You are on page 1of 13

EVIDENCE BASED OF NURSING PRACTICE

DIABETES MELITUS (DM)

Oleh:

Zahrina Violla, S.kep


NIM: 1911438053

Preceptor Akademik: Ns. Darwin Karim, M.Biomed


Preceptor Klinik: Ns. Nurlina Sari, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS B 2018


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
EFEKTIFITAS SENAM KAKI DIABETIK DENGAN BOLA PLASTIK
TERHADAP TINGKAT SENSITIVITAS KAKI PADA
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
1
Dewi oktaviah, 2Yesi Hasneli, 3Agrina

Email: dewi_oktaviah@yahoo.com

Abstract

The purpose of the research is to analize the effect of diabetic foot exercises with plastic ball on the level of
foot sensitivity in diabetic patients. The research used quasy experiment design with non-equivalent control
group which divided into experimental group and control group. Sample of this research is 30 people divided
into 15 people as the experimental group and 15 people as a control group. Sample in this research was
taken by purposive sampling of techniques sampling which selected based on inclusion criteria. Instruments
of this research was using monofilament in both groups to measuring respondent foot sensitivity. The
experimental group were given interventions with diabetic foot exercises with plastic ball three times in 1
week. Data then analyzed into univariate and bivariate using dependent sample t test and independent
sample t test. The result of the reearch showed that mean level of foot sensitivity before diabetic foot
exercises with plastic ball was 8.467 points and mean level of foot sensitivity after diabetic foot exercises
with plastic ball was 9.007 point mean an increase in the foot sensitivity after given intervention with p value
0,002 (<0,05). In conclusion diabetic foot exercises with plastic ball are effective against increasing the foot
sensitivity in patients with diabetes mellitus type 2. The result is expected to be one of the nursing
intervention to improve the foot sensitivity for patients with diabetes mellitus type 2.

Keywords: diabetes mellitus, diabetic foot exercises, foot sensitivity

PENDAHULUAN terus meningkat pada tahun 2030 adalah


21,3 juta (Sudoyo, Setyohadi, Alwi,
Diabetes Mellitus (DM) merupakan Marcellus, & Setiati, 2007).
sekumpulan gejala pada seseorang di tandai Data penderita DM di Kota
dengan kadar glukosa darah yang melebihi Pekanbaru pada tahun 2011 terdapat 1..957
nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh jiwa, dan pada Triwulan I tahun 2012
kekurangan insulin baik absolute maupun terdapat 2.897 jiwa penderita DM (Dinas
relative (Smeltzer & Bare, 2002). Kesehatan Kota Pekanbaru, 2012).
Menurut World Health Organization Berdasarkan data dari Rekam Medik
(WHO), penderita DM di Indonesia tahun Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
2003 menduduki peringkat ke 4 setelah Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru
Amerika Serikat, India, dan Cina. pada tahun 2013 dari bulan Januari hingga
International Diabetes Federation (IDF) April sebanyak 1754 orang pasien lama dan
memperkirakan pada tahun 2030 sebanyak 241 orang pasien baru yang berobat di
552 juta orang akan terkena diabetes, poliklinik RSUD Arifin Achmad
penderita DM tahun 2011 mencapai 346 Pekanbaru. Angka kejadian ulkus kaki di
juta orang dan tahun 2009 mencapai 285 RSUD Arifin Achmad tidak diketahui
juta orang (Hidayat, 2011). IDF karena ulkus kaki tidak masuk dalam
memperkirakan Indonesia menduduki catatan rekam medis.
peringkat ke 3 penderita DM terbesar di Komplikasi penyakit DM salah
dunia pada tahun 2025 mendatang (Depkes, satunya adalah neuropati, yang dapat
2007). Jumlah penderita DM di Indonesia menyebabkan pasien diabetes mengalami
tahun 2000 sebanyak 8,4 juta, tahun 2003 penurunan sensitivitas (Echeverry, et al,
sebanyak 13,7 juta, dan diperkirakan akan 2007). Hilangnya sensasi merupakan salah

