Professional Documents
Culture Documents
4 Tahun 2015
20
Pengaruh Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) antara Sapi Bali Dara dengan Sapi Bali yang
Pernah Beranak di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun 2015
menggunakan pejantan unggul secara beranak dan ternak dara jika ditinjau
luas, mencegah penularan penyakit. dari tolak ukur keberhasilan inseminasi
mengurangi gangguan fisik yang buatan yakni CR/NR Dan S/C.
berlebihan terhadap sapi betina pada Berdasarkan pernyataan diatas maka
waktu kawin, serta menghemat biaya perlu dilakukan penelitian untuk
(Djanah. 1985). mengetahui perbandingan keberhasilan
Keberhasilan inseminasi buatan (IB) inseminasi buatan antara sapi Bali dara
dapat dinilai dengan mengukur angka dengan sapi Bali yang pernah beranak di
kawin per kebuntingan (S/C). Angka Kecamatan Pemayung Kabupaten
kebuntingan (CR). dan angka tidak Batang Hari.
diminta kawin ulang (NR). Toelihere Penelitian ini bertujuan untuk
(1981). menyatakan bahwa faktor mengetahui perbandingan keberhasilan
keberhasilan inseminasi buatan inseminasi buatan (IB) antara sapi Bali
dipengaruhi oleh pengetahun pertenak dara dengan sapi Bali yang pernah
dalam gejala birahi, pelaksanaan beranak di Kecamatan Pemayung
inseminasi buatan, pengalaman Kabupaten Batang Hari.
inseminator dan kualitas sperma. Manfaat dari penelitian ini untuk
Selanjutnya Ardikarta (1981) memberikan informasi dan pengetahuan
menyatakan bahwa faktor faktor yang tentang perbandingan keberhasilan
memperngaruhi inseminasi buatan inseminasi buatan antara sapi Bali dara
adalah fertilitas, keterampilan dengan sapi Bali yang pernah beranak
inseminator, deteksi birahi, waktu serta meningkatkn mutu genetik ternak
inseminasi, jumlah sperma, dosis sabi Bali dengan teknologi inseminasi
inseminasi dan komposisi semen. buatan di Kecamatan Pemayung
Salisbury dan van Demark (1985), Kabupaten Batang Hari.
menyatakan bahwa sapi Bali dara lebih TINJAUAN PUSTAKA
tinggi fertilitasnya bila dibandingkan Keadaan Umum Ternak Sapi Bali
dengan ternak dewasa, fertilitas sapi Sapi Bali merupakan ternak asli
dara akan meningkat sampai umur 4 Indonesia yang mempunyai potensi
tahun, kemudian akan stabil sampai genetik dan nilai ekonomis yang cukup
umur 6 tahun, setelah itu akan menurun baik untuk dikembangkan sebagai ternak
secara bertahap. Selanjutnya potong (Yasin dan Dilaga, 1993).
berdasarkan hal tersebut sangat besar Selanjutnya menurut departemen
kemungkinan bahwa keberhasilan Pertanian (1987) bahwa sapi Bali betina
inseminasi buatan pada sapi Bali dara dan jantan muda mempunyai warna
dan sapi Bali yang pernah beranak yang coklat kemerah-merahan, sedangkan
berumur kurang dari 6 tahun akan lebih jantan dewasa berwarna hitam, terdapat
tinggi apabila dibandingkan dengan warna putih pada kaki bagian bawah,
ternak dewasa yang berumur lebih dari 6 perut bawah serta warna putih setengah
tahun. lingkaran pada pantatnya, garis lembut
Di kecamatan Pemayung inseminasi warna hitam pada punggungnya.
buatan dilakukan pada ternak sapi dara Huitama (1986), menyatakan bahwa
dan sapi induk (yang pernah beranak). tinggi jantan dewasa 135 cm dan tinggi
Terdapat kecendrungan bahwa 60% betina dewasa 120 cm dengan bobot
pelaksanaan inseminasi buatan pada 300-400 kg. Reksohadiprojo (1985),
ternak induk. Kecendrungan lebih menyatakan bahwa sapi Bali merupakan
disebabkkan oleh anggapan bahwa tipe Banteng (Bos Sandicus) yang ada di
angka kelahiran yang dihasilkan lebih Indonesian terutama di Bali, Lombok,
tinggi dan belum pernah di evaluasi Flores, Sulawesi, Jawa Timur dan
berdasarkan tolak ukur keberhasilan kalimantan. Selanjutnya Murtidjo (1993)
inseminasi buatan yang lain seperti menyatakan bahwa sapi Bali adalah ras
CR/NR dan S/C. Atas dasar tersebut, potong Indonesia yang fasilitasnya lebih
perlu suatu pengkajian bagaimana dari pada sapi potong asal Eropa,
sebenarnya kebersamaan inseminasi walaupun pertumbuhannya lambat dan
buatan pada ternak induk yang pernah mempunyai metodek beternak yang
21
Pengaruh Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) antara Sapi Bali Dara dengan Sapi Bali yang
Pernah Beranak di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun 2015
22
Pengaruh Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) antara Sapi Bali Dara dengan Sapi Bali yang
Pernah Beranak di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun 2015
(NR), kawin perkebuntingan (S/R) dan dara rata-rata birahi sekali dalam 20 hari
angka kebuntingan (CR), NR adalah dengan variasi 18-22 hari, sapi yang
persentase sapi yang tidak kembali telah melahirkan birahi sekali dalam 21-
birahi dalam waktu 60 sampai 90 hari 22 hari. Soenarjo (19888), menyatakan
setelah inseminasi, S/R digunakan untuk bahwa fertilitas adalah kesanggupan
perhitungan jumlah inseminasi buatan menghasilkan keturunan atau dapat
yang dibutuhkan seekor sapi betina berkembang biak.
