Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Allasay Kitsash Addifisyuka Cintra1* , Isdradjad Setyobudiandi2, Achmad Fahrudin2
1 Mahasiswa Program Magister Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Departemen Manajemen Sumber daya
Perairan, FPIK-IPB
2Dosen Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, FPIK-IPB
*Korespondensi: allsay.cintra@gmail.com
ABSTRACT
Fisheries has significant roles for the Indonesian economy. Climate change influences
Indonesian fisheries through a range of direct and indirect pathaway. A scientific based approach
such as vulnerability is needed to determine the risks of climate change and adaptation strategies.
Therefore, this study was conducted to analyze the vulnerability of fisheries to climate change on
province scaled in Indonesia. Vulnerability index (VI) is obtained with composite index of exposure
(EI), sensitivity (SI) and adaptive capacity (ACI) of ten provinces representing the eastern and
western parts of Indonesia by using purposive sampling method. Source of data for indices
variables were using recorded datas from relevant institutions. The results showed that fisheries
status of North Sulawesi (VI = 0.78), Central Sulawesi (VI = 0.72) and Gorontalo (VI = 0.61) were
very vulnerable despite the composition of constituent vulnerability index was different. This
difference determined the specific policies to be taken to each province to reduce vulnerability.
Short term policies are taken to reduce the vulnerability of the most vulnerable areas on Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, and Gorontalo. Medium term policy is carried out in high sensitivity areas,
namely Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, and Kalimantan Timur and in low adaptive capacity areas
such as Jambi, Gorontalo and Bangka Belitung. Long term policy is conducted for areas with high
exposure such as Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara and Kalimantan Timur.
Keywords: Climate change, fisheries, vulnerability, province
ABSTRAK
Perikanan tangkap memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Adanya
perubahan iklim akan berdampak merugikan secara langsung maupun tidak langsung pada
perikanan tangkap Indonesia. Suatu pendekatan ilmiah diperlukan untuk menentukan risiko
perubahan iklim dan strategi adaptasi perikanan tangkap, salah satunya adalah analisis
kerentanan (Vulnerability). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kerentanan
perikanan tangkap akibat perubahan iklim pada skala provinsi di Indonesia. Indeks kerentanan (VI)
didapatkan dengan mengkompositkan indeks keterpaparan (EI), kepekaan (SI) dan kapasitas
adaptif (ACI) dari sepuluh provinsi yang mewakili bagian timur dan barat Indonesia dengan metode
purposive sampling. Sumber variabel penyusun indeks variabel menggunakaan rekaman data dari
instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa provinsi Sulawesi Utara (VI=0,78), Sulawesi
Tengah (VI=0,72) dan Gorontalo (VI=0,61) berstatus sangat rentan walaupun komposisi penyusun
indeks kerentanannya tidak sama. Perbedaan ini menentukan bahwa jenis kebijakan yang diambil
menjadi spesifik pada tiap provinsi untuk mengurangi kerentanan. Short term policy diambil untuk
224 Marine Fisheries 8(2): 223-233, November 2017
mengurangi dapak di daerah yang paling rentan yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan
Gorontalo. Medium term policy dilakukan pada daerah yang kepekaannya tinggi yaitu Kepulauan
Riau, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Timur dan kapasitas adaptifnya rendah yaitu Jambi,
Gorontalo dan Bangka Belitung. Long term policy dilakukan untuk daerah yang keterpaparannya
tinggi yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur.
Kata kunci: kerentanan, perikanan tangkap, perubahan iklim, provinsi
besar kenaikan suhu permukaan lautnya. Sta- dan sumber daya manusia (Hughes et al.
tus keterpaparan yang sangat tinggi terjadi pro- 2012). Luasan mangrove dan luasan terumbu
vinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan karang adalah aset alami yang memberikan
Kalimantan Timur yang ketiga provinsi tersebut manfaat ekologis pada perikanan tangkap.
perairannya berhubungan dengan Selat Makas- Kedua ekosistem ini memegang peranan pen-
sar. Menurut Habibie dan Nuraeni (2014) jalur ting dalam kelanjutan produktivitas perikanan
yang dialalui Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) inshore dan offshore. Keduanya berkontribusi
seperti Selat Makassa terindikasi mengalami sebagai penyumbang nutrient dan sumber ma-
tren SPL meningkat. Daerah lain yang terletak kanan bagi detritivor, sebagai tempat perlin-
dekat Selat Makassar yaitu Gorontalo juga dungan, pemijahan dan pengasuhan berbagai
memiliki nilai keterpaapran yang tinggi, namun biota (ikan, udang), dan memelihara keseim-
masuk dalam status keterpaparan tinggi. bangan ekologi (Brander et al. 2012; Faunce
dan Serafy 2006). Besarnya nilai kedua varia-
Keterpaparan terhadap suhu permukaan
bel ini menunjukkan bahwa perikanan tangkap
laut harus dipertimbangkan sebagai ancaman
di provinsi tersebut akan memiliki suatu pelin-
yang serius terhadap kegiatan perikanan tang-
dung alami dari perubahan iklim. Luasan mang-
kap. Pengaruh suhu berdampak pada sumber-
rove terbesar dimiliki Riau, sedangkan luas te-
daya perikanan melewati beberapa aspek.