1
satu faktor utama risiko terjadinya ulkus Berdasarkan latar belakang, maka
(Smeltzer & Bare, 2002). Natalia (2013) peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dalam penelitiannya dengan judul pada penderita DM dengan judul
“Efektivitas senam kaki dengan tempurung “Efektifitas senam kaki diabetik dengan
kelapa terhadap tingkat sensitivitas kaki menggunakan bola plastik terhadap tingkat
pada pasien diabetes mellitus tipe 2” sensitivitas kaki pada pasien diabetes
menyatakan bahwa senam kaki diabetik melitus tipe 2”.
dengan tempurung kelapa selama tiga kali
dalam seminggu efektif terhadap TUJUAN
peningkatan sensitivitas kaki dengan hasil
uji statistik p < 0,05. Tujuan penelitian adalah untuk
Endriyanto (2013) dalam membandingkan sensitivitas kaki terhadap
penelitiannya dengan judul “Efektivitas senam kaki diabetik dengan bola plastik
senam kaki diabetes mellitus dengan koran pada pasien DM tipe 2 pada kelompok
terhadap tingkat sensitivitas kaki pada eksperimen dan kelompok kontrol
pasien DM tipe 2” menyimpulkan bahwa
dari hasil pengukuran rata-rata sensitivitas METODE
kaki pada kelompok eksperimen sebelum
melakukan senam kaki DM dengan koran Desain: Quasi Eksperimen untuk
sebesar 4,35 dan pada kelompok kontrol mengungkapkan hubungan sebab akibat
sebesar 3,56. Setelah diberikan perlakuan dengan cara melibatkan kelompok kontrol
dengan melakukan senam kaki dengan disamping kelompok eksperimen.
koran selama 7 hari berturut-turut, terjadi Sampel: Sampel pada penelitian ini
peningkatan sensitivitas kaki rata-rata pada adalah 30 responden, 15 responden
kelompok eksperimen sebesar 4,85, kelompok eksperimen dan 15 responden
sedangkan pada kelompok kontrol yang lagi kelompok kontrol yang menderita DM
tidak diberikan perlakuan tetap yaitu tipe 2 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
sebesar 3,56 dengan hasil uji statistik p < Pengambilan sampel menggunakan
0,05 , dan dapat disimpulkan bahwa purposive sampling.
melakukan senam kaki DM dengan koran Analisa Data: Analisa statistik
dapat meningkatkan sensitivitas kaki pada melalui dua tahapan yaitu dengan
pasien DM tipe 2. Hasneli (2010) dalam menggunakan analisa univariat untuk
penelitiannya “Hubungan tingkat mengetahui karakteristik demografi
pengetahuan dan sikap klien diabetes responden. Analisa bivariat dengan
melitus terhadap perawatan kaki diabetes” menggunakan uji Dependent T test dan uji
mengatakan bahwa orang yang memiliki Independent T test.
tingkat pengetahuan dengan kategori baik HASIL
mampu melakukan perawatan kaki diabetes
yang baik. 1. Analisa Univariat
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti dengan mewawancarai Tabel 1
35 orang anngota senam DM di RSUD Karakteristik responden dan homogenitas
Arifin Achmad, 30dari 35 diantara mereka
Eksperimen dan
mengatakan tidak mengetahui komplikasi
Karakteristik Kontrol p value
DM yang dapat menyebabkan ulkus kaki n %
dan mereka juga tidak mengetahui adanya Jenis Kelamin 0,709
senam kaki yang dapat meningkatkan - Laki-laki 12 40,0
sensitivitas kaki pada pasien DM. - Perempuan 18 60,0

Umur

2
- Dewasa awal 17 56,7 0,461 senam kaki diabetik dengan bola plastik
(21-45 pada kelompok eksperimen 8.467 dengan
tahun) 13 43,3
- Dewasa
SD 0.698 dan pada kelompok kontrol 8.267
akhir (46-60 dengan SD 0.593.
tahun)
Tabel 3
Pendidikan Distribusi tingkat sensitivitas kaki pada
- SMP 8 26,7 0,181
- SMA 16 53,7
kelompok eksperimen dan kontrol sesudah
- PT 6 20,0 diberikan senam kaki diabetik