sampai terjadi kebuntingan. Reksohardiprojo (1985), menyatakan
Toelihere (1985), menyatakan bahwa bahwa masa birahi, lama birahi dan
pada perkawinan normal jarang masa bunting ternak perlu diketahui
ditemukan suatu keadaan dimana hewan peternak untuk mendapatkan hasil yang
jantan dan betina mencapai kapasitas baik dari perkawinan ternak. Agar
kesuburan 100%, Walaupun masing- berlangsungnya konsepsi yang baik
masing mencapai tingkatan kesuburan perlu diketahui waktu yang tepat untuk
80%, pengaruh kombinasi menghasilkan mengawinkan sapi, lama saat birahi
angka konsepsi sebesar 64%. adalah 6-36 jam dengan rata-rata 18 jam
Soenardjo (1988), menyatakan pada sapi betina dewasa dan 15 jam
bahwa pada daerah yang sedang pada sapi betina dara (Syarif dan
dikembangkan inseminasi buatan, Soemoprastowo, 1984).
seringkali fertilitas yang didapat Djanah (1985), menyatakan bahwa 0-
berdasarkan angka untuk mita kawin 6 jam setelah gejala birahi terlalu awal
ulang (NR) lebih kecil dari 50%. untuk diinseminasi yaiyu 6-10 jam dan
Petugas inseminasi buatan merupakan 20-30 jam setelah birahi merupakan
faktor yang paling penting sebagai waktu yang baik untuk inseminasi
penyebab luasnya hasil fertilitas di Balai buatan dan setelah 20-30 jam setelah
inseminasi. birahi sudah terlambat untuk inseminasi.
Reproduksi Pada Sapi Korelasi terhadap umur melahirkan
Reproduksi meripakan upaya tidak adanya hubungan tingkat produksi
memperbanyak diri atau keturunan yang dan fertilisasi, juga termasuk ‘’cross
bertujuan mempertahankan keberadaan section’’ dari jumlah banyak kelompok
spesies di alam (Yatim 1990), sapi (Salisbury dan Van Demark, 1985).
Selanjutnya Tilman, dkk (1989), Syarif dan Soemoprastowo(1984),
menyatakan bahwa kecepatan menyatakan bahwa sapi yang baru
reproduksi merupakan petunjuk yang melahirkan anak boleh dikawinkan
baik untuk berhasilnya produksi ternak setelah 60 hari melahirkan.
dimana fungsi reproduksi tergantung Umur dan besar badan sapi dara pada
pada perkembangan fsiologik alat tubuh waktu dikawinkan pertama kali, harus
terutama alat reproduksi. dipertimbangkan dari segi angka
Talip (1988), menyatakan bahwa konsepsi, fertilitas sapi dara sering
dewasa kelamin adalah periode dimana sedikit lebih rendah dari pada fertilitas
proses reproduksi dimulai terjadi dan sapi pernah beternak sehingga untuk
pada sapi dara, dewasa kelamin ditandai melahirkan anak dalam keadaan hidup,
dengan birahi dan ovulasi pertama serta bangsa, umur, besar badan sapi jantan
perkembangan kuat dari seksual yang harus pula dipertimbangkan (Salisbury
menunjukan keinginan untuk populasi. dan Van Demark, 1985).
Selanjutnya Salisbury dan Van Demark Toelihere (1985), menyatakan bahwa
(1985), menyatakan bahwa cara meraba waktu yang diperlukan untuk inovulasi
alat reproduksi melewati dinding estrus biasanya tercapai menjelang
reltrum. Syarif dan Sumoprastowo periode estrus pertama setelah
(1984), menyatakan bahawa siklus melahirkan. Selanjutnya Salisbury dan
birahi atau daur birahi yaitu jarak antara Van DEMARK (1985), menyatakan
satu birahi dengan birahi berikutnya, bahwa sapi Bali dara lebih tinggi
dimana siklus birahi antara sapi dara fertilitasnya bila dibandingkan dengan
dengan sapi yang telah melahirkan ternak dewasa, fertilitas sapi dara
terdapat sedikit perbedaan dimana sapi tersebut akan meningkat mencapai 4
23
Pengaruh Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) antara Sapi Bali Dara dengan Sapi Bali yang
Pernah Beranak di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun 2015
24
Pengaruh Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) antara Sapi Bali Dara dengan Sapi Bali yang
Pernah Beranak di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun 2015
Angka Konsepsi atau Conseption persentase sapi betina yang bunting pada
Rate (CR) adalah suatu ukuran terbaik inseminasi pertama.Dimana rumus
dalam penilaian hasil inseminasi adalah Conseption Rate (CR) yang digunakan.
CR= x 100%
25
Pengaruh Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) antara Sapi Bali Dara dengan Sapi Bali yang
Pernah Beranak di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun 2015
Pengaruh Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) antara Sapi Bali Dara dengan Sapi Bali yang
Pernah Beranak di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun 2015
27
Pengaruh Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) antara Sapi Bali Dara dengan Sapi Bali yang
Pernah Beranak di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari