x +
Penelitian ini dilaksanakan pada 40,883 didapatkan LC 50 Daphnia magna
tanggal 8 – 20 September 2008 di Laboratorium sebesar 0.0004 mg/l.
Pendidikan Perikanan, Program Studi Budidaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Persiapan Media
Universitas Airlangga. Media yang digunakan adalah air tawar
Materi penelitian yang digunakan terdiri (PDAM) yang diaerasi terlebih dahulu selama
dari bahan dan alat penelitian. Bahan yang tiga hari untuk menjaga kualitas air dalam
digunakan adalah Daphnia magna betina kondisi optimal. Selanjutnya dilakukan
dewasa (D4), senyawa logam berat kadmium pengukuran kualitas air yang optimum untuk
klorida (CdCl2) sebanyak 0,1 g dengan pertumbuhan Daphnia magna.
konsentrasi kadmium sebesar 0,0613 % (g / 100
ml), air tawar yang telah dijaga kualitas airnya Penyediaan Induk Betina Daphnia magna
dalam kondisi optimal. Alat penelitian yang Induk Daphnia magna diperoleh dari
digunakan adalah mikroskop, obyek glass, hasil penetasan ephippium. Setelah empat hari
cover glass, pipet, saringan, aerator enam titik, Daphnia magna menjadi dewasa (D4), Daphnia
selang aerasi, termometer, amoniak tes kit, pH magna tersebut siap untuk digunakan untuk
meter, tisu, dan wadah perlakuan. perlakuan uji toksisitas.
Metode penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pengamatan Perubahan Warna
Pemberian konsentrasi logam berat kadmium Sebanyak 20 ekor Daphnia magna
dalam penelitian ini adalah perlakuan A (tanpa matang gonad dipelihara dalam wadah dengan
pemberian kadmium) sebagai kontrol, perlakuan volume air sebanyak setengah liter dengan
B 0,0001 mg/l, perlakuan C 0,0002 mg/l, beberapa konsentrasi logam berat kadmium,
perlakuan D 0,0003 mg/l dan perlakuan E perubahan warna diamati setelah uji toksisitas
0,0004 mg/l. Setiap perlakuan diberikan 48 jam dengan metode skoring warna menurut
ulangan sebanyak empat kali. Dekken (2005). Setiap perlakuan diambil
sebanyak lima ekor sampel, kemudian diskoring
Persiapan Penelitian menurut perubahan warna yang terjadi.
Peralatan yang akan digunakan dicuci
sampai bersih kemudian dibilas dengan air Pengamatan Jenis Kelamin Jantan Anakan
tawar. Peralatan yang sudah bersih kemudian Pengamatan jenis kelamin jantan
dikeringkan selama 24 jam. anakan dilakukan pada hari kelima dengan
mengambil anakan Daphnia magna pada tiap
Penentuan Dosis Logam Berat Kadmium perlakuan sebanyak 5 ekor, selanjutnya
Uji toksisitas perlakuan konsentrasi dilakukan identifikasi dan penghitungan jumlah
kadmium (CdCl2) berada pada kisaran nol anakan jantan dan betina menggunakan
sampai dengan LC 50 selama 48 jam (Soemirat, mikroskop dengan pembesaran seratus kali.
1994). Penentuan LC 50 dilakukan terlebih
dahulu untuk mendapatkan ambang batas Parameter utama yang digunakan
konsentrasi toksitan. Bahan yang digunakan, dalam penelitian ini adalah perubahan warna
antara lain: 50 ekor Daphnia magna betina dan jumlah jenis kelamin jantan anakan
dewasa (D4) dalam 1 liter air. Pemaparan logam Daphnia magna, sedangkan parameter

(Sumber: Dekken, 2005)

44
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, April 2009

pendukungnya adalah oksigen terlarut (DO), ditambahkan reagen 2 dan 3 dengan cara yang
suhu air, pH, dan amoniak. sama dengan reagen 1 sebanyak tujuh tetes.
Setelah itu, dibiarkan selama 20 menit, air
Parameter Utama sampel akan berubah warna. Kemudian warna
Perubahan Warna air sampel dicocokkan dengan indikator warna
Perubahan warna diamati setelah pada prosedur penggunaan untuk diketahui
waktu 48 jam dengan metode skoring warna kadar amoniak pada air sampel.
menurut Dekken (2005). Setiap perlakuan
diambil sebanyak lima ekor sampel Daphnia Analisis Data
magna, kemudian diskoring menurut perubahan Data penelitian persentase jenis
warna yang terjadi. kelamin jantan anakan Daphnia magna
dianalisis secara statistik dengan mengunakan
Persentase Jenis Kelamin Jantan Anakan ANOVA Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Penghitungan jumlah jenis kelamin Data yang dihasilkan bila terdapat perbedaan
jantan anakan Daphnia magna dilakukan pada dapat dilakukan uji lanjutan. Uji lanjutan yang
hari kelima dengan mengambil anakan Daphnia dapat digunakan adalah Uji Jarak Berganda
magna pada tiap perlakuan sebanyak lima ekor, Duncan (Duncan Multiple Range Test)
selanjutnya dilakukan identifikasi dan (Kusriningrum, 2008). Sedangkan data
penghitungan jumlah anakan jantan. Zairin penelitian perubahan warna Daphnia magna
(2002) menyatakan, persentase jenis kelamin dianalisis secara statistik dengan uji Kruskal
dapat dihitung dengan rumus : Wallis H Test (Samsubar, 1996).

Persentase jantan = Hasil dan Pembahasan


Jumlah individu jantan Pengamatan perubahan warna Daphnia
x 100 (%) magna dilakukan setelah perlakuan pemaparan
dengan konsentrasi kadmium (CdCl2) yang
Jumlah total berbeda diukur menggunakan standar Daphnia
color scale (Dekken, 2005) yang memiliki 6
Parameter Pendukung nilai skor (skor 1 - 6), skor 1 merupakan nilai
Pengukuran Oksigen Terlarut (DO) skor terendah. Hasil pengamatan skoring
Alat DO meter dikalibrasi terlebih perubahan warna pada Daphnia magna tersebut
dahulu hingga menunjukkan angka nol, ditunjukkan pada Tabel 1.
kemudian ujung hitam DO meter dimasukkan
kedalam media air percobaan, lalu dibiarkan Tabel 1. Skoring tingkatan perubahan warna
kurang lebih tiga menit. Kemudian baru Daphnia magna setelah uji toksisitas
dilakukan pencatatan hasil pengukuran DO. selama 48 jam dengan perlakuan
konsentrasi kadmium (CdCl2).
Pengukuran Suhu Air
Termometer air dimasukkan ke dalam Perlakuan (mg/l) Skoring Warna
air lalu dibiarkan kurang lebih satu menit, A (kontrol) 1,10
kemudian dilakukan pencatatan hasil yang B (0,0001) 1,10
tertera pada termometer tersebut. C (0,0002) 1,15
D (0,0003) 1,20
Pengukuran Derajat Keasaman (pH) E (0,0004) 1,20
Derajat keasaman (pH) pen
dimasukkan ke dalam air sampai probe
menyentuh air sekitar 1 cm. Kemudian tombol Berdasarkan Tabel 1, pemaparan
on dinyalakan dan dibiarkan sebentar sampai konsentrasi kadmium (CdCl2) pada perlakuan D
nilai pH yang tertera tidak berubah, hasilnya (0,0003 mg/l) dan E (0,0004 mg/l) memiliki
kemudian dicatat. nilai rata - rata skoring warna yang sama dan
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
Pengukuran Kadar Amoniak lainnya, yaitu 1,20, sedangkan perlakuan C
Prosedur pengukuran kadar amoniak (0,0002 mg/l) memiliki nilai rata - rata skoring
menggunakan amoniak test kit antara lain, 1,15. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan
mengambil sampel air yang akan diukur rata - rata skoring perlakuan A (kontrol) dan B
sebanyak 5 ml ke dalam gelas pengukur, lalu (0,0001 mg/l) yang masing – masing memiliki
ditambahkan 14 tetes reagen 1, kemudian nilai yang sama, yaitu 1,10. Berdasarkan hasil
dilakukan pengocokan. Selanjutnya uji statistik terhadap tingkatan perubahan warna