Pekerjaan Variabel Jumlah Mean SD


- PNS 8 26,7 Tingkat sensitivitas
- Swasta 4 13,3 0,375 kaki
- Buruh 3 10,0 - Kelompok 15 9.007 0.611
- IRT 15 50,0 Eksperimen
- Kelompok Kontrol 15 8.267 0.593

Tabel 3 menunjukkan mean tingkat


Tabel 1 menunjukkan bahwa sensitivitas kaki sesudah diberikan senam
mayoritas responden dalam penelitian kaki diabetik dengan bola plastik pada
adalah perempuan yaitu sebanyak 18 orang kelompok eksperimen lebih tinggi (9.007)
(66,7%) dan berusia dewasa awal sebanyak dengan SD 0.611 daripada mean tingkat
17 orang (56,7%). Responden terbanyak sensitivitas kaki pada kelompok kontrol
berpendidikan SMA yaitu 16 orang (53,3%) (8.267) dengan SD 0.593.
dan mayoritas tidak bekerja/IRT sebanyak
15 orang (50,0%). Setelah dilakukan uji 2. Analisa Bivariat
homogenitas didapatkan p value semua
karakteristik responden masing-masing Tabel 4
p>0,05 berarti semua karakteristik Perbedaan tingkat sensitivitas kaki pretest
responden pada kelompok eksperimen dan dan posttest setelah diberikan senam kaki
kontrol adalah homogen. diabetik dengan bola plastik

Variabel Jumlah Mean SD p


value
Kelompok
Eksperimen
- Pretest 15 8.467 0.698 0,000
- Posttest 15 9.007 0.611
Tabel 2
Distribusi tingkat sensitivitas kaki pada
kelompok eksperimen dan kontrol sebelum Tabel 4 menunjukkan bahwa dari
senam kaki diabetik hasil uji statistik didapatkan mean tingkat
sensitivitas kaki sesudah diberikan senam
Variabel Jumlah Mean SD kaki diabetik dengan bola plastik pada
Tingkat sensitivitas kelompok eksperimen lebih tinggi pada saat
kaki pretest yaitu sebesar 8,467 dengan SD
- Kelompok 15 8.467 0.698 0,698 daripada saat posttest yaitu sebesar
Eksperimen
9,007 dengan SD 0,611. Hasil p value=
- Kelompok Kontrol 15 8.267 0.593
0,000, berarti terjadi peningkatan
sensitivitas kaki yang signifikan pada
Tabel 2 menunjukkan bahwa mean
kelompok eksperimen.
tingkat sensitivitas kaki sebelum diberikan