rumbu karang terbesar dimiliki oleh Kepulauan
Perubahan suhu mempengaruhi perubahan
Riau.
struktur komunitas plankton yang mengaki-
batkan mismatch waktu ekologi yang berhubu- Variabel lain yang merupakan aset ada-
ngan dengan survival juvenil ikan yang menye- lah tempat pendaratan ikan yaitu aset fisik
babkan turunnya populasi ikan (Ji et al. 2010). (man-made) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Adapun secara fisiologis, sumber daya perikan- bidang kelautan dan perikanan yaitu aset finan-
an sangat bergantung pada suhu lingkungan sial untuk membantu mendanai kegiatan pem-
terutama ikan-ikan di daerah tropis yang memi- bangunan fisik bidang kelautan dan perikanan.
liki rentang toleransi suhu yang sempit. Pening- Provinsi dengan jumlah tempat pendaratan ikan
katan suhu perairan akan direspon dengan per- terbanyak adalah Kalimantan Barat, sedangkan
ubahan distribusi ikan ke daerah yang suhunya untuk nilai DAK tertinggi adalah provinsi Riau.
lebih cocok (Cheung dan Pauly 2016). Misalnya Variabel penyuluh perikanan merupakan salah
dengan bermigrasi ke daerah di posisi lintang satu usaha dari pihak pemerintah untuk me-
tinggi atau ke perairan yang lebih dalam (Nye et ningkatkan sumber daya manusia nelayan, be-
al. 2009). Hal ini akan menyebabkan berku- saran variabel ini menunjukan bahwa adanya
rangnya spesies tangkapan (Cheung et al. information sharing dalam kegiatan perikanan
2009) dan mempengaruhi kelimpahan dan tangkap untuk menghadapi perubahan iklim.
distribusi ikan (Perry et al. 2005; Dulvy et al. Provinsi dengan jumlah penyuluh perikanan ter-
2009). Indonesia diramalkan akan mengalami banyak adalah Sumatera Selatan. Komposit
penurunan hasil tangkapan potensial di atas dari kelima variabel tersebut membentuk indeks
20% pada tahun 2055 (Cheung et al. 2010). kapasitas adaptif (ACI), provinsi dengan ACI
tertinggi adalah Kalimantan Barat, Kalimantan
Kepekaan perikanan tangkap terhadap
Timur dan Riau. Tingginya nilai ACI menunjuk-
perubahan iklim direpresentasikan dengan
kan bahwa perikanan tangkap di provinsi terse-
kombinasi dari jumlah nelayan dan hasil tang-
but memiliki kemampuan dalam merespon dan
kapan. Nelayan dan hasil tangkapan meru-
mengurangi dampak dari perubahan iklim.
pakan suatu variabel yang paling pertama ter-
kena dampak perubahan iklim. Peningkatan Kombinasi ketiga subindeks mempenga-
suhu permukaan laut akan mengakibatkan per- ruhi kerentanan perikanan tangkap dengan be-
geseran pola distribusi, pola reproduksi ikan berapa cara. Provinsi yang kurang mampu ber-
tangkapan yang akan meningkatkan biaya ope- adaptasi belum tentu menjadi daerah yang pa-
rasional penangkapan (Sumaila et al. 2011), ling rentan, dikarenakan pengaruh dari rendah-
kapal, bahan bakar, alat tangkap yang lebih se- nya keterpaparan ataupun rendahnya kepeka-
suai. Adanya perubahan tersebut akan mem- annya, misal Provinsi Jambi. Hal ini berarti per-
pengaruhi jumlah nelayan dan hasil tangkapan. ubahan iklim memiliki dampak yang tidak sama
Nelayan akan beralih mata pencaharian dan pada tiap provinsi (Islam et al. 2014). Namun di
hasil tangkapan akan berkurang. Hasil analisis provinsi yang keterpaparannya tinggi disertai
SI menunjukkan bahwa perikanan tangkap dengan tingginya kepekaan dan rendahnya
yang terkena dampak perubahan iklim paling kapasitas adaptif akan menghasilkan kerentan-
besar adalah Kepulauan Riau, Sulawesi Utara an yang tinggi, misal Gorontalo.
dan Kalimantan Timur.
Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Uta-
Kapasitas adaptif tersusun dari lima va- ra dan Gorontalo memiliki status kerentanan
riabel yang mewakili aset alam, fisik, finansial sangat tinggi, namun memiliki perbedaan kom-
230 Marine Fisheries 8(2): 223-233, November 2017
binasi subindeks penyusunnya. Sulawesi Utara kan ini adalah provinsi yang memiliki kepekaan
dan Sulawesi Tengah menghadapi kombinasi yang tinggi, yaitu kepulauan Riau, Sulawesi
dari terkena kenaikan SPL, besarnya jumlah Utara, dan Kalimantan Timur dan yang memiliki
nelayan yang terkena dampak dan acaman kapasitas adaptif rendah yaitu Jambi, Gorontalo
berkurangnya hasil tangkapan serta kemam- dan Bangka Belitung. Pada skala nasional, me-
puan beradaptasi yang sedang. Gorontalo juga lakukan investasi di early warning system untuk
menghadapi kenaikan SPL namun tidak sebe- mengurangi keterpaparan dari bahaya cuaca
sar kedua provinsi tersebut, dan ancamannya buruk, melakukan perencanaan adaptasi (con-
terhadap jumlah nelayan dan hasil tangkapan tohnya Indonesia Climate Change Sectoral
rendah, namun kemampuan beradaptasi sang- Roadmap di Sektor Kelautan dan Perikanan)
at rendah. Pada kategori kerentanan rendah, dan investasi dalam pembangunan infrakstruk-
Riau meskipun memiliki keterpaparan yang tur.
tinggi terhadap kenaikan SPL namun dikom-
Long term policy pada skala lokal yaitu
pensasi dengan tingginya kemampuan ber-
memberlakukan kawasan preservasi atau ma-
adaptasi terhadap perubahan iklim baik secara
rine protected area dan melakukan sosialisasi,
finansial, ekologis maupun infrastruktur. Suma-
pendidikan, dan pembentukan komunitas yang
tera selatan dan Kalimantan Barat memiliki
menekankan keberlanjutan ekologi lingkungan
profil penyusun kerentanan yang hampir mirip
pesisir dan laut. Berdasarkan penelitian ini kebi-
yaitu rendahnya keterpaparan dan kemampuan
jakan ini ditekankan pada provinsi Sulawesi
adaptasi yang sangat tinggi. Perbedaan ini
Tengah, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur.
akan menentukan jenis kebijakan yang diambil
Pada skala nasional yaitu melakukan investasi
untuk mengurangi kerentanan.
di bidang energi alternatif untuk mengurangi pe-
Perbedaan dalam penyusunan kerentan- manasan global, investasi pada pendidikan, ke-
an menentukan kebijakan khusus berdasarkan terampilan dan pengetahuan pada nelayan dan
perbedaan dimensi dari kerentanan tersebut. peningkatan kualitas kerja pemerintahan di bi-
Misalnya suatu kebijakan khusus diambil untuk dang yang mengampu pada perikanan, kelaut-
mengurangi keterpaparan akan berbeda deng- an dan lingkungan hidup.
an kebijakan untuk membangun kemampuan
Sebagai suatu studi awalan dalam me-
beradaptasi. Cinner et al. (2012) menjelaskan
nyajikan kerangka untuk menduga kerentanan
beberapa kebijakan untuk mengurangi keren-
perikanan tangkap akibat perubahan iklim, ter-
tanan, i) Short term policy (kurang dari 1 tahun),
dapat banyak limitasi dan ruang untuk mening-
kebijakan yang ditekankan pada pengurangan
katkan penelitian di bidang ini di masa menda-
dampak di daerah yang paling rentan ii) Medi-
tang. terutama dalam variabel penyusun indeks
um term policy (kurang dari 5 tahun), kebijakan
maupun formulasi model indeks kerentanan
untuk meningkatkan kemampuan adaptasi dan
perikanan tangkap. Pada analisis ini pengaruh
mengurangi kepekaan dan iii) Long term policy,
perubahan iklim terhadap perikanan tangkap
mengurangi keterpaparan dengen cara mitigasi
hanya diwakili oleh satu variabel yaitu SPL. Be-
perubahan iklim. Ketiga kebijakan tersebut me-
berapa penelitian menyarankan penambahan
nurut Cinner et al. (2012) terbagi atas skala lo-
variabel yang lebih spesifik mempengaruhi per-
kal dan skala nasional. Berdasarkan penelitian
ikanan tangkap misalnya intensitas kejadian
ini skala lokal dapat disamakan dengan skala
alam ekstrem (ombak/badai) (Islam et al. 2014),
provinsi.