45
Pengaruh Konsentrasi Kadmium Terhadap......

120

y = -6E+08x 2 + 477857x + 3.8571


R 2 = 0.9771

100

80
Persentase
jantan
Series1
60
Poly. (Series1)

40

20

0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003 0.00035 0.0004 0.00045

5 Konsentrasi kadmium (CdCl2) (mg/l) 5

Gambar 1. Grafik hubungan perlakuan konsentrasi kadmium (CdCl2) yang berbeda pada Daphnia
magna terhadap persentase anakan jantan.
Daphnia magna menunjukkan bahwa H hitung pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0,01)
terkoreksi < H tabel 0,05, yang berarti bahwa terhadap persentase anakan jantan Daphnia
pada perlakuan pemberian konsentrasi kadmium magna. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan
(CdCl2) yang berbeda tidak terdapat perbedaan menunjukkan bahwa persentase anakan jantan
yang nyata terhadap perubahan warna Daphnia Daphnia magna tertinggi terdapat pada
magna. perlakuan E (0,0004 mg/l) berbeda nyata
Hasil pengamatan tentang pengaruh dengan perlakuan lainnya. sedangkan perlakuan
konsentrasi kadmium(CdCl2) terhadap C (0,0002 mg/l) dan B (0,0001 mg/l)
persentase jenis kelamin jantan anakan Daphnia menunjukkan hasil yang sama dan perlakuan A
magna dapat dilihat pada Tabel 2. (kontrol) merupakan perlakuan dengan
persentase anakan jantan terendah. Grafik
Tabel 2. Jumlah jenis kelamin jantan anakan hubungan perlakuan konsentrasi kadmium
Daphnia magna pada perlakuan (CdCl2) yang berbeda pada Daphnia magna
konsentrasi kadmium (CdCl2) dengan terhadap persentase anakan jantan dapat dilihat
konsentrasi berbeda. pada Gambar 1.
Peningkatan konsentrasi kadmium
Perlakuan Konsentrasi Jumlah jenis (CdCl2) yang dipaparkan pada induk Daphnia
Kadmium CdCl2 (mg/l) kelamin jantan magna menunjukkan kolerasi positif terhadap
(%) jumlah anakan jantan yang dihasilkan, semakin
A (kontrol) 0d tinggi konsentrasi kadmium (CdCl2) yang
B (0,0001) 55c dipaparkan pada induk Daphnia magna,
C (0,0002) 70c semakin banyak pula jumlah anakan jantan yang
D (0,0003) 90b dihasilkan. Pemaparan konsentrasi kadmium
E (0,0004) 100a (CdCl2) pada konsentrasi 0,0004 mg/l (LC 50)
menghasilkan 100% anakan jantan (Gambar 1).
Keterangan : superskrip yang berbeda pada Adapun hasil pengukuran kualitas air
kolom yang sama menunjukkan pada awal perlakuan uji toksisitas antara lain,
hasil persentase jenis kelamin suhu air 26°C, derajat keasaman (pH) berkisar
jantan anakan Daphnia magna 8,0 - 8,2, oksigen terlarut (DO) berkisar antara
yang berbeda sangat nyata 8,5 – 9,0 mg/l dan amoniak 0,03 mg/l,
(p<0.01) sedangkan hasil pengukuran kualitas air pada
akhir perlakuan uji toksisitas meliputi, suhu air
Hasil ANOVA menunjukkan perlakuan 26°C, derajat keasaman (pH) berkisar 8,2 - 8,3,
konsentrasi kadmium (CdCl2) memberikan