3
Tabel 5 membantu menggunakan lemak sebagai
Perbedaan rata-rata posttest tingkat energi (Taylor, 2005). Menurut
sensitivitas kaki pada kelompok eksperimen Mayoclinic (2010), hormon estrogen dan
dan kelompok kontrol progesteron mempengaruhi sel-sel
merespon insulin. Setelah menopause,
Variabel Jumlah Mean SD p perubahan kadar hormon akan memicu
value fluktuasi kadar gula darah. Hal inilah
Rata-rata
yang menyebabkan kejadian DM lebih
posttest
- Kelompok 15 9.007 0.611 0,002 tinggi pada wanita dibanding pria.
ekperimen Arimuko (2012), mengatakan
- Kelompok 15 8.267 0.593 memang ada perbedaan tekstur kulit
kontrol yang jelas antara pria dan wanita.
Mekanisme respon saraf pada kulit
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari diawali dari turgor reseptor yang
hasil uji statistik t independent didapatkan terdapat pada lapisan dermis. Reseptor
hasil mean posttest tingkat sensitivitas kaki sensorik kulit dapat merespon impuls
pada kelompok eksperimen adalah 9,007 mekanik, suhu, dan kimia. Selanjutnya
dengan SD 0,611 dan pada kelompok impuls yang diterima oleh reseptor
kontrol adalah 8,267 dengan SD 0,593. tersebut akan diteruskan menuju neuron
Hasil analisa diperoleh p value= 0,002, sensorik untuk dikirimkan ke otak dan
berarti ada perbedaan yang signifikan spinal cord (CNS). Saraf sensorik
antara rata-rata tingkat sensitivitas kaki tersebut akan mengubah energi mekanik,
sesudah diberikan senam kaki diabetik kimia dan suhu menjadi sinyal elekrik.
dengan bola plastik pada kelompok Otak menerima informasi mengenai
eksperimen dengan rata-rata tingkat jenis rangsang (tekanan, sentuhan, panas,
sensitivitas kaki yang tidak diberikan senam dan dingin). Setelah menerima informasi
kaki diabetik pada kelompok kontrol. tersebut, kemudian impuls diteruskan ke
neuron motorik hingga akhirnya dapat
mengetahui rangsang apa yang sedang
PEMBAHASAN diterima (Campbell, 2005). Faktor-faktor
yang mempengaruhi kulit terhadap
1. Karakteristik responden rangsang antara lain jenis kelamin,
a. Jenis kelamin dimana wanita memiliki tingkat
Berdasarkan hasil penelitian yang sensitivitas yang lebih tinggi
dilakukan terhadap 30 orang responden, dibandingkan laki-laki. Selain itu juga
diperoleh responden yang berjenis dipengaruhi oleh ketebalan kulit serta
kelamin perempuan yaitu berjumlah 18 pengalaman indrawi (Bullock, 2001).
orang atau 60,0%, sedangkan untuk
responden yang berjenis kelamin laki-
laki hanya 12 orang atau 40,0%. b. Umur
Kejadian DM lebih tinggi pada wanita Hasil yang diperoleh pada
dibanding pria terutama pada DM tipe 2. kelompok eksperimen didapatkan
Hal ini disebabkan oleh penurunan peningkatan sensitivitas kaki pada umur
hormon estrogen akibat menopause. dewasa awal yaitu 56,7 % dibanding
Estrogen pada dasarnya berfungsi untuk dengan dewasa akhir yaitu 43,3%.
menjaga keseimbangan kadar gula darah Menurut Black dan Hawks (2005) DM
dan meningkatkan penyimpanan lemak, tipe 2 merupakan tipe dari penyakit DM
serta progesteron yang berfungsi untuk yang tidak bergantung pada insulin,
menormalkan kadar gula darah dan penyakit ini sering terdiagnosa pada