radiasi ultraviolet (UV), klorofil, arus permuka-
Beberapa contoh short term policy pada an, kecepatan angin, Photosyn-theticallly Active
skala lokal yang bisa dilakukan adalah pening- Radiation (PAR) (Cinner et al. 2012), dan pro-
katan sistem informasi perkiraan cuaca untuk duksi primer (Allison et al. 2009).
melaut, berpindah daerah penangkapan, dan
Kesulitan dalam pengumpulan data juga
penambahan atau modifikasi alat penangkapan
mempengaruhi penentuan variabel, misalnya
ikan. Kebijakan khususnya ini dapat diterapkan
variabel pendidikan nelayan akan mampu men-
pada provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Te-
jelaskan kondisi sumber daya manusia nelayan,
ngah, dan Gorontalo yang berstatus sangat
dan juga variabel ekologis lain yaitu padang
rentan. Pada skala nasional contohnya pembe-
lamun. Ketidaksediaan data tersebut dalam
rian pinjaman tanpa bunga dan subsidi bagi
skala provinsi maka maka tidak diikutsertakan
nelayan.
dalam variabel. Selain itu diperlukan suatu studi
Tindakan pada medium term policy untuk menentukan jenis sumber daya perikan-
misalnya memperkuat komunitas lokal dalam an tangkap yang dipengaruhi oleh suhu permu-
mengatur sumber daya perikanan dan ekosis- kaan laut. Pada penelitian ini sumber daya per-
tem, dan perbaikan dan pembangunan infra- ikanan meliputi semua jenis tangkapan laut
struktur kegiatan perikanan tangkap. Provinsi berdasarkan pengertian UU No 31 tahun 2004
yang diprioritaskan untuk menerapkan kebija- tentang perikanan. Berdasarkan Westernhagen
Cintra et al. – Analisis Kerentanan Perikanan Tangkap 231
Marine Fishes. Science. 308: 1912– of World Fisheries. [Ulasan]. Nature Cli-
1915. mate Change. 1: 449-456.
Pitcher TJ, Cheung WWL. 2013. Fisheries: Syaifullah MD. 2015. Suhu Permukaan Laut
Hope or Despair?. Marine Pollution Bu- Perairan Indonesia dan Hubungannya
lletin. 74: 506-516. dengan Pemanasan Global. Jurnal Se-
gara. 11(2): 103-113.
Runtuboi F. 2012. Analisis Kerentanan Populasi
Penyu Belimbing (Dermochelys coria-cea Tahir A. 2010. Formulasi Indeks Kerentanan
vrandelli 1761) di Pantai Jamursba Medi- Lingkungan Pulau-Pulau Kecil kasus Pu-
aan Wermon sebagai indikator Keberlan- lau Kusu Kota Batam, Pulau Barang
jutan Kawasan Konservasi Laut Daerah Lompo Kota Makasar dan Pulau Saonek
A-bun Kabupaten Tambrauw Papua Kabupaten Raja Ampat. [Disertasi]. Bo-
Barat. [Tesis]. Bogor (ID) : Institut gor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Pro-
Pertanian Bogor. Program Pascasarjana. gram Pascasarjana
Smith K, Barrett CB, Box PW. 2000. Participa- Turner BL, Kasperson RE, Matsone PA. 2003.
tory Risk Mapping for Targeting Re- A Framework for Vulnerability Analysis in
search and Assistance: With an Example Sustainability Science. Proceedings of
from East African Pastoralists. World De- the National Academy Of Sciences of the
velopment. 28: 1945–1959. United States of America. 100: 8074–
8079.
Stocker T, Qin D, Plattner G, Tignor M, Allen S,
Boschung J, Nauels A, Xia Y, Bex B, Villa F, McLeod H. 2002. Environmental Vul-
Midgley B. 2013. IPCC, 2013: Climate nerability Indicator for Environmetal
Change 2013: the Physical Science Ba- Planning and Decision-Making: Guide-
sis. Contribution of Working Group I to lines and Application. Environmental Ma-
the Fifth Assessment Report of the Inter- nagement. 29: 335-348.
governmental Panel on Climate Change.
Westernhagen HV, Schanck D. 2001. The Ef-
Cambridge (UK): Cambridge University
fect of Climate Change on Fish Popu-
Press.
lation. Di dalam: Lozen, Grassl, dan Hup-
Sumaila UR, Cheung WWL, Lam WYL, Pauly fer, editor. Climate of the 21st Century:
D, Herrick S. 2011. Climate Change Im- Change and Risks. Hamburg (DE): Wis-
pacts on the Biophysics and Economics senschaftliche Auswertungen.