46
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, April 2009

oksigen terlarut (DO) 8,5 - 9,0 mg/l dan yaitu sebesar 100% yang berbeda nyata dengan
amoniak 0,03 mg/l. perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan, bahwa
Daphnia magna berkembang biak semakin tinggi pemaparan konsentrasi (CdCl2)
secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan semakin banyak pula anakan jantan Daphnia
secara aseksual dilakukan dengan magna yang dihasilkan.
parthenogenesis yaitu kemampuan berkembang Toksitan kadmium (CdCl2)
biak tanpa adanya fertilisasi yang menghasilkan mempengaruhi deferensiasi jenis kelamin
anakan berkelamin betina (Clare, 2002). anakan Daphnia magna. LeBlanc et al. (2005)
Populasi yang terlalu padat serta menyatakan, stressor kimia lingkungan dapat
kualitas dan kuantitas pakan yang menurun akan memberikan respon balik terhadap sintesis
menginduksi produksi anakan berkelamin jantan ecdysteroid yang berperan sebagai testosterone
(Hebert, 1978 dalam Rider et al, 2005). Kualitas antagonizes. Stresor tersebut memberikan
air yang tidak mendukung juga mempengaruhi respon pada protein reseptor, kemudian terjadi
siklus reproduksi Daphnia magna. regulasi negatif yang ditandai dengan aktifnya
Terbentuknya anakan jantan menyebabkan sintesa terpenoid hormon yakni Methyl
perubahan siklus reproduksi Daphnia magna Farnesoate. Hal ini menyebabkan kegagalan
dari aseksual menjadi reproduksi seksual (Ebert, pembentukan kelamin betina oleh ecdysteroid-
2005). receptor transcription factor (E:EcR:RXR),
Penelitian ini, menggunakan Daphnia sehingga terbentuklah kelamin jantan (LeBlanc
magna betina dewasa (D4). Mokoginta (2003) et al., 2005)
menyatakan bahwa Daphnia magna sudah Ochlan and Ochlman (2003)
menjadi dewasa dalam waktu empat hari (D4), menambahkan bahwa kadmium merupakan
sedangkan kepadatan populasi Daphnia magna toksitan yang dapat menurunkan level
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu ecdysteroid crustacea, penurunan ini
sebanyak 20 ekor / 0,5 l. Kepadatan tersebut berpengaruh terhadap perubahan jenis kelamin
masih berada dalam kisaran yang optimum Daphnia magna dengan terbentuknya anakan
untuk perlakuan uji toksisitas. USEPA (1996) jantan Daphnia magna oleh karena terjadinya
menyatakan bahwa untuk uji toksisitas, penghambatan terhadap ecdysteroid dan
Daphnia magna yang digunakan diharapkan teraktifasinya pembentukan Methyl Farnesoate.
tidak melebihi 40 ekor/l. Selain itu, pemberian Seperti halnya Olmsteated and LeBlanc (2002)
pakan yang cukup (diural feeding) serta yang menyatakan bahwa Methyl Farnesoate
parameter kualitas air yang meliputi oksigen berperan dalam menentukan jenis kelamin
terlarut (DO), suhu, amoniak dan derajat anakan Daphnia magna pada induk matang
keasaman (pH) juga dikondisikan optimum telur dalam ovari. Semakin tinggi konsentrasi
selama perlakuan pemaparan konsentrasi kadmium (CdCl2) semakin banyak Daphnia
kadmium (CdCl2). Berdasarkan hal tersebut, magna yang terinduksi untuk memproduksi
pakan dan kepadatan populasi serta kualitas air Methyl Farnesoate, sehingga semakin besar
bukan lagi menjadi streesor pembentukan persentase anakan jantan yang dihasilkan.
anakan jantan. Hal ini terlihat dari perlakuan A Rider et al. (2005) menyatakan,
(kontrol) yang menghasilkan 0% anakan jantan sintesa haemogloblin diatur oleh hormon
(100% anakan betina). terpenoid (Methyl Farnesoate), konsentrasi
Berdasarkan hasil ANOVA haemoglobin meningkat secara singnifikan pada
menunjukkan bahwa perlakuan A (kontrol) pemaparan hormon Methyl Farnesoate. Potensi
merupakan perlakuan yang menghasilkan hormon terpenoid untuk meningkatkan
persentase anakan jantan terendah dibandingkan konsentrasi haemoglobin dan induksi anakan
dengan perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan jantan berkorelasi positif. Terbentuknya anakan
B (0,0001 mg/l) menunjukkan hasil yang sama jantan Daphnia magna pada penelitian ini
dengan perlakuan C (0,0002 mg/l) hal ini berarti mengindikasikan terjadinya peningkatan Methyl
bahwa pada kedua perlakuan konsentrasi Farnesoate. Namun demikian, tidak terjadi
kadmium (CdCl2) tersebut memberikan peningkatan sintesa haemoglobin. Hal ini
pengaruh yang sama terhadap persentase anakan berdasarkan hasil nilai skoring warna yang tidak
jantan Daphnia magna, namun peningkatan signifikan pada pemaparan kadmium (CdCl2)
pemberian konsentrasi kadmium (CdCl2) hingga konsentrasi LC 50 anakan jantannya
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Hal mencapai 100%.
ini terlihat dari perlakuan D (0,0003 mg/l) dan E Dekken (2005) menyatakan bahwa
(0,0004 mg/l) yang menunjukkan hasil yang pada kondisi oksigen rendah (hypoxia) Daphnia
berbeda nyata yang mana perlakuan E (0,0004) magna yang akan meningkatkan produksi
menghasilkan persentase anakan jantan tertinggi haemoglobin, sehingga pada bagian luar