4
orang dewasa berumur lebih dari 40 penyakit menyebabkan kadar gula darah
tahun serta DM tipe 2 ini lebih umum tidak terkontrol. (Riyadi, 2004). Hasil
terjadi pada orang dewasa dengan suku yang didapatkan sesuai karena jumlah
bangsa tertentu. Seiring bertambahnya responden yang ditemukan di lapangan
usia, sel menjadi semakin resisten yang berpendidikan SMA yang paling
terhadap insulin, menurunkan banyak ditemukan pada responden,
kemampuan lansia untuk sehingga responden menjaga pola
memetabolisme glukosa. Selanjutnya, hidupnya dan dapat melakukan senam
pengeluaran insulin dari sel beta kaki dengan baik. Tetapi ini tidak sejalan
pankreas menurun dan terhambat dengan berpendidikan PT karena pada
(Andrews, Jhonson & Weinstock, 2005). saat di lapangan responden yang
Semakin bertambahnya usia ditemukan paling sedikit adalah yang
seseorang maka sirkulasi darahpun akan berpendidikan PT.
menurun, sehingga akan lebih berisiko d. Pekerjaan
untuk mengalami perubahan pada Penelitian pada 30 orang pasien
sensitivitas kaki seseorang (Tandra, DM menunjukkan bahwa mayoritas
2008). Selain jenis kelamin merupakan responden tidak bekerja atau tidak
faktor sensitivitas kaki, usia juga memiliki aktivitas yang tetap (dalam
mempengaruhi kulit terhadap rangsang penelitian ini adalah IRT) yaitu sebanyak
dimana semakin tua usia seseorang maka 15 orang atau 50% dan paling sedikit
semakin rendah tingkat sensitivitasnya berprofesi sebagai buruh sebanyak 3
(Bullock, 2001). Hal tersebut diatas orang atau 10 % dan swasta yaitu
sesuai dengan hasil penelitian yang sebanyak 4 orang atau 13,3 %. Menurut
didapatkan dilapangan dari 30 Black dan Hawks (2005), bahwa
responden, dimana peningkatan aktifitas fisik dapat meningkatkan
sensitivitas terjadi lebih besar pada sensitivitas insulin dan memiliki efek
kelompok umur dewasa daripada lansia. langsung terhadap penurunan kadar
Usia termuda didapatkan adalah 40 glukosa darah. Hal ini sejalan dengan
tahun dan tertua adalah 68 tahun. pernyataan oleh American Diabetes
c. Pendidikan Association (2011) yang menyatakan
Secara umum distribusi bahwa aktivitas fisik memiliki manfaat
responden berdasarkan tingkat yang besar karena kadar glukosa dapat
pendidikan terbanyak dari 30 responden terkontrol melalui aktivitas fisik serta
memiliki tingkat pendidikan SMA mencegah terjadi komplikasi. Salah satu
sebanyak 16 orang (53,3%) dan paling komplikasi terjadi pada kaki yaitu
sedikit dengan tingkat pendidikan PT neuropati, yang berpengaruh terhadap
sebanyak 6 orang (20,0%). Tingkat sensitivitas kaki sebagai tanda yang
pendidikan dapat mempengaruhi berpengaruh terhadap gejala terjadinya
kemampuan dan pengetahuan seseorang komplikasi.
dalam menerapkan perilaku hidup sehat,
terutama mencegah kejadian diabetes 2. Efektifitas senam kaki diabetik dengan
melitus. Semakin tinggi tingkat bola plastik terhadap tingkat sensitivitas
pendidikan maka semakin tinggi pula kaki pada pasien DM tipe 2
kemampuan seseorang dalam menjaga
pola hidupnya agar tetap sehat. Selain Berdasarkan hasil penelitian yang
itu, tingginya kejadian hiperglikemia telah dilakukan pada 30 responden yang
pada responden yang memiliki tingkat dibagi ke dalam 2 kelompok, kelompok
pendidikan yang rendah menunjukkan eksperimen dan kelompok kontrol. Pada
bahwa kurangnya pengetahuan tentang kedua kelompok sensitivitas kaki diukur

5
dengan menggunakan alat monofilament. membantu memperbaiki otot-otot kecil kaki
Kelompok eksperimen diberikan senam pada pasien diabetes dengan neuropati.
kaki diabetik dengan bola plastiki tiga kali Selain itu dapat memperkuat otot betis dan
dalam seminggu, sedangkan kelompok otot paha, mengatasi keterbatasan gerak
kontrol tidak diberikan perlakuan seperti sendi dan mencegah terjadinya deformitas.
kelompok eksperimen. Keterbatasan jumlah insulin pada penderita
Berdasarkan hasil dari uji t DM mengakibatkan kadar gula dalam darah
dependent diperoleh p value= 0,000 meningkat hal ini menyebabkan rusaknya
(p<0,05). Hal ini berarti ada pengaruh yang pembuluh darah, saraf, dan struktur internal
signifikan antara mean sensitivitas kaki lainnya sehingga pasokan darah ke kaki
kelompok eksperimen sebelum dan sesudah semakin terhambat, akibatnya pasien DM
diberikan senam kaki diabetik dengan bola akan mengalami gangguan sirkulasi darah
plastik sehingga dapat ditarik kesimpulan pada kakinya.
bahwa melakukan senam kaki diabetik Hasil penelitian ini sesuai dengan
dengan bola plastik dapat meningkatkan penelitian yang dilakukan oleh Sihombing
sensitivitas kaki pada pasien DM Tipe 2. (2012) yang meneliti tentang “Gambaran
Rangsangan yang diberikan dari sesi perawatan kaki dan sensasi sensorik kaki
refleksiologi yang baik akan membuat pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di
rileks dan melancarkan peredaran darah. Poliklinik DM RSUD”. Hasil penelitian ini
Lancarnya peredaran darah karena dipijat, yaitu kelompok yang tidak melakukan
memungkinkan darah mengantar lebih perawatan kaki 13 kali lebih besar risiko
banyak oksigen dan gizi ke sel-sel tubuh, terjadinya ulkus diabetika dibandingkan
sekaligus membawa lebih banyak racun kelompok yang melakukan perawatan kaki
untuk dikeluarkan. Pijat refleksi yang secara teratur. Oleh karena itu, perawatan
dilakukan pada telapak kaki terutama di kaki yang baik dapat mencegah terjadinya
area organ yang bermasalah, akan kaki diabetik, karena perawatan kaki
memberikan rangsangan pada titik-titik merupakan salah satu faktor
saraf yang berhubungan dengan pankreas penanggulangan cepat untuk mencegah
agar menjadi aktif sehingga menghasilkan terjadinya masalah pada kaki yang dapat
insulin melalui titik-titik saraf yang berada menyebabkan ulkus kaki. Praktek yang
di telapak kaki (Mangoenprasodjio & lebih baik dalam melakukan perawatan kaki
Hidayati, 2005). akan mengurangi risiko terkena kaki
Hal ini sejalan dengan penelitian diabetik.
Nasution (2010) tentang “Pengaruh senam Hasil penelitian ini juga sesuai
kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah dengan hasil penelitian yang dilakukan di
kaki pada pasien penderita Diabetes Spanyol oleh Calle dkk. pada 318 diabetisi
Melitus di RSUD Haji Adam Malik”, dari dengan neuropati dilakukan edukasi
hasil penelitian yang dilakukan bahwa perawatan kaki kemudian diikuti selama 3-
sirkulasi darah kaki setelah melakukan 6 tahun dihasilkan pada kelompok I (223
senam kaki meningkat secara signifikan responden) melaksanakan perawatan kaki
dengan p=0,002 berarti p<0,05. Sedangkan teratur dan kelompok II (95 responden)
pada kelompok kontrol p=0,903 (p>0,05). tidak melaksanakan perawatan kaki, pada
Sehingga praktek senam kaki berpengaruh kelompok I terjadi ulkus sejumlah 7
memperbaiki keadaan kaki, dimana akral responden dan kelompok II terjadi ulkus
yang dingin meningkat menjadi lebih sejumlah 30 responden. Kelompok I
hangat, kaki yang kaku menjadi lentur, kaki dilakukan tindakan amputasi sejumlah 1
kebas menjadi tidak kebas, dan kaki yang responden dan kelompok II sejumlah 19
atrofi perlahan-lahan kembali normal. Dari responden. Hasil penelitian pada diabetisi
uji statistik didapat bahwa senam kaki dapat dengan neuropati yaitu kelompok yang