47
Pengaruh Konsentrasi Kadmium Terhadap......

carapace akan terlihat berwarna merah. oksigen terlarut minimal sebesar 3 mg/l (Ebert,
Peningkatan produksi haemoglobin tersebut 2005).
bertujuan untuk membantu transportasi oksigen Suhu air selama penelitian terukur
di dalam tubuh, sehingga pada saat oksigen sebesar 26°C. Suhu tersebut masih berada pada
lingkungan rendah, Daphnia magna kisaran optimum pertumbuhan Daphnia magna
meningkatkan kebutuhan oksigennya. yang berkisar antara 22 - 31 °C (Clare, 2002).
Haemoglobin Daphnia magna terdiri Derajat keasaman (pH) dalam penelitian ini
atas sub unit hb1, hb2 dan hb3. Zeit, et al. berada pada kisaran optimum bagi
(2003) dalam Eads, et al. (2007) menyatakan kelangsungan hidup Daphnia magna, yaitu
konsentrasi mRNA sub unit hb2 dan hb3 sebesar 8,0 – 8,2. Clare (2002) menyatakan
meningkat selama kondisi hypoxia, namun tidak bahwa derajat keasaman (pH) optimum
demikian halnya dengan sub unit hb1. Gorr, et Daphnia magna berkisar antara 7,2 – 8,5.
al. (2006) dalam Eads, et al. (2007) Kondisi kualitas air pada penelitian ini secara
mengidentifikasi adanya ikatan Juvenoid umum berada pada kisaran optimum sehingga
Respon Element (JRE) dengan Juvenoid faktor lain selain pengaruh perlakuan kadmium
Hormon Analoge (JHA) di wilayah promotor (CdCl2) yang mempengaruhi perubahan warna
region gen hb2. penambahan pyriproxyten dan pembentukan anakan kelamin jantan
(JHA) mengaktifasi sintesa mRNA hb2 Daphnia magna dapat dikontrol.
haemoglobin Daphnia magna. Hasil penelitian
lain Gorr, et al. (2004) dalam Eads, et al. (2007) Kesimpulan
menyatakan bahwa ikatan Hypoxia Inducible Perlakuan konsentrasi kadmium
Factor (HIF) dengan Hypoxia Response (CdCl2) yang berbeda terhadap 20 ekor Daphnia
Element (HRE) juga ditemukan di promotor magna betina matang ovari selama 48 jam tidak
region dari gen hb2 Daphnia magna. Hal ini memberikan pengaruh yang berbeda pada
menunjukkan, sintesa haemoglobin Daphnia tingkat perubahan warna Daphnia magna
magna dipengaruhi oleh jalur signal terpenoid karena kondisi oksigen terlarut (DO) yang
dari hormon Methyl Farnosoate dan jalur tinggi Methyl Farnesoate tidak mampu
hypoxia. menginduksi produksi haemoglobin.
Hasil penelitian ini menunjukkan Peningkatan konsentrasi kadmium
bahwa pemaparan konsentrasi kadmium yang (CdCl2) yang dipaparkan pada induk Daphnia
mempengaruhi jumlah jenis kelamin jantan magna berkolerasi positif terhadap jumlah
tidak berpengaruh terhadap perubahan warna anakan jantan yang dihasilkan, semakin tinggi
pada Daphnia magna. Hal ini disebabkan konsentrasi kadmium (CdCl2) yang dipaparkan,
karena dalam kondisi oksigen terlarut (DO) semakin besar pula jumlah anakan jantan yang
tinggi yang berkisar antara 8,5 – 9,0, Methyl dihasilkan. Pemaparan konsentrasi kadmium
Farnesoate tidak mampu menginduksi produksi (CdCl2) pada konsentrasi 0,0004 mg/l (LC 50)
haemoglobin serta pada prinsipnya menghasilkan anakan jantan 100%.
pembentukan haemoglobin di dalam tubuh Diharapkan adanya penelitian pada
Daphnia magna merupakan bentuk adaptasi Daphnia magna terhadap berbagai tingkat
terhadap toleransi oksigen terlarut yang rendah. oksigen terlarut terhadap perubahan warna
Seperti halnya, Ebert (2005) yang menyatakan Daphnia magna untuk lebih memberikan
bahwa pada kondisi tersebut, Daphnia magna informasi yang tepat dalam mendukung
akan membentuk haemoglobin dalam penelitian ini maupun pengembangan
hemolymph untuk membantu pendistribusian penelitian tentang pencemaran perairan
oksigen dalam tubuhnya. Adanya haemoglobin selanjutnya. Sebaiknya perlu dilakukan uji
dalam hemolymph tersebut menyebabkan kandungan logam berat terhadap media air yang
Daphnia magna berwarna merah. Namun, digunakan untuk uji toksisitas agar hasil yang
ketika oksigen tinggi, sintesa haemoglobin didapatkan lebih akurat.
bukan merupakan suatu kebutuhan.
Berdasarkan pengukuran parameter Daftar Pustaka
kulitas air pada awal dan akhir penelitian, Clare, J. 2002. Daphnia an Aquarist’s Guide.
kualitas air secara umum berada pada kondisi Dalam: http: // www. Caudata. Org/
optimal untuk kelangsungan hidup Daphnia daphnia. 13 hal.
magna. Oksigen terlarut pada penelitian ini Connell, D. W. and Milller, G. J. 1995. Kimia
berada pada kisaran 8,5 – 9,0 mg/l. Kisaran dan Ekotoksikologi Pencemaran.
tersebut berada pada kisaran optimum untuk Terjemahan: Yanti Koestoer. Penerbit
kelangsungan hidup Daphnia magna. Daphnia Universitas Indonesia Press. Jakarta.
magna dapat bertahan hidup dalam konsentrasi hal. 52-337.

48
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, April 2009

Eads, B., J. Andrews, and J. K. Coolbourne. Mokoginta, I. 2003. Modul Budidaya Daphnia.
2007. Ecological Genomic in Daphnia: Direktorat Pendidikan Menengah
Stress Responses and Environmental Kejuruan. Direktorat Jenderal
Sex Determination. Center For Pendidikan Dasar dan Menengah.
Genomic and Bioinformatics. Indiana Departemen Pendidikan Nasional. Hal
University Bloomington. Departement 25-26.
of Biology. USA. Ochlan. J. and V. S. Ochlman. 2003. Endocrine
Ebert, D. 2005. Ecology, Epidemiology, and Disruption in Invertebrata. Pure
Evolution of Parasitism in Daphnia. Applechem. Vol 75. pp 11-12
University of Basel. Switzerland. 11 Olmsteated and LeBlanc. 2002a. Effect of
hal. Endocrine Active Chemical on The
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Development of Sex Characteristic of
Makhluk Hidup. Universitas Indonesia Daphnia Magna. Departement of
Press. Jakarta. hal 6-85. Toxicology North Caroline. USA. pp
Deken, A. 2005. Seeing Red: Daphnia and 731-735.
Hemoglobin. Ste. Genevieve du Bois Olmsteated and LeBlanc. 2002b. The Juvenoid
School. Warson Woods, Missouri. Hormon Methyl Farnesoate is a Sex
Summer Reseach Fellowship for Determinant in the Crustacean
Science Teachers. Washington Daphnia Magna. Departement of
University Science Outreach. Missouri. Toxicology North Caroline. USA. pp
Hal 2-8. 736 – 739.
Hodkinson, I. D. 2005. Terrestrial and Aquatic Olmsteated, W. A. 2003. Environtmental
Invertebrates as Bioindicators of Toxicant Effect on Sexual
Environmental Monitoring, With Reproduction in Daphnia Magna.
Particular References to Mountain Dissertasions submitted to the
Ecosystems. Liverpool John Moores Graduate Faculty of North Caroline
University, Byrom Street. Liverpool. State University. USA. 7 hal.
pp 649-666. Rider, C. V., T. A. Gorr., A.W. Olmstead, B. A.
Joniansyah. 2004. Reklamasi Pantai Mutiara Wasilak, and G. A. LeBlanc. 2005.
Dadap Merusak Lingkungan. Tempo Stress Signaling: Coregulation of
Interaktif, 7 Juli 2004: 2 Hemoglobin and Male Sex
Kusriningrum, R. S. 2008. Perancangan Determination Through a Terpenoid
Percobaan. Airlangga University Press. Signaling Pathway in a Crustacean.
Surabaya. Hal 43-50. Departement of Environmental and
Laufer, H. and Biggers, W. J. 2001. Unfying Molecular Toxicology. North Carolina