6
tidak melakukan perawatan kaki 13 kali eksperimen dan kelompok kontrol pada
lebih besar risiko terjadi ulkus diabetika pengukuran posttest.
dibandingkan kelompok yang melakukan Penelitian ini dapat disimpulkan
perawatan kaki secara teratur. bahwa senam kaki diabetik dengan bola
Menurut Saskatchewan Ministry of plastik mampu meningkatkan sensitivitas
health (Departemen Kesehatan Kanada, kaki. Dimana senam kaki tersebut membuat
2008) kaki diabetik jika sudah terjadi rileks dan melancarkan peredaran darah.
memerlukan waktu yang lama untuk Lancarnya peredaran darah karena dipijat,
penyembuhan, maka diperlukan memungkinkan darah mengantar lebih
pencegahan agar tidak terjadi. Tindakan banyak oksigen dan gizi ke sel-sel tubuh,
pencegahan kaki diabetik terdiri dari sekaligus membawa lebih banyak racun
mencari informasi tentang kaki diabetik, untuk dikeluarkan. Pijat refleksi seperti
identifikasi faktor resiko, manajemen senam kaki diabetik yang dilakukan pada
diabetes melitus, perawatan kaki, edukasi telapak kaki terutama di area organ yang
perawatan diabetes melitus, dan bermasalah, akan memberikan rangsangan
penggunaan alas kaki yang semestinya, pada titik-titik saraf yang berhubungan
serta penaggulangan yang cepat apabila ada dengan pankreas agar menjadi aktif
masalah pada kaki. Perawatan kaki sehingga menghasilkan insulin melalui
seharusnya dilakukan oleh setiap orang, titik-titik saraf yang berada di telapak kaki
terutama juga harus dilakukan oleh dan hal tersebut akan mencegah terjadinya
penderita diabetes melitus. Hal ini komplikasi pada kaki. Oleh karena itu,
dikarenakan penderita diabetes sangatlah melakukan senam kaki diabetik dengan
rentan terkena luka pada kaki, dimana bola plastiki efektif terhadap peningkatan
proses penyembuhan luka tersebut juga sensitivitas kaki pada pasien DM Tipe 2.
membutuhkan waktu yang lama. Sehingga
apabila setiap orang mau untuk melakukan KESIMPULAN
perawatan kaki dengan baik, akan
mengurangi resiko terjadinya komplikasi Berdasarkan hasil penelitian,
pada kaki. didapatkan responden rata-rata berusia
Berdasarkan hasil dari uji t dewasa (35-60 tahun) dan paling banyak
independent diperoleh p value= 0,002 berpendidikan SMA dengan status
(p>0,05). Hal ini berarti terdapat pekerjaan tidak bekerja (IRT). Selain itu,
perbedaan yang signifikan antara mean dari hasil pengukuran diperoleh nilai rata-
tingkat sensitivitas kaki kelompok rata tingkat sensitivitas kaki pada kelompok
eksperimen yang mendapat perlakuan eksperimen sebelum melakukan senam kaki
dengan kelompok kontrol yang tidak diabetik dengan bola plastik adalah sebesar
diberikan perlakuan senam kaki diabetik 8,467 titik dan pada kelompok kontrol
dengan tempurung kelapa. Pada hasil sebesar 8,267 titik. Setelah diberikan
pretest kelompok eksperimen didapatkan perlakuan dengan senam kaki diabetik
hasil sebesar 8,467 titik dan pada kelompok dengan bola plastik tiga kali dalam
kontrol didapatkan hasil sebesar 8,267 titik, seminggu, pada kelompok eksperimen
yang artinya hasil dari pretest kelompok terjadi peningkatan rata-rata sensitivitas
eksperimen lebih besar daripada kelompok kaki menjadi 9,007 titik, sedangkan pada
kontrol dan terdapat selisih yang cukup kelompok kontrol yang tidak diberikan
berarti pada kedua kelompok. Hal ini perlakuan tetap sebesar 8,267 titik. Hasil
kemungkinan yang menyebabkan pada uji penelitian ini menunjukkan adanya
statistik didapatkan hasil ada perbedaan peningkatan sensitivitas kaki yang
yang signifikan antara kelompok signifikan pada kelompok eksperimen
setelah diberikan perlakuan dengan hasil uji