Concepts from Methyl Farnesoate for State University, Raleigh. USA. p. 15-
Invertebrate Reproduction and Post – 23.
Embryonic Development. Departement Rottman, R. W., J. S. Graves, C. Watson and R.
of Molecular and Cell Biology. P. E. Yanong. 2003. Culture
University of Connecticut. Techniques of Moina: The Ideal
Massachussetts. pp. 442- 457. Daphnia For Feeding Freshwater Fish
LeBlanc, G. A., W. A. Olmsteated, X. Mu, Y. Fry. Departement of Fisheries and
W. Helen, R. Bethany and Hong Li. Aquatic Sciences, University of
2006. Mechanictic Approaches to Florida. http:// www. Simply
Screening Chemicals for Endocrine Discus.com. 12/05/08. 8 hal.
Toxicity Using an Invertebrate. Rusdyanto, E., R. A. Wulandari, A. M.
Depatement of Environtmental and Wardiati, A. Winata, Hewindati dan B.
Moleculer Toxicology. North Carolina Hardjojo. 1996. Kimia Fisik Biologi
State University, Raleigh NC. http: // Lingkungan. Universitas Terbuka.
www. Epa.gov. 14/06/08. 1 hal. Jakarta. hal. 15-57.
Louekari, K., Kurtto, R. M. Pasanen, J. Samsubar, S. 1996. Statistik Nonparametrik
Virtanen. 2000. Cadmium In Edisi 2. BPFE-Yogyakarta.
Fertilizers- Risk to Human Health and Yogyakarta. hal. 27-38.
the Environtment. Ministry of Setyawan. 2001. Pengertian Air Dari Perspektif
Agriculture and Forestry. Finlandia. Hukum Pusat Pengendalian
pp. 4-70. Pencemaran Air. BPLHD Jawa Barat.
Mudjiman, A. 1995. Makanan Ikan. Penebar 2 hal.
Swadaya. Jakarta. Hal 28-37.

49
Pengaruh Konsentrasi Kadmium Terhadap......

Setyorini, D. 2003. Waspadai Bahaya Merkuri Soemirat, S, J. 1994. Kesehatan Lingkungan.


di Sumber Air Kita. Ecological Gadjah Mada University Press.
Observation and Wetlands Yogyakarta. hal. 10-75.
Conversation. Ecoton. Gresik. 2 hal. USEPA. 1996. Aquatic Invertebrate Acute
Sunarto. 2007. Bioindikator Pencemar Logam Toxicity Test Freshwater Daphnids.
Berat (Cd) Dengan Analisis Struktur Report. No. EPA-712C-96-114. United
Mikroanatomi, Efisiensi Fungsi Insang, States Environmental Protection
Morfologi dan Kondisi Cangkang Agency, Washington, D. C. p. 96-114.
Kerang Air Tawar (Anondonta Zairin, Jr. M. 2002. Sex Reversal, Memproduksi
woodiana Lea). Tesis. Program Pasca Benih Ikan Jantan atau Betina. Penebar
Sarjana. Universitas Airlangga. Swadaya. Jakarta. hal. 1- 88.
Surabaya. 14 hal.

50

You might also like