7
statistik p<0,05. Hasil penelitian ini dapat melitus. Pekanbaru: Dinkes Kota
disimpulkan bahwa melakukan senam kaki Pekanbaru.
diabetik dengan bola plastik selama tiga Echeverry, Diana, Duran, P., Bonds, C.,
kali dalam seminggu mampu meningkatkan Lee, M., Davidson, M. (2009).
sensitivitas kaki pada pasien diabetes Effect of pharmacological treatment
melitus tipe 2. of depression on A1C and quality of
life in low-income hispanics and
1 african americans with diabetes.
Dewi Oktaviah: Mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau Diabetes Care. Vol. 32, No.12.
2 Diperoleh tanggal 8 November 2012
Yesi Hasneli: Dosen Departemen
Keperawatan Medikal Bedah Program dari
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau http://libra.msra.cn./Publication/311
3 26244/effect-of-pharmacological-
Agrina: Dosen Departemen Keperawatan
komunitas Program Studi Ilmu treatment-of-depression-on-a1c-and-
Keperawatan Universitas Riau quality-of-life-in-low-income
Endrianto, E., Hasneli, Y., Dewi, Y.,
(2013). Efektifitas senam kaki
DAFTAR PUSTAKA diabetes mellitus dengan koran
terhadap tingkat sensitivitas kaki
Andrews, M., Johnson, P.H., & Weinstock, pada pasien DM tipe 2. Diperoleh
D. (2005). Handbook of geriatric tanggal 03 September 2013 dari
nursing care. Pennsylvania: http://repository.unri.ac.id/bitstream/
Springhouse Corporation. 123456789/4265/1/Cover.pdf.
Arimuko. (2012). Melawan dan mencegah Hasneli, Y., Amir, F., Utomo, W. (2010).
diabetes. Yogyakarta: Araska Hubungan tingkat pengetahuan dan
Printika. sikap klien diabetes melitus
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2005). terhadap perawatan kaki diabetes.
Medical surgical nursing: clinical Jurnal Keperawatan Profesional
management for positive outcomes. Indonesia. Vol. 2, No. 2 Pekanbaru.
(7th). Philadelphia: Elsevier Hidayat, A. A. (2011). Diabetes mellitus
Saunders. makin mengancam. Diperoleh
Bullock, J. (2001). Physiology (4th Edition). tanggal 31 Januari 2013 dari
USA: Lippincott Williams and http://kesehatan.kompasiana.com/m
Wilkins. edis/2011/11/15/diabetes-mellitus-
Campbell N. A., Jane, E., dan Lawrence, G. makin-mengancam-412675.html.
(2005). Biologi. (Edisi kelima Jilid Mangoenprasodjo, A. S. & Hidayati, S. M.
III). Jakarta: Erlangga. (2005). Terapi alternatif dan gaya
Chang, E., Daly, J., dan Elliott, D. (2010). hidup sehat. Yogyakarta: Pradipta
Patofisiologi aplikasi pada praktik Publishing.
keperawatan. Jakarta: EGC. Mayoclinic. (2010). What to expect
Departemen Kesehatan RI. (2005). diabetes and menopause. Diperoleh
Pharmaceutical care untuk penyakit tanggal 2 Juli 2013 dari
diabetes mellitus. Diperoleh tanggal http://www.mayoclinic.com
8 Oktober 2012 dari Nasution, J. (2010). Pengaruh senam kaki
http://binfar.depkes.go.id/download/ terhadap peningkatan sirkulasi
PC_DM.pdf. darah kaki pada pasien penderita
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2012). diabetes melitus di RSUP Haji
Data penemuan penyakit diabetes Adam Malik. Diperoleh tanggal 11
Oktober 2012 dari

8
http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/20590/7/Cover.pdf.
Natalia, N. Hasneli, Y. Novayelinda, R.
(2013). Efektivitas senam kaki
diabetik dengan menggunakan batok
kelapa terhadap tingkat sensitivitas
kaki pada pasien DM tipe 2. Skripsi:
tidak dipublikasikan.
Riyadi. (2004). Tingkat pengetahuan
dengan deteksi diabetes melitus.
Diperoleh tanggal 22 Juni 2013 dari
http://digilib.unimus.ac.id/download
.php?id=4685.
Sihombing, D. (2012). Gambaran
perawatan kaki dan sensasi sensorik
kaki pada pasien diabetes melitus
tipe 2 di poliklinik DM RSUD.
Diperoleh tanggal 5 Oktober 2012
dari
http://journals.unpad.ac.id/ejournal/a
rticle/view/677.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku
ajar keperawatan medikal-bedah.
Jakarta: EGC.
Sudoyo, A., Setyohadi, B., Alwi, I.,
Marcellus, dan Setiati, S. (2007).
Buku ajar ilmu penyakit dalam.
(edisi 4). Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Tandra, H. (2008). Segala sesuatu yang
harus anda ketahui tentang
diabetes. Jakarta: Gramedia.
Taylor, C., Lillis, C., & Lemone, P. (2005).
Fundamental of nursing. (5th).
Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.

9
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Oleh:

Zahrina Violla, S.kep


NIM: 1911438053

Preceptor Akademik: Ns. Darwin Karim, M.Biomed


Preceptor Klinik: Ns. Nurlina Sari, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS B 2018


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020

You might also like